SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  16
Télécharger pour lire hors ligne
DIMENSI-DIMENSI TEORETIS
               PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU

                                 I Wayan Santyasa
              Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Ganesha

                                       Abstrak

    Profesionalisme guru sering dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup penting,
    yaitu kompetensi, sertifikasi, dan tunjangan profesi. Ketiga faktor tersebut
    diprediksi mempengaruhi kualitas pendidikan. Sertifikasi erat kaitannya dengan
    proses belajar, sehingga tidak bisa diasumsikan mencerminkan kompetensi yang
    unggul sepanjang hayat. Pasca sertifikasi seyogyanya merupakan tonggak awal
    bagi guru untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme secara kontinu.
    Secara preskriptif, dukungan kompetensi manajemen, strategi pemberdayaan,
    supervisi pengembangan, dan penelitian tindakan kelas merupakan dimensi-
    dimensi teoretis alternatif untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme
    guru. Keempat dimensi teoretis tersebut berlandaskan pada filosofi humanistik,
    bahwa pada dasarnya guru dapat meningkatkan profesionalismenya secara
    mandiri. Dimensi-dimensi teoretis tersebut berperan sebagai fasilitas dan pijakan
    bagi guru untuk meningkatkan komitmen dan kesadaran berbasis refleksi diri
    dalam rangka meningkatkan profesionalismenya.



Pendahuluan

       Sejak tahun 2005, isu mengenai profesionalisme guru gencar dibicarakan di
Indonesia. Profesionalisme guru sering dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup penting,
yaitu kompetensi guru, sertifikasi guru, dan tunjangan profesi guru. Ketiga faktor
tersebut merupakan latar yang disinyalir berkaitan erat dengan kualitas pendidikan. Guru
profesional yang dibuktikan dengan kompetensi yang dimilikinya akan mendorong
terwujudnya proses dan produk kinerja yang dapat menunjang peningkatan kualitas
pendidikan. Guru kompeten dapat dibuktikan dengan perolehan sertifikasi guru berikut
tunjangan profesi yang memadai menurut ukuran Indonesia. Sekarang ini, terdapat
sejumlah guru yang telah tersertifikasi, akan tersertifikasi, telah memperoleh tunjangan
profesi, dan akan memperoleh tunjangan profesi. Fakta bahwa guru telah tersertifikasi
merupakan dasar asumsi yang kuat, bahwa guru telah memiliki kompetensi. Kompetensi
guru tersebut mencakup empat jenis, yaitu (1) kompetensi pedagogi (2) kompetensi
profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi kepribadian.



                                                                                        1
Persoalan yang muncul kemudian, bahwa guru yang diasumsikan telah memiliki
kompetensi yang hanya berlandaskan pada asumsi bahwa mereka telah tersertifikasi,
tampaknya dalam jangka panjang sulit untuk dapat dipertanggungjawabkan secara
akademik. Bukti tersertifikasinya para guru adalah kondisi sekarang, yang secara umum
merupakan kualitas sumber daya guru sesaat setelah sertifikasi. Oleh karena sertifikasi
erat kaitannya dengan proses belajar, maka sertifikasi tidak bisa diasumsikan
mencerminkan kompetensi yang unggul sepanjang hayat. Pasca sertifikasi seyogyanya
merupakan tonggak awal bagi guru untuk selalu meningkatkan kompetensi dengan cara
belajar sepanjang hayat. Untuk memfasilitasi peningkatan kompetensi guru, diperlukan
manajemen pengembangan kompetensi guru. Hal ini perlu dipikirkan oleh berbagai
pihak yang berkepentingan, karena peningkatan kompetensi guru merupakan indikator
peningkatan profesionalisme guru itu sendiri.
       Manajemen pengembangan kompetensi guru dapat diartikan sebagai usaha yang
dikerjakan untuk memajukan dan meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan, dan
keterampilan guru demi kesempurnaan tugas pekerjaannya. Pengembangan kompetensi
guru didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan (1) perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, khususnya arus globalisasi dan informasi, (2) menutupi kelemahan-
kelemahan yang tak tampak pada waktu seleksi, (3) mengembangkan sikap profesional,
(4) mengembangkan kompetensi profesional, dan (5) menumbuhkan ikatan batin antara
guru dan kepala sekolah. Secara teknis, kegiatan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kompetensi guru adalah (1) bimbingan dan tugas, (2) pendidikan dan
pelatihan, (3) kursus-kursus, (4) studi lanjut, (5) promosi, (6) latihan jabatan, (7) rotasi
jabatan, (8) konferensi, (9) penataran, (10) lokakarya, (11) seminar, dan (12) pembinaan
profesional guru (supervisi pengajaran).
       Manajemen peningkatan kompetensi guru bermuara pada pertumbuhan
manusiawi dan profesionalisme guru (Mantja, 2002). Dalam hal ini, hubungan antara
kepala sekolah dan guru bersifat proaktif mengupayakan perbaikan, pengembangan,
peningkatan keefektifan dan didasarkan atas kekuatan persepsi, bakat/potensi, dan minat
individu. Artinya, kepala sekolah hendaknya memiliki kepedulian terhadap kebutuhan
manusiawi dan profesionalisasi guru dalam tiga perspektif. Pertama, keterlibatan guru
dengan segala keunikan kepribadiannya, bakatnya, mengupayakan promosi yang wajar
berdasarkan kemampuan kerja guru. Kedua, kepedulian kepala sekolah terhadap

                                                                                          2
pengembangan guru. Ketiga, program peningkatan profesionalisme guru dilakukan
secara kolaboratif antara kepala sekolah dan guru dalam rangka meningkatkan
keefektifan sekolah. Ketiga perspektif tersebut dalam proses manajemen bersifat
interdependensi dinamis.
       Walaupun guru telah tersertifikasi, yang dapat diasumsikan mereka telah
memiliki kecakapan kognitif, afektif, dan unjuk kerja yang memadai, namun sebagai
akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan pembangunan
pendidikan kekinian, maka guru dituntut untuk terus menerus berupaya meningkatkan
kompetensinya secara dinamis. Mantja (2002) menyatakan bahwa peningkatan
kompetensi tersebut tidak hanya ditujukan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor,
namun yang lebih penting adalah kemamuan diri untuk terus menerus melakukan
peningkatan kelayakan kompetensi. Sergiovanni (dalam mantja, 2002) menegaskan
bahwa teachers are axpected to put their knowledge to work to demonstrate they can do
the job. Finally, professional are expected to engage in a life long commitment to self
improvement. Self improvement is the will-grow competency area. Pernyataan
Sergiovanni tersebut memberikan petunjuk bahwa asumsi profesionalisme guru pasca
sertifikasi seyognya menjadi spring board bagi guru untuk terus menerus menata
komitmen melakukan perbaikan diri dalam rangka meningkatkan kompetensi.
Peningkatan kompetensi atas dorongan komitmen diri diharapkan akan mampu
meningkatkan keefektifan kinerjanya di sekolah. Komitmen untuk meningkatkan
kefektifan kinerja sangat berkaitan dengan pencapaian tujuan program, yaitu program
pembelajaran yang diharapkan mampu menghasilkan output dan outcome yang
mencapai standar. Jika guru memiliki komitmen untuk mengembangkan kompetensi diri
secara terus menerus, maka proses-proses perencanaan, pengembangan, penerapan,
pengelolaan, dan penilaian program pembelajaran diyakini akan dapat dilakukan sesuai
dengan tuntutan kekinian.
       Penjelasan di atas mengindikasikan, bahwa komitmen diri dan strategi-strategi
manajemen sangat dibutuhkan dalam rangka memfasilitasi guru meningkatkan
profesionalismenya. Sinergi antara komitmen guru dan strategi manajemen akan
melahirkan proses kolaborasi yang efektif untuk meningkatkan kompetensi. Kajian ini
menyajikan empat dimensi teori preskripsi sebagai alternatif landasan bagi guru dan
lembaga pendidikan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Lima dimensi teoretis

                                                                                     3
tersebut, adalah (1) dukungan kompetensi manajemen, (2) strategi pemberdayaan, (3)
supervisi pengembangan, dan (4) penelitian tindakan kelas.


Dukungan Kompetensi Manajemen
       Kompetensi manajemen yang dibutuhkan untuk peningkatan profesionalisme
guru dibedakan atas tiga jenis (Surya Dharma, 2003), (1) manajemen pada tingkatan
kepala dinas pendidikan, (2) manajemen pada tingkatan kepala sekolah, dan (3)
manajemen pada tingkatan guru.
       Pada tingkatan kepala dinas dibutuhkan kompetensi tentang (1) strategic
thinking, (2) change leadership, dan (3) relationship management. Strategic thinking
merupakan kompetensi untuk memahami kecenderungan perubahan sistem pendidikan
yang begitu cepat, peka terhadap kondisi eksternal berupa peluang dan tantangan,
memberdayakan potensi internal berbasis kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan
yang diterapkan, sehingga mampu mengidentifikasikan strategic response secara
optimal.   Aspek    change    leadership    berurusan    dengan   kompetensi    untuk
mengomunikasikan visi dan strategi dinas pendidikan yang dapat ditransformasikan
kepada para guru. Pemahaman atas visi dinas pendidikan oleh para guru akan
menumbuhkan motivasi dan komitmen guru, sehingga mereka dapat bergerak sebagai
sponsor inovasi, terutama dalam mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya sebaik
mungkin untuk menuju kepada proses perubahan. Kompetensi relationship management
merupakan kemampuan untuk meningkatkan hubungan dan jaringan dengan instansi lain
yang terkait, misalnya dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, sehingga
inovasi-inovasi yang berkembang dapat dicandra secara cepat untuk kemudian
disosialisasikan kepada para kepala sekolah dan para guru. Kompetensi-kompetensi
tersebut dapat mendorong peningkatan profesionalisme kepala sekolah dan guru.
       Pada tingkatan kepala sekolah dibutuhkan kompetensi-kompetensi fleksibility,
change impelementation, interpersonal understanding, empowering, team facilitation,
dan portability. Aspek fleksibility adalah kemampuan melakukan perubahan pada
struktur dan proses manajerial sekolah. Aspek change impelementation merujuk pada
kemampuan untuk melakukan perubahan strategi implementasi kebijakan demi
tercapainya keefektifan pelaksanaan tugas-tugas sekolah. Dimensi interpersonal
undrstanding berurusan dengan kemampuan untuk memahami nilai berbagai tipe guru

                                                                                   4
layaknya sebagai seorang manusia. Aspek empowering merupakan kemampuan berbagi
informasi, akomodatif terhadap gagasan para guru dan pegawai di sekolah,
mengakomodasi kebutuhan guru dan pegawai dalam peningkatan profesionalisme,
mendelegasikan tanggung jawab secara proporsional, menyiapkan saran dan umpan
balik yang efektif, menyatakan harapan-harapan yang positif kepada guru dan
menyediakan penghargaan bagi peningkatan kinerja guru dan pegawai. Dimensi team
facilitation lebih mengarah pada kemampuan untuk menyatukan para guru untuk bekerja
sama secara efektif dalam mencapai tujuan bersama, temasuk memberi kesempatan
kepada para guru untuk berpartisipasi mengatasi konflik. Dimensi portability merupakan
kemampuan beradaptasi dan berfungsi secara efektif dengan lingkungan luar sekolah.
Kompetensi-kompetensi tersebut sangat potensial untuk mendorong timbulnya motivasi
intriksik para guru dan rasa tanggung jawab yang lebih besar dalam meningkatkan
profesionalismenya.
       Pada tingkatan guru dibutuhkan kompetensi-kompetensi fleksibilitas; mencari
dan menggunakan informasi, motivasi dan kemampuan untuk belajar, motivasi
berprestasi, motivasi kerja di bawah tekanan waktu; kolaborasi dan orientasi pelayanan
kepada siswa. Dimensi fleksibilitas adalah kemampuan untuk melihat perubahan sebagai
suatu kesempatan yang menggembirakan ketimbang sebagai ancaman. Aspek mencari
informasi, motivasi, dan kemampuan belajar adalah kompetensi tentang antusiasme
untuk mencari kesempatan belajar tentang keahlian teknis dan interpersonal. Dimensi
motivasi berprestasi adalah kemampuan untuk mendorong inovasi, perbaikan
berkelanjutan baik kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan sesuai dengan tantangan
kompetensi. Aspek motivasi kerja dalam tekanan waktu merupakan kombinasi antara
fleksibilitas, motivasi berprestasi, menahan stress, dan komitmen untuk meningkatan
profesionalisme. Dimensi kolaborasi adalah kemampuan bekerja secara kooperatif di
dalam kelompok yang multidisiplin, menaruh harapan positif kepada kolega lain,
pemahaman interpersonal dan komitmen pendidikan. Dimensi keinginan yang besar
melayani siswa dengan baik adalah kompetensi yang dibutuhkan oleh guru sebagai
konsekuensi berlakunya paradigma custumisation. Paradigma ini lebih meletakkan
landasan yang kuat, bahwa kehadiran guru di sekolah lebih sebagai fasilitator dan
meninggalkan perannya yang kurang tepat selama ini, yaitu sebagai transmiter ilmu.



