1. Laporan ini membahas tentang alat pelindung diri (APD) yang digunakan di bagian pest control PT Indofood Sukses Makmur Divisi Bogasari Flour Mills berdasarkan identifikasi bahaya.
2. Kegiatan yang dilakukan antara lain fogging, spraying, dan fumigasi dengan potensi bahaya seperti terpapar bahan kimia dan kebakaran.
3. Jenis APD yang disediakan sesuai dengan kecuali untuk topi pelindung dan earplug.
1. GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BERDASARKAN HASIL
IDENTIFIKASI BAHAYA DI BAGIAN PEST CONTROL DIVISI BOGASARI
FLOUR MILLS PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2011
LAPORAN MAGANG
OLEH :
Yuni Ristiani
NIM : 107101001473
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2011 M
2. FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Magang, April 2011
Yuni Ristiani, NIM : 107101001473
GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BERDASARKAN HASIL
IDENTIFIKASI BAHAYA DI BAGIAN PEST CONTROL DIVISI BOGASARI
FLOUR MILLS PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2011
xii + 126 halaman, 7 tabel, 9 gambar, 3 bagan, 5 lampiran
ABSTRAK
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills merupakan
perusahaan produksi tepung terigu, pasta, dan hasil produksi lainnya seperti bran
pollard dan makanan ternak. Pest control merupakan suatu subdepartemen dari
production facility yang bertugas dalam pengendalian dan pemberantasan hama.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain adalah pengasapan (fogging),
penyemprotan (spraying), dan penggasan (fumigasi).
Kegiatan magang ini dilakukan di department security dan safety PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills dan dilakukan selama 26
hari kerja dimulai pada tanggal 1 Februari–28 Februari 2011. Penulis melakukan
pengamatan di bagian pest control dengan cara pengumpulan data sekunder,
wawancara, dan observasi lapangan.
Kegiatan yang dilakukan adalah pelaksanaan fogging dan spraying serta
fumigasi. Potensi bahaya yang ada adalah bahaya kebakaran atau ledakan, terpapar
bahan kimia, menghirup bahan kimia saat pencampuran, terpapar asap fogging dan
cairan spraying, kebisingan, terjatuh di lantai yang sama, terjatuh dari tempat tinggi,
tertimpa benda jatuh, terpapar gas fumigan, terjebak, mata terkena cairan spraying,
badan terpapar asap fogging dan cairan spraying dan terhirup debu dengan
pengendalian secara engineering yaitu pelaksanaan sistem Log Out-Tag Out, sistem
izin kerja ruang terbatas, pembersihan area, dan pemasangan pagar pembatas. Secara
administratif dengan penerapan shift kerja, rotasi kerja, training dan safety induction.
Dan pengendalian dengan pemakaian APD. Jenis APD yang disediakan antara lain
half-face respirator, full-face respirator, baju pelindung, sarung tangan karet,
earplug, safety shoes, safety belt/body harness,dan topi pelindung dimana jenis APD
tersebut sudah sesuai dengan potensi bahaya yang ada kecuali untuk topi pelindung
dan earplug. Penyimpanan dan pemeliharaan APD dibagi menjadi dua, yaitu oleh
3. pekerja (kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung, earplug,
sarung tangan karet, dan topi pelindung) dan oleh perusahaan (half-face respirator
dan full-face respirator dan safety belt/body harness). Pelatihan pemakaian APD
telah dilakukan tetapi belum secara rutin. Pengawasan pemakaian APD dilakukan
dengan cara observasi.
Adapun saran yang diberikan adalah pengawasan terhadap pemakaian APD
terus dilakukan, melakukan pengawasan terhadap kelengkapan APD,
mempertimbangkan kualitas APD dalam penyediaannya, memberikan sanksi dan
reward bagi pekerja, melakukan pembinaan dan pelatihan secara berkala, dan
melakukan pengawasan terhadap proses pekerjaan dan pekerja.
Daftar bacaan : 20 (1970-2010)
4. PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Magang
GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BERDASARKAN HASIL
IDENTIFIKASI BAHAYA DI BAGIAN PEST CONTROL DIVISI BOGASARI
FLOUR MILLS PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2011
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Magang
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 10 Mei 2011
Mengetahui
Iting Shofwati, ST, MKKK Diharto, SH
Pembimbing Fakultas Manager
Security & Safety Dept.
5. PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Mei 2011
Penguji I,
Raihana Nadra Alkaff, M, MA
Penguji II,
Teten Abdullah, SE
6. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Yuni Ristiani
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 09 Juni 1989
Alamat : Jl. Sukarela Rt. 002 Rw. 03 No. 28
Peninggilan Ciledug Tangerang
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Telepon/Handphone : 08561967787
Email : yuni.ristiani@yahoo.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
1995 – 1998 SD Negeri 01 Kebon Jeruk
1998 – 2001 SD Negeri 04 Peninggilan
2001 – 2004 MTs. Jam‘iyyah Islamiyyah
2004 – 2007 SMA Yadika 5 Joglo
2007 – sekarang S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. KATA PENGANTAR
بسن ا هلل ا لرحمن ا لر حين
ا لسال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang,
puji dan syukur saya ucapkan kepada Illahi Rabbi yang selalu memberikan
kenikmatan yang tak terhingga kepada kita semua. Dengan memanjat rasa syukur
atas segala nikmat dan rahmat-Nya hingga laporan magang yang berjudul
―Gambaran Alat Pelindung Diri (APD) Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya di
Bagian Pest Control Divisi Bogasari Flour Mills PT.Indofood Sukses Makmur, Tbk
Tahun 2011‖ ini dapat tersusun dengan baik. Sholawat dan salam selalu tercurah
kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari
zaman kegelapan ke zaman terang benderang seperti saat ini.
Penulis laporan magang ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis
melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan berupa doa, semangat,
motivasi, bimbingan, dan petunjuk yang akhirnya penulis dapat menyelesaikan
laporan magan ini. Dan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Terima Kasih kepada My Lovely Family, kedua orang tua yang telah
meberikan perhatian dan kasih sayangnya serta doa yang sangat luar biasa
kepada saya, dan adik-adikku tersayang.
2. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku kepala program studi kesehatan
masyarakat yang mana senantasa berusaha agar prodi kesmasselalu menjadi
yang terbaik.
3. Iting Shofwati, ST,MKKK selaku dosen pembimbing yang senantiasa
membimbing meskipun disaat cuti melahirkan. Terima kasih atas kesabaran
dan waktu yang telah diberikan.
4. Bapak Ghozali yang selalu bersedia mengantar hasil revisi laporan ke rumah
Bu Iting.
8. 5. Bapak Diharto, SH selaku manager security and safety department yang
selalu membimbing pada saat melakukan magang selama satu bulan.
6. Bapak Muslich Riza, SKM yang juga membimbing penulis selama sebulan di
Bogasari.
7. Untuk Pak Wasiran, Pak Tonny, Pak Pemilianto, Pak Agus, Pak Nurrahmat,
Pak Eko yang bersedia didampingi oleh penulis setiap hari saat melakukan
inspeksi.
8. Pak Teten Abdullah, SE an Ibu Raihana Nadra Alkaff M, MA yang telah
bersedia datang menguji saat ujian magang.
9. Pak Joko dan seluruh pekerja di bagian Pest Control yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
10. Siska Yuniati dan Septi Harvita yang selama satu bulan tinggal bersama di
kos bersama penulis.
11. Sahabat saya M. Arbi Ramadhan, Tamalia Rahmi F, Siska Yuniati, Pipit
Bhayangkari, dan Septi Harvita atas dukungannya dan mudah-mudahankita
lulus bareng-bareng dan sukses ya teman-teman, Amin.
12. Untuk Muhammad Iqbal yang selalu memberi dukungan setiap saat.
13. Untuk teman-teman K3 2007 semoga kita bisa wisuda tahun ini ya teman-
teman.
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap
semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.
Amin. Semoga laporan magang ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca
pada umumnya.
