SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  74
PERENCANAAN
                PARTISIPATIF
Randy R. Wrihatnolo




                      Jakarta, 29 Mei 2009
DAFTAR ISI

 Bagian 1.Konsep Perencanaan

 Bagian 2.Konsep Partisipasi

 Bagian 3 Praktek Perencanaan Partisipatif

 Bagian 4 Model-Model Perencanaan Partisipatif

 Referensi




                                                 2
Bagian 1.
Konsep Perencanaan




                     3
I. Pengantar

  Pembangunan dan Perencanaan
   Secara sederhana diartikan sebagai suatu perubahan tingkat
   kesejahteraan secara sengaja dan terukur.

   Agar perubahan tingkat kesejahteraan dapat dilakukan secara
   terukur, maka diperlukan perencanaan.

   Namun sudahkah perencanaan yang telah kita lakukan menuju ke
   arah sana?




                                                                  4
II. Konsep Ideal (1)


  Tidak ada yang ideal di dunia,
  Karena dunia adalah tempat bertemunya semua ketidakpastian (uncertainty).
  Sepanjang kita tidak dapat menjamin adanya kepastian, maka sesuatu yang ideal
  tetap sulit kita peroleh atau kita temukan.

  Persoalannya sekarang adalah bukan bagaimana kita mendefinisikan sesuatu
  yang ideal itu, namun lebih sempit dari itu yaitu bagaimana
                                          kita dapat
  berbuat sesuatu agar kita dapat memperkecil peluang
  munculnya ketidakpastian.
  Jika kita mempercayai pernyataan ini, maka langkah awal yang yang dapat kita
  lakukan adalah menguraikan terlebih dahulu elemen-elemen ketidakpastian.




                                                                                 5
II. Konsep Ideal (2)

  Tiga elemen utama ketidakpastian

  Pertama, elemen waktu. Semakin kita dapat menjamin sesuatu akan
    ada sesuai dengan waktunya, maka semakin kecil peluang
    ketidakpastian.

  Kedua, elemen ruang. Semakin kita dapat menjamin sesuatu sesuai
    ukuran yang kita inginkan, maka semakin kecil peluang
    ketidakpastian.

  Ketiga, elemen materi. Semakin kita dapat menjamin sesuatu ada
    secara indrawi, maka semakin kecil peluang ketidakpastian.




                                                                   6
II. Konsep Ideal (3)


  Manusia adalah makhluk yang dinamis.
  Kedinamisan manusia –dalam arti mobilitas lokasi dan kebutuhan--
  menyebabkan kepastian sulit hadir. Alam, juga merupakan sesuatu
  yang dinamis, tapi alam tidak mempunyai mobilitas lokasi dan
  kebutuhan, tapi mobilitas massa. Massa alam akan bergerak ke titik
  nol. Berlawanan dengan alam, manusia sebaliknya akan bergerak
  ke titik tidak terhingga. Kebutuhan manusia akan mengikuti mobilitas
  manusia itu sendiri, sehingga kebutuhan juga akan bergerak ke titik
  tidak terhingga. Oleh karena itu, alam tidak akan mampu menjamin
  kebutuhan manusia sepanjang masa. Manusia hanya bisa menunda
  atau memperlama agar alam lebih lambat bergerak ke titik nol.
  Ekonom abad ke-18 Robert Solow merumuskannya bahwa adopsi
  teknologi dapat meningkatkan produktivitas yang tidak lain adalah
  upaya menghemat agar massa alam tidak lekas habis.

                                                                     7
II. Konsep Ideal (4)


  Kehidupan manusia pasti menuju titik 0
  Alam         Mobilitas massa alam         0
  Manusia              Mobilitas massa manusia       ~

  Nol dibagi tak terhingga               Nol
  Manusia hanya bisa menunda atau memperlama agar alam lebih
  lambat bergerak ke titik nol. Atau jumlah manusianya dibatasi.




                                                                   8
III. Definisi Perencanaan dalam Konteks Ideal   (1)



  Perencanaan, dalam arti luas, merupakan upaya
  manusia meminimalkan ketidakpastian itu. Perencanaan yang ideal,
  dalam arti luas, adalah langkah-langkah yang dilakukan manusia
  agar kepastian semakin dekat dalam kehidupan manusia. Manusia
  bisa makan sesuai jumlah gizi dengan tepat waktu dan pasti ada,
  makan nasi dan lauknya, tapi bukan makan angin. Perencanaan
  dalam arti luas telah dilakukan manusia sejak masa purbakala.
  Kemajuan peradaban manusia ditentukan oleh kemampuan
  perencanaan ini. Langkah paling purba yang dilakukan manusia
  sebagai langkah perencanaan adalah memfungsikan kemampuan
  ”melihat jauh ke depan” (foresight).




                                                                 9
III. Definisi Perencanaan dalam Konteks Ideal   (2)



  Perencanaan, dalam arti sempit, sesungguhnya
  merupakan derivat dari kemampuan foresight itu, yaitu
  kemampuan ”mengukur” (measuring). Inti perencanaan –yang
  ideal—sesungguhnya adalah mengukur itu. Persoalannya adalah
  bahwa tidak semua ”sesuatu” itu bersifat materi, sehingga sifatnya
  ”tersembunyi”, sehingga sulit diukur. Di sinilah sesungguhnya tugas
  perencana itu. Yaitu ”mendefinisikan” sesuatu yang ”tersembunyi”
  menjadi terukur, sehingga menjadi ”nyata”. Contoh paling sederhana
  tentang hal ini adalah apabila kita ditanya persoalan mendefinisikan
  ”bahagia”. Bahagia –barangkali—lebih sulit diukur dibandingkan
  mendefinisikan ”sejahtera”. Inilah tugas perencana itu. Bagaimana
  perencana menuntaskan tugasnya itu, maka terdapatlah beberapa
  jenis perencanaan, yang dapat kita sebut sebagai beberapa cara
  agar kita dapat memilih perencanaan yang ”ideal” (dalam tanda
  kutip keras).
                                                                    10
IV. Jenis Perencanaan

 Meliputi...
 (1) Jangka waktu panjang, menengah, pendek, crash program.
 (2) Sifat dorongannya by direction (komando), by inducement (rangsangan).
 (3) Alokasi sumberdaya perencanaan keuangan (alokasi dana, penganggaran),
      perencanaan fisik (barang dan jasa).
 (4) Tingkat keluwesan            Perencanaan indikatif (stimulus, trigger), perencanaan
      imperativ (keharusan).
 (5) Sistem ekonomi             perencanaan kapitalistik (kekuatan pasar), perencanaan
      sosialistik (kebutuhan bersama), perencanaan dalam ekonomi campuran.
 (6) Arus informasi           perencanaan sentralistik (top-down planning), perencanaan
      desentralistik (bottom-up planning)
 (7) Dimensi pendekatan             Perencanaan makro, Perencanaan sektoral,
      Perencanaan regional, Perencanaan mikro (rinci, kegiatan).
 (8) Dokumen aktivitas pembangunan                   perencanaan target, perencanaan
      sumberdaya, perencanaan evaluasi.


 Perencanaan partisipatif, termasuk dalam jenis ”arus informasi”.
                                                                                           11
V. Apa Yang Terjadi Dalam Perencanaan

 (1) Proses berpikir rasional.
 (2) Pembahasan dan perdebatan nilai (sosial, ekonomi, politik, dsb).
 (3) Pengambilan keputusan yang rasional dan politis.
 (4) Dalam menjalankan perannya, seorang perencana terlibat dalam
     proses politis sebagai pembela suatu kepentingan, baik
     pemerintah, organisasi atau kelompok lainnya dalam menentukan
     arah dan kondisi masa depan yang akan dicapai.
 (5) Umumnya produk perencanaan bersifat unitary (seragam/satu
     kesatuan), yaitu perencanaan komprehensif yang disusun oleh
     satu lembaga, umumnya oleh pemerintah.
 (6) Mengapa tidak plural? Beban (waktu, tenaga dan biaya) terlalu
     besar untuk ditanggung oleh “perencana pemerintah.”
 (7) Akibatnya: Produk perencanaan bersifat tidak lengkap dan tidak
     memadai.


                                                                  12
VI. Prinsip Perencanaan

 Prinsip-prinsip perencanaan yang baik:

 (1)   Prinsip partisipatif, menunjukkan bahwa rakyat atau masyarakat yang
       memperoleh manfaat dari perencanaan harus turut serta dalam prosesnya.

 (2)   Prinsip kesinambungan, menunjukkan bahwa perencanaan tidak
       hanya berhenti pada satu tahap, tetapi harus berlanjut sehingga menjamin
       adanya kemajuan terus menerus dalam kesejahteraan.

 (3)   Prinsip holistik, dimaksudkan bahwa masalah dalam perencanaan dan
       pelaksanaannya tidak dapat hanya dilihat dari satu sisi (atau sektor) tetapi
       harus dilihat dari berbagai aspek, dan dalam keutuhan konsep secara
       keseluruhan.

 (Gharajedaghi dan Ackoff, 1986)




                                                                                      13
VII. Pembangunan Partisipatif


 Partisipasi merupakan proses anggota masyarakat
 sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi,
 mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses
 perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kebijakan-
 kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan
 mereka (Sumarto, 2004)

 “Perencanaan tidak dapat efektif, kecuali bila dilakukan
 dengan pengenalan, pemahaman, dan pemanfaatan
 struktur kekuatan pemerintah dan non-pemerintah”
 (Branch, 1995)



                                                            14
VIII. Kekuatan dan Kelemahan Perencanaan Partisipatif

 Kekuatan (Adams, 2004; Layzer, 2002) :
 • Berperan memelihara sistem demokrasi lokal
 • Menunjukkan dukungan
 • Mengkritisi isu kebijakan
 • Menyusun agenda kebijakan
 • Menunda pengesahan/pemberlakuan suatu kebijakan
 • Mengembangkan jaringan antar dan antara warga dengan pejabat
   terpilih
 • Menghasilkan solusi lestari dan peduli lingkungan

 Kelemahan (Irvin dan Stansbury, 2004) :
 • Pemborosan sumber daya dalam pembuatan kebijakan (dalam
   masyarakat kurang ideal)
 • Tidak efektif sebagai persuasi rasional (dalam kondisi tertentu)
 • Tergantung karakter/sifat stakeholders
                                                                      15
IX. Tantangan dan Kendala Sinkronisasi Pembangunan Teknokratis dan Partisipatif

 PERENCAAAN DULU                               PERENCANAAN YANG DIINGINKAN

 Daftar Usulan - “Shopping List”               Rencana Kerja - “Working Plan”
 • Sebanyak-banyaknya                          • Input (Rp., Tenaga Kerja, Fasilitas, dll.)
 • Seindah-indahnya                            • Kegiatan (Proses)
 • Tidak terbatas                              • Hasil nyata: Output, Outcome, Dampak



 Oleh karena itu, Perencanaan Pembangunan
 • Dimulai dengan data dan informasi tentang
                                                                      Sine
    realitas sosial, ekonomi, budaya dan                           Tek     rg
    politik yang terjadi di masyarakat,                                nok ikan
                                                                    Part rasi da
                                                                        isip
    ketersediaan sumberdaya dan visi/arah                                    asi n
    pembangunan                                                                 !!

 Critical point-nya adalah
 • Menyusun hubungan optimal antara
    masukan (input), proses, dan keluaran
    (output), hasil (outcome) dan dampak
    (impact).                                                       UU SPPN
                                                                                         16
Bagian 2.
Konsep Partisipasi




                     17
I. Kebutuhan akan Partisipasi

  Pertama, proses, metode.
  Sangat dibutuhkan untuk membangun pemerintahan yang
  akuntabel, transparan, dan responsif terhadap kebutuhan
  masyarakat. Tiadanya partisipasi hanya menabur
  pemerintahan ber-moral hazard.

  Kedua, wahana belajar.
  memberikan kesempatan dan pengembangan kapasitas
  masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan hak-hak
  mereka, mengembangkan potensi dan prakarsa lokal,
  mengaktifkan peran masyarakat, serta membangun
  kemandirian masyarakat.

                                                        18
II. Distorsi Makna Partisipasi

  Pertama, substansi.
  Pemerintah cenderung menempatkan masyarakat sebagai obyek
  kebijakan pemerintah.

  Kedua, formalitas.
  Partisipasi selalu dimaknai sebagai keikutsertaan masyarakat
  mengambil bagian (take part) untuk mendukung dan mensukseskan
  kebijakan dan program-program yang diprakarsai pemerintah
  (mobilisasi) .

  Ketiga, politis.
  Perencanaan pembangunan partisipatif di atas kertas selalu
  digunakan sebagai alat pembenar bagi pemerintah bahwa kebijakan
  yang dikelola telah melibatkan masyarakat.

                                                                19
III. Dalam Konteks Governance

 • Masyarakat bukanlah sebagai hamba (client) melainkan
   sebagai warga (citizen) .

 • Masyarakat bukan dalam posisi yang diperintah tetapi
   sebagai partner pemerintah dalam mengelola
   pemerintahan dan pembangunan.

 • Partisipasi bukanlah pemberian pemerintah tetapi
   sebagai hak warga masyarakat.

 • Masyarakat bukan sekadar obyek pasif penerima
   manfaat kebijakan pemerintah, tetapi sebagai aktor atau
   subyek yang aktif menentukan kebijakan.
                                                          20
IV. Substansi Partisipasi

  Pertama, voice.
     hak dan tindakan warga masyarakat menyampaikan aspirasi,
  gagasan, kebutuhan, kepentingan, dan tuntutan terhadap komunitas
  terdekatnya maupun kebijakan pemerintah.

  Kedua, akses
     ruang dan kapasitas masyarakat untuk masuk dalam arena
  governance , yakni mempengaruhi dan menentukan kebijakan serta
  terlibat aktif mengelola barang-barang publik.

  Ketiga, kendali.
    Kendali warga masyarakat terhadap lingkungan komunitasnya
  maupun proses politik yang terkait dengan pemerintah.



                                                                 21
V. Partisipasi sebagai bagian dari 3 Pilar Good Governance

  Akuntabilitas                                      Transparansi
     Pertanggungjawaban                                 Terbukanya akses bagi
  pemerintah kepada publik                           seluruh masyarakat
  atas keberhasilan maupun                           terhadap semua informasi
                                Akuntabilitas        yang terkait dengan
  kegagalan melaksanakan
  misi dan pengelolaan                               program-program
  sumber daya yang dimiliki.                         pembangunan yang
                                                     mencakup keseluruhan
                                                     prosesnya melalui suatu
                                                     manajemen sistem
                                                     informasi publik.

