SlideShare a Scribd company logo
1 of 86
BAB II
                                    KONSEP TEORI
    KERAGAMAN BUDAYA DAN PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM
                       KEPERAWATAN


I.   Perspektif Transkultural dalam Keperawatan
  A. Keperawatan Transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan
              Peran perawat transkultural menjembatani antara sistem perawat yang
      dilakukan oleh masyarakat awam dengan perawatan profesional melalui asuhan
      keperawatan. Keperawatan lintas budaya merupakan bidang studi dan praktik formal
      yang berfokus pada analisis komparatif budaya dan sub budaya di dunia dalam
      kaitanya dengan keperawatan kultural, kepercayaan tentang kesehatan dan penyakit,
      nilai-nilai dan praktik yang bertujuan untuk menggunakan pengetahuan ini dalam
      memberikan perawatan sesuai budaya tertentu atau sesuai budaya universal kepada
      semua orang (Leininger,1978). Keperawatan lintas budaya memberikan kerangka
      budaya kerja untuk memenuhi kebutuhan keperawatan kesehatan dari kelompok
      dengan latar budaya beraneka ragam.
             Dalam melakukan pencapaian keperawatan ada 6 fenomena kultural yang
      dipertimbangkan, yaitu :
      1.     Komunikasi : verbal, non verbal bahasa utama
      2.     Ruang pribadi : tindakan lebih menonjol dari kata-kata
      3.     Organisasi sosial : Prilaku didapat, ciri khas budaya, nilai-nilai berorientasi
             internal, kepercayaan keagamaan, pembuatan keputusan dalam keluarga.
      4.     Waktu : cara mengkaji waktu, konsep waktu
      5.     Lingkungan : mengevaluasi sistem kesehatan, lokus kontrol
      6.     Variasi biologis : struktur tubuh, genetik, atribut fisik, karakteristik psikologis
            Mendorong potensi perawat untuk memberikan secara cermat arti diversivitas
      bukan realitas masa depan tetapi tantangan masa kini dan kesempatan untuk
      berkembang (Hagivary,1192). Ada 3 pendekatan profesi keperawatan untuk
      menyiapkan praktisi untuk masa depan (Andrews,1992)
      1.     Lingkungan Praktis klinis
             Diperlukan program pendidikan yang berkelanjutan guna menyadarkan
             perawat akan nilai, kepercayaan dan praktek yang berlandaskan kepada
             budaya mereka sendiri, meningkatkan dasar pengetahuan tentang kesehatan
             berkaitan dengan budaya tertentu serta praktek orang lain yang akan di jumpai.
      2.     Lingkungan Akademis
             Program sarjana muda dan sarjana mengalami kemajuan menandakan konsep
             budaya dalam kurikulum keperawatan, pengajaran harus difokuskan pada
             pengkajian kulturologi, variasi biokultural dalam kesehatan dan penyakit,
             perbedaan kultural dalam komunikasi, kepercayaan beragama, nutrisi, aspek
             perawatan dan sebagainya, memadukan konsep budaya dalam kurikulum
mencakup permainan simulasi, latihan klarifikasi nilai, kelompok pertemuan
           untuk membangkitkan kesadaran dan pengalaman.
     3.    Bidang Penelitian
           Dibutuhkan studi lintas budaya di bidang penelitian dasar dan penelitian
           terapan, lembaga penyandang dana dan yayasan harus di dorong untuk
           mendukung studi lingkungan budaya yang menekankan metode penelitian
           kualitatif penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif menghasilkan data
           yang bermanfaat untuk mencapai hasil optimal.


B.   Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
           Konsep dalam Transcultural Nursing

     1.    Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
           dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
           mengambil keputusan.
     2.    Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan
           atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
           melandasi tindakan dan keputusan.
     3.    Perbedaan budaya, dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
           optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
           variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
           budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
           termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
           individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
     4.    Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap
           bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki
           oleh orang lain.
     5.    Etnis, berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
           digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim
     6.    .Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
           mendiskreditkan asal muasal manusia
     7.    Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi
           pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
           kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
           dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
           memberikan timbal balik diantara keduanya.
     8.    Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
           dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
           untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan
           kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
     9.    Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
           mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
           yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
           manusia.
     10.   Cultural Care. berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
           kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
       mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
       dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
11.    Culturtal imposition, berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
       untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain
       karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada
       kelompok lain.
       Paradigma Transcultural Nursing

        Konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan
latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu: (Andrew and
Boyle, 1995).
1.      Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai
        dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
        melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
        kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun
        dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2.      Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
        kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
        keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
        menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
        dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
        yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
        adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
3.      Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
        perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang
        sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling
        berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.
        Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
        daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di
        daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
        sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
        berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
        masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus
        mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
        Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
        menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
        riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4.      Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
        keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
        budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai
        dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
        adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
        budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

       Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural

1.     Culture care preservation / maintenance : Yaitu prinsip membantu,
       memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu
       menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.
2.      Culture care accomodation / negotiation : Yaitu prinsip membantu,
             memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya, merefleksikan cara-cara
             untuk beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan
             dan gaya hidup individu dan klien.
     3.       Culture care reparterning / restructuring : Yaitu prinsip merekontruksi atau
             mengubah desain untuk memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien
             kearah yang lebih baik.
             Hasil yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada
     asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health and well
     being yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan
     kesehatan yang sensitif, kreatif, serta cara- cara yang bermakna guna mencapai
     tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.


