SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  13
MAKALAH KONSERVASI TANAH DAN AIR
“PeningkatanProduktifitasLahanKritis”

OLEH :
M.ARIEF ROEZMIN
05111007004

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2013
ABSTRACT

Lahan kritis adalah gundul, berkesan gersang, dan bahkan
muncul batu-batuan di permukaan tanah, topografi lahan pada
umumnya berbukit atau berlereng curam. Tingkat produktivitas rendah
yang ditandai oleh tingginya tingkat kemasaman tanah, kekahatan hara
P, K, C dan Mg, rendahnya kapasitas tukar kation (KT), kejenuhan basa
dan kandungan bahan organik, tingginya kadar Al dan Mn, yang dapat
meracuni tanaman dan peka terhadap erosi. Selain itu, pada umumnya
lahan

kritis

ditandai

dengan

vegetasi

alang-alang

yang

mendominasinya dengan sifat-sifat lahan padang alang-alang memiliki
ph tanah relatif rendah sekitar 4,8-6,2, mengalami pencucian tanah
tinggi, ditemukan rizoma dalam jumlah banyak yang menjadi hambatan
mekanik dalam budidaya tanaman, terdapat reaksi alelopati dari akar
rimpang alang-alang yang menyebabkan gangguan pertumbuhan pada
lahan tersebut
I. Pendahuluan
Tantangan pembangunan pertanian di masa mendatang adalah
penyediaan pangan bagi penduduk , yang lebih dikenal dengan istilah
ketahanan pangan. Menurut UU Pangan Nomor 7 tahuan 1996 pasal 1 ayat
17, ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan
bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup
dalam jumlah, mutu, aman, merata dan terjangkau. Sedangkan menurut
World Food Conference on Human Right 1993 dan World Food Summit 1996
adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan gizi setiap individu dalam jumlah dan
mutu agar dapat hidup aktif dan sehat secara berkesinambungan sesuai
dengan budaya setempat
Tantangan

penyediaan

pangan

semakin

hari

semakin

berat.

Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh ulah manusia maupun gangguan
alam, semakin meningkat. Lahan subur untuk pertanian banyak beralih
fungsi menjadi lahan nonpertanian. Sebagai akibatnya kegiatan-kegiatan
budidaya pertanian bergeser ke lahan-lahan kritis yang memerlukan input
tinggi dan mahal untuk menghasilkan produk pangan per satuan luas.
Pertanyaannya adalah begitu pentingkah kita memeras pikiran dan tenaga
untuk ketahanan pangan ini ?.
Data menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia berdasarkan
sensus penduduk 1990 sebesar 178,6 juta jiwa dan pada tahun 2000
meningkat menjadi 203,5 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk 1990 – 2000
berdasarkan sensus tahun 2000 tercatat sebesar 1,36 %. Jika laju
pertumbuhan penduduk tepat (sebesar 1,36 % per tahun), maka pada tahun
2020 nanti jumlah penduduk Indonesia diperkirakan 266,6 juta jiwa.
Sastrosoedarjo dan Juwita (1996) memperkirakan bahwa konsumsi
kalori per kapita pada tahun 2000 sebesar 2100,53 g kalori/kapita/hari,
sedangkan

konsumsi

pangan

setara

beras

mencapai

120

kg

beras/kapita/tahun. Perkiraan ini jauh lebih tinggi dari rata-rata konsumsi
beras per kapita sesungguhnya yaitu sebesar 200 g/kapita/hari. Dengan
konsumsi per kapita per hari 200 g maka kebutuhan bahan pangan (setara
beras) per hari sebesar 40.700 ton atau sebesar 14,86 juta ton per tahun.
Jika asumsi konsumsi pangan setara beras per tahun tetap, maka pada
tahun 2020 nanti kebutuhan pangan setara beras mencapai 53.320 ton/hari
atau sebesar 19,46 juta ton per tahun
Jika produksi lahan sebesar 2 ton beras/ha, maka kebutuhan pangan
setara beras pada tahun 2020 nanti harus dipenuhi dari luasan panen sekitar
9,73 juta ha. Sementara menurut data Biro Pusat Statistik tahun 1989 luas
lahan sawah kita hanya 7,3 juta ha. Ketimpangan ini ditambah lagi dengan
laporan Lopulisa (1995) bahwa tahun 1991-1993 luas sawah beralih fungsi
ke perumahan, industri dan perkantoran, serta lainnya mencapai 114 ribu
hektar dan 56,2 % diantaranya di Jawa dan Bali. Degradasi lahan subur di
pulau Jawa ini diperkirakan akan terus bertambah, untuk kepentingan
nonpertanian.
Akibat pengelolaan yang tidak tepat, lahan kritis di Indonesia
meningkat setiap tahun. Pada tahun 1977 luas lahan kritis di pulau-pulau
besar di Indonesia (kecuali Jawa) hanya 15 juta ha, pada tahun 1987
meningkat menjadi 19 juta hektar (BPS 1988) dan dewasa ini telah mencapai
20 juta hektar.
Degradasi lahan pertanian yang sering mengakibatkan penururan
kualitas lahan garapan dan lingkungan bukan hanya tanggung jawab petani,
tetapi juga tanggung jawab pemerintah daerah dan pusat yang mendapat
masukan berupa rekomendasi dari para ahli (Bennema and Meester, 1981).
Di banyak negara, terlihat jelas adanya kesenjangan yang besar antara
kepedulian masyarakat dengan pemerintah terhadap masalah erosi dengan
tindakan nyata yang komprehensif untuk mengatasinya (Hauk, 1981)
Berbagai cara

untuk menangani lahan kritis telah dilakukan oleh

pemerintah, antara lain melalui program reboisasi dan penghijauan. Fakultas
Pertanian Andalas (1992) melaporkan bahwa keberhasilan fisik reboisasi
selama Pelita IV baru sekitar 68 %, sedangkan penghijauan hanya 21 %. Hal
ini mungkin disebabkan karena kurang tepatnya teknologi yang digunakan,
atau kondisi lahan belum dipelajari dengan cermat, atau karena teknologi
tidak diterapkan sepenuhnya.
Ditinjau dari segi pelestarian lingkungan dan efisiensi penggunaan
dana dalam program ekstensifikasi maka pemanfaatan lahan kritis dengan
perbaikan produktivitas mungkin lebih baik daripada membuka hutan.
Produktivitas beberapa jenis lahan kritis misalnya lahan alang-alang relatif
lebih mudah diperbaiki untuk budidaya tanaman pangan.
Peningkatan sustainabilitas sistem produksi perlu memperhatikan halhal berikut : (1) peningkatan produksi pangan yang nyata untuk memenuhi
kebutuhan mereka, (2) mencegah terjadinya degradasi sumberdaya, dan (3)
mengurangi pengaruh negatif teknologi produksi terhadap lingkungan
(Manwan, 1993).
Tulisan ini mengkaji peluang pemanfaatan lahan kritis melalui
usahatani konservasi untuk penyediaan pangan.

