SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  14
yat-ayat Al Qur’an Tentang Kewajiban Anak-Anak
Terhadap Orang Tua (Bag-1)
18/06/2011 Hak & Kewajiban No comments




Sebagai pedoman hidup seorang muslim, Al Qur‟an telah memberikan petunjuk tentang apa
saja kewajiban anak-anak kepada orang tuanya. Dinyatakan setidaknya ada 5 hal yang
menjadi kewajiban utama anak-anak kepada orang tua; entah anak tersebut belum
berkeluarga ataupun telah berkeluarga dan telah berperan sebagai orang tua juga. Kelima hal
tersebut adalah taat kepada orang tua, mendo‟akan orang tua, berbakti kepada orang tua,
memberi nafkah, dan menasehati orang tua.

1. Taat kepada orang tua

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu
menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di
antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
(Q.S At Taubah, 9:23)

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Q.S Al Israa‟,
17:23)

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa‟, 17:24)

“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-
lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S Al
„Ankabuut, 29:8)

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan”. (Q.S Luqman, 31:15)

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar.” (Q.S Ash Shaafaat, 37:102)

2. Mendo’akan orang tua

“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin
pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (Q.S Ibrahim, 14:41)

“…”Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa‟, 17:24)

“…”Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu
kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (Q.S Maryam, 19:47)

“dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang
yang sesat, (Q.S Asy Syu‟araa‟, 26:86)

“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman
dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan
bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” (Q.S Nuh, 71:28)

             Pengaruh Orang Tua Terhadap Sikap & Perilaku Anak

             4:33 pm By Kang Adiib

             Orang tua memang memiliki pengaruh besar terhadap sikap dan perilaku anak-
             anaknya karena orang tualah yang paling sering berinteraksi dengan anak-anak
             sehingga merekalah yang akan menjadi teladan Read More »
Orang Tua dan Anak dalam Ayat-ayat Suci Al Qur’an




Melalui ayat-ayatnya, Al-Qur‟an yang suci sering mengingatkan kita sebagai anak untuk
berbuat baik dan berbakti kepada orang tua kita dan menunjukkan kebaikan dalam berbagai
bentuk kepada mereka. Tentu saja ini merupakan sebuah tantangan besar bagi kita sebagai
manusia yang memiliki sifat ceroboh dan pelupa.

Bagaimanapun, kita harus tetap mencoba berusaha sebaik mungkin untuk menghormati
kedua orang tua kita, sebagaimana kita mengharapkan anak-anak kita mau menerima dan
menghormati kita sebagai orang tua mereka.

Mari kita sama-sama untuk merenungkan ayat-ayat berikut, di mana Allah SWT telah
memerintahkan kita untuk selalu berbakti kepada orang tua kita dan menunjukkan kebaikan
kepada mereka.

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri,” (Q.S. An Nisaa, 4: 36).

“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang
ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami
akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi,
dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar.” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya
kamu memahami(nya)”. (Q.S. Al-An‟am, 6: 151).

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Q.S Al Israa,
17:23).
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa, 17:24)

“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-
lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Q.S. Al-
Ankabut, 29:8).

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S Luqman, 31:14).

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah
dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku
untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan
kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat
kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Q.S Al-
Ahqaf, 46:15).
Memperhatikan Anak Setelah Lahir
Memperhatikan anak setelah lahir merupakan kewajiban lain dari orang tua. Secara logika
saja hal tersebut tentu sangat bisa diterima, mengingat jika bukan orang tua, lantas siapa lagi
yang akan memperhatikan anak setelah dia terlahir ke dunia ini ? Dalam islam, setelah
kelahiran anak dianjurkan bagi orangtua atau wali dan orang di sekitamya melakukan hal-hal
sebagai berikut :

1. Menyampaikan kabar gembira dan ucapan selamat atas kelahiran.

Begitu melahirkan, sampaikanlah kabar gembira ini kepada keluarga dan sanak famili,
sehingga semua akan bersuka cita dengan berita gembira ini. Firman Allah ‟Azza Wa Jalla
tentang kisah Nabi Ibrahim ‟Alaihissalam bersama malaikat :

“Dan isterinya berdiri (di balik tirai lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya
berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari lshaq (akan lahir puteranya) Ya‟qub”.(Surah
Hud : 71).

Dan firman Allah tentang kisah Nabi Zakariya ‟Alaihissalam :

“Kemudian malaikat Jibril memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di
mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah mengembirakan kamu dengan kelahiran (seorang
puteramu ) Yahya”. (Ali Imran: 39).

Adapun tahni‟ah (ucapan selamat), tidak ada nash khusus dari Rasul dalam hal ini, kecuali
apa yang disampaikan Aisyah Radhiyallahu ‟Anha : “Rasulullah Shallallahu ‟alaihi wasalam
apabila dihadapkan kepada beliau anak-anak bayi, maka beliau mendo‟akan keberkahan bagi
mereka dan mengolesi langit-langit mulutnya (dengan korma atau madu )” (Hadits riwayat
Muslim dan Abu Dawud).

2. Menyerukan adzan di telinga bayi.

Abu Rafi‟ Radhiyallahu ‟Anhu menuturkan:”Aku melihat Rasulullah memperdengarkan
adzan pada telinga Hasan bin Ali ketika dilahirkan Fatimah” (Hadits riwayat Abu Dawud dan
At Tirmidzi).

Hikmahnya,Wallahu A‟lam, supaya adzan yang berisi pengagungan Allah dan dua kalimat
syahadat itu merupakan suara yang pertama kali masuk ke telinga bayi. Juga sebagai perisai
bagi anak, karena adzan berpengaruh untuk mengusir dan menjauhkan syaitan dari bayi yang
baru lahir, yang ia senantiasa berupaya untuk mengganggu dan mencelakakannya.

3. Tahnik (Mengolesi langit-langit mulut).

Termasuk sunnah yang seyogianya dilakukan pada saat menerima kelahiran bayi adalah
tahnik, yaitu melembutkan sebutir korma dengan dikunyah atau menghaluskannya dengan
cara yang sesuai lalu dioleskan di langit-langit mulut bayi. Caranya, dengan menaruh
sebagian korma yang sudah lembut di ujung jari lain dimasukkan ke dalam mulut bayi dan
digerakkan dengan lembut ke kanan dan ke kiri sampai merata. Jika tidak ada korma, maka
diolesi dengan sesuatu yang manis (seperti madu atau gula). Abu Musa menuturkan : “Ketika
aku dikaruniai seorang anak laki-laki, aku datang kepada Nabi, maka beliau menamainya
Ibrahim, mentahniknya dengan korma dan mendo‟akan keberkahan baginya, kemudian
menyerahkan kepadaku”.

