SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  76
HUKUM ACARA PERADILAN 
TATA USAHA NEGARA 
Disampaikan pada forum 
Kuliah Semester Pendek 
Tanggal 8, 9, 10 Juli 2014 
Oleh: 
Zaki Ulya,S.H.,M.H. 
Fakultas Hukum 
Universitas Samudra 
Langsa 
2014
PERADILAN TATA USAHA NEGARA 
( P T U N ) 
 1. UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG 
PERADILAN TATA USAHA NEGARA. 
 2. UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG 
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 
1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA 
 3. UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG 
PERADILAN TATA USAHA NEGARA 
 PTUN ADALAH LEMBAGA PERADILAN YANG MENGADILI 
SENGKETA TUN, TERMASUK SENGKETA KEPEGAWAIAN 
ANTARA BADAN ATAU PEJABAT TUN/ADMINISTRASI 
NEGARA (PEJABAT PEMERINTAHAN) DENGAN SESEORANG 
ATAU BADAN HUKUM PERDATA SEPERTI PT, YAYASAN DAN 
BADAN HUKUM LAINNYA
ISTILAH-ISTILAH DALAM PTUN 
 TUN ADALAH ADMINISTRASI NEGARA YANG 
MELAKSANAKAN FUNGSI UNTUK MENYELENGGARAKAN 
URUSAN PEMERINTAHAN BAIK DI PUSAT MAUPUN DI 
DAERAH. 
 BADAN ATAU PEJABAT TUN ADALAH BADAN ATAU PEJABAT 
YANG MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN 
BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 
YANG BERLAKU. 
 KEPUTUSAN TUN ADALAH SUATU PENETAPAN TERTULIS 
YANG DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TUN 
YANG BERISI TINDAKAN HUKUM TUN YANG BERDASARKAN 
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, 
YANG BERSIFAT KONKRET, INDIVIDUAL DAN FINAL, YANG 
MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM BAGI SESEORANG ATAU 
BADAN HUKUM PERDATA
 TINDAKAN HUKUM TUN ADALAH PERBUATAN HUKUM 
BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG BERSUMBER PADA 
SUATU KETENTUAN HUKUM TUN YANG DAPAT 
MENIMBULKAN HAK DAN KEWAJIBAN PADA ORANG LAIN. 
 BERSIFAT KONKRET ARTINYA OBYEK YANG DIPUTUSKAN 
DALAM KEPUTUSAN TUN ITU TIDAK ABSTRAK, TETAPI 
BERWUJUD, TERTENTU ATAU DAPAT DITENTUKAN, 
MISALNYA KEPUTUSAN MENGENAI RUMAH SI A, IZIN USAHA 
BAGI SI B, PEMBERHENTIAN SI C SEBAGAI PEGAWAI NEGERI 
DSB. 
 BERSIFAT INDIVIDU ARTINYA KEPUTUSAN TUN ITU TIDAK 
DITUJUKAN UNTUK UMUM, TETAPI TERTENTU BAIK 
ALAMAT MAUPUN HAL YANG DITUJU. KALAU YANG DITUJU 
ITU LEBIH DARI SEORANG, TIAP-TIAP NAMA ORANG YANG 
TERKENA KEPUTUSAN ITU DISEBUTKAN. 
 BERSIFAT FINAL ARTINYA SUDAH DEFINITIF DAN 
KARENANYA DAPAT MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM
 SENGKETA TUN ADALAH SENGKETA YANG TIMBUL DALAM 
BIDANG TUN ANTARA ORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA 
DENGAN BADAN ATAU PEJABAT TUN, BAIK DI PUSAT MAUPUN DI 
DAERAH, SEBAGAI AKIBAT DIKELUARKANNYA KEPUTUSAN TUN, 
TERMASUK SENGKETA KEPEGAWAIAN BERDASARKAN 
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU. 
 GUGATAN ADALAH PERMOHONAN YANG BERISI TUNTUTAN 
TERHADAP BADAN ATAU PEJABAT TUN DAN DIAJUKAN KE 
PENGADILAN UNTUK MENDAPATKAN PUTUSAN. 
 TERGUGAT ADALAH BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG 
MENGELUARKAN KEPUTUSAN BERDASARKAN WEWENANG 
YANG ADA PADANYA ATAU YANG DILIMPAHKAN KEPADANYA, 
YANG DIGUGAT OLEH ORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA. 
 PENGADILAN ADALAH PENGADILAN TUN DAN/ATAU 
PENGADILAN TINGGI TUN DILINGKUNGAN PERADILAN TUN. 
 HAKIM ADALAH HAKIM PADA PENGADILAN TUN DAN/ATAU 
PENGADILAN TINGGI TUN.
TUJUAN DAN FUNGSI PEMBENTUKAN 
PTUN 
 TUJUAN 
 1. MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HAK-HAK YANG 
BERSUMBER PADA HAK-HAK INDIVIDU. 
 2. MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK 
MASYARAKAT YANG DIDASARKAN KEPADA KEPENTINGAN 
BERSAMA DARI INDIVIDU YANG HIDUP DALAM 
MASYARAKAT TERSEBUT. 
 FUNGSI 
 SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KONFLIK YANG 
TIMBUL ANTARA PEMERINTAH (BADAN ATAU PEJABAT TUN) 
DENGAN RAKYAT (ORANG PERORANGAN MAUPUN BADAN 
HUKUM PERDATA) SEBAGAI AKIBAT DIKELUARKAN ATAU 
TIDAK DIKELUARKANNYA KEPUTUSAN TUN.
 MENURUT F.J. STAHL PEMBETUKAN LEMBAGA PERADILAN 
ADMINISTRASI DIMAKSUDKAN ANTARA LAIN : 
 1. MENGAKUI DAN MELINDUNGI HAK-HAK ASASI MANUSIA. 
 2. UNTUK MELINDUNGI HAK-HAK ASASI TERSEBUT, MAKA 
NEGARA HARUS BERDASARKAN PADA TRIAS POLITIKA. 
 3. DALAM MENJALANKAN TUGASNYA, PEMERINTAH 
BERDASARKAN ATAS UNDANG-UNDANG. 
 4. APABILA DALAM TUGASNYA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG 
ITU PEMERINTAH MASIH MELANGGAR HAK ASASI 
YAITU ADANYA CAMPUR TANGAN PEMERINTAH DALAM 
KEHIDUPAN PRIBADI SESEORANG, MAKA ADA 
PENGADILAN ADMINISTRASI YANG AKAN MENYELESAIKAN.
DASAR HUKUM PTUN 
 1. UNDANG-UNDANG DASAR 1945 : 
 PASAL 24 
 (1) KEKUASAAN KEHAKIMAN MERUPAKAN KEKUASAAN 
YANG MERDEKA UNTUK MENYELENGARAKAN PERADILAN 
GUNA MENEGAKKAN HUKUM DAN KEADILAN. 
 (2) KEKUASAAN KEHAKIMAN DILAKUKAN OLEH SEBUAH 
MAHKAMAH AGUNG DAN BADAN PERADILAN YANG BERADA 
DIBAWAHNYA DALAM LINGKUNGAN PERADILAN UMUM, 
LINGKUNGAN PERADILAN AGAMA, LINGKUNGAN 
PERADILAN MILITER, LINGKUNGAN PERADILAN TATA 
USAHA NEGARA DAN OLEH SEBUAH MAHKAMAH 
KONSTITUSI
 2. TAP MPR RI NOMOR IV/MPR/1978 DIHUBUNGKAN 
DENGAN TAP MPR RI NOMOR II/MPR/1983 TENTANG GBHN 
 3. UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1970 TENTANG 
KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEKUASAAN 
KEHAKIMAN. 
 4. UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG 
KEKUASAAN KEHAKIMAN 
 5. UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG 
MAHKAMAH AGUNG. 
 6. UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG 
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 
1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG.
AZAS-AZAS DALAM PTUN 
 1. AZAS PRADUGA RECHTMATIG, MENGANDUNG 
MAKNA BAHWA SETIAP TINDAKAN PENGUASA 
SELALU HARUS DIANGGAP BENAR (RECHTMATIG) 
SAMPAI ADA PEMBATALANNYA. DENGAN AZAS INI 
GUGATAN TIDAK MENUNDA PELAKSANAAN 
KEPUTUSAN TUN YANG DIGUGAT. 
 2. AZAS PEMBUKTIAN BEBAS, MAKSUDNYA HAKIM 
YANG MENETAPKAN BEBAN PEMBUKTIAN.
 3. AZAS KEAKTIFAN HAKIM (DOMINUS LITIS) KEAKTIFAN HAKIM 
DIMAKSUDKAN UNTUK MENGIMBANGI KEDUDUKAN PARA PIHAK 
YANG TIDAK SEIMBANG. PIHAK TERGUGAT ADALAH BADAN ATAU 
PEJABAT TUN YANG MENGUASAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 
YANG BERKAITAN DENGAN KEWENANGAN DAN/ATAU 
DASAR DIKELUARKANNYA KEPUTUSAN YANG DIGUGAT, 
SEDANGKAN PIHAK PENGGUGAT ADALAH ORANG PERORANGAN 
ATAU BADAN HUKUM PERDATA YANG DALAM POSISI LEMAH, 
KARENA BELUM TENTU MEREKA MENGETAHUI BETUL PERATURAN 
PERUNDANG-UNDANGAN YANG DIJADIKAN SUMBER UNTUK 
DIKELUARKANNYA KEPUTUSAN YANG DIGUGAT. 
 4. AZAS PUTUSAN PENGADILAN YANG MEMPUNYAI KEKUATAN 
MENGIKAT (ERGA OMNES), SENGKETA TUN ADALAH SENGKETA 
DALAM RANAH HUKUM PUBLIK, DIMANA AKIBAT HUKUM YANG 
TIMBUL DARI PUTUSAN PENGADILAN YANG TELAH MEMPUNYAI 
KEKUATAN HUKUM TETAP AKAN MENGIKAT TIDAK HANYA PARA 
PIHAK YANG BERSENGKETA, NAMUN BERDASARKAN AZAS INI 
PUTUSAN TERSEBUT AKAN MENGIKAT SIAPA SAJA.
UNSUR-UNSUR SENGKETA 
TUN 
 SUATU KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA YANG DAPAT 
DIGUGAT MELALUI PERADILAN TUN : 
 1. KEPUTUSAN TUN YANG BERTENTANGAN DENGAN 
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU. 
 2. PEJABAT TUN PADA WAKTU MENGELUARKAN 
KEPUTUSAN TUN TELAH MENGGUNAKAN WEWENANGNYA 
UNTUK TUJUAN LAIN DARI MAKSUD DIBERIKANNYA 
WEWENANG TERSEBUT. 
 3. PEJABAT TUN PADA WAKTU MENGELUARKAN ATAU 
TIDAK MENGELUARKAN KEPUTUSAN TUN SETELAH 
MEMPERTIMBANGKAN SEMUA KEPENTINGAN YANG 
TERSANGKUT DENGAN KEPUTUSAN ITU.
 SUATU KEPUTUSAN TUN DAPAT DINILAI BERTENTANGAN 
DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG 
BERLAKU, APABILA KEPUTUSAN YANG BERSANGKUTAN ITU: 
 1. BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN-KETENTUAN DALAM 
PERETURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERSIFAT 
PROSEDURAL/FORMAL (BIASANYA MENYANGKUT MENGENAI 
PERSIAPAN, TERJADINYA, SUSUNAN ATAU PENGUMUMAN 
KEPUTUSAN YANG BERSANGKUTAN. 
 2. BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN-KETENTUAN DALAM 
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERSIFAT 
MATERIIL/SUBSTANSIAL ( CACAT MENGENAI ISINYA MISALNYA 
KPTSN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN YANG BERTENTANGAN 
DENGAN RENCANA YANG TELAH DITENTUKAN) 
 3. DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG 
TIDAK BERWENANG (CACAT KEWENANGAN)
 CACAT KEWENANGAN TERDIRI ATAS : 
A. APABILA SUATU KEPUTUSAN TUN TIDAK ADA DASARNYA 
DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ATAU APABILA 
KEPUTUSAN ITU DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT 
TUN YANG TIDAK BERWENANG UNTUK MENGELUARKANNYA. 
B. BADAN ATAU PEJABAT TUN BELUM BERWENANG ATAU 
TIDAK BERWENANG LAGI MENGELUARKAN KEPUTUSAN TUN, 
MISALNYA KARENA JANGKA WAKTUNYA SUDAH LAMPAU 
ATAU MENERAPKAN PERATURAN LAIN SEMENTARA ITU 
SUDAH BERLAKU PERATURAN BARU 
C. KEPUTUSAN YANG DIAMBIL OLEH BADAN ATAU PEJABAT 
TUN TERSEBUT MENYANGKUT HAL YANG BERADA DILUAR 
BATAS WILAYAHNYA.
 UNTUK BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG PADA WAKTU 
MENGELUARKAN KEPUTUSAN TELAH MENGGUNAKAN 
KEWENANGANNYA UNTUK TUJUAN LAIN DARI MAKSUD 
DIBERIKANNYA KEWENANGAN TERSEBUT SERING 
DISEBUT JUGA DENGAN PENYALAHGUNAAN 
KEWENANGAN ( DETOURNEMENT DE POUVOIR). 
 SEDANGKAN UNTUK BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG 
PADA WAKTU MENGELUARKAN ATAU TIDAK 
MENGELUARKAN KEPUTUSAN SETELAH 
MEMPERTIMBANGKAN SEMUA KEPENTINGAN YANG 
TERSANGKUT DENGAN KEPUTUSAN ITU SEHARUSNYA 
TIDAK SAMPAI PADA PENGAMBILAN ATAU TIDAK 
PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERSEBUT, SERING JUGA 
DISEBUT DENGAN BERBUAT SEWENANG-WENANG 
(WILLEKEUR)
 DENGAN DEMIKIAN YANG DAPAT DIJADIKAN OBYEK 
PERADILAN TUN SEMATA-MATA TERBATAS PADA 
PENETAPAN (KEPUTUSAN) TERTULIS YANG 
DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TUN 
YANG MEMENUHI UNSUR-UNSUR BERTENTANGAN 
DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG 
BERLAKU, BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG 
MENGELUARKAN KEPUTUSAN TERSEBUT TELAH 
MENYALAHGUNAKAN WEWENANGNYA DAN BADAN 
ATAU PEJABAT TUN TERSEBUT TELAH BERBUAT 
SEWENANG-WENANG.
GUGATAN SENGKETA TUN 
 GUGATAN SENGKETA TUN DIAJUKAN KEPADA PENGADILAN 
YANG BERWENANG YANG DAERAH HUKUMNYA MELIPUTI 
TEMPAT KEDUDUKUAN TERGUGAT. 
 DALAM HAL TEMPAT KEDUDUKAN TERGUGAT TIDAK 
BERADA DALAM DAERAH HUKUM PENGADILAN TEMPAT 
KEDIAMAN PENGGUGAT, MAKA GUGATAN DAPAT 
DIAJUKAN KE PENGADILAN YANG DAERAH HUKUMNYA 
MELIPUTI TEMPAT KEDIAMAN PENGGUGAT UNTUK 
SELANJUTNYA DITERUSKAN KEPADA PENGADILAN YANG 
BERSANGKUTAN. 
 GUGATAN DAPAT DIAJUKAN HANYA DALAM TENGGANG 
WAKTU 90 HARI TERHITUNG SEJAK SAAT DITERIMANYA 
ATAU DIUMUMKANNYA KEPUTUSAN BADAN ATAU PEJABAT 
TUN
 GUGATAN HARUS MEMUAT : 
 1. NAMA, KEWARGANEGARAAN, TEMPAT TINGGAL 
DAN PEKERJAAN PENGGUGAT ATAU KUASAHUKUMNYA. 
 2. NAMA, JABATAN DAN TEMPAT KEDUDUKAN TERGUGAT. 
 3. DASAR GUGATAN DAN HAL YANG DIMINTA UNTUK 
DIPUTUSKAN OLEH PENGADILAN 
 APABILA GUGATAN DIBUAT DAN DITANDATANGAI OLEH 
SEORANG KUASA PENGGUGAT, MAKA GUGATAN HARUS 
DISERTAI SURAT KUASA YANG SAH. 
 GUGATAN SEDAPAT MUNGKIN JUGA DISERTAI KEPUTUSAN 
TUN YANG DISENGKETAKAN OLEH PENGGUGAT.
 AGAR SESEORANG DAPAT BERTINDAK SEBAGAI WAKIL ATAU KUASA 
HUKUM DARI PARA PIHAK, MAKA IA HARUS MEMENUHI SYARAT-SYARAT 
: 
 A. MEMPUNYAI SURAT KUASA KHUSUS. 
 B. DITUNJUK SECARA LISAN DIPERSIDANGAN OLEH PARA PIHAK. 
 C. SURAT KUASA YANG DIBUAT DILUAR NEGERI BENTUKNYA HARUS 
MEMENUHI PERSYARATAN DI NEGARA YANG BERSANGKUTAN DAN 
DIKETAHUI OLEH PERWAKILAN RI DI NEGARA TERSEBUT, SERTA 
KEMUDIAN DITERJEMAHKAN DALAM BAHASA INDONESIA OLEH 
PENTERJEMAH RESMI. 
 KENDATIPUN PARA PIHAK TELAH MENGGUNAKAN KUASA HUKUM 
ATAU WAKIL, NAMUN APABILA DIPANDANG PERLU HAKIM DAPAT 
MDEMERINTAHKAN PARA PIHAK UNTUK DATANG MENGHADAP 
SENDIRI.
 BIAYA PERKARA 
 PADA PRINSIPNYA UNTUK BERPERKARA DIPERLUKAN BIAYA. UANG MUKA 
BIAYA PERKARA ADALAH BIAYA YANG HARUS DIBAYAR LEBIH DAHULU 
SEBAGAI UANG PANJAR OLEH PENGGUGAT . 
 YANG TERMASUK BIAYA PERKARA ADAALAH BIAYA-BIAYA 
KEPANITERAAN, MATERAI, SAKSI-SAKSI, AHLI, ALIH BAHASA, 
PEMERIKSAAN DILUAR SIDANG DAN BIAYA-BIAYA LAIN YANG 
DIPERLUKAN UNTUK KEPENTINGAN PEMUTUSAN SENGKETA ATAS 
PERINTAH HAKIM. 
 SETELAH PEMERIKSAAN PERKARA ITU SELESAI, MAKA UANG MUKA BIAYA 
PERKARA ITU AKAN DIPERHITUNGKAN KEMBALI DENGAN KESELURUHAN 
BIAYA PERKARA. APABILA PENGGUGAT DIKALAHKAN DAN MASIH ADA 
KELEBIHAN UANG MUKA BIAYA PERKARA, MAKA UANG KELEBIHAN 
TERSEBUT DIKEMBALIKAN KEPADA PENGGUGAT. DAN APABILA KURANG 
MAKA IA DIWAJIBKAN UNTUK MEMBAYAR KEKURANGANNYA. 
SEBALIKNYA APABILA PENGGUGAT MENANG, MAKA UANG MUKA 
TERSEBUT AKAN DIKEMBALIKAN SELURUHNYA KEPADA PENGGUGAT 
DAN BIAYA PERKARA DIBEBANKANKEPADA TERGUGAT.
 DENGAN PRINSIP DIATAS TIDAK MENUTUP 
KEMUNGKINAN UNTUK BERPERKARA TANPA BIAYA. 
 DALAM BERPERKARA TANPA BIAYA INI, PENGGUGAT 
DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN KEPADA KETUA 
PENGADILAN UNTUK BERPERKARA SECARA CUMA-CUMA 
DENGAN DISERTAI SURAT KETERANGAN TIDAK 
MAMPU DARI KEPALA DESA ATAU LURAH TEMPAT 
KEDIAMANNYA. 
 PERMOHONAN INI HARUS DIPERIKSA DAN 
DITETAPKAN SEBELUM POKOK SENGKETA DIPERIKSA. 
 PENETAPAN DIAMBIL DI TINGKAT PERTAMA DAN 
TERAKHIR, ARTINYA APABILA PEMOHONAN 
DIKABULKAN, BERPERKARA SECARA CUMA CUMA INI 
BERLAKU JUGA DITINGKAT BANDING DAN KASASI.
PENCATATAN PERKARA 
 BAGI MEREKA YANG BERPERKARA SECARA 
CUMA-CUMA, GUGATAN BARU DICATAT DALAM 
DAFTAR PERKARA SETELAH 
ADANYAPENETAPAN TENTANG PENGABULAN 
BERPERKARA SECARA CUMA-CUMA.
Pendahuluan 
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara 
(HAPTUN/HATUN) adalah Peraturan Hukum 
yg mengatur proses penyelesaian perkara TUN 
melalui pengadilan (hakim), sejak pengajuan 
gugatan sampai keluarnya putusan pengadilan 
(hakim). 
HAPTUN/HATUN disebut juga hukum formal 
yang berfungsi mempertahankan berlakunya 
HTUN (HAN) sebagai hukum material.
Pengaturan Hukum Formal dapat 
digolongkan menjadi 2 cara, yaitu: 
Diatur bersama dg hkm materialnya. ketentuan mengenai 
prosedur berperkara diatur bersama dg hkm materialnya/ dg 
susunan, kompetensi badan peradilan dlm bentuk UU/Peraturan 
lain. 
HAPTUN sbg pelaksana Pasal 12 UU No. 14 Tahun 1970 diatur 