          Partisipasi                                   Transparansi
 Partisipasi
    Hak warga masyarakat untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan pada
 setiap tahapan pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
 dan pelestarian sehingga masyarakat bukanlah sekedar penerima manfaat
 (beneficiaries) atau objek belaka, melainkan sebagai agen pembangunan (subyek).
                                                                              22
VI. Konsep Partisipasi (1)

  Partisipasi Sosial

  “Upaya terorganisasi untuk meningkatkan pengawasan
  terhadap sumber daya dan lembaga pengatur dalam
  keadaan sosial tertentu, oleh pelbagi kelompok dan
  gerakan yang selama ini dikesampingkan dari fungsi
  pengawasan tersebut” (Stiefel dan Wolfe)

  “Proses di mana para stakeholders mempengaruhi dan
  berbagi pengawasan atas inisiatif dan keputusan
  pembangunan serta sumber daya yang berdampak pada
  mereka”. (Bank Dunia)

                                                       23
VI. Konsep Partisipasi (2)

  Partisipasi Politik

  “Kegiatan legal oleh warga perorangan yang secara
  langsung atau tidak langsung ditujukan untuk
  mempengaruhi pilihan petinggi pemerintah dan/atau
  tindakan mereka”. (Nie dan Verba)

  “Keikutsertaan dalam proses formulasi, pengesahan dan
  pelaksanaan kebijakan pemerintah”. (Parry, Moyser dan
  Day)




                                                          24
VI. Konsep Partisipasi (3)

  Partisipasi Kewargaan

  “Hak berpartisipasi dalam mengambil keputusan dalam
  kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan poltik hendaknya
  dimasukkan dalam kaitan HAM”. (Lister)

  “Partisipasi warga menunjuk pada partisipasi politik,
  namun hal ini berjarak setidaknya dalam dua cara:
  terpisah baik karena diperantarai oleh partai politik,
  maupun karena partisipasi yang dilaksanakan oleh warga
  saat mereka memilih penguasa politik”. (Cuniil)



                                                           25
VII. Definisi Ulang Konsep Partisipasi

  Konsep partisipasi beralih:

     Dari sekadar kepedulian terhadap “penerima derma”
  atau “kaum tersisih” menuju ke suatu kepedulian dengan
  pelbagi bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan
  kebijakan dan pengambilan keputusan di berbagai
  gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan mereka.




                                                      26
VIII. Pergeseran dalam Partisipasi



         Penerima               Warga

         Proyek             Kebijakan

         Konsultasi                  Pengambil Keputusan

         Penilaian              Pelaksanaan

         Mikro           Makro
                                                           27
IX. Prinsip Partisipasi

  Pertama, cakupan.
  Semua orang, atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari
  hasil-hasil suatu keputusan atau proses-proyek pembangunan misalnya.

  Kedua, kesetaraan dan kemitraan (equal partnership).
  Pada dasarnya setiap orang mempunyai ketrampilan, kemampuan dan prakarsa
  serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap
  proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur
  masing-masing pihak.

  Ketiga, transparansi.
  Semua pihak harus dapat menumbuh-kembangkan komunikasi dan iklim
  berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.

  Keempat, kesetaraan kewenangan (sharing power/equal powership).
  Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan
  dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.


                                                                               28
IX. Prinsip Partisipasi

  Kelima, kesetaraan tanggungjawab (sharing responsibility).
  Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses
  karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya
  dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.

  Keenam, pemberdayaan (empowerment).
  Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang
  dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses
  kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama
  lain

  Ketujuh, kerjasama.
  Diperlukan adanya kerjasama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi
  kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang
  berkaitan dengan kemampuan sumberdaya manusia.




                                                                                  29
X. Manfaat Partisipasi

  (1) Program dan pelaksanaannya lebih aplikatif terhadap konteks sosial, ekonomi
      dan budaya yang sudah ada, sehingga memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini
      menyiratkan kebijakan desentralisasi.

  (2) Menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab di antara semua pihak terkait
      dalam merencanakan dan melaksanakan program, sehingga dampaknya dan
      begitu pula program itu sendiri berkesinambungan.

  (3) Perlunya memberikan peran bagi semua orang untuk terlibat dalam proses,
      khususnya dalam hal pengambilan dan pertanggungan jawab keputusan
      sehingga memberdayakan semua orang yang terlibat (terberdayakan).

  (4) Kegiatan-kegiatan pelaksanaan menjadi lebih obyektif dan fleksibel
      berdasarkan keadaan setempat.

  (5) Transparansi semakin terbuka lebar akibat penyebaran informasi dan
      wewenang.

  (6) Pelaksanaan proyek atau program lebih terfokus pada kebutuhan
      masyarakat.                                                               30
XI. Hambatan Partisipasi

  (1) Kelembagaan Penerapan pendekatan partisipatif di lembaga-
      lembaga pemerintah masih menemui berbagai kendala.

  (2) Perilaku      sikap birokrat dan hubungan atasan dan bawahan
      sindroma menang-kalah dan kuat-lemah.

  (3) Kebijakan       harus ada SK dan juklak dulu            ingat, banyak model dan
      modul, malah membuat modal-madul (babaliut, nggak karu-karuan!)


  (4) Sistem manajemen         model perencanaan mekanistik, dimana
      “para ahli” di tingkat pusat menyiapkan “cetak biru” untuk
      dilaksanakan oleh petugas lapangan.

  (5) Sumberdaya manusia    masih butuh waktu untuk
      memperkenalkan agar konsep ini bisa diterima di tengah
      mereka.
                                                                                    31
XII. Menanggulangi Hambatan

 (1) Tingkat Desa.
     Anggota masyarakat perlu memegang tanggung jawab lebih besar dalam
     proyek ketimbang hanya menunggu apa yang disediakan oleh pemerintah
     atau lembaga donor.

 (2) Tingkat Lapangan.
     Petugas lapangan semestinya bertindak sebagai pemungkin (enabler) yang
     mendorong masyarakat untuk mencari dan menemukan solusi terhadap
     masalah-masalah yang muncul, dan bukannya menyediakan jawaban atas
     semua masalah yang ada.

 (3) Tingkat Kabupaten/kota.
     Lembaga pemerintah perlu membuat mekanisme penyusunan alokasi dana,
     manajemen, monitoring serta evaluasi untuk mempromosikan penerapan
     pendekatan partisipatif di tingkat lapangan dan lembaga-lembaga terkait.




                                                                                32
XII. Menanggulangi Hambatan

 (4) Tingkat Propinsi.
     Kebijakan, sistem dan staf di tingkat propinsi perlu diubah sehingga
     mendukung penerapan pendekatan partisipatif. Mekanisme pengalokasian
     sumber dana daerah menjadi lebih fleksibel, dan menjalin hubungan dengan
     lembaga tingkat propinsi lainnya, misalnya dengan LSM yang sudah
     berpengalaman dalam melaksanakan pendekatan partisipatif.

 (5) Tingkat Nasional.
     Kebijakan, regulasi dan standar yang dikeluarkan lembaga tingkat nasional
     harus memberi jaminan untuk mendukung pelaksanaan pendekataan ini dan
     menciptakan suasana kelembagaan yang kondusif. Pengkajian dan diskusi
     secara nasional tentang hasil penerapan model partisipatif diberbagai tempat
     bisa menjadi bahan informasi yang amat berguna bagi staf regional dan
     badan informasi nasional. Selain itu dibutuhkan lembaga-membaga pelatihan
     untuk memberikan pelatihan dan menyediakan informasi bagi lembaga
     regional/propinsi.



                                                                               33
Bagian 3.
Praktek Perencanaan
     Partisipatif




                      34
I. Skala Nasional

  UU SPPN        Merupakan sistem perencanaan pembangunan
       yang menerapkan mazhab “process school”.

  Dalam UU SPPN:
  (1) Dokumen perencanaan           produk bersama DPR,
      Kementerian/Lembaga          Bappenas sebagai fasilitator.
  (2) Kegiatan yang direncanakan         usulan KL (pragmatis) vs
      teknokratis (Bappenas).
  (3) Lembaga perencanaan          Bappenas bukan lembaga perencana
      yang sentralistis lagi seperti masa lalu.
  (4) Proses perencanaan         bottom-up dan top-down berjalan
      seiring   Musrenbang         ada kelemahan?!
  (5) Tahapan penyusunan rencana           memberikan waktu cukup
      bagi ruang diskusi      transaksional vs legitimatif !!


                                                                 35
I. Skala Nasional    semua pendekatan di-”akomodasi”

                    Pendekatan Politik:
                    Pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan
                    rencana pembangunan hasil proses politik (public
                    choice theory of planning), khususnya penjabaran
                    Visi dan Misi dalam RPJM/D.
                    Proses Teknokratik:
                    Menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah
                    oleh lembaga atau satuan kerja yang secara
                    fungsional bertugas untuk itu.
                    Partisipatif:
                    Dilaksanakan dengan melibatkan seluruh
                    stakeholders, antara lain melalui Musrenbang.
                    Proses top-down dan bottom-up:
                    Dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan.
II. Alasan Perlunya Pembangunan dan Perencanaan di Indonesia




                       PERENCANAAN


                    INTERVENSI LANGSUNG         TUJUAN BANGSA INDONESIA
     PEMERINTAH




                    1. BARANG DAN JASA PUBLIK   (UUD 1945):
                    2. PRAKARSA STRATEGIS       1. MASAYARAKAT YANG CERDAS.
                    3. KEBERPIHAKAN             2. MASYARAKAT YANG TERLINDUNGI.
                    4. PENEGAKAN KEDAULATAN     3. MASYARAKAT YANG SEJAHTERA.
                                                4. MASYARAKAT YANG ADIL.

                                                TUJUAN PEMBANGUNAN:
                                                1. EKONOMI.
                                                2. SOSIAL.
                    PENGATURAN MASYARAKAT       3. BUDAYA.
                    1. KEBIJAKAN                4. POLITIK
                    2. REGULASI                 5. KEAMANAN
                                                6. PERTAHANAN




                                                                                  37
III. Prinsip Perencanaan di Indonesia

                                                                AGENDA
                                 MASYARAKAT
                                                 PROSES         POLITIK
                                   PEMILIH
                                                 POLITIK        PARTAI
                                  (VOTERS)
                                                               BERKUASA
                          DIALAMI OLEH
                          MASYARAKAT

                NON-                                           DISERASIKAN,
             EXCLUDABLE                                            DAN           AGENDA
                                                VISI JANGKA
KEBUTUHAN                         KEGAGALAN                   DITERJEMAHKAN   PEMBANGUNAN
                                                 PANJANG
MASYARAKAT                          PASAR      PEMBANGUNAN     KE KEGIATAN-   NASIONAL LIMA
               NON-                                              KEGIATAN       TAHUNAN
                                                 NASIONAL
              RIVALRY                                         PEMBANGUNAN




                        DIAMATI OLEH
                                PARA
                        PROFESIONAL
                                                              PERSPEKTIF
                                  PENGAMAT       PROSES
                                                                JANGKA
                                 PROFESIONAL   TEKNOKRATIK
                                                              MENENGAH



                                                                 RKP
                                  LEMBAGA
                                                                 DAN
                                 PELAKSANA
                                                                RAPBN



 Diagram Proses Politik dan Proses Teknokratik.                                        38
IV. Sinergi Sistem Politik dan Pembangunan Antara Pusat dan Daerah




                                                                     39
V. Proses Perencanaan di Indonesia


                              Masa Jabatan Presiden                                 Berikutnya



                                                            3. Jabatan Presiden
       Pelantikan         Pidato I        Pidato II               Berakhir
    Presiden Terpilih    Pengantar       Pengantar         4. Pelantikan Presiden
                        APBN di DPR     APBN di DPR               Terpilih




               0                  1                                  5                     6


        Agenda                  Rencana
        Presiden              Pembangunan             Perioda Agenda                    Rencana
        Terpilih                5 Tahun                  Nasional                     Pembangunan
                                                                                        5Tahun
                                                                                       Berikutnya
                                               Lembaga Perencana
                                              Mengelola Penyusunan
                                              Rencana Pembangunan
                                                   Lima Tahun

 Diagram Proses Penyusunan Rencana Jangka Menengah (saat ini)                                       40
V. Proses Perencanaan di Indonesia

                            Medio Mei                       Agustus   Oktober



                              Kebijakan                               APBN
   DPR                          Umum
                               Prioritas
                                              Kerangka
                Pokok-                     Pembiayaan RKP
  Menteri       pokok
   PPN           RKP

             Pokok-Pokok
 Menkeu       Kebijakan                             RAPBN
                Fiskal


  Departemen/
                                 RKAKL
   Lembaga/
    Daerah


 Diagram Proses Penyusunanan RKP dan RAPBN (saat ini)                        41
VI. Sinkronisasi Proses Perencanaan Top Down dan Bottom-up

    Rancangan        Rancangan        Rancangan              Renbang
    Renbang          Renbang          Renbang                Pusat
    Nasional         Propinsi         Kabupaten/             Final
                                      Kota



    Korenbang                          Musrenbang
      Pusat          Musrenbang                              Musrenbang
                      Propinsi         Kabupaten /             Pusat
                                          Kota



  Rencana Kerja
  Departemen/
  Lembaga




                                                                          42
VII. Perencanaan Lokal dan Perencanaan Nasional




                                                  UU SPPN



                                                   UU
                                                   32/2004




                                                  Belum ada
                                                  aturan
                                                  Tidak
                                                  diakui?


                                                            43
VII. Perencanaan Lokal dan Perencanaan Nasional
 Hubungan kerja antara Depkeu dan Bappenas saat ini
 dijembatani oleh PP 20/2004 Rencana Kerja Pemerintah dan                       Permendagri 13/2006
 PP 21/2004 Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran                               Tentang Pedoman
 Kementerian Negara/Lembaga.                                                    Pengelolaan
                                                                                Keuangan Daerah jo
                                                                                Permendagri 59/2007
                                                     Depkeu                     tentang Perubahan
                                                  UU No. 17/2004                Atas Permendagari
                                                                                13/2006




                            Bappenas
                            UU No. 25/2004


                                                                     Depdagri
                                                                   UU No. 32/2004




               SKB Menneg PPN/Kepala Bappenas,
               Mendagri, dan Menkeu
                                                                                                 44
45
VII. Perencanaan Lokal dan Perencanaan Nasional           Tidak Sinkron??

      Isu           UU 17/2003         UU 33/2004         UU 32/2004      UU 25/2004
                                    Yang disusun
                                                                         Tidak
Penyusunan      Berdasar Prestasi   berdasar prestasi   Tidak berdasar
                                                                         berdasar
Renja SKPD      Kerja               kerja adalah RKA    prestasi kerja
                                                                         prestasi kerja
                                    SKPD
Pedoman                                                                  Renstra
Penyusunan                                              Renstra SKPD     SKPD dan
Renja SKPD                                                               RKPD
Pihak yang
menetapkan
                DPRD dan Pemda      DPRD dan Pemda Kepala Daerah
prioritas dan
plafon
                                    Acuan               Dasar
Prioritas dan   Acuan Penyusunan
                                    Penyusunan RKA      Penyusunan
Plafon          RKA SKPD
                                    SKPD                RKA SKPD
                Dibahas dahulu      Dibahas dahulu
                oleh DPRD lalu      oleh DPRD lalu      Diserahkan ke
RKA SKPD
                disampaikan ke      disampaikan ke      PPKD
                PPKD                PPKD
Perubahan                                               Tidak
                Usul DPRD           Tidak ditegaskan
RAPBD                                                   ditegaskan
                                                                                     46
VIII. Skala Lokal


 Masyarakat perlu:

 Pertama, masyarakat lokal (desa/kelurahan, kecamatan) dapat
 menjamin penyediaan barang dan jasa publik bagi mereka.

 Kedua, masyarakat lokal mendapatkan ruang inovasi.

 Ketiga, memberdayakan semua pelaku yang sebelumnya tidak
 tersentuh pembanguna (empowering the powerless).

 Keempat, memelihara ikatan sosial. Pelibatan semua warga
 mendorong ikatan sosial semakin kuat.




                                                               47
IX. Prosedur Perencanaan Partisipatif Skala Lokal

 Indentifikasi cara
                                                             Identifikasi kebutuhan
 pengendalian,
                                     Pembukaan               masyarakat.
 monitoring dan
                                     komunikasi
 evaluasi secara                    dan sosialisasi
 partisipatif.
                  Pengendalian,                          Pengembangan
                  monitoring dan                           partisipasi,
                    evaluasi                                kontribusi
                     secara                              dan keterlibatan
                    partispatif                            stakeholder


                                                                            Identifikasi
                                                                            pihak-pihak
                                                                            yang
                                                      Jenis-jenis           diharapkan
                         Aplikasi                      program              berpartisipasi
                         program                         yang
 Identifikasi dan                                      disepakati
 penyusunan jenis-jenis             Identifikasi
 program pengembangan               sumberdaya
 masyarakat secara                  yang ada
 partisipatif.
                                                                                       48
A. Pembukaan Komunikasi

Tujuan Pembukaan Komunikasi

• Menumbuhkan dan memupuk modal sosial antara perusahaan dan masyarakat.
• Mengubah suatu keadaan, perilaku, motivasi dan komitmen melalui suatu proses
  pengembangan pemahaman secara partisipatif.
• Menciptakan suatu suasana yang berprinsip dari, oleh dan untuk kita.

