Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Bab i SA
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dimulai denganmakinmaraknyaindustri besaryangberdiri sertakehidupanmasyarakat
yang tidakpeduli terhadaplingkungansekitarnya.Mulailahtimbuhtumpukanlimbah
atau punsampah yangtidakdi buangsebagaimana mestinya.Hal ini berakibatpada
kehidupanmanusiadi bumi yangmenjaditidaksehatsehinggamenurunkankualitas
kehidupanterutamapadalingkungansekitar.
A. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui jumlah kuman pada alat
makan khususnya pada piring di Kantin Fakultas Kedokteran Gigi Unhas.
B. Prinsip Percobaan
1. Tangan dan meja tempat praktikum harus dalam keadaan steril.
2. Alat dan bahan harus dalam keadaan steril.
3. Tabung reaksi diplambir sebelum dan sesudah dimasukkan sampel untuk
menjaga agar tabung tetap steril.
4. Pipet ukur harus selalu dibersihkan dengan menggunakan akuades sebelum
digunakan.
5. Pipet ukur harus diplambir sebelum dan sesudah digunakan.
6. Sampel dihomogenkan dengan menggunakan vortex mixer.
7. Diperlukan ketelitian dalam melakukan percobaan.
2.
3. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Limbah
1. PengertianLimbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupundomestik(rumahtangga,yanglebihdikenal sebagai sampah) atau
juga dapat dihasilkan oleh alam yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila
ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik.
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.penanganan limbah ini
tentunya tidak hanya sekedar mengolahnya/ mendaur ulangnya langsung tanpa
memperhatikan jenis limbah dan cara penangannanya klarena dari setiap limbah
yang ada mempunyai cirri berbeda terhadap dampak yang ditimbulkanya.
2. Karakteristik limbah :
Pada umumnya sesuatu yang ada di bumi ini memiliki suatu karakteristik
yang berbeda. Termasuk juga limbah yang mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
a. Berukuran mikro
Karekteristik ini merupakan karakterisik pada besar kecilnya limbah/
volumenya. Contoh dari limbah yang berukuran mikro atau kecil atau
bahkan tidak bias terlihat adalah limbah industri berupa bahan kimia
yang tidak terpakai yang di buang tidak sesuai dengan prosedur
pembuangan yang dianjurkan.
4. b. Dinamis
Mungkin yang dimaksud dinamis disini adalah tentang cara
pencemarannya yang tidak dalam waktu singkat menyebar dan
mengakibatkan pencermaran. Biasanya limbah dalam menyerbar di
perlukan waktu yang cukup lama dan tidak diketahui dengan hanya
melihat saja. Hal ini dikarenakan ukuran limbah yang tidak dapat
dilihat.
c. Berdampak luas (penyebarannya)
Luasnya dampak yang di timbulkan oleh limbah ini merupakan efek
dari karakteristik limbah yang berukuran mikro yang tak dapat dilihat
dengan mata tellanjang. Contoh dari besarnya dampak yang
ditimbulkan yaitu adanya istilah “Minamata disease” atau keracunan
raksa (Hg) di Jepang yang mengakibatkan nelayan-nelayan mengidap
paralis (hilangnya kemampuan untuk bergerak karena kerusakan pada
saraf). Kejadian ini terajadi di Teluk Minamata dan Sungai Jintsu
karena pencemaran oleh raksa (Hg).
d. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Dampak yang ditimbulkan limbah terutama limbah kimia biasanya
tidak sekedar berdampak pada orang yang terkena tetapi dapat
mengakibatkan turunannya mengalami hal serupa.
Dari karakteristik limbah di atas pencemaran limbah juga didukung
oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran limbah
terhadap lingkungan diantaranya :
1.Volume Limbah
Tentunya semakin banyak limbah yang dihasilkan oleh manusia
dampak yang akan ditimbulkan semakin besar pula terasa.
2.Kandungan Bahan Pencemar
Kandunngan yang terdapat di limbah ini mengakibatkan pencemaran
lingkungan apabila kandunganya berbahaya dapat mengakibatkan
pencemaran yang fatal bahkan dapat membunuh manusia serta mahluk
hidup sekitar.
5. 3.Frekuensi Pembuangan Limbah
Pada saat sekarang ini pembuangan limbah semakin naik frekuensinya
di karenakan banyaknya industry yang berdiri. Dengan semakin
banyak frekuensi limbah tentunya pembuanganlimbah menjadi tidak
terkandali dan usaha untuk mengolahnya tidak dapat maksimal
dikarenakan pengolahan limbah yang masih jauh dari harapan kita
semua.