bersama hkm materialnya, yang selanjutnya dirubah dengan UU 
No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan kehakiman. 
Prosedur berperkara diatur tersendiri dalam bentuk 
UU/Peraturan lainnya. 
UU No. 5/1986 tentang PTUN 
UU No.9/2004 tentang PTUN 
UU No. 51/2009 tentang PTUN
Karakteristik PTUN 
Salah 1 unsur PTUN adlh pihak2 dan slh 1 pihak 
itu adlh Badan atau Pejabat TUN dlm 
kedudukanya dan bertindak berdasarkan 
wewenang yang diberikan oleh HTUN (HAN) 
dlm menjalankan tugas pelayanan umum. 
Dimuka PTUN para pihak yg berperkara 
mempunyai kedudukan yg sama. Hakim harus 
memperlakukan kedua belah pihak dg sama adil.
Badan atau Pejabat TUN dlm menjalankan fungsinya mempunyai 
kewenangan berdasarkan ketentuan per-uu-an baik secara 
langsung (atribusi) maupun pelimpahan (delegasi) serta mandat 
dan kebebasan bertindak yang dalam ilmu hkm dikenal dg istilah 
freis Ermessen. 
Dlm menjalankan tgsnya, tdk jarang terjadi bahwa tindakan 
badan atau Pejabat TUN melanggar batas, shgga menimbulkan 
kerugian bagi yg terkena. Hal demikian disebut perbuatan 
melanggar hkm oleh penguasa (onrechtmatige overheidsdaad).
Karakteristik Acara 
No Pembeda HAPTUN Acara Perdata 
1 Subjek/Pihak badan/Pejabat TUN 
lawan warga 
masyarakat 
Warga masy. Lawan 
warga masyarakat 
2 Pangkal sengketa Ketetapan tertulis 
pejabat 
Kepentingan perdata 
warga masyarakat 
3 Tindakan Perbuatan melawan 
hukum penguasa 
Perbuatan melawan 
hukum masy. 
wanprestasi 
4 Peran hakim Hakim aktif Hakim pasif 
5 Rekonvensi Tidak dikenal Dikenal, diatur
Alur Penyelesaian Sengketa TUN 
Mahkamah Agung 
“Keberatan” 
Sema No. 
2/1991 
Individu/Badan 
Hukum Perdata 
Ps 53 ayat 1 
PT TUN 
Pasal 51 ayat 3 
“Banding Adm” 
Ps. 48 jo Sema 
No. 2/1991 
PT TUN 
P. TUN
Sengketa TUN 
Subjek PTUN 
1. pihak penggugat. 
Yang dapat menjadi pihak penggugat dalam perkara di 
Pengadilan Tata Usaha Negara adalah setiap subjek hukum, 
orang maupun badan hukum perdata yang merasa 
kepentingannya dirugikan dengan dikeluarkannya keputusan 
Tata Usaha Negara oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara 
di Pusat maupun di Daerah (Pasal 53 ayat (1) jo Pasal 1 angka 
4 UU no. 5 tahun 1986)
2. Pihak Tergugat 
.Pihak tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang 
mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya 
atau yang dilimpahkan kepadanya (Pasal 1 angka 6 UU no. 5 tahun 
1986). 
Yang dimaksud wewenang tersebut adalah berdasarkan peraturan 
perundang-undangan yang berlaku oleh SF.MARBUN dikemukakan 
bahwa:menurut hokum administrasi,pengertian kewenangan adalah 
kekuasaan yang diformalkan,baik dalam suatu bidang pemerintahan 
yang berasal dari kekuasaan legislative atau dari kekuasaan 
pemerintah,sedangkan pengertian wewenang hanya onderdil tertentu 
atau bidang tertentu.dengan demikian wewenang adalah kemampuan 
bertindak yang diberikan undang-undang yang berlaku untuk 
melakukan hubungan hokum tersebut
3. Pihak Ketiga yg Berkepentingan 
Selama pemeriksaan berlangsung, setiap orang yang 
berkepentingan dalam sengketa pihak lain yang sedang diperiksa 
oleh Pengadilan, baik atas prakarsa sendiri dengan mengajukan 
permohonan, maupun atas prakarsa Hakim dapat masuk dalam 
sengketa Tata Usaha Negara, dan bertindak sebagai: pihak yang 
membela haknya; atau peserta yang bergabung dengan salah satu 
pihak yang bersengketa (pasal 83) 
Apabila pihak ketiga yang belum pernah ikut serta atau diikut 
sertakan selama waktu pemeriksaan sengketa yang bersangkutan, 
pihak ketiga tersebut berhak mengajukan gugatan perlawanan 
terhadap pelaksanaan putusan pengadilan tersebut kepada 
Pengadilan yang mengadili sengketa tersebut pada tingkat 
pertama (pasal 118 ayat 1)
Objek PTUN 
1. Keputusan Tata Usaha Negara 
“suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau 
Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan Hukum Tata 
Usaha Negara berdasarkan Peraturan perundang-undangan yang 
berlaku yang bersifat konkret, individual dan final yang 
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau Badan Hukum 
Perdata.” (Pasal 1 angka 3 UU no. 5 tahun 1986). 
2. yang dipersamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara yang 
dimaksud diatas adalah sebagaimana yang disebut dalam 
ketentuan Pasal 3 Uu no. 5 tahun 1986.
Lanjutan maksud yg dipersamakan dgn KTUN: …… 
1) apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan 
keputusan, sedangkan hal ini menjadi kewajiban, maka hal tersebut 
disamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara. 
2) Jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan 
keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana 
ditentukan dalam Peraruran perundang-undangan dimaksud telah 
lewat, maka Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap 
telah menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud. 
3) dalam hal Peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak 
menentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) : 
“maka setelah lewat waktu 2 (empat) bulan sejak diterimanya 
permohonan, Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang 
bersangkutan dianggap telah mengeluarkan Keputusan Penolakan.”
Upaya Hukum thdp Putusan 
PTUN 
 Jenis upaya hkm: 
a. Upaya hkm biasa yg berupa pengadilan 
tingkat banding dan peradilan tingkat 
kasasi. 
b. Upaya hkm luar biasa, yaitu perlawanan 
phk ketiga dan peninjauan kembali.
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN 
35
Hal yg berbeda dengan peradilan lainnya, 
kekhususan dari PTUN adalah mengenal 
tahapan pemeriksaan pendahuluan; 
Pemeriksaan pendahuluan terdiri dari: 
a.Rapat permusyawaratan (pasal 62) 
b.Pemeriksaan persiapan (pasal 63) 
36
a. Rapat permusyawaratan 
Disebut jg sebagai dismissel process (tahap 
penyaringan). Tujuannya adalah memeriksa 
gugatan yg masuk, apakah memenuhi syarat yg 
ditentukan atau melihat kompetensi peradilan 
TUN yg mengadili. 
Jika suatu gugatan dilanjutkan tanpa adanya 
dismissal process maka dikhawatirkan akan 
membuang waktu & biaya. 
37
Dalam dismissal process, Ketua berhak memutuskan 
penetapan bahwa gugatan tdk dapat diterima/ tdk 
berdasar, apabila: 
1)Pokok gugatan tidak masuk kewenangan TUN; 
2)Syarat gugatan sbgmn pasal 56 tidak terpenuhi; 
3)Gugatan didasarkan pada alasan tidak layak; 
4)Gugatan sudah dipenuhi dalam KTUN yg digugat; 
5)Gugatan diajukan sebelum/telah lewat waktu. 
38
 Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara mengenai hal ini 
diucapkan dalam rapat permusyawaratan sebelum hari persidangan 
ditentukan dengan memanggil kedua belah pihak untuk 
mendengarkannya. Pemanggilan kedua belah pihak dilakukan dengan 
surat tercatat oleh panitera atas perintah Ketua Pengadilan Tata Usaha 
Negara yang bersangkutan. Terhadap penetapan ketua pengadilan 
tersebut diajukan perlawanan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara 
yang bersangkutan dalam tenggang waktu 14 hari sesudah diucapakan. 
Perlawanan tersebut diajukan harus dengan memenuhi syarat-syarat 
seperti yang gugatan biasa sebagaimana diatur dalam Pasal 56 Undang- 
Undang Nomor 5 Tahun 1986. Perlawanan diperiksa dan diputus oleh 
Pengadilan Tata Usaha Negara denga acara cepat, maka penetapan 
Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara yang yang diambil dalam rapat 
permusyawaratan tesebut dinyatakan gugur demi hukum dan pokok 
gugatan akan diperiksa, diputus dan diselesaikan menurut acara biasa 
39
b. Pemeriksaan Persiapan 
 Diatur lebih lanjut dalam Pasal 63 UU No. 5 Tahun 1986 yang berbunyi : 
1) Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, hakim wajib mengadakan pemeriksaan 
persiapan untuk melengkapi gugatan yang kurang jelas 
2) Dalam pemeriksaan persiapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hakim : 
1. Wajib member nasehat kepada penggugat untuk memperbaiki gugatan dan 
melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka waktu 30 hari 
2. Dapat meminta penjelasan kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang 
bersangkutan 
3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a, penggugat 
belum menyempurnakan gugatannya, maka hakim menyatakan dengan putusan bahwa 
gugatannya tidak dapat diterima; 
4) Terhadap putusan sebagaimana diatur dalam ayat (3) tidak dapat digunakan upaya hukum, 
tetapi dapat diajukan gugatan yang baru. 
40
PEMERIKSAAN TINGKAT 
PERTAMA PERADILAN TUN 
Dilakukan dengan dua cara: 
1.Acara cepat; 
2.Acara biasa. 
Selama pemeriksaan berlangsung, pihak yg 
berkepentingan dapat mengajukan diri sebagai 
para pihak atau keikutsertaan pihak ketiga. 
41
Keikutsertaan pihak ketiga dalam pemeriksaan tgkt 
pertama dpt dalam bentuk: 
a.Tussenkomst: pihak ketiga yg ikut serta dalam 
pemeriksaan PTUN dgn kemauan sendiri, tujuannya 
mempertahankan kepentingannya, agar tidak 
dirugikan baik KTUN yg diperiksa maupun akibat 
putusan TUN. Jika gugatan pihak ketiga dikabulkan 
maka disebut sebagai penggugat intervensi 
(intervenient) 
42
b. voeging 
Yaitu keikutsertaan pihak ketiga dalam 
pemeriksaan tingkat pertama PTUN atas 
permintaan para pihat baik penggugat maupun 
tergugat. Tujuan voeging ini adalah memperkuat 
kedudukan salah satu pihak, baik penggugat 
maupun tergugat. 
43
c. Intervensi khusus 
Intervensi khusus terjadi dalam pemeriksaan tingkat 
pertama atas permintaan sendiri dari hakim yang 
mengadili sengketa TUN. Kedudukan pihak ketiga 
tersebut yaitu sebagai tergugat II intervensi. 
Pemanggilan tergugat II intervensi tersebut, 
dilakukan oleh hakim TUN lewat putusan sela. 
44
EKSEPSI, REPLIK & DUPLIK 
DALAM HUKUM ACARA TATA 
USAHA NEGARA
EKSEPSI 
• Eksepsi adalah tangkisan hal-hal di luar pokok perkara, sehingga gugatan dinyatakan 
tidak dapat diterima. 
a) Eksepsi dalam perkara Tata Usaha Negara diatur dalam Pasal 77 UU.No. 5/1986 
terdiri dari: 
a. Eksepsi Absolut : 
- Kopetensi Absolut. 
 Yakni eksepsi tentang kompetensi absolut pengadilan dapat diajukan setiap waktu 
selama pemeriksaan berjalan. Bahwa meskipun tidak diajukan, Pengadilan wajib 
untuk memeriksanya dan menyatakan tidak berwenang mengadili perkara. 
- Kopetensi Relatif. 
 Eksepsi diajukan sebelum disampaikan jawaban atas pokok perkara. Eksepsi ini harus 
diputus sebelum pokok perkara diperiksa. Jadi untuk itu pengadilan terlebih dahulu 
harus menetapkan putusan sela.
b. Eksepsi Relatif : 
Eksepsi Relatif adalah tangkisan mengenai hal-hal 
kekurangan/kesalahan mengenai pembuatan gugatan. 
Misalnya : Penggugat tidak berkualitas sebagai Penggugat, Objek 
gugatan bukan objek TUN, identitas para pihak tidak lengkap, 
gugatan kabur, gugatan telah daluwarsa, gugatan nebis in idem 
dll. Eksepsi relatif ini tidak terbatas, asal itu merupakan 
kelemahan dari gugatan diajukan sebagai eksepsi relatif.
Tentang Jawaban 
 Setelah mengemukakan eksepsi (tangkisan), selanjutnya disampaikan jawaban terhadap pokok 
perkara (Pasal 74 ayat 1 UU.No. 5/1986). Suatu jawaban biasanya berisikan : 
1. Bantahan 
 Bantahan yang dimaksud adalah suatu pengingkaran terhadap apa yang dikemukakan 
penggugat dalam dalil-dalil gugatannya. 
2. Pengakuan/pembenaran 
 Di dalam Jawaban ada kemungkinan Tergugat mengakui kebenaraan dalil-dalil gugatan 
Penggugat. Untuk menghidarkan agar jangan sampai ada pengakuan yang tidak memerlukan 
pembuktian lagi biasanya dipergunakan kata-kata “ seandanyapun itu benar” atau “qwodnoon. 
Maksudnya tidak membantah secara tegas, tetapi juga tidak mengakui secara tegas, tetapi juga 
tidak mengakui secara pasti. 
3. Fakta-fakta lain 
 Di dalam jawaban itu Tergugat ada kemungkinan juga mengemukakan fakta-fakta baru untuk 
membenarkan kedudukannya.
FORMAT JAWABAN 
 Hal : Jawaban Perkara Tata Usaha Negara 
No. : ....../G/..../PTUN...... 
Dengan Hormat, 
Tergugat dengan ini menyampaikan Eksepsi dan Jawaban sebagai berikut : 
I. TENTANG EKSEPSI 
A. Eksepsi Absolut (kalau ada) 
1. Kopentensi Absolut (uraikan) 
2. Kopetensi Relatif (uraikan) 
B. Eksepsi relatif 
1. Daluwarsa (uraikan) 
2. Gugatan Nebis in idem (uraikan) 
3. dll (uraikan) 
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas mohon PTUN menyatakan diri tidak berwenang mengadili perkara ini (kalau menyangkut eksepsi 
absolut) dan karenanya/atau menyatakan gugatan tidak dapat diterima. 
II. TENTANG POKOK PERKARA 
- Bahwa Tergugat dengan ini membantah seluruh dalil-dalil gugatan Penggugat, kecuali atas hal-hal yang secara tegas diakui oleh Tergugat 
dalam jawaban ini ; 
- Bahwa hal-hal yang telah dikemukakan dalam eksepsi, secara mutatismutandis juga masuk kedalam jawaban terhadap pokok perkara, 
sehingga tidak perlu diulagi lagi ; 
- Bahwa ............... (dan seterusnya) merupakan bantahan terhadap dailil-dalil gugatan Penggugat poin demi poin. 
III. KESIMPULAN 
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas mohon Majelis hakim yang memeriksa perkara ini menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau 
setidak-tidaknya menyatakan tidak dapat diterima. 
Terima Kasih 
........ (domisili), tanggal ..... 
Hormat Tergugat 
Kuasa Hukumnya 
(........................)
Replik yaitu bantahan penggugat atas keterangan / jawaban tergugat. 
Atas jawaban Tergugat, selanjutnya kepada Penggugat diberikan 
kesempatan untuk membantah, menguatkan alasan-alasan gugatan yang 
diajukan (Pasal 75 (1) UU. No. 51/1986 Jo. UU No. 9 Tahun 2004). 
Replik biasanya berisi dalil-dalil atau hal-hal tambahan untuk 
menguatkan dalil-dalil gugatan Penggugat. Penggugat dalam replik ini 
dapat niengemukakan sumber-sumber kepustaaan, pendapat para ahli, 
doktrin, kebiasaan, dan sébagainya. 
Perananan Yurisprudensi sangat penting dalam Replik, mengingat 
kedudukannya sebagai salah sam sumber hukum. 
Dalam rnenyusun replik biasanya cukup dengan mengikuti poin-poin 
jawaban Tergugat. Dalam replik Penggugat dapat mengajukan hal-hal 
baru untuk menguatkan dalil gugatanya.
Duplik yaitu jawaban tergugat atas bantahan penggugat 
Terhadap Replik Peggugat, maka kepada Tergugat diberi 
kesempatan untuk menyampaikan Duplik, yang isinya berupa 
dalil-dalil bantahan atas Replik Penggugat atau dalil-dalil utuk 