C.   Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya
             Perawat harus memulai pengkajian dengan melihat latar budaya cultural yang
     di miliki klien dan latar belakang social juga ketrampilan bahasa yang dimilikinya. Ini
     diperlukan dalam mengumpulkan data mengenai penyebab penyakit dan masalah
     klien. Proses pendekatan ini diperlukan untuk mengetahui atau mengidentifikasi
     apakah klien mempunyai latar belakang budaya tradisional yang lebih dominan di
     bandingkan dengan budayanya yang modern.
     Sebelum memulai pengkajian perawat harusnya :
     1.     Membina hubungan saling percaya terlebih dahulu dengan klien
     2.     Mengidentifikasi bahasa yang digunakan
     3.     Mempelajari pola komunikasi kien dengan mengobservasi kemampuan verbal
            dan nonverbalnya, contoh prilaku nonverbal dengan sentuhan, kontak mata
     4.     Mempelajari prilaku bermakna yang dimiliki klien – perawat dalam
            berinteraksi


D.   Beberapa Instrumen Pengkajian Budaya
             Pengkajian budaya merupakan pengkajian yang sistematik dan komprehensif
     dari nilai – nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik individual, keluarga dan
     komunitas. Tujuan pengkajian budaya adalah untuk mendapatkan informasi yang
     signifikan dari klien sehingga perawat dapat menerapkan kesamaan pelayanan
     budaya.
              Salah satu masalah dalam pengkajian budaya adalah kurangnya kemampuan
     untuk mengkaji pihak dalam atau perspektif etnik klien dan interpretasi informasi
     selama penilaian. Hal ini dapat tertolong dengan mengunakan pertanyaan terbuka,
     terfokus, dan kontras. Tujuannya adalah mendorong klien agar dapat menggambarkan
     nilai – nilai, kepercayaan, dan praktik yang berarti untuk pelayanan mereka yang tidak
     disadari oleh penyelenggara pelayanan kesehatan. Pertanyaan berorientasi budaya
     pada dasarnya bersifat luas dan membutuhkan lebih banyak penjelasan.
            Sebaliknya pengkajian budaya bersifat mencampuri dan menghabiskan waktu
     serta membutuhkan hubungan saling percaya antara sesama partisipan. Komunikasi
     yang kurang biasanya terjadi pada hubungan interkultural. Hal ini disebabkan
perbedaan bahasa dan komunikasi di antara partisipan. Keterampilan manajemen
                         impresi penting bagi perawat. Hal ini didasarkan pada kemampuan perawat dalam
                         memahami sikap klien sesuai dengan konteks berpikirnya sehingga perawat dapat
                         bereaksi dalam konteks budaya yang sama. Manajemen impresi membutuhkan
                         keahlian berbahasa, interpretasi yang sama secara budaya terhadap sikap klien,
                         mendengarkan, dan keterampilan melakukan pengamatan. Pada saat pengkajian, nilai
                         dan dengarkan bahasa yang klien gunakan saat berbicara dan menulis serta putuskan
                         jika klien memerlukan seorang ahli bahasa. Perawat mempelajari berbagai
                         keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan pengkajian budaya yang akurat dan
                         komprehensif sepanjang waktu.


                Gbr. Transkultural Assessment Model ( Giger & Davidhizar’s )


                                                                                                 ____Ruang____ _________
                                                           ___Komunikasi__
                                                                                               Observasi tingkat
                                                                Bahasa lisan
        ___Pengkajian Keperawatan___                                                           kenyamanan (dlm
                                                                Kualitas
                                                                                               berkomunikasi)
            Mendapatkan Kesimpulan Data                          suara
                                                                                               Kedekatan dgn yg lain
                                                                Pengucapan
                                                                Penggunaan                    Gerakan tubuh
                                                                 keheningan                    Persepsi ruang
                                                                nonverbal


