1. Islam di Papua
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat
memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata
letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampilkan] di bagian kanan.[tampilkan]
Islam diyakini telah ada di Papua jauh sebelum misionaris Nasrani masuk pulau paling timur
Indonesia itu. Saksi bisu sejarah itu adalah Masjid Patimburak di Distrik Kokas, Fakfak. Masjid
ini dibangun oleh Raja Wertuer I bernama kecil Semempe.
Saat itu, tahun 1870, Islam dan Kristen sudah menjadi dua agama yang hidup berdampingan di
Papua. Ketika dua agama ini akhirnya masuk ke wilayahnya, Wertuer sang raja tak ingin
rakyatnya terbelah kepercayaannya.
Maka ia membuat sayembara: misionaris Kristen dan imam Muslim ditantang untuk membuat
masjid dan gereja. Masjid didirikan di Patumburak, gereja didirikan di Bahirkendik. Bila salah
satu di antara keduanya bisa menyelesaikan bangunannya dalam waktu yang ditentukan, maka
seluruh rakyat Wertuer akan memeluk agama itu.
Daftar isi
1 Pendahuluan
2 Geografis Papua
3 Proses Awal Islamisasi Di Papua
4 Pengaruh Islam
5 Bahan Bacaan
6 Referensi
Pendahuluan
Kajian oleh L.C. Damais dan de Casparis dari sudut paleografi membuktikan bahwa telah terjadi
saling pengaruh antara dua kebudayaan yang berbeda (yakni antara Hindu-Budha-Islam) pada
awal perkembangan Islam di Jawa Timur. Melalui data-data tersebut, Habib ingin menjelaskan
bahwa sesungguhnya dakwah Islam sudah terjadi terjadi jauh sebelum keruntuhan total kerajaan
Majapahit yakni tahun 1527M. Dengan kata lain, ketika kerajaan Majapahit berada di puncak
kejayaannya, syiar Islam juga terus menggeliat melalui jalur-jalur perdagangan di daerah-daerah
yang menjadi kekuasaan Majapahit di delapan mandala (meliputi seluruh nusantara) hingga
malaysia, Brunei Darussalam, hingga di seluruh kepulauan Papua.
2. Masa antara abad XIV-XV memiliki arti penting dalam sejarah kebudayaan Nusantara, di mana
pada saat itu ditandai hegemoni Majapahit sebagai Kerajaan Hindu-Budha mulai pudar. Se-
zaman dengan itu, muncul jaman baru yang ditandai penyebaran Islam melalui jalur perdagangan
Nusantara. Melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah
masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas di kota-kota pelabuhan. Para
pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-tempat baru.
Sebagai kerajaan tangguh masa itu, kekuasaan Kerajaan Majapahit meliputi seluruh wilayah
Nusantara, termasuk Papua. Beberapa daerah di kawasan tersebut bahkan disebut-sebut dalam
kitab Negarakertagama, sebagai wilayah Yurisdiksinya.
Menurut Thomas W. Arnold : "The Preaching of Islam”, setelah kerajaan Majapahit runtuh,
dikalahkan oleh kerajaan Islam Demak, pemegang kekuasan berikutnya adalah Demak Islam.
Dapat dikatakan sejak zaman baru itu, pengaruh kerajaan Islam Demak juga menyebar ke Papua,
baik langsung maupun tidak. Dari sumber-sumber Barat diperoleh catatan bahwa pada abad ke
XVI sejumlah daerah di Papua bagian barat, yakni wilayah-wilayah Waigeo, Missool, Waigama,
dan Salawati, tunduk kepada kekuasaan Sultan Bacan di Maluku.