menguatkan jawaban Tergugat (Pasal 75 ayat (2) UU.No. 5/1986 
Jo. VU No. 9 Tahun 2004). Penyusunan duplik biasanya 
berdasarkan poin-poin replik Penggugat. 
Pada Duplik Tergugat masih dapat mengemukakan dalil-dalil baru 
tentang bantahannya terhadap gugatan, atau sekedar untuk 
rnenguatkan dalil-dalil jawabannya. Dengan adanya jawab-menjawab 
ini menjadi jelas permasalahan perkara.
Contoh Replik 
Hal : REPLIK dalam Perkara No. …/…../2014/PTUN …. 
Kepada Yang Terhormat, 
Ketua Majelis Hakim Perkara No. …/…../2014/PTUN ... 
Pengadilan Tata Usaha Negara …….. 
Di 
………… 
Dengan hormat, 
Untuk dan atas nama Penggugat dengan ini mengajukan REPLIK atas JAWABAN TERGUGAT, yang telah diuraikan tertanggal …………. 
2014, sebagai berikut : 
DALAM POKOK PERKARA 
Penggugat tetap pada dalil-dalil sebagaimana terurai dalam surat Gugatan aquo, dan selanjutnya membantah seluruh dalil-dalil Tergugal 
sebagaimana diuraikan dalam Jawabannya, dengan uraian seperti dibawah ini. 
1. Bahwa ……. 
2. Bahwa ……. 
3. Bahwa …….. 
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Penggugat tetap pada tuntutan semula dan mohon Majelis Hakim dapat memutuskan sebagai berikut : 
1. Mengabulkan gugatan untuk seluruhnya; 
2. Memutuskan ………………………………………. ; 
3. Mengadili perkara ini dengan seadil-adilnya 
Hormat Kami, 
Penggugat/Kuasa Penggugat,
Contoh Duplik 
 Banda Aceh, ………. 2014 
Hal : Duplik atas Replik Penggugat 
Kepada 
Yth. Majelis Hakim Pemeriksa 
Perkara No. …. /…../2014/PTUN.Bna 
Pada Pengadilan Tata Usaha Negara 
di – 
Banda Aceh 
 Dengan Hormat, 
 Untuk dan atas nama klien kami Tergugat (nama tergugat) dalam Perkara No. …/…../2014/PTUN.Bna, Pada Pengadilan 
Tata Usaha Negara di Banda Aceh dengan ini menyampaikan Duplik atas Replik Penggugat. 
 Adapun Duplik atas Replik Penggugat adalah sebagai berikut : 
 Dalam Eksepsi: 
1. Bahwa ………… 
2. Bahwa …………. 
3. Bahwa ………… 
 Dalam Pokok Perkara: 
1. Bahwa ………… 
2. Bahwa ……….. 
3. Bahwa ………..
 Dalam rekonpensi: 
1. Bahwa …. 
2. Bahwa …. 
3. Bahwa …. 
 Berdasarkan alasan tersebut diatas Penggugat Rekonpensi/Tergugat Konpensi mohon kepada Majelis 
Hakim Pemeriksa Perkara, agar berkenan memutus perkara sebagai berikut : 
 Dalam Eksepsi 
 PRIMER: 
1. Menerima dan mengabulkan eksepsi Tergugat untuk seluruhnya. 
2. Menolak atau setidak-tidaknya tidak menerima gugatan Penggugat untuk seluruhnya. 
3. Menghukum Penggugat) untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat adanya perkara ini. 
 Dalam Pokok Perkara : 
 Dalam Konpensi : 
 PRIMER : 
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya. 
2. Menolak ………………… 
3. Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat adanya perkara
 Dalam Rekonpensi : 
 PRIMER : 
1. Menerima dan mengabulkan gugatan Rekonpensi Penggugat untuk seluruhnya. 
2. Menetapkan dan menyatakan bahwa, ….. 
3. Menghukum Tergugat Rekonpensi/Penggugat Konpensi untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat adanya 
perkara ini. 
 Dalam Eksepsi, Konpensi, dan Rekonpensi. 
 Subsider : 
 Mohon Putusan seadil-adilnya. 
 Demikian Eksepsi, Jawaban serta gugatan balik kami, atas perkenan Yang Terhormat Hakim Pemeriksa Perkara, diucapkan 
Terima Kasih. 
Hormat Kami 
Kuasa Hukum Tergugat 
Konsepsi/Penggugat 
Rekonsepsi. 
(Nama Kuasa Hukum)
PENGERTIAN KUASA HUKUM 
 Kuasa menurut hukum disebut juga wettelijke vertegenwoording 
atau legal mandatory (legal representative). Artinya, undang-undang 
menetapkan bahwa seseorang atau badan hukum dengan 
sendirinya menurut hukum berhak bertindak mewakili orang atau 
badan hukum tersebut tanpa memerlukan surat kuasa. 
 Pengertian kuasa merujuk pada wewenang, jadi pemberian kuasa 
berarti pemberian/pelimpahan wewenang dari pemberi kuasa 
kepada penerima kuasa, untuk mewakili kepentingannya. 
 Kuasa hukum yaitu pihak yang diberikan kewenangan untuk 
melaksanakan proses hukum di muka pengadilan. 
 Pengacara atau advokat atau kuasa hukum adalah kata benda, 
subyek. Dalam praktik dikenal juga dengan istilah Konsultan Hukum. 
Dapat berarti seseorang yang melakukan atau memberikan nasihat 
(advis) dan pembelaan “mewakili” bagi orang lain yang berhubungan 
(klien) dengan penyelesaian suatu kasus hukum
JENIS KUASA 
1. Kuasa Umum 
 Kuasa Umum diatur dalam Pasal 1795 KUH Perdata, dimana kuasa umum bertujuan untuk memberi 
kuasa kepada seseorang untuk mengurus kepentingan pemberi kuasa mengenai pengurusan , yang disebut 
berharder untuk mengatur kepentingan pemberi kuasa. Dengan demikian , dari segi hukum , surat kuasa 
umum tidak dapat dipergunakan di depan pengadilan untuk mewakili pemberi kuasa. Sebab, sesuai dengan 
ketentuan Pasal 123 HIR, untuk dapat tampil di depan pengadilan sebagai wakil pemberi kuasa, Penerima 
Kuasa haruslah mendapat surat kuasa khusus. 
2. Kuasa Khusus 
 Adapun pengaturan mengenai surat kuasa khusus diatur dalam pasal 1975 BW yaitu mengenai pemberian 
kuasa mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih. Agar bentuk kuasa yang disebut dalam pasal ini sah 
sebagai surat kuasa khusus di depan pengadilan , kuasa tersebut harus disempurnakan terlebih dahulu 
dengan syarat-syarat yang disebutkan dalam pasal 123 HIR. 
3. Kuasa Istimewa 
 Kuasa Istimewa diatur dalam pasal 1796 BW dikaitkan dengan Pasal 157 HIR atau Pasal 184 RBG.
SYARAT KUASA KHUSUS 
• Menurut SEMA No.2 Tahun 1959, digariskan syarat khusus 
antara lain; 
1. menyebutkan kompetensi relatif, di PN mana kuasa itu 
dipergunakan mewakili kepentingan pemberi kuasa; 
2. menyebutkan identitas dan kedudukan para pihak (sebagai 
penggugat dan tergugat); 
3. menyebutkan secara ringkas dan konkret pokok dan objek 
sengketa yang diperkarakan antara pihak yang berperkara.
FORMAT SURAT KUASA DALAM HPTUN 
 KANTOR HUKUM ADVOKAT/PENGACARA & KONSULTAN HUKUM 
 (NAMA KANTOR) 
 Alamat kantor 
Yang bertanda tangan di bawah ini : 
o Nama : ….. 
o Umur : …… 
o Pekerjaan : ……. 
o Kewarganegaraan : Indonesia 
o Alamat : …… 
Selanjutnya disebut PEMBERI KUASA. 
Dalam hal ini memilih domisili hukum di kantor kuasanya tersebut di bawah ini, menerangkan bahwa dengan ini memberi 
kuasa penuh kepada : 
1. …….. 
2. …….. 
3. …….. 
adalah Advokat/Pengacara dan Konsultan Hukum pada Kantor Hukum Advokat/Pengacara dan Konsultan Hukum 
“……………”, beralamat di ………………….., untuk selanjutnya disebut sebagai PENERIMA KUASA. 
------------------------------------------------------- KHUSUS ---------------------------------------------------
 Untuk dan atas nama pemberi kuasa, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama mengurus 
kepentingan pemberi kuasa untuk mengurus perkara : “Atas diterbitkannya Surat Keputusan Tata Usaha 
Negara No. … /…/…./…./2014 tertanggal …………. 2014, Tentang ……………… atas nama 
…………………. oleh …………………. (LEMBAGA PEMERINTAH). 
 Untuk itu penerima kuasa dikuasakan untuk melakukan perbuatan hukum untuk 
………………………….. (uraian-uraian terkait hal yg dapat dilakukan oleh kuasa hukum) 
 Demikian surat kuasa dan kekuasaan ini dapat dialihkan kepada orang lain dengan hak substitusi dan 
seterusnya menurut hukum, seperti yang dimaksud dalam Pasal 1812 KUH Perdata dan menurut syarat-syarat 
lainya ditetapkan dalam Undang-undang. 
 Langsa, ……….. 2014 
 PENERIMA KUASA PEMBERI KUASA 
 (PENGACARA/KUASA HUKUM) (Nama Pemberi Kuasa)
PROSEDUR PENGAJUAN 
GUGATAN PADA PENGADILAN 
TATA USAHA NEGARA
PROSEDUR PENERIMAAN GUGATAN 
DI PTUN 
1. Tempat Mengajukan Gugatan 
 Gugatan yang telah disusun / dibuat ditandatangani oleh Penggugat atau Kuasanya, 
kemudian didaftarkan di Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara yang berwenang 
sesuai dengan ketentuan Pasal 54. 
 Ayat (1) Gugatan Sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan yang 
berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Tergugat 
 Ayat (2) Apabila Tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan 
berkedudukan tidak dalam satu faerah Hukum Pengadilan, Gugatan diajukan 
kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi kedudukan salah satu Badan 
atau Pejabat Tata Usaha Negara 
 Ayat (3) Dalam hal tempat kedudukan Tergugat tidak berada dalam daerah hukum 
Pengadilan tempat kediaman Pengugat, maka Gugatan dapat diajukan ke Pengadilan 
yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Penggugat selanjutnya 
diteruskan kepada Pengadilan yang bersangkutan.
Ayat (4) Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa Tata 
Usaha Negara yang bersangkutan yang diatur dengan Peraturan 
Pemerintah, Gugatan dapat diajukan kepada Pengadilan yang 
berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman 
Penggugat 
Ayat (5) Apabila Penggugat dan Tergugat berkedudukan atau 
berada di luar negeri, Gugatan diajukan kepada Pengadilan di 
Jakarta. 
Ayat (6) Apabila Tergugat berkedudukan di dalam negeri dan 
Penggugat di luar negeri, Gugatan diajukan kepada Pengadilan 
ditempat kedudukan Tergugat.
Administrasi di Pengadilan Tata 
Usaha Negara 
Panitera menaksir biaya panjer ongkos perkara yang harus dibayar 
oleh Penggugat atau Kuasanya yang diwujudkan dalam bentuk 
SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar) atau antara lain: 
Biaya Kepaniteraan 
Biaya Materai 
Biaya Saksi 
Biaya Saksi Ahli 
Biaya Alih Bahasa 
Biaya Pemeriksaan Setempat 
Biaya lain untuk Penebusan Perkara
Gugatan yang telah dilampiri SKUM tersebut kemudian 
diteruskan ke Sub bagian Kepaniteraan Muda Perkara untuk 
penyelesaian perkara lebih lanjut. 
Atas dasar SKUM tersebut kemudian Penggugat atau kuasanya 
dapat membayar di kasir (dibagian Kepaniteraan Muda Perkara) 
dan atas pembayaran tersebut kemudian dikeluarkan, kwitansi 
pembayarannya. Gugatan yang telah dibayar panjer biaya perkara 
tersebut kemudian didaftarkan didalam buku register perkara dan 
mendapat nomor register perkara.
Gugatan yang sudah didaftarkan dan mendapat nomor register 
tersebut kemudian dilengkapi dengan formulir-formulir yang 
diperlukan dan Gugatan tersebut diserahkan kembali kepada 
Panitera dengan buku ekspedisi penyerahan berkas. 
Selanjutnya berkas perkara gugatan tersebut oleh Panitera 
diteruskan / diserahkan kepada Ketua Pengadilan untuk 
dilakukan Penelitian terhadap Gugatan tersebut, yaitu dalam 
proses dismissal ataupun apakah ada permohonan penundaan 
pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat, beracara 
cepat maupun ber-acara Cuma-Cuma.
Syarat Gugatan 
 Terdapat dua syarat yg harus dipenuhi, yaitu syarat formal dan 
syarat materiil. 
1. Syarat Formal 
 Pasal 56 (1) UU no 5 tahun 1986 Jo uu no 9 tahun 2004 
menentukan bahwa suatu gugatan harus memuat : 
a. Identitas Penggugat 
1. Nama lengkap Penggugat 
2. Kewarganegaraan Penggugat 
3. Tempat Tinggal penggugat 
4. Pekerjaaan penggugat
b. Identitas Tergugat 
1) Nama., Jabatan, Misalnya : Kepala Dinas…, Bupati…., 
Gubenur…., Menteri…, Camat…, Lurah….dan sebgainya 
2) Tempat kedudukan tergugat 
c. Tenggang waktu mengajukan gugatan 
 Gugatan terhadap suatu Keputusan/Penetapan tertulis atau yang 
disamakan dengan itu, hanya dapat dilakukan dalam tenggang 
waktu 90 hari terhitung sejak keputusan itu: 
1) Setelah diterima atau dikeluarkan SK. 
2) Setelah 4 bulan dilakukan permintaan dikeluarkan SK. 
3) Setelah banding administratif
d. Diberi Tanggal; Suatu gugatan biasanya diberi 
tanggal, hal ini berkaitan dengan tenggang 
waktu untuk mengajukan gugatan. 
e. Ditandatangani; Suatu surat gugatan haruslah 
ditanda tangani oleh Penggugat atau oleh 
kuasanya yang sah untuk itu. Surat gugatan 
tidak perlu diberi materai, karena biaya 
materai tersebut telah dihitung dalam biaya 
perkara (SEMA No. 2 Tahun 1991).
2. Syarat Materiil 
a. Objek gugatan (misal Perkara Tata Usaha Negara 
No. 01/G/l 994/PTUN-MDN, tanggal 14 
November 1994, objek gugatanya adalah Sertifikat 
Tanah Hak Guna Bangunan (HGB) No. 22 
tertanggal 7 Januari 1982 atas nama M.KADIRAN) 
b. Posita gugatan: Posita atau dasar-dasar gugatan, 
benisikan dalil Penggugat untuk mengajukan 
gugatan. yang diuraikan secara ringkas dan 
sederhana
Posita gugatan meliputi: 
Fakta Hukum Fakta Hukum berisi fakta-fakta secara kronologis 
tentang adanya hubungan hukum antara Penggugat dengan 
Tergugat maupun dengan objek.gugatan. 
Kualifikasi Perbuatan Tergugat, Dalam gugatan harus diuraikan 
secara ringkas dan tegas serta jelas tentang kualifikasi kesalahan 
dari tergugat. 
Uraikan Kerugian Penggugat: Seandainya akibat perbuatan 
tergugat menerbitkan keputusan yang disengketakan itu telah 
menimbulkan kerugian bagi penggugat, maka hal itu dapat 
digugat dalam Gugatan Tata Usaha Negara sesuai dengan 
Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 1991
Petitum adalah kesimpulan gugatan yang berisikan 
hal-hal yang dituntut oleh penggugat untuk 
diputuskan oleh hakim. 
Petitum (apa yang menjadi tuntutan/ yang diminta) 
Ada beberapa alternatif : 
1)Pembatalan atau menyatakan tidak sah SK yang 
dikeluarkan Tergugat. 
2)Ganti rugi 
3)Rehabilitasi 
4)Bisa mengajukan penangguhan pelaksanaan SK
Petitum itu umumnya meliputi hal-hal sebagai berikut : 
Mengabulkan/ menerima gugatan Penggugat seluruhnya 
Menyatakan perbuatan Tergugat adalah perbuatan yang sewenang-wenang 
atau perbuatan yang bertentangan dengan Undang- 
Undang 
Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan No…. Tanggal 
…… yang dikeluarkan oleh tergugat: 
Menghukum tergugat untuk membayar ganti kerugian sebesar 
Rp……………. Kepada Penggugat (Jika ada) 
Menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya yang timbul 
dalam perkara ini untuk semua tingkatan
Dalam hal ada gugatan privisi maka hal tersebut harus 
diuraikan terlebih dahulu setelah identitas para pihak dan objek 
gugatan diuraikan. Gugaatn provisi itu dapat menyangkut 
tindakan tertentu yaitu: menunda pelaksanaan keputusan Usaha 
Negara yang disengketakan sampai ada putusan Pengadilan yang 
berkekuatan hukum tetap. Atau untuk megizinkan penggugat 
berperkara secara prodeo atau Cuma-Cuma.atau mungkin juga 
untuk meminta suatu perkara diperiksa dengan acara cepat, 
Untuk itu harus dikemukakan alasan-alasanya dalam gugatan 
provisi tersebut
SEKIAN 
TERIMAKASIH