        __Keunikan Budaya Individu__                                                                            _______Orientasi Sosial_____
             mengIndentifikasi Ras & Budaya                                                                              Kultur
              Klien                                                                                                       Ras
             tempat lahir
                                                                                                                          Etnik
             waktu di Negara
                                                                                                                          Fungsi peran
                                                                                                                           keluarga
                                                                                                                          Pekerjaan
Variasi biologis Warna kulit                                                                                              Waktu luang
                                                                                                                          Gereja
                        Struktur tubuh
            Warna rambut                                                                                                 teman
            Dimensi fisik lain
            Keadaan genetic & enzim pd populasi                                                                       Waktu
             penyakit khusus
            Kerentanan terhadap sakit & penyakit                                                         Pengunaannya
            Kekurangan nutrisi                                                                           Penghitungan
            Karakteristik psikologi,koping dan social                                                    Definisi
             support                                                                                      Waktu bersosial
                                                                                                          Waktu bekerja
                                                         Kontrol Lingkungan                               orientasi waktu
                                                                                                           (kemarin, sekarang, akan datang)
                                                                Praktik kesehatan Cutural
                                                                 yang berhasil, netral,
                                                                 disfungsional, tdk jelas
                                                                Nilai
                                                                Definisi dari sehat & Sakit
Contoh Instrumen Pengkajian Warisan Budaya
1.    Dimana ibu Anda lahir ? ______
2.    Dimana ayah Anda lahir ? ______
3.    Dimana kakek – nenek Anda lahir ? ______
      a. Ibu dari Ibu Anda ? ______
      b. Ayah dari Ibu Anda ? ______
      c. Ibu dari Ayah Anda ? ______
      d. Ayah dari Ayah Anda ? ______
4.    Berapa saudara laki – laki ______ dan perempuan ______
5.    Dimana Anda dibesarkan ? Desa _____ Kota ______ Pinggir Kota ______
6.    Dimana orang tua Anda dibesarkan ?
      Ayah ______ Ibu ______
7.    Berapa usia Anda ketika datang ke Indonesia ? ______
8.    Berapa usia orang tua Anda ketika datang ke Indonesia ? ______
9.    Ketika Anda dibesarkan, siapa yang tinggal dengan Anda ? ______
      Keluarga Inti ______ atau Keluarga Besar ______
10.   Apakah Anda mempertahankan kontak dengan :
      a. Bibi, Paman, Sepupu ?                   ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
      b. Saudara Laki – Laki dan Perempuan ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
      c. Orang Tua                              ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
      d. Anak Anda Sendiri                        ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
11.   Apakah kebanyakan dari bibi, paman, sepupu Anda tinggal dekat rumah
      Anda?
      ( 1 ) Ya ______      ( 2 ) Tidak ______
12.   Kira – kira seberapa sering Anda mengunjungi anggota keluarga Anda yang
      tinggal di luar rumah Anda ?
      ( 1 ) Setiap Hari _____( 2 ) Setiap Minggu ______ ( 3 ) Setiap Bulan ______
      ( 4 ) Hanya Liburan Khusus ______          ( 5 ) Tidak Pernah ______
13.   Apakah nama asli keluarga Anda di ganti ?
      ( 1 ) Ya ______      ( 2 ) Tidak ______
14.   Apakah kepercayaan Anda ?
      ( 1 ) Katolik ______       ( 2 ) Islam ______
      ( 3 ) Protestan ______          Denominasi ______        ( 4 ) Lain – Lain ______
      ( 5 ) Tidak Ada ______
15.   Apakah pasangan Anda mempunyai kepercayaan yang sama dengan Anda ?
      ( 1 ) Ya ______      ( 2 ) Tidak ______
16.   Apakah pasangan Anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan Anda ?
      ( 1 ) Ya ______      ( 2 ) Tidak ______
17.     Anda sekolah dimana ?
      ( 1 ) Pemerintah ______ ( 2 ) Swasta _____( 3 ) Seminari / Pesantren ______
18.   Sebagai seorang dewasa, apakah Anda tinggal di daerah dimana tetangga
      mempunyai kepercayaan dan latar belakang yang sama dengan Anda ?
      ( 1 ) Ya ______      ( 2 ) Tidak ______
19.    Apakah Anda memiliki institusi keagamaan ?
      ( 1 ) Ya ______      ( 2 ) Tidak ______
20.   Dapatkah Anda mengambarkan diri Anda sendiri sebagai anggota yang aktif?
      ( 1 ) Ya ______      ( 2 ) Tidak ______
21.    Seberapa sering Anda menghadiri institusi keagamaan Anda ?
      ( 1 ) Lebih dari satu minggu ______        ( 2 ) Setiap minggu ______
( 3 ) Setiap bulan ______       ( 4 ) Sekali setahun atau kurang ______
       ( 5 ) Tidak pernah ______
22.     Apakah Anda mempraktikkan keagamaan Anda di rumah?
       ( 1 ) Ya ______       (2) Tidak ______ ( bila ya, sebutkan tempatnya ) ______
       ( 3 ) Berdoa ______         ( 4 ) Membaca Kitab Suci ______ (5 ) Diet ______
       ( 6 ) Merayakan hari besar keagamaan ______
23.     Apakah Anda menyiapkan makanan sesuai latar belakang etnik Anda?
       ( 1 ) Ya ______     ( 2 ) Tidak ______
24.    Apakah Anda berpartisipasi dalam aktivitas etnik ?
       ( 1 ) Ya ______      ( 2 ) Tidak ______ ( bila ya, sebutkan tempatnya ) ______
       ( 3 ) Bernyanyi _____ ( 4 ) Perayaan Hari Besar _____
       ( 5 ) Berdansa ______( 6 ) Festival ______ ( 7 ) Adat Istiadat ______
       ( 8 ) Lain – Lain ______
25.    Apakah teman Anda dari latar belakang kepercayaan yang sama dengan Anda?
       ( 1 ) Ya ______     ( 2 ) Tidak ______
26.    Apakah teman Anda dari latar belakang etnik yang sama dengan Anda?
       ( 1 ) Ya ______     ( 2 ) Tidak ______
27.     Apakah bahasa asli Anda ?
       ( 1 ) Ya ______     ( 2 ) Tidak ______
28.     Apakah Anda berbicara dengan bahasa tersebut ?
       ( 1 ) Ya ______     ( 2 ) Tidak ______
29.     Apakah Anda membaca dalam bahasa asli Anda ?
       ( 1 ) Ya ______     ( 2 ) Tidak ______
Makin besar jumlah jawaban Ya, makin kuat klien memiliki keturunan tradisional.
Contoh Lain Instrumen Pengkajian Keperawatan Terbuka
  1. Menurut Anda apa yang menyebabkan penyakit Anda ?
  2. Seperti apa kami dapat memecahkan masalah Anda ?
Terfokus
  1. Apakah Anda pernah mengalami masalah ini sebelumnya ?
  2. Apakah ada seseorang yang Anda ingin agar kami bicara dengannya mengenai
       perawatan Anda?
Kontras
  1. Bagaimana perbedaan masalah ini dengan masalah sebelumnya ?
  2. Apa perbedaan antara apa yang perawat kerjakan dengan apa yang Anda
       pikirkan bagaimana perawat lakukan untuk Anda ?
Riwayat Etnik
  1. Berapa lama Anda / orang tua Anda tinggal di negara ini ?
  2. Apa latar belakang etnik atau asal leluhur Anda ?
  3. Seberapa kuat budaya mempengaruhi Anda ?
  4. Ceritakan alasan Anda meninggalkan tanah air Anda ?
Organisasi Sosial
  1. Siapa yang tinggal dengan Anda ?
  2. Siapa yang Anda anggap sebagai anggota keluarga Anda ?
  3. Dimana anggota keluarga Anda yang lain tinggal ?
  4. Siapa yang membuat keputusan untuk Anda atau keluarga Anda ?
  5. Siapa yang Anda cari saat memerlukan bantuan untuk keluarga Anda ?
  6. Apa harapan Anda terhadap anggota keluarga yang pria, wanita, tua, atau
      muda ?
Status Sosioekonomi
         1. Apa yang Anda lakukan untuk kehidupan ?
         2. Bagaimana perbedaan kehidupan Anda di sini dibandingkan tempat asal?
      Ekologi Biokultural dan Risiko Kesehatan
         1. Apa penyebab masalah Anda ?
         2. Bagaimana masalah mempengaruhi Anda atau bagaimana masalah itu
             mempengaruhi kehidupan Anda dan keluarga Anda ?
         3. Bagaimana Anda mengatasi masalah tersebut di rumah ?
         4. Apa masalah lain yang Anda hadapi ?
      Bahasa dan Komunikasi
         1. Apa bahasa yang Anda gunakan di rumah ?
         2. Apa bahasa yang Anda gunakan untuk membaca dan menulis ?
         3. Bagaimana perawat harus berbicara atau memanggil Anda ?
         4. Apa jenis komunikasi yang menggangu Anda ?
      Kepercayaan dan Praktik Pelayanan
         1. Apa yang Anda lakukan untuk menjaga kesehatan Anda ?
         2. Apa yang Anda lakukan untk menunjukkan kepedulian Anda ?
         3. Bagaimana Anda merawat anggota keluarga yang sakit?
         4. Pemberi layanan mana yang Anda cari saat Anda sedang sakit ?
         5. Bagaimana perbedaan yang perawat lakukan dengan yang dilakukan keluarga
             Anda saat Anda sedang sakit ?