Bertolak dari kenyataan ini maka berdasarkan ceritera populer dari masyarakat Islam Sorong dan
Fak – fak, bahwa agama Islam masuk di Irian Jaya sekitar abad ke 15 yang di lalui oleh
pedagang – pedagang Muslim. Daerah – daerah yang sudah mengenal dan memeluk Agama
Islam itu tidak ada pembinaan terus menerus, cukup di tanamkan oleh pedagang – pedagang
muslilm yang singgah di tempat – tempat itu kemudian mereka meninggalkan tanpa pembinaan
seterusnya. Untuk daerah Merauke, Islam di kenal melalui pembuangan – pembuangan yang
beragama Islam oleh penjajahan Belanda yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Maluku dan
Jawa, sehingga sampai saat ini ada istilah yang populer di Merauke dengan nama JAMER ( Jawa
Merauke ).
Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa proses Islamisasi di Papua di lakukan melalui
jalur perdagangan yang di kembangkan oleh para pedagang – pedagang dari suku Bugis melalui
Banda ( Maluku Tengah ) dan di teruskan oleh para pedagang Arab dari Ambon yang melalui
Seram Timur. Selain melalui jalur perdagangan, kedatangan Islam ke Papua pun bisa terjadi
melalui pembuangan orang – orang yang beragama Islam oleh Belanda yang berasal dari
Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Jawa. Karena pada saat itu Islam telah berkembang pesat di
Nusantara, dan daerah – daerah tersebut telah di kuasai oleh kerajaan – kerajaan Islam. Namun
pada masa tersebut juga para penjajah Belanda telah mengusai wilayah kepulauan Indonesia, dan
siapa saja yang memberontak kepada belanda akan di tangkap dan di penjarakan atau di buang
dan di asingkan ke wilayah lain.
Geografis Papua
Pulau Papua memiliki luas sekitar 421.981 km2, pulau Papua berada di ujung timur dari wilayah
Indonesia, dengan potensi sumber daya alam yang bernilai ekonomis dan strategis, dan telah
mendorong bangsa – bangsa asing untuk menguasai pulau Papua. Kabupaten Pucuk Jaya
merupakan kota tertinggi di pulau Papua, sedangkan kota yang terendah adalah kota Merauke.
Sebagai daerah tropis dan wilayah kepulauan, pulau Papua memiliki kelembaban udara relative
lebih tinggi berkisar antara 80-89% kondisi geografis yang bervariasi ini mempengaruhi kondisi
3. penyebaran penduduk yang tidak merata. Pada tahun 1990 penduduk di pulau Papua berjumlah
1.648.708 jiwa dan meningkat menjadi sekitar 2,8 juta jiwa pada tahun 2006.
Perkembangan asal usul nama pulau Papua memiliki perjalanan yang panjang seiring dengan
sejarah interaksi antara bangsa-bangsa asing dengan masyarakat Papua, termasuk pula dengan
bahasa-bahasa local dalam memaknai nama Papua.
Jika dilihat dari karakteristik budaya, mata pencaharian dan pola kehidupannya, penduduk asli
Papua itu dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu Papua pegunungan atau pedalaman,
dataran tinggi dan Papua dataran rendah dan pesisir.
Pola kepercayaan agama tradisional masyarakat Papua menyatu dan menyerap ke segala aspek
kehidupan, mereka memiliki suatu pandangan dunia yang integral yang erat kaitannya satu sama
lain antar dunia yang material dan spiritual, yang sekuler dan sacral dan keduannya berfungsi
bersama-sama.
Proses Awal Islamisasi Di Papua
Mengenai kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan yang panjang di
antara para ahli mengenai tiga masalah pokok yaitu mengenai tempat asal kedatangan Islam, para
pembawanya, dan waktu kedatangannya.
Tanah Papua secara geografis terletak pada daerah pinggiran Islam di Nusantara, sehingga Islam
di Papua luput dari kajian para sejarahwan lokal maupun asing, kedatangan Islam di tanah Papua
juga masih terjadi silang pendapat di antara pemerhati, peneliti maupun para keturunan raja-raja
di Raja Ampat-Sorong, fak-fak, kaimana dan teluk Bintuni-Manokwari, diantara mereka saling
mengklaim bahwa Islam lebih awal dating kedaerahnya yang hanya di buktikan dengan tradisi
lisan tanpa didukung dengan bukti-bukti tertulis maupun bukti-bukti arkelogis.