و ا لسال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته
Jakarta, Mei 2011
Penulis
9. DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................…………………...…...........i
PERNYATAAN PERSETUJUAN.................................................................................iii
PERNYATAAN PENGUJI............................................................................………....iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........................................................................................v
KATA PENGANTAR. ............................................................................……….……..vi
DAFTAR ISI............................................................................………………......…....viii
DAFTAR TABEL............................................................................………..................xiii
DAFTAR GAMBAR. ............................................................................……...............xiv
DAFTAR BAGAN............................................................................………..................xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................…….............xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................………1
1.1 Latar Belakang................................................................……………..........1
1.2 Tujuan ....................................................……………….............................5
1.2.1 Tujuan Umum.................................................................................5
1.2.2 Tujuan Khusus............................................... …………….............5
1.3 Manfaat Magang......................................................………………..............6
1.4 Ruang Lingkup Magang................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ..........................................................…….................8
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja kerja..........................................…......8
2.1.1 Definisi……………………………...............................................8
2.1.2 Kecelakaan Kerja....................................................…….............8
2.1.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja....................................………...........9
2.2 Pestisida................................................................................…………....10
2.2.1 Definisi ………...................................................…………….....10
2.3 Pest control........................................................................……………...11
2.3.1 Definisi Pest control......................................……………….......11
2.3.2 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Pest control ..........................12
2.4 Bahaya...........................................................…………………………...12
10. 2.4.1 Definisi Bahaya.............................................…………...............12
2.4.2 Jenis-jenis Bahaya............................................…………............13
2.4.3 Sumber Bahaya................................................…………….........15
2.4.4 Pengendalian Bahaya.................................. ……………….........16
2.5 Risiko..........................................................................……….…….........17
2.5.1 Definisi Risiko..................................... ……................................17
2.5.2 Metode Identifikasi Risiko...........................................................18
2.6 Alat Pelindung Diri (APD) ......................................……………………20
2.6.1 Definisi APD.....................................................…………………20
2.6.2 Dasar Hukum Tentang APD........................................……….... 21
2.6.3 Pertimbangan Pemilihan APD........................... …………..…....23
2.6.4 Penggolongan APD berdasarkan bagian tubuh yang dilindungi. 23
2.6.5 Jenis-jenis APD..........................................................…………..24
2.6.6 Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya……………….33
2.7 Pemeliharaan APD..............................................……………………….38
2.8 Penyimpanan APD......................................................…………….……38
2.9 Pengawasan APD..................................................……………………...38
2.10 Training atau pelatihan APD............................................................…...39
BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN MAGANG................................…....36
3.1 Alur Kegiatan Magang..................................................………………...41
3.2 Jadwal Kegiatan Magang........................................................……….....43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................………...............42
4.1 Gambaran PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills..................……......47
4.1.1 Sejarah PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills................………47
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan..................................................................50
4.1.3 Fasilitas Pabrik.....................................................………………….51
4.1.4 Kepegawaian dan Sistem Shift...................................................…..52
4.1.5 Gambaran Unit Security and Safety Department....……… ……….53
4.1.6 Sistem Manajemen K3 PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills...56
4.1.7 Gambaran Subdepartment Pest control …………………………....57
4.1.8 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Subdepartment Pest control .…58
4.1.9 Bahan-Bahan Pestisida Yang Digunakan Pest control.....................65
11. 4.2 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya di Pest control........................................67
4.3 Gambaran penerapan pengendalian yang dilakukan pada bagian pest control
……………………………………………………………...…............…67
4.4 Potensi Bahaya pada Bagian Pest control ........................ ………………69
4.4.1 Fogging dan spraying.....................................................................69
4.4.2 Fumigasi.........................................................……………….……81
4.5 Jenis-Jenis APD Yang Digunakan di Bagian Pest Control……………..…..91
4.5.1 Topi Pelindung.................................................................…….…..91
4.5.2 Kacamata (Safety Goggles) ...........………………........................93
4.5.3 Pelindung Telinga (earplug) ................................................ ….…95
4.5.4 Pelindung Tangan..................................................…………….....96
4.5.5 Pelindung Pernapasan............................................……………….98
4.5.6 Sepatu Safety........................................................…………….....100
4.5.7 Pelindung Tubuh..............................................……………..…...102
4.5.8 Sabuk Keselamatan (Safety Belt)……… ……………………......103
4.6 Kesesuaian Jenis APD Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya………....104
4.7 Pemeliharaan APD di subdepartment pest control……………………...110
4.8 Penyimpanan APD di subdepartment pest control ……………………....115
4.9 Pengawasan APD di subdepartment pest control ...……………….….....118
4.10Pelatihan pemakaian APD di subdepartment pest control……………......119
BAB V SIMPULAN DAN SARAN……………………………………………….......121
5.1 Simpulan ……………………………………………………………….....121
5.2 Saran ……………………………………….……………….....................125
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12. DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
2.1 Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya 34
3.1 Jadwal Kegiatan Magang di PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 43
Divisi Bogasari Flour Mills
4.1 Jumlah Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin 52
4.2 Shift Kerja 53
4.3 Bahan-bahan pestisidayang digunakan pada pekerjaan Pest 66
Control
4.4 Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fogging dan Spraying PT. 70
Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
Tahun 2011
4.5 Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fumigasi PT. Indofood Sukses 83
Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2011
13. DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
4.1 Topi Pelindung 93
4.2 Goggles 94
4.3 Earplug 96
4.4 Sarung Tangan Berbahan Karet 98
4.5 Half-face respirator, Full-face Respirator, dan catridge 100
4.6 Safety Shoes 102
4.7 Baju dan Celana 103
4.8 Safety Belt 104
4.9 Safety helmet 106
14. DAFTAR BAGAN
3.1 Alur Kegiatan Magang 41
4.1 Struktur Organisasi Safety & Security Department PT. Indofood 56
Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
4.2 Struktur Organisasi Subdepartment Pest Control PT. Indofood 58
Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
15. DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Praktek Kerja Lapangan
Lampiran 2 Surat Pernyataan Penerimaan Magang
Lampiran 3 Sertifikat Hasil Magang
Lampiran 4 Material Safety Data Sheet
Lampiran 5 Daftar Pertanyaan Mengenai APD
16. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu disiplin ilmu yang luas
dengan banyak spesialisasi yang diterapkan, sebagai upaya pemeliharaan dan
peningkatan derajat fisik, mental, dan sosial pekerja pada setiap jenis pekerjaan,
mencegah munculnya dampak buruk terhadap kesehatan pekerja yang
disebabkan kondisi kerja terhadap pekerja (ILO, 1996).
Indonesia hingga saat ini masih memiliki tingkat keselamatan kerja yang
rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang telah sadar betapa
penting regulasi dan peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja ini
untuk diterapkan. Kesadaran akan hal ini masih sangat rendah baik itu mulai dari
pekerja hingga perusahaan atau pemilik usaha. Regulasi ini sangat penting untuk
dilaksanakan dan dipatuhi dalam dunia kerja karena dapat mendatangkan
manfaat yang positif untuk meningkatkan produktivitas pekerja dan mampu
meningkatkan probabilitas usia kerja karyawan dari suatu perusahaan menjadi
lebih panjang.
Menurut Estimasi International Labour Organization (ILO), sebanyak 2
juta pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja tiap tahunnya. Dari jumlah ini,
354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahunnya ada
270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta terkena
penyakit akibat kerja (PAK). Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-
bahaya akibat kecelakaan kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian
17. yang dialami sebagai akibat kecelakaan-keselakaan kerja setiap tahunnya
mencapai lebih dari US$ 1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk
Domestik Bruto.
Dengan makin meningkatnya perkembangan industri dan perubahan secara
global dibidang pembangunan secara umum di dunia, Indonesia juga melakukan
perubahan-perubahan dalam pembangunan baik dalam bidang teknologi maupun
industri. Dengan adanya perubahan tersebut maka konsekuensinya terjadi
perubahan pola penyakit/kasus-kasus penyakit karena hubungan dengan
pekerjaan. Seperti faktor mekanik (proses kerja, peralatan), faktor fisik (panas,
bising, radiasi) dan faktor kimia. Masalah gizi pekerja juga merupakan hal yang
sangat penting yang perlu diperhatikan, stress, penyakit jantung, tekanan darah
tinggi dan lain-lainnya. Perubahan ini banyak tidak disadari oleh pengelola
tempat kerja atau diremehkan. Atau walaupun mengetahui pendekatan
pemecahan masalahnya hanya dari segi kuratif dan rehabilitatif saja tanpa
memperhatikan akan pentingnya promosi dan pencegahan.
Penggunaan pestisida dalam pembangunan di berbagai sektor seperti
pertanian, kesehatan masyarakat, perdagangan dan industri semakin meningkat.
Pestisida terbukti mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan
kesejahteraan rakyat. Pada bidang pertanian termasuk pertanian rakyat maupun
perkebunan yang dikelola secara profesional dalam skala besar menggunakan
pestisida yang sebagian besar adalah golongan organofosfat. Demikian pula
pada bidang kesehatan masyarakat pestisida yang digunakan sebagian besar
adalah golongan organofosfat. Karena golongan ini lebih mudah terurai di alam.
Penggunaan pestisida di bidang pertanian saat ini memegang peranan penting.
18. Sebagian besar masih menggunakan pestisida karena kemampuannya untuk
memberantas hama sangat efektif. Pestisida adalah bahan yang beracun dan
berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak
negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif tesebut akan menimbulkan
berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak, akan berpengaruh
terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan. Dampak
negatif yang terjadi dari penggunaan pestisida pada pengendalian hama adalah
keracunan, khususnya para pekerja yang sering/intensif menggunakan pestisida
yang selama pekerjaannya terpapar dengan bahan pestisida.
Untuk mencegah maupun mengurangi terjadinya Penyakit Akibat Kerja
(PAK) pada sektor pest control, maka perlu diutamakan adanya perlindungan
tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan
lingkungan kerja. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat
dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,
Personal Protective Equipment atau Alat Pelindung Diri (APD) didefinisikan
sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit
yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja,
baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.
Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat
pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya,
sebelum memutuskan untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus
dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau
19. hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Sehingga angka kecelakaan
kerja di tempat kerja berkurang.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills merupakan
perusahaan industri yang bergerak di bidang produksi gandum (wheat). Ada tiga
jenis gandum yang diproduksi di Bogasari, yaitu Hard Wheat, Soft Wheat, dan
Durum Wheat yang mana kemudian gandum-gandum tersebut diproduksi
menjadi tepung terigu, pasta, dan bahan pakan terneak (pellet).