                                                                                     5
Strategi Pemberdayaan
       Sekarang ini, guru dihadapkan pada perubahan paradigma persaingan dari
sebelumnya lebih bersifat physical asset menuju paradigma knowledge based
competition. Perubahan paradigma tersebut menuntut efesiensi dan efektivitas
penggunaan sumber daya guru, karena guru merupakan agen perubahan dan agen
pembaharuan, sehingga mereka mampu bersaing dan memiliki keunggulan kompetitif.
Pemantapan sumber daya guru sebagai intellectual capital harus diikuti dengan
pengembangan dan pembaharauan terhadap kemampuan dan keahlian yang dimilikinya,
sehingga mereka mampu dan peka terhadap arah perubahan yang terjadi.
       Strategi pemberdayaan merupakan salah satu cara pengembangan guru melalui
employee involvement. Analog dengan pikiran Wahibur Rokhman (2002),                dapat
dikonsepsikan bahwa pemberdayaan merupakan upaya kepala sekolah untuk meberikan
wewenang dan tanggung jawab yang proporasional, menciptakan kondisi saling percaya,
dan pelibatan guru dalam menyelesaikan tugas dan pengambilan keputusan. Kepala
sekolah memiliki peran strategis dalam proses pemberdayaan guru sebagai agen
perubahan. Dalam hal ini, kepala sekolah dituntut memiliki kesadaran yang tinggi dalam
mendistribusi wewenang dan tanggung jawab secara proporsional. Cara ini, di satu sisi
merupakan proses kaderisasi, di sisi lain adalah untuk mengakomodasi proses
peningkatan kompetensi guru secara berkelanjutan.
       Untuk menjamin keberhasilan proses pemberdayaan guru, dapat digunakan
model pemberdayaan Khan (dalam Wahibur Rokhman, 2003) dengan paradigma-
paradigma desire, trust, confident, credibility, accountability, communication.
       Paradigma desire merupakan upaya kepala sekolah untuk (a) memberi
kesempatan kepada guru         untuk   mengidentifikasi permasalahan       yang   sedang
berkembang, (b) memperkecil directive personality dan memperluas keterlibatan guru,
(c) mendorong terciptanya perspektif baru dan memikirkan kembali strategi untuk
meningkatkan kinerja, dan (d) menggambarkan keahlian team dan melatih guru untuk
melakukan self-control.
       Paradigma trust mencakup upaya kepala sekolah untuk (a) memberi kesempatan
kepada guru untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan, (b) menyediakan waktu
dan sumber daya pendukung yang mencukupi bagi upaya guru untuk meningkatkan
kinerja, (c) menyediakan pelatihan yang mencukupi bagi kebutuhan peningkatan kinerja

                                                                                      6
guru, (d) menghargai perbedaan pandangan dan mengakui kesuksesan yang diraih oleh
guru, dan (e) menyediakan akses informasi yang memadai bagi upaya guru untuk
meningkatkan kinerja.
        Paradigma Confident merupakan upaya kepala sekolah untuk (a) mendelegasikan
tugas-tugas yang dianggap penting kepada guru, (b) menggali dan mengakomodasi
gagasan dan saran guru, (c) memperluas tugas dan membangun jaringan dengan sekolah
dan instansi lain, dan (d) menyediakan jadwal job instruction dan mendorong
munculnya win-win solution.
        Beberapa upaya kepala sekolah terkait dengan paradigma credibility, adalah (a)
memandang guru sebagai partner strategis, (b) menawarkan peningkat standar tinggi di
semua aspek kinerja guru, (c) mensosialisasikan inisiatif guru sebagai individu kepada
guru lain untuk melakukan perubahan secara partisipatif, dan (d) menggagas win-win
solution dalam mengatasi perbedaan pandangan dalam penentuan tujuan dan penetapan
prioritas.
        Paradigma accountability merupakan upaya kepala sekolah untuk (a)
menggunakan jalur training dalam mengevaluasi kinerja guru, (b) memberikan tugas
yang terdefinisikan secara jelas dan terukur, (c) melibatkan guru dalam penentuan
standar dan ukuran kinerja, (d) memberikan bantuan dan saran kepada guru dalam
menyelesaikan beban kerjanya, dan (e) menyediakan periode dan waktu pemberian
feedback.
        Paradigma communication adalah upaya kepala sekolah untuk (a) menetapkan
kbijakan open door communication, (b) menyediakan waktu untuk memperoleh
informasi dan mendiskusikan permasalah secara terbuka, dan (c) menciptakan
kesempatan untuk cross-training.
        Di samping enam paradigma pemberdayaan guru tersebut, faktor lingkungan
sekolah juga sangat menentukan pelaksanaan program pemberdayaan. Caudron (dalam
Wahibur Rokhman, 2003) menganjurkan enam hal penting untuk membangun
lingkungan sekolah yang kondusif bagi pelaksanaan program pemberdayaan. Enam hal
tersebut, adalah (1) work teams and information sharing, (2) training and resources, (3)
measurement and feedback, (4) reinforcement, (5) responsibility, dan (6) flexibility
procedure.



                                                                                      7
Membentuk work teams and information sharing sangat penting bagi sekolah,
karena di dalam tim terdapat peluang yang besar terjadinya sharing knowledge di antara
para guru, pegawai, dan kepala sekolah. Setiap individu diharapkan mampu menyajikan
unjuk kerja dan mempengaruhi secara positif kepada yang lain dalam meningkatkan
kompetensi. Sharing knowledge di antara para guru, pegawai, dan kepala sekolah terjadi
melalui proses-proses komunikasi terbuka tentang kekuatan dan kelemahan kinerja
mereka serta mencermati tantangan dan peluang yang mereka hadapi seiring dengan
perkembangan pendidikan.
       Pemberdayaan training and resources sangat penting untuk menunjang
peningkatan profesionalisme guru. Training team memiliki peran penting untuk menjaga
kekompakan dalam penyelesaian berbagai masalah di sekolah. Hal ini penting, karena
pemberdayaan bagi guru tidak hanya untuk tujuan-tujuan independent empowering,
tetapi juga interdependent empowering. Namun, training sangat membutuhkan
penyediaan fasilitas da sumber daya lain yang dibutuhkan guru dalam meningkatkan
kompetensinya.
       Measurement sangat dibutuhkan untuk memperoleh data ada atau tidaknya
peningkatan dan kemajuan yang dialami guru. Konsep pengukuran tidak bisa dilepaskan
dari konsep standar. Hasil pengukuran yang dibandingkan dengan standar akan
berfungsi sebagai alat kontrol terhadap kinerja yang dilakukan oleh guru. Namun pasca
pengukuran memerlukan adanya feedback         secara cepat. Hal ini penting, karena
feedback akan memberi peluang bagi guru untuk menampilkan kinerja yang lebih baik.
       Dukungan manajemen dengan pemberian reinforcement secara terus menerus
akan mendukung dan memotivasi guru. Pada hakikatnya, semua manusia (termasuk
guru) merasa respektif terhadap penghargaan yang diterima atas prestasi yang
dicapainya. Kepala sekolah atau pengawas perlu memberikan penilaian yang baik atas
prestasi kerja yang bisa dicapai oleh guru. Kepala sekolah wajib melakukan sosialiasi
atas prestasi yang dicapai guru di sekolah.
       Memberikan kepercayaan kepada para guru untuk melakukan pekerjaan yang
sesuai akan membangun responsibility guru terhadap tugas yang menjadi kewajibannya.
Kepercayaan tersebut akan membangkitkan kreativitas dan inovasi mereka yang pada
akhirnya akan meningkatkan kinerja dan produktivitasnya. Pemberian wewenang
memiliki nilai strategis bagi guru dalam hal meningkatkan rasa percaya diri mereka

                                                                                     8
sebagai akibat dirinya merasa dihargai, penting, dan dibutuhkan keberadaanya di
sekolah. Dengan demikian, guru akan mengerahkan seluruh pengetahuan dan
keahliannya untuk melakukan tugas dengan sebaik-baiknya.
       Flexibility procedure sangat dibutuhkan di sekolah, karena sangat memudahkan
dalam pengambilan keputusan. Prosedur yang fleksibel akan mendukung sekolah dalam
melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan zaman              seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Di samping itu, akan memberi
peluang pula bagi guru untuk mampu beradaptasi dan meningkatkan kompetensi,
sehingga lebih siap dalam berkompetisi.


Supervisi Pengembangan
       Pada umumnya, kepala sekolah berfungsi sebagai supervisor pengajaran di
sekolah. Dia bertanggung jawab mengkoordinasikan semua program pengajaran. Para
guru mengharapkan agar kepala sekolah menggunakan sebagian besar waktunya untuk
perbaikan dan peningkatan pengajaran. Oleh sebab itu, kepala sekolah hendaknya
memiliki kompetensi kepemimpinan pengajaran dalam melaksanakan tugasnya sebagai
supervisor. Dia hendaknya memiliki pemahaman tentang cara yang tepat dalam
melaksanakan supervisi.
       Glickman (dalam Mantja 2002) memperkenalkan pendekatan supervisi
pengembangan (developmental supervision). Pendekatan tersebut bertolak dari
kenyataan, bahwa pada dasarnya proses supervisi adalah proses belajar. Dalam proses
supervisi, hubungan antara kepala sekolah analog dengan hubungan antara guru dan
siswa. Guru dalam melayani siswa memiliki kewajiban untuk memhamami semua
karakteristik siswa. Demikian pula, kepala sekolah dalam melakukan supervisi pada para
guru, hendaknya guru diperhatikan sebagai individu, karena adanya perbedaan-
pernedaan individual guru dalam perkembangan manusiawinya. Perlakuan seperti itu
sangat diperlukan, lebih-lebih guru dituntut untuk terlibat secara langsung dalam
peningkatan kualitas pendidikan. Pendekatan supervisi perlu didasarkan atas
perkembangan, kebutuhan, dan karakteristik guru. Pendekatan tersebut erat kaitannya
dengan dua unsur penting keefektifan guru dalam menjalankan tugas keprofesionalan,
yaitu komitmen dan kemampuan berpikir abstraks.



