1. MENJADI GURU YANG DI IDOLAKAN
Pendidikan diperlukan oleh semua orang. Baik dari golongan anak-anak, remaja maupun
dewasa. Tidak tebatas dari pendidikan akal, akan tetapi juga memerlukan pendidikan dalam bidang
akhlaq, hati dan sosial kemasyarakatan.
Jika hidup, dan semua orang memerlukan pendidikan yang erat kaitannya dengan kehidupan,
maka factor penting, bahkan menjadi baik tidaknya pendidikan, adalah guru. Benar sekali guru
bukanlah satu-satunya instrument pendidikan. Masih ada buku, kurikulum, dan peletak kebijakan
pendidikan dan seterusnya. Akan tetapi dari instrument-instrumen itu semua, gurulah ujung tombaknya.
Ibarat permainan sepak bola yang terdiri dari kesebelasan- kesebelasan, guru adalah striker yang
berperan mencetak gol, yaitu tujuan dari kesebelasan yang bermain sepak bola. Striker mandul, maka
bola tidak akan dapat masuk ke gawang lawan dan gol tak akan di cetak. Guru mandul, maka
pendidikan akan rendah hasilnya.
Kesalahan besar dilakukan oleh orang yang mengira bahwa mengajar hanyalah sekedar profesi
resmi. Pandangan sempit ini adalah ke-dzalim-an dan pelecehan besar terhadap profesi guru.
Perhatian seorang guru dalam dunia pendidikan adalah prioritas. Guru memikul tugas dan
tanggung jawab yang tidak ringan. Di sisi lain dia harus menjadikan muridnya pandai secara akal, dia
juga harus dapat menanamkan nilai-nilai iman dan akhlak yang mulia. Untuk itu guru harus memahami
peran dan tugasnya, memahami kendala-kendala pendidikan dan cara mengatasinya.
Dalam bukunya DR. Muhammad Abdullah Ad-Duweisy bahwa seorang guru harus memiliki
sifat-sifat positif. diantaranya:
1. Ikhlas hanya kepada Allah
Tujuan pertama seorang guru dalam mendidik dan mengajar murid-muridnya adalah
mencari keridloan Allah taala, menyebarkan ilmu, selalu menegakkan kebenaran, memadamkan
kebatilan, menjaga kebaikan bagi umat. Hadlrotus syaikh Muhammad Hasyim Asyari
menambahkan dalam kitabnya Adabul ‘alim wal mutaalim bahwa seorang guru hendaknya selalu
mendekatkan diri kepada Allah, dan menjaga perilakunya hanya karena Allah.
2. Taqwa dan Ibadah
Jika seorang guru mempunyai ketaqwaan, maka dia tidak akan sembrono dalam mendidik
siswa-siswinya. Tidak akan suka membolos dan selalu menjaga amanat yang telah diberikan
kepadanya. Dan juga tingkatan ibadahnya akan tercerminkan dalam perilaku keseharian dalam
proses pendidikan, rajin dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang
pendidik (guru).
3. Mendorong dan memacu murid dalam mencari ilmu.
Menanamkan kecintaan dan perhatian kepada ilmu termasuk sifat penting yang mesti
dimiliki seorang guru. Ia merupakan nasihat ulama’ terdahulu kepada para guru. Imam Nawawi
dalam Al-majmu’ Syarhul mahadzab berkata, hendaknya guru mendorong muridnya mencintai
ilmu, mengingatkannya terhadap keutamaan para ulama dan bahwa mereka adalah pewaris para
Nabi. Az-zarnuzi menambahkan bahwa Muhammad bin Hasan bin Abdillah memerintahkan untuk
2. selalu mencari ilmu setiap hari, agar ilmu itu selalu bertambah. Sehingga bertambah pula faedah-
faedahnya.
Mendorong dan memacu murid untuk mencintai ilmu tidak hanya dengan satu cara akan
tetapi banyak cara yang dapat dilakukan, misalnya dengan memberikan kisah-kisah ulama yang
tanpa mengenal lelah dalam mencari ilmu, menjelaskan bahwa Allah mengangkat kedudukan orang
yang mencari ilmu.
4. Berpenampilan baik.
Pepatah jawa mengatakan ajining rogo soko busono. Pepatah ini memberikan pengertian
bahwa seseoarang akan dilihat, diperhatikan dan di hargai dari apa yang dipakainya. Tidak harus
bagus atupun baru akan tetapi mengandung unsur kerapian.
Seorang guru juga harus seperti itu, bahwa harus memberi perhatian terhadap penampilan
dalam batas yang proporsional dan tidak boleh asal-asalan. Syaikh Muhammad Hasyim Asyari
menambahkan bahwa seorang guru yang hendak hadir dalam kelas hendaknya bersuci dari hadast,
membersihkan dirinya, memakai minyak wangi, dan memakai pakaian yang baik. Berangkat ke
sekolah hanya mengenakan kaos oblong, jelas itu akan mengganggu dan akan menjatuhkan harga
dirinya dihadapan murid-murid.
5. Berbicara dengan baik.
Lisan dan pembicaraan merupakan salah satu barometer penilaian terhadap kepribadian
seseorang. Untuk itu kewajiaban seorang guru adalah menjaga lisan dan pembicaraannya. Sehingga
dalam proses belajar mengajar siswa-siswinya tidak merekam dari dirinya kecuali yang baik.
