SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  6
Télécharger pour lire hors ligne
No. 11, Mei 2003
                                                          Warta Kebijakan
                                                          C I F O R          -     C e n t e r     f o r    I n t e r n a t i o n a l       F o r e s t r y      R e s e a r c h



                                                          Klasifikasi Kawasan Konservasi Indonesia
                                                          Ditulis oleh Wiryono, Pengajar di Jurusan Kehutanan, Universitas Bengkulu dan pernah bekerja sebagai Konsultan pada
                                                          Kerinci-Seblat Integrated Conservation and Development Project (ICDP)

 Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Taman           Pendahuluan
 Nasional Kayan Mentarang sebagai dua taman               Untuk mencapai tujuan konservasi, Pemerintah RI melalui Departemen Kehutanan, telah melakukan klasifikasi
 tasional terbesar di Indonesia menghadapi berbagai       kawasan konservasi. Tetapi, apakah klasifikasi yang ada sekarang sudah cukup memperjelas tujuan konservasi,
 tekanan yang sangat besar dalam bentuk
                                                          sehingga mempermudah pencapaian tujuan tersebut? Kenyataan menunjukkan bahwa pengetahuan dan kesadaran
 perambahan, perubahan kawasan hutan menjadi
                                                          akan pentingnya kawasan konservasi mempunyai tafsiran dan kepentingan yang berbeda-beda. Di kalangan
 ladang dan perkebunan rakyat semakin menjadi-jadi
 disamping pembalakan liar. Pemerintah daerah             pemerintah sendiri ada perbedaan pendapat dan kepentingan akan potensi kawasan konservasi. Jelas sekali
 kabupaten yang wilayahnya berada di dalam kawasan        bahwa kawasan konservasi adalah sumber berbagai hasil hutan baik kayu maupun bulan kayu karena selama
 taman nasional menghadapi beban yang besar karena        berabad-abad telah dilindungi. Tetapi kini semuanya telah berubah. Penegakan hukum di kawasan konservasi tidak
 harus melindungi taman nasional ini namun tidak          berjalan sebagaimana mestinya dan sebagian dari hampir semua kawasan konservasi telah berubah fungsi. Namun
 memiliki cukup dana. Kawasan ini memiliki potensi        kesadaran dan kearifan masyarakat lokal untuk melindungi kawasan lindung di daerah mereka yang biasanya
 kayu yang sangat besar namun tidak boleh ditebang.       berukuran kecil sering tidak dihargai. Masyarakat tidak mungkin melindungi kawasan taman nasional yang
 Karena itu pemerintah daerah dan masyarakat              luasannya sangat besar. Penetapan batas-batas kawasan yang dibuat pemerintah sering menimbulkan
 merasa kehilangan kesempatan untuk memperoleh            pertentangan dengan masyarakat setempat.
 pendapatan dari Taman Nasional ini. Persoalan yang            Saat ini ketika Departemen Kehutanan sedang melakukan reformasi untuk mengantisipasi tantangan
 sulit juga dihadapi TN Kayan Mentarang (TNKM) di         pengelolaan hutan di masa depan yang lebih baik, sebenarnya merupakan saat yang cocok untuk melakukan revisi
 Kalimantan karena tekanan besar yang bukan hanya         terhadap klasifikasi kawasan konservasi. Beberapa usulan pernah diajukan untuk perbaikan disesuaikan dengan
 datang dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri.   pendekatan IUCN (International Union for Conservation of the Nature and Natural Resources atau sering disebut
 Kawasan ini berbatasan langsung dengan kawasan
                                                          World Conservation Union).
 konsesi di hutan produksi di Malaysia yang terus
                                                               Badan pelestarian alam internasional IUCN sudah melakukan hal yang sama. Kategori kawasan lindung yang
 dieksploitasi dan kegiatan penebangan kayu sudah
 masuk ke dalam wilayah Indonesia di dalam Taman          dibuat IUCN pada tahun 1978 setelah dievaluasi akhirnya diperbaiki pada tahun 1994. IUCN memulai klasifikasi
 Nasional ini.                                            dengan terlebih dulu membuat definisi kawasan lindung. Semua kategori kawasan lindung harus memenuhi
                                                          kriteria dalam definisi ini. Kemudian, kawasan lindung dikelompokkan menjadi beberapa kategori berdasar tujuan
 Menurut peraturan perundangan, kewenangan                pengelolaan utamanya.
 pengelolaan Taman Nasional berada di bawah                    Ketidakjelasan kriteria, fungsi dan tujuan masing-masing kategori kawasan konservasi dan ketidakjelasan
 pemerintah pusat melalui Balai Taman Nasional yang       istilah-istilah konservasi akan membingungkan para pengelola kawasan konservasi maupun masyarakat luas dalam
 menyelenggarakan tugas dekonsentrasi. Namun              memahami dan mencapai tujuan pengelolaan kawasan yang mereka kelola. Oleh karena itu sudah saatnya
 taman nasional berukuran kecil, kawasan suaka            klasifikasi kawasan konservasi dikaji-ulang dan diperbaiki jika klasifikasi yang ada menyulitkan tercapainya tujuan
 alam, taman wisata alam, taman hutan raya dan            konservasi.
 taman buru berada di bawah kewenangan BKSDA                   Perbaikan atas klasifikasi ini harus pula didukung dengan upaya sosialisasi dan penyebaluasan informasi yang
 (Balai Konservasi Sumberdaya Alam. Hutan lindung         cukup kepada masyarakat luas maupun pemerintah di daerah. Masyarakat tidak bisa hanya sekedar mengetahui
 berada di bawah kewenangan dinas kehutanan               pembagian kawasan tetapi juga landasan mengapa dibagi demikian apa dasar kategori kriteria dan fungsinya?
 kabupatan dan propinsi. Pemerintah daerah
                                                          Persoalan kunci lainnya adalah bahwa penetapan batas kawasan sering menimbulkan konflik karena batas-batas
 menuntut agar pemerintah pusat menyediakan
                                                          hak milik atau kawasan bersama dan kepentingan masyarakat lokal cenderung diabaikan. Di lain pihak pada saat
 kompensasi bagi pengelolaan kawasan ini karena
 kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan              reformasi dan otonomi berjalan masyarakat lokal sangat kuat dipengaruhi oleh pandangan dan kekuatan luar yang
 karena kayu yang sangat potensial di dalam kawasan       negatif bahwa semua kawasan adalah milik bersama.
 tersebut tidak dapat diambil untuk dijual. Upaya
 pemerintah untuk merasionalisasi dan memperluas          Pengertian dan klasifikasi menurut kebijakan pemerintah
 kawasan Taman Nasional tertentu ditentang                Peraturan-peraturan tentang konservasi di Indonesia pada umumnya mempunyai beberapa kelemahan.
 masyarakat karena dianggap menganggu kepentingan         Kelemahannya terletak, terutama, pada definisi kawasan konservasi yang kurang jelas dan perbedaan antar
 dan hajat hidup masyarakat lokal. Namun di lain          definisi pada berbagai peraturan. Istilah-istilah konservasi, pelestarian dan lindung tidak mudah dibedakan
 pihak pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan            masyarakat umum atau kadang dianggap tidak penting.
 seperti memberikan ijin pertambangan dan
                                                              Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya tidak
 pembukaan jalan di dalam kawasan konservasi.
                                                          menyebutkan istilah kawasan konservasi, tetapi menggunakan istilah KSA (Kawasan Suaka Alam) dan KPA (Kawasan
 Pemerintah daerahpun kecil-kecilan mengijinkan
 usaha tambang di kawasan lindung.                        Pelestarian Alam).
                                                              Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung juga tidak menggunakan istilah
 Contoh di atas hanya sebagian kecil saja dari masalah    kawasan konservasi, tetapi istilah kawasan lindung, dengan klasifikasi seperti tergambar dalam Tabel 1.
 yang dihadapi dalam mengelola kawasan konservasi             Kemudian di dalam SK Dirjen Pelestarian Hutan dan Perlindungan Alam (PHPA) No. 129 Tahun 1996, istilah
 seperti kasus penjarahan, perusakan, penebangan          kawasan konservasi didefinisikan sebagai kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan suaka alam, kawasan
 liar dan peralihan fungsi kawasan konservasi maupun      pelestarian alam, taman buru dan hutan lindung". Direktorat Jenderal PHPA kini telah berubah menjadi Direktorat
 konflik kewenangan pengelolaan kawasan konservasi.       Jenderal PHKA (Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam). Istilah KSA dan KPA sama dengan pembagian dalam
 Banyak lokasi pertambangan yang berada di dalam          Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 di atas dan Surat Keputusan tersebut selanjutnya memberikan klasifikasi
 hutan lindung termasuk di TNKS. Hampir tidak             kawasan konservasi yang disampaikan dalam Tabel 2.
 satupun kawasan konservasi dan kawasan lindung di            Klasifikasi yang sama tentang KSA dan KPA diberikan oleh Peraturan Pemerintah No 68 tahun 1998 tentang
 Indonesia apakah itu taman nasional, cagar alam,         Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
 suaka margasatwa, taman hutan raya, taman wisata             Pertanyaannya adalah, "Apakah istilah kawasan lindung memiliki arti yang sama dengan istilah kawasan
 alam, taman buru dan hutan lindung yang tidak
                                                          konservasi?" "Kalau sama, mengapa klasifikasinya berbeda?" Dalam Keppres No. 32 Tahun 1990 tidak ada kategori
 dirusak atau dirambah. Konflik kepentingan ada
                                                          KPA sebagaimana dalam peraturan yang lain, sedangkan kategori taman nasional, taman hutan raya dan taman
 disemua kawasan konservasi. Apakah klasifikasi
 kawasan konservasi masih ada artinya?                    wisata alam digolongkan sebagai kawasan suaka alam dan cagar budaya (Pasal 6), padahal dalam peraturan lain
                                                          ketiga kategori ini digolongkan dalam KPA.
Tabel 1. Klasifikasi kawasan lindung menurut Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
                                              1. Kawasan yang memberikan perlindungan       a. Kawasan hutan lindung
                                                 di bawahnya                                b. Kawasan bergambut
                                                                                            c. Kawasan resapan air
                                              2. Kawasan perlindungan setempat              a.   Sempadan pantai
                                                                                            b.   Sempadan sungai
                                                                                            c.   Sempadan sekitar danau/waduk
                                                                                            d.   Kawasan sekitar mata air
                        Kawasan Lindung
                                              3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya        a. Kawasan suaka alam
                                                                                            b. Kawasan suaka alam laut dan perairan
                                                                                               lainnya
                                                                                            c. Kawasan pantai berhutan bakau
                                                                                            d. Taman nasional, taman hutan raya dan
                                                                                               taman wisata alam
                                                                                            e. Kawasan cagar budaya dan ilmu
                                                                                               pengetahuan
                                              4. Kawasan rawan bencana alam