                                                                                    9
Komitmen guru merupakan banyaknya waktu dan tenaga yang mampu
dicurahkan oleh guru tersebut bagi siswa dan menunjang profesinya. Komitmen
diistilahkan sebagai kepedulian, yang dapat diklasifikasi atas tiga kategori, kepedulian
terhadap diri sendiri, terhadap siswa, dan terhadap profesionalisasi. Kemampuan
berpikir abstraks, adalah kemampuan kognitif berbasis pengalaman konkrit, mampu
mengidentifikasi tindakan kekinian untuk membantu siswa belajar secara efektif, dan
mampu mengidentifikasi tindakan yang akan datang yang lebih memberikan kesuksesan
pelayanan bagi siswa. Kemampuan abstraks diistilahkan sebagai kompleksitas kognitif.
Perpaduan antara kepedulian dan kompleksitas kognitif melahirkan tiga tahapan
perkembangan profesional, yaitu perkembangan tingkat rendah, sedang, dan tinggi.
Tahapan perkembangan tersebut membutuhkan fasilitas supervisi pengembangan, yang
dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu (1) supervisi direktif diperuntukkan bagi guru yang
memiliki kepedulian pada diri sendiri dengan kompleksitas kognitif rendah, (2) supervisi
kolaboratif diperuntukkan bagi guru yang memiliki kepedulian kepada siswa dan
kompleksitas kognitif menengah, dan (3) supervisi nondirektif diperuntukkan bagi guru
yang memiliki kepedulian profesional dengan kompleksitas kognitif tinggi.
       Pola-pola tindakan supervisor yang berorientasi pada supervisi direktif adalah
clarifying, presenting, demonstrating, directing, standardizing, reinforcing. Tindakan-
tindakan tersebut dilakukan untuk mengarahkan kegiatan dalam perbaikan pembelajaran,
menetapkan prangkat standar untuk perbaikan pembelajaran, menggunakan sarana dan
berbagai dorongan untuk meningkatkan pembelajaran. Tampak, bahwa dalam supervisi
direktif, tanggung jawab cenderung lebih banyak pada kepala sekolah dibandingkan
dengan tanggung jawab guru.
       Dalam supervisi kolaboratif, pola-pola tindakan supervisor adalah listening,
clarifying, pressenting,   problem solving, negotiating, initiating. Pola-pola tindakan
tersebut mengindikasikan bahwa antara kepala sekolah dan guru berbagi tanggung
jawab. Kepala sekolah berupaya mendengarkan persepsi guru tentang masalah
pembelajaran yang dihadapinya. Atas dasar persepsi guru, kepala sekolah menawarkan
gagasan pemecahan masalah. Proses tersebut melahirkan alternatif pemecahan masalah
yang kemudian disepakati untuk diterapkan dalam pembelajaran.
       Beranjak dari pemahaman kepala sekolah, bahwa guru adalah mampu
berkembang dan mengembangkan dirinya ke arah yang lebih profesional, maka pola

                                                                                       10
tindakan yang dapat dilakukan dalam supervisi nondirektif, adalah listening, clarifying,
encouraging, pressenting, negotiating, accomodating teacher-initiated. Tindakan-
tindakan tersebut bertolak dari premis, bahwa proses belajar bagi guru diwarnai oleh
pengalaman pribadinya, sehingga pada akhirnya guru tersebut akan mampu
memecahkan masalahnya sendiri. Bagi guru, pemecahan masalah yang dimaksud adalah
upaya memperbaiki dan meningkatkan pengalaman belajar siswa di kelas. Peranan
kepala sekolah adalah mendengarkan, tidak memberi pertimbangan, membangkitkan
kesadaran sendiri, dan mengklarifikasi pengalaman-pengalaman guru. Kepala sekolah
lebih menekankan refleksi atau bertanya untuk memperoleh informasi dengan tujuan
membuka komunikasi dalam pertemuan supervisi mereka. Peranan kepala sekolah
dalam menjalankan supervisi seperti itu akan membuat persepsi guru menjadi positif.


Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research/CAR)
       Dukungan kompetensi manajemen, strategi pemberdayaan, dan supervisi
pengembangan, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, merupakan wujud
perhatian dan kepedulian kepala dinas dan utamanya kepala sekolah kepada para guru di
sekolah. Pada dasarnya, perhatian tersebut bermuara pada upaya membantu guru untuk
meningkatkan profesionalisme. Guru profesional secara teoretis akan mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Kualitas pembelajaran yang baik
merupakan cerminan pelayanan guru kepada siswa untuk belajar secara interaktif,
inspiratif, memotivasi, menantang, dan menyenangkan. Pembelajaran seperti itu akan
dapat diwujudkan oleh guru, apabila guru secara kontinu melakukan penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research/CAR).
       Secara konseptual, CAR merupakan langkah reflekstif bagi guru terhadap praktik
kesehariannya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas praktiknya yang akhirnya
bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan secara umum. CAR adalah suatu bentuk
penyelidikan yang bersifat reflektif mandiri. CAR banyak digunakan dalam proses
pengembangan kurikulum sekolah, perbaikan sekolah, dan perbaikan kualitas
pengajaran di kelas.
       Menurut Kemmis dan Carr (dalam McNiff, 1992), CAR merupakan bentuk
penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh guru, siswa, atau kepala sekolah dalam
pendidikan untuk memperbaiki dan memahami praktik-praktik pendidikan. Fokus utama

                                                                                      11
CAR adalah mendorong guru terlibat melakukan kegiatan-kegiatan dengan sikap ilmiah,
situasional, praktis, empiris, fleksibel, adaptif, partisipatoris, dan self-evaluation.
        Secara rasional, CAR memiliki landasan sosial dan landasan kependidikan.
Landasan sosial CAR adalah keterlibatan, sedangkan landasan kependidikannya adalah
perbaikan. Operasionalisasi CAR menuntut adanya perubahan. CAR mengandung
makna tindakan baik terhadap sistem maupun terhadap orang yang ada dalam sistem
tersebut.
        CAR memiliki prosedur partisipatoris. Prosedur tersebut efektif digunakan
memecahkan masalah peningkatan hubungan interpersonal, kolaboratif, partisipatif,
pengakomodasian, dan demokratis. Tantangan bagi guru, bahwa ia harus selalu
membangkitkan kesadaran terhadap praktik-praktik pengajarannya di kelas. CAR
merupakan wahana dan sarana untuk meningkatkan strategi belajar mengajar;
mewajibkan guru untuk selalu sadar, kritis, dan terbuka melakukan perbaikan. Cara
demikian dapat mendorong guru selalu berpikir kritis dan logis terhadap pengetahuan
profesionalnya. CAR bersifat sistematis dan fleksibel. CAR menyertakan perencanaan
yang bersifat reflektif diri secara terus-meneurs, tindakan, pengamatan dan evaluasi,
refleksi, dan perencanaan ulang. Proses ini merupakan episode-episode yang siklustif.
        CAR sangat bermanfaat dalam membangun hubungan interpersonal, tipe
pengajaran yang bervariasi, pengukuran bentuk-bentuk wacana kelas, penyelidikan
terhadap manusia dengan melakukan komunikasi interpersonal selektif dan langsung.
Kesahihan CAR bersifat personal, dan tidak semata-mata menekankan kesahihan
metodologis. CAR memberikan kontribusi dalam pemecahan masalah secara empirik
dan faktual. CAR dapat digunakan oleh peneliti yang berupaya ingin mengetahui secara
sistematis dan terkendali praktik-praktik pengajarannya sendiri. Dengan mengadaptasi
pandangan yang humanis dalam penelitian pendidikan, maka peneliti mengubah
perilakunya ke dalam suatu penelitian manusiawi. CAR memberi bekal kepada guru
untuk berpikir secara rasional dan memilih dasar filosofis yang tepat serta metodologis.
CAR lebih banyak menekankan partisipasi demokratis.
        CAR terbuka terhadap pengalaman, proses baru, dan bersifat mendidik. Melalui
CAR, guru dapat mengembangkan profesionalismenya. Dalam hal ini, komitmen
personal sangat menentukan. Filosofinya adalah, bahwa dalam rangka menerima
tanggung jawab profesional sebagai pendidik, guru hendaknya terlebih dahulu mendidik

                                                                                          12
dirinya sendiri. Secara empiris, CAR lebih menekankan validitas dan reliabilitas data.
Paham ini lebih menekankan etic approach, sehingga guru tidak diberitahukan mengenai
metode, tujuan, dan alasan penelitian. Penelitian tidak menekankan pengumpulan dan
analisis data secara statistik. Isu yang diteliti tidak terfokus pada perkembangan
personal. Secara interpretatif, CAR bersifat sosiologis yang lebih menekankan kesamaan
interpretasi antara guru sebagai aktor dan peneliti sebagai pengamat. Tradisi ini
menggunakan emic approach yang lebih bersifat kualitatif. Pencetusnya adalah Glaser
dan Straus (dalam McNeiff, 1992b).
       Ditinjau dari tradisi pendidikan, CAR cenderung mengikuti definisi yang
dikemukakan oleh Stephen Corey (dalam McNiff, 1992) dalam bukunya yang berjudul
action research to improve school practice, bahwa ada dua sumber tentang istilah dan
pelaksanaan CAR. Pertama, berasal dari Collier yang menggunakan istilah pendekatan
bersama antara masyarakat dan administrator dalam melakukan penelitian. Kedua,
berasal dari Kurt Lewin yang sangat tertarik pada hubungan manusia dan menelitinya
secara ilmiah dengan tujuan meningkatkan hubungan antar anggota masyarakat melalui
inquiry mandiri. Lewin (dalam McNeiff, 1992a) merumuskan suatu skema yang
memungkinkan orang melakukan inquiry mandiri secara sistematis. Mekanisme CAR
Kurt Lewin kemudian disempurnakan oleh Stephen Kemmis, Elliot dan Ebbutt.
       Di Amerika, J.J Schwab (dalam McNiff, 1992) menganjurkan agar guru berperan
sebagai peneliti utama dalam CAR. Anjuran ini merupakan momentum yang tepat
untuk mengembalikan CAR sebagai satu metodologi yang lebih menitikberatkan
kepentingan dan menghargai individu. Di Inggris (1960-an hingga 1970-an) berkembang
pemikiran serupa yang dipelopori oleh Lawrence Stenhouse (dalam McNiff, 1992),
bahwa dengan guru sebagai pelaksana utama, maka dia otomatis merefleksi secara kritis
dan   sistematis   tentang   pengajarannya   sendiri,   guru   menjadi   diberdayakan
mengembangkan keilmuannya, sehingga dia dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Car dan Kemmis (dalam McNeiff, 1992a) menyebut CAR sebagai
penelitian tindakan pendidikan yang mengharuskan guru tidak hanya melakukan,
mencatat, dan mencandra praktik pengajarannya, tetapi juga memperluas wawasan dan
melakukan investigasi mandiri. Tugas ini bersifat mendidik guru itu sendiri. Guru
diwajibkan memiliki komitmen dalam upaya memperbaiki mutu input-process-output



                                                                                   13
pembelajarannya dan selalu melakukan refleksi terhadap konsekuensi tindakannya di
kelas.
         Berdasarkan uraian tentang pentingnya CAR bagi guru, maka seyogyanya guru
dapat melakukan CAR secara berkesinambungan. Praktik pembelajaran melalui CAR
dapat meningkatkan profesionalisme guru (Jones & Song, 2005; Kirkey, 2005;
McIntosh, 2005; McNeiff, 1992). Hal ini, karena CAR dapat membantu (1)
pengembangan kompetensi guru dalam menyelesaikan masalah pembelajaran mencakup
kualitas isi, efisiensi, dan efektivitas pembelajaran, proses, dan hasil belajar siswa, (2)
peningkatan kemampuan pembelajaran akan berdampak pada peningkatan kompetensi
kepribadian, sosial, dan profesional guru (Prendergast, 2002). Lewin (dalam
Prendergast, 2002) secara tegas menyatakan, bahwa CAR merupakan cara guru untuk
mengorganisasikan       pembelajaran    berdasarkan     pengalamannya       sendiri   atau
pengalamannya berkolaborasi dengan guru lain. Sementara itu, Calhoun dan Glanz
(dalam Prendergast, 2002) menyatakan, bahwa CAR merupakan suatu metode untuk
memberdayakan guru yang mampu mendukung kinerja kreatif sekolah. Di samping itu,
Prendergast (2002) juga menyatakan, bahwa CAR merupakan wahana bagi guru untuk
melakukan refleksi dan tindakan secara sistematis dalam pengajarannya untuk
memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Cole dan Knowles (Prendergast (2002)
menyatakan bahwa, CAR dapat mengarahkan para guru untuk melakukan kolaborasi,
refleksi, dan bertanya satu dengan yang lain dengan tujuan tidak hanya tentang program
dan metode mengajar, tetapi juga membantu para guru mengembangkan hubungan-
hubungan personal. Pernyataan Knowles tersebut juga didukung oleh Noffke (dalam
Prendergast, 2002), bahwa CAR dapat mendorong para guru melakukan refleksi
terhadap praktek pembelajarannya untuk membangun pemahaman mendalam dan
mengembangkan hubungan-hubungan personal dan sosial antar guru. Whitehead (1993)
menyatakan, bahwa CAR dapat memfasilitasi guru untuk mengembangkan pemahaman
tentang pedagogi dalam rangka memperbaiki pemberlajarannya.                D’Oria (2004)
menyatakan bahwa penerapan CAR dalam pembelajaran dapat meningkatkan
profesionalisme guru.
         Hubungannya dengan perolehan belajar siswa, penelitian dengan metode CAR
telah pula dilaporkan. D’Oria (2004) menyatakan bahwa CAR dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa, meningkatkan perolehan belajar konseptual dan praktikal,

                                                                                        14
memperbaiki prilaku-prilaku siswa,        menumbuhkan kepedulian siswa terhadap
pemeliharaan peralatan pembelajaran. Webster (2003) menyatakan bahwa CAR dapat
meningkatkan keterampilan berpikir reflektif dan kritis. Wideman et al (2003)
menyatakan bahwa CAR dapat meningkatkan keterampilan-keterampilan siswa dalam
pemecahan masalah, komunikasi, menulis, pemahaman, dan mengorganisasikan
gagasan.


