SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  23
Télécharger pour lire hors ligne
158 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Setiap makhluk hidup pasti akan bertumbuh dan berkembang. Bertumbuh dan berkembang merupakan salah satu ciri – ciri makhluk hidup. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung seiring dengan bertambahnya usia makhluk hidup tersebut. Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel atau organisme secara kuantitatif atau terukur. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju kedewasaan pada organisme yang berlangsung secara kualitatif. Pertumbuhan bersifat irreversible, yaitu tidak bisa kembali ke keadaan semula. Sedangkan perkembangan bersifat reversible, yaitu bias kembali ke keadaan semula (Mulyani, 2006). 
Dalam percobaan ini akan dilakukan pengamatan pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman kacang hijau dan jagung. Pengamatan akan dilakukan dengan membandingkan pertambahan kecambah antara berat basah dan berat kering. Selain itu, untuk perkembangan, akan diamati tanaman suplir atau pakis yang berspora untuk diketahui perkembangannya. Jadi, melalui pengamatan ini, praktikan akan dapat mengerti dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. 
1.2 Permasalahan 
Permasalahan yang dibahas dalam percobaan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan ini adalah bagaimana praktikan dapat mengukur, mengamati, dan membedakan pertumbuhan biji kacang hijau dan jagung yang kering dengan pertumbuhan biji kacang hijau dan jagung dalam keadaan basah (tidak dioven, dibiarkan tumbuh pada kapas basah). Selain itu, praktikan harus dapat menjelaskan proses perkembangan yang terjadi pada tanaman suplir dengan mengamati sporanya dilihat dari mikroskop.
159 
1.3 Tujuan 
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan biji kacang hijau dan jagung dalam keadaan kering (dimasukkan ke oven) dengan keadaan basah (dibiarkan tumbuh di atas kapas basah). Selain itu, praktikan dapat mengetahui dan mampu menjelaskan bagaimana perkembangan yang terjadi pada tanaman suplir, dengan mengamati sporanya di mikroskop.
160 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
2.1 Pertumbuhan 
Pertumbuhan merupakan proses pertambahan ukuran sel atau organisme secara kuantitatif atau terukur yang bersifat irreversible. Secara umum pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan diawali dengan stadium zigot yang merupakan hasil pembelahan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina. Pembelahan zigot menghasilkan jaringan meritem yang akan terus membelah dan mengalami diferensiasi, perubahan yang terjadi dari keadaan sejumlah sel, membentuk organ – organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda. Embrio mempunyai 3 bagian penting, yaitu tunas embrionik sebagai calon batang dan akar, akar embrionik sebagai calon akar, dan kotiledon sebagai cadangan makanan. Daerah pertumbuhan pada akar dan batang berdasarkan aktivitasnya terbagi menjadi 3 daerah, yaitu daerah pembelahan dimana di daerah ini sel – sel aktif membelah, daerah pemanjangan yang berada di belakang daerah pembelahan, dan daerah diferensiasi yang berada paling belakang dari daerah pertumbuhan dimana sel – sel mengalami diferensiasi membentuk akar yang sebenarnya serta daun muda dan tunas lateral yang akan menjadi cabang 
(Alkatiri, 1996). 
2.1.1 Pertumbuhan Primer 
Pertumbuhan primer adalah pertumbuhan pertama dari tubuh tumbuhan. Sedangkan tubuh primer adalah tubuh yang dibentuk pada pertumbuhan pertama. Semua jaringan yang menyusun tubuh primer disebut jaringan primer. Tumbuhan berbiji umumnya mempunyai tubuh primer dan tubuh sekunder, sedangkan pada monokotil tertentu jaringan tubuhnya tetap dalam keadaan primer. Pertumbuhan primer meliputi pembentukan sel – sel baru di daerah apikal, pembentukan tunas, dan percabangan. Dengan pembentukan sel – sel baru ini maka pertumbuhan primer menambah panjang batang (Nur, 2004).
161 
2.1.2 Pertumbuhan Sekunder 
Pertumbuhan sekunder merupakan aktivitas sel – sel meristem sekunder yaitu kambium dan kambium gabus. Mula – mula kambium hanya terdapat pada ikatan pembuluh, disebut kambium vasis atau intravaskuler yang berfungsi untuk membentuk xilem dan floem primer. Selanjutnya parenkim akar atau batang yang terletak diantara ikatan pembuluh menjadi kambium atau intervasis. Kambium intravasis dan kambium intervasis membentuk lingkaran tahun berbentuk korsentris. Kambium yang berada di sebelah dalam jaringan kulit yang berfungsi sebagai pelindung, terbentuk akibat ketidakseimbangan antara pertumbuhan xilem dan floem yang lebih cepat dari pertumbuhan kulit. 
Pertumbuhan sekunder ditandai oleh bertambah tebalnya dinding sel yang menyusun jaringan tubuh tumbuhan, serta terbentuknya jaringan – jaringan sehingga menyebabkan baik akar ataupun batang ukuran diameternya bertambah. Pertumbuhan sekunder pada tumbuhan berbiji disebabkan oleh aktivitas meristem lateral yaitu kambium pembuluh. Sel – sel kambium pembuluh membelah ke arah sentripetal dan ke arah sentrifugal. Ke arah sentripetal menghasilkan jaringan buluh kayu sekunder, dan ke arah sentrifugal menghasilkan jaringan buluh ayak sekunder. Jaringan buluh kayu selain untuk pengangkutan air dan garam – garam tanah karena sel –selnya mengalami penebalan, berfungsi sebagai penguat atau penyokong (Nurhidayati, 2004). 
2.2 Perkembangan 
Perkembangan adalah proses menuju kedewasaan pada organisme, berlangsung secara kualitatif, dan bersifat refleksibel. 
2.2.1 Perkembangan Helai Daun 
Tahap – tahap perkembangan daun adalah permulaan (inisiasi), diferensiasi awal, perkembangan aksis daun, asal usul helai daun, dan histogenesis jaringan helai daun. 
a. Insiasi 
Insiasi daun dimulai dengan pembelahan periklin dalam kelompok kecil sel pada sisi pucuk (Mulyani, 2006).
162 
b. Diferensiasi Awal 
Sebagai hasil kelanjutan pembelahan sel, primordium daun menonjol dari pucuk batang sebagai penyokong yang mempunyai bentuk papilla kecil atau tonjolan. Penyokong daun terdiri atas lapisan protoderm dan untaian prokambium, yang tumbuh secara akropetal dan tidak seberapa jauh dari kambium batang (Mulyani, 2006). 
c. Perkembangan Aksis Daun 
Perkembangan aksis daun mendahului helai daun. Hasil perkembangan cepat dari primordial menjadi bentuk seperti kerucut yang runcing dengan sisi adaksial pipih (rata). Ujung kerucut berfungsi sebagai meristem apikal, tetapi dalam spermatophyta, sel pada ujung daun menunjukkan tanda histologi dari pemasakan yang relatif cepat. Pada daun paku, pertumbuhan apikal berlangsung dalam periode yang panjang bersama dengan pertumbuhan interkalar dalam arah akropetal (Mulyani, 2006). 
d. Asal – Usul Helai Daun 
Selama pemanjangan awal dan penebalan aksis daun muda, sel bagian tepi adaksial terus membelah dengan cepat. Pada daun majemuk menjari dan menyirip, helai daun lateral berkembang dari meristem pinggiran adaksial dan aksis daun muda sebagai dua deretan papilla. Pada tumbuhan lain, perkembangan helai daun ada yang terjadi secara akropetal ataupun basipetal (Mulyani, 2006). 
e. Histogenesis Jaringan Helai Daun 
Pertumbuhan pinggiran berlangsung terus menerus lebih panjang dari pertumbuhan apikal, tetapi berhenti relatif lama. Pertumbuhan daun dikendalikan oleh faktor genetis, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan luar dan dalam. Jadi, bentuk daun pada bagian yang berbeda pada tumbuhan yang sama dipengaruhi oleh faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi bentuk daun antara lain pasokan air, nutrisi, panjang hari, dan intensitas sinar (Mulyani, 2006).
163 
2.3 Faktor – Faktor Pertumbuhan 
2.3.1 Faktor Internal 
a. Gen 
Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat keturunan. Gen dibedakan menjadi dua, yaitu genotif (sifat yang tidak nampak dari luar tubuh makhluk hidup) dan fenotip (sifat yang Nampak dari luar tubuh makhluk hidup) (Alters, 1996). 
b. Hormon 
Yaitu senyawa kimia yang terdiri dari protein yang berfungsi sebagai zat perangsang atau mengaktifkan sel – sel bertumbuh dan berkembang (Alters, 1996). 
b.1 Hormon Auxin 