Untuk menjaga kualitas hasil produksi yang baik dan layak untuk dijual ke
pasaran, maka Bogasari juga memiliki bagian pest control yang bekerja untuk
mencegah serta membasmi hama-hama yang dapat merusak hasil-hasil produksi
tersebut. Pekerjaan yang dilakukan pada subdepartment tersebut antara lain yaitu
pengasapan (fogging), penyemprotan (spraying), dan fumigasi yang mana dalam
proses pekerjaannya menggunakan bahan kimia sebagai bahan dasarnya yang
dapat menimbulkan bahaya bagi para pekerjanya. Dalam proses pelaksanaan
pest control terdapat pekerjaan yang memiliki beberapa risiko untuk terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, diantaranya bahaya terpapar bahan
kimia, bahaya kejatuhan benda, bahaya terjatuh dari tempat tinggi, kebakaran
atau ledakan, area berdebu, dan kebisingan. Oleh karena itu, penulis ingin
mengetahui bagaimana gambaran Alat Pelindung Diri (APD) berdasarkan hasil
identifikasi risiko bagian pest control divisi bogasari flour mills PT.Indofood
Sukses Makmur, Tbk tahun 2011.
20. 1.2 Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk mengetahui
gambaran Alat Pelindung Diri (APD) berdasarkan hasil identifikasi bahaya
bagian pest control divisi bogasari flour mills PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk Tahun 2011.
1.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya Gambaran Umum Perusahaan, Unit K3, pest control, dan
kegiatannya pada Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk Tahun 2011.
2. Diketahuinya potensi bahaya serta pengendaliannya pada bagian pest
control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Tahun 2011.
3. Diketahuinya jenis-jenis alat pelindung diri yang digunakan pada
bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk Tahun 2011.
4. Diketahuinya kesesuaian jenis alat pelindung diri berdasarkan hasil
identifikasi bahaya bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011.
5. Diketahuinya pemeliharaan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest
control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Tahun 2011.
21. 6. Diketahuinya penyimpanan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest
control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Tahun 2011.
7. Diketahuinya pengawasan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest
control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Tahun 2011.
8. Diketahuinya pelatihan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest
control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Tahun 2011.
1.3 Manfaat Magang
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Dapat memperoleh pengetahuan tentang bagaimana gambaran alat
pelindung diri di suatu perusahaan
1.3.2 Bagi Fakultas
Dapat memberikan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan
terutama dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan
mengetahui bagaimana gambaran alat pelindung diri di suatu
perusahaan
1.3.3 Bagi Institusi Magang
Dapat menjadi bahan masukan dan informasi dalam hal pemakaian
APD demi meningkatkan kualitas dan kinerja serta mengurangi risiko
terjadinya bahaya.
22. 1.4 Ruang Lingkup Magang
Kegiatan magang dilaksanakan oleh mahasiswa semester VIII Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat
Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Kegiatan ini dilakukan di PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Cilincing, Tanjung Priuk yang dilaksanakan
pada tanggal 1-28 Februari 2011. Kegiatan magang ini sebagai salah satu mata
kuliah wajib Program Studi Kesehatan Masyarakat dengan bobot 3 (tiga) SKS
tujuannya agar mahasiswa dapat belajar secara langsung dengan mempelajari
dan mengamati bagaimana gambaran pemakaian alat pelindung diri (APD)
pada pekerja dengan cara pengumpulan data secara primer dan sekunder.
Pengumpulan data secara primer dilakukan dengan metode wawancara, dan
observasi lapangan. Penulis melakukan pengamatan di subdepartment pest
control untuk melihat bagaimana gambaran pemakaian APD pada pekerja.
23. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2.1.1 Definisi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah sarana utama untuk
mencegah kecelakaan kerja, baik kecelakaan yang mengakibatkan
kerugian yang bersifat langsung ataupun tidak langsung. Adapun
kecelakaan yang bersifat langsung dapat berupa luka ringan (memar,
lecet, pendarahan ringan dan lain-lain) ataupun luka berat (luka
tebuka, putus jari, pendarahan berat dan lain-lain) dan kematian
sedangkan kerugian yang bersifat tidak langsung dapat berupa
kerusakan mesin, proses produksi terhenti, kerusakan pada lingkungan
dan biaya yang cukup besar yang harus dikeluarkan perusahaan akibat
dari kecelakaan kerja. (Suma‘mur,1981).
2.1.2 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak
diharapkan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak
terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.
Tidak diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian
material ataupun penderitaan yang paling ringan sampai kepada yang
paling berat. Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan
yang terjadi dalam hubungan kerja atau sedang melakukan pekerjaan
24. di suatu tempat kerja. Kadang-kadang kecelakan akibat kerja
diperluas ruang lingkupnya, sehingga meliputi juga kecelakaan-
kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau
transport ke dan dari tempat kerja. (Suma‘mur, 1994)
2.1.3 Klasifikasi Kecelakaan kerja
Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut jenis kecelakaan
adalah sebagai berikut:
a. Terjatuh
b. Tertimpa benda jatuh
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda
jatuh
d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
f. Pengaruh suhu tinggi
g. Terkena arus listrik
h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang
data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain
yang belum masuk klasifikasi tersebut (Organisasi
Perburuhan Internasional, 1962).
25. 2.2 Pestisida
2.2.1 Definisi
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 yang
dimaksud dengan Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain
serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit
yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-
hasil pertanian
b. Memberantas hama air
c. Memberantas atau mencegah binatang-binatang atau jasad
renik dalam rumah , bangunan dan alat-alat pengangkutan.
d. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang
yang perlu dilindungi dengan menggunakan pada tanah,
air dan tanaman.
Menurut The United States Environmental Pesticide Control
Act, pestisida adalah:
a. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan
untuk mengendalikan, mencegah, atau menangkis
gangguan serangga, binatang mengerat, nematoda, gulma,
virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali
virus, bakteri atau jasad renik lainnya yang terdapat pada
manusia dan binatang.
26. b. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan
untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau pengering
tanaman.
2.3 Pest Control
2.3.1 Definisi Pest Control
Pest control merupakan suatu pekerjaan jasa dalam
pengendalian serangga yang keberadaannya tidak kita kehendaki.
Adapun serangga yang dikendalikan terdiri dari 2 macam yaitu:
a. Serangga bersayap (flying insect) seperti nyamuk, lalat
kecoa, ngengat dan lain-lain.
b. Serangga merayap (crawling insect) seperti semut, kutu,
laba-laba, kelabang dan lain-lain.
Serangga-serangga di atas selain dapat mengganggu
kenyamanan juga dapat menjadi penular penyakit dan membuat hasil
pertanian menjadi rusak. Oleh karena itu perlu dilakukan pekerjaan
pest control untuk memberantas dan menanggulangi gangguan
hama/serangga tersebut.
Dalam pest control serangga dikendalikan sejak di tempat
pembiakan (perindukan), tempat transit atau istirahat, dan di tempat
mencari makanannya. Kebersihan dan sanitasi yang yang baik,
diperlukan untuk menekan perkembangbiakan. Sedangkan
pengendaliannya dilakukan dengan menggunakan insektisida untuk
27. mematikan serangga sasaran. Dosis yang tepat dan rotasi penggunaan
insektisida menjamin keberhasilan yang baik dan mencegah terjadinya
resistensi atau kekebalan pada serangga
2.3.2 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Pest Control
Tindakan pengendalian yang biasanya dilakukan oleh pest
control adalah penyemprotan (spraying), pengembunan (misting),
pengasapan (fogging), pengumpanan (baiting), pemberian bubuk
(dusting), serta penggasan (fumigation). Tindakan pengendalian juga
melibatkan penggunaan bahan kimia beracun (pestisida) sehingga hal
ini menyebabkan tidak sembarang orang dapat melakukan kegiatan
pest control . Hanya orang terlatih dan terdaftar yang dapat
mengaplikasikan pestisida dengan cara dan dosis yang benar pada
waktu yang tepat.
2.4 Bahaya
2.4.1 Definisi Bahaya
Menurut Suma‘mur (1981) bahaya adalah jenis sumber atau
situasi yang mempunyai daya potensial yang dapat menyebabkan
untuk mengakibatkan cidera atau gangguan kesehatan, kerusakan alat,
kerusakan lingkungan ditempat kerja atau kontribusi dari hal-hal
tersebut.
28. 2.4.2 Jenis-jenis bahaya
Menurut Supriyadi (2005), berdasarkan kelompoknya, bahaya
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Health Hazard (Bahaya Kesehatan)
Health hazard merupakan suatu bahaya yang terdapat di
lingkungan kerja yang mempunyai potensi untuk menimbulkan
terjadinya gangguan kesehatan, kesakitan, dan penyakit akibat
kerja. Ciri-ciri health hazard antara lain:
a. Mempunyai potensi untuk menimbulkan kesakitan,
gangguan kesehatan, dan penyakit akibat kerja.
b. Berada di lingkungan kerja dan memajan pekerja
selama bekerja.
c. Umumnya dalam konsentrasi rendah.
d. Bersifat kronik.
e. Mempertimbangkan aspek besaran, konsentrasi, dan
dosis.
Kelompok health hazard antara lain:
a. Physical hazard, yaitu bahaya yang berupa energi
seperti kebisingan, radiasi, temperatur ekstrim,
pencahayaan, getaran, tekanan udara, dan sebagainya.