                           Ada juga pasal-pasal dalam Keppres No. 32 ini yang    satu fungsi, yaitu pemanfaatan, sedangkan KSA tidak.
                      tidak konsisten satu sama lain. Pasal 6 merinci KSA dan    Tetapi benarkah KSA tidak memiliki fungsi pemanfaatan?
                      cagar budaya, kemudian Pasal 22 merinci KSA lagi dengan         Di dalam Bab II, Bagian kedua, Paragraf Tiga (Pasal
                      rincian berbeda. Pasal 22 menyebutkan bahwa "Kawasan       20 s/d Pasal 29) Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998
                      suaka alam terdiri dari dari cagar alam, suaka             dijelaskan secara rinci bentuk pemanfaatan Kawasan
                      margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan plasma       Cagar Alam dan Kawasan Suaka Marga Satwa. Kedua
                      nutfah dan daerah pengungsian satwa".                      kawasan ini mempunyai 4 (empat) manfaat yang sama
                           Dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang         kecuali bahwa Kawasan Suaka Margasatwa mempunyai
                      Kehutanan tidak digunakan istilah kawasan konservasi,      satu fungsi tambahan yaitu untuk wisata alam terbatas.
                      tetapi hutan konservasi, yang terdiri dari kawasan hutan   Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa adalah KSA. Jadi KSA
Foto: Alain Compost   suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam, dan taman      juga mempunyai fungsi pemanfaatan. Lalu, apa
                      buru. Di dalam Undang-Undang ini fungsi lindung            perbedaan fungsi antara KSA dan KPA?
                      dipisahkan dari fungsi konservasi. Jadi, hutan lindung          Di dalam Pasal 4, Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun
                      tidak termasuk hutan konservasi.                           1998 disebutkan bahwa pengelolaan KSA dan KPA
                           Di dalam Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002       dilakukan sesuai dengan fungsi kawasan: sebagai wilayah
                      tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan      perlindungan sistem penyangga kehidupan; sebagai
                      Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan            pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan atau
                      Hutan, sebagai peraturan pelaksanaan Undang-Undang         satwa beserta ekosistemnya; untuk pemanfaatan secara
                      No. 41 Tahun 1999, klasifikasi Kawasan Hutan Suaka Alam    lestari sumber daya hayati dan ekosistemnya. Pasal ini
                      dan Kawasan Hutan Pelestarian Alam sama dengan             menunjukkan bahwa fungsi KSA dan KPA sama. Pasal ini
                      klasifikasi pada Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998    bertentangan dengan Pasal 1 yang menunjukkan
                      dan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990. Selain itu ada         perbedaan fungsi KSA dan KPA.
                      Taman Buru yang masuk ke dalam hutan konservasi dan             Kemudian, apa perbedaan tujuan antara KSA dan
                      hutan lindung yang berbeda dari hutan konservasi           KPA? Di dalam Pasal 3, Peraturan Pemerintah No. 68
                      sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 6. Perbedaannya      Tahun 1968 disebutkan bahwa "pengelolaan KSA dan KPA
                      dengan SK Dirjen PHPA No. 129 Tahun 1996 adalah bahwa      bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian
                      di dalam SK ini hutan lindungpun masuk dalam kawasan       sumber daya alam hayati serta keseimbangan
                      konservasi (Lihat Tabel 2 diatas) sedangkan di dalam PP    ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya
                      34 hutan lindung dipisahkan dari kawasan konservasi.       peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu
                                                                                 kehidupan". Pasal ini jelas menunjukkan bahwa
                      Kriteria dan tujuan masing-masing                          pengelolaan KSA dan KPA memiliki tujuan yang sama.
                                                                                 Untuk kategori yang lebih rendah dari KSA, yaitu cagar
                      kategori                                                   alam dan suaka alam, tidak dijelaskan tujuan
                      Selain dari ketidak-cocokan antara klasifikasi kawasan     pengelolaannya.
                      konservasi dan kawasan lindung dan hutan konservasi             Untuk kategori yang lebih rendah dari KPA, yaitu
                      sebagaimana diuraikan di atas, terdapat kelemahan yang     taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata
                      lebih mendasar dalam sistem klasifikasi kawasan            diberikan     tujuan      pengelolaan     masing-masing
                      konservasi di Indonesia, yaitu tidak-tegasnya kriteria     sebagaimana terkandung dalam definisi (Pasal 1 Undang-
                      untuk membedakan kategori, apakah karakteristik            Undang No. 5 Tahun 1990 dan Pasal 1 Peraturan
                      kawasannya, fungsinya, atau tujuannya.                     Pemerintah No. 68 Tahun 1998).
                          Dari Tabel 3 terlihat bahwa perbedaan antara KPA            Pasal-pasal di atas menunjukkan tidak adanya
                      dan KSA terletak pada fungsinya. KPA memiliki tambahan     kriteria yang membedakan KSA dengan KPA. Untuk

                      Tabel 2. Klasifikasi kawasan konservasi menurut SK Dirjen PHPA No 129, Tahun 1996 tentang Pola Pengelolaan
                      Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, Taman Buru dan Hutan Lindung
                                                  1. Kawasan suaka alam (KSA)                         a. Cagar alam
                                                                                                      b. Suaka margasatwa
                                                  2. Kawasan pelestarian alam (KPA)                   a. Taman nasional
                      Kawasan Konservasi                                                              b. Taman hutan raya
                                                                                                      c. Taman wisata alam
                                                  3. Taman buru
                                                  4. Hutan lindung
Tabel 3. Ciri dan fungsi KSA dan KPA menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1990

                         No    Kategori Kawasan                         Ciri dan Fungsi
                          1    Kawasan Suaka Alam (KSA)                 -   memiliki ciri khas tertentu
                                                                        -   di darat dan di perairan
                                                                        -   memiliki fungsi pokok sebagai pengawetan keanekaragaman
                                                                            tumbuhan dan satwa serta ekositemnya yang juga berfungsi
                                                                            sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan
                                                                        -   memiliki ciri khas tertentu
                          2    Kawasan Pelestarian Alam (KPA)           -   di darat dan di perairan
                                                                        -   memiliki fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,
                                                                            pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
                                                                            pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan
                                                                            ekosistemnya


                        kategori yang lebih rendah Peraturan Pemerintah No. 68       untuk menamakan kategori maupun tujuan dari kategori.
                        Tahun 1998 memberikan kriteria. Tetapi kriteria cagar        Misalnya, dari sudut bahasa dan ekologi, apa sebenarnya
                        alam dan suaka margasatwa dalam Peraturan Pemerintah         arti yang tepat dari "konservasi", "pelestarian",
                        No. 68 Tahun 1998 (Pasal 8 dan 9) berbeda dengan             "pengawetan", "perlindungan", "cagar", dan "suaka"?
                        kriteria dalam Keppres No. 32 Tahun 1990 (Pasal 23).         Dalam peraturan-peraturan yang ada, istilah-istilah
                        Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 juga                  tersebut seringkali tidak jelas. Misalnya, menurut Pasal
                        memperlihatkan ada fungsi pemanfaatan hutan yang             1, Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 disebutkan bahwa
                        dapat diijinkan baik pada Hutan Konservasi (Pasal 17)        "Konservasi sumber daya alam hayati (SDAH) adalah
                        yang akan diatur sesuai dengan peraturan perundang-               pengelolaan sumber daya alam hayati yang
                        undangan yang berlaku maupun pada Hutan Lindung              pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk
                        (Pasal 18 sampai dengan Pasal 24).                           menjamin kesinambungan persediaanya dengan tetap
                                                                                     memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman
                        Mengapa tidak konsisten?                                     dan nilainya".
                        Ada beberapa sebab yang mungkin menyebabkan                       Perhatikanlah bahwa kalimat yang diketik miring
Foto: Tony Ruth (WWF)   kelemahan sistem klasifikasi kawasan konservasi di           tidak menjelaskan bagaimana sifat atau cara
                        Indonesia. Pertama, secara alami setiap kategori             pengelolaan SDAH (Sumber Daya Alam Hayati) tetapi
                        kawasan konservasi memiliki banyak fungsi dan tujuan,        menjelaskan pemanfaatan SDAH. Pemanfaatan hanyalah
                        sehingga pasti ada tumpang tindih fungsi dan tujuan dari     sebagian kecil dari pengelolaan. Jadi definisi di atas
                        beberapa kawasan konservasi.                                 tidak memberikan penjelasan istilah konservasi.
                             Sebagai contoh, meskipun hutan lindung memiliki              Menurut Kamus Konservasi Sumber Daya Alam
                        fungsi pokok sebagai pengatur tata air dan pemelihara        (Dewobroto, dkk, 1995, hal 65) yang merupakan hasil
                        kesuburan tanah, namun bisa juga berfungsi sebagai           kerjasama antara Direktorat Jenderal PHPA dan Pusat
                        habitat bagi tumbuhan dan hewan, penyerap karbon             Pembinaan Bahasa, istilah konservasi merupakan
                        dioksida dan penghasil oksigen, dan bahkan sebagai           padanan kata dari istilah conservation yang diartikan
                        produsen hasil-hasil hutan non kayu. Sebaliknya, suaka       sebagai "upaya pengelolaan sumber daya alam secara
                        margasatwa bukan hanya melindungi satwa di dalamnya          bijaksana dengan berpedoman kepada asas pelestarian".
                        tetapi juga menghasilkan oksigen, menyerap karbon dan        Tetapi kamus yang sama, juga menyebutkan bahwa
                        melindungi tanah dan tata air.                               istilah pelestarian merupakan padanan dari istilah
                             Sistem klasifikasi kawasan konservasi di Indonesia      conservation (hal. 71). Jadi kamus tersebut
                        belum bisa mengatasi tumpang tindih fungsi dan tujuan        menerjemahkan istilah conservation menjadi a)
                        ini sehingga timbul ketidaktegasan dalam penentuan           konservasi atau b) pelestarian (lihat juga daftar padanan
                        kriteria untuk membagi kategori. Persoalan menjadi           kata di hal. 136), tetapi kamus tersebut memberi definisi
                        lebih sulit karena kebijakan yang tumpang tindih dan         yang berbeda untuk istilah konservasi dan pelestarian.
                        tidak konsisten.                                             Menurut pakar ekologi Indonesia, Otto Soemarwoto
                             Penyebab kedua adalah tumpang tindih dan ketidak        (1997), istilah conservation lebih tepat kalau
                        jelasan pengertian dari istilah-istilah yang digunakan       diterjemahkan sebagai "pencagaran".