Penelusuran sejarah awal Islamisasi di tanah Papua, setidaknya dapat digali dengan melihat
beberapa versi mengenai kedatangan Islam di tanah Papua, terdapat 7 versi yaitu:
Teori Papua
Teori ini merupakan pandangan adat dan legenda yang melekat di sebagaian rakyat asli Papua,
khususnya yang berdiam di wilayah fakfak, kaimana, manokwari dan raja ampat (sorong). Teori
ini memandang Islam bukanlah berasal dari luar Papua dan bukan di bawa dan disebarkan oleh
kerejaan ternate dan tidore atau pedagang muslim dan da’I dari Arab, Sumatera, Jawa, maupun
Sulawesi. Namun Islam berasal dari Papua itu sendiri sejak pulau Papua diciptakan oleh Allah
Swt. mereka juga mengatak bahwa agama Islam telah terdapat di Papua bersamaan dengan
adanya pulau Papua sendiri, dan mereka meyakini kisah bahwa dahulu tempat turunya nabi adam
dan hawa berada di daratan Papua.
Teori Aceh
4. Studi sejarah masukanya Islam di Fakfak yang dibentuk oleh pemerintah kabupaten Fakfak pada
tahun 2006, menyimpulkan bahwa Islam datang pada tanggal 8 Agustus 1360 M, yang ditandai
dengan hadirnya mubaligh Abdul Ghafar asal Aceh di Fatagar Lama, kampong Rumbati Fakfak.
Penetapan tanggal awal masuknya Islam tersebut berdasarkan tradisi lisan yang disampaikan
oleh putra bungsu Raja Rumbati XVI (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati XVII (H.
Ismail Samali Bauw), mubaligh Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374 M) di
Rumbati dan sekitarnya, kemudian ia wafat dan di makamkan di belakang masjid kampong
Rumbati pada tahun 1374 M.
Teori Arab
Menurut sejarah lisan Fakfak, bahwa agama Islam mulai diperkenalkan di tanah Papua, yaitu
pertamakali di Wilayah jazirah onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz
al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab, yang di perkirakan terjadi pada abad
pertengahan abad XVI, sesuai bukti adanya Masjid Tunasgain yang berumur sekitat 400 tahun
atau di bangun sekitar tahun 1587. Selain dari sejarah lisan tadi, dilihat dalam catatan hasil
Rumusan Seminar Sejarah Masuknya Islam dan Perkembanganya di Papua, yang dilaksanakan di
Fakfak tanggal 23 Juni 1997, dirumuskan bahwa:
1. Islam dibawa oleh sultan abdul qadir pada sekitar tahun 1500-an (abad XVI), dan diterima
oleh masyarakat di pesisir pantai selatan Papua (Fakfak, Sorong dan sekitarnya)
2. Agama Islam datang ke Papua dibawa oleh orang Arab (Mekkah).
Teori Jawa
Berdasarkan catatan keluarga Abdullah Arfan pada tanggal 15 Juni 1946, menceritakan bahwa
orang Papua yang pertama masuk Islam adalah Kalawen yang kemudian menikah dengan siti
hawa farouk yakni seorang mublighat asal Cirebon. Kalawen setelah masuk Islam berganti nama
menjadi Bayajid, diperkirakan peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1600. Jika dilihat dari silsilah
keluarga tersebut, maka Kalawen merupakan nenek moyang dari keluarga Arfan yang pertama
masuk Islam.
Teori Banda
Menurut Halwany Michrob bahwa Islamisasi di Papua, khusunya di Fakfak dikembagkan oleh
pedagang-pedagang Bugis melalui banda yang diteruskan ke fakfak melalui seram timur oleh
seorang pedagang dari Arab bernama haweten attamimi yang telah lama menetap di ambon.