II. Karakteristik Lahan Kritis
Ciri utama lahan kritis adalah gundul, berkesan gersang, dan bahkan
muncul batu-batuan di permukaan tanah, topografi lahan pada umumnya
berbukit atau berlereng curam (Hakim et al., 1991). Tingkat produktivitas
rendah yang ditandai oleh tingginya tingkat kemasaman tanah, kekahatan
hara P, K, C dan Mg, rendahnya kapasitas tukar kation (KT), kejenuhan basa
dan kandungan bahan organik, tingginya kadar Al dan Mn, yang dapat
meracuni tanaman dan peka terhadap erosi. Selain itu, pada umumnya lahan
kritis ditandai dengan vegetasi alang-alang yang mendominasinya dengan
sifat-sifat lahan padang alang-alang memiliki pH tanah relatif rendah sekitar
4,8-6,2, mengalami pencucian tanah tinggi, ditemukan rizoma dalam jumlah
banyak yang menjadi hambatan mekanik dalam budidaya tanaman, terdapat
reaksi alelopati dari akar rimpang alang-alang yang menyebabkan gangguan
pertumbuhan pada lahan tersebut
Pada umumnya, penduduk yang tinggal di daerah tersebut relatif
miskin (sedikit kesempatan untuk memperoleh income), yang disebabkan
pemberdayaan tanah kritis tersebut berhubungan erat dengan masalah
kemiskinan penduduknya, tingginya kepadatan populasi, kecilnya luas lahan,
kesempatan kerja terbatas dan lingkungan yang terdegradasi. Oleh karena
itu perlu diterapkan sistem pertanian berkelanjutan dengan melibatkan
penduduk dan kelembagaan.

Permasalahan Lahan Kritis
Meluasnya lahan kritis disebabkan oleh beberapa hal antara lain
1. 1.

Tekanan penduduk

2. 2.

Perluasan areal pertanian yang tidak sesuai,

3. 3.

Perladangan berpindah

4. 4.

Padang penggembalaan yang berlebihan

5. 5.

Pengelolaan hutan yang tidak baik

6. 6.

Pembakaran yang tidak terkendali

Fujisaka dan Carrity (1989) mengemukakan bahwa masalah utama yang
dihadapi di lahan kritis antara lain adalah lahan mudah tererosi, tanah
bereaksi masam dan miskin unsur hara.
III. Strategi Pengelolaan Lahan Kritis
Akhir-akhir ini ada pendapat yang menyatakan bahwa strategi
swasembada pangan perlu diubah menjadi swadaya pangan. Artinya, yang
harus

diutamakan

bukan

meningkatkan

produksi

tetapi

bagaimana

menumbuhkan kemampuan membeli bahan pangan. Dalam kondisi yang
tidak menguntungkan,

impor pangan tertentu merupakan alternatif yang

dianggap baik.
Apapun strategi yang dianut, pengelolaan usahatani tanaman pangan
tetap perlu dilakasanakan sebaik mungkin dengan tujuan produksi tinggi dan
berwawasan lingkungan agar kebutuhan pangan nasional tidak tergantung
kepada negara lain. Dalam kaitan itu, penelitian dan pengembangan
teknologi usahatani perlu ditingkatkan, termasuk penelusuran perluasan
areal baru, baik oleh pengambil kebijakan maupun para ahli dan pihak terkait
lainnya.
1. Aplikasi Usahatani Konservasi
Banyak teknologi yang dianjurkan untuk menekan erosi tanah, seperti
pembuatan teras dan galengan. Akan tetapi, petani pada umumnya tidak
memiliki cukup biaya untuk pembuatan teras. Oleh karena itu, belakangan ini
telah dianjurkan pula sistem usahatani konservasi.
Sistem usahatani konservasi adalah penataan usahatani yang stabil
berdasarkan daya dukung lahan yang didasarkan atas tanggapannya
terhadap faktor-faktor fisik, biologis dan sosial ekonomis serta berlandaskan
sasaran dan tujuan rumah tangga petani dengan mempertimbangkan
sumber daya yang tersedia (UACP-FSR 1990).
Penanganan masalah secara parsial yang telah ditempuh selama ini
ternyata tidak mampu mengatasi masalah yang kompleks dan juga tidak
efisien ditinjau dari segi biaya. Pendekatan parsial untuk mengatasi masalah
produktivitas tanaman adalah ciri suatu penelitian yang berbasis komoditas.
CGIAR

(Consultative

Group

on

International

Agriculture

Research)

mengubah strategi penelitian melalui pendekatan holistik dengan fokus
sumberdaya. Dalam skala makro strateginya disebut ecoregional initiative
dan dalam skala mikro dijabarkan dalam integrated crop management
(Kartaatmadja dan Fagi, 1999).
Kunci keberhasilan budidaya tanaman pangan berkelanjutan antara
lain 1) mengusahakan agar tanah tertutup tanaman sepanjang tahun guna
melindungi tanah dari erosi dan pencucian 2) mengembalikan sisa-sisa
tanaman,

kompos

dan

pupuk

kandang

ke

dalam

tanah

guna

memperbaiki/mempertahankan bahan organik tanah (Effendi et al, 1986).
Sedangkan kebiasaan petani

dalam mengusahakan tanaman pangan

sebagian besar limbah pertaniannya diangkut keluar untuk pakan dan kayu
bakar, dibakar pada saat persiapan tanah atau terbawa erosi, oleh karena itu
makin lama kandungan bahan organik tanah makin menurun dan diikuti oleh
peningkatan erosi tanah karena kurangnya tindakan konservasi tanah.