Tahnik mempunyai pengaruh kesehatan sebagaimana dikatakan para dokter. Dr. Faruq
Masahil dalam tulisan beliau yang dimuat majalah Al Ummah, Qatar, edisi 50, menyebutkan:
“Tahnik dengan ukuran apapun merupakan mu‟jizat Nabi dalam bidang kedokteran selama
empat belas abad, agar umat manusia mengenal tujuan dan hikmah di baliknya. Para dokter
telah membuktikan bahwa semua anak kecil (terutama yang baru lahir dan menyusu)
terancam kematian, kalau terjadi salah satu dari dua hal : (a) Jika kekurangan jumlah gula
dalam darah (karena kelaparan); (b) Jika suhu badannya menurun ketika kena udara dingin di
sekelilingnya.”‟

4. Memberi nama.

Termasuk hak seorang anak terhadap orangtua adalah memberi nama yang baik.
Diriwayatkan dari Wahb Al Khats‟ami bahwa Rasulullah bersabda:

“Pakailah nama nabi-nabi, dan nama yang amat disukai Allah Ta‟ala yaitu Abdullah dan
Abdurrahman, sedang nama yang paling manis yaitu Harits dan Hammam, dan nama yang
sangat jelek yaitu Harb dan Murrah” ( HR.Abu Daud An Nasa‟i). Pemberian nama
merupakan hak bapak.Tetapi boleh baginya menyerahkan hal itu kepada ibu. Boleh juga
diserahkan kepada kakek, nenek,atau selain mereka. Rasulullah merasa optimis dengan
nama-nama yang baik. Disebutkan Ibnul Qayim dalam Tuhfaful Wadttd bi Ahkami Maulud,
bahwa Rasulullah Shallallahu ‟alaihi wasalam tatkala melihat Suhail bin Amr datang pada
hari Perjanjian Hudaibiyah beliau bersabda: “Semoga mudah urusanmu”. Dalam suatu
perjalanan beliau mendapatkan dua buah gunung, lain beliau bertanya tentang namanya.
Ketika diberitahu namanya Makhez dan Fadhih, beliaupun berbelok arah dan tidak
melaluinya.( Ibnu Qayim Al Jauziyah, Tuhfatul Wadud, hal. 41.)

Termasuk tuntunan Nabi mengganti nama yang jelek dengan nama yang baik. Beliau pernah
mengganti nama seseorang ‟Ashiyah dengan Jamilah, Ashram dengan Zur‟ah. Disebutkan
oleh Abu Dawud dalam kitab Sunan :”Nabi mengganti nama ‟Ashi, ‟Aziz, Ghaflah, Syaithan,
Al Hakam dan Ghurab. Beliau mengganti nama Syihab dengan Hisyam, Harb dengan Aslam,
Al Mudhtaji‟ dengan Al Munba‟its, Tanah Qafrah (Tandus) dengan Khudrah (Hijau),
Kampung Dhalalah (Kesesatan) dengan Kampung Hidayah (Petunjuk), dan Banu Zanyah
(Anak keturunan haram) dengan Banu Rasydah (Anak keturunan balk).” (Ibid)

5. Aqiqah.

Yaitu kambing yang disembelih untuk bayi pada hari ketujuh dari kelahirannya. Berdasarkan
hadits yang diriwayatkan Salman bin Ammar Adh Dhabbi, katanya: Rasulullah bersabda :
“Setiap anak membawa aqiqah, maka sembelihlah untuknya dan jauhkanlah gangguan
darinya” (HR. Al Bukhari.).

Dari Aisyah Radhiyallahu ‟Anha,bahwaRasulullah bersabda:

“Untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sebanding, sedang untuk anak perempuan
seekor kambing” (HR. Ahmad dan Turmudzi).
Aqiqah merupakah sunnah yang dianjurkan. Demikian menurut pendapat yang kuat dari para
ulama. Adapun waktu penyembelihannya yaitu hari ketujuh dari kelahiran. Namun, jika tidak
bisa dilaksanakan pada hari ketujuh boleh dilaksanakan kapan saja, Wallahu A‟lam.
Ketentuan kambing yang bisa untuk aqiqah sama dengan yang ditentukan untuk kurban. Dari
jenis domba berumur tidak kurang dari 6 bulan, sedang dari jenis kambing kacang berumur
tidak kurang dari 1 tahun, dan harus bebas dari cacat.

6. Mencukur rambut bayi dan bersedekah perak seberat timbangannya.

Hal ini mempunyai banyak faedah, antara lain: mencukur rambut bayi dapat memperkuat
kepala, membuka pori-pori di samping memperkuat indera penglihatan, pendengaran dan
penciuman. (Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Auladfil Islam, juz 1.) Bersedekah perak
seberat timbangan rambutnya pun mempunyai faedah yang jelas. Diriwayatkan dari Ja‟far bin
Muhammad, dari bapaknya, katanya: “Fatimah Radhiyalllahu ‟anha menimbang rambut
Hasan, Husein, Zainab dan Ummu Kaltsum; lalu ia mengeluarkan sedekah berupa perak
seberat timbangannya (HR. Imam Malik dalam Al Muwaththa‟)

7. Khitan.

Yaitu memotong kulup atau bagian kulit sekitar kepala zakar pada anak laki-laki, atau bagian
kulit yang menonjol di atas pintu vagina pada anak perempuan. Diriwayatkan dari Abu
Hurairah Radhiyallahu ‟Anhu bahwa Rasulullah bersabda:

“Fitrah itu lima: khitan, mencukur rambut kemaluan, memendekkan kumis, memotong kuku,
mencabut bulu ketiak” (HR. Al-bukhari, Muslim). Khitan wajib hukumnya bagi kaum pria,
dan rnustahab (dianjurkar) bagi kaum wanita.WallahuA‟lam. Inilah beberapa etika terpenting
yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh orangtua atau pada saat-saat pertama dari
kelahiran anak. Namun, di sana ada beberapa kesalahan yang terjadi pada saat menunggu
kedatangannya Secara singkat, antara lain:

       Membacakan ayat tertentu dari Al Qur‟an untuk wanita yang akan melahirkan; atau
       menulisnya lalu dikalungkan pada wanita, atau menulisnya lalu dihapus dengan air
       dan diminumkan kepada wanita itu atau dibasuhkan pada perut danfarji
       (kemaluan)nya agar dimudahkan dalam melahirkan. ltu semua adalah batil, tidak ada
       dasamya yang shahih dari Rasulullah, Akan tetapi bagi wanita yang sedang menahan
       rasa sakit karena melahirkan wajib berserah diri kepada Allah agar diringankan dari
       rasa sakit dan dibebaskan dari kesulitannya Dan ini tidak bertentangan dengan ruqyah
       yang disyariatkan.
       Menyambut gembira dan merasa senang dengan kelahiran anak laki-laki, bukan anak
       perempuan. Hal ini termasuk adat Jahiliyah yang dimusuhi Islam. Firman Allah yang
       berkenaan dengan mereka :

“Apabila seseorang dari merea diberi kabar dengan (kelahiran) anak, perempuan, hitamlah
(merah padamlah) matanya, dan dia sangat marah; ia menyembunyikan dirinya dari orang
banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan padanya. Apakah dia akan
memeliharannya dengan menanggumg kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam
tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang telah mereka lakukan itu”.
(Surah An Nahl : 58-59).
Mungkin ada sebagian orang bodoh yang bersikap berlebihan dalam hal ini dan memarahi
isterinya karena tidak melahirkan kecuali anak perempuan. Mungkin pula menceraikan
isterinya karena hal itu, padahal kalau dia menggunakan akalnya, semuanya berada di tangan
Allah ‟Azza wa jalla. Dialah yang memberi dan menolak.