II. Komunikasi Transkultural
  A. Nilai dan Norma Budaya dalam Berkomunikasi
             Ketika dua atau lebih orang berbeda budaya berkomunikasi, seringkali
      ditemukan kesalahan interpretasi pesan yang disampaikan. Dalam hal mengurangi
      dan menghindari hal tersebut pantaslah kita mempelajari nilai dan norma budaya
      dalam berkomunikasi. Sebelum itu kita harus memahami dulu apa itu budaya :
      Menurut clifford Geertz merujuk kepada Klukhohn (seorang antropologi) berasumsi
      bahwa kebudayaan itu sebagai cermin bagi manusia (mirror of man) sehingga dia
      mengajukan interpretasi terhadap makna budaya, bahwa kebudayaan itu merupakan :
      1.    Keseluruhan pandangan hidup dari manusia
      2.    Sebuah warisan sosial yang dimiliki oleh individu dari kelompoknya
      3.    Cara berfikir, perasaan dan mempercayai
      4.    Abstraksi dan perilaku
      5.    Bagian penting dari te tentang teori para antropolog tentang cara-cara di mana
            sebuah kelompok orang menyatakan kelakuannya
      6.    Sebuah gudang pusat pembelajaran
      7.    Sebuah unit standarisasi orientasi untuk mengatasi pelbagai masalah yang
            berulang-ulang
      8.    Perilaku yang dipelajari
      9.    Sebuah mekanisme bagi pengaturan regulatif atas perilaku
      10.   Kesimpulan teknik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan lain dan orang
            lain
      11.   Lapisan atau endapan dari sejarah manusia
      12.   Peta perilaku, matriks perilaku dan saringan perilaku
Budaya adalah “Metakomunikasi sistem” dimana tidak hanya kata yang diucapkan
yang memberi makna, tetapi segala sesuatu yang lain juga (Matsumoto &
Matsumoto,1989)
Budaya adalah pikiran, komunikasi, tindakan, keyakinan, nilai, dan lembaga-lembaga
ras dan etnik, agama atau kelompok sosial (OMH,2001)
Budaya adalah : Segala sesuatu yang dihasilkan dari kehidupan individu dan
kelompoknya.
Wujud kebudayaan