Upaya dalam mempertahankan atau meningkatkan produktivitas
lahan kritis hendaknya didekati dengan menerapkan sistem usahatani
konservasi melalui, pengaturan pola tanam, penambahan bahan organik
dengan daur ulang sisa panen dan gulma, serta penerapan budidaya lorong
(Adiningsih dan Mulyadi, 1992). Penerapan teknologi tersebut akan
memberikan

pengaruh

positif

terhadap

produktivitas

tanah

seperti

meningkatnya ketersediaan P dan bahan organik tanah serta menurunnya
kadar Al.

2. Penggunaan Amelioran
Penggunaan pupuk organik (pupuk kandang atau pupuk hijau ) dan
kapur dapat meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk anorganik, karena
kedua unsur tersebut dapat meningkatkan daya pegang air dan hara di
tanah, sementara itu, residu pupuk diharapkan dapat mengurangi jumlah
pemakaian pupuk anorganik pada tanam berikutnya. Hasil penelitian Arief
dan Irman (1993) disimpulkan bahwa pemberian amelioran berupa kapur,
pupuk kandang, daun gamal, jerami padi dan kiserit mampu meningkatkan
hasi padi gogo dan kedelai di tanah podzolik merah kuning.
DAS Jratunseluna (1989) mengemukakan bahwa penggunaan mulsa
segar maupun limbah tanaman dapat meningkatkan hasil kacang hijau.
Rata-rata hasil mencapai 1,22 t/ha. Hasil tertinggi dicapai pada penggunaan
mulsa daun kaliandra sebanyak 10 t/ha. Sisa tanaman yang baik digunakan
sebagai mulsa pertanaman kacang hijau berturut-turut jerami padi, jerami
jagung, jerami kacang tanah dan terakhir jerami kedelai dengan hasil cukup
baik mencapai 1,37; 1,35; 1,25 dan 1,22 t/ha. Mulsa segar kalindra dan
lamtorogung dapat dikembangkan sebagai tanaman pagar dalam sistem
pertanaman lorong.

3. Penerapan Sistem Budidaya Lorong
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani
tanaman pangan adalah peningkatan intensitas tanam. Intensitas tanam
yang tinggi melalui pengaturan pola tanam merupakan tindakan konservasi
vegetatif yang sangat dianjurkan. Tetutupnya lahan sepanjang tahun, akan
mengurangi erosi (run off berkurang, infiltrasi air hujan meningkat) serta
menghasilkan limbah tanaman pangan untuk menambah bahan organik
tanah (Effendi, 1987).
Budidaya lorong adalah upaya pemanfaatan lahan dengan tanaman
tahunan dan tanaman semusim. Tanaman semusim ditanam di lorong
tanaman pagar yang umumnya berupa famili kacang-kacangan (Kang,
Wilson dan Lowson, 1984). Tanaman pagar berfungsi sebagai penahan erosi
dan penghasil bahan organik yang dapat meningkatkan produktivitas lahan
(IPB, 1987)

4. Seleksi Tanaman Adaptif Pada Kondisi Cekaman Lingkungan
Masalah mendasar dan tantangan berat yang harus dihadapi pada
lahan kritis adalah bagaimana mengubah lahan tersebut menjadi lahan
produktif dan bagaimana menghambat agar lahan kritis tidak semakin
meluas. Karena itu berbagai teknik rehabilitasi dan sistem budidaya yang
tepat telah banyak dicobakan pada lahan kritis tersebut.
Upaya-upaya yang selama ini dilakukan membutuhkan biaya yang
cukup besar dan memerlukan dukungan semua pihak serta perlu dukungan
ahli ekofisiologi dan pemulia tanaman untuk menghasilkan varietas tanaman
pangan yang adaptif pada lahan kritis yang memiliki karakteristik cekaman
lingkungan tertentu (kesuburan rendah, ketersediaan air terbatas/berlebih
dan lain-lain). Tanaman pangan adaptif yang dimaksud adalah tanaman
yang di satu sisi mampu beradaptasi dan di sisi lain mampu berproduksi
secara optimal sehingga dapat diharapkan sebagai penyedia pangan di
masa mendatang.
Pemuliaan tanaman konvensional akan tetap memegang peranan
utama dalam perbaikan varietas. Berbagai kelemahan dan keterbatasan cara
ini dapat diatasi dengan bantuan bioteknologi. Secara bertahap, bioteknologi
akan dikembangkan untuk mendapatkan atau memindahkan gen tertentu
untuk menghasilkan varietas baru dengan sifat-sifat yang diinginkan.
Meningkatkan produktivitas melalui rekayasa genetik merupakan suatu
keuntungan tambahan dalam perbaikan sifat tanaman sehingga varietas
yang dihasilkan diharapkan dapat lebih efisien memanfaatkan hara, tahan
terhadap hama dan penyakit serta deraan lingkungan (Manwan, 1993).
Informasi mengenai sifat-sifat yang mudah teramati dapat dijadikan
penduga bagi sifat yang dituju dalam seleksi tanaman adaptif. Semakin erat
hubungan antara sifat penduga dengan sifat yan dituju, maka akan semakin
memudahkan proses seleksi. Sifat-sifat yang berperan menentukan adaptif
tidaknya suatu tanaman yang ekspresinya sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Oleh sebab itu fenotipe yang ditemui di lapangan akan sangat
beragam. Adapun syarat-syarat seleksi tanaman adaptif terhadap lingkungan
kritis adalah tahan terhadap pH tanah rendah, toleran terhadap cekaman air,
tahan terhadap defisiensi hara terutama N dan P dan lain-lain.

Kesimpulan
1. 1.

Lahan kritis dapat ditingkatkan produktivtasnya melalui usahatani

koservasi
2. 2.

Lahan kritis merupakan pilihan yang lebih bijak dibanding membuka

lahan baru (deforestration)
3. 3.

Upaya

menemukan

paket

teknologi

usahatani

konservasi

memerlukan dukungan hasil penelitian dari para peneliti
4. 4.