Firman-Nya : “Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak
perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa
yang Dia kehendaki atau Dia menganugerahkan kepada siapa yang dia kehendaki-Nya, dan
dia menjadikan Mandul siapa yang Dia kehendaki. . . ” (Surah Asy Syura :49-50).

Semoga Allah memberikan petunjuk kepada seluruh kaum Muslimin.

       Menamai anak dengan nama yang tidak pantas. Misalnya, nama yang bermakna jelek,
       atau nama orang-orang yang menyimpang seperti penyanyi atau tokoh kafir. Padahal
       menamai anak dengan nama yang baik merupakan hak anak yang wajib atas
       walinya.Termasuk kesalahan yang berkaitan dengan pemberian nama, yaitu
       ditangguhkan sampai setelah seminggu. Tidak menyembelih aqiqah untuk anak
       padahal mampu melakukannya. Aqiqah merupakan tuntunan Nabi Shallallahu ‟alaihi
       wasalam, dan mengikuti tuntunan beliau adalah sumber segala kebaikan. Tidak
       menetapi jumlah bilangan yang ditentukan untuk aqiqah. Ada yang mengundang
       untuk acara aqiqah semua kenalannya dengan menyembelih 20 ekor kambing, ini
       merupakan tindakan berlebihan yang tidak disyariatkan. Ada pula yang kurang dari
       jumlah bilangan yang ditentukan, dengan menyembelih hanya seekor kambing untuk
       anak iaki-laki, inipun menyalahi yang disyariatkan. Maka hendaklah kita menetapi
       sunnah Rasul Shallallahu ‟alaihi wasalam tanpa menambah ataupun mengurangi.
       Menunda khitan setelah akil baligh.Tradisi ini dulu terjadi pada beberapa suku,
       seorang anak dikhitan sebelum kawin dengan cara yang biadab di hadapan orang
       banyak. Itulah sebagian kesalahan, dan masih banyak lainnya. Semoga cukup bagi
       kita dengan menyebutkan etika dan tata cara yang dituntunkan ketika menerima
       kelahiran anak. Karena apapun yang bertentangan dengan hal-hal tersebut, termasuk
       kesalahan yang tidak disyariatkan. (Disarikan dari kitab Adab Istiqbal al Maulud fil
       Islam, oleh ustadz Yusuf Abdullah al Arifi).
Terperangkap Dalam Goa
19/03/2011 Kisah No comments




Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari Muslim dikisahkan, ada tiga orang pemuda pergi
hendak beribadah kepada Allah. Di tengah jalan hujan turun sangat deras. Lalu merekapun
berlindung ke dalam sebuah gua. Tiba-tiba jatuh sebuah batu sangat besar persis di mulut
gua. Ketiga pemuda itu akhirnya terkurung, tidak dapat keluar.

Sebagian dari mereka berkata kepada yang lainnya, “Wahai hamba Allah, demi Allah, tidak
ada yang dapat menyelamatkan kita sekarang ini kecuali Allah Swt. Barangkali ada amal
paling baik yang pernah kita lakukan yang dapat kita kemukakan kepada-Nya untuk
menyelamatkan kita dari musibah ini”.

Salah seorang dari mereka lalu berkata, “Ya Allah, saya pernah tertarik oleh seorang wanita
yang sangat cantik. Karena saya punya kekuasaan dan keleluasaan, lalu saya bayar wanita itu
dengan harga yang dikehendakinya. Ketika kami sudah berduaan dan saya punya kesempatan
untuk berbuat zina, tiba-tiba saya ingat siksa-Mu ya Allah, lalu saya batalkan niat buruk itu.
Ya Allah, seandainya apa yang saya perbuat itu baik menurut-Mu, tolong geserkan batu besar
yang menghalangi mulut gua ini.”

Selesai pemuda itu bicara, tiba-tiba batu besar yang menutupi mulut gua itu bergeser sedikit,
tapi mereka belum dapat keluar.

Lalu pemuda yang nomor dua berkata, “Ya Allah, saya pernah mempekerjakan sekelompok
orang dengan upah masing-masing setengah dirham. Ketika mereka selesai bekerja, saya
bayar langsung upahnya. Tiba-tiba ada salah seorang yang menolak mengambil upah itu,
karena ia merasa mengerjakan dua pekerjaan sekaligus. Ia hanya mau diupah sebesar satu
dirham. Karena tidak terima dengan upahnya, orang itu lalu pergi begitu saja tanpa
mengambil upahnya terlebih dahulu.

Sepeninggal orang itu, saya kembangkan uangnya yang setengah dirham itu sehingga
menghasilkan banyak keuntungan. Suatu hari orang tadi datang dan meminta upahnya yang
setengah dirham itu. Lalu saya berikan kepadanya 10 ribu dirham dari laba uangnya yang
setengah dirham itu. Orang tadi kaget dan mengatakan: “Jangan bercanda kamu, upah saya
dulu bukan sebesar ini tapi hanya setengah dirham”. Lalu saya jelaskan, bahwa uangnya yang
setengah dirham itu telah saya kembangkan sehingga terus bertambah sampai sebanyak ini.
Setelah dijelaskan, diapun mengambilnya dengan penuh bahagia dan rasa syukur. Ya Allah,
Eukau Maha Tahu, saya melakukan itu semata-mata karena mengharapkan ridho-Mu. Ya
Allah, jika apa yang saya lakukan itu baik menurutMu, tolong angkat batu yang menghalangi
tempat keluar kami ini.”

Lalu batu itu bergeser kembali, namun mereka tetap belum dapat keluar.

Pemuda yang satunya lagi lalu berkata, “ya Allah, kedua orang tua saya sudah sangat tua.
Meski demikian, saya sangat menyayangi keduanya dan saya tidak pernah minum atau
makan sebelum keduanya minum dan makan. Suatu hari saya bawakan sebotol air susu untuk
keduanya namun mereka sedang tidur lelap. Saya tidak berani membangunkannya, lalu saya
tunggu lama sampai keduanya bangun. Meski anak saya menangis meminta susu itu, namun
saya tidak memberikannya sebelum kedua orang tua saya meminumnya terlebih dahulu.
Begitu Keduanya bangun, saya langsung meminumkannya.

Ya Allah, Eukau Maha Tahu, apa yang saya perbuat itu semata-mata karena mengharap
ridha-Mu, tolong angkat batu ini supaya kami dapat keluar”. Akhirnya batu itu bergeser
kembali sehingga merekapun dapat keluar dengan selamat. (HR.Bukhari dan Muslim).
Siksa Kubur Karena Durhaka Pada Orang Tua
25/03/2011 Kisah No comments




Durhaka kepada orang tua merupakan sebuah perilaku yang dilarang oleh Islam, bahkan
boleh jadi oleh seluruh agama di dunia ini. Banyak sudah kisah-kisah tentang balasan
mengerikan bagi anak-anak yang berbuat durhaka kepada orang tuanya. Dan berikut sebuah
riwayat tentang seorang anak yang mendapatkan siksa kubur akibat durhaka kepada orang
tuanya.

