SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  85
Télécharger pour lire hors ligne
UNIVERSITAS INDONESIA
MENIKMATI (RUANG) PERTUNJUKAN : KAJIAN MENGENAI
KEHADIRAN PENGALAMAN DAN APRESIASI DALAM RUANG
PERTUNJUKAN SENI
Kasus : JKT48 Theater di fX Sudirman, Jakarta Selatan
SKRIPSI
Yohanes Oktavianus Siagian
0906517994
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR INTERIOR
DEPOK
JULI 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
MENIKMATI (RUANG) PERTUNJUKAN : KAJIAN
MENGENAI KEHADIRAN PENGALAMAN DAN APRESIASI
DALAM RUANG PERTUNJUKAN SENI
Kasus : JKT48 Theater di fX Sudirman, Jakarta Selatan
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur
Yohanes Oktavianus Siagian
0906517994
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR INTERIOR
DEPOK
JULI 2013
ii
Universitas Indonesia
Nama : Yohanes Oktavianus Siagian
NPM : 0906517994
Tanda Tangan :
Tanggal : 2 Juli 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
iii
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Yohanes Oktavianus Siagian
NPM : 0906517994
Program Studi : Arsitektur Interior
Judul Skripsi : Menikmati (ruang) pertunjukan : kajian mengenai
kehadiran pengalaman dan apresiasi dalam ruang
pertunjukan seni
Kasus : JKT48 Theater
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Arsitektur pada Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas
Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Dra. Sri Riswanti M.Sn. ( )
Penguji : Enira Arvanda S.T., M.Dipl. ( )
Penguji : Tony Sofian S.Sn., M.T. ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 3 Juli 2013
iv
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya mulai awal lahir hingga
saat ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Arsitektur Jurusan Arsitektur Interior pada Fakultas
Teknik Universitas Indonesia. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dra. Sri Riswanti M.Sn. selaku dosen pembimbing saya yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk mengarahkan saya dan
teman dalam penyusunan skripsi ini.
2. Mbak Enira Arvanda S.T., M.Dipl. dan Bapak Tony Sofian S.Sn., M.T.
selaku dosen penguji yang memberikan masukan yang berarti dalam
penulisan skripsi sehingga menjadi lebih baik
3. Bapak , Mama dan Adik yang telah memberikan dukungan baik secara
material dan moral walaupun terpisah jarak yang cukup jauh Balige-Depok.
Semoga saya bisa memenuhi harapan dan membanggakan kalian.
4. Teman satu bimbingan, Latifa, Biancha, Rara yang saling mengingatkan
dan memberi saran sembari terkadang bercanda sehingga bimbingan
menjadi ceria.
5. Babeh Aki-P yang sudah mengumpulkan para remaja putri dan membentuk
AKB48 dan berbagai sistergroupnya yang menjadi hiburan, penyemangat
serta inspirasi baik dari penampilan, musik dan lirik lagu yang ada. Diasta ,
Ghaida , Miyu serta para member JKT48 dan 48 family lainnya yang
menunjukkan bahwa kesuksesan itu bisa diperoleh lewat sebuah
perjuangan. Impian ada ditengah peluh, usaha keras itu memang tak akan
mengkhianati. Salut untuk kalian. Skripsi ini pun tentang kalian.
6. KSK-JKT48, grup Pecinta Balenk dan teman - teman sesama fans dedek
dedek kawaii lain yang tidak bisa saya sebutkan namanya. Terima kasih atas
kebersamaan yang diberikan, saya bersyukur dapat bergabung dengan
kalian. Terima kasih juga telah bersedia mengisi kuesioner saya. Oy! Oy!
Oy!
v
Universitas Indonesia
7. Sahabat terbaik saya Bima, Gusprian dan Arif yang sering melakukan hal
bersama mulai dari bermain DoTA, ngidol, sampai membuat properti
cosplay. Semoga persahabatan kita bisa berlanjut hingga kita tua nanti.
8. Arsitektur dan Arsitektur Interior 2009 untuk segala canda, tawa dan tangis
serta teriakan kepanikan saat dikejar deadline yang kita bagi bersama di
studio dan berbagai tempat lain selama 4 tahun ini. Saatnya kita menebar
dan menatap hari esok seperti lirik lagu angkatan kita.
9. Para senior dan junior Arsitektur yang membantu saya untuk belajar bahwa
dunia kampus bukan hanya tentang kuliah saja.
10. Seluruh dosen dan staf Departemen Arsitekur Fakultas Teknik Universitas
Indonesia yang telah membantu selama ini.
11. Semua orang yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
penyusunan skripsi ini. Walaupun nama kalian tidak tertulis disini tetapi
dukungan kalian sangat berarti.
Skripsi ini mungkin belum bisa dinyatakan sebagai sebuah karya ilmiah yang baik.
Namun semoga skripsi ini bisa menginspirasi orang yang membacanya. Bagi saya
skripsi ini seperti langit mentari senja, sosoknya yang indah di akhir sebuah hari
tapi mengingatkan kita untuk bersiap lagi menghadapi tantangan lain esok hari.
Selamat membaca dan semoga terinspirasi.
Penulis
vi
Universitas Indonesia
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Yohanes Oktavianus Siagian
NPM : 0906517994
Program Studi : Arsitektur Interior
Departemen : Arsitektur
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
MENIKMATI (RUANG) PERTUNJUKAN : KAJIAN MENGENAI
KEHADIRAN PENGALAMAN DAN APRESIASI DALAM RUANG
PERTUNJUKAN SENI
Kasus : JKT48 Theater
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 2 Juli 2013
Yang menyatakan
( Yohanes Oktavianus Siagian )
vii
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Yohanes Oktavianus Siagian
Program Studi : Arsitektur Interior
Judul : Menikmati (Ruang) Pertunjukan : Kajian mengenai kehadiran
pengalaman dan apresiasi dalam ruang pertunjukan seni
Arsitektur seringkali hanya dilihat dari elemen fisiknya yang terlihat yaitu
bangunan sehingga elemen ruang sebagai salah satu pembentuknya seringkali
terabaikan. Elemen ruang tidak terbatas hanya pada arsitektur juga tetapi juga
terdapat pada berbagai seni seperti seni pertunjukan. Skenografi adalah contoh
bagaimana pengaturan elemen ruang dapat menghasilkan pengalaman dalam
sebuah pertunjukan.Dalam seni pertunjukan terdapat penonton dan pelaku
pertunjukan yang menikmati pertunjukan dan juga ruangan sebagai lingkungannya.
Skripsi ini menjabarkan dan menyimpulkan bagaimana pengalaman dapat muncul
dalam sebuah pertunjukan dan bagaimana penonton sebagai sebuah grup sosial
mengapresiasinya dalam bentuk tindakan, tidak hanya pertunjukan karya seni
pertunjukan tapi juga elemen ruang didalamnya
Kata kunci : Ruang,Elemen Spasial, Seni Pertunjukan,Pengalaman, Apresiasi
ABSTRACT
Name : Yohanes Oktavianus Siagian
Study Program : Interior Architecture
Title : Experiencing performing art(‘s space) : study of the existence
and appreciation of performing art’s space
Architecture oftenly seen just by its physical element which is building so space as
one of its element was neglected. Actually, Space as element is not limited in
architecture but also in art like performing art. Scenography is a example how
setting space element can produce experience in a performance. In performing art
there are audiences and performer who not only enjoy and experiencing the show
buat also the stages and auditorium as the enviroment.
This Thesis ini describes dan concludes how experience is created in a performance
and how audience as the consumer appreciate not only the show but also the spatial
element within it, by their responses in action,
Keywords : Space, Spatial Element, Performing Art, Experience, Appreciation
viii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iv
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN....................................................................................3
1.4 METODE PEMBAHASAN.............................................................................4
BAB 2 LANDASAN TEORI..................................................................................6
2.1 ARSITEKTUR,RUANG DAN MANUSIA.....................................................6
2.1.1 Definisi Arsitektur dan Ruang...................................................................6
2.1.2 Ruang dan Pengalaman..............................................................................9
2.2 SENI PERTUNJUKAN..................................................................................12
2.2.1 Budaya, Seni dan Seni Pertunjukan..........................................................12
2.2.2 Seni Pertunjukan sebagai event dan pengalaman......................................13
2.3 ARSITEKTUR DAN SENI PERTUNJUKAN...............................................16
2.3.1 Desain Ruang Pertunjukan........................................................................17
2.3.2 Stage dan Auditorium...............................................................................18
2.3.3 Skenografi................................................................................................23
BAB 3 STUDI KASUS : JKT48 THEATER......................................................25
3.1 POP CULTURE..............................................................................................25
3.1.1 Idol Culture...............................................................................................26
3.1.2 Chant dan Wotagei sebagai Respon Fans..................................................27
3.1.3 Lightstick..................................................................................................27
3.1.4 Fans..........................................................................................................28
ix
Universitas Indonesia
3.2 IDOL GROUP AKB48 DAN JKT48............................................................29
3.3 JKT48 THEATER SEBAGAI EVENT
DAN TEMPAT PERTUNJUKAN................................................................33
3.3.1 Skenografi................................................................................................36
BAB 4 ANALISIS.................................................................................................38
4.1 LINGKUNGAN FISIK SEBAGAI PEMBENTUK PERSEPSI.......................40
4.2 LINGKUNGAN SOSIAL SEBAGAI PEMBENTUK PENGALAMAN........47
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................61
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64
LAMPIRAN
x
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Ilustrasi pembentukan ruang menurut Locke........................................7
Gambar 2. 2 Ilustrasi pembentukan ruang menurut Levefbre...................................8
Gambar 2. 3 Ilustrasi hubungan Perceived Space,Conceived Space
dan Lived Space...................................................................................9
Gambar 2. 4 Bangunan Roman AmpiTheater..........................................................17
Gambar 2. 5 Tampilan (kiri) dan layout pentas Proscenium (kanan)......................19
Gambar 2. 6 Tampilan (kiri) dan layout pentas bentuk Arena (kanan)..................20
Gambar 2. 7 Tampilan (kiri) dan layout Thrust Stage (kanan)................................20
Gambar 2. 8 Created and found stage yang terjadi ketika
seorang pesulap jalanan melakukan pertunjukannya.........................21
Gambar 2. 9 Ilustrasi batasan aural dan visual dalam stage dan auditorium...........22
Gambar 2. 10 Perhitungan jarak untuk pengaturan kursi (atas)
dan Ilustrasi jarak pandang vertikal manusia (bawah).......................23
Gambar 3. 1 Remaja putri yang bergaya Harajuku di Jepang................................25
Gambar 3. 2 Wota biasanya sangat terobsesi dengan idolanya sampai rela
mengumpulkan berbagai merchandise yang berhubungan dengan
mereka (kiri) dan berpakaian sangat mencolok untuk menujukkan
kecintaannya pada idolanya (kanan).................................................29
Gambar 3. 3 Layout JKT48 Theater (kiri) dan tampilan depan
di JKT48 Theater (kanan).................................................................34
Gambar 3. 4 Denah JKT48 Theater (kiri) dan tampilan dalam
ruang pertunjukan di JKT48 Theater (kanan)....................................35
Gambar 4. 1 Lightstick sebagai atribut wajib saat menonton idol (kiri),
memberikan berkas cahaya yang menarik saat konser (tengah),
maupun saat melakukan wotagei (kanan).........................................28
Gambar 4. 2 Diagram pembentukan pengalaman..................................................38
Gambar 4. 3 Performer menyampaikan pertunjukan dan
menerima respon dari penonton dalam lingkungan pertunjukan......39
Gambar 4. 4 Perbandingan orientasi penonton dan performer dalam Thrust Stage,
dalam hal ini JKT48 Theater (kiri) dan Arena Stage
(kanan)..............................................................................................40
Gambar 4. 5 Figure-Ground Vase , apakah yang anda lihat?
Sebuah vas atau wajah dua orang yang bertatapan ?........................41
Gambar 4. 6 Perbandingan warna objek di background hitam
dan background lain..........................................................................42
Gambar 4. 7 Perbandingan kostum dan pertunjukan di JKT48 Theater
dengan warna shading background berbeda.....................................42
Gambar 4. 8 Denah lighting JKT48 Theater...........................................................43
Gambar 4. 9 Perbandingan warna substraktif (kiri)
dan aditif (kanan) ketika dikombinasikan..........................................44
Gambar 4. 10 Perbandingan cahaya pada lagu Renai Kinshi Jourei (kanan)
dan Heart Gata Virus (kiri).............................................................44
Gambar 4. 11 Desain kostum untuk lagu Temo Demo no Namida
yang disesuaikan dengan konsep dan lirik lagu..............................45
xi
Universitas Indonesia
Gambar 4. 12 Denah peletakan speaker di JKT48 Theater.....................................46
Gambar 4. 13 Perbandingan kondisi dalam JKT48 Theater
ketika pertunjukan tidak berlangsung (kiri) dan pertunjukan
berlangsung (kanan).......................................................................48
Gambar 4. 14 Data Jenis kelamin dan status hubungan fans JKT48.....................50
Gambar 4. 15 Pie Chart Apa yang disukai fans dari JKT48 (kiri)
dan alasan menonton (kanan).........................................................51
Gambar 4. 16 Pie Chart tindakan yang dilakukan oleh penonton
sambil menyaksikan pertunjukan di JKT48 Theater.......................53
Gambar 4. 17 Tampilan potongan samping stage
dan auditorium JKT48 Theater.......................................................54
Gambar 4. 18 Tiket pertunjukan JKT48 Theater memiliki nomor bingo yang akan
diundi untuk menentukan urutan masuk ke dalam ruang
pertunjukan (kiri); Dibagian depan teater inilah para penonton
dibariskan sesuai nomor bingonya untuk kemudian dilakukan
pengundian.(Kanan).......................................................................54
Gambar 4. 19 Kursi yang digunakan sebagai tempat duduk di JKT48 Theater.......55
Gambar 4. 20 Ilustrasi perbandingan ketika menonton diam
dan melakukan wotagei...................................................................56
Gambar 4. 21 Ilustrasi melihat di tempat duduk dan standing area.......................56
Gambar 4. 22 Sudut pandang vertikal (Kiri), dan sudut pandang Horizontal
saat menonton pertunjukan (kanan)................................................57
Gambar 4. 23 Ilustrasi blocking member dan jarak pandang jika ingin
melihat 1 atau beberapa member secara khusus.............................57
Gambar 4. 24 Ilustrasi seberapa tinggi kepala harus mendongak untuk bisa
melihat performer di tiap baris tempat duduk................................58
Gambar 4. 25 Tampak samping sudut peletakan Speaker di JKT48 Theater........59
Gambar 4. 26 Elemen yang menganggu kenyamanan menonton..........................59
Gambar 4. 27 Tiang pada ruang pertunjukan AKB48 Theater (kiri)
dan JKT48 Theater (kanan)............................................................60
xii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Panca Indra sebagai sistem persepsi (Gibson, 1966)..............................10
xiii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISTILAH
Member : Panggilan singkat untuk anggota sebuah idol group
Wota : Fans yang sudah terobsesi dan tergila-gila terhadap idolanya
Encore : Teriakan untuk meminta pertunjukan tambahan
Furicopy : Tindakan meniru gerakan tangan performer yang sedang
tampil
Kecha : Gerakan menjulurkan tangan oleh fans untuk menunjukkan
dukungan ke performer,terinspirasi dari gerakan tari kecak.
Chant : Teriakan pemberi semangat kepada performer ketika sedang
tampil.
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan arsitektur, ruang dan interior ? Bagaimana
wujud dari ketiga hal tersebut di dalam kehidupan kita ? Orang awam biasanya akan
menjawab bahwa arsitektur itu adalah ilmu yg mempelajari bagaimana membangun
rumah, gedung dan lain sebagainya sedangkan interior sendiri adalah bagian dalam
dari bangunan tersebut. Pemahaman ini sangat melekat pada istilah arsitektur
sehingga bahkan orang – orang yang berkecimpung di bidang arsitektur sendiri
cenderung sulit untuk mendefinisikan apa sebenarnya itu arsitektur.
Menurut buku Architecture, Space and Order terdapat dua elemen dalam arsitektur
yaitu bentuk (form) dan ruang (space). Bentuk (form) merupakan hal yang disusun
oleh titik, garis , bidang dan volume. Biasanya ini adalah yang sering kita anggap
sebagai arsitektur karena mudah untuk dilihat keberadaannya dan lebih bersifat
konkret padahal ruang (space) sebagai elemen lain juga penting walaupun sulit
untuk ditunjukkan karena bersifat lebih abstrak. (Ching F. D., 1975)
Dalam Arsitektur juga terdapat dua istilah penting yaitu Space and Place yang
biasanya disebut sama dalam bahasa Indonesia yaitu ruang tapi sebenarnya
memiliki arti yang cukup berbeda. Dalam bukunya Space and Place : The
Perspective of Experience, (Tuan, 1977) menyebutkan bahwa pengalaman
(experience) ruang kita ditentukan oleh sensasi, persepsi dan konsepsi yang kita
rasakan ketika berada di ruang tersebut, bagaimana mengubah sebuah space
menjadi sesuatu yang lebih familiar yaitu place. Hal ini nantinya yang menentukan
bagaimana kita merasakan space maupun place dan membedakan keduanya.
Dalam kehidupan manusia, seni adalah satu media ekspresi, salah satu jenisnya
adalah seni pertunjukan. Seni pertunjukan berbeda dengan karya seni lain karena
seni pertunjukan bukanlah karya yang diam seperti halnya seni rupa dan sastra yang
berbentuk objek statis. (Willson, 1991) dalam The Theater Experience
2
Universitas Indonesia
menyebutkan bahwa seni pertunjukan memberikan pengalaman dan emosi bukan
dalam sebuah objek melainkan melainkan dalam sebuah peristiwa yang bergerak
seiring jalannya waktu. Sebagai sebuah peristiwa tentunya ada berbagai elemen
yang meembentuknya, hal ini dijelaskan oleh (Riantiarno, 2011) dalam bukunya
Kitab Teater : Tanya jawab seputar seni pertunjukan yang menyebutkan bahwa ada
tiga kekuatan utama yang bersinergi dalam membentuk sebuah peristiwa teater
yaitu pekerja teater, tempat dan komunitas penikmat. Disini terlihat peranan ruang
dan arsitektur dalam seni pertunjukan.
Penyampaian pengalaman dalam sebuah seni pertunjukan tentunya harus didukung
oleh sebuah suasana ruang yang sesuai sehingga apa yang diinginkan apa tercapai
dengan baik. Akan menjadi hal yang tidak lucu jika sebuah pementasan komedi
malah dibawakan dalam sebuah dekorasi stage yang suram dan bernuansa gelap
dan sebaliknya. Ketika menikmati sebuah pertunjukan penonton tidak hanya
melihat tetapi juga ikut “masuk” ke dalam dunia yang diciptakan oleh cerita,
suasana, dari pertunjukan tersebut. Dalam dunia seni pertunjukan ada yang dikenal
dengan skenografi atau juga biasa disebut tata pentas. Skenografi adalah sebuah
cara untuk membentuk pengalaman dengan berbagai elemen seperti kostum,
dekorasi, cahaya dan lain sepertinya sama seperti dalam arsitektur.
Seni pertunjukan juga semakin berkembang karena tuntutan zaman. Pertunjukan
yang diberikan harus disesuaikan dengan keinginan para penikmatnya yang
semakin beraneka ragam. Perkembangan lifestyle yang sangat pesat memaksa seni
pertunjukan harus bisa beradaptasi agar bisa mendapatkan penonton.
1.2 Rumusan Masalah
Penulis memilih untuk membatasi pembahasan dalam ruang lingkup seni
pertunjukan saja. Pembahasan akan dimulai dengan membahas sebuah studi kasus
ruang pertunjukan seni kemudian akan dibahas elemen arsitektural yang ada di
dalamnya dan kaitannya terhadap keberhasilan pertunjukan tersebut. Bagaimana
pengalaman bisa hadir dari pertunjukan, elemen arsitektural dan bagaimana
penonton bertindak sebagai bentuk apresiasi dari hal tersebut akan menjadi dasar
utama dari pembahasan.
3
Universitas Indonesia
1.3 Tujuan Penulisan
Tulisan ini ditujukan kepada masyarakat umum untuk meningkatkan perhatian
mereka mengenai arsitektur, bahwa arsitektur itu tidak terbatas hanya pada elemen
bangunan yang bersifat fisik tetapi juga elemen yang abstrak. Selain itu penulis
ingin memperlihatkan bagaimana hubungan antara ruang dan perilaku manusia
didalamnya, dalam hal ini adalah penonton dalam ruangan pertunjukan seni.
Tulisan ini juga ditujukan kepada para mahasiswa arsitektur interior dan orang–
orang lain yang berkecimpung di dunia arsitektur sebagai bahan referensi tentang
bagaimana sebuah ruang dapat dinikmati oleh penggunanya untuk dapat
menghasilkan rancangan arsitektur dan interior yang tepat guna dan berfungsi baik.
Walaupun begitu seperti yang dikatakan Rasmussen dalam Experiencing
Architecture mengatakan bahwa “art should not be explained;it must be
experienced” (Rasmussen, 1959, hal. 9), maka seni pertunjukan dan arsitektur
sebagai sebuah functional art haruslah dirasakan secara langsung sebagai sebuah
referensi untuk merancang bangunan yang berkaitan dengan hal tersebut.
4
Universitas Indonesia
1.4 Metode Pembahasan
LATAR BELAKANG
1. Arsitektur dapat berupa form yang konkret atau space
2. Form dan space dalam sebuah karya seni pertunjukan
3. Seni pertunjukan dan lifestyle
4. Apreasiasi manusia terhadap ruang
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana aspek ruang dalam sebuah event seni pertunjukan muncul dan
dirasakan oleh penonton dan performer ?
2. Bagaimana proses menikmati pertunjukan dan menikmati ruang pertunjukan
terjadi dan apa kaitannya dengan aspek keruangan?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses menikmati pertunjukan dan ruang
pertunjukan ?
TUJUAN
1. Menunjukkan fenomena kehadiran ruang di dalam pertunjukan seni .
2.Membuka pemahaman mengenai pengaruh elemen ruang dalam sebuah
pertunjukan seni dan kaitannya dengan bagaimana penonton menikmati
pertunjukan.
KAJIAN TEORI
1. Ruang , Arsitektur , Persepsi, Pengalaman
2. Seni pertunjukan , Ruangan Pertunjukan, Pengalaman
3. Psikologi sosial
4. Ergonomi, Skenografi
5. Lifestyle
JKT48 Theater
Ruang pertunjukan musik dan tari dengan konsep “Idol You can Meet” yang
menekankan pada interaksi
Analisis
Kesimpulan dan saran
Studi Kasus
5
Universitas Indonesia
Tulisan ini dibuat dengan metode kualitatif dan juga kuantitatif. Saya, sebagai
penulis akan mencoba berada di ruang pertunjukan untuk menonton pertunjukan
yang ada dan menempatkan diri sebagai penonton sehingga bisa merasakan
pengalaman yang diberikan kemudian memberikan laporan mengenai apa yang
saya rasakan. Selain itu penulis juga akan menyebarkan angket dan melakukan
wawancara dengan penonton lain untuk mendapatkan perbandingan dan menjaga
objektifitas penulisan. Pengukuran ruangan, analisa serta dokumentasi lain akan
digunakan untuk mendukung landasan teori yang digunakan.
1.5 Sistematika Penulisan
Tulisan ini akan dibagi menjadi lima pengelompokan tulisan yaitu Bab
Pendahuluan, Bab Landasan Teori, Bab Studi Kasus, Bab Analisis, dan Bab
Kesimpulan .
Bab Pendahuluan berisi penjelasan mengenai alasan dan latar belakang penulisan
serta tujuan yang ingin dicapai . Bagaimana kurangnya pemahaman mengenai
arsitektur dan ruang dalam kehidupan sehari–hari sehingga perlu diberikan
penjelasan kepada masyarakat umum. Seni pertunjukan dan arsitektur memiliki
kesamaan yaitu memiliki dua bentuk elemen, fisik dan abstrak dan keudanya
memberikan pengalaman kepada penikmatnya. Dalam Bab Kajian Teori kemudian
hal ini dijelaskan dengan berbagai landasan teori yang mendukung baik dalam hal
arsitektur maupun seni pertunjukan dan hubungan di antara keduanya.
Selanjutnya dalam Bab Studi Kasus, penulis akan mengulas tentang sebuah ruangan
pertunjukan yang berlangsung secara rutin dan memiliki konsep pertunjukan yang
menarik yaitu JKT48 Theater . Pembahasan secara spesifik mengenai pertunjukan
tersebut baik mengenai konsep, bentuk pertunjukan, ruang yang digunakan, tipikal
penonton serta hal-hal lain yang terkait akan dilakukan. Kemudian dalam Bab
Analisis hasil yang diperoleh dalam studi kasus akan dianalisis dan dibahas dengan
teori dalam bab sebelumnya. Hasil analisis dari ketiga bab tersebut kemudian
dirangkum dalam Bab Kesimpulan.
6
Universitas Indonesia
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Arsitektur,Ruang dan Manusia
2.1.1 Definisi Arsitektur dan Ruang
Apa sebenarnya yang dimaksud ketika seseorang berbicara tentang arsitektur?
Menurut KBBI online, arsitektur adalah seni dan ilmu merancang serta membuat
konstruksi bangunan, jembatan, dan sebagainya; metode dan gaya rancangan suatu
konstruksi bangunan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 2013) Sedangkan
jika ditinjau dari etimologi awalnya sendiri arsitektur berasal dari bahasa Yunani
yaitu Architecton yang terdiri dari dua kata, archi yang berarti kepala, dan techton
yang berarti tukang maka arsitekture adalah karya kepala tukang.
(Ching F. D., 1975) dalam bukunya Form, Space and Order mengatakan bahwa
terdapat dua elemen dalam arsitektur yaitu Form dan Space. Form adalah bagian
dari arsitektur yang terdiri dari titik, garis, bidang yang memiliki karakteristik
tertentu. Form ini adalah sesuatu yang terlihat secara fisikal sehingga biasanya
dianggap sebagai arsitektur. Di sisi lain juga terdapat Space yang berbicara tentang
elemen abstrak dari arsitektur yang tidak bisa dilihat secara visual tapi tetap bisa
dirasakan. Hubungan antara form dan space dalam arsitektur dijelaskan oleh D.K
Ching bahwa “Form defining space” (Ching F. D., 1975, hal. 98)
Untuk bisa memahami mengenai arsitektur diperlukan pengertian mendalam
terlebih dahulu mengenai space seperti yang dikatakan perkataan Lefebvre bahwa
" Any definition of architecture itself requires a prior analysis and exposition of the
concepts of space .“ (Lefebvre, 1991, hal. 15). Karena bentuknya yang abstrak maka
space sulit untuk didefinisikan atau ditunjukkan sehingga sulit untuk
mengidentifkasinya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan space dalam
konteksnya di bidang arsitektur?
Dalam bukunya Words and Building, Adrian Forty menjelaskan bagaimana awal
mula space dianggap sebagai bagian dari pembahasan mengenai arsitektur. Karena
bermula di Jerman, maka istilah yang digunakan juga menggunakan bahasa Jerman
yaitu Raum. Dalam perkembangannya istilah ini menjadi masalah karena dalam
7
Universitas Indonesia
bahasa Jerman istilah ini memiliki dua arti yaitu menyatakan ruang sebagai material
enclosure dan juga konsep filosofis dimana ruang terbentuk sebagai mental image.
Dalam bahasa Inggris sendiri istilah Raum tersebut dapat diartikan dengan istilah
Space dan Room yang lebih menjelaskan perbedaan diantara keduanya sehingga
tidak ambigu, dalam bahasa Indonesia sendiri istilah ini dapat diterjemahkan
sebagai ruang dan ruangan walaupun definisi sebenarnya tidaklah sesederhana itu.
(Forty, 2000, hal. 256)
Apa itu space dan bagaimana mengetahui kehadirannya? Menurut (Locke, 1999)
dalam bukunya An Essay on Human Understanding , space hadir dari posisi tubuh
kita yang terdefinisi dalam ungkapan “ this piece is this distance from that piece is
this distance from that piece dan is this long, this wide, etc.” (Locke, 1999, hal.
169) yang menunjukkan bahwa posisi spasial terbentuk dari penglihatan dan
perabaan (sight and touch).
Gambar 2. 1 Ilustrasi pembentukan ruang menurut Locke
Sumber :Ilustrasi pribadi, 2013
Di sisi lain terdapat pemikiran yang berbeda dari (Lefebvre, 1991) tentang
pembentukan space. Henry Levebfre menyatakan bahwa space adalah sebuah
produk sosial, yang berarti bahwa space terbentuk (atau dibentuk) oleh seseorang
8
Universitas Indonesia
yang melakukan intervensi, interaksi, maupun melakukan hubungan dengan orang
lain.
Gambar 2. 2 Ilustrasi pembentukan ruang menurut Levefbre
Sumber: Ilustrasi Pribadi, 2013
(Kurniawan, 2009) dalam papernya yang berjudul Kita Memproduksi Ruang,
membahas mengenai pemikiran Levebfre mengenai space ini. Henry Levefbre
mengatakan bahwa “space is socially produced” sementara “we are spatially
produce”, disini telihat bagaimana manusia sebagai objek yang menentukan space
terbentuk sementara manusia itu sendiri terbentuk dan teridentifikasi karena
interaksinya dengan ruang.
Lebih lanjut Kemas Ridwan menjelaskan pemikiran Levefbre mengenai 3 proses
yang terjadi ketika kita berinteraksi dengan sebuah space, atau lebih tepatnya
berbagai elemen yang ada dalam sebuah space tersebut. Beliau menjelaskan bahwa
tahap pertama adalah ketika kita melakukan praktik meruang (spatial practice)
terhadap sebuah ruang, bagaimana kita memahami tentang aspek fisikal. Tahap
selanjutnya adalah pengolahan secara mental tentang persepsi yang kita terima
sehingga ada representasi secara sadar dari ruang. Di tahap terakhir mengacu pada
pengalaman sub-conscious terhadap ruang dan bagaimana kita menentukan hidup
dan melakukan berbagai tindakan kita di dalam ruang tersebut. Tahap ini adalah
tahap tersulit karena berbicara tentang pemahaman dan penentuan respon terhadap
ruang yang tentu saja dipengaruhi oleh personal pelaku dan bersifat sangat
subjektif.
9
Universitas Indonesia
Secara ringkas ketiga tahap itu dapat dituliskan dalam diagram berikut :
Physical – Perceived—Spatial Practice
Mental---Conceived—Representasions of Space
Social---Lived---Spaces of Representation.
Gambar 2. 3 Ilustrasi hubungan Perceived Space,Conceived Space dan Lived Space
Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2013
2.1.2 Ruang dan Pengalaman
Seperti yang dikatakan oleh Levebfre bahwa salah satu jenis interaksi kita terhadap
ruang adalah ketika kita merasakan persepsi yang diberikan oleh ruang tersebut.
Persepsi adalah proses dimana seseorang memperoleh informasi dari lingkungan
sekitar dan merupakan suatu hal yang aktif.
(Halim, 2005) menyatakan bahwa terdapat dua dasar teori persepsi. Pertama fokus
pada penerimaan dan pengalaman indera sedangkan yang lainnya pada pikiran
1
2
3
10
Universitas Indonesia
sebagai sebuah sistem yang saling berkaitan dan berhubungan. Salah satu teori
persepsi yang terkenal adalah teori Gestalt. Dalam teori ini, hal paling dasar yang
perlu diperhatikan adalah konsep tentang form, yaitu suatu elemen yang terstruktur
dan tertutup dalam pandangan visual seseorang. Teori ini menjelaskan bahwa ada
enam properti dasar yang mempengaruhi orang dalam mempersepsikan sebuah
form yaitu Proksimitas atau kedekatan, Similaritas, Ketertutupan (Closure),
Kesinambungan (Good Continuance), Bidang dan Simetri , serta Bentuk dan Latar
(Figure and Ground).
Jika teori Gestalt hanya menjelaskan persepsi secara visual maka Gibson (1966)
menjelaskan persepsi secara lebih luas dan mengutarakan panca indera sebagai
sebuah sistem persepsi yang dirangkum oleh Deddy Halim seperti di bawah ini :
Tabel 2. 1 Panca Indra sebagai sistem persepsi (Gibson, 1966)
Sumber : (Halim, 2005, hal. 172)
Nama Bentuk
Atensi
Unit
Penerima
Anatomi
Organ
Aktifitas
Organ
Stimulus
yg ada
Informasi
Eksternal yang
didapat
Sistem
Orientasi
Dasar
Orientasi
Umum
Reseptor
Mekanik
Organ-organ
vestibuler
Keseimbangan
tubuh
Gravitasi
dan
Akselerasi
Arah
Gravitasi,menjadi
terdorong
Sistem
Pendengaran
(auditori)
Mendengar Reseptor
Mekanik
Organ-organ
cochlea (daun
telinga dan
telinga
tengah)
Orientasi suara Getaran di
udara
Sifat dan Lokasi
Getaran
Sistem Peraba
(haptic)
Menyentuh Reseptor
mekanik
dan suhu
Kulit,sambun
gan dan otot
Eksplorasi
mekanis
Perubahan
jaringan,
konfigurasi
sambungan,
regangan
otot
Kontak mekanis,
bentuk obyek, sifat
material, kepadatan,
kekentala n
Sistem
Penciuman
(taste-smell)
Mencium Reseptor
kimia
Lubang
hidung
Mengendus
(membaui)
Komposisi
medium
Sifat mudah
menguap
11
Universitas Indonesia
Mengecap Reseptor
kimia dan
mekanik
Lubang mulut Mengecap Komposisi
obyek yang
dicerna
Nilai nutrisi dan
biokimia
Sistem
penglihatan
Melihat Reseptor
Mekanik
Mekanisme
okuler
(mata,otot
mata dll)
Akomodasi
pengaturan
pupil, fiksasi,
pemfokusan
Variabel
struktur
ambient
cahaya
Apapapunyang
dispesifikasi oleh
variabel struktur
optik
Teori persepsi ini berhubungan dengan konsep affordance dimana respon seseorang
terhadap persepsi yang diterima ditentukan oleh berbagai hal yang berasal dari
