Dokumen tersebut membahas tentang dehidrasi, yang merupakan kehilangan air dari tubuh. Terdapat tiga tingkatan dehidrasi yaitu ringan, sedang, dan berat, yang dibedakan berdasarkan persentase penurunan cairan tubuh. Dokumen juga menjelaskan gejala, penyebab, komplikasi, dan penatalaksanaan dehidrasi.
1. DEHIDRASI
Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan yang merupakan akibat
kehilangan air abnormal (Ramali & Pamoentjak, 1996). Menurut Guyton (1995), dehidrasi adalah
hilangnya cairan dari semua pangkalancairan tubuh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
dehidrasi merupakan keadaan kehilangan cairan tubuh.
A. KLASIFIKASI DEHIDRASI
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi dehidrasi
1. Dehidrasi Ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan)
Gejala :
1. Muka memerah
2. Rasa sangat haus
3. Kulit kering dan pecah-pecah
4. Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
5. Pusing dan lemah
6. Kram otot terutama pada kaki dan tangan
7. Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
8. Sering mengantuk
9. Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
2. Dehidrasi Sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan)
Gejala:
1. Gelisah, cengeng
2. Kehausan
3. Mata cekung
4. Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali ke
posisi semula.
5. Tekanan darah menurun
6. Pingsan
7. Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
8. Kejang
9. Perut kembung
Widya Audisti
04011381419182
Gamma
2. 10. Gagal jantung
11. Ubun-ubun cekung
12. Denyut nadi cepat dan lemah
3. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan)
Gejala:
1. Berak cair terus-menerus
2. Muntah terus-menerus
3. Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk
4. Tidak bisa minum, tidak mau makan
5. Mata cekung, bibir kering dan biru
6. Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
7. Kesadaran berkurang
8. Tidak buang air kecil
9. Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
10. Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
11. Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
12. Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan
13. Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang dari 6 popok/hari.
14. Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi
B. Jenis – jenis dehidrasi
1. Dehidrasi Hiponatremik
(Na+
< 130 mEq/L)
Lebih banyak Natrium ketimbang air yang hilang dari ruang ekstrasel, atau kelebihan air
yang diberikan
Koreksi kadar Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu memakai RL
atau NS, atau dengan memakai rumus :
Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125- kadar Na serum x 0,6 x berat badan; diberikan dalam
24 jam
2. Dehidrasi Hipernatremia
3. (Na+
> 150 mEq/L)
Lebih banyak air ketimbang Natrium yang hilang dari ruang ekstrasel, atau kelebihan
natrium yang diberikan à meningkatkan osmolalitas cairan ekstrasel dan menyebabkan
air bergerak keluar sel
Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian cairan dekstrosa 5%+
salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 meq perhari karena bisa⅟₂
menyebabkan edem otak.
3. Dehidrasi Hipernatremia
(Na+
> 150 mEq/L)
Lebih banyak air ketimbang Natrium yang hilang dari ruang ekstrasel, atau kelebihan
natrium yang diberikan à meningkatkan osmolalitas cairan ekstrasel dan menyebabkan
air bergerak keluar sel
Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian cairan dekstrosa 5%+
salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 meq perhari karena bisa⅟₂
menyebabkan edem otak.
4. Dehidrasi Hipokalemia
(K+
< 3,5 mEq/L)
Penurunan kadar kalium serum dapat diakibatkan oleh distribusi ulang antara
kompartemen kalium intrasel besar dan ruang kalium ekstraseluler yang lebih kecil
Koreksi dilakukan menurut kadar K :
Jika kadar K 2,5-3,5 mEq/L, berikan 75 mEq/kgBB peroral perhari dibagi tiga dosis.
Jika kadar K< 2,5 mEq/L, berikan secara drip intravena dengan dosis :
a. 3,5- kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4 jam pertama
b. 3,5- kadar K terukur x BB(kg) X 0,4+1/6x 2 mEq x BB dalam 20 jam berikutnya
C. Pemeriksaan Penunjang :
Kadar natrium plasma darah
Osmolaritas serum
Ureum dan kreatinin darah
BJ urin
Tekanan ventra sentral (central venous pressure)
D. Hasil Laboratorium
Peningkatan hematokrit
4. 2. Peningkatan kadar protein serum
3. Na+
Serum normal (biasanya)
4. Rasio BUN/Kreatinin serum >20:1 (normal=10:1)
5. Berat jenis urine tinggi
6. Osmolalitas urine >450 meq/L
7. Na+
urine <10 meq/L (penyebab dari ekstrarenal)
8. Na+
urine >20 meq/L (penyebab dari renal atau adrenal
E. Komplikasi
Akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi komplikasi karena
dehidrasi antara lain : hipokalemi, kejang, syok, gagal ginjal, sindrom delirium akut dan malnutrisi.
F. Tatalaksana
1. Tanpa dehidrasi : cairan rumah tangga, ASI
oralit diberikan tiap bab atau muntah dengan dosis :
a. < 1 tahun : 50-100 cc
b. 1-5 tahun : 100-200 cc
c. > 5 tahun : semaunya
2. Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang)
a. Oralit 75 cc/kg/4 jam dilanjutkan pemberian cairan tiap bab
b. Bisa peroral, NGT, parenteral.
3. Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral dengan cairan RL atau ringer asetat 100 cc/kgBB :
a. < 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam 1 jam I, 70 cc/kgBB dalam 5 jam
b. > 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam ½ jam I, 70 cc/kgBB dalam 2½ jam
ANALISI MASALAH
1. Apakah hubungan gastroentritis dengan dehidrasi ?
Dehidrasi adalah salah satu dari komplikasi Gastroentritis
5. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis (casual) yang tepat
sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Adapun pemeriksaan yang perlu dikerjakan
menurut Mansjoer (2000) adalah :
1. pemeriksaan feses
tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman untuk mengetahui kuman
penyebab, tes resistensi terhadap berbagai natibiotik serta untuk mengetahui ph dan kadar gula jika
diduga ada intoleransi glukosa.
Karakteristik hasil pemeriksaan feses sebagai berikut : feses bewarna pekat/putih kemungkinan
disebabkan karena adanya pigmen empedu (obstruksi empedu). Feses bewarna hitam disebabkan
karena efek dari obat seperti Fe, diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua seperti bayam. Feses
bewarna pucat disebabkan karena melabsorbsi lemak, diet tinggi susu dan produk susu. Feses bewarna
orange atau hijau desebabkan karena infeksi susu. Feses cair dan berlendir disebabkan karena diare
yang penyebabnya bakteri. Feses seperti tepung bewarna putih desebabkan karena diare yang
penyebabnya adalah virus. Feses seperti ampas disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah
parasit. Feses yang didalamnya terdapat unsur pus atau mukus disebabkan karena bakteri, darah jika
terjadi peradangan pada usus, terdapat lemak dalam feses jika disebabkan karena malabsorbsi lemak
dalam usus halus.
2. Periksaan Darah
Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na, Ca, K dan P serum pada diare
yang disertai kejang), anemia (hipokronik, kadang-kadang nikrosiotik) dan dapat terjadi karena
malanutrisi / malabsorbsi tekanan fungsi sum-sum tulang (proses infalamasi kronis) peningkatan sel-sel
darah putih, pemeriksaan kada ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
3. pemeriksaan elektrolit tubuh
untuk mengetahui kadar natrium, kalium, kalsium, bikarbonat.
4. Duodenal intubation
untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.
Sumber :