                        Tabel 4. Kategori kawasan lindung (protected areas) menurut IUCN dan Pengertiannya Secara Ringkas
                        Kategori       Klasifikasi Kawasan                           Pengertian ringkas
                        Kategori I     Cagar (Suaka) Alam/Kawasan Belantara          Kawasan Lindung yang dikelola terutama untuk ilmu
                                                                                     pengetahuan atau perlindungan belantara
                        Kategori Ia    Cagar (Suaka) Alam (Strict Nature             Kawasan Lindung yang dikelola terutama untuk ilmu
                                       Reserve)                                      pengetahuan
                        Kategori Ib    Kawasan Belantara (Wilderness Area)           Kawasan Lindung yang dikelola untuk melindungi
                                                                                     belantara
                        Kategori II    Taman Nasional (National Park)                Kawasan Lindung yang dikelola terutama untuk
                                                                                     perlindungan ekosistem dan rekreasi
                        Kategori III   Monumen Alami (Natural Monument)              Kawasan lindung yang dikelola terutama untuk
                                                                                     konservasi ciri khas alami
                        Kategori IV    Kawasan Pengelolaan Habitat/Species           Kawasan lindung yang dikelola terutama untuk
                                       (Habitat/Species Management Area)             konservasi melalui intervensi pengelolaan
                        Kategori V     Bentang alam/Bentang Laut yang                Kawasan lindung yang dikelola terutama untuk
                                       dilindungi (Protected Landscape/Seascape)     konservasi dan rekreasi bentang alam/bentang laut
                        Kategori VI    Kawasan Lindung Sumberdaya yang               Kawasan lindung yang dikelola terutama untuk
                                       dikelola                                      pemanfaatan ekosistem alami secara berkelanjutan
Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999          nasional. Namun, sebaiknya klasifikasi yang kita buat
Sumber Bacaan                               tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa,                mendekati klasifikasi IUCN sehingga klasifikasi kita bisa
                                            pengawetan adalah upaya untuk menjaga agar                  dipahami dan dibandingkan dengan klasifikasi
Dewobroto, K.K, Kartiko, K.Kadarsin, M.     keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta             internasional, dan para pengelola kawasan konservasi di
Soekarno dan Soemarsono. 1995. Kamus        ekosistemnya baik di dalam maupun di luar habitatnya        Indonesia bisa mempelajari pedoman-pedoman dari IUCN
konservasi sumberdaya alam. Penerbit        tidak punah. Bentuk kegiatan pengawetan antara lain         untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam
Rineka Cipta. Jakarta                       pemeliharaan dan pengembangbiakan (Pasal 3)                 mengelola kawasan konservasi.
                                            sedangkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002                 Di dalam bidang konservasi banyak istilah yang
IUCN. 1994. Guidelines for protected area   menyatakan bahwa pengembangbiakan atau budidaya             artinya tidak berbeda jauh, misalnya "konservasi",
management categories                       merupakan kegiatan pemanfaatan kawasan hutan pada           "pelestarian", "pengawetan", "perlindungan", dan
                                            kawasan lindung.                                            "pencagaran". Apakah istilah tersebut akan kita anggap
Soemarwoto, O. 1997. Ekologi,                    Istilah konservasi sering diterjemahkan sebagai        sama atau akan kita bedakan, tergantung kepada
lingkungan hidup dan pembangunan.           pengawetan. Misalnya konservasi tanah dan air disebut       kebutuhan dan konteks pemakaiannya. Kalau pembedaan
Penerbit Djambatan. Jakarta                 pengawetan tanah dan air. Di dalam Undang-undang No.        definisi memberi manfaat, yakni memperjelas
                                            68 tahun 1998, tindakan pengawetan dilakukan di semua       pengertian dan memudahkan pencapaian tujuan
MacKinnon, J., K. MacKinnon, G. Child,      kawasan baik itu di KPA maupun KSA dan tindakan             konservasi, maka istilah tersebut kita bedakan, dengan
and J. Thorsell. 1986. Managing Protected   pengawetan adalah perlindungan dan pengamanan               syarat perbedaannya harus jelas. Sebaliknya kalau
Areas in the Tropics. IUCN/UNEP             kawasan di samping kegiatan penunjang lainnya (Pasal        pembedaan definisi justru bisa membingungkan, maka
                                            16).                                                        beberapa dari istilah tersebut bisa kita anggap sama.
                                                 Contoh definisi di atas hanyalah sebagian kecil dari   Jangan dilupakan bahwa peraturan dan perundangan
                                            banyak definisi yang tidak jelas dalam peraturan            tersebut akan disebarluaskan ke masyarakat umum yang
                                            perundang-undangan yang berkaitan dengan kawasan            belum tentu memiliki latar belakang pendidikan
                                            konservasi. Secara umum dapat dilihat bahwa definisi        konservasi. Istilah-istilah yang menurut seorang pakar
                                            dalam peraturan-peraturan tersebut kurang memenuhi          jelas berbeda bagi seorang awam bisa dianggap sama.
                                            kaidah bahasa, serta substansinya masih perlu               Definisi yang kita buat untuk satu istilah yang sama harus
                                            diperbaiki. Pengertian yang diberikan oleh Kamus            konsisten untuk setiap peraturan dan perundangan yang
                                            Konservasi (Dewobroto, dkk, 1995) menggunakan bahasa        berkaitan dengan konservasi.
                                            yang lebih baik tetapi substansinya masih perlu                  Setelah klasifikasi kawasan konservasi direvisi
                                            diperbaiki. Misalnya, pengertian istilah "pelestarian"      dengan menggunakan kriteria dan tujuan yang jelas
                                            "pelestarian alam" dan "pelestarian sumber daya alam"       untuk membedakan kategori maka klasifikasi yang baru
                                            tidak konsisten satu sama lain.                             tersebut perlu disosialisasikan kepada para petugas di
                                            Kemungkinan ketiga adalah terjadinya pergeseran arti.       lapangan yang selanjutnya memberikan penyuluhan
                                            Pada awalnya istilah konservasi dipahami secara luas,       kepada masyarakat. Sekarang ini petugas lapangan
                                            termasuk konservasi tanah dan air. Pada perkembangan        kesulitan untuk menjelaskan klasifikasi kawasan
                                            selanjutnya di Indonesia seperti tercermin dalam            konservasi dan tujuan masing-masing kategori karena
                                            Undang-Undang No. 41 Tahun 1999, pengertian                 klasifikasi yang ada tidak jelas dan pengertian yang ada
                                            konservasi tampaknya diciutkan sekedar untuk                juga membingungkan.
                                            konservasi biologi sehingga fungsi lindung dibedakan dari
                                            konservasi. Karena itu hutan lindung dibedakan dari         Kawasan Konservasi Menurut Peraturan
                                            hutan konservasi.
                                                                                                        Pemerintah No. 34 Tahun 2002
                                                                                                        Undang-undang No. 41 Tahun 1999 dan Peraturan
                                            Bagaimana sebaiknya kita                                    Pemerintah No. 34 Tahun 2002 membagi kawasan hutan
                                            mengklasifikasi kawasan konservasi?                         ke dalam tiga kawasan utama: 1. Hutan konservasi, 2.
                                            Di dalam klasifikasi IUCN jelas ditunjukkan adanya          Hutan lindung dan 3. Hutan produksi. Menurut pasal 69
                                            tumpang tindih tujuan antara semua kategori, tetapi         Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002, klasifikasi ini
                                            kriteria yang membedakan antar kategori sangat jelas        berlaku baik untuk hutan negara maupun untuk hutan
                                            yaitu tujuan pengelolaan utamanya (Lihat Tabel 5).          milik. Berbeda dengan SK Dirjen PHPA No. 129 Tahun
                                            Selain itu, perbedaan kategori juga mencerminkan            1996 hutan atau kawasan lindung dipisahkan dari hutan
                                            perbedaan tingkat intervensi manusia. Dari ketegori I ke    konservasi. Hutan konservasi dibagi ke dalam: 1)
                                            kategori VI terdapat peningkatan intensitas campur          Kawasan Suaka Alam, 2) Kawasan Pelestarian Alam dan 3)
                                            tangan manusia terhadap ekosistem.                          Taman Buru sedangkan Hutan Lindung dibagi ke dalam:
                                                 Pedoman yang diberikan dalam klasifikasi IUCN          1) Kawasan lindung, 2) Kawasan penggunaan dan 3)
                                            bersifat umum sehingga kita tidak harus mengikuti persis    Kawasan lain. Klasifikasi ini dapat dilihat pada Tabel 6.
                                            klasifikasi tersebut. Kita bisa menggunakan prinsip-        Berikut ini.
                                            prinsipnya, kemudian menyesuaikannya dengan kondisi


                                            Tabel 5. Matriks Tujuan Pengelolaan Kawasan Lindung IUCN (1994) Menurut Kategori

                                            Tujuan Pengelolaan                                          Ia     Ib       II      III      IV      V        VI
                                            Penelitian ilmiah                                           1      3        2       2        2       2        3
                                            Perlindungan belantara                                      2      1        2       3        3        -       2
                                            Pengawetan keanekaragaman jenis dan genetis                 1      2        1       1        1       2        1
                                            Pemeliharaan jasa lingkungan                                2      1        1       -        1       2        1
                                            Wisata dan rekreasi                                         -      -        2       1        3       1        3
                                            Pendidikan                                                  -      2        1       1        3       1        3
                                            Pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan dari
                                            ekosistem alami                                             -      3        3       -        2       2        1
                                            Pemeliharaan atribute cultural/tradisional                  -      -        -       -        -       1        2
                                            Keterangan: 1. Tujuan utama
                                                        2. Tujuan tambahan
                                                        3. Tujuan yang potensial (mungkin)
                                                           dapat diterapkan tidak sesuai
Apa yang Perlu Diperhatikan?                              parah Presiden sampai mengeluarkan Inpres No. 5 Tahun
Dari tulisan di atas dapat dilihat bahwa ada berbagai     2001 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu Ilegal dan      Sumber hukum
klasifikasi kawasan dalam berbagai peraturan yang tidak   Peredaran Hasil Hutan Illegal di Kawasan Ekosistem
serasi. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 dibuat     Leuser dan Taman Nasional Tanjung Puting. Kenyataan        Undang Undang No. 5 Tahun 1990 tentang
berdasarkan pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1967           menunjukkan Inpres ini tidak dilaksanakan sama sekali di   Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan dan juga      mana kerusakan di kedua kawasan tersebut semakin           Ekosistemnya
merupakan peraturan pelaksanaan undang-undang No. 5       parah saja.
Tahun 1990. Peraturan Pemerintah yang menjadi mandat           Dalam proses otonomi daerah peran perlindungan        Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang
Undang-Undang Kehutanan No. 41 Tahun 1999 untuk           dan pengawasan kawasan lindung dan kawasan                 Kehutanan
perlindungan hutan dan konservasi alam (Pasal 46, 47      konservasi berada ditangan pemerintah pusat.
dan 48) belum diterbitkan sedangkan Peraturan             Bagaimana peran ini dilakukan bersama dengan               Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998
Pemerintah No. 34 Tahun 2002 hanya membuat klasifikasi    pemerintah daerah? Perlu ada reorientasi kebijakan dan     tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
dan pengertian secara umum. Ada peluang memperbaiki       pembagian kewenangan yang lebih memadai. Namun             Pelestarian Alam.
klasifikasi kawasan tetapi ada konsekuensinya pada        pelaksanaanya juga akan ditentukan oleh penegakan
kemungkinan perubahan aturan lain.                        hukum atas pelanggaran atau perusakan wilayah              Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999
     Tampaknya pembagian wilayah kawasan hutan ke         konservasi.                                                tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
dalam berbagai jenis hutan lindung atau hutan                  Di lapangan masyarakat bingung atau tidak peduli      Satwa
konservasi memerlukan penyuluhan dan penjelasan yang      dalam memahami perbedaan tugas, kewenangan dan
memadai kepada masyarakat. Masyarakat umum tidak          tanggung jawab lembaga-lembaga konservasi pemerintah       Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002
begitu mudah memahami kawasan konservasi dan              seperti Balai Taman Nasional, Balai Konservasi             tentang Tata Hutan dan Penyusunan
kriteria yang digunakan sebagai dasar klasifikasi.        Sumberdaya Alam (BKSDA) dan Balai Rehabilitasi Lahan       Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan
Sebenarnya kategori yang digunakan tidak begitu banyak    dan Konservasi Tanah (BRLKT) yang kini telah berubah       Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan
namun perlu disampaikan dengan bahasa sederhana agar      menjadi Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS).
mudah dihafal dan dipahami masyarakat banyak.             Kelemahan-kelemahan lembaga ini dimanfaatkan oleh          Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990
     Persoalan penting dalam masalah kawasan              masyarakat yang terlibat dalam kegiatan eksploitasi        tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
konservasi adalah bukan sekedar memberikan informasi      hutan.
tentang apa itu kawasan konservasi tetapi juga                 Betapapun bagusnya kriteria dan fungsi yang           Surat Keputusan Dirjen PHPA. No 129,
bagaimana masyarakat umumnya serta semua pihak            ditetapkan untuk klasifikasi kawasan konservasi yang       Tahun 1996. Pola Pengelolaan Kawasan
memahami fungsi kawasan tersebut dan bagaimana            baik tanpa dukungan masyarakat luas kawasan konservasi     Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam,
membangun kesadaran untuk memeliharanya selain            sulit diselamatkan. Tekanan pada kawasan konservasi        Taman Buru dan Hutan Lindung
memanfaatkan sebijak mungkin sesuai dengan fungsi         dari masyarakat semakin besar. Berbagai upaya
masing-masing kawasan tersebut. Masyarakat kini sudah     konservasi selama ini cenderung meminggirkan               Instruksi Pemerintah No. 5 Tahun 2001
menganggap kawasan konservasi sebagai potensi besar       masyarakat namun upaya memadukan konservasi dan            tentang Pemberantasan Penebangan Kayu
untuk mendapatkan uang apalagi penegakan hukum tidak      pembangunan belum begitu berhasil.                         Ilegal dan Peredaran Hasil Hutan Ilegal di
berjalan sebagaimana mestinya.                                 Klasifikasi kawasan konservasi merupakan kerangka     Kawasan Ekosistem Leuser dan Taman
     Bukti-bukti lapangan menunjukkan bahwa hampir        yang menjelaskan status dan fungsi kawasan sebagai         Nasional Tanjung Puting
semua kawasan konservasi dan kawasan lindung telah        dasar usaha konservasi, tetapi perlu penjabaran lebih
rusak karena ada kepentingan jangka pendek yang ingin     lanjut misalnya dengan penetapan kriteria dan indikator
dimanfaatkan. Memperhatikan kerusakan Taman Nasional      yang jelas bagi semua pihak.
Leuser dan Taman Nasional Tanjung Putting yang begitu