Microb juga mengatakan bahwa cara atau proses Islamisasi yang pernah dilakuka oleh dua orang
mubaligh dari banda yang bernama salahuddin dan jainun, yaitu proses pengIslamanya dilakukan
dengan cara khitanan, tetapi dibawah ancaman penduduk setempat yaitu jika orang yang disunat
mati, kedua mubaligh tadi akan dibunuh, namun akhirnya mereka berhasil dalam khitanan
tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-duyun masuk agama Islam.
Teori Bacan
5. Kesultanan bacan dimasa sultan mohammad al-bakir lewat piagam kesiratan yang dicanangkan
oleh peletak dasar mamlakatul mulukiyah atau moloku kie raha (empat kerajaan Maluku: ternate,
tidore, bacan, dan jailolo) lewat walinya ja’far as-shadiq (1250 M), melalui keturunannya
keseluruh penjuru negeri menyebarkan syiar Islam ke Sulawesi, philipina, Kalimantan, nusa
tenggara, Jawa dan Papua.
Menurut Arnold, raja bacan yang pertama masuk Islam bernama zainal abiding yang memerintah
tahun 1521 M, telah menguasai suku-suku di Papua serta pulau-pulau disebelah barat lautnya,
seperti waigeo, misool, waigama dan salawati. Kemudian sultan bacan meluaskan kekuasaannya
sampai ke semenanjung onin fakfak, di barat laut Papua pada tahun 1606 M, melalui
pengaruhnya dan para pedagang muslim maka para pemuka masyarakat pulau – pulau tadi
memeluk agama Islam. Meskipun masyarakat pedalaman masih tetap menganut animisme, tetapi
rakyat pesisir menganut agama Islam.
Dari sumber – sumber tertulis maupun lisan serta bukti – bukti peninggalan nama – nama tempat
dan keturunan raja bacan yang menjadi raja – raja Islam di kepulauan raja ampat. Maka diduga
kuat bahwa yang pertama menyebarkan Islam di Papua adalah kesultanan bacan sekitar
pertengahan abad XV. Dan kemudian pada abad XVI barulah terbentuk kerajaan – kerajaan kecil
di kepulauan raja ampat itu.
Teori Maluku Utara (Ternate-Tidore)
Dalam sebuah catatan sejarah kesultanan Tidore yang menyebutkan bahwa pada tahun 1443 M
Sultan Ibnu Mansur ( Sultan Tidore X atau sultan Papua I ) memimpin ekspedisi ke daratan tanah
besar ( Papua ). Setelah tiba di wilayah pulau Misool, raja ampat, maka sultan ibnu Mansur
mengangkat Kaicil Patrawar putra sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi ( Kapita
Gurabesi ). Kapita Gurabesi kemudian di kawinkan dengan putri sultan Ibnu Mansur bernama
Boki Tayyibah. Kemudian berdiri empat kerajaan dikepulauan Raja Ampat tersebut adalah
kerajaan Salawati, kerajaan Misool/kerajaan Sailolof, kerajaan Batanta dan kerajaan Waigeo.
Dari Arab, Aceh, Jawa, Bugis, Makasar, Buton, Banda, Seram, Goram, dan lain – lain.