Suatu hari Rasulullah Saw bersama dengan Ali bin Abi Thalib, Fatimah az-Zahra, Imam
Hasan dan Imam Husain pergi melewati kuburan Baqi‟. Tiba-tiba Rasulullah dan keluarganya
mendengar teriakan dan meminta pertolongan dari salah satu kuburan di sana.

Rasulullah Saw kemudian mendekati kuburan tersebut sambil berkata: “Wahai hamba Allah,
dengan idzin Allah, keluarkan kepalamu!”.

Tiba-tiba, kuburan tersebut terbelah dan keluarlah mayat seorang pemuda dengan muka yang
sangat hitam dan seluruh tubuhnya diikat dengan tali-tali dan rantai besi.

Rasulullah Saw kemudian bersabda: “Celaka kamu, apa yang telah kamu perbuat di dunia
dahulu?”.

Pemuda itu menjawab: “Wahai Rasulullah, ibu saya tidak meridhai saya”.

Rasulullah Saw bertanya kembali: “Memangnya apa yang telah kamu perbuat kepadanya?”.

Pemuda itu menjawab: “Suatu hari ketika masuk ke rumah, isteri saya mengadu bahwa ibu
saya telah memperlakukannya kurang baik. Saat itu ibu saya sedang duduk di depan tungku
sedang memasak roti. Tanpa berpikir panjang, tiba-tiba saya berpihak kepada isteri saya dan
akhirnya saya pegang tubuh ibu lalu saya lemparkan ke dalam tungku.

Mendengar kegaduhan di dalam rumah, para tetangga akhirnya datang dan mencoba
mengeluarkan ibu saya yang sudah berada di dalam tungku. Akan tetapi meski tetangga dapat
mengeluarkannya, namun salah satu tangan dan buah dada ibu saya telah terbakar. Ibu saya
kemudian mengangkat buah dadanya yang sudah terbakar itu ke atas langit sambil berdoa:
“Ya Allah, Engkau adalah wakilku. Balaslah apa yang telah diperbuatnya kepadaku”.
Wahai Rasulullah, setelah ibu saya berdoa tadi, umur saya tidak lebih dari tiga hari dan kini
saya disiksa di dalam kubur. Saya selalu menunggu kedatanganmu agar Anda mendoakan
dan memohonkan ampun atas dosa saya tadi”.

Rasulullah Saw kemudian bersabda kepada para sahabatnya: “Hadirkan ibu pemuda ini
karena doa itu tidak akan dikabulkan tanpa ada keridhaan dari ibunya”

Para sahabat kemudian menghadirkan ibu pemuda tadi.

Setelah berada di hadapan, Rasulullah Saw kemudian bersabda: “Ibu, maafkanlah dosa
anakmu itu karena kini ia sedang disiksa di dalam kubur”.

Ibunya berkata: “Tidak, saya tidak akan memaafkannya”.

Rasulullah Saw kemudian bersabda kembali: “Kalau demikian anak ibu akan terus-terusan
disiksa di dalam kuburnya. Apakah ibu tidak merasa kasihan kepadanya?”.

Setelah berpikir panjang, akhirnya ibu tadi memaafkan dosa anaknya itu. Rasulullah Saw
kemudian bersabda kembali: “Mengapa tadi ibu tidak memaafkannya dan kini
memaafkannya?”.

Ibu itu menjawab: “Tadinya saya tidak mau memaafkannya hanya saja saya melihat pintu-
pintu langit terbuka, kemudian saya melihat para malaikat sedang menyeret dan mencambuk
putra saya dengan pecut-pecut dan rantai yang dipenuhi dengan api. Saya tidak tega melihat
itu, dan akhirnya saya memaafkannya”.

Setelah ibunya memaafkan, kuburan pemuda itu akhirnya menjadi sepi dan tidak terdengar
teriakan lagi. (Kisah ini diambil dari Miftahul Janah: Qishash Haulal Umm).
Ditelan Bumi Karena Durhaka Kepada Orang Tua
27/03/2011 Kisah No comments




Dibawah ini adalah sebuah kisah inspiratif mengenai seorang anak yang durhaka kepada
orang tuanya. Kisah ini sengaja disampaikan untuk sekedar mengingatkan kembali kita
semua bahwa perilaku durhaka kepada orang tua pada akhirnya hanya akan berbuah
kesengsaraan dan azab bagi pelakunya. Terlepas dari benar-tidaknya kisah ini, yang pasti
pesannya adalah bahwa kita tidak boleh berbuat durhaka kepada kedua orang tua kita.

Salah seorang ulama Bashrah pernah berkisah: “Suatu hari, saya bermaksud melaksanakan
ibadah haji. Di tengah perjalanan menuju Mekkah tiba-tiba saya bertemu dengan seorang
pemuda yang membawa sebuah tongkat dan sebuah tempat air minum yang terbuat dari kulit
binatang. Ketika hendak menghampirinya, tiba-tiba ia menjerit dan berteriak kemudian ia
tenggelam dan ditelan oleh tanah sementara yang tersisa hanyalah tongkat dan tempat air
minumnya.

Saya hampir tidak percaya dengan apa yang telah terjadi dan yang baru saja disaksikan, lalu
saya bertanya-tanya: “Ada apa? Mengapa bumi menelan pemuda tadi?”.

Di tengah rasa heran tersebut, tiba-tiba saya melihat seorang kakek-kakek sudah sangat tua
sedang menuju ke arah di mana saya berdiri.

Begitu mendekat, ia bertanya: “Apakah anda melihat seorang pemuda yang membawa sebuah
tongkat dan tempat air minum?”

“Ya, saya melihatnya dan tongkat serta tempat air minum ini adalah miliknya”, jawab saya
sambil menunjuk tongkat dan tempat air minum yang masih tergeletak tidak jauh dari tempat
tertelannya pemuda tadi.

Kakek itu kemudain bertanya kembali: “Apakah ia telah ditelah oleh bumi?”.

“Ya, siapa yang menghabarkan kejadian tersebut kepada Tuan?”, tanyaku penuh rasa heran.

Kakek itu kembali berkata: “Pemuda itu adalah anak saya, hanya saja dia anak yang durhaka.
Saya seringkali dibuatnya kesal sehingga saya betul-betul membencinya. Suatu hari dia pergi
meninggalkan Bahsrah tanpa memohon ijin terlebih dahulu. Saya kemudian berdoa, semoga
Allah tidak memisahkan dia dari negeri Bashrah dan semoga dia ditelan bumi. Dan kini
ternyata, Allah telah mengabulkan doa saya”.
Saya hanya diam dan memperhatikan kisahnya. Dalam hati saya berkata: “Sungguh manjur
do‟a orang tua itu, maka berhati-hatilah terhadapnya”. (Diambil dari buku Mashabih al-
Qulub). Wallahu ‘alam.