Hormon yang banyak ditemukan di bagian ujung tunas dan ujung akar. Berfungsi untuk merangsang perpanjangan sel, merangsang pembentukan bunga dan buah, merangsang perpanjangan titik tumbuh, menggiatkan sel – sel kambium untuk membentuk sel – sel baru (Alters, 1996). 
b.2 Hormon Giberelin 
Hormon yang berfungsi untuk merangsang aktivitas jaringan cambium, merangsang pertumbuhan lebih cepat, merangsang tumbuhnya bunga lebih cepat, dan menghambat dormansi biji (Nurhidayati, 2004). 
b.3 Hormon Sitokinin 
Sitokinin merupakan hormone tumbuhan yang dibuat di akar dan ditransport secara apolar melalui xilem. Sitokinin ini berperan dalam pembelahan sel tumbuhan, merangsang pertumbuhan ke arah lateral dari pucuk, merangsang pelebaran daun, dan merangsang pertumbuhan akar. Sitokinin menghambat penguraian dan memacu sintesis RNA dan protein (Alters, 1996).
164 
2.3.2 Faktor Eksternal 
a. Suhu 
Suhu dibedakan menjadi 3 macam, yaitu suhu minimum, suhu yang berada di kisaran bawah dari keadaan normal yang memungkinkan makhluk hidup untuk bertumbuh dan berkembang. Suhu optimum yaitu suhu yang paling baik untuk makhluk hidup bertumbuh dan berkembang. Terakhir yaitu suhu maksimum, suhu yang berada di kisaran atas dari keadaan normal yang memungkinkan makhluk hidup untuk bertumbuh dan berkembang (Hidayat, 1990). 
b. Cahaya 
Faktor yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan. Faktor ini juga dapat menjadi faktor penghambat pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat, 1990). 
c. Kelembapan 
Kelembapan udara yang berperan terhadap proses transpirasi yang berkaitan dengan penyerapan unsur hara dalam tanah. Kelembapan udara yang tinggi akan dapat mendukung proses pertumbuhan. Sedangkan kelembapan tanah berperan dalam kandungan unsur hara atau zat organik dan anorganik yang terkandung dalam tanah (Hidayat, 1990). 
d. Air 
Air merupakan faktor vital bagi makhluk hidup, terutama tumbuhan. Tetapi, bila terlalu banyak atau sedikit akan memperlihatkan gejala ketidaknormalan. Begitu juga dengan hewan dan manusia, akan mengalami dehidrasi bila kekurangan (Hidayat, 1990). 
f. Hara Mineral 
Banyak terdapat dalam tanah dan merupakan unsur hara yang lengkap. Unsur hara dalam tanah lebih banyak diperlukan bagi tumbuhan daripada hewan dan manusia (Hidayat, 1990). 
2.4 Suplir (Adiantum venustum) 
Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam genus Adiantum, family Adiantaceae. Sebagai tumbuhan paku – pakuan,
165 
suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya. Perbanyakan generatif suplir dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa. Suplir memiliki penampilan yang jelas beda dari jenis paku – pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan kluster – kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi indusium. Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang – kadang bersisik halus ketika dewasa. 
Suplir, tumbuhan asal dari Eropa. Pemeliharaan suplir sebagai tanaman hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang dialami suplir tidak bisa diperbaiki hanya dengan penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pilih. Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga dekat Rhizoma dan memberi sedikit media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa hari tunas baru akan muncul (Anonym, 2009). 
2.5 Jagung (Zea mays) 
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting. Jagung sebagai sumber karbohidrat utama di daerah Negara Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Jagung merupakan tanaman semusim (annual), satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80 sampai 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan tahap kedua untuk tahap generatif. Jagung tidak memiliki kemampuan menghasilkan anakan. Akar jagung adalah akar serabut, mencapai kedalaman 8 meter. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa, muncul akar adventif dari buku – buku batang bagian bawah yang membantu tegaknya tanaman. Daun jagung sempurnanya, bentuknya memanjang. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Stoma pada daun jagung berbentuk halter (anonim, 2009). 
2.6 Tumbuhan Paku 
Tumbuhan paku (atau paku – pakuan, Pteridophyta) adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus), tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Menggunakan spora sebagai alat
166 
perbanyakan generatifnya. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena menjadi hutan – hutan di bumi. Bentuk tumbuhan paku bermacam – macam, ada yang berupa pohon, epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna dengan rizoma yang menjalar di tanah (anonim, 2009). 
2.6.1 Metagenesis Tumbuhan Paku 
Metagenesis yaitu proses pergiliran keturunan antara fase vegetatif dan fase generatif. Biasanya terjadi pada tumbuhan (Bryophyta dan Pterydophyta) dan dapat juga pada beberapa hewan tingkat rendah (Coelentrata). Tumbuhan paku mempunyai dua macam generasi dalam daur hidupnya, yaitu generasi gametofit yaitu generasi yang dapat menghasilkan sel gamet. Selain itu, ada juga generasi sporofit yaitu generasi yang dapat menghasilkan spora (Mulyani, 2006).
167 
Spora 
Protalium 
Anteridium (n) Arkegonium (n) 
Sel sperma Sel ovum 
Zigot (2n) 
Tumbuhan Paku 
Sporofit 
Sporofil 
Sporangium 
Gambar 2. Siklus Hidup Tumbuhan Paku
168 
BAB III 
METODOLOGI 
3.1 Alat dan Bahan 
3.1.1 Alat 
Pada percobaan ini, peralatan yang digunakan adalah gelas aqua, kapas, alat tulis, penggaris, kantong kertas, label, oven, mikroskop, dan timbangan analitis. 
3.1.2 Bahan 
Bahan – bahan yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah biji kacang hijau, biji jagung, dan suplir (atau pakis berspora). 
3.2 Cara Kerja 
3.2.1 Pertumbuhan 
Disiapkan 4 pasang gelas aqua, kemudian diletakkan kapas basah di dalam gelas aqua tersebut. Diambil 20 biji kacang hijau dan 20 biji jagung, kemudian dikecambahkan biji-biji tersebut di permukaan kapas basah, diamati perkecambahannya dan diukur panjangnya setiap 24 jam selama 6 hari. Diambil 5 kecambah yang berumur 2 x 24 jam, 4 x 24 jam, dan 6 x 24 jam, ditimbang berat basah dan berat keringnya dengan menggunakan timbangan analitik (untuk mencari berat kering, kecambah harus terlebih dahulu dioven pada suhu 700 C sampai 800 C selama 2 x 24 jam sampai berat konstan. Digunakan kertas millimeter, dibuat grafik pertumbuhan, dibandingkan antara pertambahan panjang, berat basah, dan berat keringnya.
169 
3.2.2 Perkecambahan 
Diambil daun tanaman suplir atau pakis yang berspora. Lalu diambil sporangium tersebut dan digambar. Kemudian diambil beberapa spora dan diamati di bawah mikroskop. Setelah itu, digambar apa yang terlihat.
170 
BAB IV 
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 
4.1 Hasil Pengamatan 
4.1.1 Pertumbuhan 
Tabel 4.1 Penambahan panjang kecambah / cm 
UMUR 
PANJANG KECAMBAH KACANG HIJAU 
Kesimpulan 
1 
2 
3 
4 
5 
RATA- RATA 
24 jam 
1,4 
1,4 
1,4 
0,9 
- 
1,275 
48 jam 
2,7 
2,9 
1,9 
1,4 
0,9 
1,96 
72 jam 
11,5 
1,2 
2,5 
2 
1,2 
5,84 
96 jam 
15 
13 
3 
2,6 
1,5 
7,02 
120 jam 
- 
- 
- 
- 
- 
- 
148 jam 
- 
- 
- 
- 
- 
- 
UMUR 
PANJANG KECAMBAH KACANG JAGUNG 
Kesimpulan 
1 
2 
3 
4 
5 
RATA- RATA 
24 jam 
0,5 
- 
- 
- 
- 
0,5 
48 jam 
1,4 
- 
- 
- 
- 
1,4 
72 jam 
10 
1,5 
0,4 
- 
- 
3,9 
96 jam 
11 
1,9 
0,6 
- 
- 
4,5
171 
Tabel 4.2 Penambahan berat kacang hijau dan jagung / mg 
UMUR 
BERAT BASAH KACANG HIJAU 
1 
2 
3 
4 
5 
Rata-rata 
48 jam 
0,1285 
0,1473 
0,1158 
0,1169 
0,1124 
0,1242 
96 jam 
0,1267 
0,1870 
0,1264 
0,1538 
0,1145 
0,1417 
148 jam 
- 
- 
- 
- 
- 
- 
UMUR 
BERAT KERING KACANG HIJAU 
1 
2 
3 
4 
5 
Rata-rata 
48 jam 
0,0649 
0,0593 
0,0706 
0,0725 
0,0717 
0,0683 
96 jam 
0,0500 
0,704 
0,0446 
0,0668 
0,0651 
0,1861 
148 jam 
- 
- 
- 
- 
- 
- 
UMUR 
BERAT BASAH JAGUNG 
1 
2 
3 
4 
5 
Rata-rata 
48 jam 
0,1984 
0,1658 
0,0996 
0,1249 
0,1908 
0,1559 
96 jam 
0,1865 
0,1664 
0,1489 
0,1775 
0,1128 
0,1584 
148 jam 
- 
- 
- 
- 
- 
- 
120 jam 
- 
- 
- 
- 
- 
- 
148 jam 
- 
- 
- 
- 
- 
-
172 
UMUR 
BERAT KERING JAGUNG 
1 
2 
3 
4 
5 
Rata-rata 
48 jam 
0,1511 
0,1553 
0,0794 
0,0772 
0,1513 
0,1228 
96 jam 
0,1475 
0,1338 
0,1171 
0,1364 
0,0947 
0,1259 
148 jam 
- 
- 
- 
- 
- 
- 
4.1.2 Perkembangan a. Sporangium pada mikrofil 
Gambar 4.1 Tanaman suplir berspora 
b. Sporangium dengan pengamatan mikroskop 
