SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  5
Faringitis, Tonsilitis, Tonsilofaringitis                   Bronkitis Akut                                        Bronkiolitis Akut
                                 Akut
Batasan         Merupakan Infeksi akut dari faring         Proses inflamasi yang mengenai trakea,            WHO: infeksi saluran respiratorik bawah yang
                 atau tonsila palatina atau keduanya         bronkus utama, dan menengah, yang                  disebabkan virus, yang biasanya lebih berat pada
                 (dari tonsil ke adenoid dan lingual         bermanifestasi sebagai batuk, serta biasanya       bayi muda, terjadi epidemik setiap tahun dan di
                 tonsil).                                    akan membaik tanpa terapi dalam 2 minggu.          tandai dengan obstruksi saluran pernafasan.
                                                            Pada anak agaknya bukan merupakan suatu           Penyakit IRA bawah yang ditandai dengan adanya
                                                             penyakit tersendiri, tapi berhubungan dengan       inflamasi pada bronkiolus.
                                                             keadaan lain seperti asma dan fibrokistik

Epidemiologi    Biasanya pada anak, jarang pada                                  -                            Tersering pada bayi, usia 2-24 bulan. Puncak usia 2-8
                 anak usia < 1 tahun                                                                            bulan
                Insiden meningkat sesuai dengan                                                               Orestein: paling sering terjadi pada bayi laki-laki usia
                 bertambahnya umur, puncaknya pada                                                              3-6 bulan yang tidak mendapatkan ASI dan hidup di
                 usia 4-7 tahun, dan berlanjut hingga                                                           lingkungan padat penduduk
                 dewasa
                Insiden faringitis Streptokokus
                 tertinggi pada usia 5-18 tahun, jarang
                 pada usia < 3 tahun
                Laki-laki = perempuan

Etiologi       Bakteri (5-40% kasus)                        Virus  90% kasus  Rhinovirus, RSV,              95% disebabkan oleh invasi Respiratory Syncytial
                Group A beta-hemolytic streptococci         virus Influenza, virus Paraifluenza,               Virus (RSV).
                 (15% of all pharyngitis)                    Adenovirus, virus Rubeola, Paramyxovirus          Orestein : Adenovirus, Influenza virus, Parainfluenza
                Group C, G, and F streptococci             Bakteri  10%, dapat merupakan infeksi             virus, Rhinovirus, dan Mycoplasma.
                 (10%)                                       sekunder. S. aureus, S. pneumoniae, H.
                Arcanobacterium (Corynebacterium)           influenza, Bordatella pertusis,
                 haemolyticus (5%)                           Corynebacterium diphteriae
                M pneumoniae                               Mycoplasma  manifestasi tidak khas. Biasa
                C pneumoniae (5%)                           pada anak usia > 5 tahun atau remaja
                Neisseria gonorrhoeae is rare              Polusi udara, alergi, aspirasi kronis, refluks
                Corynebacterium diphtheriae is rare         gastroesophageal.

               Virus (40-60% kasus) ;
                Adenovirus (5%)
                Herpes simplex (5%),
                Coxsackieviruses A and B (5%),
                Epstein-Barr virus (EBV)
                CMV
                HIV-1
 Rhinovirus
                 Influenza virus
                 Parainfluenza virus
                 Coronavirus
                 Enterovirus
                 Respiratory syncytial virus
                Jamur

Patofisiologi   Bakteri/virus menginvasi mukosa faring       Virus/bakteri masuk ke saluran nafas            Infeksi virus pada epitel bersilia bronkiolus

                        Respon inflamasi lokal                        Reaksi inflamasi                                  Respon inflamasi akut

                  Pelepasan sitokin dan mediator pro                Sitokin2 pro inflamasi                                 Sekresi mucus
                               inflamasi                                                                Penimbunan debris selular/sel-sel mati yang terkelupas
                                                             Peningkatan aktivitas kelenjar mucus,                Infiltrasi limfosit peribronkial
                 Eritema faring, tonsil, atau keduanya           Dekuamasi sel-sel epitel bersilia
                                                         Infiltrasi leukosit PMN ke dalam dinding dan                    Edema submukosa
                                                                     lumen saluran respiratori
                                                                                                                   Saluran bronkiolus menyempit
                                                                            Batuk
                                                                   Sekresi tampak purulen                               Obstruksi bronkiolus