Norma Pembukaan Komunikasi

• Mengajak, mendorong bukan menginstruksikan.
• Meminta pendapat, mengusulkan bukan memutuskan.
• Menganalisis sesuatu secara partisipatif bukan memberikan penilaian.
• Memberikan kesempatan, memotivasi bukan melaksanakan sendiri.




                                                                            49
A. Pembukaan Komunikasi

Credo of Rural Reconstruction

•   Go to the community
•   Life among them
•   Learn from them
•   Plan with them
•   Start with what they know
•   Build on what they have
•   Teach by showing, learn by doing
•   Not a show case but a pattern
•   Not odds or ends but the system
•   Not piece meal but an integrated approach
•   Not to confirm but to transform
•   Not relief but release

Sumber: Philippine Rural Construction Movement



                                                 50
B. Penumbuhan Kerjasama




                          51
C. Analisis Kebutuhan Masyarakat


Proses Pemahaman Kebutuhan
• Bersikaplah terbuka dan positif
• Pahami aspek-aspek kehidupan masyarakat sebanyak-banyaknya.
• Bukakan logika masyarakat secara rasional, disesuaikan dengan
  pemahaman masyarakat pada saat itu.
• Berusahalah untuk mendapatkan opini secara partisipatif mengenai
  kesimpulan kita.
• Buatlah kesepakatan atau pemahaman bersama dengan
  masyarakat mengenai kebutuhan mereka yang sebenarnya.




                                                                52
C. Analisis Kebutuhan Masyarakat


Aspek Kehidupan Masyarakat
• Tujuan hidup masyarakat
• Permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat
• Bagaimana masyarakat menyelesaikan permasalahan tersebut dan
  mengembangkan logika.
• Bagaimana masyarakat mengelola dan menggunakan sumberdaya
  di sekitar mereka.
• Kemampuan masyarakat dalam berkomunikasi dan
  mengembangkan jaringan.
• Pengalaman dan kejadian penting dalam hidup mereka.




                                                            53
C. Analisis Kebutuhan Masyarakat

Jenis Kebutuhan Masyarakat
• Pemenuhan kebutuhan pokok.
• Kebutuhan pengembangan usaha.
• Kebutuhan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
  aplikatif.
• Kebutuhan optimalisasi, pengembangan dan pengelolaan
  sumberdaya.
• Kebutuhan akses sarana umum.
• Kebutuhan untuk berkomunitas dalam aspek sosial dan ekonomi.
• Kebutuhan untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan.




                                                                 54
D. Pengembangan Partisipasi

Parameter Partisipasi
• Siapa yang memunculkan ide dan gagasan?
• Siapa yang mengambil keputusan?
• Siapa yang menyusun action plan?
• Siapa yang melaksanakan, mengorganisasikan dan mengkoordinir
  kegiatan?
• Siapa yang menilai, mengevaluasi dan mengendalikan?




                                                             55
D. Pengembangan Partisipasi


Faktor Pendorong Partisipasi
• Kesadaran terhadap adanya potensi pada masing-masing individu.
• Terdapat kesempatan yang dibagi rata bagi setiap level dan tidak
  ada dominasi oleh sebagian kecil pihak.
• Terdapat kejelasan program dan rencana yang akan diaplikasikan.
• Terdapat pemahaman, kepercayaan diri dan kepastian dari setiap
  pihak bahwa hasilnya yang akan dinikmati bersama.
• Dimulai perlahan-lahan dan dimulai kecil-kecilan, sesuai dengan
  kapasitas para pihak.




                                                                56
D. Pengembangan Partisipasi




                              57
E. Pengembangan Masyarakat

Syarat Pengembangan Masyarakat
•   Pengembangan komunikasi.
    – Masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat.
    – Pemerintah daerah

•   Pengembangan motivasi dan social capital.
    – Motivasi pengembangan diri
    – Jujur, sabar dan terbuka

•   Pengembangan kebersamaan dan organisasi usaha.
    – Saling percaya dan saling menghormati
    – Pengembangan manajemen kolektif dari kelompok sampai dengan koperasi.

•   Pengembangan manajemen operasi.
    – Manajemen organisasi, keuangan dan kendali mutu.
    – Networking dan marketing.


                                                                              58
E. Pengembangan Masyarakat

Tahap Pengembangan Masyarakat
•   Sosialisasi
    – Cara: Formal dan informal
    – Target: komunitas, tokoh masyarakat dan pemerintah daerah

•   Komunikasi
    – Pemahaman program
    – Pembacaan motivasi kolektif

•   Perencanaan Bersama
    – Penentuan tujuan dan indikator
    – Penentuan pihak yang berpartisipasi
    – Penentuan sistem aplikasi, koordinasi
    – Penentuan sistem pengendalian

•   Pelaksanaan program bersama
    – Pelaksanaan secara partisipatif
    – Monitoring bersama secara partisipatif
    – Sistem kerja yang efektif dan terbuka (transparan)

•   Evaluasi bersama
    – Pemahaman bersama kepada indikator
    – Pemahaman bersama pada kondisi program saat itu
                                                                  59
F. Simulasi Dinamika Kelompok

•   Media Membangun Keakraban
    – Membuat masyarakat menjadi lebih akrab dan mulai menghilangkan kecurigaan
    dan barrier lain.

•   Media Membangun Keterbukaan
    – Mendorong masyarakat untuk lebih terbuka dalam berdiskusi sehingga proses
    pendekatan menjadi lebih baik.

• Media Pembangkit Motivasi
   – Masyarakat mulai mendapatkan kejelasan mengenai apa yang menjadi tujuan
   hidup, bagaimana mensikapi masalah dan terdorong untuk memperbaiki hidup.

• Media Penguat Kebersamaan
   – Masyarakat mulai memahami bahwa untuk mencapai tujuan hidup yang
   optimal, tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri tetapi harus bersama.

Contoh Media     Lagu, Permainan, Cerita Bergambar, Studi Kasus


                                                                              60
Bagian 4.
     Model-Model
Perencanaan Partisipatif




                           61
I. Model Perdesaan                                        Program Pengembangan Kecamatan
                               Persiapan Program:
                                    •    Lokakarya Tingkat             Musyawarah Antar Desa

                                    •
                                         Provinsi dan Kabupaten.
                                         Pelatihan FK dan PL baru
                                         oleh KM-Kab, FK dan PL
                                                                             (MAD) 1
                                                                                                          Alur PPK Reguler
                                         yang telah ada.
                                                                            Musyawarah Desa
                                                                    untuk memilih Fasilitator Desa, Tim
                                                                              Teknis, dsb.
   Pemeliharaan dan Pengembalian
             Pinjaman.



                                                                         Pelatihan Fasilitator Desa

  Musyawarah serah terima pekerjaan
   pertanggungjawaban pengeluaran
              keuangan
                                                                    Pertemuan Organisasi Masyarakat
                                                                                setempat
                                                                       (mis: Dusun, Pokmas, dsb.)

                                              Musyawarah Desa
                                           Khusus Perempuan untuk
    Supervisi pelaksanaan kegiatan,          memutuskan usulan
        kunjungan antar-desa.              Kelompok Perempuan di
                                              tingkat Organisasi
                                            Masyarakat Setempat


                                                                           Musyawarah Desa 2
  Musyawarah Pertanggung-Keuangan                                     untuk memutuskan usulan desa
             (min 2x)




   Penyaluran Dana dan Pelaksanaan                                  Persiapan usulan desa dan kelompok
              Kegiatan.                                             perempuan dengan/tanpa desain dan
                                                                             rencana anggaran.



   Persiapan Pelaksanaan Kegiatan
   (Rekruitmen tenaga kerja desa,
       pengadaan bahan, dsb.)                                        Kunjungan verifikasi/kelayakan
                                                                     untuk memberi masukan kepada
                                                                            masyarakat desa.




         Musyawarah Desa 3
        Untuk membahas hasil
    MAD 3 dan pembentukan Tim                                       Musyawarah Antar Desa (MAD) 2
   Pelaksana dan Pemantau Kegiatan                                  Untuk merangking usulan kegiatan.




                                                                        FK dan Pendamping Teknis
  Musyawarah Antar Desa (MAD) 3                                       membantu persiapan desain dan
  Untuk memilih kegiatan desa yang                                      anggaran bagi usulan yang
          akan didanai.                                                       diprioritaskan.
                                                                       (Alat Bantu: Formulir Village
                                                                                Visioning)



                                                                                                                             62
I. Model Perdesaan                          Program Pengembangan Kecamatan

                                                       Pertemuan awal antar pelaku PPK dan FK
                                                                                                 Alur PPK Tanggap
                                                                                                 Darurat Pasca
                                                                                                 Bencana
                                                     Pertemuan awal antar pelaku PPK dengan
                                                     masyarakat desanya
                                                          •    Sosialisasi
                                                          •    Penggalian & penentuan gagasan
       FK & pelaku PPK                                         prioritas
           •     Koordinasi dengan lembaga
                 lain
           •     Sosialisasi ke pelaku yang
                 tidak hadir di pertemuan awal



                                                                 MAD alokasi dana




                  Pemeliharaan prasarana                        Proses pencairan dana




       MD serah terima dan laporan pertanggujawabn     Pengadaan bahan & persiapan pelaksanaan




         Supervisi, pelaporan & pemantauan silang                   Pelaksanaan




                                                                                                                    63
I. Model Perdesaan                               Program Pengembangan Kecamatan
                                                                                 Pertemuan pelaku PPK
                                                                                                                                 Alur PPK
                                                                    Pemetaan social dan kondisi parsarana/sarana serta
                                                                                                                                 Rehabilitasi
                                                                           identifikasi kebutuhan masyarakat


    Survey harga satuan bahan/material

                                                                             Musyawarah desa perencanaan

                                                              Seluruh desa:                    Khusus desa yg terkena bencana:
                                                       Usulan prasarana dan sarana             Prioritas kebutuhan dana social
                                                        dasar (PSD) (alokasi dana                 (alokasi dana social 25%)
                                                               umum75%)



     Operasional dan pemeliharaan


                                                           MAD
                                                  (pertanggungjawaban dan
                                                    pemeringkatan usulan)


                                                                              Musyawarah Antar Desa (MAD)
                                                                                  Pemeringkatan usulan


           Musyawarah desa
       (pertanggungjawaban dan
    perencanaan siklus selanjutnya)                                                   Desain & RAB



                                                                              Sertifikasi kelayakan teknis oleh
                                                                                          konsultan
         Pelaksanaan kegiatan



                                                                                 Dokumen pendanaan:
            Pencairan dana                                                    SPC, SP2D, SPPB, Rek. BPPK




                                         Pengadaan bahan dan alat

                                                                                                                                                64
I. Model Perdesaan                                      Program Pengembangan Kecamatan
                                                          Pelestarian


                         Pertemuan
                                                                                                                         Alur PPK Papua
                      Tingkat Distrik 1
                                                                                    Muskam pertanggungjawaban tahap 3
                                                                                             & serah terima
                                                                                                                         (Program
                                                                                                                         Pengembangan
                         Muskam 1
                        (sosialisasi)                                                Pencairan dan pelaksanaan tahap 3   Distrik)
  Pembentukan tim                           Seleksi fasilitator
     verivikasi                                   lokal
                                                                                    Muskam pertanggungjawaban tahap 2



                                           Pelatihan fasilitator
                                                  lokal
                                                                                     Pencairan dan pelaksanaan tahap 2
   Pelatihan tim
    verivikasi

                                            Pelatihan pelaku
                                             PPD Kampung
                                                                                    Muskam pertanggungjawaban tahap 1



                    Perencanaan bersama
                         masyarakat
                                                                                     Pencairan dan pelaksanaan tahap 1
                                                                                                  (40%)




                      Verivikasi usulan                                                 Rapat Pelaku PPD Kampung
                                                                                                (persiapan)




                                                          Pelatihan pematauan Tim Tiga
                         Muskam 2                         Tungku dan Bamuskam, Kapala
                     Penentuan prioritas                             kampung

                                                                   Pelatihan UPKD




                    Desain & RAB usualan                                                         Pertemuan
                          yg didanai                                                          Tingkat Distrik 2
                                                                                                                                          65
II. Model Perkotaan   Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

                                                     Alur P2KP Reguler
      Pelaksanaan              Sosialisasi mapping
       kegiatan                 & sosialisasi awal




   Pembentukan KSM              RKM masyarakat
                                dengan program



      Perencanaan
       partisipatif            Refleksi kemiskinan




   Pembentukan BKM              PS1 oleh Tim PS




                                                                         66
II. Model Perkotaan                Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

                                                Lokasi                                                Tidak   Selesai      P2KP
                                                PAKET                        Evaluasi kinerja
                                                                             PAKET dan audit
                                                                                                                           PAKET
                                Pembentukan                  Pelaporan
                                Pokja PAKET                  tahunan                                    Ya    Tahap ke-2

                    Kampanye                                                   Evaluasi
                    kelurahan                                                  Kota


         Pembentukan                                                                      Pelaporan
         panitia
         kemitraan


                                    Merintis kerjasama BKM
      Perencanaan                   dengan Satuan Kerja                               Pelaksanaan
      proposal                      Pemerintah Daerah
                                    (SKPD) (seperti Dinas,
                                    Badan, dsj.)
          Pembuatan                                                                  Penyaluran
          Detail                                                                     dana
          Desain

                                                                         Penandatanganan
                    Penilaian                                            SPPB
                    kelayakan
                    proposal
                                    Penetapan                Lokakarya
                                    Proyek                   Manajemen
                                    Paket
                                                                                                                                   67
II. Model Perkotaan      Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

      Pelaksanaan                    Sosialisasi program         P2KP
     kegiatan KSM                    & pemetaan sosial           Replikasi
       (Bulan 12)                      (+/- 2 minggu)


                                     RKM & penggalangan
     Pembentukan KSM                       relawan
        (menerus)
                                       (+/- 3 minggu)



      Perencanaan &                       FGD refleksi
      partisipatif PJM               kemiskinan oleh tim RK
         Pronangkis                      (+/- 2 minggu)
       (+/- 4 minggu)




    Pembentukan BKM                   Pemetaan Swadaya oleh
      (+/- 4 minggu)                         tim PS
                                         (+/- 5 minggu)

                                                                             68
69
Panduan Penyelenggaraan Musrenbang Kabupaten/Kota         memaparkan
apa dan bagaimana menyelenggarakan dan memandu rangkaian kegiatan
Musrenbang dalam membahas rancangan Rencana Kerja Pembangunan
Daerah (RKPD). Musrenbang kabupaten/kota merupakan ajang konsultasi
publik dokumen Rancangan RKPD. Rancangan RKPD disiapkan oleh tim
kerja Bappeda dengan mengakomodasi hasil-hasil Musrenbang kecamatan
dan draf Renja SKPD dengan mengacu pada pencapaian visi-misi dan isu
strategis daerah.




