Penelitian ini menguji pengendalian tungau puru pada tanaman ubi jalar secara kimiawi dan nabati. Hasilnya
menunjukkan bahwa stek ubi jalar yang mengandung puru berpeluang menyebarkan hama ke tanaman sekitarnya.
Stek bebas puru menghasilkan jumlah dan bobot umbi lebih tinggi dari stek berpuru. Kombinasi stek bebas puru dan
aplikasi insektisida kimiawi dikofol memberikan bob
1. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.2.,2012
PENGENDALIAN TUNGAU PURU SECARA KIMIAWI DAN NABATI
S.W. Indiati
Peneliti Hama dan Penyakit, Balitkabi Malang
Jln. Raya Kendalpayak KM 08, PO. BOX 66 Malang, 65101
ABSTRAK
Eriophyes gastrotrichus adalah salah satu hama tungau yang menyebabkan gejala puru pada tanaman ubi jalar.
Serangan hama tungau puru pada tanaman ubij alar sekarang telah menyebar di beberapa daerah baik di Jawa Timur
maupun Jawa Tengah. Oleh sebab itu teknik pengendalian hama tungau puru pada ubi jalar perlu dikaji. Penelitian
lapang dilakukan di KP. Kendalpayak pada musim kemarau 2011, disusun menggunakan rancangan strip plot diulang
tiga kali. Faktor vertikal terdiri dari : stek bebas puru dan stek berpuru.; sedang faktor horizontal adalah :
pengendalian kimiawi (celup stek + semprot), nabati (celup stek + semprot), dan tanpa pengendalian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa menanam stek ubi jalar yang mengandung “puru” berpeluang sebagai sumber penyebaran
“tungau-puru” ketanaman sekitarnya. Jumlah umbi dan bobot umbi dipengaruhi oleh macam stek. Stek bebas puru
menghasilkan jumlah umbi dan bobot umbi lebih tinggi dari pada stek berpuru. Kombinasi perlakuan stek bebas puru
ditambah aplikasi dikofol 2 ml/l memberikan bobot umbi tertinggi (15,55 t/ha).
Kata kunci : Pengendalian, tungau-puru, ubi jalar
ABSTRACT
Eriophyes gastrotrichus is a species of mite that causes gall symptoms in sweet potato. Now, this pest has spread in
some areas both in East Java and Central Java. Field research has been done in the Kendalpayak research station in the
dry season 2011, prepared by using strip plot design repeated three times. Vertical factor consists of: cuttings without
gall and cuttings with gall; whereas horizontal factors are: synthetic insecticide (dip cuttings + spray), botanical
insecticide (dip cuttings + spray), without control. Results showed that cuttings of sweet potato with the "gall"
potentially to be a source of spread of "gall-mite" to the surrounding plants. Number of tubers and tuber weight is
influenced by the sweet potato’s cuttings. Gall-free cuttings produce the number of tubers and tuber weight higher
than cuttings with gall. Combination treatment of gall-free cuttings + dicofol 2 ml /l produced the highest tuber
weight (15.55 t / ha).
Key words: Control, gall-mite, sweet potato
PENDAHULUAN
Eriophyes gastrotrichus adalah salah satu hama tungau yang menyebabkan gejala puru pada tanaman ubi
jalar. Menurut Amalin dan Vasques (1993) tungau tersebut termasuk Klas : Arachnida, ordo : Acarina, famili :
Eriophyiidae. Tanaman ubi jalar yang terserang tungau puru pada umumnya mempunyai tampilan yang kurang
menarik, karena hampir semua helai daun, tangkai daun, maupun sulur dipadati dengan puru (Indiati dkk. 2008).
Serangan hama tungau puru pada tanaman ubi jalar sekarang telah menyebar di beberapa daerah baik di Jawa Timur
maupun Jawa Tengah. Gejala serangan dicirikan dengan terbentuknya puru (gall) pada daun, tangkai daun, dan
batang. Pada serangan yang parah, puru bisa saling tumpang tindih sehingga membentuk segerombol puru dengan
48
2. S.W. Indiati : Pengendalian Tungau Puru Secara Kimiawi Dan Nabati
tiga sampai empat puncak. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa hampir semua klon atau varietas ubi
jalar yang ditanam dapat terserang tungau puru hanya keparahannya yang berbeda (Indiati, 2011).