dalam maupun luar diri si penerima persepsi
Persepsi yang diterima tidak hanya persepsi yang berasal dari benda mati tetapi
tidak jarang juga berasa dari sesama manusia. Terdapat istilah personal space yang
berarti sebuah batas maya yang mengelilingi kita yang dirasakan sebagai wilayah
pribadi kita dan jika dilalui oleh orang lain akan menimbulkn perasaan tidak
nyaman. Personal space adalah sebuah konsep hubungan lingkungan-perilaku
sebagai sebuah bulatan atau gelembung yang tak terlihat, mengelilingi dan dibawa
bawa oleh suatu organisme dan ada diantara dirinya dan orang lain.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi bagaimana personal space seseorang ketika
berhubungan dengan orang lain diantaranya adalah sebagai berikut (Sommer, 1969)
Menurut faktor situasional, ketertarikan dan kesamaan terhadap sebuah hal dapat
membuat personal space seseorang menjadi lebih mengecil dan tetap merasa
nyaman walaupun berada di jarak yang sangat dekat dengan orang lain. Faktor lain
yang membedakan adalah faktor individual dimana seseorang memiliki
personalitas yang berbeda. Perbedaan Individual ini mulai dari perbedaan budaya,
ras, jenis kelamin, usia hingga kepribadian. Sedangkan menurut faktor terakhir
adalah faktor fisikal ruangan orang tersebut berada. Terkadang sebuah ruangan
memaksa seseorang untuk memperkecil personal spacenya misalnya dalam sebuah
kereta api yang sangat sempit. Dalam kondisi ini seseorang diharuskan untuk
bertoleransi terhadap orang lain dan mau berbagi ruang tanpa harus merasa
terganggu.
12
Universitas Indonesia
2.2 Seni Pertunjukan
2.2.1 Budaya, Seni dan Seni Pertunjukan
Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya karena manusia dikaruniai akal
atau budi untuk bisa membedakan dan memilih hal yang baik dan buruk untuk
dirinya. Manusia juga disebut makhluk yang berbudaya karena hal tersebut. Dalam
bahasa Sansekerta sendiri terdapat istilah buddayah yang merupakan bentuk jamak
dari kata Budhi yang berarti akal . Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani
dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure
jasmani, sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia
(Supartono, 2001; Prasetya, 1998). Dalam bahasa asing juga terdapat istilah culture
(Inggris), cultuur (Belanda) atau Kultur (Jerman) yang berasal dari bahasa latin
yang berarti pemeliharaan, pengolahan, dan penggarapan tanah menjadi tanah
pertanian. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
bahasa Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
kultur dalam bahasa Indonesia.
Menurut (Tylor, 1974) , kebudayaan adalah kompleks keseluruhan yang mencakup
ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat istiadat dan kemampuan-
kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat sedangkan menurut (Koentjaraningrat, 1986, hal. 180),
kebudayaan adalah “keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang
teratur oleh tata kelakuan, yang diperoleh melalui belajar dan tersusun dalam
kehidupan masyarakat”
Menurut J.J. Hoenigman (The World of Man, 1959, hal. 11-12), wujud kebudayaan
dibedakan menjadi tiga yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak.
Pengertian gagasan adalah wujud yang dianggap ideal dari kebudayaaan yang
berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai dan lain sebagainya yang bersifat abstrak;
tidak dapat diraba, dilihat maupun disentuh. Gagasan ini terletak di dalam kepala
dan alam pemikiran masyarakatnya. Ketika gagasan ini diwujudkan dalam bentuk
tulisan maka gagasan tersebut akan berada di dalam buku atau karangan hasil karya
penulis masyarakat tersebut.
13
Universitas Indonesia
Penegertian wujud aktivitas adalah apa yang disebut sebagai sistem sosial, yang
mengenai tindakan berpola dari manusia. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas
manusia ketika berinteraksi serta berhubungan dengan yang lain setiap waktu
menurut adat atau kelakuan. Aktivitas ini bersifat konkret, dapat diamati dan
didokumentasikan
Pengertian wujud adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Wujud kebudayaan ini
adalah yang paling konkret dan dapat terlihat dengan jelas karena berupa objek.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu
tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud
kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan
karya (artefak) manusia. Salah satu bentuk kebudayaan ini terlihat dalam karya seni
masyarakat.
2.2.2 Seni Pertunjukan sebagai event dan pengalaman
Seni dapat berbentuk objek seperti lukisan, tulisan, patung dan lain sebagainya atau
juga berbentuk pertunjukan. Perbedaan media inilah yang membedakan seni
menjadi seni rupa, seni literatur dan seni pertunjukan.Seni pertunjukan adalah
bentuk seni dimana sang seniman melakukan sebuah ekspresi melalui suara,
gerakan badan dalam sebuah pertunjukan di hadapan penonton.
Seni pertunjukan secara umum dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Musik (vokal, instrumental, gabungan)
2. Tari (representasional dan non-representasional)
3. Teater (dengan orang atau boneka/wayang sebagai dramatis personal)
Elemen waktu adalah elemen krusial dalam sebuah seni pertunjukan untuk
membentuk sebuah pengalaman kepada penikmatnya. Jika lukisan dan patung
berupa benda nyata yang bisa dipegang maka lain halnya dengan seni pertunjukan
yang berupa event. Hal ini diungkapkan oleh (Willson, 1991) yang menyebutkan
bahwa seni pertunjukan memberikan pengalaman dan emosi bukan dalam sebuah
14
Universitas Indonesia
objek melainkan melainkan dalam sebuah peristiwa yang bergerak seiring jalannya
waktu. Lebih lanjut Wilson juga mengutip kata kata dari Bernard Beckerman
mengenai kondisi ini
Theater is nothing if not spontaneous. It occurs. It happens. The novel can be
put away ,taken up, reread. Not Theater. It keep slipping between one’s fingers
. Stopping , it stops being Theater. Its permanent features, facets of activity ,
such as scenery,script, stage ,people, are no more Theater than two poles of
generator are electricity. Theater is what goes on between the parts.
(Willson, 1991, hal. 3)
Sebuah pertunjukan yang berhasil memberikan pengalaman kepada penontonnya
tentunya ditentukan oleh beberapa elemen. (Willson, 1991) menyebutkan bahwa
dalam teater,dan seni pertunjukan pada umumnya, ada lima elemen penting yang
perlu untuk diperhatikan yaitu penonton, event pertunjukan, karya pertunjukan,
latar belakang penciptaan karya atau konsep, dan lingkungan tempat pertunjukan
berlangsung. (Riantiarno, 2011) punya pendapat sendiri yang menyederhanakannya
menjadi tiga kekuatan utama yang bersinergi dalam membentuk sebuah peristiwa
teater yaitu pekerja teater, tempat dan komunitas penikmat yang dapat diuraikan
sebagai berikut :
a) Penonton
Penonton adalah salah satu elemen terpenting dalam sebuah seni pertunjukan.
Penonton adalah konsumen dari pertunjukan yang menikmati apa yang diberikan
oleh pelaku pertunjukan sebagai pelaku seni pertunjukan. Penonton adalah
konsumen yang ingin mendapatkan kepuasan ketika datang menonton sebuah
pertunjukan seni. Merekalah tujuan akhir dari alur penyampaian pengalaman ini
dalam pertunjukan.Dalam kenyataannya penonton tidak hanya menjadi objek yang
pasif dalam sebuah pertunjukan. Kehadiran penonton dalam sebuah pertunjukan
ikut berperan serta dalam menciptakan pengalaman baik yang diterima oleh
penonton lain maupun yang diterima oleh si pelaku pertunjukan sendiri.
Apakah penonton terdiri dari orang-orang dengan karakteristik dan golongan yang
sama atau tidak? Kumpulan penonton yang homogenous atau heterogenous dengan
15
Universitas Indonesia
berbagai kalangan tentunya mempengaruhi apa dan bagaimana pengalaman itu
terjadi. Menonton bersama dengan penonton yang berasal dari kalangan remaja
tentunya berbeda dengan ketika bersama profesional yang memang berkecimpung
di dunia pertunjukan.
Latar belakang penonton juga berpengaruh ke bagaimana pengalaman dan
bagaimana mereka menikmati pertunjukan tersebut. Pemahaman mereka dan apa
yang mereka harapkan dari sebuah pertunjukan akan mempengaruhi bagaimana
mereka menikmati pertunjukan. Orang yang menonton untuk pertama kali dan tidak
tahu tentang pertunjukan tersebut tentu akan berbeda dengan orang yang sudah
berkali-kali menonton pertunjukan yang sama. Bagaimana penonton menempatkan
dirinya dalam sebuah pertunjukan dan bagaimana dia bereaksi terhadap pertunjukan
tersebut adalah salah satu faktor yang membedakan bagaimana mereka menikmati
pertunjukan dan pengalaman seperti apa yang mereka terima.
b) Pelaku pertunjukan
Pelaku pertunjukan selaku pelaksana seni pertunjukan yang bertugas memberikan
pengalaman kepada penonton yang menikmatinya. Posisi pelaku pertunjukan
sebagai translator sebuah karya seni pertunjukan menjadi sebuah pertunjukan
penting karena merekalah yang membawa sebuah musik, karya seni ke bentuk event
dalam bentuk suara maupun gerak tubuh. Oleh karena itu individu pelaku
pertunjukan kemudian menjadi salah satu hal yang berpengaruh dan bertanggung
jawab dalam bagaimana pengalaman itu terjadi untuk dinikmati penonton.
Latar belakang pendidikan, usia, gender, dan hal-hal lain yang membentuk pelaku
pertunjukan sebagai seorang manusia secara langung ataupun tidak langsung akan
mempengaruhi proses interpretasi sebuah karya seni pertunjukan. Akan berbeda
tentunya ketika sebuah lagu perjuangan dibawakan oleh veteran perang dengan
ketika dibawakan oleh remaja. Pemahaman terhadap karya yang akan dibawakan
tentu saja akan bisa memberikan atmosfir pengalaman yang berbeda ketika
membawakannya.
Sebuah karya seni pertunjukan adalah sebuah bahan mentah yang harus dihidupkan
dalam event pertunjukan tersebut. Ibarat makanan maka sebaik apapun karya
16
Universitas Indonesia
pertunjukan ini diolah dan disajikan dalam event oleh pelaku pertunjukan akan
kurang berhasil jika si karya seni sendiri tidak berhasil. Begitu juga sebaliknya jika
sebuah karya seni pertunjukan tidak berhasil diolah dengan baik maka sia-sialah
potensi sebuah karya seni pertunjukan itu.
Ide dan konsep dalam sebuah karya pertunjukan tentunya memberikan pengalaman
yang berbeda kepada tiap penonton yang berbeda. Oleh karena itu mempelajari
karya pertunjukan apa yang dibawakan baik itu berupa lagu, naskah drama dan yang
lainnya menjadi penting.
c) Lingkungan Pertunjukan
Lingkungan tempat pertunjukan terjadi bukanlah hanya sekadar tempat pelaku
pertunjukan untuk beraksi secara fisikal tetapi juga sebagai salah satu elemen yang
menciptakan suasana dan membentuk pengalaman ruang yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi pertunjukan.
Wilson menulis peranan lingkungan dalam seni pertunjukan sebagai berikut,
“ The physical environment of a Theater production is an important part of
experience. Whether the Theater spaces is indoor or outdoors, whether it is large
or small, the shape of the stage and its relationship to the audience help
determine the nature of the Theater experience” (Willson, 1991, hal. 12)
2.3 Arsitektur dan Seni Pertunjukan
Pada zaman primitif, ruang untuk pertunjukan yang biasanya dimaksudkan dengan
tujuan kepercayaan dan religi diadakan di alam terbuka. Tempat pertunjukan
tersebut bisa saja hanya berupa sebuah tempat dibawah naungan pohon besar atau
tempat lainnya. Tempat yang dikhususkan untuk pertunjukan seni pertama dimulai
oleh bangsa Yunani dengan AmpiTheaternya. Walaupun masih sangat awal tapi
AmpiTheater sudah mengaplikasikan ilmu akustik di dalam designnya bahkan
sempat disebutkan bahwa suara koin yang jatuh di tengah pentas dapat terdengar
hingga ke area paling belakang tempat penonton.
17
Universitas Indonesia
Gambar 2. 4 Bangunan Roman AmpiTheater
Sumber :
http://us.123rf.com/400wm/400/400/dbajurin/dbajurin0901/dbajurin090100053/4118698-roman-
amphiTheater-in-amman-al-qasr-site-jordan.jpg, 2013
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, maka berkembang pula seni
pertunjukan dengan berbagai jenis seni dan cara pertunjukan baru, untuk bisa
mendukungnya maka bangunan pertunjukan seni juga semakin berkembang.
Pengetahuan dan teknologi baru di bidang akustik, dan pencahayaan serta lainnya
memberi peranan besar terhadap hal ini sekaligus membuka berbagai kemungkinan
baru dalam melakukan sebuah pertunjukan.
2.3.1 Desain Ruang Pertunjukan
Menurut (Appleton, 2008) dalam Building for The Performing Arts dalam
merancang sebuah ruang1
pertunjukan haruslah terlebih dahulu memperhitungkan
berbagai macam faktor yang terkait seperti konsep pertunjukan, site, jenis
pertunjukan, kapasitas dan lain sebagainya. Mengenai jenis petunjukan yang
berhubungan dengan desain bangunan, (Appleton, 2008) menyatakan bahwa
setidaknya dapat dibagi menjadi Musik klasik, Opera, Tari, Pertunjukan Musikal,
Jazz, Musik Pop/Rock, dan Drama. Jenis pertunjukan tentunya memerlukan
konfigurasi elemen arsitektur dan interior yang berbeda baik dari zoning, akustik,
pencahayaan dan lain sebagainya.
1
Atau gedung,bangunan
18
Universitas Indonesia
Masalah lain yang harus diperhitungkan adalah masalah site ruang pertunjukan
tersebut. Bagaimana hubungannya dengan bangunan di sekitarnya,
keterjangkauannya oleh target pengunjungnya, status bangunannya apakah
permanen atau tidak, milik pemerintah atau tidak. Hal ini menentukan jenis
treatment dan pendekatan seperti apa yang akan dilakukan untuk menciptakan
ruang pertunjukan tersebut. Apakah menggunakan metode Intervention yaitu
pendekatan dengan cara merubah bangunan lama menjadi lebih baik sehingga lebih
layak, namun tetap saling berkait antara bangunan lama dan yang baru setelah
diperbaiki; Insertion yaitu memasukkan dimensi yang telah ditentukan dalam batas
bangunan yang ada ; atau malah Installation yaitu menambahkan elemen baru (bisa
seperti bangunan baru) yang bisa jadi dipengaruhi bangunan yang ada, ditempatkan
dalam batasan bangunan yang ada itu sendiri (Friedman, 2003).
2.3.2 Stage dan Auditorium
Salah satu bagian paling penting dalam sebuah gedung pertunjukan adalah Pentas
dan Auditorium. Pentas berarti sebuah tempat yang dipergunakan untuk
mempertunjukkan suatu pemeranan yang dengan sadar mengisyarakatkan sebuah
nilai kesenian. Pentas disini belum tentu merupakan sebuah panggung karena
panggung adalah sebuah tempat dengan ketinggian tertentu. Secara fisik terlihat
bahwa ada perbedaan diantara kedua istilah ini walaupun secara fungsi dan
tujuannya sama yaitu tempat pertunjukan (Padmodarmaya, 2008, hal. 26-27)
Jika pentas adalah tempat bermainnya maka tempat untuk menontonnya disebut
auditorium. Berdasarkan hubungan letak dan layout dari pentas/stage dan
auditorium ini maka jenis ruang pertunjukan dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu
Proscenium, Arena , Thrust Stage dan The created or found space. Keempat jenis
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Proscenium
Proscenium adalah bentuk pentas yang menggunakan ketinggian dan biasanya kita
sebut sebagai panggung. Pada pentas ini hubungan antara panggung dan auditorium
dipisahkan atau dibatasi dengan dinding dan lubang prosenium. (Padmodarmaya,
2008, hal. 30) Dengan bentuk pentas seperti ini terlihat batas yang jelas antara
penonton dan penampil. Selain itu dengan adanya panggung yang memiliki
19
Universitas Indonesia
ketinggian yang lebih dibanding daerah auditorium maka penampil bisa terlihat
lebih jelas.
Gambar 2. 5 Tampilan (kiri) dan layout pentas Proscenium (kanan)
Sumber :
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a7/Auditorium_Building14.jp
g/300px-Auditorium_Building14.jpg (kiri); http://blogs.swa-
jkt.com/swa/10310/files/2012/03/proscenium.jpg (kanan), 2013
b) Arena
Arena adalah bentuk ruang pertunjukan dimana auditorium berada mengelilingi
area pentas. Bentuk ini adalah bentuk pentas yang paling sederhana dibanding yang
lain. Area pentas tidak berada lebih tinggi dari bahkan terkadang justru lebih rendah
dari auditorium. Bentuk pentas seperti ini adalah bentuk tertua dari pentas
pertunjukan. Bentuk arena seperti ini memaksimalkan hubungan antara pelaku
pertunjukan dan penonton, tapi meminimalkan terjadinya ilusi teatrikal.
20
Universitas Indonesia
Gambar 2. 6 Tampilan (kiri) dan layout pentas bentuk Arena (kanan)
Sumber : http://www.geneseo.edu/~blood/Spaces3.html (kiri) ; http://blogs.swa-
jkt.com/swa/11167/files/2012/04/arena-300x247.jpg (kanan) , (2013)
c) Thrust Stage
Thrust Stage adalah ruang pertunjukan dengan bentuk setengah lingkaran. Jenis
ruang ini bisa dianggap sebagai gabungan antara jenis Proscenium dan Arena.
Perbedaannya dengan jenis Arena adalah terdapatnya sisi latar di belakang pentas
yang biasanya terdapat di jenis Proscenium. Ilusi teatrikal akan sangat berkurang
dalam thrust stage karena tidak adanya bingkai yang membatasi event yang terjadi
dalam pentas dan penonton dapat melihat pertunjukan sekaligus penonton secara
bersamaan
Gambar 2. 7 Tampilan (kiri) dan Layout Thrust Stage (kanan)
Sumber : http://images.wikia.com/phase/images/0/07/Thrust_Stage_001at20.jpg (kiri) ;http://hs-
Theater-ib1.ism-online.org/files/2010/10/thrust-stage.jpg (kanan), 2013
21
Universitas Indonesia
d) Created and Found Space
Created and Found Space adalah jenis ruang pertunjukan yang secara fisik tidaklah
dipersiapkan untuk sebuah pertunjukan seni. Ruang pentas muncul secara alami
ketika pertunjukan itu dimulai, contohnya adalah para pengamen yang bermain
musik dan menyanyi di dalam bus kota atau kereta api, atau misalnya pertunjukan
sulap pinggir jalan yang kemudian dikerumuni oleh banyak orang.
Gambar 2. 8 Created and found stage yang terjadi ketika seorang pesulap jalanan melakukan
pertunjukannya
Sumber:http://www.flickr.com/photos/peteriches/5374050276/, 2013
Sebenarnya jenis layout stage dan auditorium ini masih dapat dibagi lagi menurut
kepentingan dan bentuknya secara spesifik (lihat lampiran 3). Jenis layout yang
berbeda ini tentunya menghasilkan pengalaman menonton yang berbeda pula.
Hal selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah masalah auditorium yang
merupakan tempat penonton untuk menikmati pertunjukan. Penonton harus bisa
mendengar dan melihat pertunjukan secara nyaman dan performer juga harus bisa
melihat penonton sehingga menunjukkan ekspresi atau memberikan respon kepada
penonton.
Indra pendengaran dan penglihatan manusia memiliki keterbatasan sehingga hanya
bisa mendapat rangsang hingga batas jarak dan sudut tertentu saja. Perhatikan
gambar 2.9 yang menunjukkan area auditorium maksimal yang bisa dilihat oleh
performer. Performer pada posisi B akan memiliki sudut pandang horizontal
22
Universitas Indonesia
sepanjang garis Y, tetapi jika dalam potongan maka terlihat bahwa sudut
pandangnya juga terbatas secara vertikal
Gambar 2. 9 Ilustrasi batasan aural dan visual dalam stage dan auditorium
Sumber : (Appleton, 2008, hal. 112)
Untuk masalah batasan jarak antara performer dan penonton, tiap jenis pertunjukan
memiliki jarak maksimal masing-masing. Drama sebaiknya tidak lebih dari 20
meter agar ekspresi wajah pemainnya terlihat, opera dan pertunjukan musikal
maksimal 30 meter karena ekspresi tidak terlalu krusial dan lebih mementingkan
suara, pertunjukan tari sebaiknya juga tidak lebih dari 20 meter agar penonton bisa
melihat gerakan tubuh penarinya. Untuk sebuah auditorium yang akan digunakan
untuk berbagai jenis pertunjukan maka kondisi jarak stage-auditorium yang paling
utamalah yang didahulukan.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam auditorium adalah masalah tempat duduk,
baik masalah layout maupun levellingnya. Pengaturan tempat duduk yang tidak
nyaman akan membuat kenikmatan saat menonton pertunjukan juga terganggu.
Pengaturan yang terlalu padat atau tempat duduk yang terlalu sempit adalah contoh
hal yang dapat menganggu.
Menurut (Appleton, 2008), jumlah tempat duduk maksimal dalam sebuah row
adalah 22 jika ada jalur gerak keluar masuk di kiri kanannya, atau 11 jika hanya ada
1 jalur gerak keluar masuk. Jarak antara row sebaiknya tidak kurang dari 400mm
dan lebih dari 500mm. Selain itu, untuk menyesuaikan dengan kondisi mata mansia
yang memiliki sudut padang terbatas dan adanya halangan dari penonton di depan
130°
23
Universitas Indonesia
maka sebaiknya dalam pengaturan kursi penonton dibuat levelling dengan
perhitungan ukuran seperti yang terlihat dalam gambar .
Gambar 2. 10 Perhitungan jarak untuk pengaturan kursi (Atas) dan Ilustrasi jarak pandang vertikal
manusia (Bawah)
Sumber : (Appleton, 2008, hal. 129)
2.3.3 Skenografi
Dalam menciptakan lingkungan pertunjukan dan suasana yang diinginkan untuk
mendukung sebuah pertunjukan yang sukses diperlukan penataan berbagai hal
pendukung lain tidak hanya pentas saja tetapi mulai dari set panggung, properti,
pencahayaan hingga ke para pelaku pertunjukan dari busana, rias wajah dan rambut.
Penataan berbagai hal tersebut disesuaikan dengan konsep dan pertunjukan yang
akan ditampilkan agar memberikan pengalaman yang nyata dan lebih jelas
dirasakan oleh penonton.
24
Universitas Indonesia
Dalam seni pertunjukan ada yang dikenal dengan skenografi. Berdasarkan
etimologinya Scenograph berasal dari bahasa Yunani ,skēnē, yang berarti panggung
atau lingkungan; grapho, yang berarti menjelaskan , jadi dapat diambil kesimpulan
bahwa skenografi adalah sesuatu yang menjelaskan lingkungan di pentas. Buku
What is Scenography menunjukkan pendapat banyak ahli yang memberi mengenai
definisi skenografi misalnya :
a) Josef Svoboda (Czech Republic) : The interplay of space, time, movement
and light on stage
b) Tali Itzhaki (Israel) : Everything on stage that is experienced visually—in
essence, a human being in a human space.
c) Miodrag Tabacki (Yugoslavia) : The visual space of the performance
conceived through an idea, shaped into a physical and architectural whole.
(Howard, 2002, hal. 8)
Penulis sendiri mempunyai pendapat bahwa Jika pentas diumpamakan sebagai
wajah maka skenografi adalah berbagai make up untuk memperindah wajah
tersebut untuk berbagai kesempatan dan waktu.
Skenografi tidak hanya sekadar menghias panggung dengan berbagai macam
pernak pernik yang indah tetapi lebih ke bagaimana menciptakan suasana yang
mendukung pertunjukan seni. Menurut (Riantiarno, 2011) dalam Kitab Teater , ada
beberapa elemen yang perlu diperhatikan dalam sebuah sebuah skenografi yaitu
properti, busana, rias wajah dan rambut serta pencahayaan. Disini terlihat bahwa
selain menata panggung juga dilakukan penataan terhadap si penampil yang akan
muncul di panggung untuk bisa memperkuat suasana yang dihadirkan.
Bagaimanapun skenografi yang baik tentunya terjadi ketika semua elemen tersebut
dapat menyatu dan dapat dinikmati oleh penonton seperti yang dikatakan oleh
Pamela Howard “The scenographer’s work is not complete until the first audience
arrives in the Theater and the moment comes to make the weeks of private
preparation, public.” (Howard, 2002, hal. 105)
25
Universitas Indonesia
BAB 3
STUDI KASUS : JKT48 THEATER
3.1 Pop Culture
Seiring berkembangnya zaman semakin banyak bentuk seni, termasuk seni
pertunjukan yang muncul. Hal ini tidak lepas dengan kehadiran popculture sebagai
salah satu jenis budaya yang hadir di perkembangan zaman tersebut. Menurut
oxforddictionaries.com , popculture adalah “commercial culture based on popular
taste”, budaya komersial yang berdasarkan selera dan popularitas atau tren yang
ada. Seperti definisinya budaya ini memang berfokus kepada profit dan
komersialisasi budaya yang mereka ciptakan.
Sudah banyak budaya Pop Jepang yang berhasil masuk ke pasar Internasional dan
dinikmat secara global. Di bidang Fashion terdapat gaya Harajuku yang sangat
terkenal. Harajuku sendiri sebenarnya adalah sebutan populer sebuah daerah di
distrik Shibuya, Tokyo dimana banyak remaja yang berpakaian aneh.
Gambar 3. 1 Remaja putri yang bergaya Harajuku di Jepang
Sumber : http://skyelarkbirdy.files.wordpress.com/2011/04/harajuku211.jpg, 2013
26
Universitas Indonesia
Di bidang hiburan terdapat manga dan anime dari Jepang yang tidak hanya disukai
oleh anak-anak tetapi juga remaja dan bahkan orang dewasa. Walaupun komik dan
kartun bukan berasal dari Jepang tetapi mereka berhasil mengembangkannya
hingga memunculkan istilah baru yaitu manga dan anime yang secara spesifik
berarti kartun dan komik buatan Jepang. Anda pasti masih mengingat kartun
Doraemon, SailorMoon, Dragon Ball yang tayang setiap hari Minggu di stasiun TV
swasta lokal di era 90an dan sangat dinantikan oleh anak-anak. Bahkan kartun
Doraemon dan Dragon Ball masih ditayangkan di salah satu televisi swasta hingga
saat ini.
3.1.1 Idol Culture
Salah satu budaya popculture (dan subculture) yang berkembang di Jepang adalah
Idol. Dalam budaya Jepang, idol (アイドル aidoru) adalah seseorang (pria atau
wanita) berusia belasan hingga awal 20 tahun yang memiliki penampilan menarik
dan memiliki kemampuan di dunia hiburan seperti tarik suara, modeling, akting,
dan lain sebagainya. Idol ini akan dididik dan dipromosikan oleh pihak
manajemennya sampai mereka dirasa (atau merasa) siap (atau juga bisa karena
faktor umur) untuk memasuki dunia hiburan secara individual atau dikenal dengan
sebutan lulus seperti layaknya sekolah.
Terdapat berbagai macam jenis idol sesuai dengan bidang yang dikhususkan
untuknya misalnya Variety Idol (Badadoru = Baraieti idoru), idol model bikin
(gravure idol), idola yang berumur dibawah 15 tahun ( U-15 idol), idol video
dewasa (Nudoru= Nude Idol/idoru), idol penyanyi enka (Endoru = Enka
Idol/aidoru). Selain itu juga terdapat idol dalam berbagai minat minat masing-
masing seperti , rakugo2
(raidoru) ,perkeretaapian (tetsudoru), robot (robodoru),
militer (milidoru), pasar saham (kabudoru), ikan (sakanadoru), hingga idola
pertanian (nodoru) ("Idol Group." J Pop Culture - Oct. 2012: 22-25. Print.)
Hingga pertengahan tahun 1980an citra seorang idol diposisikan layaknya bintang
yang berada diatas masyarakat biasa. Hal ini didobrak dengan kemunculan grup
idola Onyanko Club yang dilahirkan dalam variety show Fuji TV Yuyake Nyan
2
Rakugo adalah seni bercerita tradisional Jepang yang mengisahkan cerita humor yang dibangun
dari dialog dengan klimaks cerita yang tidak terduga
27
Universitas Indonesia
nyan pada tahun 1985. Anggota Onyanko Club dicitrakan sebagai gadis biasa
layaknya teman sekolah seperti yang dikatakan dalam buku Japan Pop : Inside the
world of Japanese Popular Culture mengenai idol ini, “Playing on young people's
social needs, Japan's life-sized pop idols are produced and marketed as
personifiers of a typical "girl or boy next door," chosen to become "lucky stars"
and to represent their generation.” (Craig, 2000, hal. 311)
Dengan sistem marketing seperti itu maka idol dituntut tidak hanya bisa menyanyi,
menari maupun berakting dengan baik tetapi juga membangun interaksi dengan
para fansnya. Berbagai kegiatan selain stage performance diadakan untuk
membangun intimacy antara fans dan idol mulai dari handshake event, foto bersama
sign event, blog, dan sosial media. Budaya idol ini masih menjadi pro dan kontra di
masyarakat Jepang karena dianggap minim talenta dan merusak industri musik dan
hiburan, walaupun begitu konsep idol ini kemudian menjadi salah satu industri yang
memberikan profit paling banyak di sektor entertainment.
3.1.2 Chant dan Wotagei sebagai Respon Fans
Wotagei berarti "wota (idol fan) art". Wotagei mengacu pada gerakan dan teriakan
penyemangat yang dilakukan oleh wota. Walaupun demikian wotagei ini boleh
dilakukan oleh siapa saja dan tidak terbatas oleh wota saja.Ketika menonton
pertunjukan JKT48 ada teriakan yang diserukan oleh penonton/fans seiring nada
lagu.Teriakan ini disebut sebagai Chanting Mix yang merupakan salah satu cara
untuk mendukung dan menyemangati idol ketika sedang tampil. Teriakan ini
dilakukan pada waktu tertentu pada intro maupun sela sela tertentu. “Meneriakkan
Mix ini bukanlah sebuah kewajiban tetapi ketika melakukannya bisa merasakan
kesatuan dengan pertunjukan yang sedang terjadi diatas panggung” (JKT48, 2012,
hal. 28)
3.1.3 Lightstick
Lightstick adalah atribut wajib para fans sebuah idol group. Fans akan
mengayunkan lightstick ini sepanjang pertunjukkan untuk lebih memeriahkan
suasana. Warna warni yang muncul dari lightstick yang dipegang oleh para fans ini
memang selalu memberikan pemandangan yang menarik dalam setiap pertunjukan.
Lightstick ini juga digunakan ketika melakukan sebuah gerakan wotagei.
28
Universitas Indonesia
Gambar 4. 1 Lightstick sebagai atribut wajib saat menonton idol (kiri), memberikan berkas
cahaya yang menarik saat konser (tengah), maupun saat melakukan wotagei (kanan)
Sumber : kaskus.co.id (kiri);
http://drewleefacingtheworld.blogspot.com/2013_03_01_archive.html (tengah);
http://adwindokukar.blogspot.com/2012/11/pesta-langit-malam-langit-tenggarong.html (kanan)
3.1.4 Fans
Fans sebuah Idol Group pada umumnya adalah remaja laki laki yang mayoritas
masih duduk dibangku sekolah. Hal ini berbeda dengan sister group lain di Jepang
dimana fansnya mayoritas terdiri dari para pekerja muda lajang yang memang
mencari hiburan dan menghilangkan penat setelah kerja. Tidak jarang kita akan
menjumpai fans yang masih mengenakan kemeja kerjanya saat menonton
pertunjukan idol.
Di Jepang sendiri Idol group tidak hanya dimonopoli remaja laki laki atau pria
paruh baya tetapi juga perempuan, anak kecil hingga orang lanjut usia. Pertunjukan
idol group seakan telah menjadi pilihan hiburan alternatif yang menarik walaupun
terkadang masih menuai pro dan kontra dengan tuduhan eksploitasi anak dibawah
umur serta menjual romantisme dan sensualisme terselubung.
29
Universitas Indonesia
Fans yang sudah sangat fanatik biasanya disebut dengan istilah Wota. Wota istilah
umum untuk Idol Otaku, dimana Otaku sendiri berarti orang yang sangat terobsesi
dengan hobinya,mungkin hampir sama dengan istilah geek, sehingga Wota berarti
adalah orang yang sangat terobsesi dengan idolnya. Penampilan para wota ini
biasanya sangat mencolok ketika menonton performance idolanya dengan berbagai
macam atribut, walaupun tidak semuanya seperti itu.
Gambar 3. 2 Wota biasanya sangat terobsesi dengan idolanya sampai rela mengumpulkan berbagai
merchandise yang berhubungan dengan mereka (kiri) dan berpakaian sangat mencolok untuk
menujukkan kecintaannya pada idolanya (kanan)
Sumber : http://makoto-anon.tumblr.com (kiri); http://newschoolkaidan.com/the-way-of-the-wota/
(kanan), 2013
3.2 Idol Group AKB48 dan JKT48
AKB48 adalah idol group yang diproduseri oleh Akimoto Yasushi yang
sebelumnya juga memproduseri Onyanko Club. Nama AKB48 diambil dari
Akihabara (atau bisa juga disingkat Akiba), sebuah area di Tokyo yang merupakan
pusat tempat perbelanjaan elektronik dan hobi seperti anime, manga, games dan
lain sebagainya. Teater tempat pertunjukan AKB48 berada di lantai 8 Don Quixote
(atau Don Quijote) yang merupakan salah satu tempat perbelanjaan di Akihabara.
Angka 48 sendiri berasal dari nama bos office 48, perusahaan yang menaungi grup
ini, yaitu Shiba Kotaro , Shi = 4 dan ba = 8
30
Universitas Indonesia
a) Konsep
Pembentukan AKB48 dimulai ketika Akimoto Yasushi atau yang biasa dipanggil
Aki P berniat untuk membuat sebuah idol group dimana kita bisa melihat dan
bertemu dengan idola kita tidak hanya melalui siaran di TV atau pertunjukan yang
terbatas. Aki P memperkenalkan konsep “Idol you can meet” berbasis teater dengan
pertunjukan yang diadakan hampir setiap hari sehingga para fans dapat bertemu
dengan idolanya. Alih alih memberi citra glamor sebagai idola yang dipuja, anggota
AKB48 memposisikan diri sebagai seseorang yang perlu didukung dengan segala
keterbatasannya. “Kami ingin mendukung mereka seperti menjaga seekor burung
kecil sebelum ia bisa terbang ke langit”, begitu kata seorang fans (中居正広の金
曜日のスマたちへ (Nakai Masahiro no Kinyoubi no SUMAtachi e), 2012)
b) Overseas Group
Seiring dengan semakin berkembangnya popularitas grup AKB48 maka dibukalah
“cabang” di beberapa daerah yaitu SKE48 yang berpusat di Nagoya,Sakae; NMB48
yang berpusat di Namba,Osaka; HKT48 yang berpusat di Hakata,Fukuoka; dan
SDN48 yang mengkhususkan pertunjukan untuk dewasa setiap sabtu malam
(Saturday Night). Pada September 2011 kemudian dimulai pula audisi untuk first
overseas sister group di Indonesia yaitu JKT48 yang berpusat di Jakarta dan debut
perdana di televisi pada November 2011.
c) Setlist
Dalam setiap pertunjukan di teater JKT48 dan 48group lainnya terdapat sebuah
setlist yang merupakan kumpulan lagu yang dibawakan secara teatrikal dengan
musik dan tari secara nonstop selama kurang lebih 2 jam. Tiap setlist memiliki tema
masing masing yang terlihat dari lirik dan jenis pembawaan yang lagu yang ada di
dalamnya. Hingga saat ini AKB48 sudah memiliki 17 jenis setlist (lihat lampiran
1). JKT48 sendiri membawakan Setlist Pajama Drive, dan Renai Kinshi Jourei