Gambar 4.2 spora Nephrolepis dengan perbesaran 10 x dan 100 x 
Sporangium 
Tangkai daun 
Spora
172 
4.2 Pembahasan 
4.2.1 Perkecambahan 
Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru pada tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Proses perkecambahan dan pertumbuhan perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan untuk diabsorbsi dan memacu aktivitas enzim-enzim untuk metabolisme perkecambahan di dalam benih (Agustrina, 2009). 
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti “minum”). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air). Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji melunak. Proses ini murni fisik (anonim, 2009). 
Tipe perkecambahan berdasarkan posisi kotiledonnya dalam proses perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Pada epigeal hipokotilah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah (Ashari, 2002). 
4.2.2 Kotiledon 
Kotiledon disebut juga kotil atau daun lembaga adalah bakal daun yang terbentuk pada embrio. Kotiledon merupakan organ cadangan makanan pada biji sekelompok tumbuhan, sekaligus organ fotosintetik pertama yang dimiliki oleh tumbuhan yang baru saja berkecambah. Walaupun bagi kecambah ia berfungsi seperti daun, kotiledon tidak memiliki anatomi yang lengkap seperti daun sejati. Biji yang menyimpan cadangan makanan di kotiledon bagi kecambah disebut
173 
sebagai biji kotiledonik. Pada tumbuhan dengan biji kotiledonik, kotiledon telah terbentuk pada saat tumbuhan masih di dalam biji (embrio atau lembaga) (anonim, 2009). 
Gambar 4.3 Kotiledon dari kecambah Rapa (Brassica napus) 4.2.3 Nephrolepis Paku pedang (Nephrolepis) merupakan sekelompok tumbuhan paku dengan sekitar 40 jenis yang mudah dikenali karena entalnya memanjang berbentuk pedang. Terna epifit atau setengah epifit, mudah dijumpai tumbuh di tepi-tepi sungai, tebing, atau pada batang palem, serta pohon lain. Rimpangnya tipis, menyerupai akar. Dari rimbangnya tumbuh ental yang memanjang, dapat mencapai 1,5 m panjang, dengan anak-anak daun tersusun menyirip tunggal, mirip pedang atau mata tombak. Dalam taksonomi saat ini, Nephrolepis dimasukkan dalam suku Lomariopsidaceae, walaupun banyak yang menganggap Nephrolepis lebih baik dikelompokkan sebagai genus tunggal dari suku Nephrolepidaceae. Sistem lain memasukkannya ke dalam Davalliaceae. Di Indonesia dan daerah Asia tropis lainnya, Nephrolepis mudah dijumpai di rumah-rumah atai kebun. Tumbuhan ini mudah beradaptasi karena bersifat epifit dan memiliki rimpang yang tahan kering yang menjalar kemana-mana (anonim, 2009). 
Gambar 4.4 tanaman paku
174 
Berikut adalah klasifikasi ilmiahnya : 
Kerajaan : Plantae 
Divisi : Pteridophyta 
Kelas : Pteridopsida 
Ordo : Polypodiales 
Famili : Lomariopsidaceae 
Genus : Nephrolepis 
4.2.4 Kacang Hijau 
Kacang hijau yang digunakan dalam percobaan ini dalam bentuk biji. Mula- mula biji kacang hijau direndam dalam air, didiamkan sebentar, kemudian diambil kacang hijau yang tenggelam dalam air. Hal ini harus dilakukan agar dapat diketahui biji yang berisi dengan biji yang tidak berisi. Biji yang berisi ditandai dengan tenggelam saat direndam, sedangkan biji yang tidak berisi ditandai dengan tidak tenggelam saat direndam. Setelah itu, baru dimulai dengan mengecambahkannya. Perkecambahan dilakukan di atas kapas yang basah. Kapas harus dalam keadaan basah karena perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji. Setelah itu, diamati pertumbuhannya mulai dari panjang dan beratnya. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam. Masing-masing gelas aqua yang terdapat 5 biji kacang hijau, diukur dan diamati perubahannya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti “minum”). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji melunak. Dari tabel pertambahan panjang dan berat, dapat terlihat bahwa pertumbuhan kacang hijau relatif cepat cepat dan teratur dibandingkan jagung. Hal ini dikarenakan tipe perkecambahan pada kacang hijau adalah epigeal, yaitu hipokotilah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan. Selain itu, tekstur kacang hijau yang lebih kecil daripada jagung,
175 
sehingga proses imbibisi cepat, maka pertumbuhannya pun cepat dan teratur. Untuk mengukur berat kering, kacang hijau dioven terlebih dahulu pada suhu 700 sampai 800 selama 2 x 24 jam sampai beratnya konstan. Maka dari itu, karena proses pengovenan tersebut, kandungan air di dalam kacang hijau berkurang, airnya menguap, sehingga berat kering didapatkan dengan mengukurny dengan timbangan analitis (Ashari, 2002). 
Gambar 4.5. hasil percobaan perkecambahan kacang hijau yang sudah besar tumbuhan kacang hijau pada hari ke-5 
Gambar 4.6 perkecambahan kacang hijau pada medium kapas basah 
Gambar 4.7 perkecambahan kacang hijau pada medium tanah. 
4.2.5 Jagung 
Jagung yang digunakan dalam percobaan dalam yang digunakan dalam percobaan ini adalah jagung yang masih dalam bentuk biji. Untuk jagung tidak perlu direndam di dalam air terlebih dahulu, tetapi dipilih biji jagung yang masih 
Kotiledon 
Radikula
176 
utuh. Kemudian dibuat perkecambahannya diatas kapas basah. Setelah itu diamati pertumbuhannya. Aspek yang perlu diteliti adalah pertumbuahn batangnya dan beratnya. Untuk pengamatan beratnya, digunakan oven pada berat kering. Media yang digunakan juga sama dengan kacang hijau. Namun pertumbuhan tanaman jagung ini jauh lebih lama dibandingkan kacang hijau. Hal ini dikarenakan tipe perkecambahan jagung adalah hypogeal, yaitu pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul diatas tanah. Selain itu, tekstur jagung lebih keras daripada kacang hijau. Hal ini membuat proses imbibisi tidak seberapa Nampak, karena air yang terserap sedikit akibat tekstur yang keras, maka dari itu pertumbuhannya membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan kacang hijau (Ashari,2002). 4.2.6 Suplir Suplir yang digunakan dalam percobaan ini yaitu suplir yang berspora, karena objek yang akan diamati yaitu sporanya. Mula – mula suplir yng berspora, spora dikeruk dengan jarum pentul agar sporanya jatuh ke atas gelas objek. Kemudian gelas objek ditutup dengan gelas penutup. Setelah itu diamati dengan menggunakan mikroskop. Perbesaran yang dilakukan yaitu perbesaran 10x dan 100x. Percobaan ini dilakukan untuk membuktikan adanya perkembangbiakan pada tumbuhan, khususnya suplir. 
Gambar 4.8 Suplir 
Gambar 4.9 Spora suplir dengan perbesaran 10x pada mikroskop
177 
Gambar 4.10 Spora suplir 
Gambar 4.11 Contoh gambar suplir dari internet 
4.2.7 Unsur Mineral 
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh mahluk hidup disamping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik.atau kadar abu. Unsur – unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ didalam tubuh. Sedangkan mineral mikro yaitu mineral yang diperluakn dalam jumlah sanagt sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil (Zainal,2008)
178 
BAB V 
KESIMPULAN 
Dalam percobaan yang berjudul pertumbuhan dan perkembangan ini, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel secara kuantitatif atau dapat diukur yang bersifat ireversibel. Faktor – faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor internal (gen dan hormon), dan faktor eksternal (suhu, cahaya,kelembapan, air, dan hara mineral). Sedangkan perkecambahan adalah proses menuju kedewasaan pada organism berlangsung secara kualitatif, tidak dapat diukur dan reversible.
179 
DAFTAR PUSTAKA 
Alkatiri, Saleh. 1996. Kajian Ringkas Biologi. Airlangga University Press : Surabaya 
Alters, S. 1996. Biology Understanding Life Second Edition. Mosby-Year Book Inc : United States of America 
Ashari, Semeru. 2002. Pengantar Biologi Repoduksi Tanaman. Rineka Cipta : Jakarta 
Hidayat,E. B. 1990. Dasar – Dasar Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Fakultas MIPA-ITB : Bandung 
Mulyani, Sri E. S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Kanisius : Yogyakarta 
Nurhidayati, Tutik, dkk. 2004. Modul Ajar Biologi Umum. ITS : Surabaya 
Rachmah Agustrina. 2009. Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah Leguminoeae di Bawah Pengaruh Medan Magnet. Penelitian 343.2 
Zainal Arifin. 2008. Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi dan Metode Analisisnya. Penelitian 27.1