Di peluknya Islam oleh masyarakat Papua terutama didaerah pesisir barat pada abad pertengahan
XV tidak lepas dari pengaruh kerajaan – kerajaan Islam di Maluku ( Bacan, Ternate dan Tidore )
yang semakin kuat dan sekaligus kawasan tersebut merupakan jalur perdagangan rempah –
rempah ( silk road ) di dunia. Sebagaimana ditulis sumber – sumber barat, Tome pires yang
pernah mengunjungi nusantara antara tahun 1512-1515 M. dan Antonio Pegafetta yang tiba di
tidore pada tahun 1521 M. mengatakan bahwa Islam telah berada di Maluku dan raja yang
pertama masuk Islam 50 tahun yang lalu, berarti antara tahun 1460-1465. Berita tersebut sejalan
pula dengan berita Antonio Galvao yang pernah menjadi kepala orang – orang Portugis di
Ternate (1540-1545 M). mengatakan bahwa Islam telah masuk di daerah Maluku dimulai 80 atau
90 tahun yang lalu.
proses masuknya Islam ke Indonesia tidak dilakukan dengan kekerasan atau kekuatan militer.
Penyebaran Islam tersebut dilakukan secara damai dan berangsur-angsur melalui beberapa jalur,
diantaranya jalur perdagangan, perkawinan, pendirian lembaga pendidikan pesantren dan lain
sebagainya, akan tetapi jalur yang paling utama dalam proses Islamisasi di nusantara ini melalui
6. jalur perdagangan, dan pada akhirnya melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian
semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas
hanya di sekitar kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat
besar pengaruhnya di tempat-tempat baru itu.
Bukti-bukti peninggalan sejarah mengenai agama Islam yang ada di pulau Papua ini, sebagai
berikut: 1. terdapat living monument yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa lampau
yang masih bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno di desa Saonek, Lapintol, dan Beo di
distrik Waigeo.
2. tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke mulut tentang
kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.
3. Naskah-naskah dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa masjid
kuno.
4. Di Fakfak, Papua Barat dapat ditemukan delapan manuskrip kuno brhuruf Arab. Lima
manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang terbesar berukuran kurang
lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf Al Quran yang ditulis dengan tulisan tangan di atas kulit
kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab lainnya, yang salah satunya
bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan kumpulan doa.
Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1912 dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari
kerajaan Samudra Pasai yang datang menyertai ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur. Mereka
masuk melalui Mes, ibukota Teluk Patipi saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas
daun koba-koba, Pohon khas Papua yang mulai langka saat ini. Tulisan tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan
manuskrip yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia Timur.
5. Masjid Patimburak yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik Kokas, Fakfak yang dibangun
oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe.
Pengaruh Islam
Pengaruh Islam terhadap penduduk Papua dalam hal kehidupan sosial budaya memperoleh
warna baru, Islam mengisi suatu aspek cultural mereka, karena sasaran pertama Islam hanya
tertuju kepada soal keimanan dan kebenaran tauhid saja, oleh karena itu pada masa dahulu
perkembangan Islam sangatlah lamban selain dikarnakan pada saat itu tidak generasi penerus
untuk terus mengeksiskan Islam di pulau Papua, dan merekapun tiadak memiliki wadah yang
bias menampungnya.
Namun perkembangan Islam di Papua mulai berjalan marak dan dinamis sejak irian jaya
berintegrasi ke Indonesia, pada saat ini mulai muncul pergerakan dakwah Islam, berbagai
institusi atau individu-individu penduduk Papua sendiri atau yang berasal dari luar Papua yang
telah mendorong proses penyebArab Islam yang cepat di seluruh kota-kota di Papua. Hadir pula
7. organisasi keagamaan Islam di Papua, seperti muhammadiyah, nahdhalatu ulama, LDII, dan
pesantren-pesantren dengan tradisi ahli sunnah wal jamaah.
Bahan Bacaan
Monografi daerah Irian Jaya.Proyek media kebudayaan departemen pendidikan dan
kebudayaan.
Santoso, s budhi, dkk. Masyarakat terasing amungme di Irian Jaya. CV eka putra. 1995.
Wanggai, toni victor M. Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua. Badan
litbang dan diklat departemen agama RI. 2009.
Referensi
(Indonesia) All About Islam Di Indonesia
(Indonesia) Berita Resmi Papua Barat
(Indonesia) Masjid Saksi Bisu Islam Di Papua