(aturan anti cinta) dengan lirik yang sudah diubah ke dalam bahasa Indonesia.
31
Universitas Indonesia
Secara umum pertunjukan sebuah setlist dibawakan dengan alur sebagai berikut :
i. Sebelum show dimulai akan ada Kageana (Shadow Announcer) yaitu salah
seorang performer yang akan menyapa penonton dari balik layar dan
menjeaskan peraturan dari show
ii. Lampu akan dimatikan hingga keadaan benar benar gelap. Kemudian akan
ada overture yang bisa dianggap sebagai pembuka dari pertunjukan.
Overture ini bisa dianggap sebagai sebuah ritual yang harus diadakan
sebelum pertunjukan 48fam bahkan ketika melakukan pertunjukan di luar
teater
Berikut lirik Overture JKT48 :
J.K.T. 48!!
Everybody!
A live act never seen before!
Here in World famous Jakarta, Indonesia
These angels have come down to perform for you!
Are you ready?
Are you ready?
JKT 48!
JKT 48!
Come on!
Are you ready?
iii. Kemudian seluruh member3
akan muncul dan langsung membawakan 3-4
lagu secara nonstop tanpa jeda.
3
Seluruh member yang dimaksud adalah member yang perform dalam 1 show tersebut yang
berjumlah 16 orang
32
Universitas Indonesia
iv. Setelah lagu ini seluruh member akan berbaris di stage ( panggung) untuk
melakukan Jikoushoukai atau perkenalan diri dengan catchphrase masing
masing sambil membahas tentang satu tema yang dipilih.
v. Selanjutnya adalah pembawaan lagu secara sub unit yang terdiri dari 2
hingga 5 member secara berturut turut
vi. Kemudian akan ada MC lagi sekitar 7 menit dengan berbagai topik
vii. Kemudian akan ada 3 lagu berturut yang dibawa secara bersamaan
viii. Selanjutnya akan ada MC lagi selama sekitar 7 menit
ix. Member lalu memberitahukan bahwa ini adalah lagu terakhir kemudian
membawakannya
x. Meneriakkan Encore
xi. Setelah 5-8 menit member akan muncul lagi dan membawakan encore satu
lagu.
xii. Akan ada MC dan ucapan terimakasih karena sudah meminta encore sambil
membahas satu tema lagi
xiii. Member membawakan lagu terakhir
xiv. Lampu mati, pertunjukan selesai
xv. Akan ada Kageana lagi yang meminta penonton untuk bersabar sejenak
sebelum keluar dari dalam teater.
Setelah pertunjukan teater akan ada sesi hitouch4
sambil penonton keluar dari
ruangan teater.
d) Performer
Sama seperti idol group pada umumnya di Jepang, AKB48 dan sistergroupnya juga
merekrut gadis-gadis remaja untuk dididik menjadi seorang idola. JKT48 saat ini
terdiri dari 21 + 2 Tim J dan 28 KKS (Kenkyusei/Trainee) remaja putri dengan umur
4
Versi pelan dari Hi Five
33
Universitas Indonesia
bervariasi dari yang paling muda 13 tahun dan yang paling tua berumur 21 tahun
dengan mayoritas anggota berumur 14-18 tahun.
Ada beberapa peraturan utama yang harus ditaati oleh seorang anggota idol group
yang biasa disebut dengan Seven Golden Rules, peraturan ini pada awalnya dibuat
oleh Akimoto Yasushi untuk Onyanko club tapi kemudian diadaptasi oleh AKB48
dan idol group lainnya.
Peraturan-peraturan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Dilarang pergi ke diskotik.
b) Dilarang tanda tangan di sembarang tempat [kecuali untuk merchandise
yang akan di jual].
c) Tidak boleh mabuk2an dan merokok.
d) Tidak boleh pacaran.
e) Pergi ke tempat wisata harus beserta penjaga / pengawas / wali.
f) Sekolah / pendidikan adalah hal yang utama.
g) Tidak boleh memakai pakaian yang mencolok (yang ini tergantung
jaman) dan make-up yang tebal.
Dari ketujuh peraturan tersebut,yang sering mendapat perhatian adalah masalah
tidak boleh pacaran,hal ini kemudian diangkat oleh Akimoto Yasushi menjadi
sebuah lagu dengan judul Renai Kinshi Jourei atau dalam bahasa Indonesia berarti
Aturan Anti Cinta. Peraturan yang melarang anggota idol group untuk berpacaran
sebenarnya dapat dianggap untuk menjaga “ilusi” interaksi dengan fans. Anggota
idol group yang ketahuan berpacaran oleh fans biasanya akan dianggap
pengkhianat oleh fans bahkan dipaksa keluar dari idol group tersebut.
3.3 JKT48 Theater Sebagai Event dan Tempat Pertunjukan
JKT48 Theater dapat berarti sebuah pertunjukan seni teatrikal atau juga berarti
tempat pertunjukan , hal ini menjadi menarik karena hubungan antara arsitektur dan
seni pertunjukan terlihat sangat jelas disini dan tidak bisa dipisahkan. Pertunjukan
48 groups diadakan di sebuah sebuah teater permanen secara berkala hampir setiap
harinya. Teater ini biasanya berada di sebuah pusat perbelanjaan yang banyak
dikunjungi oleh orang muda. JKT48 Theater berada di lantai 4 Fx, sebuah pusat
34
Universitas Indonesia
perbelanjaan di daerah Senayan, Jakarta. Di sebuah tenant disinilah JKT48
(hampir) setiap hari mengadakan pertunjukan dan dua kali show setiap akhir pekan
(Sabtu dan Minggu). Tempat ini baru aktif dipergunakan sebagai tempat
pertunjukan permanen mulai 8 September 2012 setelah sebelumnya shownya
diadakan di teater sementara yaitu di NAS ( Nyi Ageng Serang) pada bulan Mei
dan Pasaraya Blok M pada bulan Juni dan Juli. Berada di daerah Senayan yang
merupakan kawasan perkantoran merupakan keuntungan tersendiri karena para
pekerja yang ingin menonton dapat singgah setelah jam kerjanya. Selain itu fX juga
dekat dengan kompleks Istora Senayan dan Gelora Bung Karno yang sering
dijadikan tempat berbagai kegiatan sehingga akses transportasinya mudah .
Gambar 3. 3 Layout JKT48 Theater (kiri) dan tampilan depan di JKT48 Theater (kanan)
Sumber : http://mazroy48.tumblr.com/post/31915965058/jkt48-Theater-layout-source-2ch-id-
gjp5jtzs0 (kanan) ; http://www.jkt48.com/ (kiri), 2013
JKT48 Theater berkapasitas sekitar 210 orang, 180 kursi untuk penonton duduk,
dan 30 penonton berdiri. JKT48 Theater menggunakan sistem thrust Stage dalam
ruang pertunjukannya yang ditandai dengan adanya bagian latar di belakang stage
35
Universitas Indonesia
dan area penonton yang nyaris melingkari stage. Dalam ruang pertunjukan JKT48
terdapat beberapa area yang dapat dikelompokkan sebagai berikut
Gambar 3. 4 Denah JKT48 Theater (kiri) dan tampilan dalam ruang pertunjukan di JKT48 Theater
(kanan)
Sumber : Ilustrasi pribadi (kiri); http://journalistjkt48.blogspot.com/2012/12/teater-jkt48-
adalahteater-eksklusif.html (kanan) , (2013)
1.Stage
Stage adalah area dimana para member JKT48 menanyi ,menari dan lain
sebagainya. Stage ini berukuran kurang lebih 8 x 2,5 m dengan ketinggian +/- 50
cm . Bagian samping dan belakang stage ditutupi dengan kain berwarna hitam .
2.Area Penonton
Area penonton atau yang juga disebut auditorium dalam JKT48 Theater terdiri dari
dua jenis yaitu area duduk dan area berdiri. Area duduk merupakan tempat duduk
penonton yang berupa barisan kursi berwarna biru dan hijau. kursi di area ini terdiri
dari 5 baris dan 20 kolom untuk tiap warnanya. Warna ini dimaksudkan untuk
memudahkan pembagian kursi bagi penonton. Area berdiri berada di daerah
belakang area duduk yang hanya dibatasi dengan tali pembatas.
3.Area Kontrol
Area kontrol berada di bagian paling belakang tengah persis menghadap stage. Di
area ini diletakkan instrumen pengaturan akustik dan cahaya selama pertunjukan.
Selain itu di daerah ini juga para staf memberikan cue kepada performer mengenai
Stage
Standing
Area
Duduk
Control
Area
Duduk
36
Universitas Indonesia
berbagai hal misalnya berhentinya mc atau malah memperpanjang durasi mc karena
ada masalah di backstage dan semacamnya
3.3.1 Skenografi
Set panggung dalam JKT48 Theater cenderung sangat minim dekorasi bahkan bisa
dibilang tidak ada. Bagian stage yang dipulas warna hitam kelam polos membuka
kemungkinan sebagai layar dasar berbagai konsep pertunjukan yang berbeda dalam
waktu singkat yang berarti juga pengalaman yang berbeda beda.
a) Busana
Dalam pertunjukan AKB48 dan sistem grupnya, kostum adalah sebuah hal yang
sangat penting dan sangat diperhatikan. Kostum yang biasa disebut dengan istilah
seifuku yang sebenarnya berarti seragam (ala pelaut) yang merupakan ciri khas
seragam sekolah perempuan Jepang menjadi daya tarik dari grup ini yang
menonjolkan semangat muda dan kesegaran mereka. Dalam Sebuah setlist
setidaknya ada 5-6 jenis seifuku yang digunakan. Seifuku ini diganti setiap beberapa
lagu untuk menyesuaikan dengan lagu yang dibawakan.
Gambar 3.5 Kostum dalam pertunjukan JKT48 diatur spesifik untuk tiap lagunya, seperti pada
lagu Shiori Shirt (kiri) dan lagu Tenshi no Shippo (kanan)
Sumber : Kapanlagi.com, 2013
b) Pencahayaan
Pencahayaan dalam JKT48 Theater bisa dibilang tidak kalah dengan petunjukan
konser artis pada umumnya. Dengan berbagai jenis lampu sorot berwarna warni
menghasilkan tata cahaya yang berbeda untuk setiap lagu untuk mendukung
pertunjukan.
37
Universitas Indonesia
c) Akustik
Sumber suara utama dalam JKT48 Theater berasal dari speaker yang berjumlah 10
buah berada di bagian depan. Speaker ini didukung pula dengan material akustik
dalam teater yang berupa kain tebal di bagian dinding dan juga stage yang berfungsi
sebagai isolator suara sehingga tidak bocor keluar.
Pembahasan lebih mendalam mengenai elemen skenografi dalam pertunjukan di
JKT48 Theater ini akan dilakukan pada bab selanjutnya.
38
Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS
Pada bab sebelumnya telah dibahas dan dijabarkan jenis pertunjukan dan
bagaimana pertunjukan disajikan dalam JKT48 Theater sedangkan dalam ini akan
lebih dijabarkan secara mendalam bagaimana pengalaman terjadi ketika penonton
menikmati pertunjukan tersebut dan apa peranan elemen arsitektural di dalamnya.
Menurut (Tuan, 1977) pengalaman terbentuk ketika kita mendapatkan rangsangan
dari luar yang kemudian kita olah di dalam pikiran kita, hal ini tercermin dalam
kalimat berikut :
“Experience is a cover-all term for the various modes through which a person
knows and construct a reality.These modes range from the more direct and
passive senses of smell.taste, and touch, to active visual perception and the
indirect mode of symbolization” (Tuan, 1977, hal. 9)
Yi Fu Tuan kemudian menjelaskan kembali definisi dan hubungan antara persepsi
dan emosi manusia ke dalam diagram berikut ini :
Gambar 4. 2 Diagram pembentukan pengalaman
Sumber : (Tuan, 1977)
Disisi lain ketika berbicara tentang pengalaman berarti tidak bisa terlepas dari
bagaimana kita menempatkan diri dan berlaku di dalam sebuah ruang. Terlihat
bahwa diagram di atas sangat mirip dengan diagram mengenai tingkatan
Experience
Sensation, perception, conception
EMOTION
THOUGHT
39
Universitas Indonesia
pemahaman kita terhadap space. Proses menerima, mengolah, merespon
pengalaman dalam ruang inilah yang akan dibahas secara mendalam dalam bab ini.
Jika menurut (Willson, 1991) lima elemen penting dalam sebuah pertunjukan yaitu
penonton, pertunjukan yang ditampilkan, bagaimana pertunjukan ditampilkan,
tujuan dari pertunjukan, dan lingkungan sebuah pertunjukan ditampilkan
(Riantiarno, 2011) dalam bukunya Kitab Teater : Tanya jawab Seputar Seni
Pertunjukan mengatakan bahwa ada tiga kekuatan utama yang bersinergi dalam
membentuk sebuah peristiwa teater yaitu pekerja teater, tempat dan komunitas
penikmat. Penulis sendiri lebih memilih menjelaskan sebuah pertunjukan secara
sederhana sebagai sebuah proses take and give antara pelaku pertunjukan dan
penonton dengan pertunjukan/pengalaman sebagai objeknya di dalam sebuah
lingkungan.
Gambar 4. 3 Performer menyampaikan pertunjukan dan menerima respon dari penonton dalam
lingkungan pertunjukan
Sumber : http://www.newyork-tokyo.com/wp/akb48/ telah diolah kembali , 2013
Dari gambar 4.2 terlihat bagaimana pertunjukan dan pengalaman di dalamnya yang
disimbolkan dengan garis bertanda panah berwarna hijau dan respon dari penonton
yang disimbolkan dengan garis berwarna oranye.
Performe
r
Penonton
Lingkungan
pertunjukan
Lingkungan
pertunjukan
40
Universitas Indonesia
4.1 Lingkungan Fisik sebagai Pembentuk Persepsi
Lingkungan fisik dapat memberikan persepsi dalam berbagai bentuk baik itu visual,
audio, maupun lainnya. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Skenograf(i) untuk bisa
membentuk pengalaman dari berbagai dekorasi spasial.
JKT48 Theater menggunakan sistem thrust Stage yang merupakan “gabungan”
antara Proscenium dan Arena. Dengan bentuk stage seperti ini maka penonton
dapat melihat seluruh performer, dan begitu juga sebaliknya. Namun penonton akan
mendapatkan pandangan yang berbeda tergantung posisi dimana dia duduk.
Bandingkan dengan stage bentuk arena dimana performer bisa saja membelakangi
penonton.
Gambar 4. 4 Perbandingan orientasi penonton dan performer dalam Thrust Stage, dalam hal ini
JKT48 Theater (kiri) dan Arena Stage (kanan)
Sumber : Ilustrasi pribadi (kiri); http://www.Theaterintheround.org/about-trp/unique-stage.html
(kanan), 2013, telah diolah kembali
a) Peranan Warna dan Cahaya dalam Pertunjukan
Di dalam ruang pertunjukan JKT48 Theater warna dominan yang ada adalah warna
hitam mulai dari dinding, panggung, hingga bagian ceiling. Suasana kelam dan
suram adalah hal yang dirasakan ketika masuk ke dalam ruangan ini. Hal ini
41
Universitas Indonesia
didukung pula dengan pencahayaan yang rendah di daerah penonton ( auditorium)
pada saat pertunjukan berlangsung.
Suasana yang kelam ini sebenarnya sangat berlawanan dengan konsep pertunjukan
dari JKT48 yang ceria dan energik tapi sebenarnya justru ada hal yang menarik dari
pemilihan hal ini. Jika kita memperhatikan interior sebuah ruang bioskop dimana
biasanya didominasi oleh warna gelap dan yang menjadi aksen adalah kursi –
kursinya maka landasan keputusan yang hampir sama sepertinya terjadi di sini.
Dengan suasana sekitar yang gelap dan yang disinari kemudian hanyalah bagian
panggung maka daerah panggunglah yang kemudian menjadi pusat perhatian.
Bagian layar yang juga berwarna hitam mendukung hal ini.
Bila dihubungkan dengan teori prsepsi Gestalt maka hal ini sesuai dengan prinsip
figure and ground. Figure adalah yang menjadi pusat perhatian ketika melihat suatu
benda sedngkan Ground adalah yang menjadi latar belakangnya. Tindakan kita
untuk menentukan suatu objek sebagai figure atau ground salah satunya ditentukan
oleh elemen yg ada pada objek itu. Kurangnya dominasi sebuah objek untuk
menjadi figure atau ground dapat menciptakan sebuah persepsi yang ambigu dan
menimbulkan kebigungan seperti pada gambar Vase Face atau juga dikenal dengan
istilah Figure Ground Face yang diperkenalkan oleh Edgar Rubin pada tahun 1915.
Gambar 4. 5 Figure-Ground Vase , apakah yang anda lihat? Sebuah vas atau wajah dua orang
yang bertatapan ?
Sumber : http://www.123opticalillusions.com/pages/Facevase.jpg, 2013
42
Universitas Indonesia
Pemilihan warna hitam sebagai warna dominan dibandingkan dengan warna lain
dimaksudkan karena warna hitam merupakan warna peredup yang menonjolkan
warna lain ketika ditampilkan secara bersamaan seperti yang terlihat dalam gambar
4.6 dibawah ini.
Gambar 4. 6 Perbandingan warna objek di background hitam dan background lain
Sumber :Ilustrasi pribadi, 2013
Kostum yang biasa digunakan dalam pertunjukan oleh JKT48 sebagian besar
berwarna cerah sehingga layar berwarna hitam akan mendukung menempatkan
penampil sebagai figure dan layar sebagai groundnya seperti yang diperlihatkan
dalam gambar berikut ini.
Gambar 4. 7 Perbandingan kostum dan pertunjukan di JKT48 Theater dengan warna shading
background berbeda
Sumber : Japanesestation.com, 2013, telah diolah kembali
43
Universitas Indonesia
b) Lighting
Dalam Experiencing Architecture, Steen Eiller Ramusen mengatakan bahwa “Light
is of decisive importance in experiencing architecture. The same room can be made
to give very different spatial impressions by the simple expedient of changing the
size and location of its opening.” (Rasmussen, 1959, hal. 187)5
Pencahayaan dapat
secara signifikan mengubah image dari sebuah ruang. Hal inilah yang dimanfaatkan
secara maksimal dalam JKT48 Theater, dengan menggunakan pencahayaan dalam
berbagai jenis dan warna.
Dalam JKT48 Theater setidaknya ada 3 jenis pencahayaan yang digunakan yaitu
spot dengan denah lighting kira2 sebagai berikut.
Gambar 4. 8 Denah lighting JKT48 Theater
Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2013
Terlihat bahwa pencahayaan difokuskan ke arah panggung, dalam ini performer
dengan berbagai teknik dari downlight,backlight dan sebagainya. Area ruang
pertunjukan yang berwarna gelap membuat cahaya dari lampu yang disorot menjadi
terlihat lebih jelas dibandingkan jika dengan jika berwarna cerah. Hal ini karena
warna yang diberikan oleh cahaya merupakan warna aditif yang akan berwarna
5
walaupun dalam tulisan Rasmussen yang dmaksud adalah pencahayaan alami, penulis menganggap
bahwa hal yang sama juga terjadi dalam pencahayaan buatan
Downligh
tParabolic Lamp
Fresnel
Strip light
Automated
multifunctional spot
DL
PL
FL
SL
AMS
AMSAMSAMSAMS
SLSL
FLFL
FL FL
DLDL
DLDL
PLPL
PL
PL PL
Area perform
44
Universitas Indonesia
putih jika digabungkan bukan seperti warna subtraktif yang justru menjadi warna
hitam jika digabungkan.
Gambar 4. 9 Perbandingan warna substraktif (kiri) dan aditif (kanan) ketika dikombinasikan
Sumber : (Ambrose & Harris, 2008, hal. 74)
Perbedaan warna dan tipe sorotan lampu yang diberikan dalam pertunjukan JKT48
juga memberikan pengalaman yang berbeda – beda sesuai dengan konsep lagu yang
diinginkan. Seperti contoh pada lagu Heart Gata Virus dengan irama dan nada yang
ceria memiliki tipe pencahayaan yang lebih cerah dan ceria dengan warna oranye
dan hijau cerah sesuai dengan lagunya dibandingkan dengan lagu Reni Kinshi
Jourei yang lebih dewasa dan kelam dengan dminasi warana cahaya ungu gelap dan
biru tua.
Gambar 4. 10 Perbandingan cahaya pada lagu Renai Kinshi Jourei (kanan) dan Heart Gata Virus
(kiri)
Sumber : Japanesestation.com, 2013
45
Universitas Indonesia
c) Kostum dan Properti
Kostum pada pertunjukan di JKT48 Theater terdiri dari beberapa jenis yang
disesuaikan dengan lagu yang dibawakan. Walaupun berupa pertunjukan musik dan
tari tetapi kostum ini bukan sekadar hanya jadi penutup badan tapi disesuaikan
dengan lagu yang dibawakan baik dari konsep lagu,lirik hingga pembawaan sebuah
lagu.
Sebagai contoh dalam lagu Temo Demo no Namida (air mata yang tak
tersampaikan) yang dibawakan oleh 2 orang performer yang bercerita tentang
perasaan seorang gadis yang menangis yang ditinggalkan oleh kekasihnya terdiri
dari 2 kostum yang saling berlawanan seperti dibawah ini.
Gambar 4. 11 Desain Kostum untuk Lagu Temo Demo no Namida yang disesuaikan dengan
konsep dan lirik lagu
Sumber : http://kunaby.tumblr.com/post/25694463001/temodemo-no-namida (kiri) ,
http://pandanganmata.livejournal.com/4556.html (kanan), 2013
Kostum ini melambangkan bagaimana kedua wanita yang menanggapi keadaan
ketika perasaan mereka tidak tersampaikan dengan cara yang berbeda. Yang satu
menanggapinya dengan bersedih dan menyalahkan diri sendiri sedangkan yang
lainnya menyalahkan dan merasa marah kepada si pria tersebut. Perlambangan ini
semakin terlihat jelas dengan mimik wajah yang diberikan oleh kedua performer
ketika menyanyikan lagu ini. Penggunaan standing mic juga menjadi penting
karena adanya gerakan koreografi yang memaksa untuk menggunakan kedua
tangan untuk mendukung kesesuaian dengan lirik lagu.
46
Universitas Indonesia
Properti lain yang dipakai dalam pertunjukan JKT48 adalah pada lagu Kagami No
Naka no Jean D’Arc dimana para performer menggunakan kostum ala seragam
tentara sambil membawa bendera. Hal ini tentu sangat berbeda dengan ketika
membawakan lagu Tenshi no Shippo dengan kostum ala putri kecil lengkap dengan
Ekor dan balon untuk mendukung pada bagian lirik “ Balon yang bulat kulepaskan
dari tanganku “. Kostum dan properti itu disesuaikan untuk mendukung
terbentuknya mental image dari lagu tersebut di pikiran penontonnya.
d) Akustik
Dalam pembentukan suasana sebuah pertunjukan terutama pertunjukan musik dan
tari seperti yang diberikan dalam JKT48 Theater ini akustik adalah salah satu hal
yang terpenting.
Sumber suara dalam pertunjukan JKT48 ini berasal dari beberapa speaker yang
terletak di bagian depan bagian atas, dekat dengan stage. Sumber suara yang hanya
berasal dari satu arah akan menegaskan area stage sebagai pusat perhatian jika
dibandingkan dengan sumber suara yang tersebar dari berbagai arah seperti di
depan, samping dan belakang.
Gambar 4. 12 Denah peletakan speaker di JKT48 Theater.
Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2013
Dalam sebuah pertunjukan musik memang biasanya speakernya berada di bagian
di bagian depan tapi harus kita ingat lagi bahwa pertunjukan seperti itu biasanya
47
Universitas Indonesia
berada di outdoor dan dalam beberapa pertunjukan yg saya hadiri, dibeberapa titik
juga diletakkan speaker “tambahan”. Dalam berbagai pertunjukan yang diadakan
in door biasanya speaker diletakkan di berbagai titik sehingga menimbulkan efek
surround sound.
Kondisi akustik dalam sebuah ruangan biasanya diatur sesuai kebutuhan kegiatan
dalamnya. Hal ini juga mengacu pada berbagai elemen akustik yang akan
digunakan baik material, sumber suara dan sebagainya. Ruangan dengan kebutuhan
kejelasan suara, biasanya untuk ruang pidato, pertemuan dan semacamnya akan
membutuhkan kejelasan suara sehingga material yang digunakan di dalamnya akan
berupa material pemantul bunyi sehingga dapat terdengar hingga ke belakang. Lain
halnya dengn ruangan seperti bioskop dan semacamnya dimana justru
menggunakan material penyerap bunyi di dalamnya dan sumber suara yang tersebar
di berbagai titik sehingga memberi kesan penonton berada di dalam film tersebut.
Hal yang menarik ketika dalam JKT48 Theater karena justru kedua sistem akustik
tersebut yang digabungkan yaitu dengan sumber suara terpusat namun material
yang menyerap bunyi. Dengan demikian posisi anda berada akan sangat
menentukan bagaimana dan seperti apa suara yang anda dengar.
4.2 Lingkungan Sosial sebagai Pembentuk Pengalaman
Dalam sebuah pertunjukan elemen sosial yang terbentuk di dalamnya terbagi ke
dalam 2 bagian utama yaitu performer yang memberi pertunjukan dan penonton
yang menikmatinya. Dalam kesempatan kali ini penulis akan fokus terhadap
penonton di dalam sebuah pertunjukan dan bagaimana mereka berinteraksi.
Dalam pertunjukan di JKT48 Theater, penonton tidak hanya menjadi penikmat
tetapi juga memberikan respon yang justu menjadi sebuah pertunjukan tersendiri.
Teriakan Chant, member call,dan gerakan-gerakan lain menjadi pertunjukan
menarik yang menambah pengalaman dalam setiap pertunjukan dalam JKT48
Theater. Lightstick yang bergoyang seiring irama lagu menjadi pemandangan yang
menarik untuk dilihat. Walaupun berupa aspek fisik tetapi elemen yang diberikan
oleh para penonton ini dapat dianggap sebagai lingkungan sosial karena bersifat
sangat relatif terhadap penonton yang hadir dan bukan bagian dari elemen bangunan
yang dipersiapkan.
48
Universitas Indonesia
Gambar 4. 13 Perbandingan kondisi dalam JKT48 Theater ketika pertunjukan tidak belangsung
(kiri) dan pertunjukan berlangsung (kanan)
Sumber : http://journalistjkt48.blogspot.com/2012/12/teater-jkt48-adalahteater-eksklusif.html
(kiri); http://www.jkt48.com/, 2013
Berdasarkan angket yang disebar oleh penulis terlihat bahwa 63 % penonton
membawa atribut ketika menonton pertunjukan dalam JKT48 Theater baik yang
berupa lightstick, neckstrap, dan lain sebagainya. Atribut-atribut ini tentunya
memberi sebuah identitas tempat dan memberi penegasan ruang pertunjukan ini
sebagai markas JKT48. Disisi lain berbagai atribut yang digunakan ini sebenarnya
memberi sebuah tanda bahwa penonton sengaja menempatkan dirinya di luar
pertunjukan (utama) tapi tidak terpisah. Mungkin hampir sama seperti seorang
penari latar dalam sebuah lakon pertunjukan. Tentu berbeda dengan penonton
dalam sebuah opera yang menempatkan dirinya dalam posisi observer atau
penonton dalam sebuah pertunjukan drama yang menempatkan diri sebagai orang
yang ikut dalam cerita.
Inilah yang dikatakan (Willson, 1991) dimana terdapat aesthetical distance ketika
menikmati sebuah pertunjukan. Harus terdapat batas yang jelas antara performer
dan penonton dalam sebuah pertunjukan dan tidak boleh terdapat overlapping dan
perubahan peran diantara keduanya, setidaknya bukan dalam pertunjukan yang
sama.
Keadaan auditorium yang gelap dimana cahaya lampu dipusatkan pada bagian
stage pada umumnya membuat performer menjadi terpusat pada diri sendiri dan
melupakan penonton. Kehadiran lightstick serta berbagai atribut lain yang dipakai
49
Universitas Indonesia
oleh fans membantu performer untuk mengingatkan performer akan kehadiran
penonton. Bila diperhatikan lebih lanjut kehadiran lightstick yang dibawa oleh
penonton menjadi sebuah figure dalam auditorium yang gelap dan membantu
penerangan sehingga mempermudah identifikasi penonton lain. Hal ini juga
sebenarnya terlihat dari bagaimana mereka menikmati pertunjukan tersebut, apakah
mereka tipe yang diam saja tenang menikmati atau justru gila-gilaan dan berteriak
kencang saat menonton.
Proses meleburnya penonton di JKT48 Theater dimulai sejak pemutaran overture
yang mengajak untuk mempersiapkan diri menikmati pertunjukan. Ini merupakan
salah satu ritual krusial dalam setiap pertunjukan JKT48. Chant yang keluar untuk
memberi dukungan ke performer juga menjadi salah satu hal yang menyatukan
penonton yang berbeda beda, apalagi ketika mereka meneriakkan chant untuk
menyemangati satu member yang sama. Ritual lain yang menyatukan para penonton
ini adalah ketika encore untuk meminta lagu tambahan. Encore sebenarnya hampir
sama dengan overture, bedanya adalah jika overture merupakan ajakan dari pihak
ketiga kepada penonton maka dalam encore “ajakan” tersebut berasal dari si
penonton sendiri.
Dalam psikologi grup ada yang dinamakan dengan deindividuation yaitu “when
normal restraints on behavior are loosened, and people behave in an impulsive or
deviant manner” (Diener, 1980; Reicer, Spears, & Postmes, 1995). Hal ini berkaitan
dengan bagaimana lingkungan sosial dapat mempengaruhi perilaku kita. Hal yang
sama seringkali saya lihat terjadi di dalam JKT48 Theater. Sebagian besar penonton
akan ikut meneriakkan chant dan member call walaupun kadang tidak tahu apa
yang mau diteriakkan dan terkadang berakhir dengan “ Oy oy oy” saja. Atmosfir
dan euforia penonton demikian yang membuat menikmati semakin pertunjukan
sehingga tidak jarang ada yang hampir masuk ke fase trance. Hampir sama dengan
pertunjukan musik metal dimana headbang dan death of wall terjadi.
50
Universitas Indonesia
4.3 Apresiasi Ruang dan Pertunjukan
Dalam menikmati sebuah ruang arsitektur dan pengalaman didalamnya,
relevansinya dengan penikmat dan kondisi budaya/masyarakat sekitar sangat
berpengaruh seperti dikatakan oleh Steen E. Rasmussen
“ That which may be quite right and natural in one cultural environment can
easily be wrong in another; whats is fitting and proper in one generation
become ridiculous in the next when people have acquiref new tastes and habit
(Rasmussen, 1959, hal. 10)
Menurut (Willson, 1991) dalam Theater Experience, hal-hal yang mempengaruhi
bagaimana penonton menikmati sebuah pertunjukan bersifat sangat subjektif
karena berhubungan dengan ekpektasi dan latar belakang penonton masing-masing.
Lebih lanjut hal ini dibagi menjadi ke dalam lima poin yaitu adanya simpati
terhadap karakter dalam perform, pengetahuan dan pengalaman pribadi, kepekaan
terhadap kondisi sosial, politik saat karya ditulis, pengetahuan spesifik terhadap
karya dan ekspektasi individual terhadap pertunjukan. Berdasarkan angket yang
disebar oleh penulis dalam rentang waktu April-Mei 2013 dan mendapatkan 275
responden terlihat bahwa 90% penonton dalam JKT48 Theater adalah pria dengan
mayoritas usia berkisar antara 16-20 tahun. Jika dibandingkan dengan performer
yang merupakan wanita dengan kisaran umur yang hampir sama, terlihat bahwa ada
semacam simpati(atau empati) dari penonton terhadap performer. Hal ini didukung
pula dengan status hubungan para fans yang sebagian besar single, dimana para
performer juga diwajibkan untuk tidak memiliki hubungan asmara.
Gambar 4. 14 Data Jenis kelamin dan status hubungan fans JKT48
Sumber : Dokumentasi pribadi berdasarkan kuesioner yang disebar, 2013
90%
10%
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
87%
12%1%
Status Hubungan
Single
In
Relationship
Married
51
Universitas Indonesia
Hal ini kemudian menjadi penting karena kemudian performernya menjadi lebih
utama dibanding performance yang dibawakan yang tentu saja akan mempengaruhi
bagamana penonton beraksi dan menikmati pertunjukan tersebut. Hal ini terlihat
ketika selanjutnya diberikan pertanyaan mengenai hal yang menarik dari JKT48
sebagai performer. 23% fans yang disurvei menyatakan bahwa member adalah
aspek yang paling disukai, mengalahkan performance yang hanya memperoleh
suara 18%.
Member sebagai elemen utama dalam pertunjukan JKT48 juga terlihat ketika
ditanyakan mengenai alasan para fans datang ke JKT48 Theater. 43% fans
mengaku alasan utamanya datang ke JKT48 Theater untuk mendukung member,
sama besar dengan untuk mencari hiburan yang juga 43 % dan 14% lainnya datang
untuk berkumpul bersama fans. Penemuan ini cukup menarik karena 43%
merupakan jumlah yang cukup besar untuk menjadi alasan datang ke sebuah
pertunjukan untuk mendukung performer dibanding menikmati pertunjukannya.
Gambar 4. 15Pie Chart Apa yang disukai fans dari JKT48 (kiri) dan alasan menonton (kanan)
Sumber :Dokumentasi Pribadi
Pertunjukan yang diberikan dalam JKT48 Theater adalah pertunjukan yang sama
setiap kalinya, kalaupun ada yang berbeda paling hanya di line up performer atau
topik MC yang dibawakan. Lalu kenapa banyak penonton yang berkali-kali
menonton pertunjukan ini bahkan hingga sampai lebih dari 20 kali (18%) ?
Tentunya ada ekspektasi lain yang diharapkan dari penonton ketika menyaksikan
pertunjukan. Melihat member yang berbeda membawakan sebuah setlist atau
sekadar melihat member favorit saja sepertinya menjadi alasan yang utama.
14%
43%
43%
Alasan menonton JKT48
Theater
Berkumpul
fans
Hiburan
aternatif
Support
Member
23%
10%
19%10%
20%
18%
Apa yang disukai dari JKT48?
Member
Fandom
Konsep
Kostum
Liriknya
FanServic
e
52
Universitas Indonesia
Interaksi antara penonton dan performer selama pertunjukan tidak hanya sebatas
pelaku pertunjukan dan penikmat saja tetapi juga ada interaksi dua arah yang
diberikan. Member biasanya memberikan berbagai interaksi berupa eyelock,
senyuman, atau sekadar gestur tubuh untuk merespon teriakan panggilan dari
penonton. Bahkan interaksi ini kemudian yang menjadi kekuatan utama dari
pertunjukan yang dihadirkan, lebih dari pertunjukan musik dan tari itu sendiri.
Jadi bagaimana sebenarnya penonton bereaksi terhadap petunjukan dan ruang
pertunjukan dalam JKT48 Theater? Bagaimana penonton menempatkan dirinya
terhadap grup sosial yang ada ketika menikmati pertunjukan tersebut ?
Sebagai sebuah grup sosial, penonton dalam JKT48 Theater terbagi kedalam
beberapa kelompok kecil lain. Penulis membaginya ke dalam 3 jenis yaitu newbie
fans yaitu fans yang baru beberapa kali menonton dan ikut dalam fandom, Casual
Fans yaitu fans yang sudah sering menonton dan berkecimpung cukup lama dan
Wota yaitu mereka yang sudah benar benar terobsesi dengan idol dan segala
pertunjukannya. Penggolongan ini penting karena ketika membahas sebuah
personal space dan grup sosial berarti juga berbicara tentang kesamaan dan
bagaimana kita menempatkan diri di dalam sebuah grup tersebut.
Berdasarkan angket yang disebar terlihat bahwa hanya 24% penonton yang diam
menikmati pertunjukan yang diberikan. Sisanya menonton pertunjukan sambil
melakukan kegiatan lain seperti chanting (38%), sing along (18%), live report via
tweet (8%) dan lain sebagainya seperti terlihat dalam chart dibawah ini.
53
Universitas Indonesia
Gambar 4. 16 Pie chart tindakan yang dilakukan oleh penonton sambil menyaksikan pertunjukan
di JKT48 Theater
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013
Tindakan yang berbeda seperti ini tentunya membutuhkan ruang yang berbeda beda
juga. Live tweet hanya membutuhkan ruang gerak yang kecil, lain halnya dengan
furicopy atau misalnya menarik perhatian member dengan mengangkat benda atau
aksesoris lainnya.
Dari angket yang disebar mengenai pentingnya row duduk didapatkan hasil bahwa
40% responden menganggap sangat penting, 50% menganggap cukup penting dan
9% menganggap tidak penting. 60% fans memberikan alasan pentingnya Row
duduk karena lebih jelas, 30% memberi alasan lebih dekat dan 10% sisanya
membahas masalah akustik. Jika melihat layout dari JKT48 Theater hal ini
sebenarnya cukup beralasan karena tidak adanya leveling dalam pengaturan kursi
di area auditorium. Dari alasan tersebut terlihat bahwa akses visual lebih penting
dibanding dengan jarak fisik terhadap performer.
8%
38%
18%
5%
2%
5%
24%
Apa yang dilakukan saat menonton ?
Live Tweet
Chanting
Sing along
Looking for member
attention
Take Notes
Furicopy
Diam
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