Tabel 6. Klasifikasi Hutan Konservasi dan Hutan Lindung menurut Undang-Undang No. 41 tahun 1999 dan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002

Jenis Hutan         Kawasan                       Sub Kawasan              Zona
Hutan Konservasi Kawasan Suaka Alam               Cagar Alam
                                                  Suaka Margasatwa
                    Kawasan Pelestarian Alam      Taman Nasional           Zona Inti
                                                                           Zona Pemanfaatan
                                                                           Zona lain
                                                  Taman Hutan Raya         Kawasan Penggunaan
                                                                           Kawasan koleksi tanaman
                                                                           Kawasan perlindungan
                                                                           Kawasan lain
                                                  Taman Wisata Alam        Kawasan penggunaan yang intensif
                                                                           Kawasan penggunaan terbatas
                                                                           Kawasan lain
                    Taman Buru                    Kawasan Perburuan
                                                  Kawasan penggunaan
                                                  Kawasan penangkaran
                                                  satwa liar
                                                  Kawasan Lain
Hutan Lindung       Kawasan Lindung
                    Kawasan Pengunaan                                                                                Foto: Brian Belcher
                    Kawasan lain
(Foto: )




No. 11, Mei 2003




     Kamus Istilah menurut peraturan-peraturan yang berlaku

     Hutan Konservasi                  Kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan
                                       dan satwa serta ekosistemnya
     Hutan Lindung                     Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur
                                       tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.
     Kawasan Suaka Alam                Kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
                                       pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai sistem
                                       penyangga kehidupan
     Kawasan Pelestarian Alam          Kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem
                                       penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari
                                       sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
     Kawasan Cagar Alam                Kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau
                                       ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami
     Suaka Margasatwa                  Kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk
                                       kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya
     Taman Nasional                    Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk
                                       keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
     Taman Hutan Raya                  Kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/ atau satwa yang alami atau buatan , jenis asli atau
                                       bukan jenis asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
                                       budidaya, pariwisata dan rekreasi
     Taman Wisata Alam                 Kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam
     Taman Buru                        Kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu
     Hutan Produksi                    Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan
     Kawasan Hutan                     Wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai
                                       hutan tetap
     Kawasan Cagar Budaya              Wilayah yang memiliki nilai budaya yang khas, baik yang alami maupun buatan, yang ditunjuk pemerintah untuk
                                       dipertahankan dan dilindungi
     Pemanfataan Jasa Lingkungan Bentuk usaha untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan seperti usaha wisata
                                 alam, olah raga tantangan, pemanfaatnan air, perdagangan karbon dan penyelamatan hutan dan lingkungan
     Sumber: PERATURAN PEMERINTAH No. 68/1998, UNDANG-UNDANG 41/1999 dan PERATURAN PEMERINTAH 34/2002




    Warta Kebijakan ini diterbitkan secara berkala dengan tujuan mendukung kebijakan dan pelaksanaan proses
    desentralisasi di daerah, melalui penyampaian informasi di bidang kehutanan dan pengelolaan sumber daya alam.
    CIFOR berupaya menterjemahkan hasil kajian CIFOR dan pihak lain ke dalam bentuk yang diharapkan mudah dibaca
    oleh kalangan pemerintah kabupaten dan masyarakat di daerah.

    Warta Kebijakan ini diterbitkan oleh CIFOR atas dukungan Ford Foundation (FF) dan kerjasama dengan Asian
    Development Bank (ADB). Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi alamat dibawah ini.



    Kantor Pusat:                            Jambi:                               Kalimantan Timur:
    Jalan CIFOR,                             ACM-PAR Muara Bungo                  Desa Long Loreh, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur
    Situ Gede, Sindang Barang,               Tel: +62 (0747) 323571               Surat dapat dikirim melalui alamat Losmen Handayani, Malinau, Kaltim
    Bogor 16680, Indonesia                   E-mail: y.indriatmoko@cgiar.org
    Tel: +62 (0251) 622622
    Fax:+62 (0251) 622100
    E-mail: cifor@cgiar.org
    website: http://www.cifor.cgiar.org

Contenu connexe

Tendances

Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5necromotion
 
Pp no 10 thn 2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528
Pp no  10 thn  2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528Pp no  10 thn  2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528
Pp no 10 thn 2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528walhiaceh
 
Buku saku pembentukan_kph_fpic_di_tnll
Buku saku pembentukan_kph_fpic_di_tnllBuku saku pembentukan_kph_fpic_di_tnll
Buku saku pembentukan_kph_fpic_di_tnllnita292601
 
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...Mujiyanto -
 
Makalah kebakaran hutan riau
Makalah kebakaran hutan riauMakalah kebakaran hutan riau
Makalah kebakaran hutan riaunur azizah
 
Pengelolaan gambut mangrove
Pengelolaan gambut mangrovePengelolaan gambut mangrove
Pengelolaan gambut mangroveEdy Sutrisno
 
Presentation by Tropenbos
Presentation by TropenbosPresentation by Tropenbos
Presentation by TropenbosGPFLR
 
Peraturan pemerintah no.76 tahun 2008
Peraturan pemerintah no.76 tahun 2008Peraturan pemerintah no.76 tahun 2008
Peraturan pemerintah no.76 tahun 2008Eka Sari Yulia
 
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutanan
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutananHutan kehutanan-dan-ilmu-kehutanan
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutananEDIS BLOG
 
Makalah hukum dan kebijakan lingkungan
Makalah hukum dan kebijakan lingkunganMakalah hukum dan kebijakan lingkungan
Makalah hukum dan kebijakan lingkunganHani Setia
 
Qanun 15 tahun 2002 perijinankehutanan prov nad
Qanun 15  tahun   2002 perijinankehutanan prov nadQanun 15  tahun   2002 perijinankehutanan prov nad
Qanun 15 tahun 2002 perijinankehutanan prov nadwalhiaceh
 
Kerusakan Hutan di Indonesia
Kerusakan Hutan di IndonesiaKerusakan Hutan di Indonesia
Kerusakan Hutan di Indonesiaatina maulida
 
Makalah kerusakn hutan 1
Makalah kerusakn hutan 1Makalah kerusakn hutan 1
Makalah kerusakn hutan 1Yadhi Muqsith
 
Pres Wg Pm Permenhut Mdk Di Kk Sep08
Pres Wg Pm Permenhut Mdk Di Kk Sep08Pres Wg Pm Permenhut Mdk Di Kk Sep08
Pres Wg Pm Permenhut Mdk Di Kk Sep08wgpemberdayaan
 

Tendances (17)

Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5
 
Kerusakan hutan
Kerusakan hutanKerusakan hutan
Kerusakan hutan
 
Pp no 10 thn 2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528
Pp no  10 thn  2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528Pp no  10 thn  2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528
Pp no 10 thn 2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528
 
Buku saku pembentukan_kph_fpic_di_tnll
Buku saku pembentukan_kph_fpic_di_tnllBuku saku pembentukan_kph_fpic_di_tnll
Buku saku pembentukan_kph_fpic_di_tnll
 
Restorasi 021109
Restorasi 021109Restorasi 021109
Restorasi 021109
 
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...
 
Biologi kelas 1
Biologi kelas 1Biologi kelas 1
Biologi kelas 1
 
Makalah kebakaran hutan riau
Makalah kebakaran hutan riauMakalah kebakaran hutan riau
Makalah kebakaran hutan riau
 
Pengelolaan gambut mangrove
Pengelolaan gambut mangrovePengelolaan gambut mangrove
Pengelolaan gambut mangrove
 
Presentation by Tropenbos
Presentation by TropenbosPresentation by Tropenbos
Presentation by Tropenbos
 
Peraturan pemerintah no.76 tahun 2008
Peraturan pemerintah no.76 tahun 2008Peraturan pemerintah no.76 tahun 2008
Peraturan pemerintah no.76 tahun 2008
 
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutanan
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutananHutan kehutanan-dan-ilmu-kehutanan
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutanan
 
Makalah hukum dan kebijakan lingkungan
Makalah hukum dan kebijakan lingkunganMakalah hukum dan kebijakan lingkungan
Makalah hukum dan kebijakan lingkungan
 
Qanun 15 tahun 2002 perijinankehutanan prov nad
Qanun 15  tahun   2002 perijinankehutanan prov nadQanun 15  tahun   2002 perijinankehutanan prov nad
Qanun 15 tahun 2002 perijinankehutanan prov nad
 
Kerusakan Hutan di Indonesia
Kerusakan Hutan di IndonesiaKerusakan Hutan di Indonesia
Kerusakan Hutan di Indonesia
 
Makalah kerusakn hutan 1
Makalah kerusakn hutan 1Makalah kerusakn hutan 1
Makalah kerusakn hutan 1
 
Pres Wg Pm Permenhut Mdk Di Kk Sep08
Pres Wg Pm Permenhut Mdk Di Kk Sep08Pres Wg Pm Permenhut Mdk Di Kk Sep08
Pres Wg Pm Permenhut Mdk Di Kk Sep08
 

Similaire à KLASIFIKASI KONSERVASI

Tropenbos_Pengalaman Perencanaan KEE dan HCV.pdf
Tropenbos_Pengalaman Perencanaan KEE dan HCV.pdfTropenbos_Pengalaman Perencanaan KEE dan HCV.pdf
Tropenbos_Pengalaman Perencanaan KEE dan HCV.pdfSubditSumberdayaPend
 
Kebijakan Kelautan.pptx
Kebijakan Kelautan.pptxKebijakan Kelautan.pptx
Kebijakan Kelautan.pptxMuhRifaldhi1
 
Hutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdf
Hutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdfHutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdf
Hutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdfvitodery
 