Contenu connexe

Tendances

Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiKardoman Tumangger
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdatasesukakita
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalNuelnuel11
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Idik Saeful Bahri
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANADian Oktavia
 
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)Arman Solit
 
Contoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiContoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiNasria Ika
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumAnto Neo Madani
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaSigit Riono
 
Alternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian SengketaAlternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian SengketaLeks&Co
 
3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahan3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahanDian Oktavia
 
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTMateri kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTAndhika Pratama
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusussesukakita
 
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...Idik Saeful Bahri
 
materi Hukum dan ham
materi Hukum dan ham materi Hukum dan ham
materi Hukum dan ham Bang Ucok
 

Tendances (20)

Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
 
Contoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiContoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasi
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukum
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
 
Alternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian SengketaAlternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian Sengketa
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara
 
Hukum Konstitusi
Hukum KonstitusiHukum Konstitusi
Hukum Konstitusi
 
3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahan3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahan
 
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTMateri kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
 
materi Hukum dan ham
materi Hukum dan ham materi Hukum dan ham
materi Hukum dan ham
 

En vedette

Perkara Peradilan Tata Usaha Negara di dalam Hukum Administrasi Negara
Perkara Peradilan Tata Usaha Negara di dalam Hukum Administrasi NegaraPerkara Peradilan Tata Usaha Negara di dalam Hukum Administrasi Negara
Perkara Peradilan Tata Usaha Negara di dalam Hukum Administrasi NegaraDella Mega Alfionita
 
Penerapan Upaya Hukum dalam Pengadilan Tata Usaha Negara (Analisis Kasus)
Penerapan Upaya Hukum dalam Pengadilan Tata Usaha Negara (Analisis Kasus)Penerapan Upaya Hukum dalam Pengadilan Tata Usaha Negara (Analisis Kasus)
Penerapan Upaya Hukum dalam Pengadilan Tata Usaha Negara (Analisis Kasus)Leks&Co
 
Tugas presentasi kelompok -- kasus gugatan ptun (2)
Tugas presentasi kelompok  -- kasus gugatan ptun (2)Tugas presentasi kelompok  -- kasus gugatan ptun (2)
Tugas presentasi kelompok -- kasus gugatan ptun (2)dani hidayat
 
Definisi hukum acara pidana
Definisi hukum acara pidanaDefinisi hukum acara pidana
Definisi hukum acara pidanaAbi Zakaria N
 
Pengantar ilmu hukum_tata_negara.pdf
Pengantar ilmu hukum_tata_negara.pdfPengantar ilmu hukum_tata_negara.pdf
Pengantar ilmu hukum_tata_negara.pdfjampanx
 
Presentasi seminar proposal
Presentasi seminar proposalPresentasi seminar proposal
Presentasi seminar proposalNajmi Sari
 
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang BagusContoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang BagusTrisnadi Wijaya
 
Prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitrase
Prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitraseProsedur penyelesaian sengketa melalui arbitrase
Prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitraseettykogoyo
 
Skenario pengadilan semu11
Skenario pengadilan semu11Skenario pengadilan semu11
Skenario pengadilan semu11irfan11333
 
Bahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraBahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraFakhrul Rozi
 
Tugas merancang kapal ii kesimpulan
Tugas merancang kapal ii   kesimpulanTugas merancang kapal ii   kesimpulan
Tugas merancang kapal ii kesimpulanYogga Haw
 
Contoh Surat Permohonan Gugatan Perceraian
Contoh Surat Permohonan Gugatan PerceraianContoh Surat Permohonan Gugatan Perceraian
Contoh Surat Permohonan Gugatan PerceraianAmphie Yuurisman
 
Kampung Sadar Hukum
Kampung Sadar HukumKampung Sadar Hukum
Kampung Sadar HukumIrwan Dujour
 
Hak dan tanggungngan penjamin
Hak dan tanggungngan penjaminHak dan tanggungngan penjamin
Hak dan tanggungngan penjaminZamree Zakaria
 
kesimpulan penggugat
kesimpulan penggugatkesimpulan penggugat
kesimpulan penggugatNakano
 