Seperti pepatah jawa yang mengatakan “Ajining diri onok ing latih”.
6. Berkepribadian matang dan terkontrol
Kematangan diperlukan oleh orang yang kepribadiaannya dihormati dan dai hargai orang
lain, terlebih lagi seorang guru yang menjadi teladan murid-muridnya. Orang yang tidak matang
kepribadiannya, perilaku mereka mengisayaratkan adanya kekurangan pada akal. Orang yang
seperti itu membuat murid-murid mencemooh dan melecehkannya.
7. Keteladanan yang baik.
Banyak orang yang bisa mengarahkan dan berbicara dengan baik, akan tetapi berapa di
antara mereka yang berprofesi sebagai guru yang bisa menjadi teladan pada tingkah lakunya?.
Kontradiksi antara ucapan dan perbuatan, lahir dan batin, semrawut dan rancunya pengajaran,
semua ini merupakan masalah terbesar generasai masa kini.
Seorang guru yang menjelaskan di depan murid- muridnya tentang pentinganya sholat dan
menjaga sholat. Tetapi ketika sholat dilakukan disekolah, murid-,urid melihat dia di shaf paling
akhir. Atau dia mendorong murid-muridnya untuk dapat datang tepat waktu, tetapi kemudian dia
hadir terlambat. Maka kata-kata yang dia tuangkan ke telinga murid akan terhapus dengan satu
perbuatan.
8. Memenuhi janji
Ketika seorang guru menjanjikan suatu hadiah atau sesuatu, maka bersungguh-sungguh dan
memenuhi janji adalah suatu keharusan. Jika ada penghalang atau tidak bisa memenuhinya dengan
3. segera, maka meminta maaf dengan baik akan dapat mengobati kekecewaan. Karena bagaimanapun
janji adalah hutang.
9. Berperan memperbaiki sistem pengajaran.
Seorang guru yang bersungguh-sungguh dan ikhlas merasa bahwa tugasnya tikad hanya
terbatas pada apa yang ia berika di kelas. Meskipun tanggung jawab terhadap sistem pengajaran,
kurikulum, dan perkara-perkara yang bekaitan dengannya bukanlah berada dipundaknya. Hanya
saja, hal itu tidak otomatis membebaskan dari peran serta dan uasaha perbaikan.
Jika dalam pengajarannya murid-murid mempunyai permasalahan seperti mengantuk,
gurau, merasa tidak mampu dengan apa yang disampaikan guru, maka seorang guru harus cepat
tanggap dengan apa yang terjadi sehingga dapat dicari penyelesaiannya dengan baik.
10. Bergaul secara baik dengan murid
Murid adalah obyek dan sasaran utama dari proses aktifitas belajar mengajar dan
pendidikan. Oleh karena itu, dialah unsur utama yang dengannya seorang guru berinteraksi.
Kurikulum, sistem pengajaran dan lain sebagainya, dibuat untuk merealisasikan tujuan pengajaran
dan pendidkan bagi murid. Berpijak pada posisi murid dalam proses belajar mengajar, maka perlu
diletakkan garis-garis besar dan kaidah-kaidah berinteraksi dengan murid agar tujuan pengajaran
dan pendidikan bisa terealisasikan.
Kebaikan dan interaksi guru merupakan kata yang luas yang meliputi, menghormati dan
menghargai murid, memuji murid yang berbuat baik, berperilaku adil di antara murid-murid,
proporsional dalam mengoreksi kesalahan dan memberi perhatian pada murid. Sehingga dalam
pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
11. Rendah hati ( tawadhu’)
Mengajar merupakan salah-satu peluang untuk menjadi tinggi dan terkenal. Seorang guru
bisa saja dipenuhi leh peasaan bangga, tinggi hati, terutama sifat ujub. Oleh karena itu Hadlrotus
syaikh Muhammad Hasyim Asyari dalam kitabnya Adabul ‘alim wal mutaalim menekankan untuk
selalu bersikap rendah hati ( tawadhu’).
12. Selalu mendoakan kebaikan untuk murid-muridnya.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”(QS Al-Baqoroh 2:186)
Allah menganjurkan kepada umat Islam dan orang orang yang beriman untuk senantiasa
berdoa, karena doa merupakan bentuk keyakinan diri bahwa tidak ada satu makhluk pun yang dapat
mendapatkan apa yang diinginkannya kecuali atas idzin Allah. Begitu juga seorang guru,
seyogyanya selalu mendoakan murid-muridnya agar selalu dalam lindungan Allah, dan menjadi
manusia yang pintar baik akal, hati dan social. Sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan
maksimal.
Mukhtar Zaini Dahlan
Mahasiswa Pasca Sarjana
STAIN Jember
4. Referensi:
Abdullah, Adduweisy, DR Muhammad. 2008. Edisi Indonesia_ Menjadi guru yang sukses dan
berpengaruh. Surabaya: pustaka ElBA.
Affandi, Choer. 2008. La Tahzan Innallaha Maana. Bandung: Mizania.
Az- Zarnuzi, Syaikh. Ta’limul muta’alimi. Surabaya: Al-hidayah
Hasyim, Muhammad Asyari. Adabul Alim wal Muta’alim. Jombang: Maktabah Turost Al-Islami.
Nawawi. Al-majmu’ Syarhul Muhadzab. Surabaya: Al-hidayah.