                                                                                                                       Hambatan aliran udara

                                                                                                         Peningkatan resistensi pada bronkiolus selama fase
                                                                                                                        inspirasi & ekspirasi
                                                                                                           (krn radius saluran ekspiratori >> kecil selama
                                                                                                                    ekspirasi)        wheezing

                                                                                                        Air trapping dan hiperinflasi  ekspirasi memanjang

                                                                                                                  Gangguan pertukaran gas normal

                                                                                                           Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi  dispnea

                                                                                                                   Hipoksemia & hipoksia jaringan

                                                                                                                             Kompensasi
                                                                                                                              takipnea
Diagnosis   Anamnesis                                 Anamnesis                                          Anamnesis
            Gejala faringitis khas akibat bakteri      Demam, nyeri kepala, nyeri otot selama 3-4        Anak usia < 2 tahun
            streptokokus:                               hari diikuti dengan batuk.                        Gejala awal: gejala infeksi respiratori atas akibat
             Rasa nyeri tenggorokan dengan            Awalnya batuk bersifat kering dan keras,           virus, seperti pilek ringan, batuk, demam subfebris.
                awitan mendadak                         kemudian berkembang menjadi batuk yang            1 atau 2 hari kemudian timbul batuk yang disertai
             Nyeri saat menelan (disfagia)             produktif, dahak bisa jernih atau purulen.         sesak nafas
             Demam                                     Batuk biasanya berlangsung 7-10 hari, tetapi      Wheezing ekspirasi
                                                        dapat juga berlangsung sampai 3 minggu.           Sianosis
            Urutan gejala yang biasa dikeluhkan        Pada anak kecil,usaha untuk mengeluarkan          Merintih (grunting)
            oleh anak usia > 2 tahun:                   dahak yang lengket dan kental dapat               Nafas berbunyi
             Nyeri kepala                              merangsang muntah                                 Muntah setelah batuk
             Nyeri perut                              Pada anak yang lebih tua keluhan utama            Rewel
             Muntah                                    dapat berupa batuk produktif                      Penurunan nafsu makan
             Demam tinggi, bisa mencapai suhu         Nyeri dada pada keadaan yang lebih berat.
               400 C                                   Pada umumnya gejala akan menghilang              Pemeriksaan Fisik
             Nyeri tenggorokan                         dalam 10-14 hari. Bila gejala dan tanda klinis    Vital sign : takipnea, takikardi, peningkatan suhu
                                                        menetap sampai 2-3 minggu,perlu dicurigai         NCH (+)
            Pemeriksaan Fisik                           adanya proses kronis atau terjadi infeksi         Sianosis (+) jika gejala berat.
            Faringitis streptokous sangat mungkin       bakteri sekunder.                                 Thoraks:
            jika dijumpai pada pemeriksaan fisik:                                                          Inspeksi
             Demam                                                                                          - Bentuk dada tampak hiperinflasi
             Faring hiperemis                        Pemeriksaan Fisik                                      - Retraksi dinding dada (subkosta, interkosta,
             Tonsil (amandel) membesar dan            Stadium awal biasanya tidak khas.                      supraklavikula)
                memerah, kadang disertai               Demam, gejala rinitis sebagai manifestasi            - Ekspirasi memanjang
                detritus/bercak.                        pengiring, atau faring hiperemis.                  Perkusi
             Kelenjar limfe di leher anterior         Sejalan     dengan     perkembangan     serta        - Hipersonor
                membengkak dan nyeri                    progresivitas batuk, pada auskultasi dada          Auskultasi
             Uvula bengkak dan merah                   dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirasi           - Wheezing eksiprasi
             Ekskoriasi hidung disertai lesi           memanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila         - Bisa ditemukan crackles atau ronki
                impetigo sekunder                       lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan         - Apnea dapat terjadi pada bayi terrutama usia < 6
             Ruam skarlatina                           terdengar ronki basah.                                 minggu, prematur atau BBLR.
             Patekie palatum mole
                                                      Pemeriksaan Penunjang                              WHO:
             Jika dijumpai gejala dan tanda berikut   Tidak ada pemeriksaan penunjang yang                Wheezing yang tidak meembaik dengan 3 dosis
            ini, maka kemungkinan besar bukan         memberikan hasil definitif untuk diagnosis           bronkodilator kerja cepat
            faringitis streptokokus:                  bronkitis.                                          Ekspirasi memanjang
             Usia < 3 tahun                           Radiologis                                        Hiperinflasi dinding dada, dengan hipersonor pada
             Awitan bertahap                           Normal atau didapatkan peningkatan corakan         perkusi
             Kelainan melibatkan beberapa              bronchial                                         Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
mukosa                                                                                        Crackles atau ronki pada auskultasi dada
                 Konjungtivitis, diare, batuk, pilek,                                                          Sulit makan, menyusu atau minum.
                  suara serak
                 Mengi, ronki di paru                                                                         Pemeriksaan Penunjang
                 Eksantem ulseratif                                                                            Saturasi Oksigen
                                                                                                                Pulse oximetry
                Faringitis difteri:                                                                             AGD menilai bayi dg distress nafas berat
                 Membran asimetris, mudah berdarah,                                                            Foto thoraks  gambaran hiperinflasi & infiltrate,
                  berwarna kelabu pada faring                                                                    tapi gambaran tidak spesifik dapat ditemukan pada
                 Membran meluas dari batas anterior                                                             asma, pneumonia viral atau tipikal.
                  tonsil hingga palatum mole dan atau                                                           Pemeriksaan virologi
                  ke uvula