En vedette (20)

Ptun
PtunPtun
Ptun
 
Perkara Peradilan Tata Usaha Negara di dalam Hukum Administrasi Negara
Perkara Peradilan Tata Usaha Negara di dalam Hukum Administrasi NegaraPerkara Peradilan Tata Usaha Negara di dalam Hukum Administrasi Negara
Perkara Peradilan Tata Usaha Negara di dalam Hukum Administrasi Negara
 
Penerapan Upaya Hukum dalam Pengadilan Tata Usaha Negara (Analisis Kasus)
Penerapan Upaya Hukum dalam Pengadilan Tata Usaha Negara (Analisis Kasus)Penerapan Upaya Hukum dalam Pengadilan Tata Usaha Negara (Analisis Kasus)
Penerapan Upaya Hukum dalam Pengadilan Tata Usaha Negara (Analisis Kasus)
 
Tugas presentasi kelompok -- kasus gugatan ptun (2)
Tugas presentasi kelompok  -- kasus gugatan ptun (2)Tugas presentasi kelompok  -- kasus gugatan ptun (2)
Tugas presentasi kelompok -- kasus gugatan ptun (2)
 
Hukum acara phi
Hukum acara phiHukum acara phi
Hukum acara phi
 
Definisi hukum acara pidana
Definisi hukum acara pidanaDefinisi hukum acara pidana
Definisi hukum acara pidana
 
Pengantar ilmu hukum_tata_negara.pdf
Pengantar ilmu hukum_tata_negara.pdfPengantar ilmu hukum_tata_negara.pdf
Pengantar ilmu hukum_tata_negara.pdf
 
Asas hukum perbankan
Asas hukum perbankanAsas hukum perbankan
Asas hukum perbankan
 
Presentasi seminar proposal
Presentasi seminar proposalPresentasi seminar proposal
Presentasi seminar proposal
 
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang BagusContoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
 
Prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitrase
Prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitraseProsedur penyelesaian sengketa melalui arbitrase
Prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitrase
 
Skenario pengadilan semu11
Skenario pengadilan semu11Skenario pengadilan semu11
Skenario pengadilan semu11
 
Bahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraBahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acara
 
Tugas merancang kapal ii kesimpulan
Tugas merancang kapal ii   kesimpulanTugas merancang kapal ii   kesimpulan
Tugas merancang kapal ii kesimpulan
 
Surat kuasa khusus
Surat kuasa khususSurat kuasa khusus
Surat kuasa khusus
 
Contoh Surat Permohonan Gugatan Perceraian
Contoh Surat Permohonan Gugatan PerceraianContoh Surat Permohonan Gugatan Perceraian
Contoh Surat Permohonan Gugatan Perceraian
 
Kampung Sadar Hukum
Kampung Sadar HukumKampung Sadar Hukum
Kampung Sadar Hukum
 
Hak dan tanggungngan penjamin
Hak dan tanggungngan penjaminHak dan tanggungngan penjamin
Hak dan tanggungngan penjamin
 
kesimpulan penggugat
kesimpulan penggugatkesimpulan penggugat
kesimpulan penggugat
 
Bank Indonesia & LPS
Bank Indonesia & LPSBank Indonesia & LPS
Bank Indonesia & LPS
 

Similaire à Hukum PTUN

Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidanairmasiti8
 
3. UAS ccccccccccccccccccccccccccccccPUTUSAN PA.ppt
3. UAS ccccccccccccccccccccccccccccccPUTUSAN PA.ppt3. UAS ccccccccccccccccccccccccccccccPUTUSAN PA.ppt
3. UAS ccccccccccccccccccccccccccccccPUTUSAN PA.pptAZIS50
 
Sistem_Hukum_Indonesia.ppt
Sistem_Hukum_Indonesia.pptSistem_Hukum_Indonesia.ppt
Sistem_Hukum_Indonesia.pptGustiZain
 
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...ArsipDatunNTT
 
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptxIX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptxdonihasmanto
 
hukum pidana bagi pemula, mengajarkan dasar-dasar dalam ilmu pidana
hukum pidana bagi pemula, mengajarkan dasar-dasar dalam ilmu pidanahukum pidana bagi pemula, mengajarkan dasar-dasar dalam ilmu pidana
hukum pidana bagi pemula, mengajarkan dasar-dasar dalam ilmu pidanapardalis1
 
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...Yassir Adiputera
 
KAPASITAS APARATUR DESA.pptx
KAPASITAS APARATUR DESA.pptxKAPASITAS APARATUR DESA.pptx
KAPASITAS APARATUR DESA.pptxdpmdbusel
 
Mala in se & mala in prohibita
Mala in se & mala in prohibitaMala in se & mala in prohibita
Mala in se & mala in prohibitaismarandy
 
PPT sumber-sumber hukum dan subjek hukum
PPT sumber-sumber hukum dan subjek hukumPPT sumber-sumber hukum dan subjek hukum
PPT sumber-sumber hukum dan subjek hukumJemsTandodo
 
PERTEMUAN 7.pptx
PERTEMUAN 7.pptxPERTEMUAN 7.pptx
PERTEMUAN 7.pptxBeatDragon
 
Hukum administrasi negara 2
Hukum administrasi negara 2Hukum administrasi negara 2
Hukum administrasi negara 2Nuelimmanuel22
 
Pp nomor 94 tahun 2021 tentang disiplin pns
Pp nomor 94 tahun 2021   tentang disiplin pnsPp nomor 94 tahun 2021   tentang disiplin pns
Pp nomor 94 tahun 2021 tentang disiplin pnsKutsiyatinMSi
 
PP nomor 94 tahun 2021 tentang disiplin pns
PP nomor 94 tahun 2021   tentang disiplin pnsPP nomor 94 tahun 2021   tentang disiplin pns
PP nomor 94 tahun 2021 tentang disiplin pnsKutsiyatinMSi
 

Similaire à Hukum PTUN (20)

Details ptun
Details ptunDetails ptun
Details ptun
 
Details ptun
Details ptunDetails ptun
Details ptun
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
 
3. UAS ccccccccccccccccccccccccccccccPUTUSAN PA.ppt
3. UAS ccccccccccccccccccccccccccccccPUTUSAN PA.ppt3. UAS ccccccccccccccccccccccccccccccPUTUSAN PA.ppt
3. UAS ccccccccccccccccccccccccccccccPUTUSAN PA.ppt
 
Sistem_Hukum_Indonesia.ppt
Sistem_Hukum_Indonesia.pptSistem_Hukum_Indonesia.ppt
Sistem_Hukum_Indonesia.ppt
 
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
 
Sumber hukum
Sumber hukumSumber hukum
Sumber hukum
 
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptxIX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
 
hukum pidana bagi pemula, mengajarkan dasar-dasar dalam ilmu pidana
hukum pidana bagi pemula, mengajarkan dasar-dasar dalam ilmu pidanahukum pidana bagi pemula, mengajarkan dasar-dasar dalam ilmu pidana
hukum pidana bagi pemula, mengajarkan dasar-dasar dalam ilmu pidana
 
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...
 
KAPASITAS APARATUR DESA.pptx
KAPASITAS APARATUR DESA.pptxKAPASITAS APARATUR DESA.pptx
KAPASITAS APARATUR DESA.pptx
 
Mala in se & mala in prohibita
Mala in se & mala in prohibitaMala in se & mala in prohibita
Mala in se & mala in prohibita
 
Legal opinion
Legal opinionLegal opinion
Legal opinion
 
PPT sumber-sumber hukum dan subjek hukum
PPT sumber-sumber hukum dan subjek hukumPPT sumber-sumber hukum dan subjek hukum
PPT sumber-sumber hukum dan subjek hukum
 
Manusia & keadilan
Manusia & keadilanManusia & keadilan
Manusia & keadilan
 
PERTEMUAN 7.pptx
PERTEMUAN 7.pptxPERTEMUAN 7.pptx
PERTEMUAN 7.pptx
 
Hukum administrasi negara 2
Hukum administrasi negara 2Hukum administrasi negara 2
Hukum administrasi negara 2
 
Hukum Indonesia
Hukum IndonesiaHukum Indonesia
Hukum Indonesia
 
Pp nomor 94 tahun 2021 tentang disiplin pns
Pp nomor 94 tahun 2021   tentang disiplin pnsPp nomor 94 tahun 2021   tentang disiplin pns
Pp nomor 94 tahun 2021 tentang disiplin pns
 
PP nomor 94 tahun 2021 tentang disiplin pns
PP nomor 94 tahun 2021   tentang disiplin pnsPP nomor 94 tahun 2021   tentang disiplin pns
PP nomor 94 tahun 2021 tentang disiplin pns
 