29. b. Chemical hazard, yaitu bahaya yang berupa bahan
kimia baik dalam bentuk gas, cair, maupun padat yang
mempunyai sifat toksik, beracun iritan, asphxian, dan
patologik.
c. Biological hazard, yaitu bahaya yang berasal dari
mikroorganisme khususnya yang patogen (dapat
menimbulkan kesehatan).
d. Ergonomi, yaitu bahaya yaang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan sebagai akibat dari ketidaksesuaian
antara desain kerja dengan pekerja.
2. Safety Hazard ( Bahaya Keselamatan)
Bahaya keselamatan atau safety hazard merupakan bahaya
yang terdapat di tempat kerja yang berpotensi menimbulkan
insiden, injury, baik pada manusia maupun pada proses kerja.
Ciri-ciri safety hazard antara lain:
a. Berpotensi untuk menimbulkan injury, cacat, gangguan
pada proses, dan kerusakan alat.
b. Memajan bahaya hanya pada saat terjadinya kontak.
c. Dampak yang ditimbulkan langsung terlihat.
Kelompok safety hazard antara lain:
30. a. Mechanical hazard, yaitu bahaya yang terdapat pada benda-
benda atau proses yang bergerak yang dapat menimbulkan
dampak seperti tertusuk, tergores, tersayat, dan terbentur.
b. Chemical hazard, yaitu bahaya dari bahan kimia dalam
bentuk gas, cair, maupun padat yang mempunyai sifat
mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.
c. Electrical hazard, yaitu bahaya yang berasal dari arus
listrik.
2.4.3 Sumber Bahaya
Sumber bahaya khususnya terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja di perusahaan akan selalu dijumpai, antara lain berupa (Supriyadi,
2005):
1. Bahaya fisik: bising, cahaya, suhu, getaran, dan debu.
2. Bahaya kimia: pelarut, asam, basa, logam berat, dan gas.
3. Bahaya biologi: hewan, tumbuhan, bakteri, jamur, dan virus.
4. Bahaya ergonomi: desain, sikap, cara, dan sistem kerja.
5. Stessor: kejemuan, monoton, dan beban kerja.
6. Peralatan dan mesin produksi.
7. Listrik, kebakaran, dan peledakan.
8. House keeping.
9. Sistem manajemen perusahaan.
10. Manusia: interaksi, perilaku, dan kondisi fisik.
31. 2.4.4 Pengendalian Bahaya
Pengendalian bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan
dengan berbagai macam metode, yaitu salah satunya dikendalikan dengan
hirarki pengendalian:
1. Eliminasi
Menghilangkan bahaya dari tempat kerja seperti mengilangkan
peralatan kerja atau prasarana yang dapat menimbulkan bahaya
2. Substitusi
Bila bahaya tidak dapat dihilangkan sama sekali, maka dapat
dilakukan metode pengendalian bahaya yang lainnya yaitu
substitusi, yaitu mengganti sumber yang berbahaya dengan
sumber lain yang bahayanya lebih rendah.
3. Engineering control
Melakukan isolasi terhadap sumber yang berbahaya tidak kontak
dengan pekerja
4. Adminstratif control
Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada
interaksi pekerja dengan lingkungan kerja, seperti rotasi kerja,
pelatihan, pengembangan standar kerja (SOP), shift kerja, dan
housekeeping.
32. 5. Alat Pelindung Diri
Merupakan alat atau sarana yang digunakan oleh pekerja yang
melekat pada tubuh pekerja dengan tujuan untuk melindungi
sebagian atau seluruh tubuh pekerja pada saat melaksanakan
pekerjaan dari kemungkinan terpajan oleh bahaya yang melebihi
batas yang diperbolehkan. Penggunaan APD ini merupakan tahap
akhir pengendalian untuk mengurangi bahaya atau risiko pada
pekerja.
2.5 Risiko
2.5.1 Definisi Risiko
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, risiko adalah
kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan.
Sedangkan menurut Budiono,dkk (2003) risiko didefinisikan sebagai
manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang
mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar.
Menurut Australian Standard/New Zealand Standard atau
AS/ANZ (1999) risiko adalah kemungkinan/peluang terjadinya
sesuatu yang dapat menimbulkan suatu dampak pada suatu sasaran,
risiko diukur berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya suatu kasus
dan konsekuensi yang dapat ditimbulkan.
33. 2.5.2 Metode Identifikasi Risiko
a. Preliminary Hazard Analaysis (PHA)
Preliminary hazard analysis (PHA) adalah suatu metode
yang dilakukan dalam mengetahui bahaya-bahaya awal pada
suatu sistem baru. PHA dilakukan jika tidak ada suatu informasi
mengenai sistem tersebut. (Cooling, 1990)
b. Hazard and Operability Analysis ( HAZOP)
Hazard and Operability Analysis atau yang dikenal
sebagai HAZOP adalah standar teknik analisis bahaya yang
digunakan dalam persiapan penetapan keamanan dalam sistem
baru atau modifikasi untuk suatu keberadaan potensi bahaya atau
masalah operabilitasnya khususnya pada industri kimia. Tujuan
penggunaan HAZOP adalah untuk meninjau suatu proses atau
operasi pada suatu sistem secara sistematis, untuk menentukan
apakah proses penyimpangan dapat mendorong ke arah kejadian
atau kecelakaan yang tidak diinginkan.
c. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)
Menurut Cooling (1990) FMEA adalah suatu metode yang
digunakan untuk menganalisis sistem yang berhubungan dengan
engineering yang mungkin mengalami kegagalan dan efek yang
ditimbulkan dari kegagalan. FMEA secara sistematis menilai
komponen dari suatu sistem tentang bagaimana sistem dapat
34. gagal, lalu mengevaluasi efek dari kegagalan tersebut, tingkat
bahaya yang dihasilkan dari kegagalan, dan bagaimana kegagalan
tersebut dicegah atau dikurangi.
d. Fault Tree Analysis (FTA)
Fault Tree Analysis merupakan metode deduktif untuk
mengidentifikasi penyebab terjadinya bahaya dengan pendekatan
bersifat top-down, dengan memulai analisis dari kejadian yang
tidak diinginkan atau kerugian yang terjadi kemudian
menganalisa penyebab dari kejadian tersebut yang dideskripsikan
dalam bentuk sebuah pohon kesalahan (fault tree).
e. Check List
Check list merupakan metode paling dasar dan sederhana
yang berisikan daftar pertanyaan atau hal-hal yang berkaitan
dengan kondisi tertentu di tempat kerja. Check list dapat
digunakan sejak tahap preliminary design, hasilnya bersifat
kualitatif dan dapat digunakan sebagai acuan dasar dalam
melaksanakan identifikasi risiko yang lebih dalam dan spesifik.
f. Job Safety Analysis
Job Safety Analysis merupakan metode identifikasi yang
sederhana dan relatif mudah dilakukan untuk menidentifikasi
risiko, khususnya risiko keselamatan kerja yang dihubungkan
dengan pekerjaan individual (individual job tasks) serta
35. menentukan tindakan pengendalian yang sesuai untuk
meminimalisasi risiko tersebut. JSA biasanya digunakan untuk
pekerjaan yang telah terdeskripsikan dengan jelas atau untuk
pekerjaan yang telah memiliki prosedur kerja namun
membutuhkan pengkajian ulang atau annual update dengan hasil
yang bersifat kualitatif, yaitu daftar tahapan pekerjaan beserta
risiko dan tindakan pengendalian yang dibutuhkan.
2.6 Alat Pelindung Diri (APD)
2.6.1 Definisi APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam
pekerjaannya yang mengisolasi tenaga kerja dari bahaya tempat kerja.
APD dipakai setelah usaha rekayasa dan cara kerja yang aman APD
yang dipakai memenuhi syarat enak dipakai,tidak mengganggu kerja
memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya (Sartika,2005).
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health
Administration, personal protective equipment atau alat pelindung diri
(APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi
pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak
dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia,
biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.
36. 2.6.2 Dasar Hukum tentang APD
1. Undang-undang No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
a. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat untuk memberikan APD
b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.
c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur
kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD.
d. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD
secara cuma-cuma.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per.01/MEN/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja
Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus
menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja
untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per.03/MEN/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga
Kerja
Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat
mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan
37. alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan ditempat kerja
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per.03/Men/1986 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Di Tempat Kerja Yang Mengelola Pestisida
Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola
Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yang berupa
pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata
pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan
APD yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga
kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat.
Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika APD yang
disediakan tidak memenuhi syarat.
2.6.3 Pertimbangan pemilihan APD
Faktor-faktor pertimbangan pemakaian APD:
1. Enak dan nyaman dipakai
2. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi
ruang gerak pekerja
3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis
bahaya/potensi bahaya
4. Memenuhi syarat estetika
38. 5. Memperhatikan efek samping penggunaan APD.
6. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan,
dan harga terjangkau. (Anizar, 2009).
2.6.4 Penggolongan APD berdasarkan bagian tubuh yang dilindungi
Alat-alat proteksi diri beraneka ragam macamnya. Jika
digolong-golongkan menurut bagian-bagian tubuh yang
dilindunginya, maka jenis alat-alat proteksi diri dapat dilihat pada
daftar sebagai berikut (Suma‘mur, 1976):
1. Kepala : pengikat rambut, penutup
rambut,
topi dari berbagai bahan.