3. SumberdanJenisLimbah
1. SumberUtama imbah
Sumberadanyalimbah sebenarnyabanyaksekali tetapipadapengelompokannya
sumberlimbahterdiri dari :
a. Aktivitasmanusia
Saat manusiamelakukanaktivitasuntukmenghasikansesuatubarang
produksi makaakan timbul suatulimbahkarenatidakmampunya
pengolahanyangdilakukanolehmanusiamenggunkanmesindanjuga
sulitnyauntukmengolahbarangyangtidakbergunamenjadi barangyang
biasdimanfaatkanuntukkeperluanmanusia.Berikutadalahlimbahyang
dihasilkanolehaktivitasmanusiamisalnya:
a)Hasil pembakaranbahanbakarpada industrydanjugakendaranbermotor
b)Pengolahanbahantambangdanminyakbumi
c)Pembakaranhutanuntukmembukalahanpertanianataupunperumahan
b. Aktivitasalam
Selaindari aktivitasdiataspencemaranlimbahdi bumi jugadi timbulkan
olehaktivitasalamwalaupunjumlahnyasangatsedikitpengaruhnya
terhadaplingkungankarenalokasinyayangbiasanyabersifatlokal.berikut
ini contohdari aktivitasalamyangmenghasilkanlimbahyaitu:
a)Pembusukanbahanorganikalami
b)Adanyaaktifitasgunungberapi
c)Banjir,longsorserta
d)Aktivitasalamyanglain
6. Karenakeduaaktivitasini menimbulkanlimbahyangmencemari
lingkungan,manusiadi bumi terusmengembangkanteknologi untuk
mencegahdampakpencemaranlingkungan.Walaupundilainpihaklimbah
terusmeningkatterutamadiakibatkanolehaktivitasmanusiahal ini
didorongolehbeberapafactorsebagai berikut:
- Perkembanganindustri
Perkembanganindustri yangsangatcepatbaikpertambangan,
transportasi danmanufakuratau pabrikyangmengahsilkanlimbah
dalamjumlahyangrelative besarsehinggaterjadi pembuanganlimbah
yang kurangterkontrol karenakurannyateknologi untukmembuat
limbahmenjadi barangyangterurai atauramah lingkungan
- Modernisasi
Pada saat sekarangperkembanganteknologi untukmenghasilkan
barang semakinmarakdigunakandikalanganorangyangmengeluti
bidangindustry.Hal ini bertujuanuntukmenghasilkanbarangdengan
cepattetapi di lainhal perkembanganteknologi berakibatpadasemakin
banyaknyalimbahyangdihasilkanolehteknologi itu sendiri.
- Pertambahanpenduduk
Semakinbanyaknyapendudukdi bumi ini mengakibatkanbertambah
meningkatnyakebutuhanakantempattinggal sertameingkatnya
jumlahkebutuhanakanbarang.Hal ini dapat menimbulkanberberpa
macam masal seperti :
a)Pembukaan lahanuntukpemukimandansarantransportasi
Pembukaanlahanuntukpemukimandansarantransportasi berdampak
terhadapsemakinberkurangnyahutanuntukmengurangi kadar
pencemaranlingkungan.
b)Penimbunansampah
Semakinhari kitamelihatbanyaknyasampahyangmenumpukkarena
pembuangannyayangsembarangandanmungkinjugakarenakurang
mampunyatempatpembuangansampahuntukmenampungsampah
atau yang biasadisebutTPA (TempatPembuanganAkhir) dalam
menampungsampahsehinggasampahmenumpukdi suatutempat
yang berdampakmenurunnyakualitaslingkungansekitar.
7. 2.JenisLimbah
Bermacam-macamlimbahmungkinakankitatemui di sekitarkita.Pernahkahanda
melihatsampahplastic,kaleng,pecahankaca,kotoranhewandanlainsebagainya.Dari
sekianbanyaknyalimbahini dapatdikelompokanberdasarsumberdari limbahini
berasal seperti penjelasandi bawahini :
Garbage yaitusisapengelolaanatausisamakananyangmudah membusuk.Misal
limbahyangdihasilkanolehrumahtangga,restorandanhotel.
Rubbishyaitubahanatau limbahyangtidakmudahmembusukyangterdiri dari :
·bahanyang mudahterbakarseperti kayudankertas
·bahanyang tidakmudahterbakarseperti klaengdankaca
Ashesyaitusejenisabuhasil dari prosespembakaranseperti pembakarankayu,
batubara maupunabudari hasil industry.