Kesimpulan
        Program sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah untuk mengidentifikasi
guru-guru berkualitas. Guru berkualitas yang terbukti dari hasil sertifikasi dijadikan
dasar untuk memberikan tunjangan profesi. Guru yang memperoleh tunjangan profesi
dikategorikan sebagai guru yang profesional.
        Untuk menjamin konsistensi profesionalisme guru seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,          diperlukan upaya-upaya peningkatan
profesionalisme secara berkesinambungan. Secara preskriptif, dukungan kompetensi
manajemen, strategi pemberdayaan, supervisi pengembangan, dan penelitian tindakan
kelas    merupakan      dimensi-dimensi   teoretis   alternatif   untuk   meningkatkan
profesionalisme guru.
        Dukungan kompetensi manajemen diperankan oleh kepala dinas pendidikan dan
kepala sekolah. Strategi pemberdayaan dan supervisi pengembangan merupakan peran
sentral kepala sekolah. Ketiga dimensi teoretis tersebut berlandaskan pada filosofi
humanistik, bahwa guru yang harus berkembang secara profesional, pada dasarnya dapat
meningkatkan profesionalismenya secara mandiri. Oleh sebab itu, peran kompetensi
manajemen, strategi pemberdayaan, dan supervisi pengembangan tidak lebih dari
sekadar fasilitas dan pijakan bagi guru untuk meningkatkan komitmen. Sedangkan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas merupakan wujud kesadaran guru berbasis refleksi
diri untuk meningkatkan profesionalisme. Namun, dukungan kepala dinas pendidikan
dan kepala sekolah sangat dibutuhkan dalam meningkatkan keefektifan pelaksanaan
penelitian tindakan kelas.




                                                                                   15
Daftar Rujukan

D’Oria, T. 2004. How i improved my teaching in grade 9 boy’s physical education to
       increase students’ participation and enjoyment. A research paper submitted in
       conformity with the requirements for the degree of Master of Education
       Nipissing University. Tersedia pada http://www.nipissingu.ca/oar/Reports/
       report_and_documents_Tony_D-Oria.pdf. Diakses pada tanggal 20 Juni 2007.
Jones, P., & Song, L. 2005. Action research fellows at Towson University.
       http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/V832E.pdf.
Kirkey, T. L. 2005. Differentiated instruction and enrichment opportunities: An action
       research report. http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/V833E.pdf.
Mantja, W. 2002. Manajemen pendidikan dan supervisi pengajaran. Malang: Wineka
       Media.
McIntosh, J. E. 2005. Valuing the collaborative nature of professional learning
       communities. Tersedia pada http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/V82E.pdf.
       Diakses pada tanggal 4 Juli 2007.
McNiff, J. 1992(a). Action research: Principles and practice. London: Routledge.
McNiff, J. 1992(b). Action research for professional development: Concise advise for
      new action esearchers. http://www.jeanmcneiff.com/booklet1.html.
Prendergast, M. 2002. Action research: The improvement of student and teacher
       learning. http://educ.queensu.ca/∼ar/reports/MP2002.htm.
 Ryan, T. G. 2002. Action research: Collecting and analyzing data. http://www.
       nipissingu.ca.oar/Reports/reports_and_document-Thomas_G_Ryan%20.pdf.
Stringer, R. T. 1996. Action research: A handbook for practitioners. London:
       International Educational and Profesional Publisher.
Surya Dharma. 2003. Pengembangan SDM berbasis kompetensi. Dalam Usmara, A
       (Ed.): Paradigma baru manajemen sumber daya manusia. 105-120. Yogyakarta:
       Amara Book.
Wahibur Rokhman, J. 2003. Pemberdayaan dan komitmen: Upaya mencapai kesuksesan
       organisasi dalam menghadapi persaingan global. Dalam Usmara, A (Ed.):
       Paradigma baru manajemen sumber daya manusia. 121-133. Yogyakarta:
       Amara Book.
Webster, J. A., 2003. Encouraging reflective and critical thinking in the context of
       literacy program: An action research exploration of teaching and learning in a
       primary classroom. A thesis submitted to the Faculty of Education in conformity
       with the requirements for the degree of Master of Education Queen s University
       kingston,       Ontario,      Canada.       Tersedia      pada      http://www.
       nipissingu.ca/oar/Reports/report_and_documents_Wideman_
       Delong_Morgan_Hallett.pdf. Diakses pada tanggal 21 Juni 2007.
Wideman, R., Delong, J., Morgan, D., & Hallett, K. 2003. An action research approach
       to improving student learning using provincial test results. Tersedia pada
       http://www. educ.queensu.ca/∼ar/reports/Jwebster.pdf. Diakses pada tanggal 25
       Juni 2007.




                                                                                   16

Contenu connexe

Tendances

Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTONHeldy Eriston
 
Prof. maisah, m.pd.i suhairi edi wardani riview jurnal managemen pesanteren d...
Prof. maisah, m.pd.i suhairi edi wardani riview jurnal managemen pesanteren d...Prof. maisah, m.pd.i suhairi edi wardani riview jurnal managemen pesanteren d...
Prof. maisah, m.pd.i suhairi edi wardani riview jurnal managemen pesanteren d...zarkonitanjung
 
Makalah fungsi dan tujuan supervisi pendidikan
Makalah fungsi dan tujuan supervisi pendidikanMakalah fungsi dan tujuan supervisi pendidikan
Makalah fungsi dan tujuan supervisi pendidikanMARTINADIAN1
 
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab IV by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab IV by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab IV by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab IV by HELDY ERISTONHeldy Eriston
 
Apakah yang anda faham dengan sekolah berkesan dan penambahbaikan sekolah
Apakah yang anda faham dengan sekolah berkesan dan penambahbaikan sekolahApakah yang anda faham dengan sekolah berkesan dan penambahbaikan sekolah
Apakah yang anda faham dengan sekolah berkesan dan penambahbaikan sekolahSuresh Ramasamy
 
Ke arah penjaminan kualiti kepimpinan dan pengurusan sekolah
Ke arah penjaminan kualiti kepimpinan dan pengurusan sekolahKe arah penjaminan kualiti kepimpinan dan pengurusan sekolah
Ke arah penjaminan kualiti kepimpinan dan pengurusan sekolahMpsm Cawangan Melaka
 
Adm pendidikan ke 4 prinsip dan unsur2 adm pendidikan
Adm pendidikan ke 4 prinsip dan unsur2 adm pendidikanAdm pendidikan ke 4 prinsip dan unsur2 adm pendidikan
Adm pendidikan ke 4 prinsip dan unsur2 adm pendidikanujangjm
 
Artikel Keguruan
Artikel KeguruanArtikel Keguruan
Artikel Keguruanarsyad20
 
Pembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanPembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanRiris Purbosari
 
Ppt adpen sukma
Ppt adpen sukmaPpt adpen sukma
Ppt adpen sukma240108
 
Kepemimpinan dan supervisi pendidikan
Kepemimpinan dan supervisi pendidikanKepemimpinan dan supervisi pendidikan
Kepemimpinan dan supervisi pendidikanAan Pambudi
 
Asas kepimpinan dan perkembangan profesional gur1
Asas kepimpinan dan perkembangan profesional gur1Asas kepimpinan dan perkembangan profesional gur1
Asas kepimpinan dan perkembangan profesional gur1Azizan Amanda
 
Adm pendidikan ke 5 strategi dan pendekatan administrasi pendidikan
Adm pendidikan ke 5 strategi dan pendekatan administrasi pendidikanAdm pendidikan ke 5 strategi dan pendekatan administrasi pendidikan
Adm pendidikan ke 5 strategi dan pendekatan administrasi pendidikanujangjm
 
Latihan Dan Pembangunan Profesional Guru
Latihan Dan Pembangunan Profesional GuruLatihan Dan Pembangunan Profesional Guru
Latihan Dan Pembangunan Profesional Guruhibatullah92
 
Presentasi makalah msdm
Presentasi makalah msdmPresentasi makalah msdm
Presentasi makalah msdmAsep Supriatna
 
Melindungi masa instruksional
Melindungi masa instruksionalMelindungi masa instruksional
Melindungi masa instruksionalnorlizajais
 

Tendances (19)

Masalah Pendidikan
Masalah PendidikanMasalah Pendidikan
Masalah Pendidikan
 
Kepimpinan Kurikulum Bilik Darjah
Kepimpinan Kurikulum Bilik DarjahKepimpinan Kurikulum Bilik Darjah
Kepimpinan Kurikulum Bilik Darjah
 
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON
 
Prof. maisah, m.pd.i suhairi edi wardani riview jurnal managemen pesanteren d...
Prof. maisah, m.pd.i suhairi edi wardani riview jurnal managemen pesanteren d...Prof. maisah, m.pd.i suhairi edi wardani riview jurnal managemen pesanteren d...
Prof. maisah, m.pd.i suhairi edi wardani riview jurnal managemen pesanteren d...
 
Makalah fungsi dan tujuan supervisi pendidikan
Makalah fungsi dan tujuan supervisi pendidikanMakalah fungsi dan tujuan supervisi pendidikan
Makalah fungsi dan tujuan supervisi pendidikan
 
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab IV by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab IV by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab IV by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab IV by HELDY ERISTON
 
Apakah yang anda faham dengan sekolah berkesan dan penambahbaikan sekolah
Apakah yang anda faham dengan sekolah berkesan dan penambahbaikan sekolahApakah yang anda faham dengan sekolah berkesan dan penambahbaikan sekolah
Apakah yang anda faham dengan sekolah berkesan dan penambahbaikan sekolah
 
Ke arah penjaminan kualiti kepimpinan dan pengurusan sekolah
Ke arah penjaminan kualiti kepimpinan dan pengurusan sekolahKe arah penjaminan kualiti kepimpinan dan pengurusan sekolah
Ke arah penjaminan kualiti kepimpinan dan pengurusan sekolah
 
Adm pendidikan ke 4 prinsip dan unsur2 adm pendidikan
Adm pendidikan ke 4 prinsip dan unsur2 adm pendidikanAdm pendidikan ke 4 prinsip dan unsur2 adm pendidikan
Adm pendidikan ke 4 prinsip dan unsur2 adm pendidikan
 
Artikel Keguruan
Artikel KeguruanArtikel Keguruan
Artikel Keguruan
 
Pembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanPembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi Pendidikan
 
Ppt adpen sukma
Ppt adpen sukmaPpt adpen sukma
Ppt adpen sukma
 
Kepemimpinan dan supervisi pendidikan
Kepemimpinan dan supervisi pendidikanKepemimpinan dan supervisi pendidikan
Kepemimpinan dan supervisi pendidikan
 
Asas kepimpinan dan perkembangan profesional gur1
Asas kepimpinan dan perkembangan profesional gur1Asas kepimpinan dan perkembangan profesional gur1
Asas kepimpinan dan perkembangan profesional gur1
 
Adm pendidikan ke 5 strategi dan pendekatan administrasi pendidikan
Adm pendidikan ke 5 strategi dan pendekatan administrasi pendidikanAdm pendidikan ke 5 strategi dan pendekatan administrasi pendidikan
Adm pendidikan ke 5 strategi dan pendekatan administrasi pendidikan
 
Latihan Dan Pembangunan Profesional Guru
Latihan Dan Pembangunan Profesional GuruLatihan Dan Pembangunan Profesional Guru
Latihan Dan Pembangunan Profesional Guru
 
Presentasi makalah msdm
Presentasi makalah msdmPresentasi makalah msdm
Presentasi makalah msdm
 
Matlamat pengajaran dan kepimpinan masa hadapan
Matlamat pengajaran dan kepimpinan masa hadapanMatlamat pengajaran dan kepimpinan masa hadapan
Matlamat pengajaran dan kepimpinan masa hadapan
 
Melindungi masa instruksional
Melindungi masa instruksionalMelindungi masa instruksional
Melindungi masa instruksional
 

En vedette

Guru profesional
Guru profesionalGuru profesional
Guru profesionalbustanul_s
 
недорогие отели рима и флоренции временное размещение
недорогие отели рима и флоренции временное размещениенедорогие отели рима и флоренции временное размещение
недорогие отели рима и флоренции временное размещениеENTOURS
 
программа тура австрия германия-швейцария-италия
программа тура австрия германия-швейцария-италияпрограмма тура австрия германия-швейцария-италия
программа тура австрия германия-швейцария-италияENTOURS
 