Dernier

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 

Dernier (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 

Hukum PTUN

  • 1. HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA Disampaikan pada forum Kuliah Semester Pendek Tanggal 8, 9, 10 Juli 2014 Oleh: Zaki Ulya,S.H.,M.H. Fakultas Hukum Universitas Samudra Langsa 2014
  • 2. PERADILAN TATA USAHA NEGARA ( P T U N )  1. UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA.  2. UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA  3. UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA  PTUN ADALAH LEMBAGA PERADILAN YANG MENGADILI SENGKETA TUN, TERMASUK SENGKETA KEPEGAWAIAN ANTARA BADAN ATAU PEJABAT TUN/ADMINISTRASI NEGARA (PEJABAT PEMERINTAHAN) DENGAN SESEORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA SEPERTI PT, YAYASAN DAN BADAN HUKUM LAINNYA
  • 3. ISTILAH-ISTILAH DALAM PTUN  TUN ADALAH ADMINISTRASI NEGARA YANG MELAKSANAKAN FUNGSI UNTUK MENYELENGGARAKAN URUSAN PEMERINTAHAN BAIK DI PUSAT MAUPUN DI DAERAH.  BADAN ATAU PEJABAT TUN ADALAH BADAN ATAU PEJABAT YANG MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU.  KEPUTUSAN TUN ADALAH SUATU PENETAPAN TERTULIS YANG DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG BERISI TINDAKAN HUKUM TUN YANG BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, YANG BERSIFAT KONKRET, INDIVIDUAL DAN FINAL, YANG MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM BAGI SESEORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA
  • 4.  TINDAKAN HUKUM TUN ADALAH PERBUATAN HUKUM BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG BERSUMBER PADA SUATU KETENTUAN HUKUM TUN YANG DAPAT MENIMBULKAN HAK DAN KEWAJIBAN PADA ORANG LAIN.  BERSIFAT KONKRET ARTINYA OBYEK YANG DIPUTUSKAN DALAM KEPUTUSAN TUN ITU TIDAK ABSTRAK, TETAPI BERWUJUD, TERTENTU ATAU DAPAT DITENTUKAN, MISALNYA KEPUTUSAN MENGENAI RUMAH SI A, IZIN USAHA BAGI SI B, PEMBERHENTIAN SI C SEBAGAI PEGAWAI NEGERI DSB.  BERSIFAT INDIVIDU ARTINYA KEPUTUSAN TUN ITU TIDAK DITUJUKAN UNTUK UMUM, TETAPI TERTENTU BAIK ALAMAT MAUPUN HAL YANG DITUJU. KALAU YANG DITUJU ITU LEBIH DARI SEORANG, TIAP-TIAP NAMA ORANG YANG TERKENA KEPUTUSAN ITU DISEBUTKAN.  BERSIFAT FINAL ARTINYA SUDAH DEFINITIF DAN KARENANYA DAPAT MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM
  • 5.  SENGKETA TUN ADALAH SENGKETA YANG TIMBUL DALAM BIDANG TUN ANTARA ORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA DENGAN BADAN ATAU PEJABAT TUN, BAIK DI PUSAT MAUPUN DI DAERAH, SEBAGAI AKIBAT DIKELUARKANNYA KEPUTUSAN TUN, TERMASUK SENGKETA KEPEGAWAIAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU.  GUGATAN ADALAH PERMOHONAN YANG BERISI TUNTUTAN TERHADAP BADAN ATAU PEJABAT TUN DAN DIAJUKAN KE PENGADILAN UNTUK MENDAPATKAN PUTUSAN.  TERGUGAT ADALAH BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG MENGELUARKAN KEPUTUSAN BERDASARKAN WEWENANG YANG ADA PADANYA ATAU YANG DILIMPAHKAN KEPADANYA, YANG DIGUGAT OLEH ORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA.  PENGADILAN ADALAH PENGADILAN TUN DAN/ATAU PENGADILAN TINGGI TUN DILINGKUNGAN PERADILAN TUN.  HAKIM ADALAH HAKIM PADA PENGADILAN TUN DAN/ATAU PENGADILAN TINGGI TUN.
  • 6. TUJUAN DAN FUNGSI PEMBENTUKAN PTUN  TUJUAN  1. MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HAK-HAK YANG BERSUMBER PADA HAK-HAK INDIVIDU.  2. MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK MASYARAKAT YANG DIDASARKAN KEPADA KEPENTINGAN BERSAMA DARI INDIVIDU YANG HIDUP DALAM MASYARAKAT TERSEBUT.  FUNGSI  SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KONFLIK YANG TIMBUL ANTARA PEMERINTAH (BADAN ATAU PEJABAT TUN) DENGAN RAKYAT (ORANG PERORANGAN MAUPUN BADAN HUKUM PERDATA) SEBAGAI AKIBAT DIKELUARKAN ATAU TIDAK DIKELUARKANNYA KEPUTUSAN TUN.
  • 7.  MENURUT F.J. STAHL PEMBETUKAN LEMBAGA PERADILAN ADMINISTRASI DIMAKSUDKAN ANTARA LAIN :  1. MENGAKUI DAN MELINDUNGI HAK-HAK ASASI MANUSIA.  2. UNTUK MELINDUNGI HAK-HAK ASASI TERSEBUT, MAKA NEGARA HARUS BERDASARKAN PADA TRIAS POLITIKA.  3. DALAM MENJALANKAN TUGASNYA, PEMERINTAH BERDASARKAN ATAS UNDANG-UNDANG.  4. APABILA DALAM TUGASNYA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG ITU PEMERINTAH MASIH MELANGGAR HAK ASASI YAITU ADANYA CAMPUR TANGAN PEMERINTAH DALAM KEHIDUPAN PRIBADI SESEORANG, MAKA ADA PENGADILAN ADMINISTRASI YANG AKAN MENYELESAIKAN.
  • 8. DASAR HUKUM PTUN  1. UNDANG-UNDANG DASAR 1945 :  PASAL 24  (1) KEKUASAAN KEHAKIMAN MERUPAKAN KEKUASAAN YANG MERDEKA UNTUK MENYELENGARAKAN PERADILAN GUNA MENEGAKKAN HUKUM DAN KEADILAN.  (2) KEKUASAAN KEHAKIMAN DILAKUKAN OLEH SEBUAH MAHKAMAH AGUNG DAN BADAN PERADILAN YANG BERADA DIBAWAHNYA DALAM LINGKUNGAN PERADILAN UMUM, LINGKUNGAN PERADILAN AGAMA, LINGKUNGAN PERADILAN MILITER, LINGKUNGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DAN OLEH SEBUAH MAHKAMAH KONSTITUSI
  • 9.  2. TAP MPR RI NOMOR IV/MPR/1978 DIHUBUNGKAN DENGAN TAP MPR RI NOMOR II/MPR/1983 TENTANG GBHN  3. UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1970 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEKUASAAN KEHAKIMAN.  4. UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN  5. UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG.  6. UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG.
  • 10. AZAS-AZAS DALAM PTUN  1. AZAS PRADUGA RECHTMATIG, MENGANDUNG MAKNA BAHWA SETIAP TINDAKAN PENGUASA SELALU HARUS DIANGGAP BENAR (RECHTMATIG) SAMPAI ADA PEMBATALANNYA. DENGAN AZAS INI GUGATAN TIDAK MENUNDA PELAKSANAAN KEPUTUSAN TUN YANG DIGUGAT.  2. AZAS PEMBUKTIAN BEBAS, MAKSUDNYA HAKIM YANG MENETAPKAN BEBAN PEMBUKTIAN.
  • 11.  3. AZAS KEAKTIFAN HAKIM (DOMINUS LITIS) KEAKTIFAN HAKIM DIMAKSUDKAN UNTUK MENGIMBANGI KEDUDUKAN PARA PIHAK YANG TIDAK SEIMBANG. PIHAK TERGUGAT ADALAH BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG MENGUASAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERKAITAN DENGAN KEWENANGAN DAN/ATAU DASAR DIKELUARKANNYA KEPUTUSAN YANG DIGUGAT, SEDANGKAN PIHAK PENGGUGAT ADALAH ORANG PERORANGAN ATAU BADAN HUKUM PERDATA YANG DALAM POSISI LEMAH, KARENA BELUM TENTU MEREKA MENGETAHUI BETUL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG DIJADIKAN SUMBER UNTUK DIKELUARKANNYA KEPUTUSAN YANG DIGUGAT.  4. AZAS PUTUSAN PENGADILAN YANG MEMPUNYAI KEKUATAN MENGIKAT (ERGA OMNES), SENGKETA TUN ADALAH SENGKETA DALAM RANAH HUKUM PUBLIK, DIMANA AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL DARI PUTUSAN PENGADILAN YANG TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP AKAN MENGIKAT TIDAK HANYA PARA PIHAK YANG BERSENGKETA, NAMUN BERDASARKAN AZAS INI PUTUSAN TERSEBUT AKAN MENGIKAT SIAPA SAJA.
  • 12. UNSUR-UNSUR SENGKETA TUN  SUATU KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA YANG DAPAT DIGUGAT MELALUI PERADILAN TUN :  1. KEPUTUSAN TUN YANG BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU.  2. PEJABAT TUN PADA WAKTU MENGELUARKAN KEPUTUSAN TUN TELAH MENGGUNAKAN WEWENANGNYA UNTUK TUJUAN LAIN DARI MAKSUD DIBERIKANNYA WEWENANG TERSEBUT.  3. PEJABAT TUN PADA WAKTU MENGELUARKAN ATAU TIDAK MENGELUARKAN KEPUTUSAN TUN SETELAH MEMPERTIMBANGKAN SEMUA KEPENTINGAN YANG TERSANGKUT DENGAN KEPUTUSAN ITU.
  • 13.  SUATU KEPUTUSAN TUN DAPAT DINILAI BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, APABILA KEPUTUSAN YANG BERSANGKUTAN ITU:  1. BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN-KETENTUAN DALAM PERETURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERSIFAT PROSEDURAL/FORMAL (BIASANYA MENYANGKUT MENGENAI PERSIAPAN, TERJADINYA, SUSUNAN ATAU PENGUMUMAN KEPUTUSAN YANG BERSANGKUTAN.  2. BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN-KETENTUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERSIFAT MATERIIL/SUBSTANSIAL ( CACAT MENGENAI ISINYA MISALNYA KPTSN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN YANG BERTENTANGAN DENGAN RENCANA YANG TELAH DITENTUKAN)  3. DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG TIDAK BERWENANG (CACAT KEWENANGAN)
  • 14.  CACAT KEWENANGAN TERDIRI ATAS : A. APABILA SUATU KEPUTUSAN TUN TIDAK ADA DASARNYA DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ATAU APABILA KEPUTUSAN ITU DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG TIDAK BERWENANG UNTUK MENGELUARKANNYA. B. BADAN ATAU PEJABAT TUN BELUM BERWENANG ATAU TIDAK BERWENANG LAGI MENGELUARKAN KEPUTUSAN TUN, MISALNYA KARENA JANGKA WAKTUNYA SUDAH LAMPAU ATAU MENERAPKAN PERATURAN LAIN SEMENTARA ITU SUDAH BERLAKU PERATURAN BARU C. KEPUTUSAN YANG DIAMBIL OLEH BADAN ATAU PEJABAT TUN TERSEBUT MENYANGKUT HAL YANG BERADA DILUAR BATAS WILAYAHNYA.
  • 15.  UNTUK BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG PADA WAKTU MENGELUARKAN KEPUTUSAN TELAH MENGGUNAKAN KEWENANGANNYA UNTUK TUJUAN LAIN DARI MAKSUD DIBERIKANNYA KEWENANGAN TERSEBUT SERING DISEBUT JUGA DENGAN PENYALAHGUNAAN KEWENANGAN ( DETOURNEMENT DE POUVOIR).  SEDANGKAN UNTUK BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG PADA WAKTU MENGELUARKAN ATAU TIDAK MENGELUARKAN KEPUTUSAN SETELAH MEMPERTIMBANGKAN SEMUA KEPENTINGAN YANG TERSANGKUT DENGAN KEPUTUSAN ITU SEHARUSNYA TIDAK SAMPAI PADA PENGAMBILAN ATAU TIDAK PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERSEBUT, SERING JUGA DISEBUT DENGAN BERBUAT SEWENANG-WENANG (WILLEKEUR)
  • 16.  DENGAN DEMIKIAN YANG DAPAT DIJADIKAN OBYEK PERADILAN TUN SEMATA-MATA TERBATAS PADA PENETAPAN (KEPUTUSAN) TERTULIS YANG DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG MEMENUHI UNSUR-UNSUR BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG MENGELUARKAN KEPUTUSAN TERSEBUT TELAH MENYALAHGUNAKAN WEWENANGNYA DAN BADAN ATAU PEJABAT TUN TERSEBUT TELAH BERBUAT SEWENANG-WENANG.
  • 17. GUGATAN SENGKETA TUN  GUGATAN SENGKETA TUN DIAJUKAN KEPADA PENGADILAN YANG BERWENANG YANG DAERAH HUKUMNYA MELIPUTI TEMPAT KEDUDUKUAN TERGUGAT.  DALAM HAL TEMPAT KEDUDUKAN TERGUGAT TIDAK BERADA DALAM DAERAH HUKUM PENGADILAN TEMPAT KEDIAMAN PENGGUGAT, MAKA GUGATAN DAPAT DIAJUKAN KE PENGADILAN YANG DAERAH HUKUMNYA MELIPUTI TEMPAT KEDIAMAN PENGGUGAT UNTUK SELANJUTNYA DITERUSKAN KEPADA PENGADILAN YANG BERSANGKUTAN.  GUGATAN DAPAT DIAJUKAN HANYA DALAM TENGGANG WAKTU 90 HARI TERHITUNG SEJAK SAAT DITERIMANYA ATAU DIUMUMKANNYA KEPUTUSAN BADAN ATAU PEJABAT TUN
  • 18.  GUGATAN HARUS MEMUAT :  1. NAMA, KEWARGANEGARAAN, TEMPAT TINGGAL DAN PEKERJAAN PENGGUGAT ATAU KUASAHUKUMNYA.  2. NAMA, JABATAN DAN TEMPAT KEDUDUKAN TERGUGAT.  3. DASAR GUGATAN DAN HAL YANG DIMINTA UNTUK DIPUTUSKAN OLEH PENGADILAN  APABILA GUGATAN DIBUAT DAN DITANDATANGAI OLEH SEORANG KUASA PENGGUGAT, MAKA GUGATAN HARUS DISERTAI SURAT KUASA YANG SAH.  GUGATAN SEDAPAT MUNGKIN JUGA DISERTAI KEPUTUSAN TUN YANG DISENGKETAKAN OLEH PENGGUGAT.
  • 19.  AGAR SESEORANG DAPAT BERTINDAK SEBAGAI WAKIL ATAU KUASA HUKUM DARI PARA PIHAK, MAKA IA HARUS MEMENUHI SYARAT-SYARAT :  A. MEMPUNYAI SURAT KUASA KHUSUS.  B. DITUNJUK SECARA LISAN DIPERSIDANGAN OLEH PARA PIHAK.  C. SURAT KUASA YANG DIBUAT DILUAR NEGERI BENTUKNYA HARUS MEMENUHI PERSYARATAN DI NEGARA YANG BERSANGKUTAN DAN DIKETAHUI OLEH PERWAKILAN RI DI NEGARA TERSEBUT, SERTA KEMUDIAN DITERJEMAHKAN DALAM BAHASA INDONESIA OLEH PENTERJEMAH RESMI.  KENDATIPUN PARA PIHAK TELAH MENGGUNAKAN KUASA HUKUM ATAU WAKIL, NAMUN APABILA DIPANDANG PERLU HAKIM DAPAT MDEMERINTAHKAN PARA PIHAK UNTUK DATANG MENGHADAP SENDIRI.
  • 20.  BIAYA PERKARA  PADA PRINSIPNYA UNTUK BERPERKARA DIPERLUKAN BIAYA. UANG MUKA BIAYA PERKARA ADALAH BIAYA YANG HARUS DIBAYAR LEBIH DAHULU SEBAGAI UANG PANJAR OLEH PENGGUGAT .  YANG TERMASUK BIAYA PERKARA ADAALAH BIAYA-BIAYA KEPANITERAAN, MATERAI, SAKSI-SAKSI, AHLI, ALIH BAHASA, PEMERIKSAAN DILUAR SIDANG DAN BIAYA-BIAYA LAIN YANG DIPERLUKAN UNTUK KEPENTINGAN PEMUTUSAN SENGKETA ATAS PERINTAH HAKIM.  SETELAH PEMERIKSAAN PERKARA ITU SELESAI, MAKA UANG MUKA BIAYA PERKARA ITU AKAN DIPERHITUNGKAN KEMBALI DENGAN KESELURUHAN BIAYA PERKARA. APABILA PENGGUGAT DIKALAHKAN DAN MASIH ADA KELEBIHAN UANG MUKA BIAYA PERKARA, MAKA UANG KELEBIHAN TERSEBUT DIKEMBALIKAN KEPADA PENGGUGAT. DAN APABILA KURANG MAKA IA DIWAJIBKAN UNTUK MEMBAYAR KEKURANGANNYA. SEBALIKNYA APABILA PENGGUGAT MENANG, MAKA UANG MUKA TERSEBUT AKAN DIKEMBALIKAN SELURUHNYA KEPADA PENGGUGAT DAN BIAYA PERKARA DIBEBANKANKEPADA TERGUGAT.
  • 21.  DENGAN PRINSIP DIATAS TIDAK MENUTUP KEMUNGKINAN UNTUK BERPERKARA TANPA BIAYA.  DALAM BERPERKARA TANPA BIAYA INI, PENGGUGAT DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN KEPADA KETUA PENGADILAN UNTUK BERPERKARA SECARA CUMA-CUMA DENGAN DISERTAI SURAT KETERANGAN TIDAK MAMPU DARI KEPALA DESA ATAU LURAH TEMPAT KEDIAMANNYA.  PERMOHONAN INI HARUS DIPERIKSA DAN DITETAPKAN SEBELUM POKOK SENGKETA DIPERIKSA.  PENETAPAN DIAMBIL DI TINGKAT PERTAMA DAN TERAKHIR, ARTINYA APABILA PEMOHONAN DIKABULKAN, BERPERKARA SECARA CUMA CUMA INI BERLAKU JUGA DITINGKAT BANDING DAN KASASI.
  • 22. PENCATATAN PERKARA  BAGI MEREKA YANG BERPERKARA SECARA CUMA-CUMA, GUGATAN BARU DICATAT DALAM DAFTAR PERKARA SETELAH ADANYAPENETAPAN TENTANG PENGABULAN BERPERKARA SECARA CUMA-CUMA.
  • 23. Pendahuluan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (HAPTUN/HATUN) adalah Peraturan Hukum yg mengatur proses penyelesaian perkara TUN melalui pengadilan (hakim), sejak pengajuan gugatan sampai keluarnya putusan pengadilan (hakim). HAPTUN/HATUN disebut juga hukum formal yang berfungsi mempertahankan berlakunya HTUN (HAN) sebagai hukum material.
  • 24. Pengaturan Hukum Formal dapat digolongkan menjadi 2 cara, yaitu: Diatur bersama dg hkm materialnya. ketentuan mengenai prosedur berperkara diatur bersama dg hkm materialnya/ dg susunan, kompetensi badan peradilan dlm bentuk UU/Peraturan lain. HAPTUN sbg pelaksana Pasal 12 UU No. 14 Tahun 1970 diatur bersama hkm materialnya, yang selanjutnya dirubah dengan UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan kehakiman. Prosedur berperkara diatur tersendiri dalam bentuk UU/Peraturan lainnya. UU No. 5/1986 tentang PTUN UU No.9/2004 tentang PTUN UU No. 51/2009 tentang PTUN