2. Mata : kaca-mata dari berbagai gelas.
3. Muka : perisai muka.
4. Tangan dan jari-jari : sarung tangan.
5. Kaki : sepatu.
6. Alat pernapasan : respirator/masker khusus.
7. Telinga : sumbat telinga, tutup telinga.
8. Tubuh : pakaian kerja dan berbagai
bahan.
39. 2.6.5 Jenis-jenis APD
1. Alat pelindung kepala
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau
terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang atau
meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-
bahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim.
Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety
helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut,
dan lain-lain (Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat
Pelindung Diri). Macam-macam alat pelindung kepala diantaranya
adalah:
a. Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet)
Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan,
terjatuh dan terkena arus listrik.
b. Tutup Kepala
Melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap,
panas/dingin
c. Hats/cap
Melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan mesin-
mesin berputar
40. d. Topi Pengaman
Untuk penggunaan yang bersifat umum dan pengaman dari
tegangan listrik yang terbatas. Tahan terhadap tegangan
listrik tinggi. Tanpa perlindungan terhadap tenaga
listrik,biasanya terbuat dari logam
2. Alat pelindung pernapasan
Berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara
menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran
bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut
(aerosol), uap, asap, gas/fume, dan sebagainya. Untuk mencegah
masuknya kotoran-kotoran dapat menggunakan masker. Hal yang
perlu diperhatikan dalam menggunakan masker yaitu:
a. Bagaimana menggunakan masker secara benar.
b. Macam dari kotoran debu yang perlu dihindari.
c. Lamanya menggunakan alat tersebut.
Alat Pelindung Pernafasan terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Masker untuk melindungi debu atau partikel-partikel yang lebih besar
yang masuk kedalam pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan
ukuran pori-pori tertentu.
41. 2. Respirator berguna untuk melindungi pernafasan dari debu, kabut, uap
logam, asap, dan gas.Alat ini dapat dibedakan atas. alat ini dapat
dibedakan atas:
a. Respirator pemurni udara
Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap
kontaminan dengan toksinitas rendah sebelum memasuki sistem
pernafasan, alat ini pembersihnya terdiri dari filter untuk
menangkap debu diudara atau tabung kimia yang dapat menyerap
gas, uap, dan kabut.
b. Respirator penyalur udara
Membersihkan aliran udara yang tidak terkontaminasi secara terus
menerus udara dapat dipompkana dari sumber yang jauh
(dihubungkan dengan selang tahan tekanantau dari persediaan yang
potabel (seperti tabung yang berisi udara bersih atau oksigen). Jenis
ini biasa dikenal SCBA (Self contained breating appatus) atau alat
pernafasan mandiri digunakan untuk tempat kerja yang terdapat gas
beracun.
3. Alat pelindung telinga
a. Sumbat telinga (ear plug)
Ukuran, bentuk, dan posisi saluran telinga untuk tiap-tiap
individu berbeda-beda dan bahkan antar kedua telinga dari
individu yang sama berlainan. Oleh karena itu, sumbat telinga
42. harus dipilih sesuai dengan ukuran, bentuk, posisi saluran
telinga pemakainya. Diameter saluran telinga berkisar antara 3-
14 mm, tetapi paling banyak 5-11 mm. Umumnya bentuk
saluran telinga manusia tidak lurus, walaupun sebagian kecil ada
yang lurus. Sumbat telinga dapat mengurangi bising sampai
dengan 30 dB.
Sumbat telinga dapat terbuat dari kapas, plastik karet
alami dan sintetik, menurut cara penggunannya, dibedakan
menjadi earplug sekali pakai (disposable earplug) yaitu sumbat
telinga yang digunkan untuk sekali pakai saja kemudian
dibuang, misalnya sumbat telinga dari kapas, kemudian cara
penggunan yang lain yaitu earplug yang dapat digunakan
kembali (non disposable earplug) yang digunakan waktu yang
lama terbuat dari karet atau plastik cetak. Dalam pemakaiannya
sumbat telinga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan:
1. Mudah dibawa karena ukurannya yang kecil.
2. Relatif lebih nyaman dipakai ditempat kerja yang
panas.
3. Tidak membatasi gerak kepala.
4. Harga relative murah daripada tutup telinga (earmuff).
43. 5. Dapat dipakai dengan efektif tanpa dipengaruhi oleh
pemakaian kacamata, tutup kelapa, anting-anting dan
rambut.
Kekurangan:
1. Memerlukan waktu yang lebih lama dari tutup telingan
untuk pemasangan yang tepat.
2. Tingkat proteksinya lebih kecil dari tutup telinga.
3. Sulit untuk memonitor tenaga kerja apakah memakai
APT karena sukar dilihat oleh pengawas.
4. Hanya dapat dipakai oleh saluran telingan yang sehat.
5. Bila tangan yang digunakan untuk memasang sumbat
telinga kotor, maka saluran telinga akan mudah terkena
infeksi karena iritasi.
b. Tutup telinga (ear muff)
Tutup telinga terdiri dari dua buah tudung untuk tutup
telinga, dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk
menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian yang lama,
sering ditemukan efektifitas telinga menurun yang disebabkan
oleh bantalan mengeras dan mengerut akibat reaksi bahan
bantalan dengan minyak kulit dan keringat. Tutup telinga
digunakan untuk mengurangi bising sampai dengan 40-50 dB
44. dengan frekuensi 100-8000Hz. Kelebihan dan kekurangan dari
tutup telinga (earmuff) adalah:
Kelebihan:
1. Satu ukuran tutup telinga dapat digunakan oleh beberapa
orang dengan ukuran telinga yang berbeda.
2. Mudah dimonitor pemakaiannya oleh pengawas.
3. Dapat dipakai yang terkena infeksi (ringan).
4. Tidak mudah hilang.
Kekurangan:
1. Tidak nyaman dipakai ditempat kerja yang panas
2. Efektifitas dan kenyamanan pemakaiannya, dipengaruhi
oleh pemakaian kacamata, tutup kepala, anting-anting,
rambut yang menutupi telinga
3. Tidak mudah dibawa atau disimpan
4. Dapat membatasi gerakan kepala pada ruang kerja yang
agak sempit.
5. Harganya relatif lebih mahal dari sumbat telinga
4. Alat pelindung mata dan muka
Fungsi dari pelindung mata dan muka adalah melindungi
mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan
partikelpartikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan
45. benda- benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang
elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion,
pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda
tajam. Diantaranya adalah:
a. Goggles
Goggles memberikan perlindungan lebih baik
dari pada safety glasses karena goggles terpasang dekat
wajah. Karena goggles mengitari area mata, maka
goggles melindungi lebih baik pada situasi yang
mungkin terjadi percikan cairan, uap logam, uap,
serbuk, debu, dan kabut.
b. Face shield
Face shield memberikan perlindungan wajah
menyeluruh dan sering digunakan pada operasi
peleburan logam, percikan bahan kimia, atau partikel
yang melayang. Banyak face shield yang dapat
digunakan bersamaan dengan pemakaian hard hat.
Walaupun face shield melindungi wajah, tetapi face
shield bukan pelindung mata yang memadai, sehingga
pemakaian safety glasses harus dilakukan dengan
pemakaian face shield.
46. c. Masker wajah
Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari
zat-zat berbau menyengat dan dari debu yang
merugikan.
5. Alat pelindung kaki
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat
Pelindung Diri, alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi
kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda berat,
tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,
terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan
jasad renik, dan tergelincir.
Jenis pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada
pekerjaan peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi
bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya
listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad
renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.
6. Alat pelindung tangan
Kontak dengan bahan kimia kaustik atau beracun, bahan-
bahan biologis, sumber listrik, atau benda dengan suhu yang sangat
dingin atau sangat panas dapat menyebabkan iritasi atau membakar
tangan. Bahan beracun dapat terabsorbsi melalui kulit dan masuk
ke badan.
47. Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung
yang berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari
pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik,
radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan
tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.
7. Alat pelindung tubuh
Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan
terhadap bahaya-bahaya kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang
bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak
longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada
lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita
sebaiknya memakai celana panjang, jala rambut, baju yang pas dan
tidak memakai perhiasan-perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya
baik terhadap bahan-bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya
pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan dapat meledak oleh
aliran statik listrik (Suma‘mur, 1986).
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan
sebagian atau seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas
atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas,
percikan bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas,
benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores,
radiasi, binatang, mikroorganisme patogen dari manusia, binatang,
tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.
48. Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (vests), celemek
(Apron/Coveralls), jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi
sebagian atau seluruh bagian badan.
2.6.6 Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya
Untuk melihat alat-alat plindung diri menurut keperluannya
(Suma‘mur, 1996) dapat dilihat pada table 2.1
49. Tabel 2.1
Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya
Faktor Bahaya Bagian Tubuh yang Perlu Dilindungi APD
Topi logam atau plastik, lapisan pelindung
Benda berat atau kekerasan Kepala, betis, tungkai (deckker) dari kain, kulit, logam, dan
sebagainya.