1.        Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
          norma-norma, peraturan dsb. Merupakan wujud ideal dari kebudayaan,
          sifatnya abstrak, tak dapat di raba atau di lihat. Letaknya ada didalam fikiran
          warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup. Dikenal
          dengan adat istiadat atau sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil
          karya para penulis warga masyarakat bersangkutan.
2.        Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola
          dari manusia dalam masyarakat, disebut juga sistem social. Sistem social ini
          terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, bergaul
          yang berdasarkan adat social tata kelakuan. Sistem social ini bersifat konkrit,
          serta terjadi dikeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, di lihat dan
          didokumentasikan.
3.        Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, disebut
          kebudayaan fisik, dan tak banyak memerlukan penjelasan. Merupakan seluruh
          total dari hasil fisik dan aktifitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam
          masyarakat. Sifatnya paling konkret, atau berupa benda-benda atau hal-hal
          yang dapat di raba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti candi,
          computer, pabrik baja, kapal, batik sampai kancing baju.

Nilai :
       Nilai merupakan unsur penting dalam kebudayaan, nilai membimbing manusia
untuk menentukan sesuatu itu boleh dilakukan atau tidak, nilai bersifat abstrak dan
nilai membentuk sikap kita tentang sesuatu apakah itu bermoral dan tidak bermoral,
baik atau buruk, benar atau salah, dan indah atau buruk.

Norma :
       Nilai dapat dibedakan dari norma, nilai hanya meliputi penilaian tentang baik
buruknya objek, peristiwa, tindakan atau kondisi, sedangkan norma lebih merupakan
standart prilaku. Norma merupakan nilai-nilai budaya yang merupakan standar
kelompok, dasar dari kehidupan sebuah kelompok, jika nilai memperkenalkan kita
bagaimana berprilaku sepantasnya maka norma secara khusus menggariskan kontrol
terhadap perilaku. Sebuah norma adalah aturan yang mengatur tentang hukuman atau
ganjaran dalam berbagai bentuk sesuai dengan variasi posisi sosial orang dalam relasi
antar manusia. Semua tindakan manusia memiliki akibat tertentu dan norma secara
khusus memberi akibat sosial bagi seseorang yang melangar aturan tersebut, Bentuk-
bentuk norma antara lain :
1.     Cara
            Merujuk pada suatu bentuk perbuatan, norma ini memeiliki kekuatan yang
            lemah, merupakan perbuatan yang diulang-ulang. Contohnya : Menghirup
            kopi panas dengan bunyi, jika dilakukan tidak ada saksi apa-apa.
     2.     Kebiasaan
            Menurut Sumnner kebiasaan sebagai aturan adat istadat yang dapat dilihat
            dalam belbagai situasi, namun tidak cukup kuat mengatur kelompok. Misalnya
            : Bercakap-cakap sebelum rapat, hal ini juga tidak melangar apa-apa
     3.     Tata Kelakuan
            Tata kelakuan berisi perintah dan larangan sehingga anggota masyarakat
            menyesuaikan perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut. Contohnya :
            Perihal antara hubungan pria dan wanita
     4.     Adat Istiadat
            Anggota masyarakat yang melangar adat istiadat akan menerima saksi yang
            keras . Contohnya : Perkawinan antar strata di Sumba dan Bali, akan mendapat
            sanksi yang keras misalnya dikeluarkan daro strata tersebut.
     Nilai dan norma diperlukan sebagai kontrol prilaku kehidupan manusia sehari-hari.