Panduan Penyelenggaraan Forum SKPD            memaparkan apa dan
bagaimana menyelenggarakan dan memandu Forum SKPD yang lebih
berpihak kepada masyarakat miskin dan perempuan. Melalui buku
panduan ini diharapkan dapat membantu SKPD terkait dalam menjalankan
fungsi koordinasi pembangunan dan memberikan pelayanan publik pada
warga masyarakat. Forum SKPD merupakan arena strategis dalam
menentukan prioritas pembangunan sektoral terutama untuk SKPD yang
paling terkait dengan pelayanan publik. Pada pelaksanaan Forum SKPD
ini dipergunakan pendekatan perencanaan partisipatif (bottom-up) yang
berasal dari hasil musrenbang kecamatan dengan pendekatan teknokratis
yang dikembangkan SKPD berdasarkan kebijakan dan program prioritas
daerah.
                                                                   70
Panduan Penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan            memaparkan apa dan
bagaimana menyelenggarakan dan memandu rangkaian kegiatan Musrenbang di tingkat
kecamatan yang lebih berpihak kepada kelompok miskin dan perempuan. Melalui buku
panduan ini diharapkan dapat membantu perangkat kecamatan dalam menjalankan
fungsi koordinasi pembangunan dan memberikan pelayanan publik pada masyarakat.
Musrenbang kecamatan merupakan arena strategis dalam menentukan prioritas
pembangunan di wilayah kecamatan yang bersangkutan. Pada pelaksanaan Musrenbang
kecamatan ini diperkenalkan Pagu Indikatif Kecamatan yang dapat menjadi instrumen
bagi para pemangku kepentingan di tingkat kecamatan dalam membuat kesepakatan
terkait dengan prioritas pembangunan skala kecamatan dan skala daerah yang ada di
kecamatan yang bersangkutan. Selain itu, untuk memastikan bahwa prioritas
pembangunan juga dapat menyentuh dan memenuhi aspirasi dan kebutuhan kelompok
miskin dan perempuan.


Buku Panduan Penyelenggaraan Musrenbang Kelurahan                memaparkan apa
dan bagaimana menyelenggarakan dan memandu rangkaian kegiatan Musrenbang di
tingkat kelurahan secara lebih partisipatif. Melalui buku panduan ini diharapkan dapat
meningkatkan kinerja Musrenbang kelurahan untuk meningkatkan pelayanan publik
(warga). Musrenbang kelurahan menghasilkan Renja Kelurahan yang akan menjadi
dasar penyusunan dan penggunaan anggaran kelurahan. Agar perencanaan
pembangunan benar-benar mencerminkan aspirasi dan kebutuhan warga, maka
diperlukan kajian kebutuhan. Metode dan teknik Kajian Desa Partisipatif (participatory
rural appraissal) dapat dipergunakan sebagai alat kajian kebutuhan dengan
melakukan modifikasi sesuai konteks kelurahan. Hasil kajian mendalam tentang
permasalahan dan potensi pembangunan kelurahan ini selanjutnya dituangkan ke
dalam Rencana Strategis Kelurahan yang akan diacu tiap tahunnya dalam
penyusunan Renja Kelurahan. Untuk permasalahan yang tidak dapat ditangani oleh
kelurahan selanjutnya diajukan dalam Musrenbang tingkat kecamatan.

                                                                                    71
Buku Panduan Penyelenggaraan Musrenbang Desa               memaparkan apa dan
bagaimana menyelenggarakan dan memandu rangkaian kegiatan Musrenbang di tingkat
desa secara lebih partisipatif untuk menghasilkan daftar usulan permasalahan atau
kegiatan pembangunan daerah di tingkat desa, dan menghasilkan Rencana Kerja
Pembangunan Desa. Rencana Kerja Pembangunan Desa menjadi dasar bagi
penyusunan Rancangan APB Desa. Musrenbang tingkat desa merupakan salah satu
bentuk pengejawantahan otonomi desa dalam penyelenggaran pembangunan di
wilayahnya.




                                                                             72
73
Terima kasih
• Mohon maaf apabila ada yang kurang
  berkenan …

   Mobilephone    +62.811 112266
        Email-1   wrihatnolo@yahoo.com
        Email-2   wrihatnolo@bappenas.go.id
       Website    www.wrihatnolo.blogspot.com
                  www.slideshare.net/wrihatnolo
                                                  74

Contenu connexe

Tendances

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalSistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalDadang Solihin
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifDadang Solihin
 
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIFMENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIFriyanto apri
 
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaPedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaAji Qan D
 
Perencanaan partisipatif
Perencanaan partisipatifPerencanaan partisipatif
Perencanaan partisipatifriyanto apri
 
Manajemen Pembangunan Indonesia
Manajemen Pembangunan IndonesiaManajemen Pembangunan Indonesia
Manajemen Pembangunan IndonesiaRandy Wrihatnolo
 
Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Sosial di Indonesia
Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Sosial di IndonesiaPembangunan Sosial dan Kesejahteraan Sosial di Indonesia
Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Sosial di IndonesiaRusman R. Manik
 
S1 teoper-6-perencanaan rasional-ok
S1 teoper-6-perencanaan rasional-okS1 teoper-6-perencanaan rasional-ok
S1 teoper-6-perencanaan rasional-okAry Ajo
 
PERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGPERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGDadang Solihin
 
Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan PartisipatifPerencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan PartisipatifDadang Solihin
 
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Himpunan Mahasiswa Planologi ITS
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraLaras Kun Rahmanti Putri
 
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan PembangunanDasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan PembangunanDadang Solihin
 
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanKedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanEvant Manö
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPenataan Ruang
 
Ketersediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Kawasan Kumuh. Desk Study
Ketersediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Kawasan Kumuh. Desk StudyKetersediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Kawasan Kumuh. Desk Study
Ketersediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Kawasan Kumuh. Desk StudyOswar Mungkasa
 

Tendances (20)

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalSistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan Partisipatif
 
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIFMENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIF
 
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaPedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR Kota
 
Perencanaan partisipatif
Perencanaan partisipatifPerencanaan partisipatif
Perencanaan partisipatif
 
Manajemen Pembangunan Indonesia
Manajemen Pembangunan IndonesiaManajemen Pembangunan Indonesia
Manajemen Pembangunan Indonesia
 
Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Sosial di Indonesia
Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Sosial di IndonesiaPembangunan Sosial dan Kesejahteraan Sosial di Indonesia
Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Sosial di Indonesia
 
14. pembangunan partisipatif
14. pembangunan partisipatif14. pembangunan partisipatif
14. pembangunan partisipatif
 
S1 teoper-6-perencanaan rasional-ok
S1 teoper-6-perencanaan rasional-okS1 teoper-6-perencanaan rasional-ok
S1 teoper-6-perencanaan rasional-ok
 
PERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGPERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANG
 
Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan PartisipatifPerencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan Partisipatif
 
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
 
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan PembangunanDasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan
 
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanKedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
 
Pertemuan ke 6 & 7 - logical framework approach
Pertemuan ke 6 & 7 - logical framework approachPertemuan ke 6 & 7 - logical framework approach
Pertemuan ke 6 & 7 - logical framework approach
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
 
Proyeksi PDRB Kota Singkawang Tahun 2013-2017
Proyeksi PDRB Kota Singkawang Tahun 2013-2017Proyeksi PDRB Kota Singkawang Tahun 2013-2017
Proyeksi PDRB Kota Singkawang Tahun 2013-2017
 
Pertemuan ke 3 - perencanaan sosial
Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosialPertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Pertemuan ke 3 - perencanaan sosial
 
Ketersediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Kawasan Kumuh. Desk Study
Ketersediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Kawasan Kumuh. Desk StudyKetersediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Kawasan Kumuh. Desk Study
Ketersediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Kawasan Kumuh. Desk Study
 

En vedette

Kontekstualisasi Pemikiran Pembangunan dalam Kebijakan Pembangunan Jangka Pan...
Kontekstualisasi Pemikiran Pembangunan dalam Kebijakan Pembangunan Jangka Pan...Kontekstualisasi Pemikiran Pembangunan dalam Kebijakan Pembangunan Jangka Pan...
Kontekstualisasi Pemikiran Pembangunan dalam Kebijakan Pembangunan Jangka Pan...Randy Wrihatnolo
 
Posisi Indonesia di Dalam Pembangunan Global
Posisi Indonesia di Dalam Pembangunan GlobalPosisi Indonesia di Dalam Pembangunan Global
Posisi Indonesia di Dalam Pembangunan GlobalRandy Wrihatnolo
 
Kebijakan Publik - Bagian I Teori
Kebijakan Publik - Bagian I TeoriKebijakan Publik - Bagian I Teori
Kebijakan Publik - Bagian I TeoriRandy Wrihatnolo
 
Blueprint Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan - Kementerian PPN/Bappenas,...
Blueprint Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan - Kementerian PPN/Bappenas,...Blueprint Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan - Kementerian PPN/Bappenas,...
Blueprint Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan - Kementerian PPN/Bappenas,...Randy Wrihatnolo
 
Kebijakan Publik - Bagian II Implementasi
Kebijakan Publik - Bagian II ImplementasiKebijakan Publik - Bagian II Implementasi
Kebijakan Publik - Bagian II ImplementasiRandy Wrihatnolo
 
Kebijakan Publik - Bagian III Variabel Penyusunan Kebijakan
Kebijakan Publik - Bagian III Variabel Penyusunan KebijakanKebijakan Publik - Bagian III Variabel Penyusunan Kebijakan
Kebijakan Publik - Bagian III Variabel Penyusunan KebijakanRandy Wrihatnolo
 
Struktur Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat (in the Context of Public Admi...
Struktur Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat (in the Context of Public Admi...Struktur Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat (in the Context of Public Admi...
Struktur Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat (in the Context of Public Admi...Randy Wrihatnolo
 
Strategi Penyusunan Kebijakan Publik (Sebuah Pengalaman dan Terapan)
Strategi Penyusunan Kebijakan Publik (Sebuah Pengalaman dan Terapan)Strategi Penyusunan Kebijakan Publik (Sebuah Pengalaman dan Terapan)
Strategi Penyusunan Kebijakan Publik (Sebuah Pengalaman dan Terapan)Randy Wrihatnolo
 
Manajemen Evaluasi Kinerja Pembangunan
Manajemen Evaluasi Kinerja PembangunanManajemen Evaluasi Kinerja Pembangunan
Manajemen Evaluasi Kinerja PembangunanRandy Wrihatnolo
 
Isu-isu Perencanaan Pembangunan (Perspektif Manajamen Pembangunan Nasional)
Isu-isu Perencanaan Pembangunan (Perspektif Manajamen Pembangunan Nasional)Isu-isu Perencanaan Pembangunan (Perspektif Manajamen Pembangunan Nasional)
Isu-isu Perencanaan Pembangunan (Perspektif Manajamen Pembangunan Nasional)Randy Wrihatnolo
 
Kebijakan Publik - Bagian IV Studi Kasus Rencana Pengembangan Bandara Jabodet...
Kebijakan Publik - Bagian IV Studi Kasus Rencana Pengembangan Bandara Jabodet...Kebijakan Publik - Bagian IV Studi Kasus Rencana Pengembangan Bandara Jabodet...
Kebijakan Publik - Bagian IV Studi Kasus Rencana Pengembangan Bandara Jabodet...Randy Wrihatnolo
 
Berpikir Sistem=Paparan Dinamika Sistem V0
Berpikir Sistem=Paparan Dinamika Sistem V0Berpikir Sistem=Paparan Dinamika Sistem V0
Berpikir Sistem=Paparan Dinamika Sistem V0Randy Wrihatnolo
 
Manajemen Evaluasi, Pemantauan, dan Pelaporan Pembangunan (24 Juni 2012)
Manajemen Evaluasi, Pemantauan, dan Pelaporan Pembangunan (24 Juni 2012)Manajemen Evaluasi, Pemantauan, dan Pelaporan Pembangunan (24 Juni 2012)
Manajemen Evaluasi, Pemantauan, dan Pelaporan Pembangunan (24 Juni 2012)Randy Wrihatnolo
 
Review Status MDGs 2007 di Indonesia
Review Status MDGs 2007 di IndonesiaReview Status MDGs 2007 di Indonesia
Review Status MDGs 2007 di IndonesiaRandy Wrihatnolo
 
Teknik Penyusunan Model Logik
Teknik Penyusunan Model LogikTeknik Penyusunan Model Logik
Teknik Penyusunan Model LogikRandy Wrihatnolo
 
Buku Kecil Matriks Ringkasan Evaluasi Rpjmn V4 Landscape
Buku Kecil Matriks Ringkasan Evaluasi Rpjmn V4 LandscapeBuku Kecil Matriks Ringkasan Evaluasi Rpjmn V4 Landscape
Buku Kecil Matriks Ringkasan Evaluasi Rpjmn V4 LandscapeRandy Wrihatnolo
 
Buku Kecil Matriks Ringkasan Evaluasi Rpjmn V4 Portrait
Buku Kecil Matriks Ringkasan Evaluasi Rpjmn V4 PortraitBuku Kecil Matriks Ringkasan Evaluasi Rpjmn V4 Portrait
Buku Kecil Matriks Ringkasan Evaluasi Rpjmn V4 PortraitRandy Wrihatnolo
 
Strategi Percepatan MP3EI Pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI)
Strategi Percepatan MP3EI Pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI)Strategi Percepatan MP3EI Pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI)
Strategi Percepatan MP3EI Pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI)Randy Wrihatnolo
 

En vedette (20)

Kontekstualisasi Pemikiran Pembangunan dalam Kebijakan Pembangunan Jangka Pan...
Kontekstualisasi Pemikiran Pembangunan dalam Kebijakan Pembangunan Jangka Pan...Kontekstualisasi Pemikiran Pembangunan dalam Kebijakan Pembangunan Jangka Pan...
Kontekstualisasi Pemikiran Pembangunan dalam Kebijakan Pembangunan Jangka Pan...
 
Posisi Indonesia di Dalam Pembangunan Global
Posisi Indonesia di Dalam Pembangunan GlobalPosisi Indonesia di Dalam Pembangunan Global
Posisi Indonesia di Dalam Pembangunan Global
 
Kebijakan Publik - Bagian I Teori
Kebijakan Publik - Bagian I TeoriKebijakan Publik - Bagian I Teori
Kebijakan Publik - Bagian I Teori
 
Blueprint Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan - Kementerian PPN/Bappenas,...
Blueprint Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan - Kementerian PPN/Bappenas,...Blueprint Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan - Kementerian PPN/Bappenas,...
Blueprint Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan - Kementerian PPN/Bappenas,...
 
Kebijakan Publik - Bagian II Implementasi
Kebijakan Publik - Bagian II ImplementasiKebijakan Publik - Bagian II Implementasi
Kebijakan Publik - Bagian II Implementasi
 
Kebijakan Publik - Bagian III Variabel Penyusunan Kebijakan
Kebijakan Publik - Bagian III Variabel Penyusunan KebijakanKebijakan Publik - Bagian III Variabel Penyusunan Kebijakan
Kebijakan Publik - Bagian III Variabel Penyusunan Kebijakan
 
Struktur Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat (in the Context of Public Admi...
Struktur Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat (in the Context of Public Admi...Struktur Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat (in the Context of Public Admi...
Struktur Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat (in the Context of Public Admi...
 