Benda sedang tidak terlalu Kepala Topi aluminium atau plastik
berat
Benda-benda besar Kepala Topi plastik atau logam
berterbangan
Mata Goggles (kacamata yang menutupi seluruh
samping mata), kacamata yang
sampingnya tertutup
Muka Tameng plastik
Jari, tangan, lengan, Sarung tangan kulit berlengan panjang
Tubuh Jaket atau jas kulit
Betis, tungkai, mata kaki Pelindung dari kulit, berlapis logam, dan
tahan api
50. Benda-benda kecil Kepala Topi, kap khusus
berterbangan
Mata Kacamat
Tubuh Jaket kulit atau zeildoek
Lengan, tangan, jari Sarung tangan, pakaian berlengan panjang
Tungkai, kaki Pelindung-pelindung betis, tungkai, dan
mata-kaki
Debu Mata Goggles, kacamata isis kanan kiri tertutup
Muka Penutup muka dari plastik
Alat pernapasan Respirator/maker khusus
Percikan api atau logam Kepala Topi plastik berlapis asbes
Mata Goggles, kacamata
Muka Penutup muka dari plastik
Jari, tangan, lengan Sarung tangan asbes berlengan panjang
Betis, tungkai Pelindung dari asbes
Mata kaki, kaki Sepatu kulit
tubuh Jaket asbes/kulit
Gas, asap, fumes Mata Goggles
51. Muka Penutup muka khusus
Alat pernapasan Membahayakan jiwa secara langsung: gas
masker khusus dengan filter
Tidak membahayakan jiwa secara
langsung: gas masker bermacam-macam
Tubuh Pakaian karet, plastik atau bahan lain yang
tahan kimiawi
Jari, tangan, lengan Sarung plastik, karet berlengan panjang,
dan anggota-anggota badan itu diolesi
barier cream
Betis, tungkai Pelindung dari plastik atau akret
Mata-kaki, kaki Sepatu yang londuktif (yang menyalurkan
aliran listrik) karena mungkin sekali gas
dan sebagainya itu eksplosif
Cairan da bahan-bahan Kepala Topi plastik/karet
kimiawi
Mata Goggles
Muka Penutup dari plastik
Alat pernapasan Respirator kusus tahan bahan kimiawi
Jari, tangan, lengan Sarung plastik/keret
52. Tubuh Pakaian plastik/karet
Betis, tungkai Pelindung khusus dari plastik/karet
Mata-kaki, kaki Sepatu karet, plastik atau kayu
Panas Kepala Topi asbes
Lain-lain logam Sarung, pakaian, pelindung dari asbes atau
bahan lain yang tahan panas/api
Kaki Sepatu dengan zool kayu atau bahan lain
tahan panas
Mata Goggles dengan lensa tahan sinar infrared
Faktor Bahaya Bagian Tubuh yang Perlu Dilindungi APD
Basah dan air Kepala Topi plastik
Tangan, lengan, jari Sarung tangan plastik, karet berlengan
panjang
Tubuh Pakaian khusus
Tungkai, kaki Sepatu bot karet
Terpeleset, jatuh Kaki Sepatu antislip, kayu (gabus)
Terpotong, tergosok Kepala Topi plastik, logam
Jari, tangan, lengan Sarung tangan kulit, dilapisi logm,
53. berlengan panjang
Tubuh Jaket kulit
Betis, tungkai Celana kulit dengan knie atau engkel-
dekker
Mata-kaki, kaki Sepatu dilapisi baja zool kayu
Dermatitis atau ardang kulit Kepala Topi plastik , karet, pici (kap) kapas atau
wol
Muka Barrier cream, pelindung plastik
Jari, tangan, lengan Barrier cream, sarung tangan karet, plastik
Tubuh Penutup karet, plastik
Betis, tungkai, mata-kaki, kaki Sepatu karet, zool kayu, sandal kayu
(bakiak)
Kepala Topi plastik, karet
Listrik Jari, tangan, lengan Sarung tangan karet tahan sampai 10.000
volt selama 3 menit
Tubuh, betis, tungkai, mata-kaki, kaki Pelindung yang bahannya dari karet
Bahan peledak Kaki Sepatu kayu, percikan api
Mesin-mesin Kepala Pici, terutama wanita berambut panjang
54. Jari, tangan, lengan Sarung tangan tahan api
Tubuh Jaket dari karet, plastik, zeildoek
Sinar silau Mata Goggles, kacamata dengan filter khusus
atau lensa Polaroid
Percikan api dan sinar silau Mata Goggles, penutup muka, kacamata dengan
pada pengelasan filter khusus
Muka Penutup muka dengan kacamata filter
khusus
Tubuh Jaket tahan api (asbes) atau kulit
Kaki Sepatu dilapisi baja
Penyinaran sedang Kepala Topi khusus
Mata Goggles, kacamata dengan filter lensa
Muka Pelindung muka khusus
Penyinaran kuat Kepala Topi khusus
Mata, muka Goggles dengan filter khusus, dari logam
atau plastik
Penyinaram radioaktif Jari, tangan, lengan Sarung tangan karet, dilapisis timah hitam
55. Tubuh Jaket karet atau kulit dilapisi timah hitam
Gas atau aerosol radioaktif Alat pernapasan Respirator khusus
Seluruh badan Pakaian khusus
Gaduh suara telinga Pelindung khusus dimasukkan ke lobang
telinga atau penutup lobang telinga
56. 2.7 Pemeliharaan APD
Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan APD dapat
dilakukan antara lain dengan:
a. Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air
secukupnya. Terutama untuk helm, kacamat, earplug, dan sarung
tangan kain/kulit/karet.
b. Menjemur dipanas matahari untuk menghilangkan bau, terutama
pada helm.
c. Mengganti filter atau catridge-nya untuk respirator.
2.8 Penyimpanan APD
Menurut Budiono, dkk (2003) untuk menjaga daya guna dari APD,
hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran,
gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut
kering dan mudah dalam pengambilannya.
2.9 Pengawasan APD
Menurut Notoadmojo (1993) pengawasan adalah salah satu faktor
pemantauan yang dilakukan oleh pengawas terhadap pelaksanaan kerja seluruh
pekerja bawahannya. Pengawasan dibutuhkan untuk meningkatkan disiplin kerja
pekerja meskipun nampaknya adalah memantau bawahannya didalam menyelesaikan
tugas-tugas secara bertanggung jawab.
47
57. 48
Dan menurut Budiono, dkk (2003) untuk menerapkan kedisiplinan pekerja
dalam penggunaan APD hendaknya didorong oleh berbagai pihak, misalnya dengan
memberikan sangsi bagi yang tidak mematuhi dan memberikan pula penilaian yang
baik atau penghargaan bagi tenaga kerja yang disiplin dalam menggunakan APD.
2.10 Training atau pelatihan APD
Kesadaran akan manfaat penggunaan APD perlu ditanamkan pada setiap
tenaga kerja. Pembinaan yang terus menerus dapat meningkatkan kesadaran dan
wawasan tenaga kerja. Salah satu cara yang efektif adalah melalui pelatihan.
Peningkatan wawasan dan pengetahuan akan menyadarkan tentang pentingnya
penggunaan APD, sehingga efektif dan benar dalam penggunaan, serta tepat dalam
pemeliharaan dan penyimpanannya. Memakai APD yang rusak akan memberikan
pengaruh buruk seperti halnya tidak menggunakan APD atau bahkan lebih
berbahaya. Tenaga kerja akan berpikir telah terlindungi, padahal sesungguhnya tidak.
Kebiasaan memakai dengan benar harus senantiasa ditanamkan agar menjadi suatu
kegiatan otomatis atau tanpa paksaan (Budiono, dkk, 2003)
Training atau pelatihan meliputi bentuk dan ditujukan pada siapa (Santoso,
2004), yaitu:
1. Masalah personil dengan APD, pengenalan APD, penggunaan yang
benar dan batasan seleksi bentuk: IN-HOUSE TRAINING.
2. Tanggung jawab pemeliharaan APD, pemakaian, pemeliharaan,
kebersihan.
58. 49
3. Pekerja yang melaksanakan pekerjaan khusus dan harus selalu
memakai APD.
4. Anggota safety comitte (P2K3), supervisor.
Operator-operator yang menggunakan APD harus memperoleh (Ridley, 2008):
1. Informasi tentang bahaya yang dihadapi.
2. Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil.
3. Pelatihan tentang penggunaan peralatan yang benar.
4. Konsultasi dan diizinkan memilih APD yang tergantung pada
kecocokan.
59. 50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Gambaran PT. Indofood Sukses Makmur (ISM) Tbk Divisi Bogasari
Flour Mills
4.1.1 Sejarah PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
Bogasari adalah produsen tepung terigu di Indonesia dengan
kapasitas produksi sebesar 3,6 juta ton per tahun, terbesar di dunia
dalam satu lokasi. Sejarah awal Bogasari bermula pada tanggal 19
Mei 1969, saat ‖Empat Sekawan‖ yaitu Soedono Salim, Djuhar
Sutanto, Sudwikatmono, dan Ibrahim Rasjid, mendirikan Bogasari di
tengah kesulitan perekonomian Indonesia saat itu. Keempat
pengusaha tersebut terpanggil untuk menjawab permasalahan pangan
yang muncul di Indonesia.