B.   Prinsip-prinsip dalam Komunikasi
             Komunikasi berasal dari kata kerja “communicâre”, dalam bahasa Latin yang
     berarti menjadikan lazim/umum, membagi, berpartisipasi (mengikutsertakan) atau
     menanamkan. (Guralnik, 1989). Akan tetapi komunikasi melampaui definisi tersebut,
     dimana komunikasi mencakup keseluruhan bidang interaksi dan tingkah laku
     manusia. Semua tingkah laku, baik verbal mapun nonverbal yang ditampilkan oleh
     individu disebut sebagai komunikasi. (Potter & Perry, 2005; Watzlawick, Beavin, &
     Jackson, 1967). Komunikasi merupakan keterampilan dasar dalam semua interaksi
     keperawatan. Dalam komunikasi terkandung sistem tingkah laku yang terpola dan
     teratur yang memungkinkan terjadinya seluruh interaksi antara perawat dan klien. Di
     dalamnya terdapat pertukaran pesan yang memiliki arti.
             Komunikasi dan budaya sangat erat berhubungan. Komunikasi merupakan
     alat/cara bagaimana budaya ditransmisikan dan dipelihara/dipertahankan. (Delgado,
     1983). Budaya mempengaruhi bagaimana perasaan diekspresikan serta ekspresi verbal
     dan nonverbal apa yang tepat untuk digunakan. Contohnya, orang Amerika lebih suka
     menutupi perasaannya dan secara umum jarang menggunakan bahasa sentuhan,
     sebaliknya budaya ketimuran lebih terbuka dalam mengekspresikan perkabungan /
     duka, kemarahan, atau kegembiraan serta lebih banyak menggunakan sentuhan.
     (Davidhizar & Giger, 2002; Hall,1966; Thayer,1988).
             Variabel – variabel budaya lainnya, seperti persepsi terhadap waktu, kontak
     fisik dan hak – hak wilayah juga mempengaruhi komunikasi. Komunikasi membentuk
     rasa kebersamaan dengan orang lain dan memungkinkan pertukaran/sharing
     informasi, isyarat atau pesan – pesan dalam bentuk ide – ide dan perasaan. Melalui
     komunikasi seseorang dapat mempengaruhi orang lain melalui tulisan atau bahasa,
     gerak isyarat (gesture), ekspresi wajah, bahasa tubuh, space (jarak) atau simbol –
     simbol lainnya. Dalam komunikasi yang efektif terdapat saling pengertian terhadap
     arti yang terkandung dalam pesan yang disampaikan. Komunikasi yang efektif
     mengenai informasi pelayanan kesehatan memotivasi klien untuk bekerjasama dengan
     perawat dalam mengelola kesehatannya. (Giorgianni, 2000).
Untuk meningkatkan komunikasi transkultural yang efektif, perawat harus
menghindari penggunaan istilah – istilah teknis yang khusus, logat/ucapan yang
populer, ucapan sehari – hari, singkatan, dan istilah – istilah medis yang berlebihan.
Lipson dan Steigner (1996) menyarankan strategi dalam tiga domain, yaitu afektif,
kognitif, dan behaviour untuk komunikasi transkultural yang efektif. Dalam domain
afektif meliputi rasa hormat, penghargaan dan perasaan nyaman terhadap perbedaan
budaya, rasa senang untuk mempelajari budaya yang berbeda, kemampuan untuk
mengobservasi tingkah laku tanpa menghakimi, kesadaran akan nilai – nilai budaya
dan kepercayaan. Dalam domain kognitif ditekankan adanya pengetahuan tentang
perbedaan budaya, kemampuan untuk mengenali adanya penjelasan budaya terhadap
permasalahan interpersonal, pemahaman tentang adanya perbedaan makna satu
terhadap yang lain, dan pemahaman akan sistem sosial politik untuk menghargai
pengobatan terhadap kaum minoritas. Dalam domain behaviour (keterampilan
berkomunikasi), adanya fleksibilitas dalam gaya komunikasi baik verbal maupun
nonverbal, kemampuan untuk berbicara dengan perlahan, dan jelas tanpa istilah –
istilah yang berlebihan, kemampuan untuk memberi dorongan pada klien untuk
mengekspresikan dirinya, kemampuan untuk berkomunikasi secara menarik dan
empati, sabar, serta mengenali apabila ada kesalahpahaman yang terjadi.

Pedoman Dalam Berhubungan Dengan Klien dengan Budaya yang Berbeda :