Contenu connexe

Tendances

High rise building
High rise buildingHigh rise building
High rise buildingNiarLahay1
 
PPT GAMBAR EKSTERIOR DAN INTERIOR BANGUNAN
PPT GAMBAR EKSTERIOR DAN INTERIOR BANGUNAN PPT GAMBAR EKSTERIOR DAN INTERIOR BANGUNAN
PPT GAMBAR EKSTERIOR DAN INTERIOR BANGUNAN dindayustika2
 
Kompetensi Pembelajaran - RPP Pondasi Dangkal dan Pondasi Dalam
Kompetensi Pembelajaran - RPP Pondasi Dangkal dan Pondasi DalamKompetensi Pembelajaran - RPP Pondasi Dangkal dan Pondasi Dalam
Kompetensi Pembelajaran - RPP Pondasi Dangkal dan Pondasi Dalamnoussevarenna
 
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan Gremons
 
Fungsi apartemen
Fungsi apartemenFungsi apartemen
Fungsi apartemencan can
 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5Agus Hendrowibowo
 
Penjelasan tipologi bangunan
Penjelasan tipologi bangunanPenjelasan tipologi bangunan
Penjelasan tipologi bangunanahmadjaryani11
 
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN.pptx
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN.pptxELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN.pptx
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN.pptxAndreaHiden
 
Portfolio design Arsitektur dan Interior Ivan Sofyan
Portfolio design Arsitektur dan Interior Ivan SofyanPortfolio design Arsitektur dan Interior Ivan Sofyan
Portfolio design Arsitektur dan Interior Ivan SofyanIvan_Sofyan_
 
konstruksi bahan bangunan: bambu
konstruksi bahan bangunan: bambukonstruksi bahan bangunan: bambu
konstruksi bahan bangunan: bambunabila amalia
 
PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG NEW.pptx
PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG NEW.pptxPELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG NEW.pptx
PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG NEW.pptxarmandmaulana2008
 
Arsitektur Vernakular Klmpk 1.pdf
Arsitektur Vernakular Klmpk 1.pdfArsitektur Vernakular Klmpk 1.pdf
Arsitektur Vernakular Klmpk 1.pdfLuthoo1404
 
Teknik Bangunan Bentang Lebar
Teknik Bangunan Bentang LebarTeknik Bangunan Bentang Lebar
Teknik Bangunan Bentang LebarBarley Prima
 

Tendances (20)

High rise building
High rise buildingHigh rise building
High rise building
 
Poster Proyek Arsitektur 7
Poster Proyek Arsitektur 7Poster Proyek Arsitektur 7
Poster Proyek Arsitektur 7
 
Sistem tabung
Sistem tabungSistem tabung
Sistem tabung
 
PPT GAMBAR EKSTERIOR DAN INTERIOR BANGUNAN
PPT GAMBAR EKSTERIOR DAN INTERIOR BANGUNAN PPT GAMBAR EKSTERIOR DAN INTERIOR BANGUNAN
PPT GAMBAR EKSTERIOR DAN INTERIOR BANGUNAN
 
Kompetensi Pembelajaran - RPP Pondasi Dangkal dan Pondasi Dalam
Kompetensi Pembelajaran - RPP Pondasi Dangkal dan Pondasi DalamKompetensi Pembelajaran - RPP Pondasi Dangkal dan Pondasi Dalam
Kompetensi Pembelajaran - RPP Pondasi Dangkal dan Pondasi Dalam
 
Makalah Struktur Bentang Lebar
Makalah Struktur Bentang LebarMakalah Struktur Bentang Lebar
Makalah Struktur Bentang Lebar
 
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan
 
Jenis struktur
Jenis strukturJenis struktur
Jenis struktur
 
program-ruang-apartment
program-ruang-apartmentprogram-ruang-apartment
program-ruang-apartment
 
Fungsi apartemen
Fungsi apartemenFungsi apartemen
Fungsi apartemen
 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
 
Arsitektur Dalam Konteks Budaya
Arsitektur Dalam Konteks BudayaArsitektur Dalam Konteks Budaya
Arsitektur Dalam Konteks Budaya
 
Penjelasan tipologi bangunan
Penjelasan tipologi bangunanPenjelasan tipologi bangunan
Penjelasan tipologi bangunan
 
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN.pptx
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN.pptxELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN.pptx
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN.pptx
 
Portfolio design Arsitektur dan Interior Ivan Sofyan
Portfolio design Arsitektur dan Interior Ivan SofyanPortfolio design Arsitektur dan Interior Ivan Sofyan
Portfolio design Arsitektur dan Interior Ivan Sofyan
 
konstruksi bahan bangunan: bambu
konstruksi bahan bangunan: bambukonstruksi bahan bangunan: bambu
konstruksi bahan bangunan: bambu
 
PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG NEW.pptx
PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG NEW.pptxPELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG NEW.pptx
PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG NEW.pptx
 
Konsep bangunan
Konsep bangunanKonsep bangunan
Konsep bangunan
 
Arsitektur Vernakular Klmpk 1.pdf
Arsitektur Vernakular Klmpk 1.pdfArsitektur Vernakular Klmpk 1.pdf
Arsitektur Vernakular Klmpk 1.pdf
 
Teknik Bangunan Bentang Lebar
Teknik Bangunan Bentang LebarTeknik Bangunan Bentang Lebar
Teknik Bangunan Bentang Lebar
 

En vedette

Unimed undergraduate-24909-cover & kata pengantar
Unimed undergraduate-24909-cover & kata pengantarUnimed undergraduate-24909-cover & kata pengantar
Unimed undergraduate-24909-cover & kata pengantarENIYAWO PEKEIBO
 
Pedoman Ta Ui Sk Rektor 2008
Pedoman Ta Ui  Sk Rektor 2008Pedoman Ta Ui  Sk Rektor 2008
Pedoman Ta Ui Sk Rektor 2008versi virgontoro
 
Perkembangan industri musik
Perkembangan industri musikPerkembangan industri musik
Perkembangan industri musikAndry Kurniawan
 
Tugas Karya Akhir Program PR internal dan eksternal
Tugas Karya Akhir Program PR internal dan eksternalTugas Karya Akhir Program PR internal dan eksternal
Tugas Karya Akhir Program PR internal dan eksternalFebrityas Soedibjo
 
Pedoman isi skripsi (29 mei 2009)
Pedoman isi skripsi (29 mei 2009)Pedoman isi skripsi (29 mei 2009)
Pedoman isi skripsi (29 mei 2009)Viorensia Yuri
 