Contenu connexe

Tendances

29149031 praktikum-kecambah
29149031 praktikum-kecambah29149031 praktikum-kecambah
29149031 praktikum-kecambah
haryonoseno
 
Percobaan mengenai pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Percobaan mengenai pertumbuhan dan perkembangan tumbuhanPercobaan mengenai pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Percobaan mengenai pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Gaulang Wick
 
Presentasi laporan praktikum pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...
Presentasi laporan praktikum  pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...Presentasi laporan praktikum  pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...
Presentasi laporan praktikum pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...
Mar'atus Sholihah
 
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
Fitroh NH
 
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang HijauBiologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau
Ramadhani Sardiman
 
Praktikum Biji Kacang Hijau
Praktikum Biji Kacang HijauPraktikum Biji Kacang Hijau
Praktikum Biji Kacang Hijau
Angga Oktyashari
 

Tendances (20)

Zelmi bai
Zelmi baiZelmi bai
Zelmi bai
 
29149031 praktikum-kecambah
29149031 praktikum-kecambah29149031 praktikum-kecambah
29149031 praktikum-kecambah
 
makalah tanaman kacang hijau
makalah tanaman kacang hijaumakalah tanaman kacang hijau
makalah tanaman kacang hijau
 
Laporan Ilmiah (pertumbuhan kecambah)
Laporan Ilmiah (pertumbuhan kecambah)Laporan Ilmiah (pertumbuhan kecambah)
Laporan Ilmiah (pertumbuhan kecambah)
 
Laporan praktikum 1 kel antangin xii.ipa.1
Laporan praktikum 1 kel antangin xii.ipa.1 Laporan praktikum 1 kel antangin xii.ipa.1
Laporan praktikum 1 kel antangin xii.ipa.1
 
Percobaan mengenai pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Percobaan mengenai pertumbuhan dan perkembangan tumbuhanPercobaan mengenai pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Percobaan mengenai pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
 
Presentasi laporan praktikum pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...
Presentasi laporan praktikum  pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...Presentasi laporan praktikum  pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...
Presentasi laporan praktikum pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...
 