1.     Kaji nilai – nilai kepercayaan pribadi anda terhadap budaya yang berbeda.
       Review kembali pengalaman pribadi
       Singkirkan nilai – nilai, bias, ide – ide dan tingkah laku yang berpengaruh
       negatif terhadap perawatan.
2.     Kaji variabel – variabel komunikasi dari perspektif budaya
       Tentukan identits etnis pasien
       Gunakan pasien sebagai sumbernya (apabila memungkinkan).
       Kaji faktor – faktor kultural yang dapat mempengaruhi hubungan perawat dan
       klien kemudian beresponlah dengan tepat.
3.     Rencanakan perawatan sesuai dengan kebutuhan komunikasi dan latar
       belakang budaya.
       Pelajari sebanyak mungkin tentang budaya dan kepercayaan klien.
       Dorong pasien untuk menyatakan persepsinya terhadap kesehatan, sakit dan
       pelayanan kesehatan.
       Rasa sensitif terhadap keunikan pasien.
       Komunikasi pada tingkatan fungsi pasien.
       Evaluasi efektifitas tindakan keperawatn dan modifikasi apabila diperlukan.
4.     Modifikasi pendekatan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan budaya.
       Perhatikan tanda – tanda rasa takut, kecemasan dan kebingungan klien
       Beri respon yang menenangkan hati dengan mempertahankan budaya klien.
5.     Pahami bahwa penghargaan terhadap klien merupakan hubungan yang
       terapeutik.
       Berkomunikasi dengan hormat menggunakan pendekatan pendekatan yang
       baik dan menenangkan hati.
       Gunakan teknik mendengar yang sesuai.
6.     Berkomunikasi tanpa cara – cara yang kelihatan mengancam.
       Lakukan wawancara tanpa terburu – buru
       Ramah tamah
Tanyakan pertanyaan yang umum selama mengumpulkan informasi.
            Bersikap sabar apabila respon klien tidak sesuai dengan persoalan kesehatan
            klien.
            Ciptakan hubungan saling percaya dengan mendengar secara teliti, dan berikan
            waktu serta perhatian penuh pada klien.
     7.     Gunakan teknik validasi dalam komunikasi.
            Sadar akan fedback / respon klien yang tidak mengerti.
            Jangan membuat asumsi pengertian tanpa distorsi.
     8.     Pahami adanya keengganan untuk membicarakan masalah yang berhubungan
            dengan seksualitas.
            Sadari bahwa dalam beberapa budaya permasalahan seksual tidak dapat
            dibicarakan secara leluasa dengan perawat / orang dengan jenis kelamin yang
            berbeda.
     9.     Adopsi pendekatan khusus, apabila pasien berbicara dengan bahasa yang
            berbeda.
            Gunakan intonasi suara dan ekspresi wajah yang perhatian untuk membantu
            mengurangi ketakutan klien.
            Bicara dengan perlahan dan jelas, namun tidak keras.
            Gunakan bahasa isyarat, gambar, dan bermain peran untuk membantu
            pemahaman klien.
            Ulangi pesan dengan cara yang berbeda jika diperlukan.
            Perhatikan kata – kata yang dipahami klien dan gunakan itu sesering mungkin.
            Pertahankan pesan yang sederhana dan ulangi terus menerus
            Hindari penggunaan istilah medis dan singkatan yang tidak dipahami klien.
            Gunakan kamus bahasa yang tepat.
     10.    Gunakan interpreter (penerjemah) untuk meningkatkan komunikasi.
            Minta interpreter untuk menerjemahkan pesan, tidak hanya kata – kata pribadi.
            Dapatkan fedback untuk mengkonfirmasi pemahaman.
            Gunakan interpreter yang sensitif terhadap budaya.


C.   Bentuk Komunikasi Transkultural

            Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk mengidentifikasi,
     menguji, mengerti dan menggunakan pemahaman keperawatan transkultural untuk
     meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan.
            Transkultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
     proses belajar dan praktek keperawatan yang focus memandang perbedaan dan
     kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
     pada nilai budaya manusia, kepercaayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
     memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
     manusia.
             Komunikasi antara perawat dan klien merupakan, komunikasi lintas budaya.
     Komunikasi lintas budaya dapat dimulai melalaui proses diskusi dan bila perlu dapat
     dilakukan identifikasi melalui bagaimana cara masyarakat dari berbagai budaya
     diindonesia berkomunikasi ,misalnya di suku jawa, betawi, sunda, padang, Bengkulu,
     osing, tengger, dan sebagainya.
Komunikasi lintas budaya dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa
     Indonesia sebagai bahasa pengantar atau menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa
     ibu. Bila tidak memahami bahasa klien, perawat dapat menggunakan penerjemah.
     Dalam komunikasi lintas budaya, perawat dapat menjumpai suatu hal yang pada
     budaya tertentu bermakna positif tetapi di budaya lain bermakna negative. Hal ini
     harus di pahami oleh perawat sehingga tidak menyebabkan terputusnya komunikasi.