Permen pu30 2006
Permen pu30 2006Permen pu30 2006
Permen pu30 2006Andi Leo
 
Makalah Etika Bisnis
Makalah Etika BisnisMakalah Etika Bisnis
Makalah Etika BisnisRizki Malinda
 

En vedette (7)

Unimed undergraduate-24909-cover & kata pengantar
Unimed undergraduate-24909-cover & kata pengantarUnimed undergraduate-24909-cover & kata pengantar
Unimed undergraduate-24909-cover & kata pengantar
 
Pedoman Ta Ui Sk Rektor 2008
Pedoman Ta Ui  Sk Rektor 2008Pedoman Ta Ui  Sk Rektor 2008
Pedoman Ta Ui Sk Rektor 2008
 
Perkembangan industri musik
Perkembangan industri musikPerkembangan industri musik
Perkembangan industri musik
 
Tugas Karya Akhir Program PR internal dan eksternal
Tugas Karya Akhir Program PR internal dan eksternalTugas Karya Akhir Program PR internal dan eksternal
Tugas Karya Akhir Program PR internal dan eksternal
 
Pedoman isi skripsi (29 mei 2009)
Pedoman isi skripsi (29 mei 2009)Pedoman isi skripsi (29 mei 2009)
Pedoman isi skripsi (29 mei 2009)
 
Permen pu30 2006
Permen pu30 2006Permen pu30 2006
Permen pu30 2006
 
Makalah Etika Bisnis
Makalah Etika BisnisMakalah Etika Bisnis
Makalah Etika Bisnis
 

Similaire à Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

Bangunan Kolonial Belanda "Museum Semarajaya"
Bangunan Kolonial Belanda "Museum Semarajaya"Bangunan Kolonial Belanda "Museum Semarajaya"
Bangunan Kolonial Belanda "Museum Semarajaya"'Dwi Eradiputra
 
PROPOSAL SENI PERTUNJUKAN
PROPOSAL SENI PERTUNJUKANPROPOSAL SENI PERTUNJUKAN
PROPOSAL SENI PERTUNJUKANsuhananingrat
 
Modul Ajar Seni Rupa Fase D Kelas 8 SMP
Modul Ajar Seni Rupa Fase D Kelas 8 SMPModul Ajar Seni Rupa Fase D Kelas 8 SMP
Modul Ajar Seni Rupa Fase D Kelas 8 SMPModul Guruku
 
Media pembelajaran video
Media pembelajaran videoMedia pembelajaran video
Media pembelajaran videoJennySutanto
 
Skripsi_ZUNAIDI SIREGAR.pdf
Skripsi_ZUNAIDI SIREGAR.pdfSkripsi_ZUNAIDI SIREGAR.pdf
Skripsi_ZUNAIDI SIREGAR.pdfZunaidi Siregar
 
Analisis Sistem Pengelolaan Arsip Statis Pada Bagian Legal Pusat Penelitian K...
Analisis Sistem Pengelolaan Arsip Statis Pada Bagian Legal Pusat Penelitian K...Analisis Sistem Pengelolaan Arsip Statis Pada Bagian Legal Pusat Penelitian K...
Analisis Sistem Pengelolaan Arsip Statis Pada Bagian Legal Pusat Penelitian K...zunaidi siregar
 
Design Archive Issue #1 Alpha by Achitecture Unikom
Design Archive Issue #1 Alpha by Achitecture UnikomDesign Archive Issue #1 Alpha by Achitecture Unikom
Design Archive Issue #1 Alpha by Achitecture UnikomAhmad Yusuf
 
RPP ANTROPOLOGI BY RENNY MARBUN
RPP ANTROPOLOGI BY RENNY MARBUNRPP ANTROPOLOGI BY RENNY MARBUN
RPP ANTROPOLOGI BY RENNY MARBUNMAN SAMPIT
 
Digital 123866 sk-765-pencarian pola-ha
Digital 123866 sk-765-pencarian pola-haDigital 123866 sk-765-pencarian pola-ha
Digital 123866 sk-765-pencarian pola-hakomangteja
 
Program Tahunan (Prota) Seni Teater Kelas 11 Fase F
Program Tahunan (Prota) Seni Teater Kelas 11 Fase FProgram Tahunan (Prota) Seni Teater Kelas 11 Fase F
Program Tahunan (Prota) Seni Teater Kelas 11 Fase FModul Guruku
 
Membangun budaya riset dan publikasi kti ence surahman mitikm fkist uinsuka s...
Membangun budaya riset dan publikasi kti ence surahman mitikm fkist uinsuka s...Membangun budaya riset dan publikasi kti ence surahman mitikm fkist uinsuka s...
Membangun budaya riset dan publikasi kti ence surahman mitikm fkist uinsuka s...Ence Surahman
 
Faktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomiFaktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomiyogieardhensa
 
Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi
Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasiKooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi
Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasiUlfah Faoziyah
 
Modul kd. 3.12. mengidentifikasi proposal
Modul kd. 3.12. mengidentifikasi proposalModul kd. 3.12. mengidentifikasi proposal
Modul kd. 3.12. mengidentifikasi proposalKaniaRismayanti
 

Similaire à Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater (20)

Bangunan Kolonial Belanda "Museum Semarajaya"
Bangunan Kolonial Belanda "Museum Semarajaya"Bangunan Kolonial Belanda "Museum Semarajaya"
Bangunan Kolonial Belanda "Museum Semarajaya"
 
PROPOSAL SENI PERTUNJUKAN
PROPOSAL SENI PERTUNJUKANPROPOSAL SENI PERTUNJUKAN
PROPOSAL SENI PERTUNJUKAN
 
E-Book Cinta Bahasa Indonesia.pdf
E-Book Cinta Bahasa Indonesia.pdfE-Book Cinta Bahasa Indonesia.pdf
E-Book Cinta Bahasa Indonesia.pdf
 
Modul Ajar Seni Rupa Fase D Kelas 8 SMP
Modul Ajar Seni Rupa Fase D Kelas 8 SMPModul Ajar Seni Rupa Fase D Kelas 8 SMP
Modul Ajar Seni Rupa Fase D Kelas 8 SMP
 
Media pembelajaran video
Media pembelajaran videoMedia pembelajaran video
Media pembelajaran video
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
Skripsi_ZUNAIDI SIREGAR.pdf
Skripsi_ZUNAIDI SIREGAR.pdfSkripsi_ZUNAIDI SIREGAR.pdf
Skripsi_ZUNAIDI SIREGAR.pdf
 
Analisis Sistem Pengelolaan Arsip Statis Pada Bagian Legal Pusat Penelitian K...
Analisis Sistem Pengelolaan Arsip Statis Pada Bagian Legal Pusat Penelitian K...Analisis Sistem Pengelolaan Arsip Statis Pada Bagian Legal Pusat Penelitian K...
Analisis Sistem Pengelolaan Arsip Statis Pada Bagian Legal Pusat Penelitian K...
 
Design Archive Issue #1 Alpha by Achitecture Unikom
Design Archive Issue #1 Alpha by Achitecture UnikomDesign Archive Issue #1 Alpha by Achitecture Unikom
Design Archive Issue #1 Alpha by Achitecture Unikom
 
education
educationeducation
education
 
RPP ANTROPOLOGI BY RENNY MARBUN
RPP ANTROPOLOGI BY RENNY MARBUNRPP ANTROPOLOGI BY RENNY MARBUN
RPP ANTROPOLOGI BY RENNY MARBUN
 
Digital 123866 sk-765-pencarian pola-ha
Digital 123866 sk-765-pencarian pola-haDigital 123866 sk-765-pencarian pola-ha
Digital 123866 sk-765-pencarian pola-ha
 
Program Tahunan (Prota) Seni Teater Kelas 11 Fase F
Program Tahunan (Prota) Seni Teater Kelas 11 Fase FProgram Tahunan (Prota) Seni Teater Kelas 11 Fase F
Program Tahunan (Prota) Seni Teater Kelas 11 Fase F
 
Membangun budaya riset dan publikasi kti ence surahman mitikm fkist uinsuka s...
Membangun budaya riset dan publikasi kti ence surahman mitikm fkist uinsuka s...Membangun budaya riset dan publikasi kti ence surahman mitikm fkist uinsuka s...
Membangun budaya riset dan publikasi kti ence surahman mitikm fkist uinsuka s...
 
Faktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomiFaktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomi
 
Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi
Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasiKooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi
Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi
 
Modul kd. 3.12. mengidentifikasi proposal
Modul kd. 3.12. mengidentifikasi proposalModul kd. 3.12. mengidentifikasi proposal
Modul kd. 3.12. mengidentifikasi proposal
 

Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

  • 1. UNIVERSITAS INDONESIA MENIKMATI (RUANG) PERTUNJUKAN : KAJIAN MENGENAI KEHADIRAN PENGALAMAN DAN APRESIASI DALAM RUANG PERTUNJUKAN SENI Kasus : JKT48 Theater di fX Sudirman, Jakarta Selatan SKRIPSI Yohanes Oktavianus Siagian 0906517994 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR INTERIOR DEPOK JULI 2013
  • 2. UNIVERSITAS INDONESIA MENIKMATI (RUANG) PERTUNJUKAN : KAJIAN MENGENAI KEHADIRAN PENGALAMAN DAN APRESIASI DALAM RUANG PERTUNJUKAN SENI Kasus : JKT48 Theater di fX Sudirman, Jakarta Selatan SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Yohanes Oktavianus Siagian 0906517994 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR INTERIOR DEPOK JULI 2013
  • 3. ii Universitas Indonesia Nama : Yohanes Oktavianus Siagian NPM : 0906517994 Tanda Tangan : Tanggal : 2 Juli 2013 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
  • 4. iii Universitas Indonesia HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Yohanes Oktavianus Siagian NPM : 0906517994 Program Studi : Arsitektur Interior Judul Skripsi : Menikmati (ruang) pertunjukan : kajian mengenai kehadiran pengalaman dan apresiasi dalam ruang pertunjukan seni Kasus : JKT48 Theater Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur pada Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Indonesia. DEWAN PENGUJI Pembimbing : Dra. Sri Riswanti M.Sn. ( ) Penguji : Enira Arvanda S.T., M.Dipl. ( ) Penguji : Tony Sofian S.Sn., M.T. ( ) Ditetapkan di : Depok Tanggal : 3 Juli 2013
  • 5. iv Universitas Indonesia KATA PENGANTAR Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya mulai awal lahir hingga saat ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Arsitektur Jurusan Arsitektur Interior pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Sri Riswanti M.Sn. selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk mengarahkan saya dan teman dalam penyusunan skripsi ini. 2. Mbak Enira Arvanda S.T., M.Dipl. dan Bapak Tony Sofian S.Sn., M.T. selaku dosen penguji yang memberikan masukan yang berarti dalam penulisan skripsi sehingga menjadi lebih baik 3. Bapak , Mama dan Adik yang telah memberikan dukungan baik secara material dan moral walaupun terpisah jarak yang cukup jauh Balige-Depok. Semoga saya bisa memenuhi harapan dan membanggakan kalian. 4. Teman satu bimbingan, Latifa, Biancha, Rara yang saling mengingatkan dan memberi saran sembari terkadang bercanda sehingga bimbingan menjadi ceria. 5. Babeh Aki-P yang sudah mengumpulkan para remaja putri dan membentuk AKB48 dan berbagai sistergroupnya yang menjadi hiburan, penyemangat serta inspirasi baik dari penampilan, musik dan lirik lagu yang ada. Diasta , Ghaida , Miyu serta para member JKT48 dan 48 family lainnya yang menunjukkan bahwa kesuksesan itu bisa diperoleh lewat sebuah perjuangan. Impian ada ditengah peluh, usaha keras itu memang tak akan mengkhianati. Salut untuk kalian. Skripsi ini pun tentang kalian. 6. KSK-JKT48, grup Pecinta Balenk dan teman - teman sesama fans dedek dedek kawaii lain yang tidak bisa saya sebutkan namanya. Terima kasih atas kebersamaan yang diberikan, saya bersyukur dapat bergabung dengan kalian. Terima kasih juga telah bersedia mengisi kuesioner saya. Oy! Oy! Oy!
  • 6. v Universitas Indonesia 7. Sahabat terbaik saya Bima, Gusprian dan Arif yang sering melakukan hal bersama mulai dari bermain DoTA, ngidol, sampai membuat properti cosplay. Semoga persahabatan kita bisa berlanjut hingga kita tua nanti. 8. Arsitektur dan Arsitektur Interior 2009 untuk segala canda, tawa dan tangis serta teriakan kepanikan saat dikejar deadline yang kita bagi bersama di studio dan berbagai tempat lain selama 4 tahun ini. Saatnya kita menebar dan menatap hari esok seperti lirik lagu angkatan kita. 9. Para senior dan junior Arsitektur yang membantu saya untuk belajar bahwa dunia kampus bukan hanya tentang kuliah saja. 10. Seluruh dosen dan staf Departemen Arsitekur Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang telah membantu selama ini. 11. Semua orang yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penyusunan skripsi ini. Walaupun nama kalian tidak tertulis disini tetapi dukungan kalian sangat berarti. Skripsi ini mungkin belum bisa dinyatakan sebagai sebuah karya ilmiah yang baik. Namun semoga skripsi ini bisa menginspirasi orang yang membacanya. Bagi saya skripsi ini seperti langit mentari senja, sosoknya yang indah di akhir sebuah hari tapi mengingatkan kita untuk bersiap lagi menghadapi tantangan lain esok hari. Selamat membaca dan semoga terinspirasi. Penulis
  • 7. vi Universitas Indonesia PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Yohanes Oktavianus Siagian NPM : 0906517994 Program Studi : Arsitektur Interior Departemen : Arsitektur Fakultas : Teknik Jenis karya : Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : MENIKMATI (RUANG) PERTUNJUKAN : KAJIAN MENGENAI KEHADIRAN PENGALAMAN DAN APRESIASI DALAM RUANG PERTUNJUKAN SENI Kasus : JKT48 Theater beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 2 Juli 2013 Yang menyatakan ( Yohanes Oktavianus Siagian )
  • 8. vii Universitas Indonesia ABSTRAK Nama : Yohanes Oktavianus Siagian Program Studi : Arsitektur Interior Judul : Menikmati (Ruang) Pertunjukan : Kajian mengenai kehadiran pengalaman dan apresiasi dalam ruang pertunjukan seni Arsitektur seringkali hanya dilihat dari elemen fisiknya yang terlihat yaitu bangunan sehingga elemen ruang sebagai salah satu pembentuknya seringkali terabaikan. Elemen ruang tidak terbatas hanya pada arsitektur juga tetapi juga terdapat pada berbagai seni seperti seni pertunjukan. Skenografi adalah contoh bagaimana pengaturan elemen ruang dapat menghasilkan pengalaman dalam sebuah pertunjukan.Dalam seni pertunjukan terdapat penonton dan pelaku pertunjukan yang menikmati pertunjukan dan juga ruangan sebagai lingkungannya. Skripsi ini menjabarkan dan menyimpulkan bagaimana pengalaman dapat muncul dalam sebuah pertunjukan dan bagaimana penonton sebagai sebuah grup sosial mengapresiasinya dalam bentuk tindakan, tidak hanya pertunjukan karya seni pertunjukan tapi juga elemen ruang didalamnya Kata kunci : Ruang,Elemen Spasial, Seni Pertunjukan,Pengalaman, Apresiasi ABSTRACT Name : Yohanes Oktavianus Siagian Study Program : Interior Architecture Title : Experiencing performing art(‘s space) : study of the existence and appreciation of performing art’s space Architecture oftenly seen just by its physical element which is building so space as one of its element was neglected. Actually, Space as element is not limited in architecture but also in art like performing art. Scenography is a example how setting space element can produce experience in a performance. In performing art there are audiences and performer who not only enjoy and experiencing the show buat also the stages and auditorium as the enviroment. This Thesis ini describes dan concludes how experience is created in a performance and how audience as the consumer appreciate not only the show but also the spatial element within it, by their responses in action, Keywords : Space, Spatial Element, Performing Art, Experience, Appreciation
  • 9. viii Universitas Indonesia DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...............................................................................................i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii KATA PENGANTAR.......................................................................................... iv TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................. vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii DAFTAR ISI.......................................................................................................viii DAFTAR GAMBAR............................................................................................. x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xiii BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1 1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................1 1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................2 1.3 TUJUAN PENULISAN....................................................................................3 1.4 METODE PEMBAHASAN.............................................................................4 BAB 2 LANDASAN TEORI..................................................................................6 2.1 ARSITEKTUR,RUANG DAN MANUSIA.....................................................6 2.1.1 Definisi Arsitektur dan Ruang...................................................................6 2.1.2 Ruang dan Pengalaman..............................................................................9 2.2 SENI PERTUNJUKAN..................................................................................12 2.2.1 Budaya, Seni dan Seni Pertunjukan..........................................................12 2.2.2 Seni Pertunjukan sebagai event dan pengalaman......................................13 2.3 ARSITEKTUR DAN SENI PERTUNJUKAN...............................................16 2.3.1 Desain Ruang Pertunjukan........................................................................17 2.3.2 Stage dan Auditorium...............................................................................18 2.3.3 Skenografi................................................................................................23 BAB 3 STUDI KASUS : JKT48 THEATER......................................................25 3.1 POP CULTURE..............................................................................................25 3.1.1 Idol Culture...............................................................................................26 3.1.2 Chant dan Wotagei sebagai Respon Fans..................................................27 3.1.3 Lightstick..................................................................................................27 3.1.4 Fans..........................................................................................................28
  • 10. ix Universitas Indonesia 3.2 IDOL GROUP AKB48 DAN JKT48............................................................29 3.3 JKT48 THEATER SEBAGAI EVENT DAN TEMPAT PERTUNJUKAN................................................................33 3.3.1 Skenografi................................................................................................36 BAB 4 ANALISIS.................................................................................................38 4.1 LINGKUNGAN FISIK SEBAGAI PEMBENTUK PERSEPSI.......................40 4.2 LINGKUNGAN SOSIAL SEBAGAI PEMBENTUK PENGALAMAN........47 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................61 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64 LAMPIRAN
  • 11. x Universitas Indonesia DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Ilustrasi pembentukan ruang menurut Locke........................................7 Gambar 2. 2 Ilustrasi pembentukan ruang menurut Levefbre...................................8 Gambar 2. 3 Ilustrasi hubungan Perceived Space,Conceived Space dan Lived Space...................................................................................9 Gambar 2. 4 Bangunan Roman AmpiTheater..........................................................17 Gambar 2. 5 Tampilan (kiri) dan layout pentas Proscenium (kanan)......................19 Gambar 2. 6 Tampilan (kiri) dan layout pentas bentuk Arena (kanan)..................20 Gambar 2. 7 Tampilan (kiri) dan layout Thrust Stage (kanan)................................20 Gambar 2. 8 Created and found stage yang terjadi ketika seorang pesulap jalanan melakukan pertunjukannya.........................21 Gambar 2. 9 Ilustrasi batasan aural dan visual dalam stage dan auditorium...........22 Gambar 2. 10 Perhitungan jarak untuk pengaturan kursi (atas) dan Ilustrasi jarak pandang vertikal manusia (bawah).......................23 Gambar 3. 1 Remaja putri yang bergaya Harajuku di Jepang................................25 Gambar 3. 2 Wota biasanya sangat terobsesi dengan idolanya sampai rela mengumpulkan berbagai merchandise yang berhubungan dengan mereka (kiri) dan berpakaian sangat mencolok untuk menujukkan kecintaannya pada idolanya (kanan).................................................29 Gambar 3. 3 Layout JKT48 Theater (kiri) dan tampilan depan di JKT48 Theater (kanan).................................................................34 Gambar 3. 4 Denah JKT48 Theater (kiri) dan tampilan dalam ruang pertunjukan di JKT48 Theater (kanan)....................................35 Gambar 4. 1 Lightstick sebagai atribut wajib saat menonton idol (kiri), memberikan berkas cahaya yang menarik saat konser (tengah), maupun saat melakukan wotagei (kanan).........................................28 Gambar 4. 2 Diagram pembentukan pengalaman..................................................38 Gambar 4. 3 Performer menyampaikan pertunjukan dan menerima respon dari penonton dalam lingkungan pertunjukan......39 Gambar 4. 4 Perbandingan orientasi penonton dan performer dalam Thrust Stage, dalam hal ini JKT48 Theater (kiri) dan Arena Stage (kanan)..............................................................................................40 Gambar 4. 5 Figure-Ground Vase , apakah yang anda lihat? Sebuah vas atau wajah dua orang yang bertatapan ?........................41 Gambar 4. 6 Perbandingan warna objek di background hitam dan background lain..........................................................................42 Gambar 4. 7 Perbandingan kostum dan pertunjukan di JKT48 Theater dengan warna shading background berbeda.....................................42 Gambar 4. 8 Denah lighting JKT48 Theater...........................................................43 Gambar 4. 9 Perbandingan warna substraktif (kiri) dan aditif (kanan) ketika dikombinasikan..........................................44 Gambar 4. 10 Perbandingan cahaya pada lagu Renai Kinshi Jourei (kanan) dan Heart Gata Virus (kiri).............................................................44 Gambar 4. 11 Desain kostum untuk lagu Temo Demo no Namida yang disesuaikan dengan konsep dan lirik lagu..............................45
  • 12. xi Universitas Indonesia Gambar 4. 12 Denah peletakan speaker di JKT48 Theater.....................................46 Gambar 4. 13 Perbandingan kondisi dalam JKT48 Theater ketika pertunjukan tidak berlangsung (kiri) dan pertunjukan berlangsung (kanan).......................................................................48 Gambar 4. 14 Data Jenis kelamin dan status hubungan fans JKT48.....................50 Gambar 4. 15 Pie Chart Apa yang disukai fans dari JKT48 (kiri) dan alasan menonton (kanan).........................................................51 Gambar 4. 16 Pie Chart tindakan yang dilakukan oleh penonton sambil menyaksikan pertunjukan di JKT48 Theater.......................53 Gambar 4. 17 Tampilan potongan samping stage dan auditorium JKT48 Theater.......................................................54 Gambar 4. 18 Tiket pertunjukan JKT48 Theater memiliki nomor bingo yang akan diundi untuk menentukan urutan masuk ke dalam ruang pertunjukan (kiri); Dibagian depan teater inilah para penonton dibariskan sesuai nomor bingonya untuk kemudian dilakukan pengundian.(Kanan).......................................................................54 Gambar 4. 19 Kursi yang digunakan sebagai tempat duduk di JKT48 Theater.......55 Gambar 4. 20 Ilustrasi perbandingan ketika menonton diam dan melakukan wotagei...................................................................56 Gambar 4. 21 Ilustrasi melihat di tempat duduk dan standing area.......................56 Gambar 4. 22 Sudut pandang vertikal (Kiri), dan sudut pandang Horizontal saat menonton pertunjukan (kanan)................................................57 Gambar 4. 23 Ilustrasi blocking member dan jarak pandang jika ingin melihat 1 atau beberapa member secara khusus.............................57 Gambar 4. 24 Ilustrasi seberapa tinggi kepala harus mendongak untuk bisa melihat performer di tiap baris tempat duduk................................58 Gambar 4. 25 Tampak samping sudut peletakan Speaker di JKT48 Theater........59 Gambar 4. 26 Elemen yang menganggu kenyamanan menonton..........................59 Gambar 4. 27 Tiang pada ruang pertunjukan AKB48 Theater (kiri) dan JKT48 Theater (kanan)............................................................60
  • 13. xii Universitas Indonesia DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Panca Indra sebagai sistem persepsi (Gibson, 1966)..............................10
  • 14. xiii Universitas Indonesia DAFTAR ISTILAH Member : Panggilan singkat untuk anggota sebuah idol group Wota : Fans yang sudah terobsesi dan tergila-gila terhadap idolanya Encore : Teriakan untuk meminta pertunjukan tambahan Furicopy : Tindakan meniru gerakan tangan performer yang sedang tampil Kecha : Gerakan menjulurkan tangan oleh fans untuk menunjukkan dukungan ke performer,terinspirasi dari gerakan tari kecak. Chant : Teriakan pemberi semangat kepada performer ketika sedang tampil.
  • 15. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apa sebenarnya yang dimaksud dengan arsitektur, ruang dan interior ? Bagaimana wujud dari ketiga hal tersebut di dalam kehidupan kita ? Orang awam biasanya akan menjawab bahwa arsitektur itu adalah ilmu yg mempelajari bagaimana membangun rumah, gedung dan lain sebagainya sedangkan interior sendiri adalah bagian dalam dari bangunan tersebut. Pemahaman ini sangat melekat pada istilah arsitektur sehingga bahkan orang – orang yang berkecimpung di bidang arsitektur sendiri cenderung sulit untuk mendefinisikan apa sebenarnya itu arsitektur. Menurut buku Architecture, Space and Order terdapat dua elemen dalam arsitektur yaitu bentuk (form) dan ruang (space). Bentuk (form) merupakan hal yang disusun oleh titik, garis , bidang dan volume. Biasanya ini adalah yang sering kita anggap sebagai arsitektur karena mudah untuk dilihat keberadaannya dan lebih bersifat konkret padahal ruang (space) sebagai elemen lain juga penting walaupun sulit untuk ditunjukkan karena bersifat lebih abstrak. (Ching F. D., 1975) Dalam Arsitektur juga terdapat dua istilah penting yaitu Space and Place yang biasanya disebut sama dalam bahasa Indonesia yaitu ruang tapi sebenarnya memiliki arti yang cukup berbeda. Dalam bukunya Space and Place : The Perspective of Experience, (Tuan, 1977) menyebutkan bahwa pengalaman (experience) ruang kita ditentukan oleh sensasi, persepsi dan konsepsi yang kita rasakan ketika berada di ruang tersebut, bagaimana mengubah sebuah space menjadi sesuatu yang lebih familiar yaitu place. Hal ini nantinya yang menentukan bagaimana kita merasakan space maupun place dan membedakan keduanya. Dalam kehidupan manusia, seni adalah satu media ekspresi, salah satu jenisnya adalah seni pertunjukan. Seni pertunjukan berbeda dengan karya seni lain karena seni pertunjukan bukanlah karya yang diam seperti halnya seni rupa dan sastra yang berbentuk objek statis. (Willson, 1991) dalam The Theater Experience
  • 16. 2 Universitas Indonesia menyebutkan bahwa seni pertunjukan memberikan pengalaman dan emosi bukan dalam sebuah objek melainkan melainkan dalam sebuah peristiwa yang bergerak seiring jalannya waktu. Sebagai sebuah peristiwa tentunya ada berbagai elemen yang meembentuknya, hal ini dijelaskan oleh (Riantiarno, 2011) dalam bukunya Kitab Teater : Tanya jawab seputar seni pertunjukan yang menyebutkan bahwa ada tiga kekuatan utama yang bersinergi dalam membentuk sebuah peristiwa teater yaitu pekerja teater, tempat dan komunitas penikmat. Disini terlihat peranan ruang dan arsitektur dalam seni pertunjukan. Penyampaian pengalaman dalam sebuah seni pertunjukan tentunya harus didukung oleh sebuah suasana ruang yang sesuai sehingga apa yang diinginkan apa tercapai dengan baik. Akan menjadi hal yang tidak lucu jika sebuah pementasan komedi malah dibawakan dalam sebuah dekorasi stage yang suram dan bernuansa gelap dan sebaliknya. Ketika menikmati sebuah pertunjukan penonton tidak hanya melihat tetapi juga ikut “masuk” ke dalam dunia yang diciptakan oleh cerita, suasana, dari pertunjukan tersebut. Dalam dunia seni pertunjukan ada yang dikenal dengan skenografi atau juga biasa disebut tata pentas. Skenografi adalah sebuah cara untuk membentuk pengalaman dengan berbagai elemen seperti kostum, dekorasi, cahaya dan lain sepertinya sama seperti dalam arsitektur. Seni pertunjukan juga semakin berkembang karena tuntutan zaman. Pertunjukan yang diberikan harus disesuaikan dengan keinginan para penikmatnya yang semakin beraneka ragam. Perkembangan lifestyle yang sangat pesat memaksa seni pertunjukan harus bisa beradaptasi agar bisa mendapatkan penonton. 1.2 Rumusan Masalah Penulis memilih untuk membatasi pembahasan dalam ruang lingkup seni pertunjukan saja. Pembahasan akan dimulai dengan membahas sebuah studi kasus ruang pertunjukan seni kemudian akan dibahas elemen arsitektural yang ada di dalamnya dan kaitannya terhadap keberhasilan pertunjukan tersebut. Bagaimana pengalaman bisa hadir dari pertunjukan, elemen arsitektural dan bagaimana penonton bertindak sebagai bentuk apresiasi dari hal tersebut akan menjadi dasar utama dari pembahasan.
  • 17. 3 Universitas Indonesia 1.3 Tujuan Penulisan Tulisan ini ditujukan kepada masyarakat umum untuk meningkatkan perhatian mereka mengenai arsitektur, bahwa arsitektur itu tidak terbatas hanya pada elemen bangunan yang bersifat fisik tetapi juga elemen yang abstrak. Selain itu penulis ingin memperlihatkan bagaimana hubungan antara ruang dan perilaku manusia didalamnya, dalam hal ini adalah penonton dalam ruangan pertunjukan seni. Tulisan ini juga ditujukan kepada para mahasiswa arsitektur interior dan orang– orang lain yang berkecimpung di dunia arsitektur sebagai bahan referensi tentang bagaimana sebuah ruang dapat dinikmati oleh penggunanya untuk dapat menghasilkan rancangan arsitektur dan interior yang tepat guna dan berfungsi baik. Walaupun begitu seperti yang dikatakan Rasmussen dalam Experiencing Architecture mengatakan bahwa “art should not be explained;it must be experienced” (Rasmussen, 1959, hal. 9), maka seni pertunjukan dan arsitektur sebagai sebuah functional art haruslah dirasakan secara langsung sebagai sebuah referensi untuk merancang bangunan yang berkaitan dengan hal tersebut.
  • 18. 4 Universitas Indonesia 1.4 Metode Pembahasan LATAR BELAKANG 1. Arsitektur dapat berupa form yang konkret atau space 2. Form dan space dalam sebuah karya seni pertunjukan 3. Seni pertunjukan dan lifestyle 4. Apreasiasi manusia terhadap ruang RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana aspek ruang dalam sebuah event seni pertunjukan muncul dan dirasakan oleh penonton dan performer ? 2. Bagaimana proses menikmati pertunjukan dan menikmati ruang pertunjukan terjadi dan apa kaitannya dengan aspek keruangan? 3. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses menikmati pertunjukan dan ruang pertunjukan ? TUJUAN 1. Menunjukkan fenomena kehadiran ruang di dalam pertunjukan seni . 2.Membuka pemahaman mengenai pengaruh elemen ruang dalam sebuah pertunjukan seni dan kaitannya dengan bagaimana penonton menikmati pertunjukan. KAJIAN TEORI 1. Ruang , Arsitektur , Persepsi, Pengalaman 2. Seni pertunjukan , Ruangan Pertunjukan, Pengalaman 3. Psikologi sosial 4. Ergonomi, Skenografi 5. Lifestyle JKT48 Theater Ruang pertunjukan musik dan tari dengan konsep “Idol You can Meet” yang menekankan pada interaksi Analisis Kesimpulan dan saran Studi Kasus
  • 19. 5 Universitas Indonesia Tulisan ini dibuat dengan metode kualitatif dan juga kuantitatif. Saya, sebagai penulis akan mencoba berada di ruang pertunjukan untuk menonton pertunjukan yang ada dan menempatkan diri sebagai penonton sehingga bisa merasakan pengalaman yang diberikan kemudian memberikan laporan mengenai apa yang saya rasakan. Selain itu penulis juga akan menyebarkan angket dan melakukan wawancara dengan penonton lain untuk mendapatkan perbandingan dan menjaga objektifitas penulisan. Pengukuran ruangan, analisa serta dokumentasi lain akan digunakan untuk mendukung landasan teori yang digunakan. 1.5 Sistematika Penulisan Tulisan ini akan dibagi menjadi lima pengelompokan tulisan yaitu Bab Pendahuluan, Bab Landasan Teori, Bab Studi Kasus, Bab Analisis, dan Bab Kesimpulan . Bab Pendahuluan berisi penjelasan mengenai alasan dan latar belakang penulisan serta tujuan yang ingin dicapai . Bagaimana kurangnya pemahaman mengenai arsitektur dan ruang dalam kehidupan sehari–hari sehingga perlu diberikan penjelasan kepada masyarakat umum. Seni pertunjukan dan arsitektur memiliki kesamaan yaitu memiliki dua bentuk elemen, fisik dan abstrak dan keudanya memberikan pengalaman kepada penikmatnya. Dalam Bab Kajian Teori kemudian hal ini dijelaskan dengan berbagai landasan teori yang mendukung baik dalam hal arsitektur maupun seni pertunjukan dan hubungan di antara keduanya. Selanjutnya dalam Bab Studi Kasus, penulis akan mengulas tentang sebuah ruangan pertunjukan yang berlangsung secara rutin dan memiliki konsep pertunjukan yang menarik yaitu JKT48 Theater . Pembahasan secara spesifik mengenai pertunjukan tersebut baik mengenai konsep, bentuk pertunjukan, ruang yang digunakan, tipikal penonton serta hal-hal lain yang terkait akan dilakukan. Kemudian dalam Bab Analisis hasil yang diperoleh dalam studi kasus akan dianalisis dan dibahas dengan teori dalam bab sebelumnya. Hasil analisis dari ketiga bab tersebut kemudian dirangkum dalam Bab Kesimpulan.
  • 20. 6 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur,Ruang dan Manusia 2.1.1 Definisi Arsitektur dan Ruang Apa sebenarnya yang dimaksud ketika seseorang berbicara tentang arsitektur? Menurut KBBI online, arsitektur adalah seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dan sebagainya; metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 2013) Sedangkan jika ditinjau dari etimologi awalnya sendiri arsitektur berasal dari bahasa Yunani yaitu Architecton yang terdiri dari dua kata, archi yang berarti kepala, dan techton yang berarti tukang maka arsitekture adalah karya kepala tukang. (Ching F. D., 1975) dalam bukunya Form, Space and Order mengatakan bahwa terdapat dua elemen dalam arsitektur yaitu Form dan Space. Form adalah bagian dari arsitektur yang terdiri dari titik, garis, bidang yang memiliki karakteristik tertentu. Form ini adalah sesuatu yang terlihat secara fisikal sehingga biasanya dianggap sebagai arsitektur. Di sisi lain juga terdapat Space yang berbicara tentang elemen abstrak dari arsitektur yang tidak bisa dilihat secara visual tapi tetap bisa dirasakan. Hubungan antara form dan space dalam arsitektur dijelaskan oleh D.K Ching bahwa “Form defining space” (Ching F. D., 1975, hal. 98) Untuk bisa memahami mengenai arsitektur diperlukan pengertian mendalam terlebih dahulu mengenai space seperti yang dikatakan perkataan Lefebvre bahwa " Any definition of architecture itself requires a prior analysis and exposition of the concepts of space .“ (Lefebvre, 1991, hal. 15). Karena bentuknya yang abstrak maka space sulit untuk didefinisikan atau ditunjukkan sehingga sulit untuk mengidentifkasinya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan space dalam konteksnya di bidang arsitektur? Dalam bukunya Words and Building, Adrian Forty menjelaskan bagaimana awal mula space dianggap sebagai bagian dari pembahasan mengenai arsitektur. Karena bermula di Jerman, maka istilah yang digunakan juga menggunakan bahasa Jerman yaitu Raum. Dalam perkembangannya istilah ini menjadi masalah karena dalam
  • 21. 7 Universitas Indonesia bahasa Jerman istilah ini memiliki dua arti yaitu menyatakan ruang sebagai material enclosure dan juga konsep filosofis dimana ruang terbentuk sebagai mental image. Dalam bahasa Inggris sendiri istilah Raum tersebut dapat diartikan dengan istilah Space dan Room yang lebih menjelaskan perbedaan diantara keduanya sehingga tidak ambigu, dalam bahasa Indonesia sendiri istilah ini dapat diterjemahkan sebagai ruang dan ruangan walaupun definisi sebenarnya tidaklah sesederhana itu. (Forty, 2000, hal. 256) Apa itu space dan bagaimana mengetahui kehadirannya? Menurut (Locke, 1999) dalam bukunya An Essay on Human Understanding , space hadir dari posisi tubuh kita yang terdefinisi dalam ungkapan “ this piece is this distance from that piece is this distance from that piece dan is this long, this wide, etc.” (Locke, 1999, hal. 169) yang menunjukkan bahwa posisi spasial terbentuk dari penglihatan dan perabaan (sight and touch). Gambar 2. 1 Ilustrasi pembentukan ruang menurut Locke Sumber :Ilustrasi pribadi, 2013 Di sisi lain terdapat pemikiran yang berbeda dari (Lefebvre, 1991) tentang pembentukan space. Henry Levebfre menyatakan bahwa space adalah sebuah produk sosial, yang berarti bahwa space terbentuk (atau dibentuk) oleh seseorang
  • 22. 8 Universitas Indonesia yang melakukan intervensi, interaksi, maupun melakukan hubungan dengan orang lain. Gambar 2. 2 Ilustrasi pembentukan ruang menurut Levefbre Sumber: Ilustrasi Pribadi, 2013 (Kurniawan, 2009) dalam papernya yang berjudul Kita Memproduksi Ruang, membahas mengenai pemikiran Levebfre mengenai space ini. Henry Levefbre mengatakan bahwa “space is socially produced” sementara “we are spatially produce”, disini telihat bagaimana manusia sebagai objek yang menentukan space terbentuk sementara manusia itu sendiri terbentuk dan teridentifikasi karena interaksinya dengan ruang. Lebih lanjut Kemas Ridwan menjelaskan pemikiran Levefbre mengenai 3 proses yang terjadi ketika kita berinteraksi dengan sebuah space, atau lebih tepatnya berbagai elemen yang ada dalam sebuah space tersebut. Beliau menjelaskan bahwa tahap pertama adalah ketika kita melakukan praktik meruang (spatial practice) terhadap sebuah ruang, bagaimana kita memahami tentang aspek fisikal. Tahap selanjutnya adalah pengolahan secara mental tentang persepsi yang kita terima sehingga ada representasi secara sadar dari ruang. Di tahap terakhir mengacu pada pengalaman sub-conscious terhadap ruang dan bagaimana kita menentukan hidup dan melakukan berbagai tindakan kita di dalam ruang tersebut. Tahap ini adalah tahap tersulit karena berbicara tentang pemahaman dan penentuan respon terhadap ruang yang tentu saja dipengaruhi oleh personal pelaku dan bersifat sangat subjektif.
  • 23. 9 Universitas Indonesia Secara ringkas ketiga tahap itu dapat dituliskan dalam diagram berikut : Physical – Perceived—Spatial Practice Mental---Conceived—Representasions of Space Social---Lived---Spaces of Representation. Gambar 2. 3 Ilustrasi hubungan Perceived Space,Conceived Space dan Lived Space Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2013 2.1.2 Ruang dan Pengalaman Seperti yang dikatakan oleh Levebfre bahwa salah satu jenis interaksi kita terhadap ruang adalah ketika kita merasakan persepsi yang diberikan oleh ruang tersebut. Persepsi adalah proses dimana seseorang memperoleh informasi dari lingkungan sekitar dan merupakan suatu hal yang aktif. (Halim, 2005) menyatakan bahwa terdapat dua dasar teori persepsi. Pertama fokus pada penerimaan dan pengalaman indera sedangkan yang lainnya pada pikiran 1 2 3
  • 24. 10 Universitas Indonesia sebagai sebuah sistem yang saling berkaitan dan berhubungan. Salah satu teori persepsi yang terkenal adalah teori Gestalt. Dalam teori ini, hal paling dasar yang perlu diperhatikan adalah konsep tentang form, yaitu suatu elemen yang terstruktur dan tertutup dalam pandangan visual seseorang. Teori ini menjelaskan bahwa ada enam properti dasar yang mempengaruhi orang dalam mempersepsikan sebuah form yaitu Proksimitas atau kedekatan, Similaritas, Ketertutupan (Closure), Kesinambungan (Good Continuance), Bidang dan Simetri , serta Bentuk dan Latar (Figure and Ground). Jika teori Gestalt hanya menjelaskan persepsi secara visual maka Gibson (1966) menjelaskan persepsi secara lebih luas dan mengutarakan panca indera sebagai sebuah sistem persepsi yang dirangkum oleh Deddy Halim seperti di bawah ini : Tabel 2. 1 Panca Indra sebagai sistem persepsi (Gibson, 1966) Sumber : (Halim, 2005, hal. 172) Nama Bentuk Atensi Unit Penerima Anatomi Organ Aktifitas Organ Stimulus yg ada Informasi Eksternal yang didapat Sistem Orientasi Dasar Orientasi Umum Reseptor Mekanik Organ-organ vestibuler Keseimbangan tubuh Gravitasi dan Akselerasi Arah Gravitasi,menjadi terdorong Sistem Pendengaran (auditori) Mendengar Reseptor Mekanik Organ-organ cochlea (daun telinga dan telinga tengah) Orientasi suara Getaran di udara Sifat dan Lokasi Getaran Sistem Peraba (haptic) Menyentuh Reseptor mekanik dan suhu Kulit,sambun gan dan otot Eksplorasi mekanis Perubahan jaringan, konfigurasi sambungan, regangan otot Kontak mekanis, bentuk obyek, sifat material, kepadatan, kekentala n Sistem Penciuman (taste-smell) Mencium Reseptor kimia Lubang hidung Mengendus (membaui) Komposisi medium Sifat mudah menguap