Contenu connexe

En vedette (6)

AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA DAN MURID TERHADAP GURU
AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA DAN MURID TERHADAP GURUAKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA DAN MURID TERHADAP GURU
AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA DAN MURID TERHADAP GURU
 
Hadits Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Hadits Berbakti Kepada Kedua Orang TuaHadits Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Hadits Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
 
Silabus Kelas IX Semester 1
Silabus Kelas IX Semester 1Silabus Kelas IX Semester 1
Silabus Kelas IX Semester 1
 
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Kelas XI (buku guru)
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Kelas XI (buku guru)Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Kelas XI (buku guru)
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Kelas XI (buku guru)
 
Fiqih qurban dan aqiqoh
Fiqih qurban dan aqiqohFiqih qurban dan aqiqoh
Fiqih qurban dan aqiqoh
 
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI (Buku Siswa)
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI (Buku Siswa)Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI (Buku Siswa)
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI (Buku Siswa)
 

Ayat ayat al qur'an tentang

  • 1. yat-ayat Al Qur’an Tentang Kewajiban Anak-Anak Terhadap Orang Tua (Bag-1) 18/06/2011 Hak & Kewajiban No comments Sebagai pedoman hidup seorang muslim, Al Qur‟an telah memberikan petunjuk tentang apa saja kewajiban anak-anak kepada orang tuanya. Dinyatakan setidaknya ada 5 hal yang menjadi kewajiban utama anak-anak kepada orang tua; entah anak tersebut belum berkeluarga ataupun telah berkeluarga dan telah berperan sebagai orang tua juga. Kelima hal tersebut adalah taat kepada orang tua, mendo‟akan orang tua, berbakti kepada orang tua, memberi nafkah, dan menasehati orang tua. 1. Taat kepada orang tua “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (Q.S At Taubah, 9:23) “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Q.S Al Israa‟, 17:23) “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa‟, 17:24) “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku- lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S Al „Ankabuut, 29:8) “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
  • 2. hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Q.S Luqman, 31:15) “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Q.S Ash Shaafaat, 37:102) 2. Mendo’akan orang tua “Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (Q.S Ibrahim, 14:41) “…”Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa‟, 17:24) “…”Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (Q.S Maryam, 19:47) “dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat, (Q.S Asy Syu‟araa‟, 26:86) “Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” (Q.S Nuh, 71:28) Pengaruh Orang Tua Terhadap Sikap & Perilaku Anak 4:33 pm By Kang Adiib Orang tua memang memiliki pengaruh besar terhadap sikap dan perilaku anak- anaknya karena orang tualah yang paling sering berinteraksi dengan anak-anak sehingga merekalah yang akan menjadi teladan Read More »
  • 3. Orang Tua dan Anak dalam Ayat-ayat Suci Al Qur’an Melalui ayat-ayatnya, Al-Qur‟an yang suci sering mengingatkan kita sebagai anak untuk berbuat baik dan berbakti kepada orang tua kita dan menunjukkan kebaikan dalam berbagai bentuk kepada mereka. Tentu saja ini merupakan sebuah tantangan besar bagi kita sebagai manusia yang memiliki sifat ceroboh dan pelupa. Bagaimanapun, kita harus tetap mencoba berusaha sebaik mungkin untuk menghormati kedua orang tua kita, sebagaimana kita mengharapkan anak-anak kita mau menerima dan menghormati kita sebagai orang tua mereka. Mari kita sama-sama untuk merenungkan ayat-ayat berikut, di mana Allah SWT telah memerintahkan kita untuk selalu berbakti kepada orang tua kita dan menunjukkan kebaikan kepada mereka. “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (Q.S. An Nisaa, 4: 36). “Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya)”. (Q.S. Al-An‟am, 6: 151). “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Q.S Al Israa, 17:23).
  • 4. “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa, 17:24) “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku- lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Q.S. Al- Ankabut, 29:8). “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S Luqman, 31:14). “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Q.S Al- Ahqaf, 46:15).
  • 5. Memperhatikan Anak Setelah Lahir Memperhatikan anak setelah lahir merupakan kewajiban lain dari orang tua. Secara logika saja hal tersebut tentu sangat bisa diterima, mengingat jika bukan orang tua, lantas siapa lagi yang akan memperhatikan anak setelah dia terlahir ke dunia ini ? Dalam islam, setelah kelahiran anak dianjurkan bagi orangtua atau wali dan orang di sekitamya melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Menyampaikan kabar gembira dan ucapan selamat atas kelahiran. Begitu melahirkan, sampaikanlah kabar gembira ini kepada keluarga dan sanak famili, sehingga semua akan bersuka cita dengan berita gembira ini. Firman Allah ‟Azza Wa Jalla tentang kisah Nabi Ibrahim ‟Alaihissalam bersama malaikat : “Dan isterinya berdiri (di balik tirai lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari lshaq (akan lahir puteranya) Ya‟qub”.(Surah Hud : 71). Dan firman Allah tentang kisah Nabi Zakariya ‟Alaihissalam : “Kemudian malaikat Jibril memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah mengembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu ) Yahya”. (Ali Imran: 39). Adapun tahni‟ah (ucapan selamat), tidak ada nash khusus dari Rasul dalam hal ini, kecuali apa yang disampaikan Aisyah Radhiyallahu ‟Anha : “Rasulullah Shallallahu ‟alaihi wasalam apabila dihadapkan kepada beliau anak-anak bayi, maka beliau mendo‟akan keberkahan bagi mereka dan mengolesi langit-langit mulutnya (dengan korma atau madu )” (Hadits riwayat Muslim dan Abu Dawud). 