JUKNIS PENGAMANAN KAWASAN KONSERVASI DI WILAYAH LAUT
JUKNIS PENGAMANAN KAWASAN KONSERVASI DI WILAYAH LAUTJUKNIS PENGAMANAN KAWASAN KONSERVASI DI WILAYAH LAUT
JUKNIS PENGAMANAN KAWASAN KONSERVASI DI WILAYAH LAUTSudirman Sultan
 
materi sosialisasi ppt slideshare.pptx
materi sosialisasi ppt slideshare.pptxmateri sosialisasi ppt slideshare.pptx
materi sosialisasi ppt slideshare.pptxAbnerRinaldiYosapatS
 
Kebijakan Kelautan.pptx
Kebijakan Kelautan.pptxKebijakan Kelautan.pptx
Kebijakan Kelautan.pptxMuhRifaldhi1
 
Sni 19 6728.2-2002
Sni 19 6728.2-2002Sni 19 6728.2-2002
Sni 19 6728.2-2002mayaandara
 
Penataan zona taman hutan raya gunung kunci
Penataan zona taman hutan raya gunung kunciPenataan zona taman hutan raya gunung kunci
Penataan zona taman hutan raya gunung kunciMNFahmil
 
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannyaDr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannyawahyuddin S.T
 
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docxTUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docxJUMINTENSARI1
 
PP_Nomor_23_Tahun_2021_2.pdf
PP_Nomor_23_Tahun_2021_2.pdfPP_Nomor_23_Tahun_2021_2.pdf
PP_Nomor_23_Tahun_2021_2.pdfBKPHBRPN
 
Kearifan lokal dalam Bidang Kehutan
Kearifan lokal dalam Bidang KehutanKearifan lokal dalam Bidang Kehutan
Kearifan lokal dalam Bidang KehutanAnisa Salma
 
Mangrove dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir (Mangroves and Clima...
Mangrove dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir (Mangroves and Clima...Mangrove dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir (Mangroves and Clima...
Mangrove dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir (Mangroves and Clima...CIFOR-ICRAF
 
Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre Yogyakarta
Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre YogyakartaPelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre Yogyakarta
Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre YogyakartaBilawal Alhariri Anwar
 
Materi pembinaan Kelompok Pecinta Alam 2014
Materi pembinaan Kelompok Pecinta Alam 2014Materi pembinaan Kelompok Pecinta Alam 2014
Materi pembinaan Kelompok Pecinta Alam 2014Imam Tolkha
 
Ht dan inisiatif reskon
Ht dan inisiatif reskonHt dan inisiatif reskon
Ht dan inisiatif reskonYayasan CAPPA
 

Similaire à KLASIFIKASI KONSERVASI (20)

KONSERVASI PPT.pptx
KONSERVASI PPT.pptxKONSERVASI PPT.pptx
KONSERVASI PPT.pptx
 
Tropenbos_Pengalaman Perencanaan KEE dan HCV.pdf
Tropenbos_Pengalaman Perencanaan KEE dan HCV.pdfTropenbos_Pengalaman Perencanaan KEE dan HCV.pdf
Tropenbos_Pengalaman Perencanaan KEE dan HCV.pdf
 
Kebijakan Kelautan.pptx
Kebijakan Kelautan.pptxKebijakan Kelautan.pptx
Kebijakan Kelautan.pptx
 
Hutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdf
Hutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdfHutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdf
Hutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdf
 
JUKNIS PENGAMANAN KAWASAN KONSERVASI DI WILAYAH LAUT
JUKNIS PENGAMANAN KAWASAN KONSERVASI DI WILAYAH LAUTJUKNIS PENGAMANAN KAWASAN KONSERVASI DI WILAYAH LAUT
JUKNIS PENGAMANAN KAWASAN KONSERVASI DI WILAYAH LAUT
 
materi sosialisasi ppt slideshare.pptx
materi sosialisasi ppt slideshare.pptxmateri sosialisasi ppt slideshare.pptx
materi sosialisasi ppt slideshare.pptx
 
Kebijakan Kelautan.pptx
Kebijakan Kelautan.pptxKebijakan Kelautan.pptx
Kebijakan Kelautan.pptx
 
Sni 19 6728.2-2002
Sni 19 6728.2-2002Sni 19 6728.2-2002
Sni 19 6728.2-2002
 
Penataan zona taman hutan raya gunung kunci
Penataan zona taman hutan raya gunung kunciPenataan zona taman hutan raya gunung kunci
Penataan zona taman hutan raya gunung kunci
 
Laot.pdf
Laot.pdfLaot.pdf
Laot.pdf
 
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannyaDr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
 
Pengelolaan Pesisir
Pengelolaan  PesisirPengelolaan  Pesisir
Pengelolaan Pesisir
 
Buku saku-kph-e-file-version
Buku saku-kph-e-file-versionBuku saku-kph-e-file-version
Buku saku-kph-e-file-version
 
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docxTUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
 
PP_Nomor_23_Tahun_2021_2.pdf
PP_Nomor_23_Tahun_2021_2.pdfPP_Nomor_23_Tahun_2021_2.pdf
PP_Nomor_23_Tahun_2021_2.pdf
 
Kearifan lokal dalam Bidang Kehutan
Kearifan lokal dalam Bidang KehutanKearifan lokal dalam Bidang Kehutan
Kearifan lokal dalam Bidang Kehutan
 
Mangrove dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir (Mangroves and Clima...
Mangrove dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir (Mangroves and Clima...Mangrove dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir (Mangroves and Clima...
Mangrove dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir (Mangroves and Clima...
 
Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre Yogyakarta
Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre YogyakartaPelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre Yogyakarta
Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre Yogyakarta
 
Materi pembinaan Kelompok Pecinta Alam 2014
Materi pembinaan Kelompok Pecinta Alam 2014Materi pembinaan Kelompok Pecinta Alam 2014
Materi pembinaan Kelompok Pecinta Alam 2014
 
Ht dan inisiatif reskon
Ht dan inisiatif reskonHt dan inisiatif reskon
Ht dan inisiatif reskon
 

Plus de Wahyu Yuns

Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta KerjaMateri MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta KerjaWahyu Yuns
 
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALPerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALWahyu Yuns
 
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistemBuku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistemWahyu Yuns
 
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindungPermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindungWahyu Yuns
 
Rpkps hukum lingkungan spsil wys
Rpkps hukum lingkungan spsil wysRpkps hukum lingkungan spsil wys
Rpkps hukum lingkungan spsil wysWahyu Yuns
 
Lis klmpk hl e 18
Lis klmpk hl e 18Lis klmpk hl e 18
Lis klmpk hl e 18Wahyu Yuns
 
Role play 1904
Role play 1904Role play 1904
Role play 1904Wahyu Yuns
 
John knox report hre 2018
John knox report hre 2018John knox report hre 2018
John knox report hre 2018Wahyu Yuns
 
Rpkpm hk lingkungan
Rpkpm hk lingkunganRpkpm hk lingkungan
Rpkpm hk lingkunganWahyu Yuns
 
Artikel JPSL- Preventive Expenditure
Artikel JPSL- Preventive ExpenditureArtikel JPSL- Preventive Expenditure
Artikel JPSL- Preventive ExpenditureWahyu Yuns
 
Pp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhsPp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhsWahyu Yuns
 
Introduction Indonesian Environmental Law
Introduction Indonesian Environmental LawIntroduction Indonesian Environmental Law
Introduction Indonesian Environmental LawWahyu Yuns
 
Ekoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkunganEkoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkunganWahyu Yuns
 
Ekoling5. chap. ekolabelling
Ekoling5. chap. ekolabellingEkoling5. chap. ekolabelling
Ekoling5. chap. ekolabellingWahyu Yuns
 
Ekoling4. pedoman csr klh
Ekoling4. pedoman csr klhEkoling4. pedoman csr klh
Ekoling4. pedoman csr klhWahyu Yuns
 
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klh
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klhEkoling3. valuasi ekonomi sda-klh
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klhWahyu Yuns
 
critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
 critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013 critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013Wahyu Yuns
 
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013Wahyu Yuns
 
Pengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraPengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraWahyu Yuns
 
Peraturan ttg penilaian amdal 1113
Peraturan ttg penilaian amdal 1113Peraturan ttg penilaian amdal 1113
Peraturan ttg penilaian amdal 1113Wahyu Yuns
 

Plus de Wahyu Yuns (20)

Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta KerjaMateri MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
 
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALPerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
 
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistemBuku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
 
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindungPermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
 
Rpkps hukum lingkungan spsil wys
Rpkps hukum lingkungan spsil wysRpkps hukum lingkungan spsil wys
Rpkps hukum lingkungan spsil wys
 
Lis klmpk hl e 18
Lis klmpk hl e 18Lis klmpk hl e 18
Lis klmpk hl e 18
 
Role play 1904
Role play 1904Role play 1904
Role play 1904
 
John knox report hre 2018
John knox report hre 2018John knox report hre 2018
John knox report hre 2018
 
Rpkpm hk lingkungan
Rpkpm hk lingkunganRpkpm hk lingkungan
Rpkpm hk lingkungan
 
Artikel JPSL- Preventive Expenditure
Artikel JPSL- Preventive ExpenditureArtikel JPSL- Preventive Expenditure
Artikel JPSL- Preventive Expenditure
 
Pp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhsPp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhs
 
Introduction Indonesian Environmental Law
Introduction Indonesian Environmental LawIntroduction Indonesian Environmental Law
Introduction Indonesian Environmental Law
 
Ekoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkunganEkoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkungan
 
Ekoling5. chap. ekolabelling
Ekoling5. chap. ekolabellingEkoling5. chap. ekolabelling
Ekoling5. chap. ekolabelling
 
Ekoling4. pedoman csr klh
Ekoling4. pedoman csr klhEkoling4. pedoman csr klh
Ekoling4. pedoman csr klh
 
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klh
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klhEkoling3. valuasi ekonomi sda-klh
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klh
 
critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
 critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013 critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
 
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
 
Pengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraPengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udara
 
Peraturan ttg penilaian amdal 1113
Peraturan ttg penilaian amdal 1113Peraturan ttg penilaian amdal 1113
Peraturan ttg penilaian amdal 1113
 