  • 25. 11 Universitas Indonesia Mengecap Reseptor kimia dan mekanik Lubang mulut Mengecap Komposisi obyek yang dicerna Nilai nutrisi dan biokimia Sistem penglihatan Melihat Reseptor Mekanik Mekanisme okuler (mata,otot mata dll) Akomodasi pengaturan pupil, fiksasi, pemfokusan Variabel struktur ambient cahaya Apapapunyang dispesifikasi oleh variabel struktur optik Teori persepsi ini berhubungan dengan konsep affordance dimana respon seseorang terhadap persepsi yang diterima ditentukan oleh berbagai hal yang berasal dari dalam maupun luar diri si penerima persepsi Persepsi yang diterima tidak hanya persepsi yang berasal dari benda mati tetapi tidak jarang juga berasa dari sesama manusia. Terdapat istilah personal space yang berarti sebuah batas maya yang mengelilingi kita yang dirasakan sebagai wilayah pribadi kita dan jika dilalui oleh orang lain akan menimbulkn perasaan tidak nyaman. Personal space adalah sebuah konsep hubungan lingkungan-perilaku sebagai sebuah bulatan atau gelembung yang tak terlihat, mengelilingi dan dibawa bawa oleh suatu organisme dan ada diantara dirinya dan orang lain. Banyaknya faktor yang mempengaruhi bagaimana personal space seseorang ketika berhubungan dengan orang lain diantaranya adalah sebagai berikut (Sommer, 1969) Menurut faktor situasional, ketertarikan dan kesamaan terhadap sebuah hal dapat membuat personal space seseorang menjadi lebih mengecil dan tetap merasa nyaman walaupun berada di jarak yang sangat dekat dengan orang lain. Faktor lain yang membedakan adalah faktor individual dimana seseorang memiliki personalitas yang berbeda. Perbedaan Individual ini mulai dari perbedaan budaya, ras, jenis kelamin, usia hingga kepribadian. Sedangkan menurut faktor terakhir adalah faktor fisikal ruangan orang tersebut berada. Terkadang sebuah ruangan memaksa seseorang untuk memperkecil personal spacenya misalnya dalam sebuah kereta api yang sangat sempit. Dalam kondisi ini seseorang diharuskan untuk bertoleransi terhadap orang lain dan mau berbagi ruang tanpa harus merasa terganggu.
  • 26. 12 Universitas Indonesia 2.2 Seni Pertunjukan 2.2.1 Budaya, Seni dan Seni Pertunjukan Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya karena manusia dikaruniai akal atau budi untuk bisa membedakan dan memilih hal yang baik dan buruk untuk dirinya. Manusia juga disebut makhluk yang berbudaya karena hal tersebut. Dalam bahasa Sansekerta sendiri terdapat istilah buddayah yang merupakan bentuk jamak dari kata Budhi yang berarti akal . Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure jasmani, sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia (Supartono, 2001; Prasetya, 1998). Dalam bahasa asing juga terdapat istilah culture (Inggris), cultuur (Belanda) atau Kultur (Jerman) yang berasal dari bahasa latin yang berarti pemeliharaan, pengolahan, dan penggarapan tanah menjadi tanah pertanian. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari bahasa Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia. Menurut (Tylor, 1974) , kebudayaan adalah kompleks keseluruhan yang mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat istiadat dan kemampuan- kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat sedangkan menurut (Koentjaraningrat, 1986, hal. 180), kebudayaan adalah “keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan, yang diperoleh melalui belajar dan tersusun dalam kehidupan masyarakat” Menurut J.J. Hoenigman (The World of Man, 1959, hal. 11-12), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak. Pengertian gagasan adalah wujud yang dianggap ideal dari kebudayaaan yang berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai dan lain sebagainya yang bersifat abstrak; tidak dapat diraba, dilihat maupun disentuh. Gagasan ini terletak di dalam kepala dan alam pemikiran masyarakatnya. Ketika gagasan ini diwujudkan dalam bentuk tulisan maka gagasan tersebut akan berada di dalam buku atau karangan hasil karya penulis masyarakat tersebut.
  • 27. 13 Universitas Indonesia Penegertian wujud aktivitas adalah apa yang disebut sebagai sistem sosial, yang mengenai tindakan berpola dari manusia. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas manusia ketika berinteraksi serta berhubungan dengan yang lain setiap waktu menurut adat atau kelakuan. Aktivitas ini bersifat konkret, dapat diamati dan didokumentasikan Pengertian wujud adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Wujud kebudayaan ini adalah yang paling konkret dan dapat terlihat dengan jelas karena berupa objek. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia. Salah satu bentuk kebudayaan ini terlihat dalam karya seni masyarakat. 2.2.2 Seni Pertunjukan sebagai event dan pengalaman Seni dapat berbentuk objek seperti lukisan, tulisan, patung dan lain sebagainya atau juga berbentuk pertunjukan. Perbedaan media inilah yang membedakan seni menjadi seni rupa, seni literatur dan seni pertunjukan.Seni pertunjukan adalah bentuk seni dimana sang seniman melakukan sebuah ekspresi melalui suara, gerakan badan dalam sebuah pertunjukan di hadapan penonton. Seni pertunjukan secara umum dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu : 1. Musik (vokal, instrumental, gabungan) 2. Tari (representasional dan non-representasional) 3. Teater (dengan orang atau boneka/wayang sebagai dramatis personal) Elemen waktu adalah elemen krusial dalam sebuah seni pertunjukan untuk membentuk sebuah pengalaman kepada penikmatnya. Jika lukisan dan patung berupa benda nyata yang bisa dipegang maka lain halnya dengan seni pertunjukan yang berupa event. Hal ini diungkapkan oleh (Willson, 1991) yang menyebutkan bahwa seni pertunjukan memberikan pengalaman dan emosi bukan dalam sebuah
  • 28. 14 Universitas Indonesia objek melainkan melainkan dalam sebuah peristiwa yang bergerak seiring jalannya waktu. Lebih lanjut Wilson juga mengutip kata kata dari Bernard Beckerman mengenai kondisi ini Theater is nothing if not spontaneous. It occurs. It happens. The novel can be put away ,taken up, reread. Not Theater. It keep slipping between one’s fingers . Stopping , it stops being Theater. Its permanent features, facets of activity , such as scenery,script, stage ,people, are no more Theater than two poles of generator are electricity. Theater is what goes on between the parts. (Willson, 1991, hal. 3) Sebuah pertunjukan yang berhasil memberikan pengalaman kepada penontonnya tentunya ditentukan oleh beberapa elemen. (Willson, 1991) menyebutkan bahwa dalam teater,dan seni pertunjukan pada umumnya, ada lima elemen penting yang perlu untuk diperhatikan yaitu penonton, event pertunjukan, karya pertunjukan, latar belakang penciptaan karya atau konsep, dan lingkungan tempat pertunjukan berlangsung. (Riantiarno, 2011) punya pendapat sendiri yang menyederhanakannya menjadi tiga kekuatan utama yang bersinergi dalam membentuk sebuah peristiwa teater yaitu pekerja teater, tempat dan komunitas penikmat yang dapat diuraikan sebagai berikut : a) Penonton Penonton adalah salah satu elemen terpenting dalam sebuah seni pertunjukan. Penonton adalah konsumen dari pertunjukan yang menikmati apa yang diberikan oleh pelaku pertunjukan sebagai pelaku seni pertunjukan. Penonton adalah konsumen yang ingin mendapatkan kepuasan ketika datang menonton sebuah pertunjukan seni. Merekalah tujuan akhir dari alur penyampaian pengalaman ini dalam pertunjukan.Dalam kenyataannya penonton tidak hanya menjadi objek yang pasif dalam sebuah pertunjukan. Kehadiran penonton dalam sebuah pertunjukan ikut berperan serta dalam menciptakan pengalaman baik yang diterima oleh penonton lain maupun yang diterima oleh si pelaku pertunjukan sendiri. Apakah penonton terdiri dari orang-orang dengan karakteristik dan golongan yang sama atau tidak? Kumpulan penonton yang homogenous atau heterogenous dengan
  • 29. 15 Universitas Indonesia berbagai kalangan tentunya mempengaruhi apa dan bagaimana pengalaman itu terjadi. Menonton bersama dengan penonton yang berasal dari kalangan remaja tentunya berbeda dengan ketika bersama profesional yang memang berkecimpung di dunia pertunjukan. Latar belakang penonton juga berpengaruh ke bagaimana pengalaman dan bagaimana mereka menikmati pertunjukan tersebut. Pemahaman mereka dan apa yang mereka harapkan dari sebuah pertunjukan akan mempengaruhi bagaimana mereka menikmati pertunjukan. Orang yang menonton untuk pertama kali dan tidak tahu tentang pertunjukan tersebut tentu akan berbeda dengan orang yang sudah berkali-kali menonton pertunjukan yang sama. Bagaimana penonton menempatkan dirinya dalam sebuah pertunjukan dan bagaimana dia bereaksi terhadap pertunjukan tersebut adalah salah satu faktor yang membedakan bagaimana mereka menikmati pertunjukan dan pengalaman seperti apa yang mereka terima. b) Pelaku pertunjukan Pelaku pertunjukan selaku pelaksana seni pertunjukan yang bertugas memberikan pengalaman kepada penonton yang menikmatinya. Posisi pelaku pertunjukan sebagai translator sebuah karya seni pertunjukan menjadi sebuah pertunjukan penting karena merekalah yang membawa sebuah musik, karya seni ke bentuk event dalam bentuk suara maupun gerak tubuh. Oleh karena itu individu pelaku pertunjukan kemudian menjadi salah satu hal yang berpengaruh dan bertanggung jawab dalam bagaimana pengalaman itu terjadi untuk dinikmati penonton. Latar belakang pendidikan, usia, gender, dan hal-hal lain yang membentuk pelaku pertunjukan sebagai seorang manusia secara langung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi proses interpretasi sebuah karya seni pertunjukan. Akan berbeda tentunya ketika sebuah lagu perjuangan dibawakan oleh veteran perang dengan ketika dibawakan oleh remaja. Pemahaman terhadap karya yang akan dibawakan tentu saja akan bisa memberikan atmosfir pengalaman yang berbeda ketika membawakannya. Sebuah karya seni pertunjukan adalah sebuah bahan mentah yang harus dihidupkan dalam event pertunjukan tersebut. Ibarat makanan maka sebaik apapun karya
  • 30. 16 Universitas Indonesia pertunjukan ini diolah dan disajikan dalam event oleh pelaku pertunjukan akan kurang berhasil jika si karya seni sendiri tidak berhasil. Begitu juga sebaliknya jika sebuah karya seni pertunjukan tidak berhasil diolah dengan baik maka sia-sialah potensi sebuah karya seni pertunjukan itu. Ide dan konsep dalam sebuah karya pertunjukan tentunya memberikan pengalaman yang berbeda kepada tiap penonton yang berbeda. Oleh karena itu mempelajari karya pertunjukan apa yang dibawakan baik itu berupa lagu, naskah drama dan yang lainnya menjadi penting. c) Lingkungan Pertunjukan Lingkungan tempat pertunjukan terjadi bukanlah hanya sekadar tempat pelaku pertunjukan untuk beraksi secara fisikal tetapi juga sebagai salah satu elemen yang menciptakan suasana dan membentuk pengalaman ruang yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertunjukan. Wilson menulis peranan lingkungan dalam seni pertunjukan sebagai berikut, “ The physical environment of a Theater production is an important part of experience. Whether the Theater spaces is indoor or outdoors, whether it is large or small, the shape of the stage and its relationship to the audience help determine the nature of the Theater experience” (Willson, 1991, hal. 12) 2.3 Arsitektur dan Seni Pertunjukan Pada zaman primitif, ruang untuk pertunjukan yang biasanya dimaksudkan dengan tujuan kepercayaan dan religi diadakan di alam terbuka. Tempat pertunjukan tersebut bisa saja hanya berupa sebuah tempat dibawah naungan pohon besar atau tempat lainnya. Tempat yang dikhususkan untuk pertunjukan seni pertama dimulai oleh bangsa Yunani dengan AmpiTheaternya. Walaupun masih sangat awal tapi AmpiTheater sudah mengaplikasikan ilmu akustik di dalam designnya bahkan sempat disebutkan bahwa suara koin yang jatuh di tengah pentas dapat terdengar hingga ke area paling belakang tempat penonton.
  • 31. 17 Universitas Indonesia Gambar 2. 4 Bangunan Roman AmpiTheater Sumber : http://us.123rf.com/400wm/400/400/dbajurin/dbajurin0901/dbajurin090100053/4118698-roman- amphiTheater-in-amman-al-qasr-site-jordan.jpg, 2013 Seiring perkembangan zaman dan teknologi, maka berkembang pula seni pertunjukan dengan berbagai jenis seni dan cara pertunjukan baru, untuk bisa mendukungnya maka bangunan pertunjukan seni juga semakin berkembang. Pengetahuan dan teknologi baru di bidang akustik, dan pencahayaan serta lainnya memberi peranan besar terhadap hal ini sekaligus membuka berbagai kemungkinan baru dalam melakukan sebuah pertunjukan. 2.3.1 Desain Ruang Pertunjukan Menurut (Appleton, 2008) dalam Building for The Performing Arts dalam merancang sebuah ruang1 pertunjukan haruslah terlebih dahulu memperhitungkan berbagai macam faktor yang terkait seperti konsep pertunjukan, site, jenis pertunjukan, kapasitas dan lain sebagainya. Mengenai jenis petunjukan yang berhubungan dengan desain bangunan, (Appleton, 2008) menyatakan bahwa setidaknya dapat dibagi menjadi Musik klasik, Opera, Tari, Pertunjukan Musikal, Jazz, Musik Pop/Rock, dan Drama. Jenis pertunjukan tentunya memerlukan konfigurasi elemen arsitektur dan interior yang berbeda baik dari zoning, akustik, pencahayaan dan lain sebagainya. 1 Atau gedung,bangunan
  • 32. 18 Universitas Indonesia Masalah lain yang harus diperhitungkan adalah masalah site ruang pertunjukan tersebut. Bagaimana hubungannya dengan bangunan di sekitarnya, keterjangkauannya oleh target pengunjungnya, status bangunannya apakah permanen atau tidak, milik pemerintah atau tidak. Hal ini menentukan jenis treatment dan pendekatan seperti apa yang akan dilakukan untuk menciptakan ruang pertunjukan tersebut. Apakah menggunakan metode Intervention yaitu pendekatan dengan cara merubah bangunan lama menjadi lebih baik sehingga lebih layak, namun tetap saling berkait antara bangunan lama dan yang baru setelah diperbaiki; Insertion yaitu memasukkan dimensi yang telah ditentukan dalam batas bangunan yang ada ; atau malah Installation yaitu menambahkan elemen baru (bisa seperti bangunan baru) yang bisa jadi dipengaruhi bangunan yang ada, ditempatkan dalam batasan bangunan yang ada itu sendiri (Friedman, 2003). 2.3.2 Stage dan Auditorium Salah satu bagian paling penting dalam sebuah gedung pertunjukan adalah Pentas dan Auditorium. Pentas berarti sebuah tempat yang dipergunakan untuk mempertunjukkan suatu pemeranan yang dengan sadar mengisyarakatkan sebuah nilai kesenian. Pentas disini belum tentu merupakan sebuah panggung karena panggung adalah sebuah tempat dengan ketinggian tertentu. Secara fisik terlihat bahwa ada perbedaan diantara kedua istilah ini walaupun secara fungsi dan tujuannya sama yaitu tempat pertunjukan (Padmodarmaya, 2008, hal. 26-27) Jika pentas adalah tempat bermainnya maka tempat untuk menontonnya disebut auditorium. Berdasarkan hubungan letak dan layout dari pentas/stage dan auditorium ini maka jenis ruang pertunjukan dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu Proscenium, Arena , Thrust Stage dan The created or found space. Keempat jenis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Proscenium Proscenium adalah bentuk pentas yang menggunakan ketinggian dan biasanya kita sebut sebagai panggung. Pada pentas ini hubungan antara panggung dan auditorium dipisahkan atau dibatasi dengan dinding dan lubang prosenium. (Padmodarmaya, 2008, hal. 30) Dengan bentuk pentas seperti ini terlihat batas yang jelas antara penonton dan penampil. Selain itu dengan adanya panggung yang memiliki
  • 33. 19 Universitas Indonesia ketinggian yang lebih dibanding daerah auditorium maka penampil bisa terlihat lebih jelas. Gambar 2. 5 Tampilan (kiri) dan layout pentas Proscenium (kanan) Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a7/Auditorium_Building14.jp g/300px-Auditorium_Building14.jpg (kiri); http://blogs.swa- jkt.com/swa/10310/files/2012/03/proscenium.jpg (kanan), 2013 b) Arena Arena adalah bentuk ruang pertunjukan dimana auditorium berada mengelilingi area pentas. Bentuk ini adalah bentuk pentas yang paling sederhana dibanding yang lain. Area pentas tidak berada lebih tinggi dari bahkan terkadang justru lebih rendah dari auditorium. Bentuk pentas seperti ini adalah bentuk tertua dari pentas pertunjukan. Bentuk arena seperti ini memaksimalkan hubungan antara pelaku pertunjukan dan penonton, tapi meminimalkan terjadinya ilusi teatrikal.
  • 34. 20 Universitas Indonesia Gambar 2. 6 Tampilan (kiri) dan layout pentas bentuk Arena (kanan) Sumber : http://www.geneseo.edu/~blood/Spaces3.html (kiri) ; http://blogs.swa- jkt.com/swa/11167/files/2012/04/arena-300x247.jpg (kanan) , (2013) c) Thrust Stage Thrust Stage adalah ruang pertunjukan dengan bentuk setengah lingkaran. Jenis ruang ini bisa dianggap sebagai gabungan antara jenis Proscenium dan Arena. Perbedaannya dengan jenis Arena adalah terdapatnya sisi latar di belakang pentas yang biasanya terdapat di jenis Proscenium. Ilusi teatrikal akan sangat berkurang dalam thrust stage karena tidak adanya bingkai yang membatasi event yang terjadi dalam pentas dan penonton dapat melihat pertunjukan sekaligus penonton secara bersamaan Gambar 2. 7 Tampilan (kiri) dan Layout Thrust Stage (kanan) Sumber : http://images.wikia.com/phase/images/0/07/Thrust_Stage_001at20.jpg (kiri) ;http://hs- Theater-ib1.ism-online.org/files/2010/10/thrust-stage.jpg (kanan), 2013
  • 35. 21 Universitas Indonesia d) Created and Found Space Created and Found Space adalah jenis ruang pertunjukan yang secara fisik tidaklah dipersiapkan untuk sebuah pertunjukan seni. Ruang pentas muncul secara alami ketika pertunjukan itu dimulai, contohnya adalah para pengamen yang bermain musik dan menyanyi di dalam bus kota atau kereta api, atau misalnya pertunjukan sulap pinggir jalan yang kemudian dikerumuni oleh banyak orang. Gambar 2. 8 Created and found stage yang terjadi ketika seorang pesulap jalanan melakukan pertunjukannya Sumber:http://www.flickr.com/photos/peteriches/5374050276/, 2013 Sebenarnya jenis layout stage dan auditorium ini masih dapat dibagi lagi menurut kepentingan dan bentuknya secara spesifik (lihat lampiran 3). Jenis layout yang berbeda ini tentunya menghasilkan pengalaman menonton yang berbeda pula. Hal selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah masalah auditorium yang merupakan tempat penonton untuk menikmati pertunjukan. Penonton harus bisa mendengar dan melihat pertunjukan secara nyaman dan performer juga harus bisa melihat penonton sehingga menunjukkan ekspresi atau memberikan respon kepada penonton. Indra pendengaran dan penglihatan manusia memiliki keterbatasan sehingga hanya bisa mendapat rangsang hingga batas jarak dan sudut tertentu saja. Perhatikan gambar 2.9 yang menunjukkan area auditorium maksimal yang bisa dilihat oleh performer. Performer pada posisi B akan memiliki sudut pandang horizontal
  • 36. 22 Universitas Indonesia sepanjang garis Y, tetapi jika dalam potongan maka terlihat bahwa sudut pandangnya juga terbatas secara vertikal Gambar 2. 9 Ilustrasi batasan aural dan visual dalam stage dan auditorium Sumber : (Appleton, 2008, hal. 112) Untuk masalah batasan jarak antara performer dan penonton, tiap jenis pertunjukan memiliki jarak maksimal masing-masing. Drama sebaiknya tidak lebih dari 20 meter agar ekspresi wajah pemainnya terlihat, opera dan pertunjukan musikal maksimal 30 meter karena ekspresi tidak terlalu krusial dan lebih mementingkan suara, pertunjukan tari sebaiknya juga tidak lebih dari 20 meter agar penonton bisa melihat gerakan tubuh penarinya. Untuk sebuah auditorium yang akan digunakan untuk berbagai jenis pertunjukan maka kondisi jarak stage-auditorium yang paling utamalah yang didahulukan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam auditorium adalah masalah tempat duduk, baik masalah layout maupun levellingnya. Pengaturan tempat duduk yang tidak nyaman akan membuat kenikmatan saat menonton pertunjukan juga terganggu. Pengaturan yang terlalu padat atau tempat duduk yang terlalu sempit adalah contoh hal yang dapat menganggu. Menurut (Appleton, 2008), jumlah tempat duduk maksimal dalam sebuah row adalah 22 jika ada jalur gerak keluar masuk di kiri kanannya, atau 11 jika hanya ada 1 jalur gerak keluar masuk. Jarak antara row sebaiknya tidak kurang dari 400mm dan lebih dari 500mm. Selain itu, untuk menyesuaikan dengan kondisi mata mansia yang memiliki sudut padang terbatas dan adanya halangan dari penonton di depan 130°
  • 37. 23 Universitas Indonesia maka sebaiknya dalam pengaturan kursi penonton dibuat levelling dengan perhitungan ukuran seperti yang terlihat dalam gambar . Gambar 2. 10 Perhitungan jarak untuk pengaturan kursi (Atas) dan Ilustrasi jarak pandang vertikal manusia (Bawah) Sumber : (Appleton, 2008, hal. 129) 2.3.3 Skenografi Dalam menciptakan lingkungan pertunjukan dan suasana yang diinginkan untuk mendukung sebuah pertunjukan yang sukses diperlukan penataan berbagai hal pendukung lain tidak hanya pentas saja tetapi mulai dari set panggung, properti, pencahayaan hingga ke para pelaku pertunjukan dari busana, rias wajah dan rambut. Penataan berbagai hal tersebut disesuaikan dengan konsep dan pertunjukan yang akan ditampilkan agar memberikan pengalaman yang nyata dan lebih jelas dirasakan oleh penonton.
  • 38. 24 Universitas Indonesia Dalam seni pertunjukan ada yang dikenal dengan skenografi. Berdasarkan etimologinya Scenograph berasal dari bahasa Yunani ,skēnē, yang berarti panggung atau lingkungan; grapho, yang berarti menjelaskan , jadi dapat diambil kesimpulan bahwa skenografi adalah sesuatu yang menjelaskan lingkungan di pentas. Buku What is Scenography menunjukkan pendapat banyak ahli yang memberi mengenai definisi skenografi misalnya : a) Josef Svoboda (Czech Republic) : The interplay of space, time, movement and light on stage b) Tali Itzhaki (Israel) : Everything on stage that is experienced visually—in essence, a human being in a human space. c) Miodrag Tabacki (Yugoslavia) : The visual space of the performance conceived through an idea, shaped into a physical and architectural whole. (Howard, 2002, hal. 8) Penulis sendiri mempunyai pendapat bahwa Jika pentas diumpamakan sebagai wajah maka skenografi adalah berbagai make up untuk memperindah wajah tersebut untuk berbagai kesempatan dan waktu. Skenografi tidak hanya sekadar menghias panggung dengan berbagai macam pernak pernik yang indah tetapi lebih ke bagaimana menciptakan suasana yang mendukung pertunjukan seni. Menurut (Riantiarno, 2011) dalam Kitab Teater , ada beberapa elemen yang perlu diperhatikan dalam sebuah sebuah skenografi yaitu properti, busana, rias wajah dan rambut serta pencahayaan. Disini terlihat bahwa selain menata panggung juga dilakukan penataan terhadap si penampil yang akan muncul di panggung untuk bisa memperkuat suasana yang dihadirkan. Bagaimanapun skenografi yang baik tentunya terjadi ketika semua elemen tersebut dapat menyatu dan dapat dinikmati oleh penonton seperti yang dikatakan oleh Pamela Howard “The scenographer’s work is not complete until the first audience arrives in the Theater and the moment comes to make the weeks of private preparation, public.” (Howard, 2002, hal. 105)
  • 39. 25 Universitas Indonesia BAB 3 STUDI KASUS : JKT48 THEATER 3.1 Pop Culture Seiring berkembangnya zaman semakin banyak bentuk seni, termasuk seni pertunjukan yang muncul. Hal ini tidak lepas dengan kehadiran popculture sebagai salah satu jenis budaya yang hadir di perkembangan zaman tersebut. Menurut oxforddictionaries.com , popculture adalah “commercial culture based on popular taste”, budaya komersial yang berdasarkan selera dan popularitas atau tren yang ada. Seperti definisinya budaya ini memang berfokus kepada profit dan komersialisasi budaya yang mereka ciptakan. Sudah banyak budaya Pop Jepang yang berhasil masuk ke pasar Internasional dan dinikmat secara global. Di bidang Fashion terdapat gaya Harajuku yang sangat terkenal. Harajuku sendiri sebenarnya adalah sebutan populer sebuah daerah di distrik Shibuya, Tokyo dimana banyak remaja yang berpakaian aneh. Gambar 3. 1 Remaja putri yang bergaya Harajuku di Jepang Sumber : http://skyelarkbirdy.files.wordpress.com/2011/04/harajuku211.jpg, 2013
  • 40. 26 Universitas Indonesia Di bidang hiburan terdapat manga dan anime dari Jepang yang tidak hanya disukai oleh anak-anak tetapi juga remaja dan bahkan orang dewasa. Walaupun komik dan kartun bukan berasal dari Jepang tetapi mereka berhasil mengembangkannya hingga memunculkan istilah baru yaitu manga dan anime yang secara spesifik berarti kartun dan komik buatan Jepang. Anda pasti masih mengingat kartun Doraemon, SailorMoon, Dragon Ball yang tayang setiap hari Minggu di stasiun TV swasta lokal di era 90an dan sangat dinantikan oleh anak-anak. Bahkan kartun Doraemon dan Dragon Ball masih ditayangkan di salah satu televisi swasta hingga saat ini. 3.1.1 Idol Culture Salah satu budaya popculture (dan subculture) yang berkembang di Jepang adalah Idol. Dalam budaya Jepang, idol (アイドル aidoru) adalah seseorang (pria atau wanita) berusia belasan hingga awal 20 tahun yang memiliki penampilan menarik dan memiliki kemampuan di dunia hiburan seperti tarik suara, modeling, akting, dan lain sebagainya. Idol ini akan dididik dan dipromosikan oleh pihak manajemennya sampai mereka dirasa (atau merasa) siap (atau juga bisa karena faktor umur) untuk memasuki dunia hiburan secara individual atau dikenal dengan sebutan lulus seperti layaknya sekolah. Terdapat berbagai macam jenis idol sesuai dengan bidang yang dikhususkan untuknya misalnya Variety Idol (Badadoru = Baraieti idoru), idol model bikin (gravure idol), idola yang berumur dibawah 15 tahun ( U-15 idol), idol video dewasa (Nudoru= Nude Idol/idoru), idol penyanyi enka (Endoru = Enka Idol/aidoru). Selain itu juga terdapat idol dalam berbagai minat minat masing- masing seperti , rakugo2 (raidoru) ,perkeretaapian (tetsudoru), robot (robodoru), militer (milidoru), pasar saham (kabudoru), ikan (sakanadoru), hingga idola pertanian (nodoru) ("Idol Group." J Pop Culture - Oct. 2012: 22-25. Print.) Hingga pertengahan tahun 1980an citra seorang idol diposisikan layaknya bintang yang berada diatas masyarakat biasa. Hal ini didobrak dengan kemunculan grup idola Onyanko Club yang dilahirkan dalam variety show Fuji TV Yuyake Nyan 2 Rakugo adalah seni bercerita tradisional Jepang yang mengisahkan cerita humor yang dibangun dari dialog dengan klimaks cerita yang tidak terduga
  • 41. 27 Universitas Indonesia nyan pada tahun 1985. Anggota Onyanko Club dicitrakan sebagai gadis biasa layaknya teman sekolah seperti yang dikatakan dalam buku Japan Pop : Inside the world of Japanese Popular Culture mengenai idol ini, “Playing on young people's social needs, Japan's life-sized pop idols are produced and marketed as personifiers of a typical "girl or boy next door," chosen to become "lucky stars" and to represent their generation.” (Craig, 2000, hal. 311) Dengan sistem marketing seperti itu maka idol dituntut tidak hanya bisa menyanyi, menari maupun berakting dengan baik tetapi juga membangun interaksi dengan para fansnya. Berbagai kegiatan selain stage performance diadakan untuk membangun intimacy antara fans dan idol mulai dari handshake event, foto bersama sign event, blog, dan sosial media. Budaya idol ini masih menjadi pro dan kontra di masyarakat Jepang karena dianggap minim talenta dan merusak industri musik dan hiburan, walaupun begitu konsep idol ini kemudian menjadi salah satu industri yang memberikan profit paling banyak di sektor entertainment. 3.1.2 Chant dan Wotagei sebagai Respon Fans Wotagei berarti "wota (idol fan) art". Wotagei mengacu pada gerakan dan teriakan penyemangat yang dilakukan oleh wota. Walaupun demikian wotagei ini boleh dilakukan oleh siapa saja dan tidak terbatas oleh wota saja.Ketika menonton pertunjukan JKT48 ada teriakan yang diserukan oleh penonton/fans seiring nada lagu.Teriakan ini disebut sebagai Chanting Mix yang merupakan salah satu cara untuk mendukung dan menyemangati idol ketika sedang tampil. Teriakan ini dilakukan pada waktu tertentu pada intro maupun sela sela tertentu. “Meneriakkan Mix ini bukanlah sebuah kewajiban tetapi ketika melakukannya bisa merasakan kesatuan dengan pertunjukan yang sedang terjadi diatas panggung” (JKT48, 2012, hal. 28) 3.1.3 Lightstick Lightstick adalah atribut wajib para fans sebuah idol group. Fans akan mengayunkan lightstick ini sepanjang pertunjukkan untuk lebih memeriahkan suasana. Warna warni yang muncul dari lightstick yang dipegang oleh para fans ini memang selalu memberikan pemandangan yang menarik dalam setiap pertunjukan. Lightstick ini juga digunakan ketika melakukan sebuah gerakan wotagei.
  • 42. 28 Universitas Indonesia Gambar 4. 1 Lightstick sebagai atribut wajib saat menonton idol (kiri), memberikan berkas cahaya yang menarik saat konser (tengah), maupun saat melakukan wotagei (kanan) Sumber : kaskus.co.id (kiri); http://drewleefacingtheworld.blogspot.com/2013_03_01_archive.html (tengah); http://adwindokukar.blogspot.com/2012/11/pesta-langit-malam-langit-tenggarong.html (kanan) 3.1.4 Fans Fans sebuah Idol Group pada umumnya adalah remaja laki laki yang mayoritas masih duduk dibangku sekolah. Hal ini berbeda dengan sister group lain di Jepang dimana fansnya mayoritas terdiri dari para pekerja muda lajang yang memang mencari hiburan dan menghilangkan penat setelah kerja. Tidak jarang kita akan menjumpai fans yang masih mengenakan kemeja kerjanya saat menonton pertunjukan idol. Di Jepang sendiri Idol group tidak hanya dimonopoli remaja laki laki atau pria paruh baya tetapi juga perempuan, anak kecil hingga orang lanjut usia. Pertunjukan idol group seakan telah menjadi pilihan hiburan alternatif yang menarik walaupun terkadang masih menuai pro dan kontra dengan tuduhan eksploitasi anak dibawah umur serta menjual romantisme dan sensualisme terselubung.
  • 43. 29 Universitas Indonesia Fans yang sudah sangat fanatik biasanya disebut dengan istilah Wota. Wota istilah umum untuk Idol Otaku, dimana Otaku sendiri berarti orang yang sangat terobsesi dengan hobinya,mungkin hampir sama dengan istilah geek, sehingga Wota berarti adalah orang yang sangat terobsesi dengan idolnya. Penampilan para wota ini biasanya sangat mencolok ketika menonton performance idolanya dengan berbagai macam atribut, walaupun tidak semuanya seperti itu. Gambar 3. 2 Wota biasanya sangat terobsesi dengan idolanya sampai rela mengumpulkan berbagai merchandise yang berhubungan dengan mereka (kiri) dan berpakaian sangat mencolok untuk menujukkan kecintaannya pada idolanya (kanan) Sumber : http://makoto-anon.tumblr.com (kiri); http://newschoolkaidan.com/the-way-of-the-wota/ (kanan), 2013 3.2 Idol Group AKB48 dan JKT48 AKB48 adalah idol group yang diproduseri oleh Akimoto Yasushi yang sebelumnya juga memproduseri Onyanko Club. Nama AKB48 diambil dari Akihabara (atau bisa juga disingkat Akiba), sebuah area di Tokyo yang merupakan pusat tempat perbelanjaan elektronik dan hobi seperti anime, manga, games dan lain sebagainya. Teater tempat pertunjukan AKB48 berada di lantai 8 Don Quixote (atau Don Quijote) yang merupakan salah satu tempat perbelanjaan di Akihabara. Angka 48 sendiri berasal dari nama bos office 48, perusahaan yang menaungi grup ini, yaitu Shiba Kotaro , Shi = 4 dan ba = 8
  • 44. 30 Universitas Indonesia a) Konsep Pembentukan AKB48 dimulai ketika Akimoto Yasushi atau yang biasa dipanggil Aki P berniat untuk membuat sebuah idol group dimana kita bisa melihat dan bertemu dengan idola kita tidak hanya melalui siaran di TV atau pertunjukan yang terbatas. Aki P memperkenalkan konsep “Idol you can meet” berbasis teater dengan pertunjukan yang diadakan hampir setiap hari sehingga para fans dapat bertemu dengan idolanya. Alih alih memberi citra glamor sebagai idola yang dipuja, anggota AKB48 memposisikan diri sebagai seseorang yang perlu didukung dengan segala keterbatasannya. “Kami ingin mendukung mereka seperti menjaga seekor burung kecil sebelum ia bisa terbang ke langit”, begitu kata seorang fans (中居正広の金 曜日のスマたちへ (Nakai Masahiro no Kinyoubi no SUMAtachi e), 2012) b) Overseas Group Seiring dengan semakin berkembangnya popularitas grup AKB48 maka dibukalah “cabang” di beberapa daerah yaitu SKE48 yang berpusat di Nagoya,Sakae; NMB48 yang berpusat di Namba,Osaka; HKT48 yang berpusat di Hakata,Fukuoka; dan SDN48 yang mengkhususkan pertunjukan untuk dewasa setiap sabtu malam (Saturday Night). Pada September 2011 kemudian dimulai pula audisi untuk first overseas sister group di Indonesia yaitu JKT48 yang berpusat di Jakarta dan debut perdana di televisi pada November 2011. c) Setlist Dalam setiap pertunjukan di teater JKT48 dan 48group lainnya terdapat sebuah setlist yang merupakan kumpulan lagu yang dibawakan secara teatrikal dengan musik dan tari secara nonstop selama kurang lebih 2 jam. Tiap setlist memiliki tema masing masing yang terlihat dari lirik dan jenis pembawaan yang lagu yang ada di dalamnya. Hingga saat ini AKB48 sudah memiliki 17 jenis setlist (lihat lampiran 1). JKT48 sendiri membawakan Setlist Pajama Drive, dan Renai Kinshi Jourei (aturan anti cinta) dengan lirik yang sudah diubah ke dalam bahasa Indonesia.