BAHAN DAN METODE
Penelitian lapang dilakukan di KP. Kendalpayak pada MK 2011. penelitian disusun dengan rancangan strip
plot yang diulang tiga kali. Faktor vertikal terdiri dari : stek bebas puru dan stek berpuru.; sedang faktor horizontal
adalah : pengendalian kimiawi (celup stek + semprot), nabati (celup stek + semprot), tanpa pengendalian. Stek ubi
jalar Varietas unggul baru ditanam dalam petak ukuran 12m x 8m pada guludan 40-60 cm, dengan jarak tanam dalam
baris 20-30 cm. Jarak antar guludan 80-100 cm. Tanaman dipupuk dengan 200 kg Urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl/ha,
1/3 dosis Urea dan KCl + seluruh SP36 diberikan pada saat tanam, sedangkan 2/3 Urea dan KCl diberikan pada saat
tanaman berumur 1,5 bulan. Aplikasi perlakuan dilakukan pada saat tanam dengan pencelupan stek selama lima
menit kedalam larutan akarisida dan bahan nabati uji. Aplikasi perlakuan dilanjutkan setiap minggu dengan metode
semprot dengan konsentrasi rekomendasi sampai gejala puru menghilang.
Pengamatan dilakukan terhadap :
1. Kepadatan puru pada daun, tangkai daun dan batang/sulur yang diamati dari 5 tanaman sample yang diambil
secara acak pada saat panen.
2. Persentase daun yang terserang puru diamati dari 5 tanaman sample yang diambil secara acak pada saat panen,
dihitung dengan rumus :
I = d/D x 100 %
I = persentase daun terserang
d = jumlah daun terserang
D = jumlah daun total
3. Hasil panen tanaman yang meliputi pengamatan jumlah dan bobot umbi pada semua petak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa adanya tanaman sumber berpeluang sebagai sumber penyebaran
hama puru ketanaman sekitarnya. Ames et.al. (1996) melaporkan bahwa adanya tanaman sumber akan mempercepat
penyebaran serangan tungau puru ke tanaman inang yang lain. Kant dan Arya (1971) menyatakan bahwa serangan
tungau dari genus Eriophyidae ditandai dengan terbentuknya puru (gall) pada daun, tangkai, maupun buah.
Tabel 1. Pengaruh jenis stek dan cara pengendalian terhadap persentase daun terserang puru, jumlah puru
pada daun, batang dan tangkai daun. KP. Kendalpayak. MK 2011
Perlakuan Daun terserang Jml puru pd Jml puru pd Jml puru pd
puru (%) daun batang tangkai
Jenis stek
a. Bebas puru 90 1305 87 a 180
b. Berpuru 92 1767 118 b 231
BNT 5% ns ns ns
Cara pengendalian
1. Dikofol 2 ml/l 87 a 1564 87 207
2. SBM 50 g/l 92 a 1522 106 192
3. Tanpa pengendalian 95 b 1522 115 217
BNT 5% ns ns ns
Kombinasi perlakuan
a + Dikofol 2 ml/l 83 878 75 176
a + SBM 50 g/l 96 1738 98 178
a + Tanpa pengendalian 91 1300 88 185
b + Dikofol 2 ml/l 90 2250 98 239
b + SBM 50 g/l 93 1306 114 206
b + Tanpa pengendalian 94 1744 142 248
BNT 5% ns ns ns ns
KK (%) 5,04 32,5 27,6 25
49
3. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.2.,2012
Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa puru yang terbentuk di daun, batang dan tangkai daun pada perlakuan
stek berpuru jumlahnya lebih tinggi daripada stek bebas puru. Namun secara statistik jumlah daun terserang puru,
jumlah puru pada daun dan jumlah puru pada tangkai tidak dipengaruhi oleh jenis stek. Sedang jumlah puru pada
batang sangat dipengaruhi oleh jenis stek, stek berpuru akan mempercepat pertambahan puru pada batang, yaitu
sebanyak 118 puru pada batang yang berasal dari stek yang berpuru dibanding 87 puru dari stek yang berasal dari stek
yang bebas puru. Ditinjau dari cara pengendalian, aplikasi dikofol 2ml/l dan serbuk biji mimba (SBM) 50 g/l
berpengaruh nyata terhadap penurunan jumlah daun terserang puru bila dibanding tanpa pengendalian. Sedang
jumlah puru pada daun, tangkai dan batang kurang dipengaruhi oleh cara pengendalian. Jenis stek dan cara
pengendalian tidak menunjukkan interaksi terhadap jumlah daun terserang puru, jumlah puru pada daun, batang dan
tangkai. Hafez dan Maksoud (1984) melaporkan bahwa pada tanaman bawang putih tungau dapat dikendalikan
dengan akarisida dengan bahan aktif chlordimeform, oxythioquinox dan propargit, serta insektisida dengan bahan
aktif diazinon, carbaril dan endosulfat.