                Pemeriksaan lanjutan:
                 Tes apus tenggorokan
                 ASTO

Penataksanaan   Antibiotik                                   Penderita tidak perlu dirawat inap kecuali ada   Antibiotika Profilaksis
                Antibiotik pilihan pada terapi faringitis     indikasi seperti dehidrasi atau penyempitan       Bila nafas cepat saja, pasien dapat rawat jalan 
                akut Streptokokus grup A adalah:              bronkus yang berat.                                kotrimoksazol (4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari
                 Penisilin V oral 15-30                                                                         atau amoksisilin (25 mg/kgBB/kali), 2 kali sehari
                   mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis selama       Medikamentosa                                      selama 3 hari
                   10 hari atau                               - Antibiotik tidak direkomendasikan secara        Bila ada tanda distress pernafasan tanpa sianosis,
                 Benzatin penisilin G IM dosis                 rutin, bahkan pemberian antibiotik dengan        anak masih bisa minum  rawat anak di rumah sakit
                   tunggal 600.000 (BB<30 kg) dan               indikasi untuk pencegahan superinfeksi           dan beri ampisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM
                   1.200.000 (BB>30kg)                          saluran napas bawah tidak memberikan             setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam
                 Amoksisilin 50 mg/kgBB/hari dibagi            keuntungan.                                      selama 72 jam pertama.
                   2 selama 6 hari  dpt digunakan            - Bronkodilator agonis 2, seperti salbutamol            - Respons baik  terapi dilanjutkan di rumah
                   sebagai pengganti penisilin                          jika     disertai     tanda-tanda              atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral
                 Alergi penisilin  eritromisin etil           bronkokontriksi.                                        (25 mg/kgBB/kali, 2 kali sehari), untuk 3 hari
                   suksinat 40 mg/kgBB/hari,                    Pemberian salbutamol dengan dosis 0,1                   berikutnya.
                   eritromisin esolat 20-40                     mg/kgBB/kali akan mengurangi batuk                    - Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48
                   mg/kgBB/hari dengan pemberian                dalam 7 hari, lebih baik dibandingkan                   jam, atau terdapat keadaan yang berat (tidak
                   2,3, atau 4 kali per hari selama 10          pemberian antibiotik,                                   dapat menyusu atau minum/makan atau
                   hari.                                      - Analgesik & antipiretik bila diperlukan                 memuntahkan semuanya, kejang,letargis atau
                                                                dapat diberikan.                                        tidak sadar, sianosis, distress pernapasan
                Supportif                                     - Pemberian           antitusif         tidak             berat),  ditambahkan kloramfenikol (25
                 Isitirahat                                    direkomendasikan                                        mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam sampai
                 Pemberian cairan yang sesuai                - Mukolitik dan ekspektoran, walau belum                  keadaan meembaik, dilanjutkan per oral 4 kali
                 Nyeri yang berlebihan atau demam              cukup bukti klinis yang kuat, dapat                     sehari sampai total 10 hari.
 paracetamol atau ibuprofen                 dipertimbangkan diberikan bila batuknya            Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat
              Throat Lozenges / Gargles  nyeri            efektif dan pada anak diatas 2 tahun.               (pneumonia beraat) segera berikan oksigen dan
               atau rasa tidak nyaman pada                                                                      pengobatan kombinasi ampisilin-kloramfenikol atau
               tenggorokan                               Suportif                                              ampisilin-gentamisin.
                                                          - Diperlukan istirahat                               Sebagai alternatif, beri ceftriaxon (80-100
             Terapi bedah (Tosilectomy)                   - Asupan makanan yang cukup                           mg/kgBB/kali IM atau IV sekali sehari)
             Indikasi absolut                             - Kelembaban udara yang cukup
              Hipertrofi tonsil yang menyebabkan:        - Masukan cairan yang adekuat.                      Oksigen
                - Obstruksi saluran napas misal pada                                                          Diberikan pada semua anak dengan wheezing dan
                   OSAS (Obstructive Sleep Apnea         Pemantauan                                          distress pernapasan berat.
                   Syndrome)                              Anak-anak dengan bronkitis akut berulang            Metode yang direkomendasikan untuk pemberian
                - Disfagia berat yang disebabkan          harus dinilai secara seksama untuk                  oksigen adalah dengan nasal prongs atau kateter nasal
                   obstruksi                              menemukan kemungkinan adanya anomali-
                - Gangguan tidur                          anomali pada saluran napas, benda asing,            Supportif
                - Gangguan pertumbuhan                    bronkiektasis, imunodefisiensi, tuberkulosis,        Kortikosteroid  mengurangi edema saluran
                   dentofacial                            alergi, sinusitis, tonsilitis, adenoiditis, serta     pernapasan
                - Gangguan bicara (hiponasal)             fibrosis kistik.                                      Kortikosteroid 15-20 mg/kgBB/hari atau
                - Komplikasi kardiopulmoner                                                                     dexametason 0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
              Riwayat abses peritonsil.                                                                        selama 2-3 hari.
              Tonsilitis yang membutuhkan biopsi                                                              Cairan dan elektrolit dengan dextrose 5 5 dan NaCl
                untuk menentukan patologi anatomi                                                               disesuaikan berdasarkan umur dan berat badan
                terutama untuk hipertrofi tonsil                                                               Demam  paracetamol
                unilateral.
              Tonsilitis kronik atau berulang
                sebagai fokal infeksi untuk penyakit-
                penyakit lain