Deadanimal yaitusegalajenisbangkai yangmembusuksepertibangkai kuda,
sapi,kucingtikusdanlain-lain.
Streetsweepingyaitusegalajenissampahataukotoranyangberserakandi jalan
karenaperbuatanorang yangtidakbertanggungjawab.
Industrial waste yaitubenda-bendapadatsisadari industryyangtidaktepakai
atau dibuang.Missal industrykalengdenganpotongankaleng-kalengyangtidak
terolah.
4.
A. Tinjauan Umum Tentang Bakteri Pada Alat Makanan.
Dalam dunia mikrobiologi, dikenal beberapa istilah seperti inokulasi, kultur
dan isolasi. Inokulasi adalah suatu usaha menumbuhkan mikroorganisme dari satu
sumber ke media pertumbuhan steril. Biakan yang tumbuh disebut dengan kultur.
Isolat adalah biakan murni dari mikroorgansime yang diharapkan berasal dari satu
jenis, sedangkan isolasi adalah usaha untuk mendapatkan isolat. Tahapan
sederhana dalam mengidentifikasi bakteri, yaitu:
1. Menumbuhkan mikroorganisme dalam media sintetik cawan petri.
2. Koloni yang tumbuh pada tahap 1 merupakan koloni campuran, sehingga
perlu tahap lanjut.
8. 3. Koloni yang benar-benar terpisah dari suatu kultur campuran dikarakterisasi
tipe pertumbuhan (karakterisasi makroskopis) kemudian diisolasi murni pada
media miring (slant agar) dalam tabung reaksi.
4. Identifikasi dilanjutkan hingga tingkat mikroskopis berdasarkan sifat-sifat
tertentu yang tercantum dalam Bergey`s Manual of Determinative
Bacteriology.
Dalam mengembangbiakkan mikroorganisme, khususnya bakteri, alat-alat
yang digunakan harus steril. Sterilisasi dilakukan dengan memanaskan seluruh
alat, seperti cawan petri, ose, tabung reaksi, dll di dalam autoclave. Sterilisasi
dilakukan pada suhu 121oC, tekanan 1 atm dan dilakukan selama 15 menit. Ini
dilakukan gar sel-sel vegetatif bakteri mati, sehingga dapat menurunkan resiko
kontaminasi. Sterilisasi juga menjadi syarat utama untuk bekerja di laboratorium
(Dwidjoseputro, 2005).
Beberapa bakteri koloni yang terdapat pada makanan yang dapat
menyebabkan penyakit, yaitu (SNI 7388: 2009):
1. Vibrio Parahemolitik
Vibrio parahemolicus adalah bakteri halofilik yang merupakan bakteri
bentuk batang bengkok, garam negatif dan bergerak karena ada flagel pada
satu kutubnya. Bakteri ini tidak membentuk spora, bersifat aerob atau
fakultatif anaerob tidak dijumpai pada enterotiksin. Bakteri ini menetap di
9. lingkungan lautan yang tenang dan dikenal menyebabkan gastroerileritis yang
berhubungan dengan makanan.
2. Staphylococcus
Keracunan staphylococcus merupakan gejala intoksikasi yang paling
banyak dilaporkan di Amerika Serikat, dimana setiap tahunnya meliputi 20 %
sampai 50 % dari seluruh keracunan yang disebabkan oleh makanan. Gejala
keracunan ini disebabkan oleh tertelannya suatu toksin yang disebut
enterotoksin yang mungkin terdapat di dalam makanan dan diproduksi oleh
spesies dan strain tertentu dari bakteri staphylococcus. Toksin ini disebut
enterotoksin karena dapat menyebabkan gastroentritis atau inflamasi pada
saluran usus.
3. Salmonella
Salmonella terdapat pada makanan dalam jumlah tinggi, tetapi tidak
selalu menimbulkan perubahan dalam hal warna, bau, maupun rasa dari
makanan tersebut. Semakin tinggi jumlah salmonella dalam makanan,
semakin besar timbulnya gejala infeksi pada orang yang memakan makanan
tersebut dan semakin cepat waku inkubasi sampai timbulnya gejala infeksi.
Makanan yang sering terkontaminasi oleh salmonella yaitu telur dan
hasil olahannya, ikan dan hasil olahannya, daging ayam, daging sapi serta
susu dan hasil olahannya, es krim dan keju. Gejala awal nyeri kepala, muntah,
gangguan pada perut waktu baung air besar, suhu tubuh tinggi disertai batuk
kering.