Hasil penelitian yang telah ada masih perlu divalidasi pada tingkat

onfarm yang bersifat spesifik lokasi agar paket teknologi tersebur dapat
diadopsi petani
Daftar Pustaka

Adjid, D.A. 1993. Kebijaksanaan swasembada dan ketahanan pangan.
Proseding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Jakarat/Bogor
23-25 Agustus 1993. p50 – 64.
Dariah A. dan A. Rachman. 1989. Pengaruh mulsa hijauan alley cropping
terhadap Pertumbuhan dan hasil jagung serta beberapa sifat fisik
tanah. Pembahasan Hasil Penelitian Tanah, Cipayung 22-24
Agustus 1989.
Evensen, C and R. Joss. 1986. Alley cropping experiment 1985/86 growing
season. Tropsoil. Field Research Brief CSR Bogor No. 33: 1-7
Effendi, S., G. Ismail dan G Wibawa, 1986. Pola usahatni konservasi pada
lahan keirng podsolik merah kuning. Makalah disampaikan pada
lokakarya usahatni konservasi di Lahan Alang-alang. Palembang 11
– 13 Pebruari 1986. 21p
FAO and IIRR. 1995. Resource management for upland area in Southeast
Asia. Rapa Publication : 1995/12
Hakim, N. 1985. Pemharuh sisa pupuk hijau, kapur, pupuk P dan Mg oada
tanah podsolik terhadap produksi jagung. Makalah Seminar Hasil
Penelitian Perguruan Tinggi. Bandung, 25-28 Februari 1985. Ditjen
Dikti Depdikbud.-15 Desember 1995.
Muljadi, D. 1977. Sumberdaya tanah kering, penyebaran dan potensinya
untuk kemungkinan budidaya pertanian. Kongres Agronomi, 27-29
Oktober 1977 di Jakarta. Agr. 04:1-16
Pratomo A.G, H. Sembiring, R Hardiyanto, A. Sugiayatno dan B. Supriyono,
2000. Pengkajian rakitan teknologi usahatani konservasi di lahan
marginal
perbukitan
kapur.
Proseding
Seminar
Hasil
Penelitian/Pengkajian BPTP Karangploso

Shaxson, T.F., N.W. Hudson, D.W. Sander, E.Roose and W.C. Modenhauer.
1989. Land hunsbandry, a frame work for soil and water
concervation. Soil and Water Conservation Society. Ankeny, Iowa,
USA.
Sastrosoedarjo, S. dan N.R Juwita. 1996. Kilas balik semangat kongres
PERAGI 1997.

Toha H.M. dan Abdurrahman, A. 1991. Penggunaan bahan organik pada
pola tanam lahan kering di tanah vulkanik eutropept laboratotoirum
lapangan uangaran, semarang. Proyek Penelitian Penyelamatan
Hutan, Tanah dan Air. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertatanian . Departemen Pertanian. 1991. gembangan dan

Contenu connexe

Tendances

Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Arif nor fauzi
 
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Issuchii Liescahyani
 
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Issuchii Liescahyani
 

Tendances (20)

Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
 
9. pengujian-benih
9. pengujian-benih9. pengujian-benih
9. pengujian-benih
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
 
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
 
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
 
Ppt lahan kering kel.2
Ppt lahan kering kel.2Ppt lahan kering kel.2
Ppt lahan kering kel.2
 
05 hubungan air, tanah dan tanaman
05   hubungan air, tanah dan tanaman05   hubungan air, tanah dan tanaman
05 hubungan air, tanah dan tanaman
 
Penetapan potensial air jaringan
Penetapan potensial air  jaringanPenetapan potensial air  jaringan
Penetapan potensial air jaringan
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
 
Unsur Hara Esensial Tumbuhan
Unsur Hara Esensial TumbuhanUnsur Hara Esensial Tumbuhan
Unsur Hara Esensial Tumbuhan
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
 
Induksi pembungaan (7)
Induksi pembungaan (7)Induksi pembungaan (7)
Induksi pembungaan (7)
 
Sifat Biologi Tanah PPT
Sifat Biologi Tanah PPTSifat Biologi Tanah PPT
Sifat Biologi Tanah PPT
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
PENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN
PENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIANPENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN
PENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN
 
13 irigasi curah
13   irigasi curah13   irigasi curah
13 irigasi curah
 
Laporan resmi
Laporan resmiLaporan resmi
Laporan resmi
 
Hubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanHubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanaman
 
Ekologi tanah
Ekologi tanahEkologi tanah
Ekologi tanah
 
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahLaporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
 

En vedette

4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air
denotsudiana
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanMakalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Bondan the Planter of Palm Oil
 
modul pelatihan konservasi tanah dan air - panduan pelatihan bagi cbo dan fl
modul pelatihan konservasi tanah dan air - panduan pelatihan bagi cbo dan flmodul pelatihan konservasi tanah dan air - panduan pelatihan bagi cbo dan fl
modul pelatihan konservasi tanah dan air - panduan pelatihan bagi cbo dan fl
Mohd. Yunus
 
Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air
cietera
 
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
zulfikar fahmi
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimia
Nurul Aulia
 
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakatpanduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
Mohd. Yunus
 
Makalah konservasi sumberdaya lahan
Makalah konservasi sumberdaya lahanMakalah konservasi sumberdaya lahan
Makalah konservasi sumberdaya lahan
Fadli Aulian
 
PEMANFAATKAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus Less ) DALAM UPAYA MENANGANI ...
PEMANFAATKAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus Less ) DALAM UPAYA MENANGANI ...PEMANFAATKAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus Less ) DALAM UPAYA MENANGANI ...
PEMANFAATKAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus Less ) DALAM UPAYA MENANGANI ...
Ghearika Sriwijatno
 

En vedette (20)

Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIR
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
 
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanMakalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
 
modul pelatihan konservasi tanah dan air - panduan pelatihan bagi cbo dan fl
modul pelatihan konservasi tanah dan air - panduan pelatihan bagi cbo dan flmodul pelatihan konservasi tanah dan air - panduan pelatihan bagi cbo dan fl
modul pelatihan konservasi tanah dan air - panduan pelatihan bagi cbo dan fl
 
Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air
 
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimia
 
Teknik konservasi tanah dan air pada das
Teknik konservasi tanah dan air pada dasTeknik konservasi tanah dan air pada das
Teknik konservasi tanah dan air pada das
 
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakatpanduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
 
Rekling03 konservasi
Rekling03 konservasiRekling03 konservasi
Rekling03 konservasi
 
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah adaMetode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
 
1kunyit
1kunyit1kunyit
1kunyit
 
Modul konservasi tanah
Modul konservasi tanahModul konservasi tanah
Modul konservasi tanah
 
Penelitian
PenelitianPenelitian
Penelitian
 
Makalah konservasi sumberdaya lahan
Makalah konservasi sumberdaya lahanMakalah konservasi sumberdaya lahan
Makalah konservasi sumberdaya lahan
 
PEMANFAATKAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus Less ) DALAM UPAYA MENANGANI ...
PEMANFAATKAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus Less ) DALAM UPAYA MENANGANI ...PEMANFAATKAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus Less ) DALAM UPAYA MENANGANI ...
PEMANFAATKAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus Less ) DALAM UPAYA MENANGANI ...
 
Tkw 1
Tkw 1Tkw 1
Tkw 1
 
Jurnal fitoremediasi
Jurnal fitoremediasiJurnal fitoremediasi
Jurnal fitoremediasi
 

Similaire à Makalah konservasi tanah dan air UNSRI

Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
NurdinUng
 
01 ketahanan pangan dan teknologi produktivitas
01 ketahanan  pangan  dan teknologi  produktivitas01 ketahanan  pangan  dan teknologi  produktivitas
01 ketahanan pangan dan teknologi produktivitas
Ir. Zakaria, M.M
 

Similaire à Makalah konservasi tanah dan air UNSRI (20)

Proposal jagung
Proposal jagungProposal jagung
Proposal jagung
 
Proposal jagung
Proposal jagungProposal jagung
Proposal jagung
 
Lahan
LahanLahan
Lahan
 
Bab i ratih
Bab i ratihBab i ratih
Bab i ratih
 
Reklamasi Pasca Tambang_Eka Sulastri.ppt
Reklamasi Pasca Tambang_Eka Sulastri.pptReklamasi Pasca Tambang_Eka Sulastri.ppt
Reklamasi Pasca Tambang_Eka Sulastri.ppt
 
soil quality and food security
soil quality and food securitysoil quality and food security
soil quality and food security
 
Makalah iis
Makalah iisMakalah iis
Makalah iis
 
Rdhp peningkatan ip 2018
Rdhp peningkatan ip 2018Rdhp peningkatan ip 2018
Rdhp peningkatan ip 2018
 
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
 
Pengelolaan Lahan Gambut Kritis
Pengelolaan Lahan Gambut KritisPengelolaan Lahan Gambut Kritis
Pengelolaan Lahan Gambut Kritis
 
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...
 
Surjan kelompok 5
Surjan kelompok 5Surjan kelompok 5
Surjan kelompok 5
 
01 ketahanan pangan dan teknologi produktivitas
01 ketahanan  pangan  dan teknologi  produktivitas01 ketahanan  pangan  dan teknologi  produktivitas
01 ketahanan pangan dan teknologi produktivitas
 
prospek dan arah pengembangan agribisnis padi.pdf
prospek dan arah pengembangan agribisnis padi.pdfprospek dan arah pengembangan agribisnis padi.pdf
prospek dan arah pengembangan agribisnis padi.pdf
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
 
Makalah konservasi gambut
Makalah konservasi gambutMakalah konservasi gambut
Makalah konservasi gambut
 
INTERAKSI LINGKUNGAN DENGAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTAN
INTERAKSI LINGKUNGAN DENGAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTANINTERAKSI LINGKUNGAN DENGAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTAN
INTERAKSI LINGKUNGAN DENGAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTAN
 
Georafi Pertanian
Georafi PertanianGeorafi Pertanian
Georafi Pertanian
 
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahKesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
 
Liesa
LiesaLiesa
Liesa
 

Dernier

PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 

Dernier (20)

Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 

Makalah konservasi tanah dan air UNSRI

  • 1. MAKALAH KONSERVASI TANAH DAN AIR “PeningkatanProduktifitasLahanKritis” OLEH : M.ARIEF ROEZMIN 05111007004 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDERALAYA 2013
  • 2. ABSTRACT Lahan kritis adalah gundul, berkesan gersang, dan bahkan muncul batu-batuan di permukaan tanah, topografi lahan pada umumnya berbukit atau berlereng curam. Tingkat produktivitas rendah yang ditandai oleh tingginya tingkat kemasaman tanah, kekahatan hara P, K, C dan Mg, rendahnya kapasitas tukar kation (KT), kejenuhan basa dan kandungan bahan organik, tingginya kadar Al dan Mn, yang dapat meracuni tanaman dan peka terhadap erosi. Selain itu, pada umumnya lahan kritis ditandai dengan vegetasi alang-alang yang mendominasinya dengan sifat-sifat lahan padang alang-alang memiliki ph tanah relatif rendah sekitar 4,8-6,2, mengalami pencucian tanah tinggi, ditemukan rizoma dalam jumlah banyak yang menjadi hambatan mekanik dalam budidaya tanaman, terdapat reaksi alelopati dari akar rimpang alang-alang yang menyebabkan gangguan pertumbuhan pada lahan tersebut
  • 3. I. Pendahuluan Tantangan pembangunan pertanian di masa mendatang adalah penyediaan pangan bagi penduduk , yang lebih dikenal dengan istilah ketahanan pangan. Menurut UU Pangan Nomor 7 tahuan 1996 pasal 1 ayat 17, ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, aman, merata dan terjangkau. Sedangkan menurut World Food Conference on Human Right 1993 dan World Food Summit 1996 adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan gizi setiap individu dalam jumlah dan mutu agar dapat hidup aktif dan sehat secara berkesinambungan sesuai dengan budaya setempat Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh ulah manusia maupun gangguan alam, semakin meningkat. Lahan subur untuk pertanian banyak beralih fungsi menjadi lahan nonpertanian. Sebagai akibatnya kegiatan-kegiatan budidaya pertanian bergeser ke lahan-lahan kritis yang memerlukan input tinggi dan mahal untuk menghasilkan produk pangan per satuan luas. Pertanyaannya adalah begitu pentingkah kita memeras pikiran dan tenaga untuk ketahanan pangan ini ?. Data menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus penduduk 1990 sebesar 178,6 juta jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 203,5 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk 1990 – 2000 berdasarkan sensus tahun 2000 tercatat sebesar 1,36 %. Jika laju pertumbuhan penduduk tepat (sebesar 1,36 % per tahun), maka pada tahun 2020 nanti jumlah penduduk Indonesia diperkirakan 266,6 juta jiwa. Sastrosoedarjo dan Juwita (1996) memperkirakan bahwa konsumsi kalori per kapita pada tahun 2000 sebesar 2100,53 g kalori/kapita/hari, sedangkan konsumsi pangan setara beras mencapai 120 kg beras/kapita/tahun. Perkiraan ini jauh lebih tinggi dari rata-rata konsumsi
  • 4. beras per kapita sesungguhnya yaitu sebesar 200 g/kapita/hari. Dengan konsumsi per kapita per hari 200 g maka kebutuhan bahan pangan (setara beras) per hari sebesar 40.700 ton atau sebesar 14,86 juta ton per tahun. Jika asumsi konsumsi pangan setara beras per tahun tetap, maka pada tahun 2020 nanti kebutuhan pangan setara beras mencapai 53.320 ton/hari atau sebesar 19,46 juta ton per tahun Jika produksi lahan sebesar 2 ton beras/ha, maka kebutuhan pangan setara beras pada tahun 2020 nanti harus dipenuhi dari luasan panen sekitar 9,73 juta ha. Sementara menurut data Biro Pusat Statistik tahun 1989 luas lahan sawah kita hanya 7,3 juta ha. Ketimpangan ini ditambah lagi dengan laporan Lopulisa (1995) bahwa tahun 1991-1993 luas sawah beralih fungsi ke perumahan, industri dan perkantoran, serta lainnya mencapai 114 ribu hektar dan 56,2 % diantaranya di Jawa dan Bali. Degradasi lahan subur di pulau Jawa ini diperkirakan akan terus bertambah, untuk kepentingan nonpertanian. Akibat pengelolaan yang tidak tepat, lahan kritis di Indonesia meningkat setiap tahun. Pada tahun 1977 luas lahan kritis di pulau-pulau besar di Indonesia (kecuali Jawa) hanya 15 juta ha, pada tahun 1987 meningkat menjadi 19 juta hektar (BPS 1988) dan dewasa ini telah mencapai 20 juta hektar. Degradasi lahan pertanian yang sering mengakibatkan penururan kualitas lahan garapan dan lingkungan bukan hanya tanggung jawab petani, tetapi juga tanggung jawab pemerintah daerah dan pusat yang mendapat masukan berupa rekomendasi dari para ahli (Bennema and Meester, 1981). Di banyak negara, terlihat jelas adanya kesenjangan yang besar antara kepedulian masyarakat dengan pemerintah terhadap masalah erosi dengan tindakan nyata yang komprehensif untuk mengatasinya (Hauk, 1981) Berbagai cara untuk menangani lahan kritis telah dilakukan oleh pemerintah, antara lain melalui program reboisasi dan penghijauan. Fakultas
  • 5. Pertanian Andalas (1992) melaporkan bahwa keberhasilan fisik reboisasi selama Pelita IV baru sekitar 68 %, sedangkan penghijauan hanya 21 %. Hal ini mungkin disebabkan karena kurang tepatnya teknologi yang digunakan, atau kondisi lahan belum dipelajari dengan cermat, atau karena teknologi tidak diterapkan sepenuhnya. Ditinjau dari segi pelestarian lingkungan dan efisiensi penggunaan dana dalam program ekstensifikasi maka pemanfaatan lahan kritis dengan perbaikan produktivitas mungkin lebih baik daripada membuka hutan. Produktivitas beberapa jenis lahan kritis misalnya lahan alang-alang relatif lebih mudah diperbaiki untuk budidaya tanaman pangan. Peningkatan sustainabilitas sistem produksi perlu memperhatikan halhal berikut : (1) peningkatan produksi pangan yang nyata untuk memenuhi kebutuhan mereka, (2) mencegah terjadinya degradasi sumberdaya, dan (3) mengurangi pengaruh negatif teknologi produksi terhadap lingkungan (Manwan, 1993). Tulisan ini mengkaji peluang pemanfaatan lahan kritis melalui usahatani konservasi untuk penyediaan pangan. II. Karakteristik Lahan Kritis Ciri utama lahan kritis adalah gundul, berkesan gersang, dan bahkan muncul batu-batuan di permukaan tanah, topografi lahan pada umumnya berbukit atau berlereng curam (Hakim et al., 1991). Tingkat produktivitas rendah yang ditandai oleh tingginya tingkat kemasaman tanah, kekahatan hara P, K, C dan Mg, rendahnya kapasitas tukar kation (KT), kejenuhan basa dan kandungan bahan organik, tingginya kadar Al dan Mn, yang dapat meracuni tanaman dan peka terhadap erosi. Selain itu, pada umumnya lahan kritis ditandai dengan vegetasi alang-alang yang mendominasinya dengan sifat-sifat lahan padang alang-alang memiliki pH tanah relatif rendah sekitar