Komplikasi                                                                                                    Pneumothoraks

Contenu connexe

Tendances

Juknis HIV: Pedoman IMS 2011
Juknis HIV: Pedoman IMS 2011Juknis HIV: Pedoman IMS 2011
Juknis HIV: Pedoman IMS 2011
Irene Susilo
 
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilDiagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Sofie Krisnadi
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
yudhasetya01
 

Tendances (20)

Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo Bullosa
 
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus MalariaBuku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
 
OMA & OMSK
OMA & OMSKOMA & OMSK
OMA & OMSK
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
POWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARUPOWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARU
 
Laporan kasus pterigium
Laporan kasus pterigium Laporan kasus pterigium
Laporan kasus pterigium
 
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
 
Juknis HIV: Pedoman IMS 2011
Juknis HIV: Pedoman IMS 2011Juknis HIV: Pedoman IMS 2011
Juknis HIV: Pedoman IMS 2011
 
TB Paru
TB ParuTB Paru
TB Paru
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilDiagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
 
Dermatofitosis
DermatofitosisDermatofitosis
Dermatofitosis
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
 

En vedette (7)

TFA
TFATFA
TFA
 
Kode pintar icd 10
Kode pintar icd 10Kode pintar icd 10
Kode pintar icd 10
 
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukanKumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
 
F 31 gangguan afektif bipolar
F 31 gangguan afektif bipolarF 31 gangguan afektif bipolar
F 31 gangguan afektif bipolar
 
Farmakologi
FarmakologiFarmakologi
Farmakologi
 
Ilmu ajar penyakit mata
Ilmu ajar penyakit mataIlmu ajar penyakit mata
Ilmu ajar penyakit mata
 
glomerulonefritis anak
glomerulonefritis anakglomerulonefritis anak
glomerulonefritis anak
 

Similaire à TFA, BRONKITIS, BRONKIOLITIS (20)

Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Nafas
Bakteri Penyebab Infeksi Saluran NafasBakteri Penyebab Infeksi Saluran Nafas
Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Nafas
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
PPT FARMAKOTERAPI KELOMPOK 1 INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (1).ppt
PPT FARMAKOTERAPI KELOMPOK 1 INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (1).pptPPT FARMAKOTERAPI KELOMPOK 1 INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (1).ppt
PPT FARMAKOTERAPI KELOMPOK 1 INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (1).ppt
 
Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Infeksi Saluran Pernafasan AtasInfeksi Saluran Pernafasan Atas
Infeksi Saluran Pernafasan Atas
 
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpnBab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpn
 
Present ispa
Present ispaPresent ispa
Present ispa
 
Pneumoni1
Pneumoni1Pneumoni1
Pneumoni1
 
Pneumoni1
Pneumoni1Pneumoni1
Pneumoni1
 
ispa
ispaispa
ispa
 
POWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARUPOWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARU
 
Edi
EdiEdi
Edi
 
Penatalaksanaan ispa
Penatalaksanaan ispaPenatalaksanaan ispa
Penatalaksanaan ispa
 
Abses
AbsesAbses
Abses
 
Askep tonsilitis) AKPER PEMKAB MUNA
Askep tonsilitis) AKPER PEMKAB MUNA Askep tonsilitis) AKPER PEMKAB MUNA
Askep tonsilitis) AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep kmb 1(musriani) AKPER PEMKAB MUNA
Askep kmb 1(musriani) AKPER PEMKAB MUNA Askep kmb 1(musriani) AKPER PEMKAB MUNA
Askep kmb 1(musriani) AKPER PEMKAB MUNA
 
Pertusis anak AKPER PENKAB MUNA
Pertusis anak AKPER PENKAB MUNAPertusis anak AKPER PENKAB MUNA
Pertusis anak AKPER PENKAB MUNA
 
Askep Pneumonia.docx
Askep Pneumonia.docxAskep Pneumonia.docx
Askep Pneumonia.docx
 
askep EFUSI PLEURA.docx
askep  EFUSI PLEURA.docxaskep  EFUSI PLEURA.docx
askep EFUSI PLEURA.docx
 

Plus de Yarah Azzilzah (17)

Tabir Surya
Tabir SuryaTabir Surya
Tabir Surya
 
Laringitis tuberkulosa
Laringitis tuberkulosaLaringitis tuberkulosa
Laringitis tuberkulosa
 
F 32 episode depresif
F 32 episode depresifF 32 episode depresif
F 32 episode depresif
 
F 30 episode manik
F 30 episode manikF 30 episode manik
F 30 episode manik
 
Hemoptysis
HemoptysisHemoptysis
Hemoptysis
 
Flail Chest
Flail ChestFlail Chest
Flail Chest
 
Gangguan kepribadian histrionik
Gangguan kepribadian histrionik Gangguan kepribadian histrionik
Gangguan kepribadian histrionik
 
Malingering & Munchausen
Malingering & MunchausenMalingering & Munchausen
Malingering & Munchausen
 
Thalasemia
Thalasemia Thalasemia
Thalasemia
 
Sindrom hepato renal
Sindrom hepato renalSindrom hepato renal
Sindrom hepato renal
 
acute coronary syndrome
acute coronary syndromeacute coronary syndrome
acute coronary syndrome
 
Fluid management
Fluid managementFluid management
Fluid management
 
Apnea pada neonatus
Apnea pada neonatusApnea pada neonatus
Apnea pada neonatus
 
Tamponade Jantung
Tamponade JantungTamponade Jantung
Tamponade Jantung
 
Pneumotoraks
PneumotoraksPneumotoraks
Pneumotoraks
 
Kasus prinsip pelayanan kedokteran keluarga
Kasus prinsip pelayanan kedokteran keluargaKasus prinsip pelayanan kedokteran keluarga
Kasus prinsip pelayanan kedokteran keluarga
 
Fraktur Iga
Fraktur IgaFraktur Iga
Fraktur Iga
 

Dernier

1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
NadrohSitepu1
 

Dernier (20)

Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 

TFA, BRONKITIS, BRONKIOLITIS

  • 1. Faringitis, Tonsilitis, Tonsilofaringitis Bronkitis Akut Bronkiolitis Akut Akut Batasan  Merupakan Infeksi akut dari faring  Proses inflamasi yang mengenai trakea,  WHO: infeksi saluran respiratorik bawah yang atau tonsila palatina atau keduanya bronkus utama, dan menengah, yang disebabkan virus, yang biasanya lebih berat pada (dari tonsil ke adenoid dan lingual bermanifestasi sebagai batuk, serta biasanya bayi muda, terjadi epidemik setiap tahun dan di tonsil). akan membaik tanpa terapi dalam 2 minggu. tandai dengan obstruksi saluran pernafasan.  Pada anak agaknya bukan merupakan suatu  Penyakit IRA bawah yang ditandai dengan adanya penyakit tersendiri, tapi berhubungan dengan inflamasi pada bronkiolus. keadaan lain seperti asma dan fibrokistik Epidemiologi  Biasanya pada anak, jarang pada -  Tersering pada bayi, usia 2-24 bulan. Puncak usia 2-8 anak usia < 1 tahun bulan  Insiden meningkat sesuai dengan  Orestein: paling sering terjadi pada bayi laki-laki usia bertambahnya umur, puncaknya pada 3-6 bulan yang tidak mendapatkan ASI dan hidup di usia 4-7 tahun, dan berlanjut hingga lingkungan padat penduduk dewasa  Insiden faringitis Streptokokus tertinggi pada usia 5-18 tahun, jarang pada usia < 3 tahun  Laki-laki = perempuan Etiologi Bakteri (5-40% kasus)  Virus  90% kasus  Rhinovirus, RSV,  95% disebabkan oleh invasi Respiratory Syncytial  Group A beta-hemolytic streptococci virus Influenza, virus Paraifluenza, Virus (RSV). (15% of all pharyngitis) Adenovirus, virus Rubeola, Paramyxovirus  Orestein : Adenovirus, Influenza virus, Parainfluenza  Group C, G, and F streptococci  Bakteri  10%, dapat merupakan infeksi virus, Rhinovirus, dan Mycoplasma. (10%) sekunder. S. aureus, S. pneumoniae, H.  Arcanobacterium (Corynebacterium) influenza, Bordatella pertusis, haemolyticus (5%) Corynebacterium diphteriae  M pneumoniae  Mycoplasma  manifestasi tidak khas. Biasa  C pneumoniae (5%) pada anak usia > 5 tahun atau remaja  Neisseria gonorrhoeae is rare  Polusi udara, alergi, aspirasi kronis, refluks  Corynebacterium diphtheriae is rare gastroesophageal. Virus (40-60% kasus) ;  Adenovirus (5%)  Herpes simplex (5%),  Coxsackieviruses A and B (5%),  Epstein-Barr virus (EBV)  CMV  HIV-1
  • 2.  Rhinovirus  Influenza virus  Parainfluenza virus  Coronavirus  Enterovirus  Respiratory syncytial virus Jamur Patofisiologi Bakteri/virus menginvasi mukosa faring Virus/bakteri masuk ke saluran nafas Infeksi virus pada epitel bersilia bronkiolus Respon inflamasi lokal Reaksi inflamasi Respon inflamasi akut Pelepasan sitokin dan mediator pro Sitokin2 pro inflamasi Sekresi mucus inflamasi Penimbunan debris selular/sel-sel mati yang terkelupas Peningkatan aktivitas kelenjar mucus, Infiltrasi limfosit peribronkial Eritema faring, tonsil, atau keduanya Dekuamasi sel-sel epitel bersilia Infiltrasi leukosit PMN ke dalam dinding dan Edema submukosa lumen saluran respiratori Saluran bronkiolus menyempit Batuk Sekresi tampak purulen Obstruksi bronkiolus Hambatan aliran udara Peningkatan resistensi pada bronkiolus selama fase inspirasi & ekspirasi (krn radius saluran ekspiratori >> kecil selama ekspirasi)  wheezing Air trapping dan hiperinflasi  ekspirasi memanjang Gangguan pertukaran gas normal Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi  dispnea Hipoksemia & hipoksia jaringan Kompensasi takipnea
