Teks tersebut membahas penggunaan sastra dalam pembelajaran sejarah. Sastra dapat digunakan untuk menambah pemahaman terhadap peristiwa sejarah dengan cara menghidupkan kembali semangat perjuangan melalui puisi, membangkitkan rasa ingin tahu terhadap masa lalu melalui novel, atau mengungkap makna tersembunyi dalam karya sastra tradisional. Sastra dapat memperkaya pembelajaran sejarah dengan member
2. Contoh Penggunaan Sastra dalam
perjuangan Bangsa
Dr. Abdul Karim mengkritik para ulama yang
mengharamkan berpakaian berdasi dan memakai
benda khas Cina (Seplau) dengan sebuah syair:
Heranlah saya di kaum kuna
Memakai seplau dikatakan Cina
Dituduh kafir orang yang hina
Penangkis panas itulah Guna.
Hassan: 1978: 70)
3. Pantun Para Ibu di Minang
Anakku lekaslah gadang, untuk gadang di rantau orang
Keratau madang dihulu,
Berbuah berbunga belum
Merantau bujang dahulu;
Di rumah berguna Belum
Kalau pandai berkain panjang
Lebih dari berkain sarung
Kalau pandai berinduk semang
Lebih dari berbunda kandung
4. Jawaban Hamka tentang Dunia Politik
Lapangan siasat bukan medanku
Aku dikenal seorang pujangga
Yang bersayap terbanglah laju
Aku kan tetap pahlawan pena
5. Puisi Hamka untuk Natsir
Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di depan matamu
Namun yang benar kau sebut juga
Citra Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada
Jibril berdiri di sebelah kananmu
Mikail berdiri di sebelah kirimu
Lindungi Illahi memberi tenaga
Suka dan duka kita hadapi
Suaramu, Hai Natsir!! Suara kaummu
Kemana lagi Natsir, kemana kita lagi
Ini berjuta kawan sepaham
Hidup dan mati bersama-sama
Untuk menuntut Ridho illahi
Dan aku pun masukan
Dalam Daftarmu
(Natsir, 1978: 6)
6. Ejek mengejek Agus Salim dan Muso
DALAM sebuah rapat Sarekat Islam (SI), Haji Agus Salim saling ejek dengan
Muso, tokoh SI yang pada beberapa waktu kemudian menjadi orang penting
dalam Partai Komunis Indonesia. Pada awalnya Muso memulai ejekan itu
ketika berada di podium.
"Saudara saudara, orang yang berjanggut itu seperti apa?"
"Kambing!" jawab hadirin.
"Lalu, orang yang berkumis itu seperti apa?"
"Kucing!"
Agus Salim tahu dialah sasaran ejekan Muso. Agus Salim memang
memelihara jenggot dan kumis. Begitu gilirannya berpidato tiba, dia tak mau
kalah.
"Saudara-saudara, orang yang tidak berkumis dan tidak berjanggut itu seperti
apa?"
Hadirin berteriak riuh, "Anjing!"
7. Sastra dan Sejarah
Dalam struktur ilmu, sejarah dahulunya termasuk kelompok
sastra karena memang sejak dahulu sejarah dituliskan dalam
ungkapan yang tergolong sastra.
Pada zaman Yunani kuno, kisah tentang Perang Troya atau
perjalanan pulang Odyseus lebih merupakan dongeng atau
mitos yang tergolong sastra daripada penulisan sejarah.
Dalam sejarah Indonesia, Negarakertagama atau syair
kepalawanan I La Galigo, Pararaton atau Hikayat Raja-Raja
Pasai ditulis dalam bentuk dongeng
8. Penulisan Sejarah lama
mengandung perbuatan-perbuatan yang
menurut ukuran sekarang tidak masuk akal
(luar biasa),
mengikuti tradisi pola kesusastraan
(Frederick dan Soeroto, 1982).
lebih mementingkan pengungkapan yang
harus mematuhi kaidah-kaidah sastra,
daripada deskripsi peristiwa sejarahnya,
apalagi analisis atau kausalitasnya.
9. Pengaruh Aliran Positivisme
berkembangnya rasionalisme Descartes dan aliran positivisme
Comte, maka metode ilmiah yang dianggap sahih mengandung
kebenaran universal
Terpengaruh oleh keberhasilan metode ilmiah ini, maka disipin
ilmu-ilmu social seperti sosiologi dan antropologi mengikuti
jejaknya
Sejarah yang tadinya termasuk sastra, jadi memakai metode
heurmeneutika atau kajian dokumen/filologi, kemudian juga
mengembangkan metode historis, diawali dengan konsep
Ranke: “Wie es eigentlich gewesen”, yang mengikuti kaidah-
kaidah metode berpikir deduktif.
10. Pengaruh Aliran Positivisme
Maka terjadi pergeseran, sejarah masuk kedalam
ilmu-ilmu sosial. Dengan peralihan ini, sejarah dan
penelitiannya, serta penulisan hasil penelitiannya
harus mengikuti kaidah-kaidah penelitian demikian
yang menggunakan metode ilmiah
memakai proposisi-proposisi seperti premis, asumsi
dasar, hipoteis, pembuktian dengan data empiris,
penulisan hasil penelitian secara lugas dan kredibel.
Validasi dan verifikasi penelitian
11. Struktur Ilmu
Struktur Keilmuan
Naturwissenscahften Geistewissenschaften
(Natural Philosophy) (Moral philosophy)
Ilmu Kealaman Ilmu Sosial Humaniora
(Natrual Sciensce)
Physical Scince Biological science
Astronomi Botani Antropologi Filsafat
Fisika zoology sejarah Agama
Kimia Biofisika hukum Bahasa
Matematika Biokimia ekonomi Sastra
(Sejarah)
Mikrobiologi Sosiolog Seni
Geografi
Politik
Psikologi Sosial
12. Sejarah Sebagai Pendidikan Nilai
Sebagai disiplin ilmu yang sarat degan nilai, yang
hanya dipahami dengan melalui versteheni (Max
Weber) ditambah dengan peran utama sejarah yaitu
edukatif (Marwick,1976), maka deskripsi peristiwa
sejarah yang disajikan dalam bentuk laporan
penelitian yang lugas, kredibel, objektif, seperti
halnya penelitian fisika, matematika, dirasakan ada
yang hilang dibandingkan dengan cara penulisan
yang lama.
Diluar negeri, seperti di AS, perkuliahan yang
berjudul Sejarah dan Sastra (History and Literature)
sudah lama dikembangkan
13. Penggunaan Sastra dalam
Pembelajaran Sejarah
Berikut ini contoh bagaimana menggunakan karya sastra di
dalam memberikan pengayaan, penghalusan, pendalaman
pengalaman terhadap peristiwa sejarah
Perhatikan dan baca misalnya sajak pertama yang berjudul
“Aku”. Cobalah Anda simak! Bukankah Anda merasakan
jiwanya yang memberontak? Bahwa “aku” adalah binatang
jalang? Apa kiranya maksud penulis? Bahwa “aku” di sini
sedang berjuang, Di medan pertempuran tampak dalam
kalimat: “Biar peluru menembus kulitku” dan “Luka dan bisa
kubawa berlari”. Cobalah Anda ungkapkan dengan kalimat
sendiri! Dapatkah Anda merasakan jiwa dan semangat
perjuangan dalam sajak ini?