Hasil pengamatan hasil dan komponen hasil menunjukkan bahwa jumlah umbi dan bobot umbi dipengaruhi
oleh interaksi antara jenis stek dan macam pengendalian, stek bebas puru memberikan jumlah umbi dan bobot umbi
lebih tinggi dan berbeda nyata dengan stek berpuru (Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh jenis stek dan cara pengendalian terhadap jumlah umbi dan bobot
umbi. KP. Kendalpayak. MK 2011
Perlakuan Jumlah umbi Bobot umbi (t/ha)
Jenis stek
a.Bebas puru 808 a 14,597 a
b. berpuru 653 b 12,515 b
BNT 5% 125 1,02
Cara pengendalian
1. Dikofol 2 ml/l 732 14,639
2. SBM 50 g/l 741 13,001
3. Tanpa pengendalian 719 13,027
BNT 5% ns ns
Kombinasi perlakuan
a + Dikofol 2 ml/l 773 ab 15,55 a
a + SBM 50 g/l 890 a 15,30 ab
a + Tanpa pengendalian 761 ab 13,12 bc
b + Dikofol 2 ml/l 690 bc 13,73 abc
b + SBM 50 g/l 593 c 10,70 d
b + Tanpa pengendalian 677 bc 12,94 cd
BNT 5% 135 2,35
KK (%) 10,2 9,55
Jumlah umbi yang dihasilkan jauh lebih tinggi mencapai 808 dari stek tanpa puru, sedang dari stek berpuru
hanya menghasilkan 653 umbi. Selanjutnya dari stek bebas puru dapat menghasilkan bobot umbi 14,597 t/ha, sedang
stek berpuru hanya menghasilkan 12,515 t/ha umbi. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan
stek berpuru akan berakibat terhadap penurunan jumlah umbi dan bobot umbi. Menurut Amalin dan Vasques (1993),
tungau puru jarang mengakibatkan kerusakan berat, disamping itu dilaporkan juga bahwa adanya serangan tidak
berpengaruh terhadap hasil. Akan tetapi pada tanaman gulma, serangan tungau yang parah mengakibatkan tanaman
gulma tidak berbunga (Rosenthal 1984; Craemer 1993)
50
4. S.W. Indiati : Pengendalian Tungau Puru Secara Kimiawi Dan Nabati
20
a ab
16
abc
bc cd
Bobot umbi (t/ha)
12 d
8
4
0
dicofol 2 ml/l SBM 50 g/l Tnp semprot
stek bebas puru stek berpuru
Gambar 1. Pengaruh kombinasi perlakuan jenis stek dan cara
pengendalian terhadap bobot umbi. KP. Kendalpayak.