Программа тура Берлин-Амстердам-Париж 10 дней
Программа тура Берлин-Амстердам-Париж 10 днейПрограмма тура Берлин-Амстердам-Париж 10 дней
Программа тура Берлин-Амстердам-Париж 10 днейENTOURS
 
2013 2014 bes graphic novel award gr. 4-6
2013 2014 bes graphic novel award gr. 4-6 2013 2014 bes graphic novel award gr. 4-6
2013 2014 bes graphic novel award gr. 4-6 Matthew Winner
 
Rome florence 8 days a group tour presentation
Rome florence 8 days a group tour presentationRome florence 8 days a group tour presentation
Rome florence 8 days a group tour presentationENTOURS
 
Grand Tour of Europe 15 days
Grand Tour of Europe 15 daysGrand Tour of Europe 15 days
Grand Tour of Europe 15 daysENTOURS
 
The 4th Little Piggie's House
The 4th Little Piggie's HouseThe 4th Little Piggie's House
The 4th Little Piggie's HouseMatthew Winner
 
Denmark and fjord magic
Denmark and fjord magicDenmark and fjord magic
Denmark and fjord magicENTOURS
 
Spain portugal 15 days
Spain portugal 15 daysSpain portugal 15 days
Spain portugal 15 daysENTOURS
 
Teori Psikologi Komunitas
Teori Psikologi KomunitasTeori Psikologi Komunitas
Teori Psikologi KomunitasDina Haya Sufya
 
Why Video Games Matter (nhslma15)
Why Video Games Matter (nhslma15)Why Video Games Matter (nhslma15)
Why Video Games Matter (nhslma15)Matthew Winner
 
National Income by Manish Rangari
National Income by Manish Rangari National Income by Manish Rangari
National Income by Manish Rangari Manish Rangari
 
Be the hero (nhslma15)
Be the hero (nhslma15)Be the hero (nhslma15)
Be the hero (nhslma15)Matthew Winner
 

En vedette (16)

Guru profesional
Guru profesionalGuru profesional
Guru profesional
 
недорогие отели рима и флоренции временное размещение
недорогие отели рима и флоренции временное размещениенедорогие отели рима и флоренции временное размещение
недорогие отели рима и флоренции временное размещение
 
программа тура австрия германия-швейцария-италия
программа тура австрия германия-швейцария-италияпрограмма тура австрия германия-швейцария-италия
программа тура австрия германия-швейцария-италия
 
Statistics
StatisticsStatistics
Statistics
 
Программа тура Берлин-Амстердам-Париж 10 дней
Программа тура Берлин-Амстердам-Париж 10 днейПрограмма тура Берлин-Амстердам-Париж 10 дней
Программа тура Берлин-Амстердам-Париж 10 дней
 
Statistics
StatisticsStatistics
Statistics
 
2013 2014 bes graphic novel award gr. 4-6
2013 2014 bes graphic novel award gr. 4-6 2013 2014 bes graphic novel award gr. 4-6
2013 2014 bes graphic novel award gr. 4-6
 
Rome florence 8 days a group tour presentation
Rome florence 8 days a group tour presentationRome florence 8 days a group tour presentation
Rome florence 8 days a group tour presentation
 
Grand Tour of Europe 15 days
Grand Tour of Europe 15 daysGrand Tour of Europe 15 days
Grand Tour of Europe 15 days
 
The 4th Little Piggie's House
The 4th Little Piggie's HouseThe 4th Little Piggie's House
The 4th Little Piggie's House
 
Denmark and fjord magic
Denmark and fjord magicDenmark and fjord magic
Denmark and fjord magic
 
Spain portugal 15 days
Spain portugal 15 daysSpain portugal 15 days
Spain portugal 15 days
 
Teori Psikologi Komunitas
Teori Psikologi KomunitasTeori Psikologi Komunitas
Teori Psikologi Komunitas
 
Why Video Games Matter (nhslma15)
Why Video Games Matter (nhslma15)Why Video Games Matter (nhslma15)
Why Video Games Matter (nhslma15)
 
National Income by Manish Rangari
National Income by Manish Rangari National Income by Manish Rangari
National Income by Manish Rangari
 
Be the hero (nhslma15)
Be the hero (nhslma15)Be the hero (nhslma15)
Be the hero (nhslma15)
 

Similaire à Dimensi dimensi teoretis

Wawasan supervisi pendidikan dan kepengawasan sekolah
Wawasan supervisi pendidikan dan kepengawasan sekolahWawasan supervisi pendidikan dan kepengawasan sekolah
Wawasan supervisi pendidikan dan kepengawasan sekolahIg Fandy Jayanto
 
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.docREVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.docDelianaDeliana6
 
MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN Cescashinta
 
Manajemen Personalia SMK
Manajemen Personalia SMKManajemen Personalia SMK
Manajemen Personalia SMKAsti Wulandari
 
PPT KELOMPOK I.pptx
PPT KELOMPOK I.pptxPPT KELOMPOK I.pptx
PPT KELOMPOK I.pptxdhienas
 
KOMPETENSI GURU DAN KESIAPAN GURU MENGINFORMASIKAN KURIKULUM.pdf
KOMPETENSI GURU DAN KESIAPAN GURU MENGINFORMASIKAN KURIKULUM.pdfKOMPETENSI GURU DAN KESIAPAN GURU MENGINFORMASIKAN KURIKULUM.pdf
KOMPETENSI GURU DAN KESIAPAN GURU MENGINFORMASIKAN KURIKULUM.pdfIsyfi Agni
 
Muzakarah profesi
Muzakarah profesiMuzakarah profesi
Muzakarah profesiadesaadah
 
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)Mulyati Rahman
 
Bab 13 laporan akhir profesionalisme guru edited 30 april 2
Bab 13 laporan akhir profesionalisme guru edited 30 april 2Bab 13 laporan akhir profesionalisme guru edited 30 april 2
Bab 13 laporan akhir profesionalisme guru edited 30 april 2sue ellen
 
Pentingnya supervisi pendidikan sebagai upaya peningkatan profesionalisme
Pentingnya supervisi pendidikan sebagai upaya peningkatan profesionalismePentingnya supervisi pendidikan sebagai upaya peningkatan profesionalisme
Pentingnya supervisi pendidikan sebagai upaya peningkatan profesionalismesoeh20
 
Assesment Kinerja Manajemen Pendidikan
Assesment Kinerja Manajemen PendidikanAssesment Kinerja Manajemen Pendidikan
Assesment Kinerja Manajemen PendidikanArmadira Enno
 
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai pencetak calon guru pro...
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai pencetak calon guru pro...Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai pencetak calon guru pro...
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai pencetak calon guru pro...AnnisaArianti2
 

Similaire à Dimensi dimensi teoretis (20)

Wawasan supervisi pendidikan dan kepengawasan sekolah
Wawasan supervisi pendidikan dan kepengawasan sekolahWawasan supervisi pendidikan dan kepengawasan sekolah
Wawasan supervisi pendidikan dan kepengawasan sekolah
 
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.docREVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
 
MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN
 
Manajemen Personalia SMK
Manajemen Personalia SMKManajemen Personalia SMK
Manajemen Personalia SMK
 
Makalah daspen
Makalah daspenMakalah daspen
Makalah daspen
 
K O N S E P D A S A R T C
K O N S E P  D A S A R  T CK O N S E P  D A S A R  T C
K O N S E P D A S A R T C
 
K O N S E P D A S A R T C
K O N S E P  D A S A R  T CK O N S E P  D A S A R  T C
K O N S E P D A S A R T C
 
PPT KELOMPOK I.pptx
PPT KELOMPOK I.pptxPPT KELOMPOK I.pptx
PPT KELOMPOK I.pptx
 
Program supervisi
Program supervisiProgram supervisi
Program supervisi
 
KOMPETENSI GURU DAN KESIAPAN GURU MENGINFORMASIKAN KURIKULUM.pdf
KOMPETENSI GURU DAN KESIAPAN GURU MENGINFORMASIKAN KURIKULUM.pdfKOMPETENSI GURU DAN KESIAPAN GURU MENGINFORMASIKAN KURIKULUM.pdf
KOMPETENSI GURU DAN KESIAPAN GURU MENGINFORMASIKAN KURIKULUM.pdf
 
Artikel ilmiah1
Artikel ilmiah1Artikel ilmiah1
Artikel ilmiah1
 
Muzakarah profesi
Muzakarah profesiMuzakarah profesi
Muzakarah profesi
 
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
 
Laporan pts
Laporan ptsLaporan pts
Laporan pts
 
Modul 4 kb 4
Modul 4 kb 4Modul 4 kb 4
Modul 4 kb 4
 
Bab 13 laporan akhir profesionalisme guru edited 30 april 2
Bab 13 laporan akhir profesionalisme guru edited 30 april 2Bab 13 laporan akhir profesionalisme guru edited 30 april 2
Bab 13 laporan akhir profesionalisme guru edited 30 april 2
 
Pentingnya supervisi pendidikan sebagai upaya peningkatan profesionalisme
Pentingnya supervisi pendidikan sebagai upaya peningkatan profesionalismePentingnya supervisi pendidikan sebagai upaya peningkatan profesionalisme
Pentingnya supervisi pendidikan sebagai upaya peningkatan profesionalisme
 
Assesment Kinerja Manajemen Pendidikan
Assesment Kinerja Manajemen PendidikanAssesment Kinerja Manajemen Pendidikan
Assesment Kinerja Manajemen Pendidikan
 
Bab I
Bab I Bab I
Bab I
 
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai pencetak calon guru pro...
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai pencetak calon guru pro...Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai pencetak calon guru pro...
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai pencetak calon guru pro...
 

Dernier

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxRIMA685626
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRizalAminulloh2
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 

Dernier (20)