Tujuan
TujuanTujuan
Tujuan
 
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
 
Pengamatan pertumbuhan biji kacang hijau
Pengamatan pertumbuhan biji kacang hijauPengamatan pertumbuhan biji kacang hijau
Pengamatan pertumbuhan biji kacang hijau
 
PENGAMATAN PERTUMBUHAN KECAMBAH KACANG HIJAU
PENGAMATAN PERTUMBUHAN KECAMBAH KACANG HIJAUPENGAMATAN PERTUMBUHAN KECAMBAH KACANG HIJAU
PENGAMATAN PERTUMBUHAN KECAMBAH KACANG HIJAU
 
LAPORAN PERCOBAAN PENGARUH KADAR AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
LAPORAN PERCOBAANPENGARUH KADAR AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNGLAPORAN PERCOBAANPENGARUH KADAR AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
LAPORAN PERCOBAAN PENGARUH KADAR AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
 
[Rancangan Percobaan] Pengaruh Kelembapan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
[Rancangan Percobaan] Pengaruh Kelembapan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan[Rancangan Percobaan] Pengaruh Kelembapan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
[Rancangan Percobaan] Pengaruh Kelembapan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
 
Pengaruh Nutrisi Bagi Kecambah
Pengaruh Nutrisi Bagi KecambahPengaruh Nutrisi Bagi Kecambah
Pengaruh Nutrisi Bagi Kecambah
 
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang HijauBiologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau
 
Laporan hasil praktikum kedelai
Laporan hasil praktikum kedelaiLaporan hasil praktikum kedelai
Laporan hasil praktikum kedelai
 
Proses perkecambahan pada tumbuhan kacang hijau
Proses perkecambahan pada tumbuhan kacang hijau Proses perkecambahan pada tumbuhan kacang hijau
Proses perkecambahan pada tumbuhan kacang hijau
 
LAPORAN BIOLOGI : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Perke...
LAPORAN BIOLOGI : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Perke...LAPORAN BIOLOGI : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Perke...
LAPORAN BIOLOGI : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Perke...
 
Laporan Praktikum Biologi : Pertumbuhan kacang hijau
Laporan Praktikum Biologi : Pertumbuhan kacang hijauLaporan Praktikum Biologi : Pertumbuhan kacang hijau
Laporan Praktikum Biologi : Pertumbuhan kacang hijau
 
Praktikum Biji Kacang Hijau
Praktikum Biji Kacang HijauPraktikum Biji Kacang Hijau
Praktikum Biji Kacang Hijau
 

Similaire à Pertumbuhan perkembangan

Laporan fitum c1
Laporan fitum c1Laporan fitum c1
Laporan fitum c1
dwi_alam
 
Laporan penelitian perkecambahan
Laporan penelitian perkecambahanLaporan penelitian perkecambahan
Laporan penelitian perkecambahan
Rizka Pratiwi
 
Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembanganPertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan
Ir. Zakaria, M.M
 
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhanPertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
Kurnia Wardhani
 
Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup
Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidupPertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup
Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup
risky_kartika
 
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhanPertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Khalifati sifa
 
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)
Ramadhani Sardiman
 
Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembanganPertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan
f' yagami
 

Similaire à Pertumbuhan perkembangan (20)

Laporan fitum c1
Laporan fitum c1Laporan fitum c1
Laporan fitum c1
 
PRAKTIKUM BIOLOGI TIMUN
PRAKTIKUM BIOLOGI TIMUNPRAKTIKUM BIOLOGI TIMUN
PRAKTIKUM BIOLOGI TIMUN
 
Bab i pertumbuhan dan konsultasi
Bab i pertumbuhan dan konsultasiBab i pertumbuhan dan konsultasi
Bab i pertumbuhan dan konsultasi
 
Laporan penelitian perkecambahan
Laporan penelitian perkecambahanLaporan penelitian perkecambahan
Laporan penelitian perkecambahan
 
Kelompok 11
Kelompok 11Kelompok 11
Kelompok 11
 
Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembanganPertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan
 
Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembanganPertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan
 
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhanPertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
 
Pertmbhn&perkmbgn revisi nurhayanti
Pertmbhn&perkmbgn revisi nurhayantiPertmbhn&perkmbgn revisi nurhayanti
Pertmbhn&perkmbgn revisi nurhayanti
 
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan materi kelas_12_biologi (1)
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan materi kelas_12_biologi (1)Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan materi kelas_12_biologi (1)
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan materi kelas_12_biologi (1)
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup
Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidupPertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup
Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup
 
Materi blog
Materi blogMateri blog
Materi blog
 
Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan PerkembanganPertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan Perkembangan
 
pengamatan pertumbuhan tanaman tomat
pengamatan pertumbuhan tanaman tomatpengamatan pertumbuhan tanaman tomat
pengamatan pertumbuhan tanaman tomat
 
pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan-2-smp.ppt
pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan-2-smp.pptpertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan-2-smp.ppt
pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan-2-smp.ppt
 
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhanPertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
 
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)
 
Ppt 1
Ppt 1Ppt 1
Ppt 1
 
Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembanganPertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan
 

Dernier

Dernier (10)

MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energi
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 