Strategi Penyusunan Kebijakan Publik (Sebuah Pengalaman dan Terapan)
Strategi Penyusunan Kebijakan Publik (Sebuah Pengalaman dan Terapan)Strategi Penyusunan Kebijakan Publik (Sebuah Pengalaman dan Terapan)
Strategi Penyusunan Kebijakan Publik (Sebuah Pengalaman dan Terapan)
 
Manajemen Evaluasi Kinerja Pembangunan
Manajemen Evaluasi Kinerja PembangunanManajemen Evaluasi Kinerja Pembangunan
Manajemen Evaluasi Kinerja Pembangunan
 
Isu-isu Perencanaan Pembangunan (Perspektif Manajamen Pembangunan Nasional)
Isu-isu Perencanaan Pembangunan (Perspektif Manajamen Pembangunan Nasional)Isu-isu Perencanaan Pembangunan (Perspektif Manajamen Pembangunan Nasional)
Isu-isu Perencanaan Pembangunan (Perspektif Manajamen Pembangunan Nasional)
 
Kebijakan Publik - Bagian IV Studi Kasus Rencana Pengembangan Bandara Jabodet...
Kebijakan Publik - Bagian IV Studi Kasus Rencana Pengembangan Bandara Jabodet...Kebijakan Publik - Bagian IV Studi Kasus Rencana Pengembangan Bandara Jabodet...
Kebijakan Publik - Bagian IV Studi Kasus Rencana Pengembangan Bandara Jabodet...
 
Planning Approaches
Planning ApproachesPlanning Approaches
Planning Approaches
 
Berpikir Sistem=Paparan Dinamika Sistem V0
Berpikir Sistem=Paparan Dinamika Sistem V0Berpikir Sistem=Paparan Dinamika Sistem V0
Berpikir Sistem=Paparan Dinamika Sistem V0
 
Manajemen Evaluasi, Pemantauan, dan Pelaporan Pembangunan (24 Juni 2012)
Manajemen Evaluasi, Pemantauan, dan Pelaporan Pembangunan (24 Juni 2012)Manajemen Evaluasi, Pemantauan, dan Pelaporan Pembangunan (24 Juni 2012)
Manajemen Evaluasi, Pemantauan, dan Pelaporan Pembangunan (24 Juni 2012)
 
Review Status MDGs 2007 di Indonesia
Review Status MDGs 2007 di IndonesiaReview Status MDGs 2007 di Indonesia
Review Status MDGs 2007 di Indonesia
 
Teknik Penyusunan Model Logik
Teknik Penyusunan Model LogikTeknik Penyusunan Model Logik
Teknik Penyusunan Model Logik
 
Buku Kecil Matriks Ringkasan Evaluasi Rpjmn V4 Landscape
Buku Kecil Matriks Ringkasan Evaluasi Rpjmn V4 LandscapeBuku Kecil Matriks Ringkasan Evaluasi Rpjmn V4 Landscape
Buku Kecil Matriks Ringkasan Evaluasi Rpjmn V4 Landscape
 
Buku Kecil Matriks Ringkasan Evaluasi Rpjmn V4 Portrait
Buku Kecil Matriks Ringkasan Evaluasi Rpjmn V4 PortraitBuku Kecil Matriks Ringkasan Evaluasi Rpjmn V4 Portrait
Buku Kecil Matriks Ringkasan Evaluasi Rpjmn V4 Portrait
 
Strategi Percepatan MP3EI Pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI)
Strategi Percepatan MP3EI Pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI)Strategi Percepatan MP3EI Pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI)
Strategi Percepatan MP3EI Pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI)
 
01 Bahan Moneva Palu V0
01 Bahan Moneva Palu V001 Bahan Moneva Palu V0
01 Bahan Moneva Palu V0
 

Similaire à PERENCANAAN PARTISIPATIF

Konsep dan Teknik Perencanaan
Konsep dan Teknik PerencanaanKonsep dan Teknik Perencanaan
Konsep dan Teknik PerencanaanRandy Wrihatnolo
 
Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
Mekanisme Perencanaan Pembangunan DaerahMekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
Mekanisme Perencanaan Pembangunan DaerahRandy Wrihatnolo
 
Perencanaan dan Pengawasan Anggaran: Strategi Perumusan Model Kebijakan Publi...
Perencanaan dan Pengawasan Anggaran: Strategi Perumusan Model Kebijakan Publi...Perencanaan dan Pengawasan Anggaran: Strategi Perumusan Model Kebijakan Publi...
Perencanaan dan Pengawasan Anggaran: Strategi Perumusan Model Kebijakan Publi...Dadang Solihin
 
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan PembangunanDasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan PembangunanDadang Solihin
 
Konsep dan Aplikasi Perencanaan Pembangunan
Konsep dan Aplikasi Perencanaan PembangunanKonsep dan Aplikasi Perencanaan Pembangunan
Konsep dan Aplikasi Perencanaan PembangunanRandy Wrihatnolo
 
Review Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Review Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalReview Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Review Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalDadang Solihin
 
S1 teoper-2-konsep dasar perencanaan pembangunan
S1 teoper-2-konsep dasar perencanaan pembangunanS1 teoper-2-konsep dasar perencanaan pembangunan
S1 teoper-2-konsep dasar perencanaan pembangunanAry Ajo
 
S1 teoper-2-konsepdasarperencanaanpembangunan-130614084228-phpapp02
S1 teoper-2-konsepdasarperencanaanpembangunan-130614084228-phpapp02S1 teoper-2-konsepdasarperencanaanpembangunan-130614084228-phpapp02
S1 teoper-2-konsepdasarperencanaanpembangunan-130614084228-phpapp02frans2014
 
community-development-23146 (1).pptx
community-development-23146 (1).pptxcommunity-development-23146 (1).pptx
community-development-23146 (1).pptxRosmalahUMK
 
Arti, Elemen, dan Jenis Perencanaan
Arti, Elemen, dan Jenis PerencanaanArti, Elemen, dan Jenis Perencanaan
Arti, Elemen, dan Jenis PerencanaanDadang Solihin
 
02.Kebijakan Publik Ditengah Kompleksitas Perubahan
02.Kebijakan  Publik Ditengah Kompleksitas Perubahan 02.Kebijakan  Publik Ditengah Kompleksitas Perubahan
02.Kebijakan Publik Ditengah Kompleksitas Perubahan siskamto
 
BAHAN AJAR Adm.Pembangunan Genap.doc
BAHAN AJAR Adm.Pembangunan Genap.docBAHAN AJAR Adm.Pembangunan Genap.doc
BAHAN AJAR Adm.Pembangunan Genap.docsyakurabdul2
 
Hubungan antara Pemerintah dan Legislatif (DPD-RI) dalam Perencanaan Pembangu...
Hubungan antara Pemerintah dan Legislatif (DPD-RI) dalam Perencanaan Pembangu...Hubungan antara Pemerintah dan Legislatif (DPD-RI) dalam Perencanaan Pembangu...
Hubungan antara Pemerintah dan Legislatif (DPD-RI) dalam Perencanaan Pembangu...Dadang Solihin
 
Pengertian Paradigma Perencanaan
Pengertian Paradigma PerencanaanPengertian Paradigma Perencanaan
Pengertian Paradigma PerencanaanFauzan Barnanda
 
Pengertian Paradigma Perencanaan dan PERENCANAAN PUBLIK
Pengertian Paradigma Perencanaan dan PERENCANAAN PUBLIKPengertian Paradigma Perencanaan dan PERENCANAAN PUBLIK
Pengertian Paradigma Perencanaan dan PERENCANAAN PUBLIKFauzan Barnanda
 
PPT Ekonomi Regional Kelompok 6.pptx
PPT Ekonomi Regional Kelompok 6.pptxPPT Ekonomi Regional Kelompok 6.pptx
PPT Ekonomi Regional Kelompok 6.pptxAnggiatTampubolon1
 
2478903 manajemen-sekolah
2478903 manajemen-sekolah2478903 manajemen-sekolah
2478903 manajemen-sekolahbudiarief
 

Similaire à PERENCANAAN PARTISIPATIF (20)

Konsep dan Teknik Perencanaan
Konsep dan Teknik PerencanaanKonsep dan Teknik Perencanaan
Konsep dan Teknik Perencanaan
 
Community Development
Community DevelopmentCommunity Development
Community Development
 
Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
Mekanisme Perencanaan Pembangunan DaerahMekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Perencanaan dan Pengawasan Anggaran: Strategi Perumusan Model Kebijakan Publi...
Perencanaan dan Pengawasan Anggaran: Strategi Perumusan Model Kebijakan Publi...Perencanaan dan Pengawasan Anggaran: Strategi Perumusan Model Kebijakan Publi...
Perencanaan dan Pengawasan Anggaran: Strategi Perumusan Model Kebijakan Publi...
 
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan PembangunanDasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan
Dasar-dasar Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan
 
Konsep dan Aplikasi Perencanaan Pembangunan
Konsep dan Aplikasi Perencanaan PembangunanKonsep dan Aplikasi Perencanaan Pembangunan
Konsep dan Aplikasi Perencanaan Pembangunan
 
Review Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Review Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalReview Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Review Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 
S1 teoper-2-konsep dasar perencanaan pembangunan
S1 teoper-2-konsep dasar perencanaan pembangunanS1 teoper-2-konsep dasar perencanaan pembangunan
S1 teoper-2-konsep dasar perencanaan pembangunan
 
S1 teoper-2-konsepdasarperencanaanpembangunan-130614084228-phpapp02
S1 teoper-2-konsepdasarperencanaanpembangunan-130614084228-phpapp02S1 teoper-2-konsepdasarperencanaanpembangunan-130614084228-phpapp02
S1 teoper-2-konsepdasarperencanaanpembangunan-130614084228-phpapp02
 
community-development-23146 (1).pptx
community-development-23146 (1).pptxcommunity-development-23146 (1).pptx
community-development-23146 (1).pptx
 
Arti, Elemen, dan Jenis Perencanaan
Arti, Elemen, dan Jenis PerencanaanArti, Elemen, dan Jenis Perencanaan
Arti, Elemen, dan Jenis Perencanaan
 
02.Kebijakan Publik Ditengah Kompleksitas Perubahan
02.Kebijakan  Publik Ditengah Kompleksitas Perubahan 02.Kebijakan  Publik Ditengah Kompleksitas Perubahan
02.Kebijakan Publik Ditengah Kompleksitas Perubahan
 
BAHAN AJAR Adm.Pembangunan Genap.doc
BAHAN AJAR Adm.Pembangunan Genap.docBAHAN AJAR Adm.Pembangunan Genap.doc
BAHAN AJAR Adm.Pembangunan Genap.doc
 
Hubungan antara Pemerintah dan Legislatif (DPD-RI) dalam Perencanaan Pembangu...
Hubungan antara Pemerintah dan Legislatif (DPD-RI) dalam Perencanaan Pembangu...Hubungan antara Pemerintah dan Legislatif (DPD-RI) dalam Perencanaan Pembangu...
Hubungan antara Pemerintah dan Legislatif (DPD-RI) dalam Perencanaan Pembangu...
 
Pengertian Paradigma Perencanaan
Pengertian Paradigma PerencanaanPengertian Paradigma Perencanaan
Pengertian Paradigma Perencanaan
 
Pengertian Paradigma Perencanaan dan PERENCANAAN PUBLIK
Pengertian Paradigma Perencanaan dan PERENCANAAN PUBLIKPengertian Paradigma Perencanaan dan PERENCANAAN PUBLIK
Pengertian Paradigma Perencanaan dan PERENCANAAN PUBLIK
 
PPT Ekonomi Regional Kelompok 6.pptx
PPT Ekonomi Regional Kelompok 6.pptxPPT Ekonomi Regional Kelompok 6.pptx
PPT Ekonomi Regional Kelompok 6.pptx
 
PPT M.RIDHO TEORI PEMBANGUNAN.pdf
PPT M.RIDHO TEORI PEMBANGUNAN.pdfPPT M.RIDHO TEORI PEMBANGUNAN.pdf
PPT M.RIDHO TEORI PEMBANGUNAN.pdf
 
2478903 manajemen-sekolah
2478903 manajemen-sekolah2478903 manajemen-sekolah
2478903 manajemen-sekolah
 
Dasar perencanaan
Dasar perencanaanDasar perencanaan
Dasar perencanaan
 

Plus de Randy Wrihatnolo

Manajemen Database (Portal Katalog MP3EI versi 2.0)
Manajemen Database (Portal Katalog MP3EI versi 2.0)Manajemen Database (Portal Katalog MP3EI versi 2.0)
Manajemen Database (Portal Katalog MP3EI versi 2.0)Randy Wrihatnolo
 
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Bali dan Kepulauan Nusa T...
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Bali dan Kepulauan Nusa T...Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Bali dan Kepulauan Nusa T...
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Bali dan Kepulauan Nusa T...Randy Wrihatnolo
 
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Sumatera
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi SumateraLaporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Sumatera
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi SumateraRandy Wrihatnolo
 
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan MalukuLaporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan MalukuRandy Wrihatnolo
 
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Kalimantan
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi KalimantanLaporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Kalimantan
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi KalimantanRandy Wrihatnolo
 
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Jawa
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi JawaLaporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Jawa
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi JawaRandy Wrihatnolo
 
Evaluasi 1 Tahun Pelaksanaan MP3EI (2011-2012)
Evaluasi 1 Tahun Pelaksanaan MP3EI (2011-2012)Evaluasi 1 Tahun Pelaksanaan MP3EI (2011-2012)
Evaluasi 1 Tahun Pelaksanaan MP3EI (2011-2012)Randy Wrihatnolo
 
Cara Menghitung Indeks Pembangunan Manusia
Cara Menghitung Indeks Pembangunan ManusiaCara Menghitung Indeks Pembangunan Manusia
Cara Menghitung Indeks Pembangunan ManusiaRandy Wrihatnolo
 
Kiat Menulis Makalah Panjang dan Makalah Pendek Cara JFP
Kiat Menulis Makalah Panjang dan Makalah Pendek Cara JFPKiat Menulis Makalah Panjang dan Makalah Pendek Cara JFP
Kiat Menulis Makalah Panjang dan Makalah Pendek Cara JFPRandy Wrihatnolo
 
Kiat-kiat Sederhana Menulis
Kiat-kiat Sederhana MenulisKiat-kiat Sederhana Menulis
Kiat-kiat Sederhana MenulisRandy Wrihatnolo
 
Pemikiran Pengembangan Fungsi Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan - Kemen...
Pemikiran Pengembangan Fungsi Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan - Kemen...Pemikiran Pengembangan Fungsi Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan - Kemen...
Pemikiran Pengembangan Fungsi Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan - Kemen...Randy Wrihatnolo
 
Intermezzo dengan Rubik 3X3X3
Intermezzo dengan Rubik 3X3X3Intermezzo dengan Rubik 3X3X3
Intermezzo dengan Rubik 3X3X3Randy Wrihatnolo
 
Hasil Diskusi Pokja IV Lingkungan Hidup
Hasil Diskusi Pokja IV Lingkungan HidupHasil Diskusi Pokja IV Lingkungan Hidup
Hasil Diskusi Pokja IV Lingkungan HidupRandy Wrihatnolo
 
Teknik Perencanaan Pembangunan
Teknik Perencanaan PembangunanTeknik Perencanaan Pembangunan
Teknik Perencanaan PembangunanRandy Wrihatnolo
 
Manajemen Evaluasi Pembangunan
Manajemen Evaluasi PembangunanManajemen Evaluasi Pembangunan
Manajemen Evaluasi PembangunanRandy Wrihatnolo
 
Aplikasi Sistem Evaluasi Kinerja "Si Monas"
Aplikasi Sistem Evaluasi Kinerja "Si Monas"Aplikasi Sistem Evaluasi Kinerja "Si Monas"
Aplikasi Sistem Evaluasi Kinerja "Si Monas"Randy Wrihatnolo
 
Penyusunan Rencana Kegiatan
Penyusunan Rencana KegiatanPenyusunan Rencana Kegiatan
Penyusunan Rencana KegiatanRandy Wrihatnolo
 

Plus de Randy Wrihatnolo (18)

Manajemen Database (Portal Katalog MP3EI versi 2.0)
Manajemen Database (Portal Katalog MP3EI versi 2.0)Manajemen Database (Portal Katalog MP3EI versi 2.0)
Manajemen Database (Portal Katalog MP3EI versi 2.0)
 
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Bali dan Kepulauan Nusa T...
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Bali dan Kepulauan Nusa T...Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Bali dan Kepulauan Nusa T...
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Bali dan Kepulauan Nusa T...
 