10. 4. E. Coli Pathogen
E. Coli merupakan bakteri berbentuk batang pendek (kokobasil). Gram
negative, ukuran 0,4 µm – 0,7 µm x 1,4 µm, dan beberapa strain mempunyai
kapsul. Terdapat strain E. Coli yang patogen dan non patogen. E. Coli patogen
banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal dan
berperan dalam pencernaan pangan dengan menghasilkan vitamin K dari
bahan yang belum dicerna dalam usus besar.
5. Clostridium Perfringes
Clostridium pefringens adalah bakteri patogen invasif berbentuk batang,
nonmotil, bersifat gram positif dan anaerob, serta mempunyai spora yang
relatif stabil terhadap suhu panas. Sel vegetatifnya dapat rusak pada suhu
600C. Sel sebanyak 105 koloni/g memungkinkan terjadinya keracunan
makanan. Ciri umum dari keracunan Clostridium pefringens adalah gejala
kejang perut dan diare.
B. Tinjauan Umum Tentang Metode Swab
Metode swab merupakan metode pengujian sanitasi yang dapat digunakan
pada permukaan yang rata, bergelombang, atau permukaan yang sulit dijangkau
seperti retakan, sudut dan celah. Swab tersusun dari tangkai atau gagang (panjang
12-15 cm) dengan kepala swab terbuat dari kapas (diameter 0,5 cm dan 2 cm).
11. Pengambilan sampel pada permukaan dilakukan dengan cara mengusap
permukaan alat yang akan di uji. Penggunaan metode swab ini biasanya
digunakan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme (per cm2) dan jumlah
koliform (per cm2) pada permukaan yang kontak dengan pangan (harrigan, 1998
dalam Lukman & Soejoedono, 2009).
Peralatan makan yang kita gunakan harus bersih, agar kita terhindar dari
kemungkinan penularan penyakit. oleh karena itu perlu dilakukan uji sanitasi alat
makan. Uji sanitasi alat makan lazimnya menggunakan uji ALT (Angka Lempeng
Total) untuk mengetahui jumlah kuman yang ada di alat makan tersebut.
Uji Angka Lempeng Total (ALT) merupakan metode kuantitatif yang
digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba pada suatu sampel. Angka
Lempeng Total (ALT) menunjukkan jumlah mikroba dalam suatu produk. ALT
secara umum tidak terkait dengan bahaya keamanan makanan, namun bermanfaat
untuk menunjukkan kualitas, masa simpan, kontaminasi, dan status
higiene/sanitasi selama proses produksi. Media plating (sumber energi) yang
digunakan dalam pengujian ALT dapat mempengaruhi jumlah dan jenis bakteri
yang diisolasi karena perbedaan persyaratan nutrisi dan garam pada tiap mikroba
(SNI 7388:2009).
Cara perhitungan koloni pada metode cawan ini adalah dengan
menggunakan Standard Plate Count (SPC) atau Angka Lempeng Total (ALT),
caranya adalah sebagai berikut (Ericka, 2011).
12. 1. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka yaitu angka pertama
(satuan) dan angka kedua (desimal). Jika angka yang ketiga sama dengan atau
lebih besar dari lima, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka
kedua.
2. Jika pada semua pengenceran dihasilkan kurang dari 30 koloni mikroba pada
cawan petri, berarti pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi. Oleh karena
itu jumlah kuman pada pengenceran yang terendah yang diukur/dihitung.
Selanjutnya hasil yang kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya
pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan di dalam
tanda kurung.
3. Jika pada semua pengenceran dihasilkan lebih dari 300 koloni pada medium,
berarti pengenceran yang dilakukan terlalu rendah. Oleh karena itu jumlah
kuman pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan
kemudian dikalikan dengan faktor pengencernya, tetapi jumlah yang
sebenarnya harus dicantumkan di dalam tanda kurung.
4. Jika digunakan dua cawan petri per pengenceran, data yang diambil harus dari
kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu. Oleh karena itu harus
dipilih tingkat pengenceran yang menghasilkan kuman diantara 30-300.