  • 6. 4,8-6,2, mengalami pencucian tanah tinggi, ditemukan rizoma dalam jumlah banyak yang menjadi hambatan mekanik dalam budidaya tanaman, terdapat reaksi alelopati dari akar rimpang alang-alang yang menyebabkan gangguan pertumbuhan pada lahan tersebut Pada umumnya, penduduk yang tinggal di daerah tersebut relatif miskin (sedikit kesempatan untuk memperoleh income), yang disebabkan pemberdayaan tanah kritis tersebut berhubungan erat dengan masalah kemiskinan penduduknya, tingginya kepadatan populasi, kecilnya luas lahan, kesempatan kerja terbatas dan lingkungan yang terdegradasi. Oleh karena itu perlu diterapkan sistem pertanian berkelanjutan dengan melibatkan penduduk dan kelembagaan. Permasalahan Lahan Kritis Meluasnya lahan kritis disebabkan oleh beberapa hal antara lain 1. 1. Tekanan penduduk 2. 2. Perluasan areal pertanian yang tidak sesuai, 3. 3. Perladangan berpindah 4. 4. Padang penggembalaan yang berlebihan 5. 5. Pengelolaan hutan yang tidak baik 6. 6. Pembakaran yang tidak terkendali Fujisaka dan Carrity (1989) mengemukakan bahwa masalah utama yang dihadapi di lahan kritis antara lain adalah lahan mudah tererosi, tanah bereaksi masam dan miskin unsur hara. III. Strategi Pengelolaan Lahan Kritis Akhir-akhir ini ada pendapat yang menyatakan bahwa strategi swasembada pangan perlu diubah menjadi swadaya pangan. Artinya, yang harus diutamakan bukan meningkatkan produksi tetapi bagaimana menumbuhkan kemampuan membeli bahan pangan. Dalam kondisi yang
  • 7. tidak menguntungkan, impor pangan tertentu merupakan alternatif yang dianggap baik. Apapun strategi yang dianut, pengelolaan usahatani tanaman pangan tetap perlu dilakasanakan sebaik mungkin dengan tujuan produksi tinggi dan berwawasan lingkungan agar kebutuhan pangan nasional tidak tergantung kepada negara lain. Dalam kaitan itu, penelitian dan pengembangan teknologi usahatani perlu ditingkatkan, termasuk penelusuran perluasan areal baru, baik oleh pengambil kebijakan maupun para ahli dan pihak terkait lainnya. 1. Aplikasi Usahatani Konservasi Banyak teknologi yang dianjurkan untuk menekan erosi tanah, seperti pembuatan teras dan galengan. Akan tetapi, petani pada umumnya tidak memiliki cukup biaya untuk pembuatan teras. Oleh karena itu, belakangan ini telah dianjurkan pula sistem usahatani konservasi. Sistem usahatani konservasi adalah penataan usahatani yang stabil berdasarkan daya dukung lahan yang didasarkan atas tanggapannya terhadap faktor-faktor fisik, biologis dan sosial ekonomis serta berlandaskan sasaran dan tujuan rumah tangga petani dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia (UACP-FSR 1990). Penanganan masalah secara parsial yang telah ditempuh selama ini ternyata tidak mampu mengatasi masalah yang kompleks dan juga tidak efisien ditinjau dari segi biaya. Pendekatan parsial untuk mengatasi masalah produktivitas tanaman adalah ciri suatu penelitian yang berbasis komoditas. CGIAR (Consultative Group on International Agriculture Research) mengubah strategi penelitian melalui pendekatan holistik dengan fokus sumberdaya. Dalam skala makro strateginya disebut ecoregional initiative dan dalam skala mikro dijabarkan dalam integrated crop management (Kartaatmadja dan Fagi, 1999).
  • 8. Kunci keberhasilan budidaya tanaman pangan berkelanjutan antara lain 1) mengusahakan agar tanah tertutup tanaman sepanjang tahun guna melindungi tanah dari erosi dan pencucian 2) mengembalikan sisa-sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang ke dalam tanah guna memperbaiki/mempertahankan bahan organik tanah (Effendi et al, 1986). Sedangkan kebiasaan petani dalam mengusahakan tanaman pangan sebagian besar limbah pertaniannya diangkut keluar untuk pakan dan kayu bakar, dibakar pada saat persiapan tanah atau terbawa erosi, oleh karena itu makin lama kandungan bahan organik tanah makin menurun dan diikuti oleh peningkatan erosi tanah karena kurangnya tindakan konservasi tanah. Upaya dalam mempertahankan atau meningkatkan produktivitas lahan kritis hendaknya didekati dengan menerapkan sistem usahatani konservasi melalui, pengaturan pola tanam, penambahan bahan organik dengan daur ulang sisa panen dan gulma, serta penerapan budidaya lorong (Adiningsih dan Mulyadi, 1992). Penerapan teknologi tersebut akan memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas tanah seperti meningkatnya ketersediaan P dan bahan organik tanah serta menurunnya kadar Al. 2. Penggunaan Amelioran Penggunaan pupuk organik (pupuk kandang atau pupuk hijau ) dan kapur dapat meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk anorganik, karena kedua unsur tersebut dapat meningkatkan daya pegang air dan hara di tanah, sementara itu, residu pupuk diharapkan dapat mengurangi jumlah pemakaian pupuk anorganik pada tanam berikutnya. Hasil penelitian Arief dan Irman (1993) disimpulkan bahwa pemberian amelioran berupa kapur, pupuk kandang, daun gamal, jerami padi dan kiserit mampu meningkatkan hasi padi gogo dan kedelai di tanah podzolik merah kuning.