2. Menyerukan adzan di telinga bayi. Abu Rafi‟ Radhiyallahu ‟Anhu menuturkan:”Aku melihat Rasulullah memperdengarkan adzan pada telinga Hasan bin Ali ketika dilahirkan Fatimah” (Hadits riwayat Abu Dawud dan At Tirmidzi). Hikmahnya,Wallahu A‟lam, supaya adzan yang berisi pengagungan Allah dan dua kalimat syahadat itu merupakan suara yang pertama kali masuk ke telinga bayi. Juga sebagai perisai bagi anak, karena adzan berpengaruh untuk mengusir dan menjauhkan syaitan dari bayi yang baru lahir, yang ia senantiasa berupaya untuk mengganggu dan mencelakakannya. 3. Tahnik (Mengolesi langit-langit mulut). Termasuk sunnah yang seyogianya dilakukan pada saat menerima kelahiran bayi adalah tahnik, yaitu melembutkan sebutir korma dengan dikunyah atau menghaluskannya dengan cara yang sesuai lalu dioleskan di langit-langit mulut bayi. Caranya, dengan menaruh sebagian korma yang sudah lembut di ujung jari lain dimasukkan ke dalam mulut bayi dan digerakkan dengan lembut ke kanan dan ke kiri sampai merata. Jika tidak ada korma, maka diolesi dengan sesuatu yang manis (seperti madu atau gula). Abu Musa menuturkan : “Ketika
  • 6. aku dikaruniai seorang anak laki-laki, aku datang kepada Nabi, maka beliau menamainya Ibrahim, mentahniknya dengan korma dan mendo‟akan keberkahan baginya, kemudian menyerahkan kepadaku”. Tahnik mempunyai pengaruh kesehatan sebagaimana dikatakan para dokter. Dr. Faruq Masahil dalam tulisan beliau yang dimuat majalah Al Ummah, Qatar, edisi 50, menyebutkan: “Tahnik dengan ukuran apapun merupakan mu‟jizat Nabi dalam bidang kedokteran selama empat belas abad, agar umat manusia mengenal tujuan dan hikmah di baliknya. Para dokter telah membuktikan bahwa semua anak kecil (terutama yang baru lahir dan menyusu) terancam kematian, kalau terjadi salah satu dari dua hal : (a) Jika kekurangan jumlah gula dalam darah (karena kelaparan); (b) Jika suhu badannya menurun ketika kena udara dingin di sekelilingnya.”‟ 4. Memberi nama. Termasuk hak seorang anak terhadap orangtua adalah memberi nama yang baik. Diriwayatkan dari Wahb Al Khats‟ami bahwa Rasulullah bersabda: “Pakailah nama nabi-nabi, dan nama yang amat disukai Allah Ta‟ala yaitu Abdullah dan Abdurrahman, sedang nama yang paling manis yaitu Harits dan Hammam, dan nama yang sangat jelek yaitu Harb dan Murrah” ( HR.Abu Daud An Nasa‟i). Pemberian nama merupakan hak bapak.Tetapi boleh baginya menyerahkan hal itu kepada ibu. Boleh juga diserahkan kepada kakek, nenek,atau selain mereka. Rasulullah merasa optimis dengan nama-nama yang baik. Disebutkan Ibnul Qayim dalam Tuhfaful Wadttd bi Ahkami Maulud, bahwa Rasulullah Shallallahu ‟alaihi wasalam tatkala melihat Suhail bin Amr datang pada hari Perjanjian Hudaibiyah beliau bersabda: “Semoga mudah urusanmu”. Dalam suatu perjalanan beliau mendapatkan dua buah gunung, lain beliau bertanya tentang namanya. Ketika diberitahu namanya Makhez dan Fadhih, beliaupun berbelok arah dan tidak melaluinya.( Ibnu Qayim Al Jauziyah, Tuhfatul Wadud, hal. 41.) Termasuk tuntunan Nabi mengganti nama yang jelek dengan nama yang baik. Beliau pernah mengganti nama seseorang ‟Ashiyah dengan Jamilah, Ashram dengan Zur‟ah. Disebutkan oleh Abu Dawud dalam kitab Sunan :”Nabi mengganti nama ‟Ashi, ‟Aziz, Ghaflah, Syaithan, Al Hakam dan Ghurab. Beliau mengganti nama Syihab dengan Hisyam, Harb dengan Aslam, Al Mudhtaji‟ dengan Al Munba‟its, Tanah Qafrah (Tandus) dengan Khudrah (Hijau), Kampung Dhalalah (Kesesatan) dengan Kampung Hidayah (Petunjuk), dan Banu Zanyah (Anak keturunan haram) dengan Banu Rasydah (Anak keturunan balk).” (Ibid) 5. Aqiqah. Yaitu kambing yang disembelih untuk bayi pada hari ketujuh dari kelahirannya. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Salman bin Ammar Adh Dhabbi, katanya: Rasulullah bersabda : “Setiap anak membawa aqiqah, maka sembelihlah untuknya dan jauhkanlah gangguan darinya” (HR. Al Bukhari.). Dari Aisyah Radhiyallahu ‟Anha,bahwaRasulullah bersabda: “Untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sebanding, sedang untuk anak perempuan seekor kambing” (HR. Ahmad dan Turmudzi).
  • 7. Aqiqah merupakah sunnah yang dianjurkan. Demikian menurut pendapat yang kuat dari para ulama. Adapun waktu penyembelihannya yaitu hari ketujuh dari kelahiran. Namun, jika tidak bisa dilaksanakan pada hari ketujuh boleh dilaksanakan kapan saja, Wallahu A‟lam. Ketentuan kambing yang bisa untuk aqiqah sama dengan yang ditentukan untuk kurban. Dari jenis domba berumur tidak kurang dari 6 bulan, sedang dari jenis kambing kacang berumur tidak kurang dari 1 tahun, dan harus bebas dari cacat. 6. Mencukur rambut bayi dan bersedekah perak seberat timbangannya. Hal ini mempunyai banyak faedah, antara lain: mencukur rambut bayi dapat memperkuat kepala, membuka pori-pori di samping memperkuat indera penglihatan, pendengaran dan penciuman. (Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Auladfil Islam, juz 1.) Bersedekah perak seberat timbangan rambutnya pun mempunyai faedah yang jelas. Diriwayatkan dari Ja‟far bin Muhammad, dari bapaknya, katanya: “Fatimah Radhiyalllahu ‟anha menimbang rambut Hasan, Husein, Zainab dan Ummu Kaltsum; lalu ia mengeluarkan sedekah berupa perak seberat timbangannya (HR. Imam Malik dalam Al Muwaththa‟) 7. Khitan. Yaitu memotong kulup atau bagian kulit sekitar kepala zakar pada anak laki-laki, atau bagian kulit yang menonjol di atas pintu vagina pada anak perempuan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‟Anhu bahwa Rasulullah bersabda: “Fitrah itu lima: khitan, mencukur rambut kemaluan, memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak” (HR. Al-bukhari, Muslim). Khitan wajib hukumnya bagi kaum pria, dan rnustahab (dianjurkar) bagi kaum wanita.WallahuA‟lam. Inilah beberapa etika terpenting yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh orangtua atau pada saat-saat pertama dari kelahiran anak. Namun, di sana ada beberapa kesalahan yang terjadi pada saat menunggu kedatangannya Secara singkat, antara lain: Membacakan ayat tertentu dari Al Qur‟an untuk wanita yang akan melahirkan; atau menulisnya lalu dikalungkan pada wanita, atau menulisnya lalu dihapus dengan air dan diminumkan kepada wanita itu atau dibasuhkan