Secara noktarial, PT. Bogasari Flour Mills dibentuk pada 7
Agustus 1970. Sejarah Bogasari dimulai pada tanggal 29 November
1971 dengan peresmian pabrik yang pertama di Tanjung Priok, Jakarta
Utara. Setahun kemudian, seiring meningkatnya permintaan tepung
terigu dalam negeri, PT. Bogasari Flour Mills mendirikan pabrik
tepung terigu kedua di kawasan Tanjung Perak, Surabaya pada tgl 10
Juli 1972.
60. 51
Selama hampir tiga dekade, Bogasari telah melayani
kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dengan tiga merek tepung
terigunya yang sudah dikenal luas yaitu Cakra Kembar, Kunci Biru
dan Segitiga Biru. Ketiga jenis produk ini digunakan secara luas oleh
industri mie, roti, biskuit, baik yang berskala besar dan kecil serta
rumah tangga. Di samping itu, Bogasari juga menghasilkan produk
sampingan (by product) berupa bran, pollard untuk koperasi dan
industri makanan ternak, dan tepung industri untuk industri kayu lapis.
Selain dua pabrik tepung terigu, Bogasari juga memiliki tiga
divisi lain: divisi Pasta, dan dua divisi penunjang, yaitu kemasan
(dahulu disebut Divisi Tekstil) dan Maritime. Pabrik Pasta didirikan
pada Desember 1991 dengan kapasitas produksi 60.000 mt per tahun.
Produk yang dihasilkan adalah ―Long Pasta‖ dan ―Short Pasta‖, dan
hampir 80% ditujukan untuk pasaran ekspor.
Divisi Kemasan Bogasari didirikan pada tanggal 10 Januari
tahun 1977 di Citeureup, Jawa Barat yang memproduksi kebutuhan
kantong terigu untuk kedua pabrik tepung terigu tersebut. Sedangkan
untuk menjamin kelangsungan persediaan gandum, dibuatlah Divisi
Maritim. Divisi Maritim berdiri pada tanggal 12 September 1977.
Divisi Maritim Bogasari mengoperasikan tiga kapal angkut gandum
dan tiga buah kapal tongkang untuk pelayaran antar pulau. Kapal-
kapal ini telah memperoleh penghargaan internasional AMVER
(Automated Mutual Assistance Vessel Rescue).
61. 52
Selain divisi-divisi tersebut, PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk divisi Bogasari Flour Mills juga mendirikan Milling Training
Center dan Bogasari Baking Training Center. Milling Training Center
merupakan pusat pelatihan bagi calon ―miller‖ baik untuk internal
maupun eksternal. Sedangkan Bogasari Baking Training Center
didedikasikan untuk seluruh lapisan masyarakat yang ingin
mempelajari cara pengolahan tepung terigu, seperti cara pembuatan
roti, kue, biskuit dan mie. Selain di Jakarta (sejak tahun 1981), Baking
Training Center juga didirikan di Surabaya pada tahun 1996 dan
Bandung pada tahun 1999.
Dalam kurun waktu 1992-1995, Bogasari telah dua kali
berpindah kepemilikan, pada Juli 1992 diakuisisi oleh PT. Indocement
Tunggal Prakarsa, dan sejak tahun 1995 diakuisisi oleh PT. Indofood
Sukses Makmur. Pada tahun 1993 pemerintah melakukan deregulasi
investasi di bidang industri tepung terigu. Kebijakan ini membuat
terbukanya peluang untuk mendirikan penggilingan-penggilingan baru
di Indonesia. Sejak saat ini, Bogasari mulai bersaing dengan produsen
tepung terigu domestik. Persaingan bebas dalam pemasaran tepung
terigu dimulai pada tahun 1998 ketika pemerintah melakukan
deregulasi tata niaga tepung terigu. Impor tepung terigu dibuka lebar
dengan bea masuk 0%. Dengan demikian produk Bogasari mulai
bersaing ketat tidak hanya dengan produsen di dalam negeri, tetapi
juga di luar negeri.
62. 53
Untuk pertama kalinya, pada tanggal 19 September 1999
Bogasari mengekspor tepung terigu sebanyak 860 karung tepung
terigu pilihan (21,5 metrik ton) ke Singapura. Sejak ekspor perdana
itu, Bogasari mulai aktif mengembangkan jaringan pemasaran
ekspornya ke berbagai negara di kawasan Asia Tenggara.
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi:
Menjadi industri pangan berbasis produk pertanian dan jasa terkait
yang bertaraf dunia
Misi:
1. Memproduksi, mendistribusi dan menjual pangan, bahan pangan
serta pakan yang bermutu dan bernilai tambah berbasis produk
pertanian guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
pelanggan, mitra usaha, masyarakat, karyawan dan para
pemegang saham.
2. Menyediakan atau menjual produk dan jasa terkait, antara lain
kemasan, angkutan curah, serta penyimpanan dan pengemasan
biji-bijian (grain terminal).
3. Memperkuat daya saing dengan cara menerapkan teknologi yang
tepat, diversifikasi produk dan jasa, serta mengembangkan
sumber daya manusia seutuhnya.
63. 54
4.1.3 Fasilitas Pabrik
Fasilitas pabrik yang dimiliki oleh PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk divisi Bogasari Flour Mills sangat lengkap. Fasilitas-
fasilitas ini berguna untuk menunjang kegiatan proses produksi di
perusahaan ini, mulai dari tahap awal hingga tahap akhir. Fasilitas-
fasilitas pabrik yang dimiliki yaitu:
1. Dua Dermaga
a. Dermaga A (Jetty A)
b. Dermaga B (Jetty B)
2. Dua Wheat Silo
a. Wheat Silo A
b. Wheat Silo B
3. Milling
Milling merupakan tempat penggilingan biji-biji gandum dengan
menggunakan mesin-mesin canggih dan memiliki sistem
komputerisasi yang kemudian akan diproses menjadi tepung
maupun produk dan produk sampingan lainnya. Total kapasitas
penggilingan adalah 10.000 ton/hari. Milling terbagi menjadi 4
wilayah, yaitu:
a. Mill wilayah I : Mill MTC, AB, C
b. Mill wilayah II : Mill DE, KL
c. Mill wilayah III : Mill FG, HIJ
64. 55
d. Mill wilayah IV : Mill MNO
4. Pellet Silo
a. Pellet Silo A
b. Pellet Silo B
5. Pelletizing
Pelletizing merupakan tempat pengepresan produk sampingan
dari gandum untuk menjadi pellet. Pellet berasal dari hasil proses
penggilingan gandum yang tidak terpakai.
6. Pengemasan Tepung
a. Pengemasan 25 Kg
b. Pengemasan 1 Kg
c. Pengemasan by product
7. Gudang Penyimpanan Produk
8. Listrik 30MVA
9. Generator Cadangan.
4.1.4 Kepegawaian dan Sistem Shift
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour
Mills sebagai produsen tepung terigu terbesar di Indonesia memiliki
jumlah karyawan sebanyak:
Tabel 4.1
Jumlah Karyawan berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 1.767
Perempuan 141
65. 56
Total 1908
Sumber: HR Intranet Bogasari, Januari Tahun 2009
Tabel 4.2
Shift Kerja
Shift Jam Kerja Waktu Istirahat
I Pukul 08.00-16.00 WIB Pukul 12.00-13.00 WIB
II Pukul 16.00-24.00 WIB Pukul 18.00-19.00 WIB
III Pukul 24.00-08.00 WIB Pukul 04.00-05.00 WIB
Sumber: PKB PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun
2005-2006.
4.1.5 Gambaran Unit Security and Safety Department PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
memandang bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
masalah dan tanggung jawab bersama dari karyawan terendah sampai
pimpinan tertinggi yang harus ditangani atas dasar semangat kerja
kooperatif.
SHE adalah singkatan dari Safety, Health and Environment
merupakan istilah yang dipakai oleh PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk Divisi Bogasari Flour Mills dalam Sistem Manajemen K3 dan
Lingkungan. Dalam melaksanakan K3, PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk Divisi Bogasari Flour Mills membentuk Security and Safety
Department yang mempunyai sebuah struktur organisasi.
Security and Safety Department adalah departemen yang
menangani tentang keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Indofood
Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills. Departemen ini
66. 57
bertugas untuk menjaga dan memelihara agar risiko bahaya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah atau dihindari
sehingga keselamatan dan kesehatan kerja dapat terwujud. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, maka Security and Safety Department
membuat suatu program-program. Dalam melaksanakan program-
programnya, Security and Safety Department mengacu pada
PerMenaker No. 05 tahun 1996, OHSAS 18001: 2007, dan ISO
14001:2004. Program-programnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
Safety, Health dan Environment. Program-program tersebut, yaitu:
1. Safety
a. Pelatihan Safety
b. Promosi Safety
c. Tanda-tanda dan Rambu-rambu Safety
d. Sertifikat Peralatan dan Instansi
e. Safety Guide Book
f. Revisi Panduan SHE
g. Manajemen Bahaya
h. Analisis Kecelakaan
i. Peralatan Keselamatan
j. Safety Audit
k. Safety Committee
l. Inspeksi Safety Rutin
2. Health
a. Health Training
67. 58
b. Buku Saku K3
c. Monitoring Alat Pelindung Diri
d. Pengukuran Pajanan Pekerja
3. Environment
a. Pelatihan Lingkungan
b. Promosi Lingkungan
c. Routine Inspection
d. Buku Saku K3
e. Pollution Measurement
f. Water Quality Monitoring
g. Audit Kantin
h. House Keeping
i. Environmental Management System (ISO 14001)
Implementation
68. 59
DIHARTO
Manager security & safety
Departement
Umar Fauzi Muslich Riza
Asst. Manager (security Asst. Manager (Safety)
& Fire Brigade)
Wasiran
Section Head
Section Head
Security & Fire Brigade
Inspector
Foreman
Bagan 4.1
Struktur Organisasi Safety & Security Departement PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2011
4.1.6 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Untuk standar Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
mendapatkan penghargaan OHSAS 18001: 2007 dari SGS pada
November 2004, atas penerapan Manajemen Keselamatan Kerja.