Pertumbuhan perkembangan

  • 1. 158 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup pasti akan bertumbuh dan berkembang. Bertumbuh dan berkembang merupakan salah satu ciri – ciri makhluk hidup. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung seiring dengan bertambahnya usia makhluk hidup tersebut. Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel atau organisme secara kuantitatif atau terukur. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju kedewasaan pada organisme yang berlangsung secara kualitatif. Pertumbuhan bersifat irreversible, yaitu tidak bisa kembali ke keadaan semula. Sedangkan perkembangan bersifat reversible, yaitu bias kembali ke keadaan semula (Mulyani, 2006). Dalam percobaan ini akan dilakukan pengamatan pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman kacang hijau dan jagung. Pengamatan akan dilakukan dengan membandingkan pertambahan kecambah antara berat basah dan berat kering. Selain itu, untuk perkembangan, akan diamati tanaman suplir atau pakis yang berspora untuk diketahui perkembangannya. Jadi, melalui pengamatan ini, praktikan akan dapat mengerti dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. 1.2 Permasalahan Permasalahan yang dibahas dalam percobaan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan ini adalah bagaimana praktikan dapat mengukur, mengamati, dan membedakan pertumbuhan biji kacang hijau dan jagung yang kering dengan pertumbuhan biji kacang hijau dan jagung dalam keadaan basah (tidak dioven, dibiarkan tumbuh pada kapas basah). Selain itu, praktikan harus dapat menjelaskan proses perkembangan yang terjadi pada tanaman suplir dengan mengamati sporanya dilihat dari mikroskop.
  • 2. 159 1.3 Tujuan Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan biji kacang hijau dan jagung dalam keadaan kering (dimasukkan ke oven) dengan keadaan basah (dibiarkan tumbuh di atas kapas basah). Selain itu, praktikan dapat mengetahui dan mampu menjelaskan bagaimana perkembangan yang terjadi pada tanaman suplir, dengan mengamati sporanya di mikroskop.
  • 3. 160 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan proses pertambahan ukuran sel atau organisme secara kuantitatif atau terukur yang bersifat irreversible. Secara umum pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan diawali dengan stadium zigot yang merupakan hasil pembelahan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina. Pembelahan zigot menghasilkan jaringan meritem yang akan terus membelah dan mengalami diferensiasi, perubahan yang terjadi dari keadaan sejumlah sel, membentuk organ – organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda. Embrio mempunyai 3 bagian penting, yaitu tunas embrionik sebagai calon batang dan akar, akar embrionik sebagai calon akar, dan kotiledon sebagai cadangan makanan. Daerah pertumbuhan pada akar dan batang berdasarkan aktivitasnya terbagi menjadi 3 daerah, yaitu daerah pembelahan dimana di daerah ini sel – sel aktif membelah, daerah pemanjangan yang berada di belakang daerah pembelahan, dan daerah diferensiasi yang berada paling belakang dari daerah pertumbuhan dimana sel – sel mengalami diferensiasi membentuk akar yang sebenarnya serta daun muda dan tunas lateral yang akan menjadi cabang (Alkatiri, 1996). 2.1.1 Pertumbuhan Primer Pertumbuhan primer adalah pertumbuhan pertama dari tubuh tumbuhan. Sedangkan tubuh primer adalah tubuh yang dibentuk pada pertumbuhan pertama. Semua jaringan yang menyusun tubuh primer disebut jaringan primer. Tumbuhan berbiji umumnya mempunyai tubuh primer dan tubuh sekunder, sedangkan pada monokotil tertentu jaringan tubuhnya tetap dalam keadaan primer. Pertumbuhan primer meliputi pembentukan sel – sel baru di daerah apikal, pembentukan tunas, dan percabangan. Dengan pembentukan sel – sel baru ini maka pertumbuhan primer menambah panjang batang (Nur, 2004).
  • 4. 161 2.1.2 Pertumbuhan Sekunder Pertumbuhan sekunder merupakan aktivitas sel – sel meristem sekunder yaitu kambium dan kambium gabus. Mula – mula kambium hanya terdapat pada ikatan pembuluh, disebut kambium vasis atau intravaskuler yang berfungsi untuk membentuk xilem dan floem primer. Selanjutnya parenkim akar atau batang yang terletak diantara ikatan pembuluh menjadi kambium atau intervasis. Kambium intravasis dan kambium intervasis membentuk lingkaran tahun berbentuk korsentris. Kambium yang berada di sebelah dalam jaringan kulit yang berfungsi sebagai pelindung, terbentuk akibat ketidakseimbangan antara pertumbuhan xilem dan floem yang lebih cepat dari pertumbuhan kulit. Pertumbuhan sekunder ditandai oleh bertambah tebalnya dinding sel yang menyusun jaringan tubuh tumbuhan, serta terbentuknya jaringan – jaringan sehingga menyebabkan baik akar ataupun batang ukuran diameternya bertambah. Pertumbuhan sekunder pada tumbuhan berbiji disebabkan oleh aktivitas meristem lateral yaitu kambium pembuluh. Sel – sel kambium pembuluh membelah ke arah sentripetal dan ke arah sentrifugal. Ke arah sentripetal menghasilkan jaringan buluh kayu sekunder, dan ke arah sentrifugal menghasilkan jaringan buluh ayak sekunder. Jaringan buluh kayu selain untuk pengangkutan air dan garam – garam tanah karena sel –selnya mengalami penebalan, berfungsi sebagai penguat atau penyokong (Nurhidayati, 2004). 2.2 Perkembangan Perkembangan adalah proses menuju kedewasaan pada organisme, berlangsung secara kualitatif, dan bersifat refleksibel. 2.2.1 Perkembangan Helai Daun Tahap – tahap perkembangan daun adalah permulaan (inisiasi), diferensiasi awal, perkembangan aksis daun, asal usul helai daun, dan histogenesis jaringan helai daun. a. Insiasi Insiasi daun dimulai dengan pembelahan periklin dalam kelompok kecil sel pada sisi pucuk (Mulyani, 2006).
  • 5. 162 b. Diferensiasi Awal Sebagai hasil kelanjutan pembelahan sel, primordium daun menonjol dari pucuk batang sebagai penyokong yang mempunyai bentuk papilla kecil atau tonjolan. Penyokong daun terdiri atas lapisan protoderm dan untaian prokambium, yang tumbuh secara akropetal dan tidak seberapa jauh dari kambium batang (Mulyani, 2006). c. Perkembangan Aksis Daun Perkembangan aksis daun mendahului helai daun. Hasil perkembangan cepat dari primordial menjadi bentuk seperti kerucut yang runcing dengan sisi adaksial pipih (rata). Ujung kerucut berfungsi sebagai meristem apikal, tetapi dalam spermatophyta, sel pada ujung daun menunjukkan tanda histologi dari pemasakan yang relatif cepat. Pada daun paku, pertumbuhan apikal berlangsung dalam periode yang panjang bersama dengan pertumbuhan interkalar dalam arah akropetal (Mulyani, 2006). d. Asal – Usul Helai Daun Selama pemanjangan awal dan penebalan aksis daun muda, sel bagian tepi adaksial terus membelah dengan cepat. Pada daun majemuk menjari dan menyirip, helai daun lateral berkembang dari meristem pinggiran adaksial dan aksis daun muda sebagai dua deretan papilla. Pada tumbuhan lain, perkembangan helai daun ada yang terjadi secara akropetal ataupun basipetal (Mulyani, 2006). e. Histogenesis Jaringan Helai Daun Pertumbuhan pinggiran berlangsung terus menerus lebih panjang dari pertumbuhan apikal, tetapi berhenti relatif lama. Pertumbuhan daun dikendalikan oleh faktor genetis, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan luar dan dalam. Jadi, bentuk daun pada bagian yang berbeda pada tumbuhan yang sama dipengaruhi oleh faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi bentuk daun antara lain pasokan air, nutrisi, panjang hari, dan intensitas sinar (Mulyani, 2006).