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 

Dimensi dimensi teoretis

  • 1. DIMENSI-DIMENSI TEORETIS PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU I Wayan Santyasa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Ganesha Abstrak Profesionalisme guru sering dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup penting, yaitu kompetensi, sertifikasi, dan tunjangan profesi. Ketiga faktor tersebut diprediksi mempengaruhi kualitas pendidikan. Sertifikasi erat kaitannya dengan proses belajar, sehingga tidak bisa diasumsikan mencerminkan kompetensi yang unggul sepanjang hayat. Pasca sertifikasi seyogyanya merupakan tonggak awal bagi guru untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme secara kontinu. Secara preskriptif, dukungan kompetensi manajemen, strategi pemberdayaan, supervisi pengembangan, dan penelitian tindakan kelas merupakan dimensi- dimensi teoretis alternatif untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru. Keempat dimensi teoretis tersebut berlandaskan pada filosofi humanistik, bahwa pada dasarnya guru dapat meningkatkan profesionalismenya secara mandiri. Dimensi-dimensi teoretis tersebut berperan sebagai fasilitas dan pijakan bagi guru untuk meningkatkan komitmen dan kesadaran berbasis refleksi diri dalam rangka meningkatkan profesionalismenya. Pendahuluan Sejak tahun 2005, isu mengenai profesionalisme guru gencar dibicarakan di Indonesia. Profesionalisme guru sering dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup penting, yaitu kompetensi guru, sertifikasi guru, dan tunjangan profesi guru. Ketiga faktor tersebut merupakan latar yang disinyalir berkaitan erat dengan kualitas pendidikan. Guru profesional yang dibuktikan dengan kompetensi yang dimilikinya akan mendorong terwujudnya proses dan produk kinerja yang dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan. Guru kompeten dapat dibuktikan dengan perolehan sertifikasi guru berikut tunjangan profesi yang memadai menurut ukuran Indonesia. Sekarang ini, terdapat sejumlah guru yang telah tersertifikasi, akan tersertifikasi, telah memperoleh tunjangan profesi, dan akan memperoleh tunjangan profesi. Fakta bahwa guru telah tersertifikasi merupakan dasar asumsi yang kuat, bahwa guru telah memiliki kompetensi. Kompetensi guru tersebut mencakup empat jenis, yaitu (1) kompetensi pedagogi (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi kepribadian. 1
  • 2. Persoalan yang muncul kemudian, bahwa guru yang diasumsikan telah memiliki kompetensi yang hanya berlandaskan pada asumsi bahwa mereka telah tersertifikasi, tampaknya dalam jangka panjang sulit untuk dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Bukti tersertifikasinya para guru adalah kondisi sekarang, yang secara umum merupakan kualitas sumber daya guru sesaat setelah sertifikasi. Oleh karena sertifikasi erat kaitannya dengan proses belajar, maka sertifikasi tidak bisa diasumsikan mencerminkan kompetensi yang unggul sepanjang hayat. Pasca sertifikasi seyogyanya merupakan tonggak awal bagi guru untuk selalu meningkatkan kompetensi dengan cara belajar sepanjang hayat. Untuk memfasilitasi peningkatan kompetensi guru, diperlukan manajemen pengembangan kompetensi guru. Hal ini perlu dipikirkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, karena peningkatan kompetensi guru merupakan indikator peningkatan profesionalisme guru itu sendiri. Manajemen pengembangan kompetensi guru dapat diartikan sebagai usaha yang dikerjakan untuk memajukan dan meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan, dan keterampilan guru demi kesempurnaan tugas pekerjaannya. Pengembangan kompetensi guru didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan (1) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya arus globalisasi dan informasi, (2) menutupi kelemahan- kelemahan yang tak tampak pada waktu seleksi, (3) mengembangkan sikap profesional, (4) mengembangkan kompetensi profesional, dan (5) menumbuhkan ikatan batin antara guru dan kepala sekolah. Secara teknis, kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru adalah (1) bimbingan dan tugas, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) kursus-kursus, (4) studi lanjut, (5) promosi, (6) latihan jabatan, (7) rotasi jabatan, (8) konferensi, (9) penataran, (10) lokakarya, (11) seminar, dan (12) pembinaan profesional guru (supervisi pengajaran). Manajemen peningkatan kompetensi guru bermuara pada pertumbuhan manusiawi dan profesionalisme guru (Mantja, 2002). Dalam hal ini, hubungan antara kepala sekolah dan guru bersifat proaktif mengupayakan perbaikan, pengembangan, peningkatan keefektifan dan didasarkan atas kekuatan persepsi, bakat/potensi, dan minat individu. Artinya, kepala sekolah hendaknya memiliki kepedulian terhadap kebutuhan manusiawi dan profesionalisasi guru dalam tiga perspektif. Pertama, keterlibatan guru dengan segala keunikan kepribadiannya, bakatnya, mengupayakan promosi yang wajar berdasarkan kemampuan kerja guru. Kedua, kepedulian kepala sekolah terhadap 2
  • 3. pengembangan guru. Ketiga, program peningkatan profesionalisme guru dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah dan guru dalam rangka meningkatkan keefektifan sekolah. Ketiga perspektif tersebut dalam proses manajemen bersifat interdependensi dinamis. Walaupun guru telah tersertifikasi, yang dapat diasumsikan mereka telah memiliki kecakapan kognitif, afektif, dan unjuk kerja yang memadai, namun sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan pembangunan pendidikan kekinian, maka guru dituntut untuk terus menerus berupaya meningkatkan kompetensinya secara dinamis. Mantja (2002) menyatakan bahwa peningkatan kompetensi tersebut tidak hanya ditujukan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, namun yang lebih penting adalah kemamuan diri untuk terus menerus melakukan peningkatan kelayakan kompetensi. Sergiovanni (dalam mantja, 2002) menegaskan bahwa teachers are axpected to put their knowledge to work to demonstrate they can do the job. Finally, professional are expected to engage in a life long commitment to self improvement. Self improvement is the will-grow competency area. Pernyataan Sergiovanni tersebut memberikan petunjuk bahwa asumsi profesionalisme guru pasca sertifikasi seyognya menjadi spring board bagi guru untuk terus menerus menata komitmen melakukan perbaikan diri dalam rangka meningkatkan kompetensi. Peningkatan kompetensi atas dorongan komitmen diri diharapkan akan mampu meningkatkan keefektifan kinerjanya di sekolah. Komitmen untuk meningkatkan kefektifan kinerja sangat berkaitan dengan pencapaian tujuan program, yaitu program pembelajaran yang diharapkan mampu menghasilkan output dan outcome yang mencapai standar. Jika guru memiliki komitmen untuk mengembangkan kompetensi diri secara terus menerus, maka proses-proses perencanaan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian program pembelajaran diyakini akan dapat dilakukan sesuai dengan tuntutan kekinian. Penjelasan di atas mengindikasikan, bahwa komitmen diri dan strategi-strategi manajemen sangat dibutuhkan dalam rangka memfasilitasi guru meningkatkan profesionalismenya. Sinergi antara komitmen guru dan strategi manajemen akan melahirkan proses kolaborasi yang efektif untuk meningkatkan kompetensi. Kajian ini menyajikan empat dimensi teori preskripsi sebagai alternatif landasan bagi guru dan lembaga pendidikan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Lima dimensi teoretis 3
  • 4. tersebut, adalah (1) dukungan kompetensi manajemen, (2) strategi pemberdayaan, (3) supervisi pengembangan, dan (4) penelitian tindakan kelas. Dukungan Kompetensi Manajemen Kompetensi manajemen yang dibutuhkan untuk peningkatan profesionalisme guru dibedakan atas tiga jenis (Surya Dharma, 2003), (1) manajemen pada tingkatan kepala dinas pendidikan, (2) manajemen pada tingkatan kepala sekolah, dan (3) manajemen pada tingkatan guru. Pada tingkatan kepala dinas dibutuhkan kompetensi tentang (1) strategic thinking, (2) change leadership, dan (3) relationship management. Strategic thinking merupakan kompetensi untuk memahami kecenderungan perubahan sistem pendidikan yang begitu cepat, peka terhadap kondisi eksternal berupa peluang dan tantangan, memberdayakan potensi internal berbasis kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan yang diterapkan, sehingga mampu mengidentifikasikan strategic response secara optimal. Aspek change leadership berurusan dengan kompetensi untuk mengomunikasikan visi dan strategi dinas pendidikan yang dapat ditransformasikan kepada para guru. Pemahaman atas visi dinas pendidikan oleh para guru akan menumbuhkan motivasi dan komitmen guru, sehingga mereka dapat bergerak sebagai sponsor inovasi, terutama dalam mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya sebaik mungkin untuk menuju kepada proses perubahan. Kompetensi relationship management merupakan kemampuan untuk meningkatkan hubungan dan jaringan dengan instansi lain yang terkait, misalnya dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, sehingga inovasi-inovasi yang berkembang dapat dicandra secara cepat untuk kemudian disosialisasikan kepada para kepala sekolah dan para guru. Kompetensi-kompetensi tersebut dapat mendorong peningkatan profesionalisme kepala sekolah dan guru. Pada tingkatan kepala sekolah dibutuhkan kompetensi-kompetensi fleksibility, change impelementation, interpersonal understanding, empowering, team facilitation, dan portability. Aspek fleksibility adalah kemampuan melakukan perubahan pada struktur dan proses manajerial sekolah. Aspek change impelementation merujuk pada kemampuan untuk melakukan perubahan strategi implementasi kebijakan demi tercapainya keefektifan pelaksanaan tugas-tugas sekolah. Dimensi interpersonal undrstanding berurusan dengan kemampuan untuk memahami nilai berbagai tipe guru 4
  • 5. layaknya sebagai seorang manusia. Aspek empowering merupakan kemampuan berbagi informasi, akomodatif terhadap gagasan para guru dan pegawai di sekolah, mengakomodasi kebutuhan guru dan pegawai dalam peningkatan profesionalisme, mendelegasikan tanggung jawab secara proporsional, menyiapkan saran dan umpan balik yang efektif, menyatakan harapan-harapan yang positif kepada guru dan menyediakan penghargaan bagi peningkatan kinerja guru dan pegawai. Dimensi team facilitation lebih mengarah pada kemampuan untuk menyatukan para guru untuk bekerja sama secara efektif dalam mencapai tujuan bersama, temasuk memberi kesempatan kepada para guru untuk berpartisipasi mengatasi konflik. Dimensi portability merupakan kemampuan beradaptasi dan berfungsi secara efektif dengan lingkungan luar sekolah. Kompetensi-kompetensi tersebut sangat potensial untuk mendorong timbulnya motivasi intriksik para guru dan rasa tanggung jawab yang lebih besar dalam meningkatkan profesionalismenya. Pada tingkatan guru dibutuhkan kompetensi-kompetensi fleksibilitas; mencari dan menggunakan informasi, motivasi dan kemampuan untuk belajar, motivasi berprestasi, motivasi kerja di bawah tekanan waktu; kolaborasi dan orientasi pelayanan kepada siswa. Dimensi fleksibilitas adalah kemampuan untuk melihat perubahan sebagai suatu kesempatan yang menggembirakan ketimbang sebagai ancaman. Aspek mencari informasi, motivasi, dan kemampuan belajar adalah kompetensi tentang antusiasme untuk mencari kesempatan belajar tentang keahlian teknis dan interpersonal. Dimensi motivasi berprestasi adalah kemampuan untuk mendorong inovasi, perbaikan berkelanjutan baik kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan sesuai dengan tantangan kompetensi. Aspek motivasi kerja dalam tekanan waktu merupakan kombinasi antara fleksibilitas, motivasi berprestasi, menahan stress, dan komitmen untuk meningkatan profesionalisme. Dimensi kolaborasi adalah kemampuan bekerja secara kooperatif di dalam kelompok yang multidisiplin, menaruh harapan positif kepada kolega lain, pemahaman interpersonal dan komitmen pendidikan. Dimensi keinginan yang besar melayani siswa dengan baik adalah kompetensi yang dibutuhkan oleh guru sebagai konsekuensi berlakunya paradigma custumisation. Paradigma ini lebih meletakkan landasan yang kuat, bahwa kehadiran guru di sekolah lebih sebagai fasilitator dan meninggalkan perannya yang kurang tepat selama ini, yaitu sebagai transmiter ilmu. 5