  • 9. DAS Jratunseluna (1989) mengemukakan bahwa penggunaan mulsa segar maupun limbah tanaman dapat meningkatkan hasil kacang hijau. Rata-rata hasil mencapai 1,22 t/ha. Hasil tertinggi dicapai pada penggunaan mulsa daun kaliandra sebanyak 10 t/ha. Sisa tanaman yang baik digunakan sebagai mulsa pertanaman kacang hijau berturut-turut jerami padi, jerami jagung, jerami kacang tanah dan terakhir jerami kedelai dengan hasil cukup baik mencapai 1,37; 1,35; 1,25 dan 1,22 t/ha. Mulsa segar kalindra dan lamtorogung dapat dikembangkan sebagai tanaman pagar dalam sistem pertanaman lorong. 3. Penerapan Sistem Budidaya Lorong Salah satu cara untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani tanaman pangan adalah peningkatan intensitas tanam. Intensitas tanam yang tinggi melalui pengaturan pola tanam merupakan tindakan konservasi vegetatif yang sangat dianjurkan. Tetutupnya lahan sepanjang tahun, akan mengurangi erosi (run off berkurang, infiltrasi air hujan meningkat) serta menghasilkan limbah tanaman pangan untuk menambah bahan organik tanah (Effendi, 1987). Budidaya lorong adalah upaya pemanfaatan lahan dengan tanaman tahunan dan tanaman semusim. Tanaman semusim ditanam di lorong tanaman pagar yang umumnya berupa famili kacang-kacangan (Kang, Wilson dan Lowson, 1984). Tanaman pagar berfungsi sebagai penahan erosi dan penghasil bahan organik yang dapat meningkatkan produktivitas lahan (IPB, 1987) 4. Seleksi Tanaman Adaptif Pada Kondisi Cekaman Lingkungan Masalah mendasar dan tantangan berat yang harus dihadapi pada lahan kritis adalah bagaimana mengubah lahan tersebut menjadi lahan
  • 10. produktif dan bagaimana menghambat agar lahan kritis tidak semakin meluas. Karena itu berbagai teknik rehabilitasi dan sistem budidaya yang tepat telah banyak dicobakan pada lahan kritis tersebut. Upaya-upaya yang selama ini dilakukan membutuhkan biaya yang cukup besar dan memerlukan dukungan semua pihak serta perlu dukungan ahli ekofisiologi dan pemulia tanaman untuk menghasilkan varietas tanaman pangan yang adaptif pada lahan kritis yang memiliki karakteristik cekaman lingkungan tertentu (kesuburan rendah, ketersediaan air terbatas/berlebih dan lain-lain). Tanaman pangan adaptif yang dimaksud adalah tanaman yang di satu sisi mampu beradaptasi dan di sisi lain mampu berproduksi secara optimal sehingga dapat diharapkan sebagai penyedia pangan di masa mendatang. Pemuliaan tanaman konvensional akan tetap memegang peranan utama dalam perbaikan varietas. Berbagai kelemahan dan keterbatasan cara ini dapat diatasi dengan bantuan bioteknologi. Secara bertahap, bioteknologi akan dikembangkan untuk mendapatkan atau memindahkan gen tertentu untuk menghasilkan varietas baru dengan sifat-sifat yang diinginkan. Meningkatkan produktivitas melalui rekayasa genetik merupakan suatu keuntungan tambahan dalam perbaikan sifat tanaman sehingga varietas yang dihasilkan diharapkan dapat lebih efisien memanfaatkan hara, tahan terhadap hama dan penyakit serta deraan lingkungan (Manwan, 1993). Informasi mengenai sifat-sifat yang mudah teramati dapat dijadikan penduga bagi sifat yang dituju dalam seleksi tanaman adaptif. Semakin erat hubungan antara sifat penduga dengan sifat yan dituju, maka akan semakin memudahkan proses seleksi. Sifat-sifat yang berperan menentukan adaptif tidaknya suatu tanaman yang ekspresinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh sebab itu fenotipe yang ditemui di lapangan akan sangat beragam. Adapun syarat-syarat seleksi tanaman adaptif terhadap lingkungan
  • 11. kritis adalah tahan terhadap pH tanah rendah, toleran terhadap cekaman air, tahan terhadap defisiensi hara terutama N dan P dan lain-lain. Kesimpulan 1. 1. Lahan kritis dapat ditingkatkan produktivtasnya melalui usahatani koservasi 2. 2. Lahan kritis merupakan pilihan yang lebih bijak dibanding membuka lahan baru (deforestration) 3. 3. Upaya menemukan paket teknologi usahatani konservasi memerlukan dukungan hasil penelitian dari para peneliti 4. 4. Hasil penelitian yang telah ada masih perlu divalidasi pada tingkat onfarm yang bersifat spesifik lokasi agar paket teknologi tersebur dapat diadopsi petani
  • 12. Daftar Pustaka Adjid, D.A. 1993. Kebijaksanaan swasembada dan ketahanan pangan. Proseding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Jakarat/Bogor 23-25 Agustus 1993. p50 – 64. Dariah A. dan A. Rachman. 1989. Pengaruh mulsa hijauan alley cropping terhadap Pertumbuhan dan hasil jagung serta beberapa sifat fisik tanah. Pembahasan Hasil Penelitian Tanah, Cipayung 22-24 Agustus 1989. Evensen, C and R. Joss. 1986. Alley cropping experiment 1985/86 growing season. Tropsoil. Field Research Brief CSR Bogor No. 33: 1-7 Effendi, S., G. Ismail dan G Wibawa, 1986. Pola usahatni konservasi pada lahan keirng podsolik merah kuning. Makalah disampaikan pada lokakarya usahatni konservasi di Lahan Alang-alang. Palembang 11 – 13 Pebruari 1986. 21p FAO and IIRR. 1995. Resource management for upland area in Southeast Asia. Rapa Publication : 1995/12 Hakim, N. 1985. Pemharuh sisa pupuk hijau, kapur, pupuk P dan Mg oada tanah podsolik terhadap produksi jagung. Makalah Seminar Hasil Penelitian Perguruan Tinggi. Bandung, 25-28 Februari 1985. Ditjen Dikti Depdikbud.-15 Desember 1995. Muljadi, D. 1977. Sumberdaya tanah kering, penyebaran dan potensinya untuk kemungkinan budidaya pertanian. Kongres Agronomi, 27-29 Oktober 1977 di Jakarta. Agr. 04:1-16 Pratomo A.G, H. Sembiring, R Hardiyanto, A. Sugiayatno dan B. Supriyono, 2000. Pengkajian rakitan teknologi usahatani konservasi di lahan marginal perbukitan kapur. Proseding Seminar Hasil Penelitian/Pengkajian BPTP Karangploso Shaxson, T.F., N.W. Hudson, D.W. Sander, E.Roose and W.C. Modenhauer. 1989. Land hunsbandry, a frame work for soil and water concervation. Soil and Water Conservation Society. Ankeny, Iowa, USA.
  • 13. Sastrosoedarjo, S. dan N.R Juwita. 1996. Kilas balik semangat kongres PERAGI 1997. Toha H.M. dan Abdurrahman, A. 1991. Penggunaan bahan organik pada pola tanam lahan kering di tanah vulkanik eutropept laboratotoirum lapangan uangaran, semarang. Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertatanian . Departemen Pertanian. 1991. gembangan dan