Adapun rumus perhitungan ALT adalah sebagai berikut :
(10-3 - kontrol) x 1000 + (10-4 - kontrol) x 10.000
Luas Penampang
=
Jumlah kuman =
14. BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat dan bahan
1. Alat
a. Plastik steril 2 buah
b. Inkubator 1 unit
c. Tabung reaksi 4 buah
d. Rak tabung reaksi 1 buah
e. Cawan Petri 2 buah
f. Pembakar Bunsen 1 buah
g. Korek Api 1 buah
h. Pipet ukur 1 buah
i. Bulp 1 buah
j. Penggaris 1 buah
k. Colony counter 1 unit
l. Labu erlenmeyer 1 buah
m. Vortex mixer 1 unit
n. Gelas ukur 1 buah
o. Gelas Beker 1 buah
p. Gunting 1 buah
q. Autoclave 1 unit
15. 2. Bahan
a. Sampel alat makan (Piring) 1 buah
b. Larutan pepton 90 ml
c. NaCl steril 9 ml/tabung
d. Nutrient agar secukupnya
e. Lidi kapas steril 1 buah
f. Alkohol secukupnya
g. Akuades secukupnya
h. Buffer (Putih telur) secukupnya
i. Tisu secukupnya
j. Kertas Label secukupnya
k. Kapas Secukupnya
B. Waktu Dan Tempat Pengambilan Sampel
Waktu : Rabu 20 maret 2013 pukul 10.00 WITA
Tempat : Kantin Fakultas Kedokteran Gigi Unhas
C. Prosedur Kerja
1. Pengambilan Sampel
a. Persiapkan sarung tangan yang steril untuk memulai mengambil sampel
b. Alat makan/masak yang akan diperiksa masing-masing diambil 4-5 buah
tiap jenis yang diambil secara acak dari tempat penyimpanan.
c. Persiapkan catatan formulir pemeriksaan dengan membagi alat makan
/masak dalam kelompok-kelompok.
16. d. Persiapkan lidi kapas steril, kemudian buka tutup botol dan masukkan lidi
kapas steril ke dalamnya.
e. Lidi kapas steril dalam botol ditekan ke dinding botol untuk membuang
airnya, kemudian diangkat dan di usapkan pada setiap alat-alat yang
diusapkan sampai satu kelompok selesai diusap.
2. Pembuatan Kontrol
a. Disiapkan 1 buah cawan petri dan diberi label (kontrol).
b. NaCl steril dipipet sebanyak 1 ml kedalam cawan petri dan di tambahkan
nutrient agar. Kemudian di homogenkan dengan membentuk angka 8 di
atas meja sebanyak 12 kali.
c. Cawan petri (kontrol) yang telah dihomogenkan di diamkan sampai
membeku.
d. Setelah membeku, kontrol dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu
34o C dengan posisi terbalik selama 1 x 24 jam.
3. Pemeriksaan Sampel
f. Tangan dan meja tempat praktikum disterilkan dengan menggunakan
alkohol.
g. Disiapkan 4 buah tabung reaksi yang berisi NaCl steril masing-masing
sebanyak 9 ml. Kemudian tabung reaksi yang berisi NaCl steril diberi
label 10-1, 10-2, 10-3, 10-4.
h. Disiapkan 2 cawan petri untuk media pertumbuhan bakteri. Diberi label
10-3 dan 10-4.
17. i. Disiapkan 1 pipet ukur steril yang telah dipasangkan bulp.
j. Disiapkan larutan pepton sebanyak 90 ml pada gelas beker.
k. Disiapkan plastik steril sebagai penampang, diukur menggunakan
penggaris dengan ukuran 5 x 10 cm.
l. Bagian tengah plastik steril yang telah diukur, kemudian digunting dan
diletakkan pada permukaan piring.
m. Bagian permukaan piring dengan luas penampang 5 x 10 cm, diusap
menggunakan lidi kapas yang telah dilumuri dengan buffer (putih telur).
n. Lidi kapas dimasukkan ke dalam gelas beker yang berisi larutan pepton.
Kemudian lidi kapas dipatahkan agar tidak melebihi tinggi gelas beker dan
ditutup dengan kapas. Setelah itu, didiamkan selama 15 menit.
o. Setelah 15 menit, penutup kapas pada gelas beker yang berisi lidi kapas
p. dan larutan pepton di buka.
q. Dimasukkan 1 ml larutan pepton yang berisi lidi kapas kedalam tabung
pengenceran pertama (10-1) dengan menggunakan pipet ukur, lalu
dihomogenkan dengan vortex mixer selama ± 1 menit.
r. Dari tabung pengenceran pertama (10-1), diambil 1 ml sampel dan
dimasukkan kedalam tabung pengenceran kedua (10-2), lalu
dihomogenkan dengan vortex mixer selama ± 1 menit.
s. Dari tabung pengenceran kedua (10-2), diambil lagi sebanyak 1 ml sampel
dan dimasukkan kedalam tabung pengencer ketiga (10-3), lalu
dihomogenkan dengan vortex mixer selama ± 1 menit.