  • 6. Strategi Pemberdayaan Sekarang ini, guru dihadapkan pada perubahan paradigma persaingan dari sebelumnya lebih bersifat physical asset menuju paradigma knowledge based competition. Perubahan paradigma tersebut menuntut efesiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya guru, karena guru merupakan agen perubahan dan agen pembaharuan, sehingga mereka mampu bersaing dan memiliki keunggulan kompetitif. Pemantapan sumber daya guru sebagai intellectual capital harus diikuti dengan pengembangan dan pembaharauan terhadap kemampuan dan keahlian yang dimilikinya, sehingga mereka mampu dan peka terhadap arah perubahan yang terjadi. Strategi pemberdayaan merupakan salah satu cara pengembangan guru melalui employee involvement. Analog dengan pikiran Wahibur Rokhman (2002), dapat dikonsepsikan bahwa pemberdayaan merupakan upaya kepala sekolah untuk meberikan wewenang dan tanggung jawab yang proporasional, menciptakan kondisi saling percaya, dan pelibatan guru dalam menyelesaikan tugas dan pengambilan keputusan. Kepala sekolah memiliki peran strategis dalam proses pemberdayaan guru sebagai agen perubahan. Dalam hal ini, kepala sekolah dituntut memiliki kesadaran yang tinggi dalam mendistribusi wewenang dan tanggung jawab secara proporsional. Cara ini, di satu sisi merupakan proses kaderisasi, di sisi lain adalah untuk mengakomodasi proses peningkatan kompetensi guru secara berkelanjutan. Untuk menjamin keberhasilan proses pemberdayaan guru, dapat digunakan model pemberdayaan Khan (dalam Wahibur Rokhman, 2003) dengan paradigma- paradigma desire, trust, confident, credibility, accountability, communication. Paradigma desire merupakan upaya kepala sekolah untuk (a) memberi kesempatan kepada guru untuk mengidentifikasi permasalahan yang sedang berkembang, (b) memperkecil directive personality dan memperluas keterlibatan guru, (c) mendorong terciptanya perspektif baru dan memikirkan kembali strategi untuk meningkatkan kinerja, dan (d) menggambarkan keahlian team dan melatih guru untuk melakukan self-control. Paradigma trust mencakup upaya kepala sekolah untuk (a) memberi kesempatan kepada guru untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan, (b) menyediakan waktu dan sumber daya pendukung yang mencukupi bagi upaya guru untuk meningkatkan kinerja, (c) menyediakan pelatihan yang mencukupi bagi kebutuhan peningkatan kinerja 6
  • 7. guru, (d) menghargai perbedaan pandangan dan mengakui kesuksesan yang diraih oleh guru, dan (e) menyediakan akses informasi yang memadai bagi upaya guru untuk meningkatkan kinerja. Paradigma Confident merupakan upaya kepala sekolah untuk (a) mendelegasikan tugas-tugas yang dianggap penting kepada guru, (b) menggali dan mengakomodasi gagasan dan saran guru, (c) memperluas tugas dan membangun jaringan dengan sekolah dan instansi lain, dan (d) menyediakan jadwal job instruction dan mendorong munculnya win-win solution. Beberapa upaya kepala sekolah terkait dengan paradigma credibility, adalah (a) memandang guru sebagai partner strategis, (b) menawarkan peningkat standar tinggi di semua aspek kinerja guru, (c) mensosialisasikan inisiatif guru sebagai individu kepada guru lain untuk melakukan perubahan secara partisipatif, dan (d) menggagas win-win solution dalam mengatasi perbedaan pandangan dalam penentuan tujuan dan penetapan prioritas. Paradigma accountability merupakan upaya kepala sekolah untuk (a) menggunakan jalur training dalam mengevaluasi kinerja guru, (b) memberikan tugas yang terdefinisikan secara jelas dan terukur, (c) melibatkan guru dalam penentuan standar dan ukuran kinerja, (d) memberikan bantuan dan saran kepada guru dalam menyelesaikan beban kerjanya, dan (e) menyediakan periode dan waktu pemberian feedback. Paradigma communication adalah upaya kepala sekolah untuk (a) menetapkan kbijakan open door communication, (b) menyediakan waktu untuk memperoleh informasi dan mendiskusikan permasalah secara terbuka, dan (c) menciptakan kesempatan untuk cross-training. Di samping enam paradigma pemberdayaan guru tersebut, faktor lingkungan sekolah juga sangat menentukan pelaksanaan program pemberdayaan. Caudron (dalam Wahibur Rokhman, 2003) menganjurkan enam hal penting untuk membangun lingkungan sekolah yang kondusif bagi pelaksanaan program pemberdayaan. Enam hal tersebut, adalah (1) work teams and information sharing, (2) training and resources, (3) measurement and feedback, (4) reinforcement, (5) responsibility, dan (6) flexibility procedure. 7
  • 8. Membentuk work teams and information sharing sangat penting bagi sekolah, karena di dalam tim terdapat peluang yang besar terjadinya sharing knowledge di antara para guru, pegawai, dan kepala sekolah. Setiap individu diharapkan mampu menyajikan unjuk kerja dan mempengaruhi secara positif kepada yang lain dalam meningkatkan kompetensi. Sharing knowledge di antara para guru, pegawai, dan kepala sekolah terjadi melalui proses-proses komunikasi terbuka tentang kekuatan dan kelemahan kinerja mereka serta mencermati tantangan dan peluang yang mereka hadapi seiring dengan perkembangan pendidikan. Pemberdayaan training and resources sangat penting untuk menunjang peningkatan profesionalisme guru. Training team memiliki peran penting untuk menjaga kekompakan dalam penyelesaian berbagai masalah di sekolah. Hal ini penting, karena pemberdayaan bagi guru tidak hanya untuk tujuan-tujuan independent empowering, tetapi juga interdependent empowering. Namun, training sangat membutuhkan penyediaan fasilitas da sumber daya lain yang dibutuhkan guru dalam meningkatkan kompetensinya. Measurement sangat dibutuhkan untuk memperoleh data ada atau tidaknya peningkatan dan kemajuan yang dialami guru. Konsep pengukuran tidak bisa dilepaskan dari konsep standar. Hasil pengukuran yang dibandingkan dengan standar akan berfungsi sebagai alat kontrol terhadap kinerja yang dilakukan oleh guru. Namun pasca pengukuran memerlukan adanya feedback secara cepat. Hal ini penting, karena feedback akan memberi peluang bagi guru untuk menampilkan kinerja yang lebih baik. Dukungan manajemen dengan pemberian reinforcement secara terus menerus akan mendukung dan memotivasi guru. Pada hakikatnya, semua manusia (termasuk guru) merasa respektif terhadap penghargaan yang diterima atas prestasi yang dicapainya. Kepala sekolah atau pengawas perlu memberikan penilaian yang baik atas prestasi kerja yang bisa dicapai oleh guru. Kepala sekolah wajib melakukan sosialiasi atas prestasi yang dicapai guru di sekolah. Memberikan kepercayaan kepada para guru untuk melakukan pekerjaan yang sesuai akan membangun responsibility guru terhadap tugas yang menjadi kewajibannya. Kepercayaan tersebut akan membangkitkan kreativitas dan inovasi mereka yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja dan produktivitasnya. Pemberian wewenang memiliki nilai strategis bagi guru dalam hal meningkatkan rasa percaya diri mereka 8
  • 9. sebagai akibat dirinya merasa dihargai, penting, dan dibutuhkan keberadaanya di sekolah. Dengan demikian, guru akan mengerahkan seluruh pengetahuan dan keahliannya untuk melakukan tugas dengan sebaik-baiknya. Flexibility procedure sangat dibutuhkan di sekolah, karena sangat memudahkan dalam pengambilan keputusan. Prosedur yang fleksibel akan mendukung sekolah dalam melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan zaman seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Di samping itu, akan memberi peluang pula bagi guru untuk mampu beradaptasi dan meningkatkan kompetensi, sehingga lebih siap dalam berkompetisi. Supervisi Pengembangan Pada umumnya, kepala sekolah berfungsi sebagai supervisor pengajaran di sekolah. Dia bertanggung jawab mengkoordinasikan semua program pengajaran. Para guru mengharapkan agar kepala sekolah menggunakan sebagian besar waktunya untuk perbaikan dan peningkatan pengajaran. Oleh sebab itu, kepala sekolah hendaknya memiliki kompetensi kepemimpinan pengajaran dalam melaksanakan tugasnya sebagai supervisor. Dia hendaknya memiliki pemahaman tentang cara yang tepat dalam melaksanakan supervisi. Glickman (dalam Mantja 2002) memperkenalkan pendekatan supervisi pengembangan (developmental supervision). Pendekatan tersebut bertolak dari kenyataan, bahwa pada dasarnya proses supervisi adalah proses belajar. Dalam proses supervisi, hubungan antara kepala sekolah analog dengan hubungan antara guru dan siswa. Guru dalam melayani siswa memiliki kewajiban untuk memhamami semua karakteristik siswa. Demikian pula, kepala sekolah dalam melakukan supervisi pada para guru, hendaknya guru diperhatikan sebagai individu, karena adanya perbedaan- pernedaan individual guru dalam perkembangan manusiawinya. Perlakuan seperti itu sangat diperlukan, lebih-lebih guru dituntut untuk terlibat secara langsung dalam peningkatan kualitas pendidikan. Pendekatan supervisi perlu didasarkan atas perkembangan, kebutuhan, dan karakteristik guru. Pendekatan tersebut erat kaitannya dengan dua unsur penting keefektifan guru dalam menjalankan tugas keprofesionalan, yaitu komitmen dan kemampuan berpikir abstraks. 9
  • 10. Komitmen guru merupakan banyaknya waktu dan tenaga yang mampu dicurahkan oleh guru tersebut bagi siswa dan menunjang profesinya. Komitmen diistilahkan sebagai kepedulian, yang dapat diklasifikasi atas tiga kategori, kepedulian terhadap diri sendiri, terhadap siswa, dan terhadap profesionalisasi. Kemampuan berpikir abstraks, adalah kemampuan kognitif berbasis pengalaman konkrit, mampu mengidentifikasi tindakan kekinian untuk membantu siswa belajar secara efektif, dan mampu mengidentifikasi tindakan yang akan datang yang lebih memberikan kesuksesan pelayanan bagi siswa. Kemampuan abstraks diistilahkan sebagai kompleksitas kognitif. Perpaduan antara kepedulian dan kompleksitas kognitif melahirkan tiga tahapan perkembangan profesional, yaitu perkembangan tingkat rendah, sedang, dan tinggi. Tahapan perkembangan tersebut membutuhkan fasilitas supervisi pengembangan, yang dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu (1) supervisi direktif diperuntukkan bagi guru yang memiliki kepedulian pada diri sendiri dengan kompleksitas kognitif rendah, (2) supervisi kolaboratif diperuntukkan bagi guru yang memiliki kepedulian kepada siswa dan kompleksitas kognitif menengah, dan (3) supervisi nondirektif diperuntukkan bagi guru yang memiliki kepedulian profesional dengan kompleksitas kognitif tinggi. Pola-pola tindakan supervisor yang berorientasi pada supervisi direktif adalah clarifying, presenting, demonstrating, directing, standardizing, reinforcing. Tindakan- tindakan tersebut dilakukan untuk mengarahkan kegiatan dalam perbaikan pembelajaran, menetapkan prangkat standar untuk perbaikan pembelajaran, menggunakan sarana dan berbagai dorongan untuk meningkatkan pembelajaran. Tampak, bahwa dalam supervisi direktif, tanggung jawab cenderung lebih banyak pada kepala sekolah dibandingkan dengan tanggung jawab guru. Dalam supervisi kolaboratif, pola-pola tindakan supervisor adalah listening, clarifying, pressenting, problem solving, negotiating, initiating. Pola-pola tindakan tersebut mengindikasikan bahwa antara kepala sekolah dan guru berbagi tanggung jawab. Kepala sekolah berupaya mendengarkan persepsi guru tentang masalah pembelajaran yang dihadapinya. Atas dasar persepsi guru, kepala sekolah menawarkan gagasan pemecahan masalah. Proses tersebut melahirkan alternatif pemecahan masalah yang kemudian disepakati untuk diterapkan dalam pembelajaran. Beranjak dari pemahaman kepala sekolah, bahwa guru adalah mampu berkembang dan mengembangkan dirinya ke arah yang lebih profesional, maka pola 10
  • 11. tindakan yang dapat dilakukan dalam supervisi nondirektif, adalah listening, clarifying, encouraging, pressenting, negotiating, accomodating teacher-initiated. Tindakan- tindakan tersebut bertolak dari premis, bahwa proses belajar bagi guru diwarnai oleh pengalaman pribadinya, sehingga pada akhirnya guru tersebut akan mampu memecahkan masalahnya sendiri. Bagi guru, pemecahan masalah yang dimaksud adalah upaya memperbaiki dan meningkatkan pengalaman belajar siswa di kelas. Peranan kepala sekolah adalah mendengarkan, tidak memberi pertimbangan, membangkitkan kesadaran sendiri, dan mengklarifikasi pengalaman-pengalaman guru. Kepala sekolah lebih menekankan refleksi atau bertanya untuk memperoleh informasi dengan tujuan membuka komunikasi dalam pertemuan supervisi mereka. Peranan kepala sekolah dalam menjalankan supervisi seperti itu akan membuat persepsi guru menjadi positif. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research/CAR) Dukungan kompetensi manajemen, strategi pemberdayaan, dan supervisi pengembangan, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, merupakan wujud perhatian dan kepedulian kepala dinas dan utamanya kepala sekolah kepada para guru di sekolah. Pada dasarnya, perhatian tersebut bermuara pada upaya membantu guru untuk meningkatkan profesionalisme. Guru profesional secara teoretis akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Kualitas pembelajaran yang baik merupakan cerminan pelayanan guru kepada siswa untuk belajar secara interaktif, inspiratif, memotivasi, menantang, dan menyenangkan. Pembelajaran seperti itu akan dapat diwujudkan oleh guru, apabila guru secara kontinu melakukan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research/CAR). Secara konseptual, CAR merupakan langkah reflekstif bagi guru terhadap praktik kesehariannya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas praktiknya yang akhirnya bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan secara umum. CAR adalah suatu bentuk penyelidikan yang bersifat reflektif mandiri. CAR banyak digunakan dalam proses pengembangan kurikulum sekolah, perbaikan sekolah, dan perbaikan kualitas pengajaran di kelas. Menurut Kemmis dan Carr (dalam McNiff, 1992), CAR merupakan bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh guru, siswa, atau kepala sekolah dalam pendidikan untuk memperbaiki dan memahami praktik-praktik pendidikan. Fokus utama 11