  • 3. Diagnosis Anamnesis Anamnesis Anamnesis Gejala faringitis khas akibat bakteri  Demam, nyeri kepala, nyeri otot selama 3-4  Anak usia < 2 tahun streptokokus: hari diikuti dengan batuk.  Gejala awal: gejala infeksi respiratori atas akibat  Rasa nyeri tenggorokan dengan  Awalnya batuk bersifat kering dan keras, virus, seperti pilek ringan, batuk, demam subfebris. awitan mendadak kemudian berkembang menjadi batuk yang  1 atau 2 hari kemudian timbul batuk yang disertai  Nyeri saat menelan (disfagia) produktif, dahak bisa jernih atau purulen. sesak nafas  Demam Batuk biasanya berlangsung 7-10 hari, tetapi  Wheezing ekspirasi dapat juga berlangsung sampai 3 minggu.  Sianosis Urutan gejala yang biasa dikeluhkan  Pada anak kecil,usaha untuk mengeluarkan  Merintih (grunting) oleh anak usia > 2 tahun: dahak yang lengket dan kental dapat  Nafas berbunyi  Nyeri kepala merangsang muntah  Muntah setelah batuk  Nyeri perut  Pada anak yang lebih tua keluhan utama  Rewel  Muntah dapat berupa batuk produktif  Penurunan nafsu makan  Demam tinggi, bisa mencapai suhu  Nyeri dada pada keadaan yang lebih berat. 400 C  Pada umumnya gejala akan menghilang Pemeriksaan Fisik  Nyeri tenggorokan dalam 10-14 hari. Bila gejala dan tanda klinis  Vital sign : takipnea, takikardi, peningkatan suhu menetap sampai 2-3 minggu,perlu dicurigai  NCH (+) Pemeriksaan Fisik adanya proses kronis atau terjadi infeksi  Sianosis (+) jika gejala berat. Faringitis streptokous sangat mungkin bakteri sekunder.  Thoraks: jika dijumpai pada pemeriksaan fisik: Inspeksi  Demam - Bentuk dada tampak hiperinflasi  Faring hiperemis Pemeriksaan Fisik - Retraksi dinding dada (subkosta, interkosta,  Tonsil (amandel) membesar dan  Stadium awal biasanya tidak khas. supraklavikula) memerah, kadang disertai  Demam, gejala rinitis sebagai manifestasi - Ekspirasi memanjang detritus/bercak. pengiring, atau faring hiperemis. Perkusi  Kelenjar limfe di leher anterior  Sejalan dengan perkembangan serta - Hipersonor membengkak dan nyeri progresivitas batuk, pada auskultasi dada Auskultasi  Uvula bengkak dan merah dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirasi - Wheezing eksiprasi  Ekskoriasi hidung disertai lesi memanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila - Bisa ditemukan crackles atau ronki impetigo sekunder lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan - Apnea dapat terjadi pada bayi terrutama usia < 6  Ruam skarlatina terdengar ronki basah. minggu, prematur atau BBLR.  Patekie palatum mole Pemeriksaan Penunjang WHO: Jika dijumpai gejala dan tanda berikut Tidak ada pemeriksaan penunjang yang  Wheezing yang tidak meembaik dengan 3 dosis ini, maka kemungkinan besar bukan memberikan hasil definitif untuk diagnosis bronkodilator kerja cepat faringitis streptokokus: bronkitis.  Ekspirasi memanjang  Usia < 3 tahun  Radiologis  Hiperinflasi dinding dada, dengan hipersonor pada  Awitan bertahap Normal atau didapatkan peningkatan corakan perkusi  Kelainan melibatkan beberapa bronchial  Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
  • 4. mukosa  Crackles atau ronki pada auskultasi dada  Konjungtivitis, diare, batuk, pilek,  Sulit makan, menyusu atau minum. suara serak  Mengi, ronki di paru Pemeriksaan Penunjang  Eksantem ulseratif  Saturasi Oksigen  Pulse oximetry Faringitis difteri:  AGD menilai bayi dg distress nafas berat  Membran asimetris, mudah berdarah,  Foto thoraks  gambaran hiperinflasi & infiltrate, berwarna kelabu pada faring tapi gambaran tidak spesifik dapat ditemukan pada  Membran meluas dari batas anterior asma, pneumonia viral atau tipikal. tonsil hingga palatum mole dan atau  Pemeriksaan virologi ke uvula Pemeriksaan lanjutan:  Tes apus tenggorokan  ASTO Penataksanaan Antibiotik  Penderita tidak perlu dirawat inap kecuali ada Antibiotika Profilaksis Antibiotik pilihan pada terapi faringitis indikasi seperti dehidrasi atau penyempitan  Bila nafas cepat saja, pasien dapat rawat jalan  akut Streptokokus grup A adalah: bronkus yang berat. kotrimoksazol (4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari  Penisilin V oral 15-30 atau amoksisilin (25 mg/kgBB/kali), 2 kali sehari mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis selama  Medikamentosa selama 3 hari 10 hari atau - Antibiotik tidak direkomendasikan secara  Bila ada tanda distress pernafasan tanpa sianosis,  Benzatin penisilin G IM dosis rutin, bahkan pemberian antibiotik dengan anak masih bisa minum  rawat anak di rumah sakit tunggal 600.000 (BB<30 kg) dan indikasi untuk pencegahan superinfeksi dan beri ampisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM 1.200.000 (BB>30kg) saluran napas bawah tidak memberikan setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam  Amoksisilin 50 mg/kgBB/hari dibagi keuntungan. selama 72 jam pertama. 2 selama 6 hari  dpt digunakan - Bronkodilator agonis 2, seperti salbutamol - Respons baik  terapi dilanjutkan di rumah sebagai pengganti penisilin  jika disertai tanda-tanda atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral  Alergi penisilin  eritromisin etil bronkokontriksi. (25 mg/kgBB/kali, 2 kali sehari), untuk 3 hari suksinat 40 mg/kgBB/hari, Pemberian salbutamol dengan dosis 0,1 berikutnya. eritromisin esolat 20-40 mg/kgBB/kali akan mengurangi batuk - Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 mg/kgBB/hari dengan pemberian dalam 7 hari, lebih baik dibandingkan jam, atau terdapat keadaan yang berat (tidak 2,3, atau 4 kali per hari selama 10 pemberian antibiotik, dapat menyusu atau minum/makan atau hari. - Analgesik & antipiretik bila diperlukan memuntahkan semuanya, kejang,letargis atau dapat diberikan. tidak sadar, sianosis, distress pernapasan Supportif - Pemberian antitusif tidak berat),  ditambahkan kloramfenikol (25  Isitirahat direkomendasikan mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam sampai  Pemberian cairan yang sesuai - Mukolitik dan ekspektoran, walau belum keadaan meembaik, dilanjutkan per oral 4 kali  Nyeri yang berlebihan atau demam cukup bukti klinis yang kuat, dapat sehari sampai total 10 hari.
  • 5.  paracetamol atau ibuprofen dipertimbangkan diberikan bila batuknya  Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat  Throat Lozenges / Gargles  nyeri efektif dan pada anak diatas 2 tahun. (pneumonia beraat) segera berikan oksigen dan atau rasa tidak nyaman pada pengobatan kombinasi ampisilin-kloramfenikol atau tenggorokan  Suportif ampisilin-gentamisin. - Diperlukan istirahat  Sebagai alternatif, beri ceftriaxon (80-100 Terapi bedah (Tosilectomy) - Asupan makanan yang cukup mg/kgBB/kali IM atau IV sekali sehari) Indikasi absolut - Kelembaban udara yang cukup  Hipertrofi tonsil yang menyebabkan: - Masukan cairan yang adekuat. Oksigen - Obstruksi saluran napas misal pada Diberikan pada semua anak dengan wheezing dan OSAS (Obstructive Sleep Apnea  Pemantauan distress pernapasan berat. Syndrome) Anak-anak dengan bronkitis akut berulang Metode yang direkomendasikan untuk pemberian - Disfagia berat yang disebabkan harus dinilai secara seksama untuk oksigen adalah dengan nasal prongs atau kateter nasal obstruksi menemukan kemungkinan adanya anomali- - Gangguan tidur anomali pada saluran napas, benda asing, Supportif - Gangguan pertumbuhan bronkiektasis, imunodefisiensi, tuberkulosis,  Kortikosteroid  mengurangi edema saluran dentofacial alergi, sinusitis, tonsilitis, adenoiditis, serta pernapasan - Gangguan bicara (hiponasal) fibrosis kistik. Kortikosteroid 15-20 mg/kgBB/hari atau - Komplikasi kardiopulmoner dexametason 0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis  Riwayat abses peritonsil. selama 2-3 hari.  Tonsilitis yang membutuhkan biopsi  Cairan dan elektrolit dengan dextrose 5 5 dan NaCl untuk menentukan patologi anatomi disesuaikan berdasarkan umur dan berat badan terutama untuk hipertrofi tonsil  Demam  paracetamol unilateral.  Tonsilitis kronik atau berulang sebagai fokal infeksi untuk penyakit- penyakit lain Komplikasi Pneumothoraks