pada perut danfarji (kemaluan)nya agar dimudahkan dalam melahirkan. ltu semua adalah batil, tidak ada dasamya yang shahih dari Rasulullah, Akan tetapi bagi wanita yang sedang menahan rasa sakit karena melahirkan wajib berserah diri kepada Allah agar diringankan dari rasa sakit dan dibebaskan dari kesulitannya Dan ini tidak bertentangan dengan ruqyah yang disyariatkan. Menyambut gembira dan merasa senang dengan kelahiran anak laki-laki, bukan anak perempuan. Hal ini termasuk adat Jahiliyah yang dimusuhi Islam. Firman Allah yang berkenaan dengan mereka : “Apabila seseorang dari merea diberi kabar dengan (kelahiran) anak, perempuan, hitamlah (merah padamlah) matanya, dan dia sangat marah; ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan padanya. Apakah dia akan memeliharannya dengan menanggumg kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang telah mereka lakukan itu”. (Surah An Nahl : 58-59).
  • 8. Mungkin ada sebagian orang bodoh yang bersikap berlebihan dalam hal ini dan memarahi isterinya karena tidak melahirkan kecuali anak perempuan. Mungkin pula menceraikan isterinya karena hal itu, padahal kalau dia menggunakan akalnya, semuanya berada di tangan Allah ‟Azza wa jalla. Dialah yang memberi dan menolak. Firman-Nya : “Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki atau Dia menganugerahkan kepada siapa yang dia kehendaki-Nya, dan dia menjadikan Mandul siapa yang Dia kehendaki. . . ” (Surah Asy Syura :49-50). Semoga Allah memberikan petunjuk kepada seluruh kaum Muslimin. Menamai anak dengan nama yang tidak pantas. Misalnya, nama yang bermakna jelek, atau nama orang-orang yang menyimpang seperti penyanyi atau tokoh kafir. Padahal menamai anak dengan nama yang baik merupakan hak anak yang wajib atas walinya.Termasuk kesalahan yang berkaitan dengan pemberian nama, yaitu ditangguhkan sampai setelah seminggu. Tidak menyembelih aqiqah untuk anak padahal mampu melakukannya. Aqiqah merupakan tuntunan Nabi Shallallahu ‟alaihi wasalam, dan mengikuti tuntunan beliau adalah sumber segala kebaikan. Tidak menetapi jumlah bilangan yang ditentukan untuk aqiqah. Ada yang mengundang untuk acara aqiqah semua kenalannya dengan menyembelih 20 ekor kambing, ini merupakan tindakan berlebihan yang tidak disyariatkan. Ada pula yang kurang dari jumlah bilangan yang ditentukan, dengan menyembelih hanya seekor kambing untuk anak iaki-laki, inipun menyalahi yang disyariatkan. Maka hendaklah kita menetapi sunnah Rasul Shallallahu ‟alaihi wasalam tanpa menambah ataupun mengurangi. Menunda khitan setelah akil baligh.Tradisi ini dulu terjadi pada beberapa suku, seorang anak dikhitan sebelum kawin dengan cara yang biadab di hadapan orang banyak. Itulah sebagian kesalahan, dan masih banyak lainnya. Semoga cukup bagi kita dengan menyebutkan etika dan tata cara yang dituntunkan ketika menerima kelahiran anak. Karena apapun yang bertentangan dengan hal-hal tersebut, termasuk kesalahan yang tidak disyariatkan. (Disarikan dari kitab Adab Istiqbal al Maulud fil Islam, oleh ustadz Yusuf Abdullah al Arifi).
  • 9. Terperangkap Dalam Goa 19/03/2011 Kisah No comments Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari Muslim dikisahkan, ada tiga orang pemuda pergi hendak beribadah kepada Allah. Di tengah jalan hujan turun sangat deras. Lalu merekapun berlindung ke dalam sebuah gua. Tiba-tiba jatuh sebuah batu sangat besar persis di mulut gua. Ketiga pemuda itu akhirnya terkurung, tidak dapat keluar. Sebagian dari mereka berkata kepada yang lainnya, “Wahai hamba Allah, demi Allah, tidak ada yang dapat menyelamatkan kita sekarang ini kecuali Allah Swt. Barangkali ada amal paling baik yang pernah kita lakukan yang dapat kita kemukakan kepada-Nya untuk menyelamatkan kita dari musibah ini”. Salah seorang dari mereka lalu berkata, “Ya Allah, saya pernah tertarik oleh seorang wanita yang sangat cantik. Karena saya punya kekuasaan dan keleluasaan, lalu saya bayar wanita itu dengan harga yang dikehendakinya. Ketika kami sudah berduaan dan saya punya kesempatan untuk berbuat zina, tiba-tiba saya ingat siksa-Mu ya Allah, lalu saya batalkan niat buruk itu. Ya Allah, seandainya apa yang saya perbuat itu baik menurut-Mu, tolong geserkan batu besar yang menghalangi mulut gua ini.” Selesai pemuda itu bicara, tiba-tiba batu besar yang menutupi mulut gua itu bergeser sedikit, tapi mereka belum dapat keluar. Lalu pemuda yang nomor dua berkata, “Ya Allah, saya pernah mempekerjakan sekelompok orang dengan upah masing-masing setengah dirham. Ketika mereka selesai bekerja, saya bayar langsung upahnya. Tiba-tiba ada salah seorang yang menolak mengambil upah itu, karena ia merasa mengerjakan dua pekerjaan sekaligus. Ia hanya mau diupah sebesar satu dirham. Karena tidak terima dengan upahnya, orang itu lalu pergi begitu saja tanpa mengambil upahnya terlebih dahulu. Sepeninggal orang itu, saya kembangkan uangnya yang setengah dirham itu sehingga menghasilkan banyak keuntungan. Suatu hari orang tadi datang dan meminta upahnya yang setengah dirham itu. Lalu saya berikan kepadanya 10 ribu dirham dari laba uangnya yang setengah dirham itu. Orang tadi kaget dan mengatakan: “Jangan bercanda kamu, upah saya dulu bukan sebesar ini tapi hanya setengah dirham”. Lalu saya jelaskan, bahwa uangnya yang setengah dirham itu telah saya kembangkan sehingga terus bertambah sampai sebanyak ini.
  • 10. Setelah dijelaskan, diapun mengambilnya dengan penuh bahagia dan rasa syukur. Ya Allah, Eukau Maha Tahu, saya melakukan itu semata-mata karena mengharapkan ridho-Mu. Ya Allah, jika apa yang saya lakukan itu baik menurutMu, tolong angkat batu yang menghalangi tempat keluar kami ini.” Lalu batu itu bergeser kembali, namun mereka tetap belum dapat keluar. Pemuda yang satunya lagi lalu berkata, “ya Allah, kedua orang tua saya sudah sangat tua. Meski demikian, saya sangat menyayangi keduanya dan saya tidak pernah minum atau makan sebelum keduanya minum dan makan. Suatu hari saya bawakan sebotol air susu untuk keduanya namun mereka sedang tidur lelap. Saya tidak berani membangunkannya, lalu saya tunggu lama sampai keduanya bangun. Meski anak saya menangis meminta susu itu, namun saya tidak memberikannya sebelum kedua orang tua saya meminumnya terlebih dahulu. Begitu Keduanya bangun, saya langsung meminumkannya. Ya Allah, Eukau Maha Tahu, apa yang saya perbuat itu semata-mata karena mengharap ridha-Mu, tolong angkat batu ini supaya kami dapat keluar”. Akhirnya batu itu bergeser kembali sehingga merekapun dapat keluar dengan selamat. (HR.Bukhari dan Muslim).