18. t. Diambil sebanyak 1 ml sampel dari tabung pengenceran ketiga (10-3) dan
dimasukkan kedalam tabung pengenceran terakhir (10-4), lalu
dihomogenkan dengan vortex mixer selama ± 1 menit.
u. Dimasukkan 1 ml sampel dari tabung pengenceran ketiga (10-3) dan
keempat (10-4) berturut-turut kedalam cawan petri yang berlabel 10-3 dan
10-4 , lalu dituangkan nutrient agar secukupnya, kemudian masing-masing
sampel dihomogenkan dengan membentuk angka 8 sebanyak 12 kali.
Sampel didiamkan hingga membeku selama ± 10 menit.
v. Kedua cawan petri (10-3 dan 10-4) yang telah membeku, dimasukkan
kedalam inkubator selama 1 x 24 jam pada suhu 34˚C.
w. Setelah 1 x 24 jam, cawan petri dikeluarkan dari dalam inkubator. Bakteri
yang tampak pada cawan petri kemudian dihitung dengan menggunakan
colony counter.
4. Penghitungan jumlah bakteri
Setelah sampel diinkubasi selama 24 jam pada suhu 34°C, sampel
dikeluarkan dari inkubator. Kemudian dihitung jumlah koloni bakeri (berupa
bercak atau titik-titik bulat berwarna putih) yang terdapat dalam cawan petri
dengan alat colony counter. Untuk jumlah kuman masukkan kedalam rumus :
(10-3 – kontrol) x 1.000 + (10-4 – kontrol) x 10.000
Jumlah Kuman =
luas penampang
= . . . . . . koloni/cm2.
19. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan pemeriksaan jumlah kuman pada alat makan (piring) di kantin
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang telah dilakukan di
Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin,
terlihat bahwa pada setiap cawan tersebut terdapat koloni bakteri dengan jumlah
koloni pada cawan petri control sebanyak 12 koloni, cawan petri pengenceran 10-3
sebanyak 23 koloni dan pada cawan petri pengenceran 10-4 sebanyak 19 koloni.
Adapun jumlah koloni bakteri berdasarkan luas penampang alat makan (piring)
atau setiap 1 cm2 alat makan adalah sebagai berikut :
(10-3 – kontrol) x 1.000 + (10-4 – kontrol) x 10.000
Jumlah Koloni =
luas penampang
(23 – 12) x 1.000 + (19 - 12) x 10.000
=
5 x 10
11.000 + 70.000
=
50
81.000
= = 1.620 koloni/cm2
50
Jadi, jumlah kuman per setiap 1 cm2 permukaan adalah 1.620 koloni.
20. B. Pembahasan
Pemeriksaan kuman pada alat makanan dengan sampel berupa piring
dengan menggunakan metode percobaan yaitu metode swab dilakukan dengan
cara di usap dengan menggunakan lidi kapas steril yang telah dilumuri buffer
(putih telur) dengan tujuan untuk membasahi lidi kapas sehingga,
mikroorganisme bisa melekat pada lidi kapas steril tersebut.
Alat makan (piring) yang akan diusap, terlebih dahulu diukur luas
penampangnya menggunakan plastik steril dengan luas 5 x 10 cm2. Penentuan
ukuran luas penampang karena permukaan piring terlalu luas untuk diusap secara
keseluruhan. Selanjutnya lidi kapas yang telah diusap sebanyak 3 kali pada
permukaan alat makan (piring), dimasukkan kedalam gelas beker yang berisi 90
ml larutan pepton yang berguna agar mikroba cepat tumbuh, karena mengandung
banyak N2. Larutan pepton juga berfungsi untuk mempertahankan nilai pH
tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Lidi kapas
steril didiamkan selama 15 menit dalam larutan pepton, sehingga memungkinkan
mikroorganisme pada sampel tersebar merata dalam larutan pepton.
Pada percobaan ini, dilakukan pengenceran sampai 4 (empat) kali yaitu
pengenceran 10-1 sampai 10-4, yaitu suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa
campuran diencerkan dalam suatu tabung tersendiri secara berkelanjutan dari
suatu tabung ke tabung lain sampai pada pengenceran keempat. Dengan tujuan
untuk menurunkan jumlah bakteri sehingga pada pengenceran terakhir akan
21. didapatkan jumlah koloni yang lebih sedikit dan mudah diketahui jumlahnya
(Sudarsono, 2008).
Pemeriksaan kuman hanya pada pengenceran ketiga (10-3) dan keempat
(10-4). Metode ini umumnya dilakukan pada mikroba yang dapat membentuk
koloni yang mudah terpisah pada media padat seperti kebanyakan bakteri, khamir,
jamur, dan alga uniseluler (Hadioetomo, 1985 dalam Sudarsono, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil pada pengenceran ketiga
(10-3) dan keempat (10-4) berturut-turut adalah 23 koloni/cm2 dan 19 koloni/cm2.