KLASIFIKASI KONSERVASI

  • 1. No. 11, Mei 2003 Warta Kebijakan C I F O R - C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Klasifikasi Kawasan Konservasi Indonesia Ditulis oleh Wiryono, Pengajar di Jurusan Kehutanan, Universitas Bengkulu dan pernah bekerja sebagai Konsultan pada Kerinci-Seblat Integrated Conservation and Development Project (ICDP) Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Taman Pendahuluan Nasional Kayan Mentarang sebagai dua taman Untuk mencapai tujuan konservasi, Pemerintah RI melalui Departemen Kehutanan, telah melakukan klasifikasi tasional terbesar di Indonesia menghadapi berbagai kawasan konservasi. Tetapi, apakah klasifikasi yang ada sekarang sudah cukup memperjelas tujuan konservasi, tekanan yang sangat besar dalam bentuk sehingga mempermudah pencapaian tujuan tersebut? Kenyataan menunjukkan bahwa pengetahuan dan kesadaran perambahan, perubahan kawasan hutan menjadi akan pentingnya kawasan konservasi mempunyai tafsiran dan kepentingan yang berbeda-beda. Di kalangan ladang dan perkebunan rakyat semakin menjadi-jadi disamping pembalakan liar. Pemerintah daerah pemerintah sendiri ada perbedaan pendapat dan kepentingan akan potensi kawasan konservasi. Jelas sekali kabupaten yang wilayahnya berada di dalam kawasan bahwa kawasan konservasi adalah sumber berbagai hasil hutan baik kayu maupun bulan kayu karena selama taman nasional menghadapi beban yang besar karena berabad-abad telah dilindungi. Tetapi kini semuanya telah berubah. Penegakan hukum di kawasan konservasi tidak harus melindungi taman nasional ini namun tidak berjalan sebagaimana mestinya dan sebagian dari hampir semua kawasan konservasi telah berubah fungsi. Namun memiliki cukup dana. Kawasan ini memiliki potensi kesadaran dan kearifan masyarakat lokal untuk melindungi kawasan lindung di daerah mereka yang biasanya kayu yang sangat besar namun tidak boleh ditebang. berukuran kecil sering tidak dihargai. Masyarakat tidak mungkin melindungi kawasan taman nasional yang Karena itu pemerintah daerah dan masyarakat luasannya sangat besar. Penetapan batas-batas kawasan yang dibuat pemerintah sering menimbulkan merasa kehilangan kesempatan untuk memperoleh pertentangan dengan masyarakat setempat. pendapatan dari Taman Nasional ini. Persoalan yang Saat ini ketika Departemen Kehutanan sedang melakukan reformasi untuk mengantisipasi tantangan sulit juga dihadapi TN Kayan Mentarang (TNKM) di pengelolaan hutan di masa depan yang lebih baik, sebenarnya merupakan saat yang cocok untuk melakukan revisi Kalimantan karena tekanan besar yang bukan hanya terhadap klasifikasi kawasan konservasi. Beberapa usulan pernah diajukan untuk perbaikan disesuaikan dengan datang dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri. pendekatan IUCN (International Union for Conservation of the Nature and Natural Resources atau sering disebut Kawasan ini berbatasan langsung dengan kawasan World Conservation Union). konsesi di hutan produksi di Malaysia yang terus Badan pelestarian alam internasional IUCN sudah melakukan hal yang sama. Kategori kawasan lindung yang dieksploitasi dan kegiatan penebangan kayu sudah masuk ke dalam wilayah Indonesia di dalam Taman dibuat IUCN pada tahun 1978 setelah dievaluasi akhirnya diperbaiki pada tahun 1994. IUCN memulai klasifikasi Nasional ini. dengan terlebih dulu membuat definisi kawasan lindung. Semua kategori kawasan lindung harus memenuhi kriteria dalam definisi ini. Kemudian, kawasan lindung dikelompokkan menjadi beberapa kategori berdasar tujuan Menurut peraturan perundangan, kewenangan pengelolaan utamanya. pengelolaan Taman Nasional berada di bawah Ketidakjelasan kriteria, fungsi dan tujuan masing-masing kategori kawasan konservasi dan ketidakjelasan pemerintah pusat melalui Balai Taman Nasional yang istilah-istilah konservasi akan membingungkan para pengelola kawasan konservasi maupun masyarakat luas dalam menyelenggarakan tugas dekonsentrasi. Namun memahami dan mencapai tujuan pengelolaan kawasan yang mereka kelola. Oleh karena itu sudah saatnya taman nasional berukuran kecil, kawasan suaka klasifikasi kawasan konservasi dikaji-ulang dan diperbaiki jika klasifikasi yang ada menyulitkan tercapainya tujuan alam, taman wisata alam, taman hutan raya dan konservasi. taman buru berada di bawah kewenangan BKSDA Perbaikan atas klasifikasi ini harus pula didukung dengan upaya sosialisasi dan penyebaluasan informasi yang (Balai Konservasi Sumberdaya Alam. Hutan lindung cukup kepada masyarakat luas maupun pemerintah di daerah. Masyarakat tidak bisa hanya sekedar mengetahui berada di bawah kewenangan dinas kehutanan pembagian kawasan tetapi juga landasan mengapa dibagi demikian apa dasar kategori kriteria dan fungsinya? kabupatan dan propinsi. Pemerintah daerah Persoalan kunci lainnya adalah bahwa penetapan batas kawasan sering menimbulkan konflik karena batas-batas menuntut agar pemerintah pusat menyediakan hak milik atau kawasan bersama dan kepentingan masyarakat lokal cenderung diabaikan. Di lain pihak pada saat kompensasi bagi pengelolaan kawasan ini karena kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan reformasi dan otonomi berjalan masyarakat lokal sangat kuat dipengaruhi oleh pandangan dan kekuatan luar yang karena kayu yang sangat potensial di dalam kawasan negatif bahwa semua kawasan adalah milik bersama. tersebut tidak dapat diambil untuk dijual. Upaya pemerintah untuk merasionalisasi dan memperluas Pengertian dan klasifikasi menurut kebijakan pemerintah kawasan Taman Nasional tertentu ditentang Peraturan-peraturan tentang konservasi di Indonesia pada umumnya mempunyai beberapa kelemahan. masyarakat karena dianggap menganggu kepentingan Kelemahannya terletak, terutama, pada definisi kawasan konservasi yang kurang jelas dan perbedaan antar dan hajat hidup masyarakat lokal. Namun di lain definisi pada berbagai peraturan. Istilah-istilah konservasi, pelestarian dan lindung tidak mudah dibedakan pihak pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan masyarakat umum atau kadang dianggap tidak penting. seperti memberikan ijin pertambangan dan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya tidak pembukaan jalan di dalam kawasan konservasi. menyebutkan istilah kawasan konservasi, tetapi menggunakan istilah KSA (Kawasan Suaka Alam) dan KPA (Kawasan Pemerintah daerahpun kecil-kecilan mengijinkan usaha tambang di kawasan lindung. Pelestarian Alam). Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung juga tidak menggunakan istilah Contoh di atas hanya sebagian kecil saja dari masalah kawasan konservasi, tetapi istilah kawasan lindung, dengan klasifikasi seperti tergambar dalam Tabel 1. yang dihadapi dalam mengelola kawasan konservasi Kemudian di dalam SK Dirjen Pelestarian Hutan dan Perlindungan Alam (PHPA) No. 129 Tahun 1996, istilah seperti kasus penjarahan, perusakan, penebangan kawasan konservasi didefinisikan sebagai kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan suaka alam, kawasan liar dan peralihan fungsi kawasan konservasi maupun pelestarian alam, taman buru dan hutan lindung". Direktorat Jenderal PHPA kini telah berubah menjadi Direktorat konflik kewenangan pengelolaan kawasan konservasi. Jenderal PHKA (Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam). Istilah KSA dan KPA sama dengan pembagian dalam Banyak lokasi pertambangan yang berada di dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 di atas dan Surat Keputusan tersebut selanjutnya memberikan klasifikasi hutan lindung termasuk di TNKS. Hampir tidak kawasan konservasi yang disampaikan dalam Tabel 2. satupun kawasan konservasi dan kawasan lindung di Klasifikasi yang sama tentang KSA dan KPA diberikan oleh Peraturan Pemerintah No 68 tahun 1998 tentang Indonesia apakah itu taman nasional, cagar alam, Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. suaka margasatwa, taman hutan raya, taman wisata Pertanyaannya adalah, "Apakah istilah kawasan lindung memiliki arti yang sama dengan istilah kawasan alam, taman buru dan hutan lindung yang tidak konservasi?" "Kalau sama, mengapa klasifikasinya berbeda?" Dalam Keppres No. 32 Tahun 1990 tidak ada kategori dirusak atau dirambah. Konflik kepentingan ada KPA sebagaimana dalam peraturan yang lain, sedangkan kategori taman nasional, taman hutan raya dan taman disemua kawasan konservasi. Apakah klasifikasi kawasan konservasi masih ada artinya? wisata alam digolongkan sebagai kawasan suaka alam dan cagar budaya (Pasal 6), padahal dalam peraturan lain ketiga kategori ini digolongkan dalam KPA.
  • 2. Tabel 1. Klasifikasi kawasan lindung menurut Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. 1. Kawasan yang memberikan perlindungan a. Kawasan hutan lindung di bawahnya b. Kawasan bergambut c. Kawasan resapan air 2. Kawasan perlindungan setempat a. Sempadan pantai b. Sempadan sungai c. Sempadan sekitar danau/waduk d. Kawasan sekitar mata air Kawasan Lindung 3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya a. Kawasan suaka alam b. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya c. Kawasan pantai berhutan bakau d. Taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam e. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan 4. Kawasan rawan bencana alam Ada juga pasal-pasal dalam Keppres No. 32 ini yang satu fungsi, yaitu pemanfaatan, sedangkan KSA tidak. tidak konsisten satu sama lain. Pasal 6 merinci KSA dan Tetapi benarkah KSA tidak memiliki fungsi pemanfaatan? cagar budaya, kemudian Pasal 22 merinci KSA lagi dengan Di dalam Bab II, Bagian kedua, Paragraf Tiga (Pasal rincian berbeda. Pasal 22 menyebutkan bahwa "Kawasan 20 s/d Pasal 29) Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 suaka alam terdiri dari dari cagar alam, suaka dijelaskan secara rinci bentuk pemanfaatan Kawasan margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan plasma Cagar Alam dan Kawasan Suaka Marga Satwa. Kedua nutfah dan daerah pengungsian satwa". kawasan ini mempunyai 4 (empat) manfaat yang sama Dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang kecuali bahwa Kawasan Suaka Margasatwa mempunyai Kehutanan tidak digunakan istilah kawasan konservasi, satu fungsi tambahan yaitu untuk wisata alam terbatas. tetapi hutan konservasi, yang terdiri dari kawasan hutan Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa adalah KSA. Jadi KSA Foto: Alain Compost suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam, dan taman juga mempunyai fungsi pemanfaatan. Lalu, apa buru. Di dalam Undang-Undang ini fungsi lindung perbedaan fungsi antara KSA dan KPA? dipisahkan dari fungsi konservasi. Jadi, hutan lindung Di dalam Pasal 4, Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun tidak termasuk hutan konservasi. 