Dokumen tersebut membahas hasil survei literasi matematika Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2001. Siswa Indonesia mengalami kesulitan dalam soal yang melibatkan penalaran dan pemecahan masalah matematika dibanding soal pengetahuan dasar. Dokumen tersebut memberikan rekomendasi perbaikan sistem pendidikan matematika Indonesia dengan mengedepankan penalaran, komunikasi, dan konteks kehidupan nyata.
2. Perbandingan
Abad Lampau
• Literasi = 3R
• Matematika sekolah
untuk fondasi pelatihan
profesi
14 Januari 2004
Sekarang dan Esok
• Literasi = 4R
• Pengetahuan,
pemahaman, dan
ketrampilan yg
dibutuhkan untuk
effectively functioning dlm
kehidupan modern
Puspendik Depdiknas
3. Literasi Matematika Modern
• Pengetahuan dan ketrampilan matematika:
bilangan & operasinya, bekerja dengan
nominal uang, dsb.
• Bernalar dan bermatematika, termasuk
pemodelan dan pemecahan masalah
• Menerapkan pengetahuan matematika dalam
konteks yg beragam: pribadi, sosial, dan kerja
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
4. Definisi Literasi Matematika
The capacity to identify, to understand, and to
engage in mathematics and make well-founded
judgements about the role that mathematics
plays, as needed for an individual’s current and
future private life, occupational life, social life
with peers and relatives, and life as a
constructive, concerned, and reflective citizen.
Programme for International Student Assessment,OECD, p. 12
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
6. Konten
• Terutama gagasan matematika yang besar
pengaruhnya (dalam kehidupan). Pada siklus
pertama, gagasannya adalah tentang
perubahan dan keterkaitan serta ruang dan
bentuk. Selanjutnya, peluang dan kuantitas
juga akan dievaluasi.
p. 15
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
7. Proses
• Proses belajar matematika menumbuhkan
kompetensi.
• Kompetensi matematika, seperti pemodelan dan
pemecahan masalah, dibagi dalam tiga kelompok:
1. Reproductions: komputasi sederhana atau definisi yang
biasa dalam asesmen matematika konvensional
2. Connections: menyatukan gagasan matematika dan
prosedur guna menyelesaikan masalah yang dikenal
3. Reflection: berpikir matematis, perumuman dan insight,
analisis, mengidentifikasi unsur matematis dalam situasi.
p. 82
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
8. Konteks
Bekerja dan memanfaatkan matematika
dalam beragam keadaan, termasuk
kehidupan pribadi, sekolah, kerja dan
leisure, komunitas lokal, dan masyarakat.
p. 82
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
9. Tingkatan Kompetensi Proses
Tingkatan 1 (Reproduction): Pengetahuan
tentang fakta, menyatakan, mengenali
kesetaraan, mengingat gagasan dan sifat
matematika, mengerjakan prosedur rutin,
menerapkan algoritma standard, dan
mengembangkan ketrampilan teknis.
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
10. Tingkatan Kompetensi Proses
Tingkatan 2 (Connection): membuat
hubungan antara beragam bidang dan
area matematika, serta memadukan
informasi guna memecahkan masalah
sederhana. …. Melibatkan siswa dalam
pengambilan keputusan.
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
11. Tingkatan Kompetensi Proses
Tingkatan 3 (Reflection): mematematikakan
keadaan, misalnya, mengenali dan menyarikan
matematika yang tersisipkan dalam suatu keadaan
serta menggunakan guna menyelesaikan
permasalahan, menganalisis,
menginterpretasikan, membangun model dan
strateginya sendiri, dan membuat argumen
matematika, termasuk bukti serta perumuman. …
termasuk berpikir kritis, menganalisis, dan
refleksi.
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
15. Rata-rata
Nilai
Hong Kong -China
560
Jepang
557
Korea
547
Selandia Baru
537
Finlandia
536
Australia
533
Canada
533
Swiss
529
Inggris
529
Belgia
520
Perancis
517
Austria
515
Denmark
514
Islandia
514
Lithuania
514
Swedia
510
Irlandia
503
Norwegia
499
Ceko
498
Amerika Serikat
493
Jerman
490
Hungaria
488
Rusia
478
Spanyol
476
Polandia
470
Latvia
463
Italia
457
Portugal
454
Greece
447
Luxembourg
446
Israel
433
Thailand
432
Bulgaria
430
Argentina
388
Mexico
387
Chili
384
Albania
381
Macedonia
381
Indonesia
367
Puspendik Depdiknas
Brazilia
334
Peru
292
Negara
Hasil Siswa
Kita dalam
Literasi
Matematika
PISA
2000/2001
14 Januari 2004
SE
(3.3)
(5.5)
(2.8)
(3.1)
(2.2)
(3.5)
(1.4)
(4.4)
(2.5)
(3.9)
(2.7)
(2.5)
(2.4)
(2.3)
(7.0)
(2.5)
(2.7)
(2.8)
(2.8)
(7.6)
(2.5)
(4.0)
(5.5)
(3.1)
(5.5)
(4.5)
(2.9)
(4.1)
(5.6)
(2.0)
(9.3)
(3.6)
(5.7)
(9.4)
(3.4)
(3.7)
(3.1)
(2.7)
(4.5)
(3.7)
(4.4)
Keterangan
17. Fakta dari Hasil PISA 2001
Matematika
• Siswa kita relatif baik dalam soal bersifat reproduction.