  • 6. 163 2.3 Faktor – Faktor Pertumbuhan 2.3.1 Faktor Internal a. Gen Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat keturunan. Gen dibedakan menjadi dua, yaitu genotif (sifat yang tidak nampak dari luar tubuh makhluk hidup) dan fenotip (sifat yang Nampak dari luar tubuh makhluk hidup) (Alters, 1996). b. Hormon Yaitu senyawa kimia yang terdiri dari protein yang berfungsi sebagai zat perangsang atau mengaktifkan sel – sel bertumbuh dan berkembang (Alters, 1996). b.1 Hormon Auxin Hormon yang banyak ditemukan di bagian ujung tunas dan ujung akar. Berfungsi untuk merangsang perpanjangan sel, merangsang pembentukan bunga dan buah, merangsang perpanjangan titik tumbuh, menggiatkan sel – sel kambium untuk membentuk sel – sel baru (Alters, 1996). b.2 Hormon Giberelin Hormon yang berfungsi untuk merangsang aktivitas jaringan cambium, merangsang pertumbuhan lebih cepat, merangsang tumbuhnya bunga lebih cepat, dan menghambat dormansi biji (Nurhidayati, 2004). b.3 Hormon Sitokinin Sitokinin merupakan hormone tumbuhan yang dibuat di akar dan ditransport secara apolar melalui xilem. Sitokinin ini berperan dalam pembelahan sel tumbuhan, merangsang pertumbuhan ke arah lateral dari pucuk, merangsang pelebaran daun, dan merangsang pertumbuhan akar. Sitokinin menghambat penguraian dan memacu sintesis RNA dan protein (Alters, 1996).
  • 7. 164 2.3.2 Faktor Eksternal a. Suhu Suhu dibedakan menjadi 3 macam, yaitu suhu minimum, suhu yang berada di kisaran bawah dari keadaan normal yang memungkinkan makhluk hidup untuk bertumbuh dan berkembang. Suhu optimum yaitu suhu yang paling baik untuk makhluk hidup bertumbuh dan berkembang. Terakhir yaitu suhu maksimum, suhu yang berada di kisaran atas dari keadaan normal yang memungkinkan makhluk hidup untuk bertumbuh dan berkembang (Hidayat, 1990). b. Cahaya Faktor yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan. Faktor ini juga dapat menjadi faktor penghambat pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat, 1990). c. Kelembapan Kelembapan udara yang berperan terhadap proses transpirasi yang berkaitan dengan penyerapan unsur hara dalam tanah. Kelembapan udara yang tinggi akan dapat mendukung proses pertumbuhan. Sedangkan kelembapan tanah berperan dalam kandungan unsur hara atau zat organik dan anorganik yang terkandung dalam tanah (Hidayat, 1990). d. Air Air merupakan faktor vital bagi makhluk hidup, terutama tumbuhan. Tetapi, bila terlalu banyak atau sedikit akan memperlihatkan gejala ketidaknormalan. Begitu juga dengan hewan dan manusia, akan mengalami dehidrasi bila kekurangan (Hidayat, 1990). f. Hara Mineral Banyak terdapat dalam tanah dan merupakan unsur hara yang lengkap. Unsur hara dalam tanah lebih banyak diperlukan bagi tumbuhan daripada hewan dan manusia (Hidayat, 1990). 2.4 Suplir (Adiantum venustum) Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam genus Adiantum, family Adiantaceae. Sebagai tumbuhan paku – pakuan,
  • 8. 165 suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya. Perbanyakan generatif suplir dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa. Suplir memiliki penampilan yang jelas beda dari jenis paku – pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan kluster – kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi indusium. Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang – kadang bersisik halus ketika dewasa. Suplir, tumbuhan asal dari Eropa. Pemeliharaan suplir sebagai tanaman hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang dialami suplir tidak bisa diperbaiki hanya dengan penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pilih. Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga dekat Rhizoma dan memberi sedikit media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa hari tunas baru akan muncul (Anonym, 2009). 2.5 Jagung (Zea mays) Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting. Jagung sebagai sumber karbohidrat utama di daerah Negara Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Jagung merupakan tanaman semusim (annual), satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80 sampai 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan tahap kedua untuk tahap generatif. Jagung tidak memiliki kemampuan menghasilkan anakan. Akar jagung adalah akar serabut, mencapai kedalaman 8 meter. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa, muncul akar adventif dari buku – buku batang bagian bawah yang membantu tegaknya tanaman. Daun jagung sempurnanya, bentuknya memanjang. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Stoma pada daun jagung berbentuk halter (anonim, 2009). 2.6 Tumbuhan Paku Tumbuhan paku (atau paku – pakuan, Pteridophyta) adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus), tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Menggunakan spora sebagai alat
  • 9. 166 perbanyakan generatifnya. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena menjadi hutan – hutan di bumi. Bentuk tumbuhan paku bermacam – macam, ada yang berupa pohon, epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna dengan rizoma yang menjalar di tanah (anonim, 2009). 2.6.1 Metagenesis Tumbuhan Paku Metagenesis yaitu proses pergiliran keturunan antara fase vegetatif dan fase generatif. Biasanya terjadi pada tumbuhan (Bryophyta dan Pterydophyta) dan dapat juga pada beberapa hewan tingkat rendah (Coelentrata). Tumbuhan paku mempunyai dua macam generasi dalam daur hidupnya, yaitu generasi gametofit yaitu generasi yang dapat menghasilkan sel gamet. Selain itu, ada juga generasi sporofit yaitu generasi yang dapat menghasilkan spora (Mulyani, 2006).
  • 10. 167 Spora Protalium Anteridium (n) Arkegonium (n) Sel sperma Sel ovum Zigot (2n) Tumbuhan Paku Sporofit Sporofil Sporangium Gambar 2. Siklus Hidup Tumbuhan Paku
  • 11. 168 BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Pada percobaan ini, peralatan yang digunakan adalah gelas aqua, kapas, alat tulis, penggaris, kantong kertas, label, oven, mikroskop, dan timbangan analitis. 3.1.2 Bahan Bahan – bahan yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah biji kacang hijau, biji jagung, dan suplir (atau pakis berspora). 3.2 Cara Kerja 3.2.1 Pertumbuhan Disiapkan 4 pasang gelas aqua, kemudian diletakkan kapas basah di dalam gelas aqua tersebut. Diambil 20 biji kacang hijau dan 20 biji jagung, kemudian dikecambahkan biji-biji tersebut di permukaan kapas basah, diamati perkecambahannya dan diukur panjangnya setiap 24 jam selama 6 hari. Diambil 5 kecambah yang berumur 2 x 24 jam, 4 x 24 jam, dan 6 x 24 jam, ditimbang berat basah dan berat keringnya dengan menggunakan timbangan analitik (untuk mencari berat kering, kecambah harus terlebih dahulu dioven pada suhu 700 C sampai 800 C selama 2 x 24 jam sampai berat konstan. Digunakan kertas millimeter, dibuat grafik pertumbuhan, dibandingkan antara pertambahan panjang, berat basah, dan berat keringnya.
  • 12. 169 3.2.2 Perkecambahan Diambil daun tanaman suplir atau pakis yang berspora. Lalu diambil sporangium tersebut dan digambar. Kemudian diambil beberapa spora dan diamati di bawah mikroskop. Setelah itu, digambar apa yang terlihat.
  • 13. 170 BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Pertumbuhan Tabel 4.1 Penambahan panjang kecambah / cm UMUR PANJANG KECAMBAH KACANG HIJAU Kesimpulan 1 2 3 4 5 RATA- RATA 24 jam 1,4 1,4 1,4 0,9 - 1,275 48 jam 2,7 2,9 1,9 1,4 0,9 1,96 72 jam 11,5 1,2 2,5 2 1,2 5,84 96 jam 15 13 3 2,6 1,5 7,02 120 jam - - - - - - 148 jam - - - - - - UMUR PANJANG KECAMBAH KACANG JAGUNG Kesimpulan 1 2 3 4 5 RATA- RATA 24 jam 0,5 - - - - 0,5 48 jam 1,4 - - - - 1,4 72 jam 10 1,5 0,4 - - 3,9 96 jam 11 1,9 0,6 - - 4,5
  • 14. 171 Tabel 4.2 Penambahan berat kacang hijau dan jagung / mg UMUR BERAT BASAH KACANG HIJAU 1 2 3 4 5 Rata-rata 48 jam 0,1285 0,1473 0,1158 0,1169 0,1124 0,1242 96 jam 0,1267 0,1870 0,1264 0,1538 0,1145 0,1417 148 jam - - - - - - UMUR BERAT KERING KACANG HIJAU 1 2 3 4 5 Rata-rata 48 jam 0,0649 0,0593 0,0706 0,0725 0,0717 0,0683 96 jam 0,0500 0,704 0,0446 0,0668 0,0651 0,1861 148 jam - - - - - - UMUR BERAT BASAH JAGUNG 1 2 3 4 5 Rata-rata 48 jam 0,1984 0,1658 0,0996 0,1249 0,1908 0,1559 96 jam 0,1865 0,1664 0,1489 0,1775 0,1128 0,1584 148 jam - - - - - - 120 jam - - - - - - 148 jam - - - - - -
  • 15. 172 UMUR BERAT KERING JAGUNG 1 2 3 4 5 Rata-rata 48 jam 0,1511 0,1553 0,0794 0,0772 0,1513 0,1228 96 jam 0,1475 0,1338 0,1171 0,1364 0,0947 0,1259 148 jam - - - - - - 4.1.2 Perkembangan a. Sporangium pada mikrofil Gambar 4.1 Tanaman suplir berspora b. Sporangium dengan pengamatan mikroskop Gambar 4.2 spora Nephrolepis dengan perbesaran 10 x dan 100 x Sporangium Tangkai daun Spora