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Sumatera
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi SumateraLaporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Sumatera
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Sumatera
 
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan MalukuLaporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku
 
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Kalimantan
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi KalimantanLaporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Kalimantan
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Kalimantan
 
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Jawa
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi JawaLaporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Jawa
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Jawa
 
Evaluasi 1 Tahun Pelaksanaan MP3EI (2011-2012)
Evaluasi 1 Tahun Pelaksanaan MP3EI (2011-2012)Evaluasi 1 Tahun Pelaksanaan MP3EI (2011-2012)
Evaluasi 1 Tahun Pelaksanaan MP3EI (2011-2012)
 
Cara Menghitung Indeks Pembangunan Manusia
Cara Menghitung Indeks Pembangunan ManusiaCara Menghitung Indeks Pembangunan Manusia
Cara Menghitung Indeks Pembangunan Manusia
 
Tips Menulis Cara JFP
Tips Menulis Cara JFPTips Menulis Cara JFP
Tips Menulis Cara JFP
 
Kiat Menulis Makalah Panjang dan Makalah Pendek Cara JFP
Kiat Menulis Makalah Panjang dan Makalah Pendek Cara JFPKiat Menulis Makalah Panjang dan Makalah Pendek Cara JFP
Kiat Menulis Makalah Panjang dan Makalah Pendek Cara JFP
 
Kiat-kiat Sederhana Menulis
Kiat-kiat Sederhana MenulisKiat-kiat Sederhana Menulis
Kiat-kiat Sederhana Menulis
 
Pemikiran Pengembangan Fungsi Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan - Kemen...
Pemikiran Pengembangan Fungsi Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan - Kemen...Pemikiran Pengembangan Fungsi Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan - Kemen...
Pemikiran Pengembangan Fungsi Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan - Kemen...
 
Intermezzo dengan Rubik 3X3X3
Intermezzo dengan Rubik 3X3X3Intermezzo dengan Rubik 3X3X3
Intermezzo dengan Rubik 3X3X3
 
Hasil Diskusi Pokja IV Lingkungan Hidup
Hasil Diskusi Pokja IV Lingkungan HidupHasil Diskusi Pokja IV Lingkungan Hidup
Hasil Diskusi Pokja IV Lingkungan Hidup
 
Teknik Perencanaan Pembangunan
Teknik Perencanaan PembangunanTeknik Perencanaan Pembangunan
Teknik Perencanaan Pembangunan
 
Manajemen Evaluasi Pembangunan
Manajemen Evaluasi PembangunanManajemen Evaluasi Pembangunan
Manajemen Evaluasi Pembangunan
 
Aplikasi Sistem Evaluasi Kinerja "Si Monas"
Aplikasi Sistem Evaluasi Kinerja "Si Monas"Aplikasi Sistem Evaluasi Kinerja "Si Monas"
Aplikasi Sistem Evaluasi Kinerja "Si Monas"
 
Penyusunan Rencana Kegiatan
Penyusunan Rencana KegiatanPenyusunan Rencana Kegiatan
Penyusunan Rencana Kegiatan
 

Dernier

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 

Dernier (20)