1998 disebutkan bahwa pengelolaan KSA dan KPA Di dalam Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 dilakukan sesuai dengan fungsi kawasan: sebagai wilayah tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan perlindungan sistem penyangga kehidupan; sebagai Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan atau Hutan, sebagai peraturan pelaksanaan Undang-Undang satwa beserta ekosistemnya; untuk pemanfaatan secara No. 41 Tahun 1999, klasifikasi Kawasan Hutan Suaka Alam lestari sumber daya hayati dan ekosistemnya. Pasal ini dan Kawasan Hutan Pelestarian Alam sama dengan menunjukkan bahwa fungsi KSA dan KPA sama. Pasal ini klasifikasi pada Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 bertentangan dengan Pasal 1 yang menunjukkan dan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990. Selain itu ada perbedaan fungsi KSA dan KPA. Taman Buru yang masuk ke dalam hutan konservasi dan Kemudian, apa perbedaan tujuan antara KSA dan hutan lindung yang berbeda dari hutan konservasi KPA? Di dalam Pasal 3, Peraturan Pemerintah No. 68 sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 6. Perbedaannya Tahun 1968 disebutkan bahwa "pengelolaan KSA dan KPA dengan SK Dirjen PHPA No. 129 Tahun 1996 adalah bahwa bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian di dalam SK ini hutan lindungpun masuk dalam kawasan sumber daya alam hayati serta keseimbangan konservasi (Lihat Tabel 2 diatas) sedangkan di dalam PP ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya 34 hutan lindung dipisahkan dari kawasan konservasi. peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan". Pasal ini jelas menunjukkan bahwa Kriteria dan tujuan masing-masing pengelolaan KSA dan KPA memiliki tujuan yang sama. Untuk kategori yang lebih rendah dari KSA, yaitu cagar kategori alam dan suaka alam, tidak dijelaskan tujuan Selain dari ketidak-cocokan antara klasifikasi kawasan pengelolaannya. konservasi dan kawasan lindung dan hutan konservasi Untuk kategori yang lebih rendah dari KPA, yaitu sebagaimana diuraikan di atas, terdapat kelemahan yang taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata lebih mendasar dalam sistem klasifikasi kawasan diberikan tujuan pengelolaan masing-masing konservasi di Indonesia, yaitu tidak-tegasnya kriteria sebagaimana terkandung dalam definisi (Pasal 1 Undang- untuk membedakan kategori, apakah karakteristik Undang No. 5 Tahun 1990 dan Pasal 1 Peraturan kawasannya, fungsinya, atau tujuannya. Pemerintah No. 68 Tahun 1998). Dari Tabel 3 terlihat bahwa perbedaan antara KPA Pasal-pasal di atas menunjukkan tidak adanya dan KSA terletak pada fungsinya. KPA memiliki tambahan kriteria yang membedakan KSA dengan KPA. Untuk Tabel 2. Klasifikasi kawasan konservasi menurut SK Dirjen PHPA No 129, Tahun 1996 tentang Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, Taman Buru dan Hutan Lindung 1. Kawasan suaka alam (KSA) a. Cagar alam b. Suaka margasatwa 2. Kawasan pelestarian alam (KPA) a. Taman nasional Kawasan Konservasi b. Taman hutan raya c. Taman wisata alam 3. Taman buru 4. Hutan lindung
  • 3. Tabel 3. Ciri dan fungsi KSA dan KPA menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 No Kategori Kawasan Ciri dan Fungsi 1 Kawasan Suaka Alam (KSA) - memiliki ciri khas tertentu - di darat dan di perairan - memiliki fungsi pokok sebagai pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekositemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan - memiliki ciri khas tertentu 2 Kawasan Pelestarian Alam (KPA) - di darat dan di perairan - memiliki fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya kategori yang lebih rendah Peraturan Pemerintah No. 68 untuk menamakan kategori maupun tujuan dari kategori. Tahun 1998 memberikan kriteria. Tetapi kriteria cagar Misalnya, dari sudut bahasa dan ekologi, apa sebenarnya alam dan suaka margasatwa dalam Peraturan Pemerintah arti yang tepat dari "konservasi", "pelestarian", No. 68 Tahun 1998 (Pasal 8 dan 9) berbeda dengan "pengawetan", "perlindungan", "cagar", dan "suaka"? kriteria dalam Keppres No. 32 Tahun 1990 (Pasal 23). Dalam peraturan-peraturan yang ada, istilah-istilah Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 juga tersebut seringkali tidak jelas. Misalnya, menurut Pasal memperlihatkan ada fungsi pemanfaatan hutan yang 1, Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 disebutkan bahwa dapat diijinkan baik pada Hutan Konservasi (Pasal 17) "Konservasi sumber daya alam hayati (SDAH) adalah yang akan diatur sesuai dengan peraturan perundang- pengelolaan sumber daya alam hayati yang undangan yang berlaku maupun pada Hutan Lindung pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk (Pasal 18 sampai dengan Pasal 24). menjamin kesinambungan persediaanya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman Mengapa tidak konsisten? dan nilainya". Ada beberapa sebab yang mungkin menyebabkan Perhatikanlah bahwa kalimat yang diketik miring Foto: Tony Ruth (WWF) kelemahan sistem klasifikasi kawasan konservasi di tidak menjelaskan bagaimana sifat atau cara Indonesia. Pertama, secara alami setiap kategori pengelolaan SDAH (Sumber Daya Alam Hayati) tetapi kawasan konservasi memiliki banyak fungsi dan tujuan, menjelaskan pemanfaatan SDAH. Pemanfaatan hanyalah sehingga pasti ada tumpang tindih fungsi dan tujuan dari sebagian kecil dari pengelolaan. Jadi definisi di atas beberapa kawasan konservasi. tidak memberikan penjelasan istilah konservasi. Sebagai contoh, meskipun hutan lindung memiliki Menurut Kamus Konservasi Sumber Daya Alam fungsi pokok sebagai pengatur tata air dan pemelihara (Dewobroto, dkk, 1995, hal 65) yang merupakan hasil kesuburan tanah, namun bisa juga berfungsi sebagai kerjasama antara Direktorat Jenderal PHPA dan Pusat habitat bagi tumbuhan dan hewan, penyerap karbon Pembinaan Bahasa, istilah konservasi merupakan dioksida dan penghasil oksigen, dan bahkan sebagai padanan kata dari istilah conservation yang diartikan produsen hasil-hasil hutan non kayu. Sebaliknya, suaka sebagai "upaya pengelolaan sumber daya alam secara margasatwa bukan hanya melindungi satwa di dalamnya bijaksana dengan berpedoman kepada asas pelestarian". tetapi juga menghasilkan oksigen, menyerap karbon dan Tetapi kamus yang sama, juga menyebutkan bahwa melindungi tanah dan tata air. istilah pelestarian merupakan padanan dari istilah Sistem klasifikasi kawasan konservasi di Indonesia conservation (hal. 71). Jadi kamus tersebut belum bisa mengatasi tumpang tindih fungsi dan tujuan menerjemahkan istilah conservation menjadi a) ini sehingga timbul ketidaktegasan dalam penentuan konservasi atau b) pelestarian (lihat juga daftar padanan kriteria untuk membagi kategori. Persoalan menjadi kata di hal. 136), tetapi kamus tersebut memberi definisi lebih sulit karena kebijakan yang tumpang tindih dan yang berbeda untuk istilah konservasi dan pelestarian. tidak konsisten. Menurut pakar ekologi Indonesia, Otto Soemarwoto Penyebab kedua adalah tumpang tindih dan ketidak (1997), istilah conservation lebih tepat kalau jelasan pengertian dari istilah-istilah yang digunakan diterjemahkan sebagai "pencagaran". Tabel 4. Kategori kawasan lindung (protected areas) menurut IUCN dan Pengertiannya Secara Ringkas Kategori Klasifikasi Kawasan Pengertian ringkas Kategori I Cagar (Suaka) Alam/Kawasan Belantara Kawasan Lindung yang dikelola terutama untuk ilmu pengetahuan atau perlindungan belantara Kategori Ia Cagar (Suaka) Alam (Strict Nature Kawasan Lindung yang dikelola terutama untuk ilmu Reserve) pengetahuan Kategori Ib Kawasan Belantara (Wilderness Area) Kawasan Lindung yang dikelola untuk melindungi belantara Kategori II Taman Nasional (National Park) Kawasan Lindung yang dikelola terutama untuk perlindungan ekosistem dan rekreasi Kategori III Monumen Alami (Natural Monument) Kawasan lindung yang dikelola terutama untuk konservasi ciri khas alami Kategori IV Kawasan Pengelolaan Habitat/Species Kawasan lindung yang dikelola terutama untuk (Habitat/Species Management Area) konservasi melalui intervensi pengelolaan Kategori V Bentang alam/Bentang Laut yang Kawasan lindung yang dikelola terutama untuk dilindungi (Protected Landscape/Seascape) konservasi dan rekreasi bentang alam/bentang laut Kategori VI Kawasan Lindung Sumberdaya yang Kawasan lindung yang dikelola terutama untuk dikelola pemanfaatan ekosistem alami secara berkelanjutan
  • 4. Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 nasional. Namun, sebaiknya klasifikasi yang kita buat Sumber Bacaan tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, mendekati klasifikasi IUCN sehingga klasifikasi kita bisa pengawetan adalah upaya untuk menjaga agar dipahami dan dibandingkan dengan klasifikasi Dewobroto, K.K, Kartiko, K.Kadarsin, M. keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta internasional, dan para pengelola kawasan konservasi di Soekarno dan Soemarsono. 1995. Kamus ekosistemnya baik di dalam maupun di luar habitatnya Indonesia bisa mempelajari pedoman-pedoman dari IUCN konservasi sumberdaya alam. Penerbit tidak punah. Bentuk kegiatan pengawetan antara lain untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam Rineka Cipta. Jakarta pemeliharaan dan pengembangbiakan (Pasal 3) mengelola kawasan konservasi. sedangkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 Di dalam bidang konservasi banyak istilah yang IUCN. 1994. Guidelines for protected area menyatakan bahwa pengembangbiakan atau budidaya artinya tidak berbeda jauh, misalnya "konservasi", management categories merupakan kegiatan pemanfaatan kawasan hutan pada "pelestarian", "pengawetan", "perlindungan", dan kawasan lindung. "pencagaran". Apakah istilah tersebut akan kita anggap Soemarwoto, O. 1997. Ekologi, Istilah konservasi sering diterjemahkan sebagai sama atau akan kita bedakan, tergantung kepada lingkungan hidup dan pembangunan. pengawetan. Misalnya konservasi tanah dan air disebut kebutuhan dan konteks pemakaiannya. Kalau pembedaan Penerbit Djambatan. Jakarta pengawetan tanah dan air. Di dalam Undang-undang No. definisi memberi manfaat, yakni memperjelas 68 tahun 1998, tindakan pengawetan dilakukan di semua pengertian dan memudahkan pencapaian tujuan MacKinnon, J., K. MacKinnon, G. Child, kawasan baik itu di KPA maupun KSA dan tindakan konservasi, maka istilah tersebut kita bedakan, dengan and J. Thorsell. 