• Tingkat keberhasilan sangat rendah, yakni di bawah
20%, kebanyakan pada soal-soal bersifat connection
dan reflection
• Siswa-siswi kita sulit mengungkapkan hasil
bernalarnya
• Siswa-siswi kita kurang kemampuannya dalam
pemecahan masalah
• Materi perubahan, keterkaitan, ruang, dan bentuk
kurang dikuasai
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
18. Rekomendasi bagi Pengambil
Kebijakan
• Tiga aspek (Konten, Proses, dan Konteks) perlu diperhatikan
dalam pengembangan kurikulum dan pelaksanaan
pembelajaran matematika di kelas; Esensial, Bernalar dan
Berkomunikasi, Terkait Kehidupan
• Perbaiki mutu buku ajar dan alat bantu ajar
• Perbaiki standard pembelajaran matematika nasional dan
penilaiannya
• Tingkatkan dan dukung semua upaya peningkatan
profesionalisme dan kompetensi guru matematika
• Tumbuhkan kesadaran akan budaya belajar bernalar dalam
matematika
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
19. Rekomendasi Khusus: Balitbang
Pusat Penilaian Pendidikan
• Fakta bahwa sekolah dan guru mengajar untuk
ujian Depdiknas sebaiknya dimanfaatkan
secara positif
• Ujian perlu menguji kompetensi bernalar dan
berkomunikasi melalui konten yang esensial dan
kontekstual
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
20. Rekomendasi bagi Guru
• Tingkatkan materi esensial dan yang terkait
kehidupan, porsi bernalar, pemecahan masalah,
berargumentasi, dan berkomunikasi. Guru mengejar
pemahaman siswa, bukan ketuntasan bahan ajar.
• Perbaiki metode assessment dalam kelas. Munculkan
sisi why dan what if dalam evaluasi pembelajaran,
tidak hanya sisi what saja.
• Relearn dan unlearn gagasan matematika serta metode
pembelajarannya lebih jauh dan lebih dalam.
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
21. Rekomendasi bagi Masyarakat
• Sokong munculnya upaya-upaya peningkatan
profesionalisme dan kompetensi bagi guru
matematika sekolah
• Sebarluaskan prinsip-prinsip dalam literasi
matematika
• Bekerja bersama POMG, LSM dalam pendidikan,
Dewan Pendidikan, Komite Sekolah, dan Akademisi
untuk mempengaruhi serta mendorong pemerintah
daerah/pusat agar melahirkan kebijakan pendidikan
yang mengutamakan pada proses belajar bermutu.
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
24. Pengecatan Kubus 1
Sebuah kubus besar dicat. Kubus besar tersebut kemudian dipotong menjadi
tiga bagian dari tiga arah yang berbeda.
Ini menghasilkan banyak kubus kecil sebagaimana diperlihatkan pada gambar
di bawah ini.
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
25. Pengecatan Kubus 2
Pertanyaan 48:
Berapa banyak kubus kecil yang dihasilkan?
………………………………………..
Pertanyaan 49:
Berapa banyak kubus kecil yang mempunyai tepat dua sisinya
terkena cat?
………………………………………...
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
26. Pengecatan Kubus 3
Pertanyaan 50:
Berapa banyak kubus kecil yang mempunyai tepat lima sisi
terkena cat?
A
0
B
1
C
4
D
12
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
27. Pengecatan Kubus 4
Pertanyaan 51:
Sebuah kubus besar lainnya dicat. Kubus besar ini
kemudian dipotong menjadi lima bagian dari tiga arah
yang berbeda. Ini membentuk banyak kubus kecil.
Berapa banyak kubus kecil yang mempunyai tepat tiga
sisi terkena cat?
……………………………………..
KEMBALI
14 Januari 2004
Puspendik Depdiknas
30. Pembelajaran Pola (SLTP)
• Pengecatan Kubus.
Irisan
Jumlah
kubus yg
hanya satu
sisinya
tercat
Jumlah
kubus yg
hanya dua
sisinya
tercat
Jumlah
kubus yg
hanya tiga
sisinya
tercat
1
8
0
0
0
8
2
27
1
6
12
8
3
64
8
n
14 Januari 2004
Jumlah
kubus
kecil
Jumlah
kubus yg
semua
sisinya tidak
tercat
(n+1)3
(n-1)3
Puspendik Depdiknas