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 

PERENCANAAN PARTISIPATIF

  • 1. PERENCANAAN PARTISIPATIF Randy R. Wrihatnolo Jakarta, 29 Mei 2009
  • 2. DAFTAR ISI Bagian 1.Konsep Perencanaan Bagian 2.Konsep Partisipasi Bagian 3 Praktek Perencanaan Partisipatif Bagian 4 Model-Model Perencanaan Partisipatif Referensi 2
  • 4. I. Pengantar Pembangunan dan Perencanaan Secara sederhana diartikan sebagai suatu perubahan tingkat kesejahteraan secara sengaja dan terukur. Agar perubahan tingkat kesejahteraan dapat dilakukan secara terukur, maka diperlukan perencanaan. Namun sudahkah perencanaan yang telah kita lakukan menuju ke arah sana? 4
  • 5. II. Konsep Ideal (1) Tidak ada yang ideal di dunia, Karena dunia adalah tempat bertemunya semua ketidakpastian (uncertainty). Sepanjang kita tidak dapat menjamin adanya kepastian, maka sesuatu yang ideal tetap sulit kita peroleh atau kita temukan. Persoalannya sekarang adalah bukan bagaimana kita mendefinisikan sesuatu yang ideal itu, namun lebih sempit dari itu yaitu bagaimana kita dapat berbuat sesuatu agar kita dapat memperkecil peluang munculnya ketidakpastian. Jika kita mempercayai pernyataan ini, maka langkah awal yang yang dapat kita lakukan adalah menguraikan terlebih dahulu elemen-elemen ketidakpastian. 5
  • 6. II. Konsep Ideal (2) Tiga elemen utama ketidakpastian Pertama, elemen waktu. Semakin kita dapat menjamin sesuatu akan ada sesuai dengan waktunya, maka semakin kecil peluang ketidakpastian. Kedua, elemen ruang. Semakin kita dapat menjamin sesuatu sesuai ukuran yang kita inginkan, maka semakin kecil peluang ketidakpastian. Ketiga, elemen materi. Semakin kita dapat menjamin sesuatu ada secara indrawi, maka semakin kecil peluang ketidakpastian. 6
  • 7. II. Konsep Ideal (3) Manusia adalah makhluk yang dinamis. Kedinamisan manusia –dalam arti mobilitas lokasi dan kebutuhan-- menyebabkan kepastian sulit hadir. Alam, juga merupakan sesuatu yang dinamis, tapi alam tidak mempunyai mobilitas lokasi dan kebutuhan, tapi mobilitas massa. Massa alam akan bergerak ke titik nol. Berlawanan dengan alam, manusia sebaliknya akan bergerak ke titik tidak terhingga. Kebutuhan manusia akan mengikuti mobilitas manusia itu sendiri, sehingga kebutuhan juga akan bergerak ke titik tidak terhingga. Oleh karena itu, alam tidak akan mampu menjamin kebutuhan manusia sepanjang masa. Manusia hanya bisa menunda atau memperlama agar alam lebih lambat bergerak ke titik nol. Ekonom abad ke-18 Robert Solow merumuskannya bahwa adopsi teknologi dapat meningkatkan produktivitas yang tidak lain adalah upaya menghemat agar massa alam tidak lekas habis. 7
  • 8. II. Konsep Ideal (4) Kehidupan manusia pasti menuju titik 0 Alam Mobilitas massa alam 0 Manusia Mobilitas massa manusia ~ Nol dibagi tak terhingga Nol Manusia hanya bisa menunda atau memperlama agar alam lebih lambat bergerak ke titik nol. Atau jumlah manusianya dibatasi. 8
  • 9. III. Definisi Perencanaan dalam Konteks Ideal (1) Perencanaan, dalam arti luas, merupakan upaya manusia meminimalkan ketidakpastian itu. Perencanaan yang ideal, dalam arti luas, adalah langkah-langkah yang dilakukan manusia agar kepastian semakin dekat dalam kehidupan manusia. Manusia bisa makan sesuai jumlah gizi dengan tepat waktu dan pasti ada, makan nasi dan lauknya, tapi bukan makan angin. Perencanaan dalam arti luas telah dilakukan manusia sejak masa purbakala. Kemajuan peradaban manusia ditentukan oleh kemampuan perencanaan ini. Langkah paling purba yang dilakukan manusia sebagai langkah perencanaan adalah memfungsikan kemampuan ”melihat jauh ke depan” (foresight). 9
  • 10. III. Definisi Perencanaan dalam Konteks Ideal (2) Perencanaan, dalam arti sempit, sesungguhnya merupakan derivat dari kemampuan foresight itu, yaitu kemampuan ”mengukur” (measuring). Inti perencanaan –yang ideal—sesungguhnya adalah mengukur itu. Persoalannya adalah bahwa tidak semua ”sesuatu” itu bersifat materi, sehingga sifatnya ”tersembunyi”, sehingga sulit diukur. Di sinilah sesungguhnya tugas perencana itu. Yaitu ”mendefinisikan” sesuatu yang ”tersembunyi” menjadi terukur, sehingga menjadi ”nyata”. Contoh paling sederhana tentang hal ini adalah apabila kita ditanya persoalan mendefinisikan ”bahagia”. Bahagia –barangkali—lebih sulit diukur dibandingkan mendefinisikan ”sejahtera”. Inilah tugas perencana itu. Bagaimana perencana menuntaskan tugasnya itu, maka terdapatlah beberapa jenis perencanaan, yang dapat kita sebut sebagai beberapa cara agar kita dapat memilih perencanaan yang ”ideal” (dalam tanda kutip keras). 10
  • 11. IV. Jenis Perencanaan Meliputi... (1) Jangka waktu panjang, menengah, pendek, crash program. (2) Sifat dorongannya by direction (komando), by inducement (rangsangan). (3) Alokasi sumberdaya perencanaan keuangan (alokasi dana, penganggaran), perencanaan fisik (barang dan jasa). (4) Tingkat keluwesan Perencanaan indikatif (stimulus, trigger), perencanaan imperativ (keharusan). (5) Sistem ekonomi perencanaan kapitalistik (kekuatan pasar), perencanaan sosialistik (kebutuhan bersama), perencanaan dalam ekonomi campuran. (6) Arus informasi perencanaan sentralistik (top-down planning), perencanaan desentralistik (bottom-up planning) (7) Dimensi pendekatan Perencanaan makro, Perencanaan sektoral, Perencanaan regional, Perencanaan mikro (rinci, kegiatan). (8) Dokumen aktivitas pembangunan perencanaan target, perencanaan sumberdaya, perencanaan evaluasi. Perencanaan partisipatif, termasuk dalam jenis ”arus informasi”. 11
  • 12. V. Apa Yang Terjadi Dalam Perencanaan (1) Proses berpikir rasional. (2) Pembahasan dan perdebatan nilai (sosial, ekonomi, politik, dsb). (3) Pengambilan keputusan yang rasional dan politis. (4) Dalam menjalankan perannya, seorang perencana terlibat dalam proses politis sebagai pembela suatu kepentingan, baik pemerintah, organisasi atau kelompok lainnya dalam menentukan arah dan kondisi masa depan yang akan dicapai. (5) Umumnya produk perencanaan bersifat unitary (seragam/satu kesatuan), yaitu perencanaan komprehensif yang disusun oleh satu lembaga, umumnya oleh pemerintah. (6) Mengapa tidak plural? Beban (waktu, tenaga dan biaya) terlalu besar untuk ditanggung oleh “perencana pemerintah.” (7) Akibatnya: Produk perencanaan bersifat tidak lengkap dan tidak memadai. 12
  • 13. VI. Prinsip Perencanaan Prinsip-prinsip perencanaan yang baik: (1) Prinsip partisipatif, menunjukkan bahwa rakyat atau masyarakat yang memperoleh manfaat dari perencanaan harus turut serta dalam prosesnya. (2) Prinsip kesinambungan, menunjukkan bahwa perencanaan tidak hanya berhenti pada satu tahap, tetapi harus berlanjut sehingga menjamin adanya kemajuan terus menerus dalam kesejahteraan. (3) Prinsip holistik, dimaksudkan bahwa masalah dalam perencanaan dan pelaksanaannya tidak dapat hanya dilihat dari satu sisi (atau sektor) tetapi harus dilihat dari berbagai aspek, dan dalam keutuhan konsep secara keseluruhan. (Gharajedaghi dan Ackoff, 1986) 13
  • 14. VII. Pembangunan Partisipatif Partisipasi merupakan proses anggota masyarakat sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kebijakan- kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka (Sumarto, 2004) “Perencanaan tidak dapat efektif, kecuali bila dilakukan dengan pengenalan, pemahaman, dan pemanfaatan struktur kekuatan pemerintah dan non-pemerintah” (Branch, 1995) 14
  • 15. VIII. Kekuatan dan Kelemahan Perencanaan Partisipatif Kekuatan (Adams, 2004; Layzer, 2002) : • Berperan memelihara sistem demokrasi lokal • Menunjukkan dukungan • Mengkritisi isu kebijakan • Menyusun agenda kebijakan • Menunda pengesahan/pemberlakuan suatu kebijakan • Mengembangkan jaringan antar dan antara warga dengan pejabat terpilih • Menghasilkan solusi lestari dan peduli lingkungan Kelemahan (Irvin dan Stansbury, 2004) : • Pemborosan sumber daya dalam pembuatan kebijakan (dalam masyarakat kurang ideal) • Tidak efektif sebagai persuasi rasional (dalam kondisi tertentu) • Tergantung karakter/sifat stakeholders 15
  • 16. IX. Tantangan dan Kendala Sinkronisasi Pembangunan Teknokratis dan Partisipatif PERENCAAAN DULU PERENCANAAN YANG DIINGINKAN Daftar Usulan - “Shopping List” Rencana Kerja - “Working Plan” • Sebanyak-banyaknya • Input (Rp., Tenaga Kerja, Fasilitas, dll.) • Seindah-indahnya • Kegiatan (Proses) • Tidak terbatas • Hasil nyata: Output, Outcome, Dampak Oleh karena itu, Perencanaan Pembangunan • Dimulai dengan data dan informasi tentang Sine realitas sosial, ekonomi, budaya dan Tek rg politik yang terjadi di masyarakat, nok ikan Part rasi da isip ketersediaan sumberdaya dan visi/arah asi n pembangunan !! Critical point-nya adalah • Menyusun hubungan optimal antara masukan (input), proses, dan keluaran (output), hasil (outcome) dan dampak (impact). UU SPPN 16
  • 18. I. Kebutuhan akan Partisipasi Pertama, proses, metode. Sangat dibutuhkan untuk membangun pemerintahan yang akuntabel, transparan, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Tiadanya partisipasi hanya menabur pemerintahan ber-moral hazard. Kedua, wahana belajar. memberikan kesempatan dan pengembangan kapasitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan hak-hak mereka, mengembangkan potensi dan prakarsa lokal, mengaktifkan peran masyarakat, serta membangun kemandirian masyarakat. 18
  • 19. II. Distorsi Makna Partisipasi Pertama, substansi. Pemerintah cenderung menempatkan masyarakat sebagai obyek kebijakan pemerintah. Kedua, formalitas. Partisipasi selalu dimaknai sebagai keikutsertaan masyarakat mengambil bagian (take part) untuk mendukung dan mensukseskan kebijakan dan program-program yang diprakarsai pemerintah (mobilisasi) . Ketiga, politis. Perencanaan pembangunan partisipatif di atas kertas selalu digunakan sebagai alat pembenar bagi pemerintah bahwa kebijakan yang dikelola telah melibatkan masyarakat. 19
  • 20. III. Dalam Konteks Governance • Masyarakat bukanlah sebagai hamba (client) melainkan sebagai warga (citizen) . • Masyarakat bukan dalam posisi yang diperintah tetapi sebagai partner pemerintah dalam mengelola pemerintahan dan pembangunan. • Partisipasi bukanlah pemberian pemerintah tetapi sebagai hak warga masyarakat. • Masyarakat bukan sekadar obyek pasif penerima manfaat kebijakan pemerintah, tetapi sebagai aktor atau subyek yang aktif menentukan kebijakan. 20
  • 21. IV. Substansi Partisipasi Pertama, voice. hak dan tindakan warga masyarakat menyampaikan aspirasi, gagasan, kebutuhan, kepentingan, dan tuntutan terhadap komunitas terdekatnya maupun kebijakan pemerintah. Kedua, akses ruang dan kapasitas masyarakat untuk masuk dalam arena governance , yakni mempengaruhi dan menentukan kebijakan serta terlibat aktif mengelola barang-barang publik. Ketiga, kendali. Kendali warga masyarakat terhadap lingkungan komunitasnya maupun proses politik yang terkait dengan pemerintah. 21
  • 22. V. Partisipasi sebagai bagian dari 3 Pilar Good Governance Akuntabilitas Transparansi Pertanggungjawaban Terbukanya akses bagi pemerintah kepada publik seluruh masyarakat atas keberhasilan maupun terhadap semua informasi Akuntabilitas yang terkait dengan kegagalan melaksanakan misi dan pengelolaan program-program sumber daya yang dimiliki. pembangunan yang mencakup keseluruhan prosesnya melalui suatu manajemen sistem informasi publik. Partisipasi Transparansi Partisipasi Hak warga masyarakat untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan pada setiap tahapan pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian sehingga masyarakat bukanlah sekedar penerima manfaat (beneficiaries) atau objek belaka, melainkan sebagai agen pembangunan (subyek). 22
  • 23. VI. Konsep Partisipasi (1) Partisipasi Sosial “Upaya terorganisasi untuk meningkatkan pengawasan terhadap sumber daya dan lembaga pengatur dalam keadaan sosial tertentu, oleh pelbagi kelompok dan gerakan yang selama ini dikesampingkan dari fungsi pengawasan tersebut” (Stiefel dan Wolfe) “Proses di mana para stakeholders mempengaruhi dan berbagi pengawasan atas inisiatif dan keputusan pembangunan serta sumber daya yang berdampak pada mereka”. (Bank Dunia) 23
  • 24. VI. Konsep Partisipasi (2) Partisipasi Politik “Kegiatan legal oleh warga perorangan yang secara langsung atau tidak langsung ditujukan untuk mempengaruhi pilihan petinggi pemerintah dan/atau tindakan mereka”. (Nie dan Verba) “Keikutsertaan dalam proses formulasi, pengesahan dan pelaksanaan kebijakan pemerintah”. (Parry, Moyser dan Day) 24
  • 25. VI. Konsep Partisipasi (3) Partisipasi Kewargaan “Hak berpartisipasi dalam mengambil keputusan dalam kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan poltik hendaknya dimasukkan dalam kaitan HAM”. (Lister) “Partisipasi warga menunjuk pada partisipasi politik, namun hal ini berjarak setidaknya dalam dua cara: terpisah baik karena diperantarai oleh partai politik, maupun karena partisipasi yang dilaksanakan oleh warga saat mereka memilih penguasa politik”. (Cuniil) 25
  • 26. VII. Definisi Ulang Konsep Partisipasi Konsep partisipasi beralih: Dari sekadar kepedulian terhadap “penerima derma” atau “kaum tersisih” menuju ke suatu kepedulian dengan pelbagi bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan di berbagai gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan mereka. 26
  • 27. VIII. Pergeseran dalam Partisipasi Penerima Warga Proyek Kebijakan Konsultasi Pengambil Keputusan Penilaian Pelaksanaan Mikro Makro 27
  • 28. IX. Prinsip Partisipasi Pertama, cakupan. Semua orang, atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses-proyek pembangunan misalnya. Kedua, kesetaraan dan kemitraan (equal partnership). Pada dasarnya setiap orang mempunyai ketrampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak. Ketiga, transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuh-kembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog. Keempat, kesetaraan kewenangan (sharing power/equal powership). Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi. 28
  • 29. IX. Prinsip Partisipasi Kelima, kesetaraan tanggungjawab (sharing responsibility). Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya. Keenam, pemberdayaan (empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain Ketujuh, kerjasama. Diperlukan adanya kerjasama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumberdaya manusia. 29
  • 30. X. Manfaat Partisipasi (1) Program dan pelaksanaannya lebih aplikatif terhadap konteks sosial, ekonomi dan budaya yang sudah ada, sehingga memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini menyiratkan kebijakan desentralisasi. (2) Menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab di antara semua pihak terkait dalam merencanakan dan melaksanakan program, sehingga dampaknya dan begitu pula program itu sendiri berkesinambungan. (3) Perlunya memberikan peran bagi semua orang untuk terlibat dalam proses, khususnya dalam hal pengambilan dan pertanggungan jawab keputusan sehingga memberdayakan semua orang yang terlibat (terberdayakan). (4) Kegiatan-kegiatan pelaksanaan menjadi lebih obyektif dan fleksibel berdasarkan keadaan setempat. (5) Transparansi semakin terbuka lebar akibat penyebaran informasi dan wewenang. (6) Pelaksanaan proyek atau program lebih terfokus pada kebutuhan masyarakat. 30
  • 31. XI. Hambatan Partisipasi (1) Kelembagaan Penerapan pendekatan partisipatif di lembaga- lembaga pemerintah masih menemui berbagai kendala. (2) Perilaku sikap birokrat dan hubungan atasan dan bawahan sindroma menang-kalah dan kuat-lemah. (3) Kebijakan harus ada SK dan juklak dulu ingat, banyak model dan modul, malah membuat modal-madul (babaliut, nggak karu-karuan!) (4) Sistem manajemen model perencanaan mekanistik, dimana “para ahli” di tingkat pusat menyiapkan “cetak biru” untuk dilaksanakan oleh petugas lapangan. (5) Sumberdaya manusia masih butuh waktu untuk memperkenalkan agar konsep ini bisa diterima di tengah mereka. 31
  • 32. XII. Menanggulangi Hambatan (1) Tingkat Desa. Anggota masyarakat perlu memegang tanggung jawab lebih besar dalam proyek ketimbang hanya menunggu apa yang disediakan oleh pemerintah atau lembaga donor. (2) Tingkat Lapangan. Petugas lapangan semestinya bertindak sebagai pemungkin (enabler) yang mendorong masyarakat untuk mencari dan menemukan solusi terhadap masalah-masalah yang muncul, dan bukannya menyediakan jawaban atas semua masalah yang ada. (3) Tingkat Kabupaten/kota. Lembaga pemerintah perlu membuat mekanisme penyusunan alokasi dana, manajemen, monitoring serta evaluasi untuk mempromosikan penerapan pendekatan partisipatif di tingkat lapangan dan lembaga-lembaga terkait. 32
  • 33. XII. Menanggulangi Hambatan (4) Tingkat Propinsi. Kebijakan, sistem dan staf di tingkat propinsi perlu diubah sehingga mendukung penerapan pendekatan partisipatif. Mekanisme pengalokasian sumber dana daerah menjadi lebih fleksibel, dan menjalin hubungan dengan lembaga tingkat propinsi lainnya, misalnya dengan LSM yang sudah berpengalaman dalam melaksanakan pendekatan partisipatif. (5) Tingkat Nasional. Kebijakan, regulasi dan standar yang dikeluarkan lembaga tingkat nasional harus memberi jaminan untuk mendukung pelaksanaan pendekataan ini dan menciptakan suasana kelembagaan yang kondusif. Pengkajian dan diskusi secara nasional tentang hasil penerapan model partisipatif diberbagai tempat bisa menjadi bahan informasi yang amat berguna bagi staf regional dan badan informasi nasional. Selain itu dibutuhkan lembaga-membaga pelatihan untuk memberikan pelatihan dan menyediakan informasi bagi lembaga regional/propinsi. 33
  • 34. Bagian 3. Praktek Perencanaan Partisipatif 34
  • 35. I. Skala Nasional UU SPPN Merupakan sistem perencanaan pembangunan yang menerapkan mazhab “process school”. Dalam UU SPPN: (1) Dokumen perencanaan produk bersama DPR, Kementerian/Lembaga Bappenas sebagai fasilitator. (2) Kegiatan yang direncanakan usulan KL (pragmatis) vs teknokratis (Bappenas). (3) Lembaga perencanaan Bappenas bukan lembaga perencana yang sentralistis lagi seperti masa lalu. (4) Proses perencanaan bottom-up dan top-down berjalan seiring Musrenbang ada kelemahan?! (5) Tahapan penyusunan rencana memberikan waktu cukup bagi ruang diskusi transaksional vs legitimatif !! 35
  • 36. I. Skala Nasional semua pendekatan di-”akomodasi” Pendekatan Politik: Pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan rencana pembangunan hasil proses politik (public choice theory of planning), khususnya penjabaran Visi dan Misi dalam RPJM/D. Proses Teknokratik: Menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Partisipatif: Dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders, antara lain melalui Musrenbang. Proses top-down dan bottom-up: Dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan.