Hasil yang berbeda pada kedua media cawan dengan pengenceran, maka dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran yang dilakukan, semakin
sedikit mikroba yang tumbuh dalam media. Untuk medium kontrol yang
berfungsi untuk mengetahui kondisi awal lingkungan pemeriksaan dengan
memasukkan 1 ml NaCl ke dalam cawan petri dan dituangkan nutrient agar, lalu
dihomogenkan dengan membentuk angka 8 sebanyak 12 kali pada medium datar.
Dari hasil perhitungan untuk kontrol didapatkan 12 koloni/cm2. Hal ini
menandakan bahwa kondisi awal lingkungan mengandung mikroba sebanyak 12
koloni/cm2 permukaan. Meskipun pada dasarnya, hasil pemeriksaan untuk kontrol
idealnya 0 (nol) koloni/cm2, akan tetapi nilai ini boleh jadi karena ada
kontaminasi dari praktikan ataupun lingkungan dilakukannya pemeriksaan,
termasuk alat yang digunakan pada saat praktikum. Dengan catatan bahwa nilai
dari kontrol harus lebih kecil dari nilai pada pemeriksaan media biakan mikroba.
22. Dilakukan pula beberapa perlakuan, seperti plambir sebelum dan setelah alat
digunakan ataupun selalu dekat dengan pembakar bunsen pada saat bekerja
dengan tujuan menghindari kontaminasi bakteri, selain dari bakteri yang
dibiakkan. Kemudian larutan dihomogenkan dengan vortex mixer agar pada
larutan tercampur dengan rata. Setelah dilakukan pengenceran, diambil 1 ml
sampel pada pengenceran 10-3 dan 10-4 , lalu dituangkan pada cawan petri (10-3
dan 10-4) kemudian dituangkan nutrient agar keseluruh permukaan cawan,
nutrient agar berguna untuk memudahkan dalam menghitung jumlah koloni yang
terbentuk.
Pertumbuhan bakteri pada medium agar pada umumnya berbentuk koloni,
berupa lender berwarna putih dan mengkilap. Setelah membeku, cawan petri
selanjutnya dimasukkan ke dalam inkubator selama 1 x 24 jam dengan keadaan
terbalik. Waktu ini adalah masa yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri
yang dikenal sebagai waktu generasi. Suhu yang digunakan selama inkubasi yaitu
34˚ C dan bakteri yang dapat tumbuh pada suhu ini adalah bakteri jenis mesofil
dengan suhu minimum 10-20˚ C, optimum 20-40˚ C, dan maksimum 40-45˚ C.
Dalam menghitung jumlah koloni, digunakan alat colony counter yang
memudahkan perhitungan koloni bakteri yang sulit diamati dengan penglihatan
langsung.
Hasil perhitungan dengan metode Angka Lempeng Total (ALT), diperoleh
jumlah kuman pada alat makan (piring) kantin Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin sebanyak 1.620 koloni/cm2. Berdasarkan Keputusan
23. Menteri Kesehatan RI Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011, bahwa alat makan
(piring) tidak boleh mengandung bakteri lebih dari 0 koloni/cm2. Maka dapat
dilihat bahwa sampel alat makan (piring) yang diteliti dapat dikatakan tidak
sehat dan tidak layak untuk digunakan oleh masyarakat.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan keberadaan kuman (bakteri) pada
alat makan (piring) di kantin Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin,
yaitu pedagang tidak melakukan proses pencucian dengan baik, seperti tidak tidak
menggunakan bak pembilas unuk mencuci peralatan makan.
Menurut Anwar, 1990 dalam Pohan, 2009. Dalam buku studi sanitasi
makanan dan minuman, bahwa keberadaan bak pembilas adalah sangat penting
dalam proses pencucian peralatan makan. Adapun fungsi dari bak tersebut
diantaranya adalah pertama harus terdapat bak yang berisi air hangat dan
sabun/detergen, kedua harus ada terdapat bak pembilas yang berisi air panas
(700 – 760o C), ketiga harus terdapat bak pembilas yang berfungsi sebagai
desinfektan.