  • 25. Karakteristik PTUN Salah 1 unsur PTUN adlh pihak2 dan slh 1 pihak itu adlh Badan atau Pejabat TUN dlm kedudukanya dan bertindak berdasarkan wewenang yang diberikan oleh HTUN (HAN) dlm menjalankan tugas pelayanan umum. Dimuka PTUN para pihak yg berperkara mempunyai kedudukan yg sama. Hakim harus memperlakukan kedua belah pihak dg sama adil.
  • 26. Badan atau Pejabat TUN dlm menjalankan fungsinya mempunyai kewenangan berdasarkan ketentuan per-uu-an baik secara langsung (atribusi) maupun pelimpahan (delegasi) serta mandat dan kebebasan bertindak yang dalam ilmu hkm dikenal dg istilah freis Ermessen. Dlm menjalankan tgsnya, tdk jarang terjadi bahwa tindakan badan atau Pejabat TUN melanggar batas, shgga menimbulkan kerugian bagi yg terkena. Hal demikian disebut perbuatan melanggar hkm oleh penguasa (onrechtmatige overheidsdaad).
  • 27. Karakteristik Acara No Pembeda HAPTUN Acara Perdata 1 Subjek/Pihak badan/Pejabat TUN lawan warga masyarakat Warga masy. Lawan warga masyarakat 2 Pangkal sengketa Ketetapan tertulis pejabat Kepentingan perdata warga masyarakat 3 Tindakan Perbuatan melawan hukum penguasa Perbuatan melawan hukum masy. wanprestasi 4 Peran hakim Hakim aktif Hakim pasif 5 Rekonvensi Tidak dikenal Dikenal, diatur
  • 28. Alur Penyelesaian Sengketa TUN Mahkamah Agung “Keberatan” Sema No. 2/1991 Individu/Badan Hukum Perdata Ps 53 ayat 1 PT TUN Pasal 51 ayat 3 “Banding Adm” Ps. 48 jo Sema No. 2/1991 PT TUN P. TUN
  • 29. Sengketa TUN Subjek PTUN 1. pihak penggugat. Yang dapat menjadi pihak penggugat dalam perkara di Pengadilan Tata Usaha Negara adalah setiap subjek hukum, orang maupun badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan dengan dikeluarkannya keputusan Tata Usaha Negara oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara di Pusat maupun di Daerah (Pasal 53 ayat (1) jo Pasal 1 angka 4 UU no. 5 tahun 1986)
  • 30. 2. Pihak Tergugat .Pihak tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya (Pasal 1 angka 6 UU no. 5 tahun 1986). Yang dimaksud wewenang tersebut adalah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku oleh SF.MARBUN dikemukakan bahwa:menurut hokum administrasi,pengertian kewenangan adalah kekuasaan yang diformalkan,baik dalam suatu bidang pemerintahan yang berasal dari kekuasaan legislative atau dari kekuasaan pemerintah,sedangkan pengertian wewenang hanya onderdil tertentu atau bidang tertentu.dengan demikian wewenang adalah kemampuan bertindak yang diberikan undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan hokum tersebut
  • 31. 3. Pihak Ketiga yg Berkepentingan Selama pemeriksaan berlangsung, setiap orang yang berkepentingan dalam sengketa pihak lain yang sedang diperiksa oleh Pengadilan, baik atas prakarsa sendiri dengan mengajukan permohonan, maupun atas prakarsa Hakim dapat masuk dalam sengketa Tata Usaha Negara, dan bertindak sebagai: pihak yang membela haknya; atau peserta yang bergabung dengan salah satu pihak yang bersengketa (pasal 83) Apabila pihak ketiga yang belum pernah ikut serta atau diikut sertakan selama waktu pemeriksaan sengketa yang bersangkutan, pihak ketiga tersebut berhak mengajukan gugatan perlawanan terhadap pelaksanaan putusan pengadilan tersebut kepada Pengadilan yang mengadili sengketa tersebut pada tingkat pertama (pasal 118 ayat 1)
  • 32. Objek PTUN 1. Keputusan Tata Usaha Negara “suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan Hukum Tata Usaha Negara berdasarkan Peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkret, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau Badan Hukum Perdata.” (Pasal 1 angka 3 UU no. 5 tahun 1986). 2. yang dipersamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara yang dimaksud diatas adalah sebagaimana yang disebut dalam ketentuan Pasal 3 Uu no. 5 tahun 1986.
  • 33. Lanjutan maksud yg dipersamakan dgn KTUN: …… 1) apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan, sedangkan hal ini menjadi kewajiban, maka hal tersebut disamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara. 2) Jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Peraruran perundang-undangan dimaksud telah lewat, maka Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud. 3) dalam hal Peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) : “maka setelah lewat waktu 2 (empat) bulan sejak diterimanya permohonan, Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan dianggap telah mengeluarkan Keputusan Penolakan.”
  • 34. Upaya Hukum thdp Putusan PTUN  Jenis upaya hkm: a. Upaya hkm biasa yg berupa pengadilan tingkat banding dan peradilan tingkat kasasi. b. Upaya hkm luar biasa, yaitu perlawanan phk ketiga dan peninjauan kembali.
  • 36. Hal yg berbeda dengan peradilan lainnya, kekhususan dari PTUN adalah mengenal tahapan pemeriksaan pendahuluan; Pemeriksaan pendahuluan terdiri dari: a.Rapat permusyawaratan (pasal 62) b.Pemeriksaan persiapan (pasal 63) 36
  • 37. a. Rapat permusyawaratan Disebut jg sebagai dismissel process (tahap penyaringan). Tujuannya adalah memeriksa gugatan yg masuk, apakah memenuhi syarat yg ditentukan atau melihat kompetensi peradilan TUN yg mengadili. Jika suatu gugatan dilanjutkan tanpa adanya dismissal process maka dikhawatirkan akan membuang waktu & biaya. 37
  • 38. Dalam dismissal process, Ketua berhak memutuskan penetapan bahwa gugatan tdk dapat diterima/ tdk berdasar, apabila: 1)Pokok gugatan tidak masuk kewenangan TUN; 2)Syarat gugatan sbgmn pasal 56 tidak terpenuhi; 3)Gugatan didasarkan pada alasan tidak layak; 4)Gugatan sudah dipenuhi dalam KTUN yg digugat; 5)Gugatan diajukan sebelum/telah lewat waktu. 38
  • 39.  Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara mengenai hal ini diucapkan dalam rapat permusyawaratan sebelum hari persidangan ditentukan dengan memanggil kedua belah pihak untuk mendengarkannya. Pemanggilan kedua belah pihak dilakukan dengan surat tercatat oleh panitera atas perintah Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara yang bersangkutan. Terhadap penetapan ketua pengadilan tersebut diajukan perlawanan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara yang bersangkutan dalam tenggang waktu 14 hari sesudah diucapakan. Perlawanan tersebut diajukan harus dengan memenuhi syarat-syarat seperti yang gugatan biasa sebagaimana diatur dalam Pasal 56 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986. Perlawanan diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Tata Usaha Negara denga acara cepat, maka penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara yang yang diambil dalam rapat permusyawaratan tesebut dinyatakan gugur demi hukum dan pokok gugatan akan diperiksa, diputus dan diselesaikan menurut acara biasa 39
  • 40. b. Pemeriksaan Persiapan  Diatur lebih lanjut dalam Pasal 63 UU No. 5 Tahun 1986 yang berbunyi : 1) Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, hakim wajib mengadakan pemeriksaan persiapan untuk melengkapi gugatan yang kurang jelas 2) Dalam pemeriksaan persiapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hakim : 1. Wajib member nasehat kepada penggugat untuk memperbaiki gugatan dan melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka waktu 30 hari 2. Dapat meminta penjelasan kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan 3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a, penggugat belum menyempurnakan gugatannya, maka hakim menyatakan dengan putusan bahwa gugatannya tidak dapat diterima; 4) Terhadap putusan sebagaimana diatur dalam ayat (3) tidak dapat digunakan upaya hukum, tetapi dapat diajukan gugatan yang baru. 40
  • 41. PEMERIKSAAN TINGKAT PERTAMA PERADILAN TUN Dilakukan dengan dua cara: 1.Acara cepat; 2.Acara biasa. Selama pemeriksaan berlangsung, pihak yg berkepentingan dapat mengajukan diri sebagai para pihak atau keikutsertaan pihak ketiga. 41
  • 42. Keikutsertaan pihak ketiga dalam pemeriksaan tgkt pertama dpt dalam bentuk: a.Tussenkomst: pihak ketiga yg ikut serta dalam pemeriksaan PTUN dgn kemauan sendiri, tujuannya mempertahankan kepentingannya, agar tidak dirugikan baik KTUN yg diperiksa maupun akibat putusan TUN. Jika gugatan pihak ketiga dikabulkan maka disebut sebagai penggugat intervensi (intervenient) 42
  • 43. b. voeging Yaitu keikutsertaan pihak ketiga dalam pemeriksaan tingkat pertama PTUN atas permintaan para pihat baik penggugat maupun tergugat. Tujuan voeging ini adalah memperkuat kedudukan salah satu pihak, baik penggugat maupun tergugat. 43
  • 44. c. Intervensi khusus Intervensi khusus terjadi dalam pemeriksaan tingkat pertama atas permintaan sendiri dari hakim yang mengadili sengketa TUN. Kedudukan pihak ketiga tersebut yaitu sebagai tergugat II intervensi. Pemanggilan tergugat II intervensi tersebut, dilakukan oleh hakim TUN lewat putusan sela. 44
  • 45. EKSEPSI, REPLIK & DUPLIK DALAM HUKUM ACARA TATA USAHA NEGARA
  • 46. EKSEPSI • Eksepsi adalah tangkisan hal-hal di luar pokok perkara, sehingga gugatan dinyatakan tidak dapat diterima. a) Eksepsi dalam perkara Tata Usaha Negara diatur dalam Pasal 77 UU.No. 5/1986 terdiri dari: a. Eksepsi Absolut : - Kopetensi Absolut.  Yakni eksepsi tentang kompetensi absolut pengadilan dapat diajukan setiap waktu selama pemeriksaan berjalan. Bahwa meskipun tidak diajukan, Pengadilan wajib untuk memeriksanya dan menyatakan tidak berwenang mengadili perkara. - Kopetensi Relatif.  Eksepsi diajukan sebelum disampaikan jawaban atas pokok perkara. Eksepsi ini harus diputus sebelum pokok perkara diperiksa. Jadi untuk itu pengadilan terlebih dahulu harus menetapkan putusan sela.
  • 47. b. Eksepsi Relatif : Eksepsi Relatif adalah tangkisan mengenai hal-hal kekurangan/kesalahan mengenai pembuatan gugatan. Misalnya : Penggugat tidak berkualitas sebagai Penggugat, Objek gugatan bukan objek TUN, identitas para pihak tidak lengkap, gugatan kabur, gugatan telah daluwarsa, gugatan nebis in idem dll. Eksepsi relatif ini tidak terbatas, asal itu merupakan kelemahan dari gugatan diajukan sebagai eksepsi relatif.
  • 48. Tentang Jawaban  Setelah mengemukakan eksepsi (tangkisan), selanjutnya disampaikan jawaban terhadap pokok perkara (Pasal 74 ayat 1 UU.No. 5/1986). Suatu jawaban biasanya berisikan : 1. Bantahan  Bantahan yang dimaksud adalah suatu pengingkaran terhadap apa yang dikemukakan penggugat dalam dalil-dalil gugatannya. 2. Pengakuan/pembenaran  Di dalam Jawaban ada kemungkinan Tergugat mengakui kebenaraan dalil-dalil gugatan Penggugat. Untuk menghidarkan agar jangan sampai ada pengakuan yang tidak memerlukan pembuktian lagi biasanya dipergunakan kata-kata “ seandanyapun itu benar” atau “qwodnoon. Maksudnya tidak membantah secara tegas, tetapi juga tidak mengakui secara tegas, tetapi juga tidak mengakui secara pasti. 3. Fakta-fakta lain  Di dalam jawaban itu Tergugat ada kemungkinan juga mengemukakan fakta-fakta baru untuk membenarkan kedudukannya.
  • 49. FORMAT JAWABAN  Hal : Jawaban Perkara Tata Usaha Negara No. : ....../G/..../PTUN...... Dengan Hormat, Tergugat dengan ini menyampaikan Eksepsi dan Jawaban sebagai berikut : I. TENTANG EKSEPSI A. Eksepsi Absolut (kalau ada) 1. Kopentensi Absolut (uraikan) 2. Kopetensi Relatif (uraikan) B. Eksepsi relatif 1. Daluwarsa (uraikan) 2. Gugatan Nebis in idem (uraikan) 3. dll (uraikan) Berdasarkan hal-hal tersebut di atas mohon PTUN menyatakan diri tidak berwenang mengadili perkara ini (kalau menyangkut eksepsi absolut) dan karenanya/atau menyatakan gugatan tidak dapat diterima. II. TENTANG POKOK PERKARA - Bahwa Tergugat dengan ini membantah seluruh dalil-dalil gugatan Penggugat, kecuali atas hal-hal yang secara tegas diakui oleh Tergugat dalam jawaban ini ; - Bahwa hal-hal yang telah dikemukakan dalam eksepsi, secara mutatismutandis juga masuk kedalam jawaban terhadap pokok perkara, sehingga tidak perlu diulagi lagi ; - Bahwa ............... (dan seterusnya) merupakan bantahan terhadap dailil-dalil gugatan Penggugat poin demi poin. III. KESIMPULAN Berdasarkan hal-hal tersebut di atas mohon Majelis hakim yang memeriksa perkara ini menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan tidak dapat diterima. Terima Kasih ........ (domisili), tanggal ..... Hormat Tergugat Kuasa Hukumnya (........................)
  • 50. Replik yaitu bantahan penggugat atas keterangan / jawaban tergugat. Atas jawaban Tergugat, selanjutnya kepada Penggugat diberikan kesempatan untuk membantah, menguatkan alasan-alasan gugatan yang diajukan (Pasal 75 (1) UU. No. 51/1986 Jo. UU No. 9 Tahun 2004). Replik biasanya berisi dalil-dalil atau hal-hal tambahan untuk menguatkan dalil-dalil gugatan Penggugat. Penggugat dalam replik ini dapat niengemukakan sumber-sumber kepustaaan, pendapat para ahli, doktrin, kebiasaan, dan sébagainya. Perananan Yurisprudensi sangat penting dalam Replik, mengingat kedudukannya sebagai salah sam sumber hukum. Dalam rnenyusun replik biasanya cukup dengan mengikuti poin-poin jawaban Tergugat. Dalam replik Penggugat dapat mengajukan hal-hal baru untuk menguatkan dalil gugatanya.
  • 51. Duplik yaitu jawaban tergugat atas bantahan penggugat Terhadap Replik Peggugat, maka kepada Tergugat diberi kesempatan untuk menyampaikan Duplik, yang isinya berupa dalil-dalil bantahan atas Replik Penggugat atau dalil-dalil utuk menguatkan jawaban Tergugat (Pasal 75 ayat (2) UU.No. 5/1986 Jo. VU No. 9 Tahun 2004). Penyusunan duplik biasanya berdasarkan poin-poin replik Penggugat. Pada Duplik Tergugat masih dapat mengemukakan dalil-dalil baru tentang bantahannya terhadap gugatan, atau sekedar untuk rnenguatkan dalil-dalil jawabannya. Dengan adanya jawab-menjawab ini menjadi jelas permasalahan perkara.