  • 37. II. Alasan Perlunya Pembangunan dan Perencanaan di Indonesia PERENCANAAN INTERVENSI LANGSUNG TUJUAN BANGSA INDONESIA PEMERINTAH 1. BARANG DAN JASA PUBLIK (UUD 1945): 2. PRAKARSA STRATEGIS 1. MASAYARAKAT YANG CERDAS. 3. KEBERPIHAKAN 2. MASYARAKAT YANG TERLINDUNGI. 4. PENEGAKAN KEDAULATAN 3. MASYARAKAT YANG SEJAHTERA. 4. MASYARAKAT YANG ADIL. TUJUAN PEMBANGUNAN: 1. EKONOMI. 2. SOSIAL. PENGATURAN MASYARAKAT 3. BUDAYA. 1. KEBIJAKAN 4. POLITIK 2. REGULASI 5. KEAMANAN 6. PERTAHANAN 37
  • 38. III. Prinsip Perencanaan di Indonesia AGENDA MASYARAKAT PROSES POLITIK PEMILIH POLITIK PARTAI (VOTERS) BERKUASA DIALAMI OLEH MASYARAKAT NON- DISERASIKAN, EXCLUDABLE DAN AGENDA VISI JANGKA KEBUTUHAN KEGAGALAN DITERJEMAHKAN PEMBANGUNAN PANJANG MASYARAKAT PASAR PEMBANGUNAN KE KEGIATAN- NASIONAL LIMA NON- KEGIATAN TAHUNAN NASIONAL RIVALRY PEMBANGUNAN DIAMATI OLEH PARA PROFESIONAL PERSPEKTIF PENGAMAT PROSES JANGKA PROFESIONAL TEKNOKRATIK MENENGAH RKP LEMBAGA DAN PELAKSANA RAPBN Diagram Proses Politik dan Proses Teknokratik. 38
  • 39. IV. Sinergi Sistem Politik dan Pembangunan Antara Pusat dan Daerah 39
  • 40. V. Proses Perencanaan di Indonesia Masa Jabatan Presiden Berikutnya 3. Jabatan Presiden Pelantikan Pidato I Pidato II Berakhir Presiden Terpilih Pengantar Pengantar 4. Pelantikan Presiden APBN di DPR APBN di DPR Terpilih 0 1 5 6 Agenda Rencana Presiden Pembangunan Perioda Agenda Rencana Terpilih 5 Tahun Nasional Pembangunan 5Tahun Berikutnya Lembaga Perencana Mengelola Penyusunan Rencana Pembangunan Lima Tahun Diagram Proses Penyusunan Rencana Jangka Menengah (saat ini) 40
  • 41. V. Proses Perencanaan di Indonesia Medio Mei Agustus Oktober Kebijakan APBN DPR Umum Prioritas Kerangka Pokok- Pembiayaan RKP Menteri pokok PPN RKP Pokok-Pokok Menkeu Kebijakan RAPBN Fiskal Departemen/ RKAKL Lembaga/ Daerah Diagram Proses Penyusunanan RKP dan RAPBN (saat ini) 41
  • 42. VI. Sinkronisasi Proses Perencanaan Top Down dan Bottom-up Rancangan Rancangan Rancangan Renbang Renbang Renbang Renbang Pusat Nasional Propinsi Kabupaten/ Final Kota Korenbang Musrenbang Pusat Musrenbang Musrenbang Propinsi Kabupaten / Pusat Kota Rencana Kerja Departemen/ Lembaga 42
  • 43. VII. Perencanaan Lokal dan Perencanaan Nasional UU SPPN UU 32/2004 Belum ada aturan Tidak diakui? 43
  • 44. VII. Perencanaan Lokal dan Perencanaan Nasional Hubungan kerja antara Depkeu dan Bappenas saat ini dijembatani oleh PP 20/2004 Rencana Kerja Pemerintah dan Permendagri 13/2006 PP 21/2004 Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tentang Pedoman Kementerian Negara/Lembaga. Pengelolaan Keuangan Daerah jo Permendagri 59/2007 Depkeu tentang Perubahan UU No. 17/2004 Atas Permendagari 13/2006 Bappenas UU No. 25/2004 Depdagri UU No. 32/2004 SKB Menneg PPN/Kepala Bappenas, Mendagri, dan Menkeu 44
  • 45. 45
  • 46. VII. Perencanaan Lokal dan Perencanaan Nasional Tidak Sinkron?? Isu UU 17/2003 UU 33/2004 UU 32/2004 UU 25/2004 Yang disusun Tidak Penyusunan Berdasar Prestasi berdasar prestasi Tidak berdasar berdasar Renja SKPD Kerja kerja adalah RKA prestasi kerja prestasi kerja SKPD Pedoman Renstra Penyusunan Renstra SKPD SKPD dan Renja SKPD RKPD Pihak yang menetapkan DPRD dan Pemda DPRD dan Pemda Kepala Daerah prioritas dan plafon Acuan Dasar Prioritas dan Acuan Penyusunan Penyusunan RKA Penyusunan Plafon RKA SKPD SKPD RKA SKPD Dibahas dahulu Dibahas dahulu oleh DPRD lalu oleh DPRD lalu Diserahkan ke RKA SKPD disampaikan ke disampaikan ke PPKD PPKD PPKD Perubahan Tidak Usul DPRD Tidak ditegaskan RAPBD ditegaskan 46
  • 47. VIII. Skala Lokal Masyarakat perlu: Pertama, masyarakat lokal (desa/kelurahan, kecamatan) dapat menjamin penyediaan barang dan jasa publik bagi mereka. Kedua, masyarakat lokal mendapatkan ruang inovasi. Ketiga, memberdayakan semua pelaku yang sebelumnya tidak tersentuh pembanguna (empowering the powerless). Keempat, memelihara ikatan sosial. Pelibatan semua warga mendorong ikatan sosial semakin kuat. 47
  • 48. IX. Prosedur Perencanaan Partisipatif Skala Lokal Indentifikasi cara Identifikasi kebutuhan pengendalian, Pembukaan masyarakat. monitoring dan komunikasi evaluasi secara dan sosialisasi partisipatif. Pengendalian, Pengembangan monitoring dan partisipasi, evaluasi kontribusi secara dan keterlibatan partispatif stakeholder Identifikasi pihak-pihak yang Jenis-jenis diharapkan Aplikasi program berpartisipasi program yang Identifikasi dan disepakati penyusunan jenis-jenis Identifikasi program pengembangan sumberdaya masyarakat secara yang ada partisipatif. 48
  • 49. A. Pembukaan Komunikasi Tujuan Pembukaan Komunikasi • Menumbuhkan dan memupuk modal sosial antara perusahaan dan masyarakat. • Mengubah suatu keadaan, perilaku, motivasi dan komitmen melalui suatu proses pengembangan pemahaman secara partisipatif. • Menciptakan suatu suasana yang berprinsip dari, oleh dan untuk kita. Norma Pembukaan Komunikasi • Mengajak, mendorong bukan menginstruksikan. • Meminta pendapat, mengusulkan bukan memutuskan. • Menganalisis sesuatu secara partisipatif bukan memberikan penilaian. • Memberikan kesempatan, memotivasi bukan melaksanakan sendiri. 49
  • 50. A. Pembukaan Komunikasi Credo of Rural Reconstruction • Go to the community • Life among them • Learn from them • Plan with them • Start with what they know • Build on what they have • Teach by showing, learn by doing • Not a show case but a pattern • Not odds or ends but the system • Not piece meal but an integrated approach • Not to confirm but to transform • Not relief but release Sumber: Philippine Rural Construction Movement 50
  • 52. C. Analisis Kebutuhan Masyarakat Proses Pemahaman Kebutuhan • Bersikaplah terbuka dan positif • Pahami aspek-aspek kehidupan masyarakat sebanyak-banyaknya. • Bukakan logika masyarakat secara rasional, disesuaikan dengan pemahaman masyarakat pada saat itu. • Berusahalah untuk mendapatkan opini secara partisipatif mengenai kesimpulan kita. • Buatlah kesepakatan atau pemahaman bersama dengan masyarakat mengenai kebutuhan mereka yang sebenarnya. 52
  • 53. C. Analisis Kebutuhan Masyarakat Aspek Kehidupan Masyarakat • Tujuan hidup masyarakat • Permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat • Bagaimana masyarakat menyelesaikan permasalahan tersebut dan mengembangkan logika. • Bagaimana masyarakat mengelola dan menggunakan sumberdaya di sekitar mereka. • Kemampuan masyarakat dalam berkomunikasi dan mengembangkan jaringan. • Pengalaman dan kejadian penting dalam hidup mereka. 53
  • 54. C. Analisis Kebutuhan Masyarakat Jenis Kebutuhan Masyarakat • Pemenuhan kebutuhan pokok. • Kebutuhan pengembangan usaha. • Kebutuhan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi aplikatif. • Kebutuhan optimalisasi, pengembangan dan pengelolaan sumberdaya. • Kebutuhan akses sarana umum. • Kebutuhan untuk berkomunitas dalam aspek sosial dan ekonomi. • Kebutuhan untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan. 54
  • 55. D. Pengembangan Partisipasi Parameter Partisipasi • Siapa yang memunculkan ide dan gagasan? • Siapa yang mengambil keputusan? • Siapa yang menyusun action plan? • Siapa yang melaksanakan, mengorganisasikan dan mengkoordinir kegiatan? • Siapa yang menilai, mengevaluasi dan mengendalikan? 55
  • 56. D. Pengembangan Partisipasi Faktor Pendorong Partisipasi • Kesadaran terhadap adanya potensi pada masing-masing individu. • Terdapat kesempatan yang dibagi rata bagi setiap level dan tidak ada dominasi oleh sebagian kecil pihak. • Terdapat kejelasan program dan rencana yang akan diaplikasikan. • Terdapat pemahaman, kepercayaan diri dan kepastian dari setiap pihak bahwa hasilnya yang akan dinikmati bersama. • Dimulai perlahan-lahan dan dimulai kecil-kecilan, sesuai dengan kapasitas para pihak. 56
  • 58. E. Pengembangan Masyarakat Syarat Pengembangan Masyarakat • Pengembangan komunikasi. – Masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat. – Pemerintah daerah • Pengembangan motivasi dan social capital. – Motivasi pengembangan diri – Jujur, sabar dan terbuka • Pengembangan kebersamaan dan organisasi usaha. – Saling percaya dan saling menghormati – Pengembangan manajemen kolektif dari kelompok sampai dengan koperasi. • Pengembangan manajemen operasi. – Manajemen organisasi, keuangan dan kendali mutu. – Networking dan marketing. 58
  • 59. E. Pengembangan Masyarakat Tahap Pengembangan Masyarakat • Sosialisasi – Cara: Formal dan informal – Target: komunitas, tokoh masyarakat dan pemerintah daerah • Komunikasi – Pemahaman program – Pembacaan motivasi kolektif • Perencanaan Bersama – Penentuan tujuan dan indikator – Penentuan pihak yang berpartisipasi – Penentuan sistem aplikasi, koordinasi – Penentuan sistem pengendalian • Pelaksanaan program bersama – Pelaksanaan secara partisipatif – Monitoring bersama secara partisipatif – Sistem kerja yang efektif dan terbuka (transparan) • Evaluasi bersama – Pemahaman bersama kepada indikator – Pemahaman bersama pada kondisi program saat itu 59
  • 60. F. Simulasi Dinamika Kelompok • Media Membangun Keakraban – Membuat masyarakat menjadi lebih akrab dan mulai menghilangkan kecurigaan dan barrier lain. • Media Membangun Keterbukaan – Mendorong masyarakat untuk lebih terbuka dalam berdiskusi sehingga proses pendekatan menjadi lebih baik. • Media Pembangkit Motivasi – Masyarakat mulai mendapatkan kejelasan mengenai apa yang menjadi tujuan hidup, bagaimana mensikapi masalah dan terdorong untuk memperbaiki hidup. • Media Penguat Kebersamaan – Masyarakat mulai memahami bahwa untuk mencapai tujuan hidup yang optimal, tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri tetapi harus bersama. Contoh Media Lagu, Permainan, Cerita Bergambar, Studi Kasus 60
  • 61. Bagian 4. Model-Model Perencanaan Partisipatif 61
  • 62. I. Model Perdesaan Program Pengembangan Kecamatan Persiapan Program: • Lokakarya Tingkat Musyawarah Antar Desa • Provinsi dan Kabupaten. Pelatihan FK dan PL baru oleh KM-Kab, FK dan PL (MAD) 1 Alur PPK Reguler yang telah ada. Musyawarah Desa untuk memilih Fasilitator Desa, Tim Teknis, dsb. Pemeliharaan dan Pengembalian Pinjaman. Pelatihan Fasilitator Desa Musyawarah serah terima pekerjaan pertanggungjawaban pengeluaran keuangan Pertemuan Organisasi Masyarakat setempat (mis: Dusun, Pokmas, dsb.) Musyawarah Desa Khusus Perempuan untuk Supervisi pelaksanaan kegiatan, memutuskan usulan kunjungan antar-desa. Kelompok Perempuan di tingkat Organisasi Masyarakat Setempat Musyawarah Desa 2 Musyawarah Pertanggung-Keuangan untuk memutuskan usulan desa (min 2x) Penyaluran Dana dan Pelaksanaan Persiapan usulan desa dan kelompok Kegiatan. perempuan dengan/tanpa desain dan rencana anggaran. Persiapan Pelaksanaan Kegiatan (Rekruitmen tenaga kerja desa, pengadaan bahan, dsb.) Kunjungan verifikasi/kelayakan untuk memberi masukan kepada masyarakat desa. Musyawarah Desa 3 Untuk membahas hasil MAD 3 dan pembentukan Tim Musyawarah Antar Desa (MAD) 2 Pelaksana dan Pemantau Kegiatan Untuk merangking usulan kegiatan. FK dan Pendamping Teknis Musyawarah Antar Desa (MAD) 3 membantu persiapan desain dan Untuk memilih kegiatan desa yang anggaran bagi usulan yang akan didanai. diprioritaskan. (Alat Bantu: Formulir Village Visioning) 62
  • 63. I. Model Perdesaan Program Pengembangan Kecamatan Pertemuan awal antar pelaku PPK dan FK Alur PPK Tanggap Darurat Pasca Bencana Pertemuan awal antar pelaku PPK dengan masyarakat desanya • Sosialisasi • Penggalian & penentuan gagasan FK & pelaku PPK prioritas • Koordinasi dengan lembaga lain • Sosialisasi ke pelaku yang tidak hadir di pertemuan awal MAD alokasi dana Pemeliharaan prasarana Proses pencairan dana MD serah terima dan laporan pertanggujawabn Pengadaan bahan & persiapan pelaksanaan Supervisi, pelaporan & pemantauan silang Pelaksanaan 63
  • 64. I. Model Perdesaan Program Pengembangan Kecamatan Pertemuan pelaku PPK Alur PPK Pemetaan social dan kondisi parsarana/sarana serta Rehabilitasi identifikasi kebutuhan masyarakat Survey harga satuan bahan/material Musyawarah desa perencanaan Seluruh desa: Khusus desa yg terkena bencana: Usulan prasarana dan sarana Prioritas kebutuhan dana social dasar (PSD) (alokasi dana (alokasi dana social 25%) umum75%) Operasional dan pemeliharaan MAD (pertanggungjawaban dan pemeringkatan usulan) Musyawarah Antar Desa (MAD) Pemeringkatan usulan Musyawarah desa (pertanggungjawaban dan perencanaan siklus selanjutnya) Desain & RAB Sertifikasi kelayakan teknis oleh konsultan Pelaksanaan kegiatan Dokumen pendanaan: Pencairan dana SPC, SP2D, SPPB, Rek. BPPK Pengadaan bahan dan alat 64
  • 65. I. Model Perdesaan Program Pengembangan Kecamatan Pelestarian Pertemuan Alur PPK Papua Tingkat Distrik 1 Muskam pertanggungjawaban tahap 3 & serah terima (Program Pengembangan Muskam 1 (sosialisasi) Pencairan dan pelaksanaan tahap 3 Distrik) Pembentukan tim Seleksi fasilitator verivikasi lokal Muskam pertanggungjawaban tahap 2 Pelatihan fasilitator lokal Pencairan dan pelaksanaan tahap 2 Pelatihan tim verivikasi Pelatihan pelaku PPD Kampung Muskam pertanggungjawaban tahap 1 Perencanaan bersama masyarakat Pencairan dan pelaksanaan tahap 1 (40%) Verivikasi usulan Rapat Pelaku PPD Kampung (persiapan) Pelatihan pematauan Tim Tiga Muskam 2 Tungku dan Bamuskam, Kapala Penentuan prioritas kampung Pelatihan UPKD Desain & RAB usualan Pertemuan yg didanai Tingkat Distrik 2 65
  • 66. II. Model Perkotaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Alur P2KP Reguler Pelaksanaan Sosialisasi mapping kegiatan & sosialisasi awal Pembentukan KSM RKM masyarakat dengan program Perencanaan partisipatif Refleksi kemiskinan Pembentukan BKM PS1 oleh Tim PS 66
  • 67. II. Model Perkotaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Lokasi Tidak Selesai P2KP PAKET Evaluasi kinerja PAKET dan audit PAKET Pembentukan Pelaporan Pokja PAKET tahunan Ya Tahap ke-2 Kampanye Evaluasi kelurahan Kota Pembentukan Pelaporan panitia kemitraan Merintis kerjasama BKM Perencanaan dengan Satuan Kerja Pelaksanaan proposal Pemerintah Daerah (SKPD) (seperti Dinas, Badan, dsj.) Pembuatan Penyaluran Detail dana Desain Penandatanganan Penilaian SPPB kelayakan proposal Penetapan Lokakarya Proyek Manajemen Paket 67
  • 68. II. Model Perkotaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Pelaksanaan Sosialisasi program P2KP kegiatan KSM & pemetaan sosial Replikasi (Bulan 12) (+/- 2 minggu) RKM & penggalangan Pembentukan KSM relawan (menerus) (+/- 3 minggu) Perencanaan & FGD refleksi partisipatif PJM kemiskinan oleh tim RK Pronangkis (+/- 2 minggu) (+/- 4 minggu) Pembentukan BKM Pemetaan Swadaya oleh (+/- 4 minggu) tim PS (+/- 5 minggu) 68
  • 69. 69
  • 70. Panduan Penyelenggaraan Musrenbang Kabupaten/Kota memaparkan apa dan bagaimana menyelenggarakan dan memandu rangkaian kegiatan Musrenbang dalam membahas rancangan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Musrenbang kabupaten/kota merupakan ajang konsultasi publik dokumen Rancangan RKPD. Rancangan RKPD disiapkan oleh tim kerja Bappeda dengan mengakomodasi hasil-hasil Musrenbang kecamatan dan draf Renja SKPD dengan mengacu pada pencapaian visi-misi dan isu strategis daerah. Panduan Penyelenggaraan Forum SKPD memaparkan apa dan bagaimana menyelenggarakan dan memandu Forum SKPD yang lebih berpihak kepada masyarakat miskin dan perempuan. Melalui buku panduan ini diharapkan dapat membantu SKPD terkait dalam menjalankan fungsi koordinasi pembangunan dan memberikan pelayanan publik pada warga masyarakat. Forum SKPD merupakan arena strategis dalam menentukan prioritas pembangunan sektoral terutama untuk SKPD yang paling terkait dengan pelayanan publik. Pada pelaksanaan Forum SKPD ini dipergunakan pendekatan perencanaan partisipatif (bottom-up) yang berasal dari hasil musrenbang kecamatan dengan pendekatan teknokratis yang dikembangkan SKPD berdasarkan kebijakan dan program prioritas daerah. 70
  • 71. Panduan Penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan memaparkan apa dan bagaimana menyelenggarakan dan memandu rangkaian kegiatan Musrenbang di tingkat kecamatan yang lebih berpihak kepada kelompok miskin dan perempuan. Melalui buku panduan ini diharapkan dapat membantu perangkat kecamatan dalam menjalankan fungsi koordinasi pembangunan dan memberikan pelayanan publik pada masyarakat. Musrenbang kecamatan merupakan arena strategis dalam menentukan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan yang bersangkutan. Pada pelaksanaan Musrenbang kecamatan ini diperkenalkan Pagu Indikatif Kecamatan yang dapat menjadi instrumen bagi para pemangku kepentingan di tingkat kecamatan dalam membuat kesepakatan terkait dengan prioritas pembangunan skala kecamatan dan skala daerah yang ada di kecamatan yang bersangkutan. Selain itu, untuk memastikan bahwa prioritas pembangunan juga dapat menyentuh dan memenuhi aspirasi dan kebutuhan kelompok miskin dan perempuan. Buku Panduan Penyelenggaraan Musrenbang Kelurahan memaparkan apa dan bagaimana menyelenggarakan dan memandu rangkaian kegiatan Musrenbang di tingkat kelurahan secara lebih partisipatif. Melalui buku panduan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja Musrenbang kelurahan untuk meningkatkan pelayanan publik (warga). Musrenbang kelurahan menghasilkan Renja Kelurahan yang akan menjadi dasar penyusunan dan penggunaan anggaran kelurahan. Agar perencanaan pembangunan benar-benar mencerminkan aspirasi dan kebutuhan warga, maka diperlukan kajian kebutuhan. Metode dan teknik Kajian Desa Partisipatif (participatory rural appraissal) dapat dipergunakan sebagai alat kajian kebutuhan dengan melakukan modifikasi sesuai konteks kelurahan. Hasil kajian mendalam tentang permasalahan dan potensi pembangunan kelurahan ini selanjutnya dituangkan ke dalam Rencana Strategis Kelurahan yang akan diacu tiap tahunnya dalam penyusunan Renja Kelurahan. Untuk permasalahan yang tidak dapat ditangani oleh kelurahan selanjutnya diajukan dalam Musrenbang tingkat kecamatan. 71
  • 72. Buku Panduan Penyelenggaraan Musrenbang Desa memaparkan apa dan bagaimana menyelenggarakan dan memandu rangkaian kegiatan Musrenbang di tingkat desa secara lebih partisipatif untuk menghasilkan daftar usulan permasalahan atau kegiatan pembangunan daerah di tingkat desa, dan menghasilkan Rencana Kerja Pembangunan Desa. Rencana Kerja Pembangunan Desa menjadi dasar bagi penyusunan Rancangan APB Desa. Musrenbang tingkat desa merupakan salah satu bentuk pengejawantahan otonomi desa dalam penyelenggaran pembangunan di wilayahnya. 72
  • 73. 73
  • 74. Terima kasih • Mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan … Mobilephone +62.811 112266 Email-1 wrihatnolo@yahoo.com Email-2 wrihatnolo@bappenas.go.id Website www.wrihatnolo.blogspot.com www.slideshare.net/wrihatnolo 74