Kemungkinan juga penjamah kurang baik didalam proses pencucian
peralatan yang langsung dibawah kran. Hal ini dikarenakan kebiasaan pedagang
makanan menempatkan air pada wadah penampungan ember. Menurut pohan,
2009. Air yang digunakan berulang-ulang untuk proses pencucian peralatan
makanan akan sangat mudah terkontaminasi bakteri yang menempel pada
peralatan yang akan dicuci. Kondisi seperti ini tidak memenuhi syarat kesehatan
higiene sanitasi jasaboga bahwa peralatan hendaknya langsung dicuci dibawah
24. kran dengan air yang mengalir unuk menghindarkan adanya bakteri pada air yang
digunakan tersebut.
Adapun faktor lain yang menyebabkan keberadaan kuman (bakteri) pada
alat makan (piring) di kantin Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin,
dapat pula dipengaruhi dari ketidaktelitian praktikan pada saat melalukan
percobaan, termasuk pelaksanaan praktikum yang tidak sesuai prinsip kerja,
dalam hal ini adalah kesalahan cara pengambilan sampel serta banyak berbicara
pada saat melakukan praktikum.
Akibat kontaminasi bakteri terhadap alat akan mempengaruhi kesehatan
meskipun pada dasarnya tidak berhubungan langsung dengan makanan akan
tetapi, persyaratan higiene dan sanitasi makanan salah satunya ditentukan oleh
peralatan makanan. Hasil identifikasi kontaminasi bakteri patogen pada alat
makanan dan minuman menunjukkan bahwa penyebab kontaminasi didominasi
oleh bakteri Bacillus cereus. Bakteri lain yang ditemukan dalam jumlah
terbatas adalah E.coli, Staphilococcus aureus dan Jamur (Melatiwati, 2010).
Keterpaparan yang lebih jauh bisa akan menyebabkan terjadinya food and
water borne disease. Oleh beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan diare
dan keracunan, bahkan sampai menyebabkan diare berdarah, yaitu Clostridium
pefringens (SNI 7388:2009).
25. BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 1620 koloni/cm2 pada
alat makan (piring) di kantin Fakultas Kedokteran Gigi Unhas. Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011, bahwa peralatan
makanan tidak boleh mengandung bakteri lebih dari 0 koloni/cm2. Hal ini berarti
peralatan makanan (piring) yang berada di kantin Fakultas Kedokteran Gigi
Unhas tidak memenuhi standar dan dapat dikatakan tidak sehat dan tidak layak
untuk digunakan oleh masyarakat.
B. Saran
1. Bagi masyarakat, agar selektif dalam memilih tempat makan, mengingat tidak
diketahuinya mikroba yang terkandung dalam alat pengolahan makanan
tersebut. Bagi pedagang makanan, agar menjaga kebersihan peralatan
makanannya dalam menyajikan makanannya.
2. Dilakukan penyuluhan kepada pedagang-pedagang makanan dalam proses
pencucian peralatan makan. Proses pencucian peralatan makan di anggap
memenuhi syarat sanitasi bila memiliki 3 (tiga) bak yaitu bak pertama disebut
bak pencuci (wash), bak ke dua disebut bak pembilas (detergen), bak ke tiga
di sebut bak pembilas terahir dengan desinfektan
26. DAFTAR PUSTAKA
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC
Depkes RI, 2004. Hygiene sanitasi makanan dan minuman. Jakarta : Ditjen PPM dan
PL.
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Ericka, D. 2011. Metode hitungan cawan. [online].
http://erickbio.wordpress.com/2011/07/02/metode-hitungan-cawan/. [Diakses pada
tanggal 17 Maret 2013].
Lukman & Soejoedono. 2009. Uji sanitasi dengan metode RODAC. Penuntun
praktikum hygiene pangan asal ternak. Bogor: Bagian Kesehatan Masyarakat
Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB.
Melatiwati, dkk. 2010. Survey kontaminasi bakteri patogen pada makanan dan
minuman yang dijual di sekitar gedung perkantoran di Jakarta. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. 2011. Permenkes nomor 1096 tahun 2011 tentang persyaratan
hygiene sanitasi jasaboga. Jakarta : Menteri Kesehatan RI
Pohan, 2009. Pemeriksaan Escherichia Coli Pada Usapan Peralatan Makan yang
Digunakan Oleh Pedagang Makanan di Pasar Petisah Medan [online]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14698/1/09E02756.pdf [diakses 21
maret 2013].
Slamet, J. 2009. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta : Gadjah mada university press.
Sudarsono, A. 2008. Isolasi dan karakterisasi bakteri pada ikan laut dalam spesies
ikan gindara (lepidocibium flavobronneum). Skripsi. Teknologi Hasil Perikanan.
Bogor.
Standar Nasional Indonesia 7338. 2009. Batas maksimum cemaran mikroba dalam
pangan. Bogor : Badan Standar Nasional.