  • 52. Contoh Replik Hal : REPLIK dalam Perkara No. …/…../2014/PTUN …. Kepada Yang Terhormat, Ketua Majelis Hakim Perkara No. …/…../2014/PTUN ... Pengadilan Tata Usaha Negara …….. Di ………… Dengan hormat, Untuk dan atas nama Penggugat dengan ini mengajukan REPLIK atas JAWABAN TERGUGAT, yang telah diuraikan tertanggal …………. 2014, sebagai berikut : DALAM POKOK PERKARA Penggugat tetap pada dalil-dalil sebagaimana terurai dalam surat Gugatan aquo, dan selanjutnya membantah seluruh dalil-dalil Tergugal sebagaimana diuraikan dalam Jawabannya, dengan uraian seperti dibawah ini. 1. Bahwa ……. 2. Bahwa ……. 3. Bahwa …….. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Penggugat tetap pada tuntutan semula dan mohon Majelis Hakim dapat memutuskan sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan untuk seluruhnya; 2. Memutuskan ………………………………………. ; 3. Mengadili perkara ini dengan seadil-adilnya Hormat Kami, Penggugat/Kuasa Penggugat,
  • 53. Contoh Duplik  Banda Aceh, ………. 2014 Hal : Duplik atas Replik Penggugat Kepada Yth. Majelis Hakim Pemeriksa Perkara No. …. /…../2014/PTUN.Bna Pada Pengadilan Tata Usaha Negara di – Banda Aceh  Dengan Hormat,  Untuk dan atas nama klien kami Tergugat (nama tergugat) dalam Perkara No. …/…../2014/PTUN.Bna, Pada Pengadilan Tata Usaha Negara di Banda Aceh dengan ini menyampaikan Duplik atas Replik Penggugat.  Adapun Duplik atas Replik Penggugat adalah sebagai berikut :  Dalam Eksepsi: 1. Bahwa ………… 2. Bahwa …………. 3. Bahwa …………  Dalam Pokok Perkara: 1. Bahwa ………… 2. Bahwa ……….. 3. Bahwa ………..
  • 54.  Dalam rekonpensi: 1. Bahwa …. 2. Bahwa …. 3. Bahwa ….  Berdasarkan alasan tersebut diatas Penggugat Rekonpensi/Tergugat Konpensi mohon kepada Majelis Hakim Pemeriksa Perkara, agar berkenan memutus perkara sebagai berikut :  Dalam Eksepsi  PRIMER: 1. Menerima dan mengabulkan eksepsi Tergugat untuk seluruhnya. 2. Menolak atau setidak-tidaknya tidak menerima gugatan Penggugat untuk seluruhnya. 3. Menghukum Penggugat) untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat adanya perkara ini.  Dalam Pokok Perkara :  Dalam Konpensi :  PRIMER : 1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya. 2. Menolak ………………… 3. Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat adanya perkara
  • 55.  Dalam Rekonpensi :  PRIMER : 1. Menerima dan mengabulkan gugatan Rekonpensi Penggugat untuk seluruhnya. 2. Menetapkan dan menyatakan bahwa, ….. 3. Menghukum Tergugat Rekonpensi/Penggugat Konpensi untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat adanya perkara ini.  Dalam Eksepsi, Konpensi, dan Rekonpensi.  Subsider :  Mohon Putusan seadil-adilnya.  Demikian Eksepsi, Jawaban serta gugatan balik kami, atas perkenan Yang Terhormat Hakim Pemeriksa Perkara, diucapkan Terima Kasih. Hormat Kami Kuasa Hukum Tergugat Konsepsi/Penggugat Rekonsepsi. (Nama Kuasa Hukum)
  • 56. PENGERTIAN KUASA HUKUM  Kuasa menurut hukum disebut juga wettelijke vertegenwoording atau legal mandatory (legal representative). Artinya, undang-undang menetapkan bahwa seseorang atau badan hukum dengan sendirinya menurut hukum berhak bertindak mewakili orang atau badan hukum tersebut tanpa memerlukan surat kuasa.  Pengertian kuasa merujuk pada wewenang, jadi pemberian kuasa berarti pemberian/pelimpahan wewenang dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa, untuk mewakili kepentingannya.  Kuasa hukum yaitu pihak yang diberikan kewenangan untuk melaksanakan proses hukum di muka pengadilan.  Pengacara atau advokat atau kuasa hukum adalah kata benda, subyek. Dalam praktik dikenal juga dengan istilah Konsultan Hukum. Dapat berarti seseorang yang melakukan atau memberikan nasihat (advis) dan pembelaan “mewakili” bagi orang lain yang berhubungan (klien) dengan penyelesaian suatu kasus hukum
  • 57. JENIS KUASA 1. Kuasa Umum  Kuasa Umum diatur dalam Pasal 1795 KUH Perdata, dimana kuasa umum bertujuan untuk memberi kuasa kepada seseorang untuk mengurus kepentingan pemberi kuasa mengenai pengurusan , yang disebut berharder untuk mengatur kepentingan pemberi kuasa. Dengan demikian , dari segi hukum , surat kuasa umum tidak dapat dipergunakan di depan pengadilan untuk mewakili pemberi kuasa. Sebab, sesuai dengan ketentuan Pasal 123 HIR, untuk dapat tampil di depan pengadilan sebagai wakil pemberi kuasa, Penerima Kuasa haruslah mendapat surat kuasa khusus. 2. Kuasa Khusus  Adapun pengaturan mengenai surat kuasa khusus diatur dalam pasal 1975 BW yaitu mengenai pemberian kuasa mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih. Agar bentuk kuasa yang disebut dalam pasal ini sah sebagai surat kuasa khusus di depan pengadilan , kuasa tersebut harus disempurnakan terlebih dahulu dengan syarat-syarat yang disebutkan dalam pasal 123 HIR. 3. Kuasa Istimewa  Kuasa Istimewa diatur dalam pasal 1796 BW dikaitkan dengan Pasal 157 HIR atau Pasal 184 RBG.
  • 58. SYARAT KUASA KHUSUS • Menurut SEMA No.2 Tahun 1959, digariskan syarat khusus antara lain; 1. menyebutkan kompetensi relatif, di PN mana kuasa itu dipergunakan mewakili kepentingan pemberi kuasa; 2. menyebutkan identitas dan kedudukan para pihak (sebagai penggugat dan tergugat); 3. menyebutkan secara ringkas dan konkret pokok dan objek sengketa yang diperkarakan antara pihak yang berperkara.
  • 59. FORMAT SURAT KUASA DALAM HPTUN  KANTOR HUKUM ADVOKAT/PENGACARA & KONSULTAN HUKUM  (NAMA KANTOR)  Alamat kantor Yang bertanda tangan di bawah ini : o Nama : ….. o Umur : …… o Pekerjaan : ……. o Kewarganegaraan : Indonesia o Alamat : …… Selanjutnya disebut PEMBERI KUASA. Dalam hal ini memilih domisili hukum di kantor kuasanya tersebut di bawah ini, menerangkan bahwa dengan ini memberi kuasa penuh kepada : 1. …….. 2. …….. 3. …….. adalah Advokat/Pengacara dan Konsultan Hukum pada Kantor Hukum Advokat/Pengacara dan Konsultan Hukum “……………”, beralamat di ………………….., untuk selanjutnya disebut sebagai PENERIMA KUASA. ------------------------------------------------------- KHUSUS ---------------------------------------------------
  • 60.  Untuk dan atas nama pemberi kuasa, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama mengurus kepentingan pemberi kuasa untuk mengurus perkara : “Atas diterbitkannya Surat Keputusan Tata Usaha Negara No. … /…/…./…./2014 tertanggal …………. 2014, Tentang ……………… atas nama …………………. oleh …………………. (LEMBAGA PEMERINTAH).  Untuk itu penerima kuasa dikuasakan untuk melakukan perbuatan hukum untuk ………………………….. (uraian-uraian terkait hal yg dapat dilakukan oleh kuasa hukum)  Demikian surat kuasa dan kekuasaan ini dapat dialihkan kepada orang lain dengan hak substitusi dan seterusnya menurut hukum, seperti yang dimaksud dalam Pasal 1812 KUH Perdata dan menurut syarat-syarat lainya ditetapkan dalam Undang-undang.  Langsa, ……….. 2014  PENERIMA KUASA PEMBERI KUASA  (PENGACARA/KUASA HUKUM) (Nama Pemberi Kuasa)
  • 61.
  • 62. PROSEDUR PENGAJUAN GUGATAN PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA
  • 63. PROSEDUR PENERIMAAN GUGATAN DI PTUN 1. Tempat Mengajukan Gugatan  Gugatan yang telah disusun / dibuat ditandatangani oleh Penggugat atau Kuasanya, kemudian didaftarkan di Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara yang berwenang sesuai dengan ketentuan Pasal 54.  Ayat (1) Gugatan Sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Tergugat  Ayat (2) Apabila Tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan berkedudukan tidak dalam satu faerah Hukum Pengadilan, Gugatan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi kedudukan salah satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara  Ayat (3) Dalam hal tempat kedudukan Tergugat tidak berada dalam daerah hukum Pengadilan tempat kediaman Pengugat, maka Gugatan dapat diajukan ke Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Penggugat selanjutnya diteruskan kepada Pengadilan yang bersangkutan.
  • 64. Ayat (4) Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa Tata Usaha Negara yang bersangkutan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, Gugatan dapat diajukan kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Penggugat Ayat (5) Apabila Penggugat dan Tergugat berkedudukan atau berada di luar negeri, Gugatan diajukan kepada Pengadilan di Jakarta. Ayat (6) Apabila Tergugat berkedudukan di dalam negeri dan Penggugat di luar negeri, Gugatan diajukan kepada Pengadilan ditempat kedudukan Tergugat.
  • 65. Administrasi di Pengadilan Tata Usaha Negara Panitera menaksir biaya panjer ongkos perkara yang harus dibayar oleh Penggugat atau Kuasanya yang diwujudkan dalam bentuk SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar) atau antara lain: Biaya Kepaniteraan Biaya Materai Biaya Saksi Biaya Saksi Ahli Biaya Alih Bahasa Biaya Pemeriksaan Setempat Biaya lain untuk Penebusan Perkara
  • 66. Gugatan yang telah dilampiri SKUM tersebut kemudian diteruskan ke Sub bagian Kepaniteraan Muda Perkara untuk penyelesaian perkara lebih lanjut. Atas dasar SKUM tersebut kemudian Penggugat atau kuasanya dapat membayar di kasir (dibagian Kepaniteraan Muda Perkara) dan atas pembayaran tersebut kemudian dikeluarkan, kwitansi pembayarannya. Gugatan yang telah dibayar panjer biaya perkara tersebut kemudian didaftarkan didalam buku register perkara dan mendapat nomor register perkara.
  • 67. Gugatan yang sudah didaftarkan dan mendapat nomor register tersebut kemudian dilengkapi dengan formulir-formulir yang diperlukan dan Gugatan tersebut diserahkan kembali kepada Panitera dengan buku ekspedisi penyerahan berkas. Selanjutnya berkas perkara gugatan tersebut oleh Panitera diteruskan / diserahkan kepada Ketua Pengadilan untuk dilakukan Penelitian terhadap Gugatan tersebut, yaitu dalam proses dismissal ataupun apakah ada permohonan penundaan pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat, beracara cepat maupun ber-acara Cuma-Cuma.
  • 68. Syarat Gugatan  Terdapat dua syarat yg harus dipenuhi, yaitu syarat formal dan syarat materiil. 1. Syarat Formal  Pasal 56 (1) UU no 5 tahun 1986 Jo uu no 9 tahun 2004 menentukan bahwa suatu gugatan harus memuat : a. Identitas Penggugat 1. Nama lengkap Penggugat 2. Kewarganegaraan Penggugat 3. Tempat Tinggal penggugat 4. Pekerjaaan penggugat
  • 69. b. Identitas Tergugat 1) Nama., Jabatan, Misalnya : Kepala Dinas…, Bupati…., Gubenur…., Menteri…, Camat…, Lurah….dan sebgainya 2) Tempat kedudukan tergugat c. Tenggang waktu mengajukan gugatan  Gugatan terhadap suatu Keputusan/Penetapan tertulis atau yang disamakan dengan itu, hanya dapat dilakukan dalam tenggang waktu 90 hari terhitung sejak keputusan itu: 1) Setelah diterima atau dikeluarkan SK. 2) Setelah 4 bulan dilakukan permintaan dikeluarkan SK. 3) Setelah banding administratif
  • 70. d. Diberi Tanggal; Suatu gugatan biasanya diberi tanggal, hal ini berkaitan dengan tenggang waktu untuk mengajukan gugatan. e. Ditandatangani; Suatu surat gugatan haruslah ditanda tangani oleh Penggugat atau oleh kuasanya yang sah untuk itu. Surat gugatan tidak perlu diberi materai, karena biaya materai tersebut telah dihitung dalam biaya perkara (SEMA No. 2 Tahun 1991).
  • 71. 2. Syarat Materiil a. Objek gugatan (misal Perkara Tata Usaha Negara No. 01/G/l 994/PTUN-MDN, tanggal 14 November 1994, objek gugatanya adalah Sertifikat Tanah Hak Guna Bangunan (HGB) No. 22 tertanggal 7 Januari 1982 atas nama M.KADIRAN) b. Posita gugatan: Posita atau dasar-dasar gugatan, benisikan dalil Penggugat untuk mengajukan gugatan. yang diuraikan secara ringkas dan sederhana
  • 72. Posita gugatan meliputi: Fakta Hukum Fakta Hukum berisi fakta-fakta secara kronologis tentang adanya hubungan hukum antara Penggugat dengan Tergugat maupun dengan objek.gugatan. Kualifikasi Perbuatan Tergugat, Dalam gugatan harus diuraikan secara ringkas dan tegas serta jelas tentang kualifikasi kesalahan dari tergugat. Uraikan Kerugian Penggugat: Seandainya akibat perbuatan tergugat menerbitkan keputusan yang disengketakan itu telah menimbulkan kerugian bagi penggugat, maka hal itu dapat digugat dalam Gugatan Tata Usaha Negara sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 1991
  • 73. Petitum adalah kesimpulan gugatan yang berisikan hal-hal yang dituntut oleh penggugat untuk diputuskan oleh hakim. Petitum (apa yang menjadi tuntutan/ yang diminta) Ada beberapa alternatif : 1)Pembatalan atau menyatakan tidak sah SK yang dikeluarkan Tergugat. 2)Ganti rugi 3)Rehabilitasi 4)Bisa mengajukan penangguhan pelaksanaan SK
  • 74. Petitum itu umumnya meliputi hal-hal sebagai berikut : Mengabulkan/ menerima gugatan Penggugat seluruhnya Menyatakan perbuatan Tergugat adalah perbuatan yang sewenang-wenang atau perbuatan yang bertentangan dengan Undang- Undang Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan No…. Tanggal …… yang dikeluarkan oleh tergugat: Menghukum tergugat untuk membayar ganti kerugian sebesar Rp……………. Kepada Penggugat (Jika ada) Menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini untuk semua tingkatan
  • 75. Dalam hal ada gugatan privisi maka hal tersebut harus diuraikan terlebih dahulu setelah identitas para pihak dan objek gugatan diuraikan. Gugaatn provisi itu dapat menyangkut tindakan tertentu yaitu: menunda pelaksanaan keputusan Usaha Negara yang disengketakan sampai ada putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Atau untuk megizinkan penggugat berperkara secara prodeo atau Cuma-Cuma.atau mungkin juga untuk meminta suatu perkara diperiksa dengan acara cepat, Untuk itu harus dikemukakan alasan-alasanya dalam gugatan provisi tersebut