  • 11. Siksa Kubur Karena Durhaka Pada Orang Tua 25/03/2011 Kisah No comments Durhaka kepada orang tua merupakan sebuah perilaku yang dilarang oleh Islam, bahkan boleh jadi oleh seluruh agama di dunia ini. Banyak sudah kisah-kisah tentang balasan mengerikan bagi anak-anak yang berbuat durhaka kepada orang tuanya. Dan berikut sebuah riwayat tentang seorang anak yang mendapatkan siksa kubur akibat durhaka kepada orang tuanya. Suatu hari Rasulullah Saw bersama dengan Ali bin Abi Thalib, Fatimah az-Zahra, Imam Hasan dan Imam Husain pergi melewati kuburan Baqi‟. Tiba-tiba Rasulullah dan keluarganya mendengar teriakan dan meminta pertolongan dari salah satu kuburan di sana. Rasulullah Saw kemudian mendekati kuburan tersebut sambil berkata: “Wahai hamba Allah, dengan idzin Allah, keluarkan kepalamu!”. Tiba-tiba, kuburan tersebut terbelah dan keluarlah mayat seorang pemuda dengan muka yang sangat hitam dan seluruh tubuhnya diikat dengan tali-tali dan rantai besi. Rasulullah Saw kemudian bersabda: “Celaka kamu, apa yang telah kamu perbuat di dunia dahulu?”. Pemuda itu menjawab: “Wahai Rasulullah, ibu saya tidak meridhai saya”. Rasulullah Saw bertanya kembali: “Memangnya apa yang telah kamu perbuat kepadanya?”. Pemuda itu menjawab: “Suatu hari ketika masuk ke rumah, isteri saya mengadu bahwa ibu saya telah memperlakukannya kurang baik. Saat itu ibu saya sedang duduk di depan tungku sedang memasak roti. Tanpa berpikir panjang, tiba-tiba saya berpihak kepada isteri saya dan akhirnya saya pegang tubuh ibu lalu saya lemparkan ke dalam tungku. Mendengar kegaduhan di dalam rumah, para tetangga akhirnya datang dan mencoba mengeluarkan ibu saya yang sudah berada di dalam tungku. Akan tetapi meski tetangga dapat mengeluarkannya, namun salah satu tangan dan buah dada ibu saya telah terbakar. Ibu saya kemudian mengangkat buah dadanya yang sudah terbakar itu ke atas langit sambil berdoa: “Ya Allah, Engkau adalah wakilku. Balaslah apa yang telah diperbuatnya kepadaku”.
  • 12. Wahai Rasulullah, setelah ibu saya berdoa tadi, umur saya tidak lebih dari tiga hari dan kini saya disiksa di dalam kubur. Saya selalu menunggu kedatanganmu agar Anda mendoakan dan memohonkan ampun atas dosa saya tadi”. Rasulullah Saw kemudian bersabda kepada para sahabatnya: “Hadirkan ibu pemuda ini karena doa itu tidak akan dikabulkan tanpa ada keridhaan dari ibunya” Para sahabat kemudian menghadirkan ibu pemuda tadi. Setelah berada di hadapan, Rasulullah Saw kemudian bersabda: “Ibu, maafkanlah dosa anakmu itu karena kini ia sedang disiksa di dalam kubur”. Ibunya berkata: “Tidak, saya tidak akan memaafkannya”. Rasulullah Saw kemudian bersabda kembali: “Kalau demikian anak ibu akan terus-terusan disiksa di dalam kuburnya. Apakah ibu tidak merasa kasihan kepadanya?”. Setelah berpikir panjang, akhirnya ibu tadi memaafkan dosa anaknya itu. Rasulullah Saw kemudian bersabda kembali: “Mengapa tadi ibu tidak memaafkannya dan kini memaafkannya?”. Ibu itu menjawab: “Tadinya saya tidak mau memaafkannya hanya saja saya melihat pintu- pintu langit terbuka, kemudian saya melihat para malaikat sedang menyeret dan mencambuk putra saya dengan pecut-pecut dan rantai yang dipenuhi dengan api. Saya tidak tega melihat itu, dan akhirnya saya memaafkannya”. Setelah ibunya memaafkan, kuburan pemuda itu akhirnya menjadi sepi dan tidak terdengar teriakan lagi. (Kisah ini diambil dari Miftahul Janah: Qishash Haulal Umm).
  • 13. Ditelan Bumi Karena Durhaka Kepada Orang Tua 27/03/2011 Kisah No comments Dibawah ini adalah sebuah kisah inspiratif mengenai seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya. Kisah ini sengaja disampaikan untuk sekedar mengingatkan kembali kita semua bahwa perilaku durhaka kepada orang tua pada akhirnya hanya akan berbuah kesengsaraan dan azab bagi pelakunya. Terlepas dari benar-tidaknya kisah ini, yang pasti pesannya adalah bahwa kita tidak boleh berbuat durhaka kepada kedua orang tua kita. Salah seorang ulama Bashrah pernah berkisah: “Suatu hari, saya bermaksud melaksanakan ibadah haji. Di tengah perjalanan menuju Mekkah tiba-tiba saya bertemu dengan seorang pemuda yang membawa sebuah tongkat dan sebuah tempat air minum yang terbuat dari kulit binatang. Ketika hendak menghampirinya, tiba-tiba ia menjerit dan berteriak kemudian ia tenggelam dan ditelan oleh tanah sementara yang tersisa hanyalah tongkat dan tempat air minumnya. Saya hampir tidak percaya dengan apa yang telah terjadi dan yang baru saja disaksikan, lalu saya bertanya-tanya: “Ada apa? Mengapa bumi menelan pemuda tadi?”. Di tengah rasa heran tersebut, tiba-tiba saya melihat seorang kakek-kakek sudah sangat tua sedang menuju ke arah di mana saya berdiri. Begitu mendekat, ia bertanya: “Apakah anda melihat seorang pemuda yang membawa sebuah tongkat dan tempat air minum?” “Ya, saya melihatnya dan tongkat serta tempat air minum ini adalah miliknya”, jawab saya sambil menunjuk tongkat dan tempat air minum yang masih tergeletak tidak jauh dari tempat tertelannya pemuda tadi. Kakek itu kemudain bertanya kembali: “Apakah ia telah ditelah oleh bumi?”. “Ya, siapa yang menghabarkan kejadian tersebut kepada Tuan?”, tanyaku penuh rasa heran. Kakek itu kembali berkata: “Pemuda itu adalah anak saya, hanya saja dia anak yang durhaka. Saya seringkali dibuatnya kesal sehingga saya betul-betul membencinya. Suatu hari dia pergi meninggalkan Bahsrah tanpa memohon ijin terlebih dahulu. Saya kemudian berdoa, semoga Allah tidak memisahkan dia dari negeri Bashrah dan semoga dia ditelan bumi. Dan kini ternyata, Allah telah mengabulkan doa saya”.
  • 14. Saya hanya diam dan memperhatikan kisahnya. Dalam hati saya berkata: “Sungguh manjur do‟a orang tua itu, maka berhati-hatilah terhadapnya”. (Diambil dari buku Mashabih al- Qulub). Wallahu ‘alam.