  • 16. 172 4.2 Pembahasan 4.2.1 Perkecambahan Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru pada tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Proses perkecambahan dan pertumbuhan perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan untuk diabsorbsi dan memacu aktivitas enzim-enzim untuk metabolisme perkecambahan di dalam benih (Agustrina, 2009). Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti “minum”). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air). Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji melunak. Proses ini murni fisik (anonim, 2009). Tipe perkecambahan berdasarkan posisi kotiledonnya dalam proses perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Pada epigeal hipokotilah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah (Ashari, 2002). 4.2.2 Kotiledon Kotiledon disebut juga kotil atau daun lembaga adalah bakal daun yang terbentuk pada embrio. Kotiledon merupakan organ cadangan makanan pada biji sekelompok tumbuhan, sekaligus organ fotosintetik pertama yang dimiliki oleh tumbuhan yang baru saja berkecambah. Walaupun bagi kecambah ia berfungsi seperti daun, kotiledon tidak memiliki anatomi yang lengkap seperti daun sejati. Biji yang menyimpan cadangan makanan di kotiledon bagi kecambah disebut
  • 17. 173 sebagai biji kotiledonik. Pada tumbuhan dengan biji kotiledonik, kotiledon telah terbentuk pada saat tumbuhan masih di dalam biji (embrio atau lembaga) (anonim, 2009). Gambar 4.3 Kotiledon dari kecambah Rapa (Brassica napus) 4.2.3 Nephrolepis Paku pedang (Nephrolepis) merupakan sekelompok tumbuhan paku dengan sekitar 40 jenis yang mudah dikenali karena entalnya memanjang berbentuk pedang. Terna epifit atau setengah epifit, mudah dijumpai tumbuh di tepi-tepi sungai, tebing, atau pada batang palem, serta pohon lain. Rimpangnya tipis, menyerupai akar. Dari rimbangnya tumbuh ental yang memanjang, dapat mencapai 1,5 m panjang, dengan anak-anak daun tersusun menyirip tunggal, mirip pedang atau mata tombak. Dalam taksonomi saat ini, Nephrolepis dimasukkan dalam suku Lomariopsidaceae, walaupun banyak yang menganggap Nephrolepis lebih baik dikelompokkan sebagai genus tunggal dari suku Nephrolepidaceae. Sistem lain memasukkannya ke dalam Davalliaceae. Di Indonesia dan daerah Asia tropis lainnya, Nephrolepis mudah dijumpai di rumah-rumah atai kebun. Tumbuhan ini mudah beradaptasi karena bersifat epifit dan memiliki rimpang yang tahan kering yang menjalar kemana-mana (anonim, 2009). Gambar 4.4 tanaman paku
  • 18. 174 Berikut adalah klasifikasi ilmiahnya : Kerajaan : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Polypodiales Famili : Lomariopsidaceae Genus : Nephrolepis 4.2.4 Kacang Hijau Kacang hijau yang digunakan dalam percobaan ini dalam bentuk biji. Mula- mula biji kacang hijau direndam dalam air, didiamkan sebentar, kemudian diambil kacang hijau yang tenggelam dalam air. Hal ini harus dilakukan agar dapat diketahui biji yang berisi dengan biji yang tidak berisi. Biji yang berisi ditandai dengan tenggelam saat direndam, sedangkan biji yang tidak berisi ditandai dengan tidak tenggelam saat direndam. Setelah itu, baru dimulai dengan mengecambahkannya. Perkecambahan dilakukan di atas kapas yang basah. Kapas harus dalam keadaan basah karena perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji. Setelah itu, diamati pertumbuhannya mulai dari panjang dan beratnya. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam. Masing-masing gelas aqua yang terdapat 5 biji kacang hijau, diukur dan diamati perubahannya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti “minum”). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji melunak. Dari tabel pertambahan panjang dan berat, dapat terlihat bahwa pertumbuhan kacang hijau relatif cepat cepat dan teratur dibandingkan jagung. Hal ini dikarenakan tipe perkecambahan pada kacang hijau adalah epigeal, yaitu hipokotilah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan. Selain itu, tekstur kacang hijau yang lebih kecil daripada jagung,
  • 19. 175 sehingga proses imbibisi cepat, maka pertumbuhannya pun cepat dan teratur. Untuk mengukur berat kering, kacang hijau dioven terlebih dahulu pada suhu 700 sampai 800 selama 2 x 24 jam sampai beratnya konstan. Maka dari itu, karena proses pengovenan tersebut, kandungan air di dalam kacang hijau berkurang, airnya menguap, sehingga berat kering didapatkan dengan mengukurny dengan timbangan analitis (Ashari, 2002). Gambar 4.5. hasil percobaan perkecambahan kacang hijau yang sudah besar tumbuhan kacang hijau pada hari ke-5 Gambar 4.6 perkecambahan kacang hijau pada medium kapas basah Gambar 4.7 perkecambahan kacang hijau pada medium tanah. 4.2.5 Jagung Jagung yang digunakan dalam percobaan dalam yang digunakan dalam percobaan ini adalah jagung yang masih dalam bentuk biji. Untuk jagung tidak perlu direndam di dalam air terlebih dahulu, tetapi dipilih biji jagung yang masih Kotiledon Radikula
  • 20. 176 utuh. Kemudian dibuat perkecambahannya diatas kapas basah. Setelah itu diamati pertumbuhannya. Aspek yang perlu diteliti adalah pertumbuahn batangnya dan beratnya. Untuk pengamatan beratnya, digunakan oven pada berat kering. Media yang digunakan juga sama dengan kacang hijau. Namun pertumbuhan tanaman jagung ini jauh lebih lama dibandingkan kacang hijau. Hal ini dikarenakan tipe perkecambahan jagung adalah hypogeal, yaitu pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul diatas tanah. Selain itu, tekstur jagung lebih keras daripada kacang hijau. Hal ini membuat proses imbibisi tidak seberapa Nampak, karena air yang terserap sedikit akibat tekstur yang keras, maka dari itu pertumbuhannya membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan kacang hijau (Ashari,2002). 4.2.6 Suplir Suplir yang digunakan dalam percobaan ini yaitu suplir yang berspora, karena objek yang akan diamati yaitu sporanya. Mula – mula suplir yng berspora, spora dikeruk dengan jarum pentul agar sporanya jatuh ke atas gelas objek. Kemudian gelas objek ditutup dengan gelas penutup. Setelah itu diamati dengan menggunakan mikroskop. Perbesaran yang dilakukan yaitu perbesaran 10x dan 100x. Percobaan ini dilakukan untuk membuktikan adanya perkembangbiakan pada tumbuhan, khususnya suplir. Gambar 4.8 Suplir Gambar 4.9 Spora suplir dengan perbesaran 10x pada mikroskop
  • 21. 177 Gambar 4.10 Spora suplir Gambar 4.11 Contoh gambar suplir dari internet 4.2.7 Unsur Mineral Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh mahluk hidup disamping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik.atau kadar abu. Unsur – unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ didalam tubuh. Sedangkan mineral mikro yaitu mineral yang diperluakn dalam jumlah sanagt sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil (Zainal,2008)
  • 22. 178 BAB V KESIMPULAN Dalam percobaan yang berjudul pertumbuhan dan perkembangan ini, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel secara kuantitatif atau dapat diukur yang bersifat ireversibel. Faktor – faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor internal (gen dan hormon), dan faktor eksternal (suhu, cahaya,kelembapan, air, dan hara mineral). Sedangkan perkecambahan adalah proses menuju kedewasaan pada organism berlangsung secara kualitatif, tidak dapat diukur dan reversible.
  • 23. 179 DAFTAR PUSTAKA Alkatiri, Saleh. 1996. Kajian Ringkas Biologi. Airlangga University Press : Surabaya Alters, S. 1996. Biology Understanding Life Second Edition. Mosby-Year Book Inc : United States of America Ashari, Semeru. 2002. Pengantar Biologi Repoduksi Tanaman. Rineka Cipta : Jakarta Hidayat,E. B. 1990. Dasar – Dasar Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Fakultas MIPA-ITB : Bandung Mulyani, Sri E. S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Kanisius : Yogyakarta Nurhidayati, Tutik, dkk. 2004. Modul Ajar Biologi Umum. ITS : Surabaya Rachmah Agustrina. 2009. Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah Leguminoeae di Bawah Pengaruh Medan Magnet. Penelitian 343.2 Zainal Arifin. 2008. Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi dan Metode Analisisnya. Penelitian 27.1