Standar mutu manajemen inilah yang menjadi acuan prosedur dalam
pelaksanaan proses produksi di PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
69. 60
Divisi Bogasari Flour Mills terhadap semua jenis kegiatan pekerjaan
yang dilaksanakan.
Dalam pengaturan dan wewenangnya, Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini diserahkan ke bagian Security
and Safety Department, yang selanjutnya bagian safety inilah yang
mengeluarkan kebijakan-kebijakan tentang keselamatan prosedur
kerja, yang sebelumnya telah disetujui dan disahkan isi dokumennya
oleh pihak manajemen PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi
Bogasari Flour Mills, terutama yang terkait masalah K3 pada lini
proses produksi.
4.1.7 Gambaran Sub Department Pest control PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
Pest control merupakan suatu subdepartemen dari production
facility yang bertugas dalam pengendalian dan pemberantasan hama.
Sebelum adanya Pest control, pengendalian dan pemberantasan hama
dilakukan oleh masing-masing departemen. Namun cara ini kurang
efektif dan efisien ,untuk itu pada tanggal 1 juli 1993 dibentuk suatu
subdepartemen yang secara khusus menangani masalah hama yang
terdapat dalam pabrik bogasari yang saat ini dikenal dengan nama
Pest control. Kegiatan utama atau yang sering dilakukan oleh pest
control adalah spraying, fogging dan fumigasi. Untuk memberantas
hama tikus, lalat, kucing dan burung pest control dibantu dengan
perusahaan RENTOKIL. Bahan kimia yang digunakan oleh pest
70. 61
control semua berdasarkan food grade, dengan batas yang aman untuk
makanan.
Bintang Tobing
Production Supportman
Arief Zakaria
Pest control Sub Departemen
Head
Yuli Ananto Joko Suseno
Section Head Section Head
Saefudin Burwantoro Suroto
Foreman Foreman Foreman
Operator
Bagan 4.2
Struktur Organisasi Subdepartment Pest control PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
4.1.8 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di subdepartment Pest control
A. Spraying
Spraying adalah teknik pengendalian hama yang
dilakukan di tempat terbuka, dengan mencampur bahan
pestisida/insektisida tertentu dengan air sesuai komposisi yang
ditentukan. Pelaksanaan spraying dilakukan sesuai jadwal
71. 62
spraying atau sesuai dengan work order (WO) dari seksi terkait
paling lambat diinformasikan 1 hari sebelum pelaksanaan
spraying. Alat yang digunakan untuk kegiatan spraying antara
lain:
a) Hand spray
Alat ini terdiri dari tabung pencampur obat, pompa
tekanan udara yang digerakkan oleh tangan manusia.
b) Power spray
Alat ini terdiri dari tabung pencampur obat, pompa
tekanan udara, motor penggerak pompa,selang
penghantar cairan, dan stick pengatur cairan yang
digerakkan oleh mesin.
Sedangkan cara pencampuran untuk bahan spraying adalah:
1. Masukkan air bersih ke dalam tabung pencampur
sesuai dengan kebutuhan.
2. Masukkan cairan racun ke dalam tabung pencampur
sesuai dengan perbandingan dan kebutuhan.
3. Aduklah antara air dengan racun sampai rata sehingga
siap untuk disemprotkan.
4. Hidupkan motor penggerak pompa dan atur kecepatan
jalannya cairan dengan menyetel valve sirkulasi dan
72. 63
sepuyer stick sehingga mendapatkan hasil yang
diinginkan.
5. Spraying siap dioperasikan.
Prosedur pelaksanaan spraying:
1. Menyiapkan peralatan dan pelindung diri yang sesuai.
Pastikan hal tersebut melalui pengecekan pra operasi
yang dilakukan oleh petugas pest control.
2. Melakukan pencampuran dengan aturan sebagai
berikut:
a. Mencampur dengan perbandingan yang telah
ditentukan oleh komisi pestisida/MSDS yang
tersedia.
b. 2,5 – 5 L campuran disemprotkan pada areal dengan
luas ± 100 m2.
3. Untuk mesin – mesin dan hopper termasuk pipa
menggunakan bahan pestisida mil spot (dikoloro dan
trikloroetana) sebanyak ± 100ml untuk areal dengan
luas ± 1 m2.
4. Memastikan areal bersih dari kotoran dan tertutup.
5. Melakukan spraying dengan tepat dan benar sesuai
dengan standar pengoperasian peralatan semprot.
73. 64
6. Setelah diadakan spraying selama kurang lebih 1-2
jam, karyawan boleh bekerja kembali
B. Fogging
Fogging adalah teknik pengendalian hama yang
dilakukan pada tempat tertutup/kedap udara dengan mencanpur
bahan pestisida/insektisida tertentu dengan minyak (solar,
minyak tanah, white oil). Pelaksanaan fogging dilakukan sesuai
jadwal fogging atau sesuai dengan work order (WO) dari seksi
terkait paling lambat diinformasikan 1 hari sebelum pelaksanaan
fogging. Alat yang dipakai untuk fogging terdiri dari:
a. Tangki pencampur
b. Tangki bahan bakar
c. Battery penggerak tekanan
d. Membran pengatur tekanan
e. Pompa penggerak
f. Knalpot pembakaran
g. Kran pembuka cairan
Sedangkan cara pencampuran bahan untuk fogging adalah:
1. Menuangkan minyak solar atau white oil ke dalam
tangki, sesuai dengan kebutuhan.
2. Memasukkan cairan obat ke dalamnya sesuai dengan
aturannya dan aduk hingga rata.
74. 65
3. Memasukkan campuran obat dengan minyak ke dalam
tabung, tutup dengan rapat.
4. Kemudian menghidupan,dan fogging siap untuk
dioperasikan.
Prosedur pelaksanaan fogging:
1. Menyiapkan peralatan dan pelindung diri yang sesuai.
Pastikan hal tersebut melalui pengecekan pra operasi
yang dilakukan oleh petugas pest control.
2. Melakukan pencampuran dengan aturan sebagai
berikut:
a. Campur dengan perbandingan yang telah
ditentukan oleh komisi pestisida/MSDS yang
tersedia.
b. 5-10 mnl untuk disemprotkan 1 m3 .
3. Melakukan fogging dengan tepat dan benar sesuai
dengan standar pengoperasian peralatan semprot.
4. Setelah diadakan fogging selama kurang lebih 1-2 jam,
karyawan boleh bekerja kembali.
5. Operator harus membersihkan peralatan sebelum dan
sesudah kegiatan spraying/fogging dilaksanakan.
C. Fumigasi
Tujuan dilakukannya fumigasi adalah untuk membunuh
hama dengan cara memberikan gas fumigan pada bahan bahan
hasil pertanian yang disimpaan dalam gudang, silo, kapal yang
75. 66
akan diekspor, kapal kontainer, dengan syarat dalam
pengoperasiannya ruangan harus tertutup dan tidak terdapat
kebocoran.
Prosedur pelaksanaan fumigasi:
1. Melaksanakan pest control sesuai dengan jadwal
fumigasi yang sudah ditetapkan atau sesuai dengan
work order dari seksi terkait (paling lambat
diinformasikan 1 hari sebelum pelaksanaan fumigasi).
2. Menyiapkan peralatan dan pelindung diri yang sesuai.
Pastikan hal tersebut dipenuhi melalui pengecekan pra-
operasi yang dilakukan oleh petugas pest control.
3. Melaksanakan fumigasi di lokasi/area yang telah
ditentukan dengan cara:
a. Gudang
1. Mengelompokkan produk yang akan difumigasi
pada area yang sama dan produk disusun di atas
pellet dengan ketinggian yang sama jika
memungkinkan.
2. Kemudian menutup dengan menggunakan
plastik fumigasi. Pastikan tidak ada kebocoran
dengan menggunakan PFM (Posphine Fumigan
Monitor).
76. 67
3. Melakukan fumigasi sesuai dengan standar
pemberian bahan kimia (PH3).
4. Memberi tanda khusus bahwa daerah tersebut
sedang di fumigasi.
5. Area dapat dibuka hanya oleh petugas pest
control dalam waktu 3-7 hari setelah ditutup.
b. Silo
1. Menutup silo yang akan difumigasi pada
lubang-lubang yang ada sehingga tidak terjadi
kebocoran.
2. Menyiapkan alat dispenser di atas silo dan
masukkan obat ke dalam tabung penuang dan
tutuplah rapat-rapat.
3. Setelah alat di setting sesuai dengan ketentuan
yang di tetapkan oleh kepala seksi, maka alat
siap dioperasikan. Kemudian melakukan
kegiatan no 2-5 pada fumigasi gudang.
c. Container
1. Memeriksa kondisi container, pastikan tidak ada
yang bocor.