  • 45. 31 Universitas Indonesia Secara umum pertunjukan sebuah setlist dibawakan dengan alur sebagai berikut : i. Sebelum show dimulai akan ada Kageana (Shadow Announcer) yaitu salah seorang performer yang akan menyapa penonton dari balik layar dan menjeaskan peraturan dari show ii. Lampu akan dimatikan hingga keadaan benar benar gelap. Kemudian akan ada overture yang bisa dianggap sebagai pembuka dari pertunjukan. Overture ini bisa dianggap sebagai sebuah ritual yang harus diadakan sebelum pertunjukan 48fam bahkan ketika melakukan pertunjukan di luar teater Berikut lirik Overture JKT48 : J.K.T. 48!! Everybody! A live act never seen before! Here in World famous Jakarta, Indonesia These angels have come down to perform for you! Are you ready? Are you ready? JKT 48! JKT 48! Come on! Are you ready? iii. Kemudian seluruh member3 akan muncul dan langsung membawakan 3-4 lagu secara nonstop tanpa jeda. 3 Seluruh member yang dimaksud adalah member yang perform dalam 1 show tersebut yang berjumlah 16 orang
  • 46. 32 Universitas Indonesia iv. Setelah lagu ini seluruh member akan berbaris di stage ( panggung) untuk melakukan Jikoushoukai atau perkenalan diri dengan catchphrase masing masing sambil membahas tentang satu tema yang dipilih. v. Selanjutnya adalah pembawaan lagu secara sub unit yang terdiri dari 2 hingga 5 member secara berturut turut vi. Kemudian akan ada MC lagi sekitar 7 menit dengan berbagai topik vii. Kemudian akan ada 3 lagu berturut yang dibawa secara bersamaan viii. Selanjutnya akan ada MC lagi selama sekitar 7 menit ix. Member lalu memberitahukan bahwa ini adalah lagu terakhir kemudian membawakannya x. Meneriakkan Encore xi. Setelah 5-8 menit member akan muncul lagi dan membawakan encore satu lagu. xii. Akan ada MC dan ucapan terimakasih karena sudah meminta encore sambil membahas satu tema lagi xiii. Member membawakan lagu terakhir xiv. Lampu mati, pertunjukan selesai xv. Akan ada Kageana lagi yang meminta penonton untuk bersabar sejenak sebelum keluar dari dalam teater. Setelah pertunjukan teater akan ada sesi hitouch4 sambil penonton keluar dari ruangan teater. d) Performer Sama seperti idol group pada umumnya di Jepang, AKB48 dan sistergroupnya juga merekrut gadis-gadis remaja untuk dididik menjadi seorang idola. JKT48 saat ini terdiri dari 21 + 2 Tim J dan 28 KKS (Kenkyusei/Trainee) remaja putri dengan umur 4 Versi pelan dari Hi Five
  • 47. 33 Universitas Indonesia bervariasi dari yang paling muda 13 tahun dan yang paling tua berumur 21 tahun dengan mayoritas anggota berumur 14-18 tahun. Ada beberapa peraturan utama yang harus ditaati oleh seorang anggota idol group yang biasa disebut dengan Seven Golden Rules, peraturan ini pada awalnya dibuat oleh Akimoto Yasushi untuk Onyanko club tapi kemudian diadaptasi oleh AKB48 dan idol group lainnya. Peraturan-peraturan tersebut adalah sebagai berikut : a) Dilarang pergi ke diskotik. b) Dilarang tanda tangan di sembarang tempat [kecuali untuk merchandise yang akan di jual]. c) Tidak boleh mabuk2an dan merokok. d) Tidak boleh pacaran. e) Pergi ke tempat wisata harus beserta penjaga / pengawas / wali. f) Sekolah / pendidikan adalah hal yang utama. g) Tidak boleh memakai pakaian yang mencolok (yang ini tergantung jaman) dan make-up yang tebal. Dari ketujuh peraturan tersebut,yang sering mendapat perhatian adalah masalah tidak boleh pacaran,hal ini kemudian diangkat oleh Akimoto Yasushi menjadi sebuah lagu dengan judul Renai Kinshi Jourei atau dalam bahasa Indonesia berarti Aturan Anti Cinta. Peraturan yang melarang anggota idol group untuk berpacaran sebenarnya dapat dianggap untuk menjaga “ilusi” interaksi dengan fans. Anggota idol group yang ketahuan berpacaran oleh fans biasanya akan dianggap pengkhianat oleh fans bahkan dipaksa keluar dari idol group tersebut. 3.3 JKT48 Theater Sebagai Event dan Tempat Pertunjukan JKT48 Theater dapat berarti sebuah pertunjukan seni teatrikal atau juga berarti tempat pertunjukan , hal ini menjadi menarik karena hubungan antara arsitektur dan seni pertunjukan terlihat sangat jelas disini dan tidak bisa dipisahkan. Pertunjukan 48 groups diadakan di sebuah sebuah teater permanen secara berkala hampir setiap harinya. Teater ini biasanya berada di sebuah pusat perbelanjaan yang banyak dikunjungi oleh orang muda. JKT48 Theater berada di lantai 4 Fx, sebuah pusat
  • 48. 34 Universitas Indonesia perbelanjaan di daerah Senayan, Jakarta. Di sebuah tenant disinilah JKT48 (hampir) setiap hari mengadakan pertunjukan dan dua kali show setiap akhir pekan (Sabtu dan Minggu). Tempat ini baru aktif dipergunakan sebagai tempat pertunjukan permanen mulai 8 September 2012 setelah sebelumnya shownya diadakan di teater sementara yaitu di NAS ( Nyi Ageng Serang) pada bulan Mei dan Pasaraya Blok M pada bulan Juni dan Juli. Berada di daerah Senayan yang merupakan kawasan perkantoran merupakan keuntungan tersendiri karena para pekerja yang ingin menonton dapat singgah setelah jam kerjanya. Selain itu fX juga dekat dengan kompleks Istora Senayan dan Gelora Bung Karno yang sering dijadikan tempat berbagai kegiatan sehingga akses transportasinya mudah . Gambar 3. 3 Layout JKT48 Theater (kiri) dan tampilan depan di JKT48 Theater (kanan) Sumber : http://mazroy48.tumblr.com/post/31915965058/jkt48-Theater-layout-source-2ch-id- gjp5jtzs0 (kanan) ; http://www.jkt48.com/ (kiri), 2013 JKT48 Theater berkapasitas sekitar 210 orang, 180 kursi untuk penonton duduk, dan 30 penonton berdiri. JKT48 Theater menggunakan sistem thrust Stage dalam ruang pertunjukannya yang ditandai dengan adanya bagian latar di belakang stage
  • 49. 35 Universitas Indonesia dan area penonton yang nyaris melingkari stage. Dalam ruang pertunjukan JKT48 terdapat beberapa area yang dapat dikelompokkan sebagai berikut Gambar 3. 4 Denah JKT48 Theater (kiri) dan tampilan dalam ruang pertunjukan di JKT48 Theater (kanan) Sumber : Ilustrasi pribadi (kiri); http://journalistjkt48.blogspot.com/2012/12/teater-jkt48- adalahteater-eksklusif.html (kanan) , (2013) 1.Stage Stage adalah area dimana para member JKT48 menanyi ,menari dan lain sebagainya. Stage ini berukuran kurang lebih 8 x 2,5 m dengan ketinggian +/- 50 cm . Bagian samping dan belakang stage ditutupi dengan kain berwarna hitam . 2.Area Penonton Area penonton atau yang juga disebut auditorium dalam JKT48 Theater terdiri dari dua jenis yaitu area duduk dan area berdiri. Area duduk merupakan tempat duduk penonton yang berupa barisan kursi berwarna biru dan hijau. kursi di area ini terdiri dari 5 baris dan 20 kolom untuk tiap warnanya. Warna ini dimaksudkan untuk memudahkan pembagian kursi bagi penonton. Area berdiri berada di daerah belakang area duduk yang hanya dibatasi dengan tali pembatas. 3.Area Kontrol Area kontrol berada di bagian paling belakang tengah persis menghadap stage. Di area ini diletakkan instrumen pengaturan akustik dan cahaya selama pertunjukan. Selain itu di daerah ini juga para staf memberikan cue kepada performer mengenai Stage Standing Area Duduk Control Area Duduk
  • 50. 36 Universitas Indonesia berbagai hal misalnya berhentinya mc atau malah memperpanjang durasi mc karena ada masalah di backstage dan semacamnya 3.3.1 Skenografi Set panggung dalam JKT48 Theater cenderung sangat minim dekorasi bahkan bisa dibilang tidak ada. Bagian stage yang dipulas warna hitam kelam polos membuka kemungkinan sebagai layar dasar berbagai konsep pertunjukan yang berbeda dalam waktu singkat yang berarti juga pengalaman yang berbeda beda. a) Busana Dalam pertunjukan AKB48 dan sistem grupnya, kostum adalah sebuah hal yang sangat penting dan sangat diperhatikan. Kostum yang biasa disebut dengan istilah seifuku yang sebenarnya berarti seragam (ala pelaut) yang merupakan ciri khas seragam sekolah perempuan Jepang menjadi daya tarik dari grup ini yang menonjolkan semangat muda dan kesegaran mereka. Dalam Sebuah setlist setidaknya ada 5-6 jenis seifuku yang digunakan. Seifuku ini diganti setiap beberapa lagu untuk menyesuaikan dengan lagu yang dibawakan. Gambar 3.5 Kostum dalam pertunjukan JKT48 diatur spesifik untuk tiap lagunya, seperti pada lagu Shiori Shirt (kiri) dan lagu Tenshi no Shippo (kanan) Sumber : Kapanlagi.com, 2013 b) Pencahayaan Pencahayaan dalam JKT48 Theater bisa dibilang tidak kalah dengan petunjukan konser artis pada umumnya. Dengan berbagai jenis lampu sorot berwarna warni menghasilkan tata cahaya yang berbeda untuk setiap lagu untuk mendukung pertunjukan.
  • 51. 37 Universitas Indonesia c) Akustik Sumber suara utama dalam JKT48 Theater berasal dari speaker yang berjumlah 10 buah berada di bagian depan. Speaker ini didukung pula dengan material akustik dalam teater yang berupa kain tebal di bagian dinding dan juga stage yang berfungsi sebagai isolator suara sehingga tidak bocor keluar. Pembahasan lebih mendalam mengenai elemen skenografi dalam pertunjukan di JKT48 Theater ini akan dilakukan pada bab selanjutnya.
  • 52. 38 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISIS Pada bab sebelumnya telah dibahas dan dijabarkan jenis pertunjukan dan bagaimana pertunjukan disajikan dalam JKT48 Theater sedangkan dalam ini akan lebih dijabarkan secara mendalam bagaimana pengalaman terjadi ketika penonton menikmati pertunjukan tersebut dan apa peranan elemen arsitektural di dalamnya. Menurut (Tuan, 1977) pengalaman terbentuk ketika kita mendapatkan rangsangan dari luar yang kemudian kita olah di dalam pikiran kita, hal ini tercermin dalam kalimat berikut : “Experience is a cover-all term for the various modes through which a person knows and construct a reality.These modes range from the more direct and passive senses of smell.taste, and touch, to active visual perception and the indirect mode of symbolization” (Tuan, 1977, hal. 9) Yi Fu Tuan kemudian menjelaskan kembali definisi dan hubungan antara persepsi dan emosi manusia ke dalam diagram berikut ini : Gambar 4. 2 Diagram pembentukan pengalaman Sumber : (Tuan, 1977) Disisi lain ketika berbicara tentang pengalaman berarti tidak bisa terlepas dari bagaimana kita menempatkan diri dan berlaku di dalam sebuah ruang. Terlihat bahwa diagram di atas sangat mirip dengan diagram mengenai tingkatan Experience Sensation, perception, conception EMOTION THOUGHT
  • 53. 39 Universitas Indonesia pemahaman kita terhadap space. Proses menerima, mengolah, merespon pengalaman dalam ruang inilah yang akan dibahas secara mendalam dalam bab ini. Jika menurut (Willson, 1991) lima elemen penting dalam sebuah pertunjukan yaitu penonton, pertunjukan yang ditampilkan, bagaimana pertunjukan ditampilkan, tujuan dari pertunjukan, dan lingkungan sebuah pertunjukan ditampilkan (Riantiarno, 2011) dalam bukunya Kitab Teater : Tanya jawab Seputar Seni Pertunjukan mengatakan bahwa ada tiga kekuatan utama yang bersinergi dalam membentuk sebuah peristiwa teater yaitu pekerja teater, tempat dan komunitas penikmat. Penulis sendiri lebih memilih menjelaskan sebuah pertunjukan secara sederhana sebagai sebuah proses take and give antara pelaku pertunjukan dan penonton dengan pertunjukan/pengalaman sebagai objeknya di dalam sebuah lingkungan. Gambar 4. 3 Performer menyampaikan pertunjukan dan menerima respon dari penonton dalam lingkungan pertunjukan Sumber : http://www.newyork-tokyo.com/wp/akb48/ telah diolah kembali , 2013 Dari gambar 4.2 terlihat bagaimana pertunjukan dan pengalaman di dalamnya yang disimbolkan dengan garis bertanda panah berwarna hijau dan respon dari penonton yang disimbolkan dengan garis berwarna oranye. Performe r Penonton Lingkungan pertunjukan Lingkungan pertunjukan
  • 54. 40 Universitas Indonesia 4.1 Lingkungan Fisik sebagai Pembentuk Persepsi Lingkungan fisik dapat memberikan persepsi dalam berbagai bentuk baik itu visual, audio, maupun lainnya. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Skenograf(i) untuk bisa membentuk pengalaman dari berbagai dekorasi spasial. JKT48 Theater menggunakan sistem thrust Stage yang merupakan “gabungan” antara Proscenium dan Arena. Dengan bentuk stage seperti ini maka penonton dapat melihat seluruh performer, dan begitu juga sebaliknya. Namun penonton akan mendapatkan pandangan yang berbeda tergantung posisi dimana dia duduk. Bandingkan dengan stage bentuk arena dimana performer bisa saja membelakangi penonton. Gambar 4. 4 Perbandingan orientasi penonton dan performer dalam Thrust Stage, dalam hal ini JKT48 Theater (kiri) dan Arena Stage (kanan) Sumber : Ilustrasi pribadi (kiri); http://www.Theaterintheround.org/about-trp/unique-stage.html (kanan), 2013, telah diolah kembali a) Peranan Warna dan Cahaya dalam Pertunjukan Di dalam ruang pertunjukan JKT48 Theater warna dominan yang ada adalah warna hitam mulai dari dinding, panggung, hingga bagian ceiling. Suasana kelam dan suram adalah hal yang dirasakan ketika masuk ke dalam ruangan ini. Hal ini
  • 55. 41 Universitas Indonesia didukung pula dengan pencahayaan yang rendah di daerah penonton ( auditorium) pada saat pertunjukan berlangsung. Suasana yang kelam ini sebenarnya sangat berlawanan dengan konsep pertunjukan dari JKT48 yang ceria dan energik tapi sebenarnya justru ada hal yang menarik dari pemilihan hal ini. Jika kita memperhatikan interior sebuah ruang bioskop dimana biasanya didominasi oleh warna gelap dan yang menjadi aksen adalah kursi – kursinya maka landasan keputusan yang hampir sama sepertinya terjadi di sini. Dengan suasana sekitar yang gelap dan yang disinari kemudian hanyalah bagian panggung maka daerah panggunglah yang kemudian menjadi pusat perhatian. Bagian layar yang juga berwarna hitam mendukung hal ini. Bila dihubungkan dengan teori prsepsi Gestalt maka hal ini sesuai dengan prinsip figure and ground. Figure adalah yang menjadi pusat perhatian ketika melihat suatu benda sedngkan Ground adalah yang menjadi latar belakangnya. Tindakan kita untuk menentukan suatu objek sebagai figure atau ground salah satunya ditentukan oleh elemen yg ada pada objek itu. Kurangnya dominasi sebuah objek untuk menjadi figure atau ground dapat menciptakan sebuah persepsi yang ambigu dan menimbulkan kebigungan seperti pada gambar Vase Face atau juga dikenal dengan istilah Figure Ground Face yang diperkenalkan oleh Edgar Rubin pada tahun 1915. Gambar 4. 5 Figure-Ground Vase , apakah yang anda lihat? Sebuah vas atau wajah dua orang yang bertatapan ? Sumber : http://www.123opticalillusions.com/pages/Facevase.jpg, 2013
  • 56. 42 Universitas Indonesia Pemilihan warna hitam sebagai warna dominan dibandingkan dengan warna lain dimaksudkan karena warna hitam merupakan warna peredup yang menonjolkan warna lain ketika ditampilkan secara bersamaan seperti yang terlihat dalam gambar 4.6 dibawah ini. Gambar 4. 6 Perbandingan warna objek di background hitam dan background lain Sumber :Ilustrasi pribadi, 2013 Kostum yang biasa digunakan dalam pertunjukan oleh JKT48 sebagian besar berwarna cerah sehingga layar berwarna hitam akan mendukung menempatkan penampil sebagai figure dan layar sebagai groundnya seperti yang diperlihatkan dalam gambar berikut ini. Gambar 4. 7 Perbandingan kostum dan pertunjukan di JKT48 Theater dengan warna shading background berbeda Sumber : Japanesestation.com, 2013, telah diolah kembali
  • 57. 43 Universitas Indonesia b) Lighting Dalam Experiencing Architecture, Steen Eiller Ramusen mengatakan bahwa “Light is of decisive importance in experiencing architecture. The same room can be made to give very different spatial impressions by the simple expedient of changing the size and location of its opening.” (Rasmussen, 1959, hal. 187)5 Pencahayaan dapat secara signifikan mengubah image dari sebuah ruang. Hal inilah yang dimanfaatkan secara maksimal dalam JKT48 Theater, dengan menggunakan pencahayaan dalam berbagai jenis dan warna. Dalam JKT48 Theater setidaknya ada 3 jenis pencahayaan yang digunakan yaitu spot dengan denah lighting kira2 sebagai berikut. Gambar 4. 8 Denah lighting JKT48 Theater Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2013 Terlihat bahwa pencahayaan difokuskan ke arah panggung, dalam ini performer dengan berbagai teknik dari downlight,backlight dan sebagainya. Area ruang pertunjukan yang berwarna gelap membuat cahaya dari lampu yang disorot menjadi terlihat lebih jelas dibandingkan jika dengan jika berwarna cerah. Hal ini karena warna yang diberikan oleh cahaya merupakan warna aditif yang akan berwarna 5 walaupun dalam tulisan Rasmussen yang dmaksud adalah pencahayaan alami, penulis menganggap bahwa hal yang sama juga terjadi dalam pencahayaan buatan Downligh tParabolic Lamp Fresnel Strip light Automated multifunctional spot DL PL FL SL AMS AMSAMSAMSAMS SLSL FLFL FL FL DLDL DLDL PLPL PL PL PL Area perform
  • 58. 44 Universitas Indonesia putih jika digabungkan bukan seperti warna subtraktif yang justru menjadi warna hitam jika digabungkan. Gambar 4. 9 Perbandingan warna substraktif (kiri) dan aditif (kanan) ketika dikombinasikan Sumber : (Ambrose & Harris, 2008, hal. 74) Perbedaan warna dan tipe sorotan lampu yang diberikan dalam pertunjukan JKT48 juga memberikan pengalaman yang berbeda – beda sesuai dengan konsep lagu yang diinginkan. Seperti contoh pada lagu Heart Gata Virus dengan irama dan nada yang ceria memiliki tipe pencahayaan yang lebih cerah dan ceria dengan warna oranye dan hijau cerah sesuai dengan lagunya dibandingkan dengan lagu Reni Kinshi Jourei yang lebih dewasa dan kelam dengan dminasi warana cahaya ungu gelap dan biru tua. Gambar 4. 10 Perbandingan cahaya pada lagu Renai Kinshi Jourei (kanan) dan Heart Gata Virus (kiri) Sumber : Japanesestation.com, 2013
  • 59. 45 Universitas Indonesia c) Kostum dan Properti Kostum pada pertunjukan di JKT48 Theater terdiri dari beberapa jenis yang disesuaikan dengan lagu yang dibawakan. Walaupun berupa pertunjukan musik dan tari tetapi kostum ini bukan sekadar hanya jadi penutup badan tapi disesuaikan dengan lagu yang dibawakan baik dari konsep lagu,lirik hingga pembawaan sebuah lagu. Sebagai contoh dalam lagu Temo Demo no Namida (air mata yang tak tersampaikan) yang dibawakan oleh 2 orang performer yang bercerita tentang perasaan seorang gadis yang menangis yang ditinggalkan oleh kekasihnya terdiri dari 2 kostum yang saling berlawanan seperti dibawah ini. Gambar 4. 11 Desain Kostum untuk Lagu Temo Demo no Namida yang disesuaikan dengan konsep dan lirik lagu Sumber : http://kunaby.tumblr.com/post/25694463001/temodemo-no-namida (kiri) , http://pandanganmata.livejournal.com/4556.html (kanan), 2013 Kostum ini melambangkan bagaimana kedua wanita yang menanggapi keadaan ketika perasaan mereka tidak tersampaikan dengan cara yang berbeda. Yang satu menanggapinya dengan bersedih dan menyalahkan diri sendiri sedangkan yang lainnya menyalahkan dan merasa marah kepada si pria tersebut. Perlambangan ini semakin terlihat jelas dengan mimik wajah yang diberikan oleh kedua performer ketika menyanyikan lagu ini. Penggunaan standing mic juga menjadi penting karena adanya gerakan koreografi yang memaksa untuk menggunakan kedua tangan untuk mendukung kesesuaian dengan lirik lagu.
  • 60. 46 Universitas Indonesia Properti lain yang dipakai dalam pertunjukan JKT48 adalah pada lagu Kagami No Naka no Jean D’Arc dimana para performer menggunakan kostum ala seragam tentara sambil membawa bendera. Hal ini tentu sangat berbeda dengan ketika membawakan lagu Tenshi no Shippo dengan kostum ala putri kecil lengkap dengan Ekor dan balon untuk mendukung pada bagian lirik “ Balon yang bulat kulepaskan dari tanganku “. Kostum dan properti itu disesuaikan untuk mendukung terbentuknya mental image dari lagu tersebut di pikiran penontonnya. d) Akustik Dalam pembentukan suasana sebuah pertunjukan terutama pertunjukan musik dan tari seperti yang diberikan dalam JKT48 Theater ini akustik adalah salah satu hal yang terpenting. Sumber suara dalam pertunjukan JKT48 ini berasal dari beberapa speaker yang terletak di bagian depan bagian atas, dekat dengan stage. Sumber suara yang hanya berasal dari satu arah akan menegaskan area stage sebagai pusat perhatian jika dibandingkan dengan sumber suara yang tersebar dari berbagai arah seperti di depan, samping dan belakang. Gambar 4. 12 Denah peletakan speaker di JKT48 Theater. Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2013 Dalam sebuah pertunjukan musik memang biasanya speakernya berada di bagian di bagian depan tapi harus kita ingat lagi bahwa pertunjukan seperti itu biasanya
  • 61. 47 Universitas Indonesia berada di outdoor dan dalam beberapa pertunjukan yg saya hadiri, dibeberapa titik juga diletakkan speaker “tambahan”. Dalam berbagai pertunjukan yang diadakan in door biasanya speaker diletakkan di berbagai titik sehingga menimbulkan efek surround sound. Kondisi akustik dalam sebuah ruangan biasanya diatur sesuai kebutuhan kegiatan dalamnya. Hal ini juga mengacu pada berbagai elemen akustik yang akan digunakan baik material, sumber suara dan sebagainya. Ruangan dengan kebutuhan kejelasan suara, biasanya untuk ruang pidato, pertemuan dan semacamnya akan membutuhkan kejelasan suara sehingga material yang digunakan di dalamnya akan berupa material pemantul bunyi sehingga dapat terdengar hingga ke belakang. Lain halnya dengn ruangan seperti bioskop dan semacamnya dimana justru menggunakan material penyerap bunyi di dalamnya dan sumber suara yang tersebar di berbagai titik sehingga memberi kesan penonton berada di dalam film tersebut. Hal yang menarik ketika dalam JKT48 Theater karena justru kedua sistem akustik tersebut yang digabungkan yaitu dengan sumber suara terpusat namun material yang menyerap bunyi. Dengan demikian posisi anda berada akan sangat menentukan bagaimana dan seperti apa suara yang anda dengar. 4.2 Lingkungan Sosial sebagai Pembentuk Pengalaman Dalam sebuah pertunjukan elemen sosial yang terbentuk di dalamnya terbagi ke dalam 2 bagian utama yaitu performer yang memberi pertunjukan dan penonton yang menikmatinya. Dalam kesempatan kali ini penulis akan fokus terhadap penonton di dalam sebuah pertunjukan dan bagaimana mereka berinteraksi. Dalam pertunjukan di JKT48 Theater, penonton tidak hanya menjadi penikmat tetapi juga memberikan respon yang justu menjadi sebuah pertunjukan tersendiri. Teriakan Chant, member call,dan gerakan-gerakan lain menjadi pertunjukan menarik yang menambah pengalaman dalam setiap pertunjukan dalam JKT48 Theater. Lightstick yang bergoyang seiring irama lagu menjadi pemandangan yang menarik untuk dilihat. Walaupun berupa aspek fisik tetapi elemen yang diberikan oleh para penonton ini dapat dianggap sebagai lingkungan sosial karena bersifat sangat relatif terhadap penonton yang hadir dan bukan bagian dari elemen bangunan yang dipersiapkan.
  • 62. 48 Universitas Indonesia Gambar 4. 13 Perbandingan kondisi dalam JKT48 Theater ketika pertunjukan tidak belangsung (kiri) dan pertunjukan berlangsung (kanan) Sumber : http://journalistjkt48.blogspot.com/2012/12/teater-jkt48-adalahteater-eksklusif.html (kiri); http://www.jkt48.com/, 2013 Berdasarkan angket yang disebar oleh penulis terlihat bahwa 63 % penonton membawa atribut ketika menonton pertunjukan dalam JKT48 Theater baik yang berupa lightstick, neckstrap, dan lain sebagainya. Atribut-atribut ini tentunya memberi sebuah identitas tempat dan memberi penegasan ruang pertunjukan ini sebagai markas JKT48. Disisi lain berbagai atribut yang digunakan ini sebenarnya memberi sebuah tanda bahwa penonton sengaja menempatkan dirinya di luar pertunjukan (utama) tapi tidak terpisah. Mungkin hampir sama seperti seorang penari latar dalam sebuah lakon pertunjukan. Tentu berbeda dengan penonton dalam sebuah opera yang menempatkan dirinya dalam posisi observer atau penonton dalam sebuah pertunjukan drama yang menempatkan diri sebagai orang yang ikut dalam cerita. Inilah yang dikatakan (Willson, 1991) dimana terdapat aesthetical distance ketika menikmati sebuah pertunjukan. Harus terdapat batas yang jelas antara performer dan penonton dalam sebuah pertunjukan dan tidak boleh terdapat overlapping dan perubahan peran diantara keduanya, setidaknya bukan dalam pertunjukan yang sama. Keadaan auditorium yang gelap dimana cahaya lampu dipusatkan pada bagian stage pada umumnya membuat performer menjadi terpusat pada diri sendiri dan melupakan penonton. Kehadiran lightstick serta berbagai atribut lain yang dipakai
  • 63. 49 Universitas Indonesia oleh fans membantu performer untuk mengingatkan performer akan kehadiran penonton. Bila diperhatikan lebih lanjut kehadiran lightstick yang dibawa oleh penonton menjadi sebuah figure dalam auditorium yang gelap dan membantu penerangan sehingga mempermudah identifikasi penonton lain. Hal ini juga sebenarnya terlihat dari bagaimana mereka menikmati pertunjukan tersebut, apakah mereka tipe yang diam saja tenang menikmati atau justru gila-gilaan dan berteriak kencang saat menonton. Proses meleburnya penonton di JKT48 Theater dimulai sejak pemutaran overture yang mengajak untuk mempersiapkan diri menikmati pertunjukan. Ini merupakan salah satu ritual krusial dalam setiap pertunjukan JKT48. Chant yang keluar untuk memberi dukungan ke performer juga menjadi salah satu hal yang menyatukan penonton yang berbeda beda, apalagi ketika mereka meneriakkan chant untuk menyemangati satu member yang sama. Ritual lain yang menyatukan para penonton ini adalah ketika encore untuk meminta lagu tambahan. Encore sebenarnya hampir sama dengan overture, bedanya adalah jika overture merupakan ajakan dari pihak ketiga kepada penonton maka dalam encore “ajakan” tersebut berasal dari si penonton sendiri. Dalam psikologi grup ada yang dinamakan dengan deindividuation yaitu “when normal restraints on behavior are loosened, and people behave in an impulsive or deviant manner” (Diener, 1980; Reicer, Spears, & Postmes, 1995). Hal ini berkaitan dengan bagaimana lingkungan sosial dapat mempengaruhi perilaku kita. Hal yang sama seringkali saya lihat terjadi di dalam JKT48 Theater. Sebagian besar penonton akan ikut meneriakkan chant dan member call walaupun kadang tidak tahu apa yang mau diteriakkan dan terkadang berakhir dengan “ Oy oy oy” saja. Atmosfir dan euforia penonton demikian yang membuat menikmati semakin pertunjukan sehingga tidak jarang ada yang hampir masuk ke fase trance. Hampir sama dengan pertunjukan musik metal dimana headbang dan death of wall terjadi.
  • 64. 50 Universitas Indonesia 4.3 Apresiasi Ruang dan Pertunjukan Dalam menikmati sebuah ruang arsitektur dan pengalaman didalamnya, relevansinya dengan penikmat dan kondisi budaya/masyarakat sekitar sangat berpengaruh seperti dikatakan oleh Steen E. Rasmussen “ That which may be quite right and natural in one cultural environment can easily be wrong in another; whats is fitting and proper in one generation become ridiculous in the next when people have acquiref new tastes and habit (Rasmussen, 1959, hal. 10) Menurut (Willson, 1991) dalam Theater Experience, hal-hal yang mempengaruhi bagaimana penonton menikmati sebuah pertunjukan bersifat sangat subjektif karena berhubungan dengan ekpektasi dan latar belakang penonton masing-masing. Lebih lanjut hal ini dibagi menjadi ke dalam lima poin yaitu adanya simpati terhadap karakter dalam perform, pengetahuan dan pengalaman pribadi, kepekaan terhadap kondisi sosial, politik saat karya ditulis, pengetahuan spesifik terhadap karya dan ekspektasi individual terhadap pertunjukan. Berdasarkan angket yang disebar oleh penulis dalam rentang waktu April-Mei 2013 dan mendapatkan 275 responden terlihat bahwa 90% penonton dalam JKT48 Theater adalah pria dengan mayoritas usia berkisar antara 16-20 tahun. Jika dibandingkan dengan performer yang merupakan wanita dengan kisaran umur yang hampir sama, terlihat bahwa ada semacam simpati(atau empati) dari penonton terhadap performer. Hal ini didukung pula dengan status hubungan para fans yang sebagian besar single, dimana para performer juga diwajibkan untuk tidak memiliki hubungan asmara. Gambar 4. 14 Data Jenis kelamin dan status hubungan fans JKT48 Sumber : Dokumentasi pribadi berdasarkan kuesioner yang disebar, 2013 90% 10% Jenis Kelamin Pria Wanita 87% 12%1% Status Hubungan Single In Relationship Married
  • 65. 51 Universitas Indonesia Hal ini kemudian menjadi penting karena kemudian performernya menjadi lebih utama dibanding performance yang dibawakan yang tentu saja akan mempengaruhi bagamana penonton beraksi dan menikmati pertunjukan tersebut. Hal ini terlihat ketika selanjutnya diberikan pertanyaan mengenai hal yang menarik dari JKT48 sebagai performer. 23% fans yang disurvei menyatakan bahwa member adalah aspek yang paling disukai, mengalahkan performance yang hanya memperoleh suara 18%. Member sebagai elemen utama dalam pertunjukan JKT48 juga terlihat ketika ditanyakan mengenai alasan para fans datang ke JKT48 Theater. 43% fans mengaku alasan utamanya datang ke JKT48 Theater untuk mendukung member, sama besar dengan untuk mencari hiburan yang juga 43 % dan 14% lainnya datang untuk berkumpul bersama fans. Penemuan ini cukup menarik karena 43% merupakan jumlah yang cukup besar untuk menjadi alasan datang ke sebuah pertunjukan untuk mendukung performer dibanding menikmati pertunjukannya. Gambar 4. 15Pie Chart Apa yang disukai fans dari JKT48 (kiri) dan alasan menonton (kanan) Sumber :Dokumentasi Pribadi Pertunjukan yang diberikan dalam JKT48 Theater adalah pertunjukan yang sama setiap kalinya, kalaupun ada yang berbeda paling hanya di line up performer atau topik MC yang dibawakan. Lalu kenapa banyak penonton yang berkali-kali menonton pertunjukan ini bahkan hingga sampai lebih dari 20 kali (18%) ? Tentunya ada ekspektasi lain yang diharapkan dari penonton ketika menyaksikan pertunjukan. Melihat member yang berbeda membawakan sebuah setlist atau sekadar melihat member favorit saja sepertinya menjadi alasan yang utama. 14% 43% 43% Alasan menonton JKT48 Theater Berkumpul fans Hiburan aternatif Support Member 23% 10% 19%10% 20% 18% Apa yang disukai dari JKT48? Member Fandom Konsep Kostum Liriknya FanServic e
  • 66. 52 Universitas Indonesia Interaksi antara penonton dan performer selama pertunjukan tidak hanya sebatas pelaku pertunjukan dan penikmat saja tetapi juga ada interaksi dua arah yang diberikan. Member biasanya memberikan berbagai interaksi berupa eyelock, senyuman, atau sekadar gestur tubuh untuk merespon teriakan panggilan dari penonton. Bahkan interaksi ini kemudian yang menjadi kekuatan utama dari pertunjukan yang dihadirkan, lebih dari pertunjukan musik dan tari itu sendiri. Jadi bagaimana sebenarnya penonton bereaksi terhadap petunjukan dan ruang pertunjukan dalam JKT48 Theater? Bagaimana penonton menempatkan dirinya terhadap grup sosial yang ada ketika menikmati pertunjukan tersebut ? Sebagai sebuah grup sosial, penonton dalam JKT48 Theater terbagi kedalam beberapa kelompok kecil lain. Penulis membaginya ke dalam 3 jenis yaitu newbie fans yaitu fans yang baru beberapa kali menonton dan ikut dalam fandom, Casual Fans yaitu fans yang sudah sering menonton dan berkecimpung cukup lama dan Wota yaitu mereka yang sudah benar benar terobsesi dengan idol dan segala pertunjukannya. Penggolongan ini penting karena ketika membahas sebuah personal space dan grup sosial berarti juga berbicara tentang kesamaan dan bagaimana kita menempatkan diri di dalam sebuah grup tersebut. Berdasarkan angket yang disebar terlihat bahwa hanya 24% penonton yang diam menikmati pertunjukan yang diberikan. Sisanya menonton pertunjukan sambil melakukan kegiatan lain seperti chanting (38%), sing along (18%), live report via tweet (8%) dan lain sebagainya seperti terlihat dalam chart dibawah ini.
  • 67. 53 Universitas Indonesia Gambar 4. 16 Pie chart tindakan yang dilakukan oleh penonton sambil menyaksikan pertunjukan di JKT48 Theater Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013 Tindakan yang berbeda seperti ini tentunya membutuhkan ruang yang berbeda beda juga. Live tweet hanya membutuhkan ruang gerak yang kecil, lain halnya dengan furicopy atau misalnya menarik perhatian member dengan mengangkat benda atau aksesoris lainnya. Dari angket yang disebar mengenai pentingnya row duduk didapatkan hasil bahwa 40% responden menganggap sangat penting, 50% menganggap cukup penting dan 9% menganggap tidak penting. 60% fans memberikan alasan pentingnya Row duduk karena lebih jelas, 30% memberi alasan lebih dekat dan 10% sisanya membahas masalah akustik. Jika melihat layout dari JKT48 Theater hal ini sebenarnya cukup beralasan karena tidak adanya leveling dalam pengaturan kursi di area auditorium. Dari alasan tersebut terlihat bahwa akses visual lebih penting dibanding dengan jarak fisik terhadap performer. 8% 38% 18% 5% 2% 5% 24% Apa yang dilakukan saat menonton ? Live Tweet Chanting Sing along Looking for member attention Take Notes Furicopy Diam