1986. Managing Protected pengawetan adalah perlindungan dan pengamanan syarat perbedaannya harus jelas. Sebaliknya kalau Areas in the Tropics. IUCN/UNEP kawasan di samping kegiatan penunjang lainnya (Pasal pembedaan definisi justru bisa membingungkan, maka 16). beberapa dari istilah tersebut bisa kita anggap sama. Contoh definisi di atas hanyalah sebagian kecil dari Jangan dilupakan bahwa peraturan dan perundangan banyak definisi yang tidak jelas dalam peraturan tersebut akan disebarluaskan ke masyarakat umum yang perundang-undangan yang berkaitan dengan kawasan belum tentu memiliki latar belakang pendidikan konservasi. Secara umum dapat dilihat bahwa definisi konservasi. Istilah-istilah yang menurut seorang pakar dalam peraturan-peraturan tersebut kurang memenuhi jelas berbeda bagi seorang awam bisa dianggap sama. kaidah bahasa, serta substansinya masih perlu Definisi yang kita buat untuk satu istilah yang sama harus diperbaiki. Pengertian yang diberikan oleh Kamus konsisten untuk setiap peraturan dan perundangan yang Konservasi (Dewobroto, dkk, 1995) menggunakan bahasa berkaitan dengan konservasi. yang lebih baik tetapi substansinya masih perlu Setelah klasifikasi kawasan konservasi direvisi diperbaiki. Misalnya, pengertian istilah "pelestarian" dengan menggunakan kriteria dan tujuan yang jelas "pelestarian alam" dan "pelestarian sumber daya alam" untuk membedakan kategori maka klasifikasi yang baru tidak konsisten satu sama lain. tersebut perlu disosialisasikan kepada para petugas di Kemungkinan ketiga adalah terjadinya pergeseran arti. lapangan yang selanjutnya memberikan penyuluhan Pada awalnya istilah konservasi dipahami secara luas, kepada masyarakat. Sekarang ini petugas lapangan termasuk konservasi tanah dan air. Pada perkembangan kesulitan untuk menjelaskan klasifikasi kawasan selanjutnya di Indonesia seperti tercermin dalam konservasi dan tujuan masing-masing kategori karena Undang-Undang No. 41 Tahun 1999, pengertian klasifikasi yang ada tidak jelas dan pengertian yang ada konservasi tampaknya diciutkan sekedar untuk juga membingungkan. konservasi biologi sehingga fungsi lindung dibedakan dari konservasi. Karena itu hutan lindung dibedakan dari Kawasan Konservasi Menurut Peraturan hutan konservasi. Pemerintah No. 34 Tahun 2002 Undang-undang No. 41 Tahun 1999 dan Peraturan Bagaimana sebaiknya kita Pemerintah No. 34 Tahun 2002 membagi kawasan hutan mengklasifikasi kawasan konservasi? ke dalam tiga kawasan utama: 1. Hutan konservasi, 2. Di dalam klasifikasi IUCN jelas ditunjukkan adanya Hutan lindung dan 3. Hutan produksi. Menurut pasal 69 tumpang tindih tujuan antara semua kategori, tetapi Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002, klasifikasi ini kriteria yang membedakan antar kategori sangat jelas berlaku baik untuk hutan negara maupun untuk hutan yaitu tujuan pengelolaan utamanya (Lihat Tabel 5). milik. Berbeda dengan SK Dirjen PHPA No. 129 Tahun Selain itu, perbedaan kategori juga mencerminkan 1996 hutan atau kawasan lindung dipisahkan dari hutan perbedaan tingkat intervensi manusia. Dari ketegori I ke konservasi. Hutan konservasi dibagi ke dalam: 1) kategori VI terdapat peningkatan intensitas campur Kawasan Suaka Alam, 2) Kawasan Pelestarian Alam dan 3) tangan manusia terhadap ekosistem. Taman Buru sedangkan Hutan Lindung dibagi ke dalam: Pedoman yang diberikan dalam klasifikasi IUCN 1) Kawasan lindung, 2) Kawasan penggunaan dan 3) bersifat umum sehingga kita tidak harus mengikuti persis Kawasan lain. Klasifikasi ini dapat dilihat pada Tabel 6. klasifikasi tersebut. Kita bisa menggunakan prinsip- Berikut ini. prinsipnya, kemudian menyesuaikannya dengan kondisi Tabel 5. Matriks Tujuan Pengelolaan Kawasan Lindung IUCN (1994) Menurut Kategori Tujuan Pengelolaan Ia Ib II III IV V VI Penelitian ilmiah 1 3 2 2 2 2 3 Perlindungan belantara 2 1 2 3 3 - 2 Pengawetan keanekaragaman jenis dan genetis 1 2 1 1 1 2 1 Pemeliharaan jasa lingkungan 2 1 1 - 1 2 1 Wisata dan rekreasi - - 2 1 3 1 3 Pendidikan - 2 1 1 3 1 3 Pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan dari ekosistem alami - 3 3 - 2 2 1 Pemeliharaan atribute cultural/tradisional - - - - - 1 2 Keterangan: 1. Tujuan utama 2. Tujuan tambahan 3. Tujuan yang potensial (mungkin) dapat diterapkan tidak sesuai
  • 5. Apa yang Perlu Diperhatikan? parah Presiden sampai mengeluarkan Inpres No. 5 Tahun Dari tulisan di atas dapat dilihat bahwa ada berbagai 2001 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu Ilegal dan Sumber hukum klasifikasi kawasan dalam berbagai peraturan yang tidak Peredaran Hasil Hutan Illegal di Kawasan Ekosistem serasi. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 dibuat Leuser dan Taman Nasional Tanjung Puting. Kenyataan Undang Undang No. 5 Tahun 1990 tentang berdasarkan pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1967 menunjukkan Inpres ini tidak dilaksanakan sama sekali di Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan dan juga mana kerusakan di kedua kawasan tersebut semakin Ekosistemnya merupakan peraturan pelaksanaan undang-undang No. 5 parah saja. Tahun 1990. Peraturan Pemerintah yang menjadi mandat Dalam proses otonomi daerah peran perlindungan Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang Undang-Undang Kehutanan No. 41 Tahun 1999 untuk dan pengawasan kawasan lindung dan kawasan Kehutanan perlindungan hutan dan konservasi alam (Pasal 46, 47 konservasi berada ditangan pemerintah pusat. dan 48) belum diterbitkan sedangkan Peraturan Bagaimana peran ini dilakukan bersama dengan Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 Pemerintah No. 34 Tahun 2002 hanya membuat klasifikasi pemerintah daerah? Perlu ada reorientasi kebijakan dan tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan dan pengertian secara umum. Ada peluang memperbaiki pembagian kewenangan yang lebih memadai. Namun Pelestarian Alam. klasifikasi kawasan tetapi ada konsekuensinya pada pelaksanaanya juga akan ditentukan oleh penegakan kemungkinan perubahan aturan lain. hukum atas pelanggaran atau perusakan wilayah Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tampaknya pembagian wilayah kawasan hutan ke konservasi. tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan dalam berbagai jenis hutan lindung atau hutan Di lapangan masyarakat bingung atau tidak peduli Satwa konservasi memerlukan penyuluhan dan penjelasan yang dalam memahami perbedaan tugas, kewenangan dan memadai kepada masyarakat. Masyarakat umum tidak tanggung jawab lembaga-lembaga konservasi pemerintah Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 begitu mudah memahami kawasan konservasi dan seperti Balai Taman Nasional, Balai Konservasi tentang Tata Hutan dan Penyusunan kriteria yang digunakan sebagai dasar klasifikasi. Sumberdaya Alam (BKSDA) dan Balai Rehabilitasi Lahan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Sebenarnya kategori yang digunakan tidak begitu banyak dan Konservasi Tanah (BRLKT) yang kini telah berubah Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan namun perlu disampaikan dengan bahasa sederhana agar menjadi Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS). mudah dihafal dan dipahami masyarakat banyak. Kelemahan-kelemahan lembaga ini dimanfaatkan oleh Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Persoalan penting dalam masalah kawasan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan eksploitasi tentang Pengelolaan Kawasan Lindung konservasi adalah bukan sekedar memberikan informasi hutan. tentang apa itu kawasan konservasi tetapi juga Betapapun bagusnya kriteria dan fungsi yang Surat Keputusan Dirjen PHPA. No 129, bagaimana masyarakat umumnya serta semua pihak ditetapkan untuk klasifikasi kawasan konservasi yang Tahun 1996. Pola Pengelolaan Kawasan memahami fungsi kawasan tersebut dan bagaimana baik tanpa dukungan masyarakat luas kawasan konservasi Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, membangun kesadaran untuk memeliharanya selain sulit diselamatkan. Tekanan pada kawasan konservasi Taman Buru dan Hutan Lindung memanfaatkan sebijak mungkin sesuai dengan fungsi dari masyarakat semakin besar. Berbagai upaya masing-masing kawasan tersebut. Masyarakat kini sudah konservasi selama ini cenderung meminggirkan Instruksi Pemerintah No. 5 Tahun 2001 menganggap kawasan konservasi sebagai potensi besar masyarakat namun upaya memadukan konservasi dan tentang Pemberantasan Penebangan Kayu untuk mendapatkan uang apalagi penegakan hukum tidak pembangunan belum begitu berhasil. Ilegal dan Peredaran Hasil Hutan Ilegal di berjalan sebagaimana mestinya. Klasifikasi kawasan konservasi merupakan kerangka Kawasan Ekosistem Leuser dan Taman Bukti-bukti lapangan menunjukkan bahwa hampir yang menjelaskan status dan fungsi kawasan sebagai Nasional Tanjung Puting semua kawasan konservasi dan kawasan lindung telah dasar usaha konservasi, tetapi perlu penjabaran lebih rusak karena ada kepentingan jangka pendek yang ingin lanjut misalnya dengan penetapan kriteria dan indikator dimanfaatkan. Memperhatikan kerusakan Taman Nasional yang jelas bagi semua pihak. Leuser dan Taman Nasional Tanjung Putting yang begitu Tabel 6. Klasifikasi Hutan Konservasi dan Hutan Lindung menurut Undang-Undang No. 41 tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 Jenis Hutan Kawasan Sub Kawasan Zona Hutan Konservasi Kawasan Suaka Alam Cagar Alam Suaka Margasatwa Kawasan Pelestarian Alam Taman Nasional Zona Inti Zona Pemanfaatan Zona lain Taman Hutan Raya Kawasan Penggunaan Kawasan koleksi tanaman Kawasan perlindungan Kawasan lain Taman Wisata Alam Kawasan penggunaan yang intensif Kawasan penggunaan terbatas Kawasan lain Taman Buru Kawasan Perburuan Kawasan penggunaan Kawasan penangkaran satwa liar Kawasan Lain Hutan Lindung Kawasan Lindung Kawasan Pengunaan Foto: Brian Belcher Kawasan lain
  • 6. (Foto: ) No. 11, Mei 2003 Kamus Istilah menurut peraturan-peraturan yang berlaku Hutan Konservasi Kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya Hutan Lindung Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Kawasan Suaka Alam Kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan Kawasan Pelestarian Alam Kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan Cagar Alam Kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami Suaka Margasatwa Kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya Taman Nasional Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Hutan Raya Kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/ atau satwa yang alami atau buatan , jenis asli atau bukan jenis asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi Taman Wisata Alam Kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam Taman Buru Kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu Hutan Produksi Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan Kawasan Hutan Wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap Kawasan Cagar Budaya Wilayah yang memiliki nilai budaya yang khas, baik yang alami maupun buatan, yang ditunjuk pemerintah untuk dipertahankan dan dilindungi Pemanfataan Jasa Lingkungan Bentuk usaha untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan seperti usaha wisata alam, olah raga tantangan, pemanfaatnan air, perdagangan karbon dan penyelamatan hutan dan lingkungan Sumber: PERATURAN PEMERINTAH No. 68/1998, UNDANG-UNDANG 41/1999 dan PERATURAN PEMERINTAH 34/2002 Warta Kebijakan ini diterbitkan secara berkala dengan tujuan mendukung kebijakan dan pelaksanaan proses desentralisasi di daerah, melalui penyampaian informasi di bidang kehutanan dan pengelolaan sumber daya alam. CIFOR berupaya menterjemahkan hasil kajian CIFOR dan pihak lain ke dalam bentuk yang diharapkan mudah dibaca oleh kalangan pemerintah kabupaten dan masyarakat di daerah. Warta Kebijakan ini diterbitkan oleh CIFOR atas dukungan Ford Foundation (FF) dan kerjasama dengan Asian Development Bank (ADB). Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi alamat dibawah ini. Kantor Pusat: Jambi: Kalimantan Timur: Jalan CIFOR, ACM-PAR Muara Bungo Desa Long Loreh, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur Situ Gede, Sindang Barang, Tel: +62 (0747) 323571 Surat dapat dikirim melalui alamat Losmen Handayani, Malinau, Kaltim Bogor 16680, Indonesia E-mail: y.indriatmoko@cgiar.org Tel: +62 (0251) 622622 Fax:+62 (0251) 622100 E-mail: cifor@cgiar.org website: http://www.cifor.cgiar.org