  • 12. CAR adalah mendorong guru terlibat melakukan kegiatan-kegiatan dengan sikap ilmiah, situasional, praktis, empiris, fleksibel, adaptif, partisipatoris, dan self-evaluation. Secara rasional, CAR memiliki landasan sosial dan landasan kependidikan. Landasan sosial CAR adalah keterlibatan, sedangkan landasan kependidikannya adalah perbaikan. Operasionalisasi CAR menuntut adanya perubahan. CAR mengandung makna tindakan baik terhadap sistem maupun terhadap orang yang ada dalam sistem tersebut. CAR memiliki prosedur partisipatoris. Prosedur tersebut efektif digunakan memecahkan masalah peningkatan hubungan interpersonal, kolaboratif, partisipatif, pengakomodasian, dan demokratis. Tantangan bagi guru, bahwa ia harus selalu membangkitkan kesadaran terhadap praktik-praktik pengajarannya di kelas. CAR merupakan wahana dan sarana untuk meningkatkan strategi belajar mengajar; mewajibkan guru untuk selalu sadar, kritis, dan terbuka melakukan perbaikan. Cara demikian dapat mendorong guru selalu berpikir kritis dan logis terhadap pengetahuan profesionalnya. CAR bersifat sistematis dan fleksibel. CAR menyertakan perencanaan yang bersifat reflektif diri secara terus-meneurs, tindakan, pengamatan dan evaluasi, refleksi, dan perencanaan ulang. Proses ini merupakan episode-episode yang siklustif. CAR sangat bermanfaat dalam membangun hubungan interpersonal, tipe pengajaran yang bervariasi, pengukuran bentuk-bentuk wacana kelas, penyelidikan terhadap manusia dengan melakukan komunikasi interpersonal selektif dan langsung. Kesahihan CAR bersifat personal, dan tidak semata-mata menekankan kesahihan metodologis. CAR memberikan kontribusi dalam pemecahan masalah secara empirik dan faktual. CAR dapat digunakan oleh peneliti yang berupaya ingin mengetahui secara sistematis dan terkendali praktik-praktik pengajarannya sendiri. Dengan mengadaptasi pandangan yang humanis dalam penelitian pendidikan, maka peneliti mengubah perilakunya ke dalam suatu penelitian manusiawi. CAR memberi bekal kepada guru untuk berpikir secara rasional dan memilih dasar filosofis yang tepat serta metodologis. CAR lebih banyak menekankan partisipasi demokratis. CAR terbuka terhadap pengalaman, proses baru, dan bersifat mendidik. Melalui CAR, guru dapat mengembangkan profesionalismenya. Dalam hal ini, komitmen personal sangat menentukan. Filosofinya adalah, bahwa dalam rangka menerima tanggung jawab profesional sebagai pendidik, guru hendaknya terlebih dahulu mendidik 12
  • 13. dirinya sendiri. Secara empiris, CAR lebih menekankan validitas dan reliabilitas data. Paham ini lebih menekankan etic approach, sehingga guru tidak diberitahukan mengenai metode, tujuan, dan alasan penelitian. Penelitian tidak menekankan pengumpulan dan analisis data secara statistik. Isu yang diteliti tidak terfokus pada perkembangan personal. Secara interpretatif, CAR bersifat sosiologis yang lebih menekankan kesamaan interpretasi antara guru sebagai aktor dan peneliti sebagai pengamat. Tradisi ini menggunakan emic approach yang lebih bersifat kualitatif. Pencetusnya adalah Glaser dan Straus (dalam McNeiff, 1992b). Ditinjau dari tradisi pendidikan, CAR cenderung mengikuti definisi yang dikemukakan oleh Stephen Corey (dalam McNiff, 1992) dalam bukunya yang berjudul action research to improve school practice, bahwa ada dua sumber tentang istilah dan pelaksanaan CAR. Pertama, berasal dari Collier yang menggunakan istilah pendekatan bersama antara masyarakat dan administrator dalam melakukan penelitian. Kedua, berasal dari Kurt Lewin yang sangat tertarik pada hubungan manusia dan menelitinya secara ilmiah dengan tujuan meningkatkan hubungan antar anggota masyarakat melalui inquiry mandiri. Lewin (dalam McNeiff, 1992a) merumuskan suatu skema yang memungkinkan orang melakukan inquiry mandiri secara sistematis. Mekanisme CAR Kurt Lewin kemudian disempurnakan oleh Stephen Kemmis, Elliot dan Ebbutt. Di Amerika, J.J Schwab (dalam McNiff, 1992) menganjurkan agar guru berperan sebagai peneliti utama dalam CAR. Anjuran ini merupakan momentum yang tepat untuk mengembalikan CAR sebagai satu metodologi yang lebih menitikberatkan kepentingan dan menghargai individu. Di Inggris (1960-an hingga 1970-an) berkembang pemikiran serupa yang dipelopori oleh Lawrence Stenhouse (dalam McNiff, 1992), bahwa dengan guru sebagai pelaksana utama, maka dia otomatis merefleksi secara kritis dan sistematis tentang pengajarannya sendiri, guru menjadi diberdayakan mengembangkan keilmuannya, sehingga dia dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Car dan Kemmis (dalam McNeiff, 1992a) menyebut CAR sebagai penelitian tindakan pendidikan yang mengharuskan guru tidak hanya melakukan, mencatat, dan mencandra praktik pengajarannya, tetapi juga memperluas wawasan dan melakukan investigasi mandiri. Tugas ini bersifat mendidik guru itu sendiri. Guru diwajibkan memiliki komitmen dalam upaya memperbaiki mutu input-process-output 13
  • 14. pembelajarannya dan selalu melakukan refleksi terhadap konsekuensi tindakannya di kelas. Berdasarkan uraian tentang pentingnya CAR bagi guru, maka seyogyanya guru dapat melakukan CAR secara berkesinambungan. Praktik pembelajaran melalui CAR dapat meningkatkan profesionalisme guru (Jones & Song, 2005; Kirkey, 2005; McIntosh, 2005; McNeiff, 1992). Hal ini, karena CAR dapat membantu (1) pengembangan kompetensi guru dalam menyelesaikan masalah pembelajaran mencakup kualitas isi, efisiensi, dan efektivitas pembelajaran, proses, dan hasil belajar siswa, (2) peningkatan kemampuan pembelajaran akan berdampak pada peningkatan kompetensi kepribadian, sosial, dan profesional guru (Prendergast, 2002). Lewin (dalam Prendergast, 2002) secara tegas menyatakan, bahwa CAR merupakan cara guru untuk mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan pengalamannya sendiri atau pengalamannya berkolaborasi dengan guru lain. Sementara itu, Calhoun dan Glanz (dalam Prendergast, 2002) menyatakan, bahwa CAR merupakan suatu metode untuk memberdayakan guru yang mampu mendukung kinerja kreatif sekolah. Di samping itu, Prendergast (2002) juga menyatakan, bahwa CAR merupakan wahana bagi guru untuk melakukan refleksi dan tindakan secara sistematis dalam pengajarannya untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Cole dan Knowles (Prendergast (2002) menyatakan bahwa, CAR dapat mengarahkan para guru untuk melakukan kolaborasi, refleksi, dan bertanya satu dengan yang lain dengan tujuan tidak hanya tentang program dan metode mengajar, tetapi juga membantu para guru mengembangkan hubungan- hubungan personal. Pernyataan Knowles tersebut juga didukung oleh Noffke (dalam Prendergast, 2002), bahwa CAR dapat mendorong para guru melakukan refleksi terhadap praktek pembelajarannya untuk membangun pemahaman mendalam dan mengembangkan hubungan-hubungan personal dan sosial antar guru. Whitehead (1993) menyatakan, bahwa CAR dapat memfasilitasi guru untuk mengembangkan pemahaman tentang pedagogi dalam rangka memperbaiki pemberlajarannya. D’Oria (2004) menyatakan bahwa penerapan CAR dalam pembelajaran dapat meningkatkan profesionalisme guru. Hubungannya dengan perolehan belajar siswa, penelitian dengan metode CAR telah pula dilaporkan. D’Oria (2004) menyatakan bahwa CAR dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan perolehan belajar konseptual dan praktikal, 14
  • 15. memperbaiki prilaku-prilaku siswa, menumbuhkan kepedulian siswa terhadap pemeliharaan peralatan pembelajaran. Webster (2003) menyatakan bahwa CAR dapat meningkatkan keterampilan berpikir reflektif dan kritis. Wideman et al (2003) menyatakan bahwa CAR dapat meningkatkan keterampilan-keterampilan siswa dalam pemecahan masalah, komunikasi, menulis, pemahaman, dan mengorganisasikan gagasan. Kesimpulan Program sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah untuk mengidentifikasi guru-guru berkualitas. Guru berkualitas yang terbukti dari hasil sertifikasi dijadikan dasar untuk memberikan tunjangan profesi. Guru yang memperoleh tunjangan profesi dikategorikan sebagai guru yang profesional. Untuk menjamin konsistensi profesionalisme guru seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, diperlukan upaya-upaya peningkatan profesionalisme secara berkesinambungan. Secara preskriptif, dukungan kompetensi manajemen, strategi pemberdayaan, supervisi pengembangan, dan penelitian tindakan kelas merupakan dimensi-dimensi teoretis alternatif untuk meningkatkan profesionalisme guru. Dukungan kompetensi manajemen diperankan oleh kepala dinas pendidikan dan kepala sekolah. Strategi pemberdayaan dan supervisi pengembangan merupakan peran sentral kepala sekolah. Ketiga dimensi teoretis tersebut berlandaskan pada filosofi humanistik, bahwa guru yang harus berkembang secara profesional, pada dasarnya dapat meningkatkan profesionalismenya secara mandiri. Oleh sebab itu, peran kompetensi manajemen, strategi pemberdayaan, dan supervisi pengembangan tidak lebih dari sekadar fasilitas dan pijakan bagi guru untuk meningkatkan komitmen. Sedangkan pelaksanaan penelitian tindakan kelas merupakan wujud kesadaran guru berbasis refleksi diri untuk meningkatkan profesionalisme. Namun, dukungan kepala dinas pendidikan dan kepala sekolah sangat dibutuhkan dalam meningkatkan keefektifan pelaksanaan penelitian tindakan kelas. 15
  • 16. Daftar Rujukan D’Oria, T. 2004. How i improved my teaching in grade 9 boy’s physical education to increase students’ participation and enjoyment. A research paper submitted in conformity with the requirements for the degree of Master of Education Nipissing University. Tersedia pada http://www.nipissingu.ca/oar/Reports/ report_and_documents_Tony_D-Oria.pdf. Diakses pada tanggal 20 Juni 2007. Jones, P., & Song, L. 2005. Action research fellows at Towson University. http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/V832E.pdf. Kirkey, T. L. 2005. Differentiated instruction and enrichment opportunities: An action research report. http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/V833E.pdf. Mantja, W. 2002. Manajemen pendidikan dan supervisi pengajaran. Malang: Wineka Media. McIntosh, J. E. 2005. Valuing the collaborative nature of professional learning communities. Tersedia pada http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/V82E.pdf. Diakses pada tanggal 4 Juli 2007. McNiff, J. 1992(a). Action research: Principles and practice. London: Routledge. McNiff, J. 1992(b). Action research for professional development: Concise advise for new action esearchers. http://www.jeanmcneiff.com/booklet1.html. Prendergast, M. 2002. Action research: The improvement of student and teacher learning. http://educ.queensu.ca/∼ar/reports/MP2002.htm. Ryan, T. G. 2002. Action research: Collecting and analyzing data. http://www. nipissingu.ca.oar/Reports/reports_and_document-Thomas_G_Ryan%20.pdf. Stringer, R. T. 1996. Action research: A handbook for practitioners. London: International Educational and Profesional Publisher. Surya Dharma. 2003. Pengembangan SDM berbasis kompetensi. Dalam Usmara, A (Ed.): Paradigma baru manajemen sumber daya manusia. 105-120. Yogyakarta: Amara Book. Wahibur Rokhman, J. 2003. Pemberdayaan dan komitmen: Upaya mencapai kesuksesan organisasi dalam menghadapi persaingan global. Dalam Usmara, A (Ed.): Paradigma baru manajemen sumber daya manusia. 121-133. Yogyakarta: Amara Book. Webster, J. A., 2003. Encouraging reflective and critical thinking in the context of literacy program: An action research exploration of teaching and learning in a primary classroom. A thesis submitted to the Faculty of Education in conformity with the requirements for the degree of Master of Education Queen s University kingston, Ontario, Canada. Tersedia pada http://www. nipissingu.ca/oar/Reports/report_and_documents_Wideman_ Delong_Morgan_Hallett.pdf. Diakses pada tanggal 21 Juni 2007. Wideman, R., Delong, J., Morgan, D., & Hallett, K. 2003. An action research approach to improving student learning using provincial test results. Tersedia pada http://www. educ.queensu.ca/∼ar/reports/Jwebster.pdf. Diakses pada tanggal 25 Juni 2007. 16