MK 2011
Dari sisi cara pengendalian, apliksi dikofol 2ml/l dan SBM 50 g/l secara mingguan tidak
berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah umbi dan bobot umbi. Berdasarkan analisis sidik
ragam antara jenis stek dan cara pengendalian terdapat interaksi yang nyata, dan kombinasi
perlakuan jenis stek bebas puru dengan aplikasi dikofol 2 ml/l memberikan bobot umbi tertinggi
(15,55 t/ha), namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan stek bebas puru dengan
aplikasi SBM 50 g/l, dan kombinasi perlakuan stek berpuru dengan aplikasi dikofol 2 ml/l (Gambar 1).
Beberapa pakar melaporkan bahwa terdapat korelasi negatif antara infestasi tungau puru dengan
berat kering batang, akar dan daun serta pembentukan bunga ( Jeppson et al. 1975; Lindquist et al.
1996).
KESIMPULAN
Sumber tanaman berpuru berpeluang sebagai sumber penyebaran tungau puru ketanaman
sekitarnya. Perolehan jumlah umbi dan bobot umbi dipengaruhi oleh jenis stek, stek bebas puru
memberikan jumlah umbi dan bobot umbi lebih tinggi dan berbeda nyata dengan stek berpuru.
Jumlah umbi yang dari stek tanpa puru dihasilkan 808 umbi dan bobot umbi sebesar 14,597 t/ha,
sedang dari stek berpuru hanya menghasilkan 653 umbi dan bobot umbi 12,515 t/ha. Apliksi dikofol
2ml/l dan SBM 50 g/l secara mingguan tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah umbi
dan bobot umbi.
PUSTAKA
Amalin, D.M. and Vasquez, E. A. 1993. A handbook on Philippine sweetpotato pests and their natural
enemies. International Potato Center (CIP), Los Baños, Philippines. 82 p.
Ames, T., Smit, N.E.J.M., Braun, A.R., O’Sullivan, J.N., and Skoglund, L.G. 1996. Sweetpotato: Major
pests diseases, and nutritional disorders. International Potato Center (CIP). Lima, Perú. 152 p.
Craemer, C. 1993. Eriophyidae (Acari) as potential control agents of South African eeds, with
descriptions of a new species of Tegonotus Nalepa. M.Sc. thesis, Rand Afrikaans University,
Johannesburg, South Africa
Hafez, S.M. and Maksoud, M.A., 1984. Control of Eriophyes tupipae K. attacking garlic (Acari:
Eriophyidae). I. Chemical control. Egypt. J. Hort., 11 : 93-97.
Kant, U. and Arya, H.C. 1971. Anatomy of gall on Salvadora percicae L. induced by Eriophyes marcellia.
37 : 47-57.
51
5. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.2.,2012
Rosenthal, S.S. and Platts, B.E. 1990. Host specificity of Aceria (Eriophyes) malherbae (Acari:
Eriophyidae), a biological control agent for weed, Convolvulus arvensis (Convolvulaceae).
Entomophaga 35 459–463.
Masomoto, M. 2000. National Institute of Agro-Environmental Siences. Tsukuba, Japan.
Indiati, S.W. 2008. Tungau puru (Eriophyiidae), hama baru pada tanaman ubijalar di Indonesia.
Peningkatan produksi kacang-kacangan dan umbi-umbian mendukung kemandirian pangan :
Prosiding Seminar Balitkabi, 8 September 2006. ISBN: 978 979 115909 8. hal: 416-422
Indiati, S.W. dan M. Yusuf. 2011. Evaluasi ketahanan klon-klon harapan ubijalar terhadap hama
tungau puru (Eriophyes gastrotrichus). Prosiding Seminar PEI Cabang Bandung, Bandung, Juni
2011.
Evert E. Lindquist, M. W. Sabelis, Jan Bruin. 1996. Eriophyoid mites: their biology, natural enemies,
and control. Google Books Result. books.google.co.id/books?isbn=0444886281. Science. 790
pages.
L. R. Jeppson, Hartford H. Keifer, Edward William Baker. 1975. Mites injurious to economic plants.
Google Books Result. books.google.co.id/books?isbn=0520023811....Science. 614 pages.
52