D.   Media Komunikasi Transkultural
            Komunikasi dan budaya saling berkaitan erat. Melalui komunikasi, budaya
     ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan pengetahuan tentang
     budaya ditransmisikan dalam kelompok dan untuk orang-orang diluar kelompok.
     Berkomunikasi dengan klien dari latar belakang etnis dan budaya sangat pentung
     untuk memberikan perawatan yang kompeten secra budaya. Ada variasi budaya
     dalam komunikasi baik verbal maupun nonverbal.
     1.     Komunikasi verbal
            Perbedaan budaya yang paling jelas adalah dalam komunikasi verbal : kosa
            kata, struktur tata bahasa, kualitas suara, intonasi, ritme, kecepatan,
            pronaunsiasi dan keheningan. Komunikasi verbal menjadi sulit ketika
            melibatkan interaksi orang-orang yang berbeda bahasa. Klien memungkinkan
            untuk berkomunikasi verbal dengan yang lain. Untuk klien dengan bahasanya
            tidak sama dengan pelaku kesehatan, perantara mungkin diperlukan. Seorang
            translator mengubah bahan tertulis (seperti pamphlet pendidikan pasien) dari
            satu bahasa ke bahasa yang lain. Seorang penerjemah adalah seorang individu
            yang menengahi komunikasi antara orang-orang yang beda bahasa tanpa
            menambah dan mengurangi arti atau pemaknaan.
     2.     Komunikasi nonverbal
            Untuk berkomunikasi secara efektif dengan klien yang berbeda budaya.
            Perawat perlu menyadari 2 aspek dari perilaku nonverbal komunikasi: 1). Apa
            perilaku nonverbal yang berarti kepada klien. 2). Perilaku nonverbal dalam
            kebudayaan klien.
            Nonverbal komunikasi dapat mencakup penggunaan keheningan, gerakan
            mata, ekspresi wajah, postur tubuh. Beberapa kebudayaan memerlukan
            keheningan dalam komunikasi. Memberikan kesempatan untuk berbicara, atau
            memberikan privasi kepada orang lain. Beberapa kebudayaan mengambarkan
            keheningan itu sebagai tanda hormat dan setuju.
            Ekspresi wajah bisa berbeda-beda diantara kebudayaan. Giger and Davidhizar
            (1999) mengatakan Italia, Yahudi, Afrika, Amerika, dan Spanyol lebih cepat
            tersenyum dan menggunakan ekspresi wajah. Lebih tertutup dalam
            mengkomunikasikan perasaannya khususnya kepada orang lain.
            Komunikasi nonverbal acapkali menjadi lebih bermakana dibanding
     komunikasi nonverbal meliputi mimic wajah, sorot mata, bentuk bibir, jarak, gerakan
     anggota tubuh dan posisi tubuh, tekanan suara, objek yang selalu di perhatikan , serta
     sentuhan. Mimic wajah dapat menunjukkan sikap bersahabat atau marah. Untuk
     dapat memahami bahasa nonverbal, perawat harus berlatih secara optimal. (Ferry
     Efend, Makhfudli)
E.   Hambatan – hambatan dalam Proses Komunikasi
     1.   Hambatan Fisik
           Dapat berupa hambatan jarak komunikasi yang sering kali mengganggu proses
           komunikasi, ataupun ketidakadaan fasilitas yang mampu meminimalisir
           hambatan jarak tersebut.
     2.    Hambatan Teknis
           Yang bersifat teknis seperti gangguan pada alat komunikasi, media, teknologi
           dan sebagainya.
     3.    Hambatan Semantik
           Hambatan yang berasal dari pengunaan bahasa karena :

           Perbedaan bahasa
           Perbedaan persepsi
           Penggunaan istilah yang berlebihan
           Ketidak mampuan memilih kata atau kalimat
     4.    Hambatan Psikologis
           Situasi dan kondisi psikis yang terdapat / dimiliki oleh komunikan dan
           komunikator. Misalnya cemas, malu, takut dan sebagainya.
     5.    Hambatan Status
           Situasi dan kondisi psikis antara komunikator dengan khalayak sering kali
           menjadi hambatan yang dapat mengurangi pencapaian tujuan
           komunikasi.misalnya ketika seorang dosen muda harus memberi kuliah
           didepan mahasiswa pasca sarjana yang ternyata sebagian besar adalah atasan
           didepartemen tersebut.
     6.    Hambatan Budaya
           Perbedaan budaya (nilai, norma, kebiasaan, adat istiadat) merupakan faktor
           yang sering membuat tujuan komunikasi terhambat. Karena budaya yang
           dianut oleh sebuah masyarakat merupakan hasil internalisasi individu terhadap
           nilai, norma, kebiasaan dan adat dimana ia tinggal selama bertahun tahun,
           maka kita mengenal ada yang namanya : Akulturisasi, Asimilasi.
     7.    Hambatan Kerangka berfikir
           Komunikasi yang efektif dapat terjadi ketika terjadi himpitan kepentingan
           (over lapping of interest) / kesamaan persepsi antara komunikator dengan
           komunikan.kesamaan ini dapat terwujud jika ada perbedaaan yang mencolok
           dalam kerangka berpikir komunikan dan komunikator.
     8.    Hambatan Kebutuhan dan Ketertarikan
     9.    Hambatan Lingkungan
BAB III

                               PEMBAHASAN KASUS




   Kasus I (Unit Perspektif Transkultural)

           Seorang pasien laki-laki korban tabrak lari, masuk ke unit perawatan sebuah
   rumah sakit. Pasien mengalami fraktur dekstra dan terpasang traksi. Pasien juga
   mengalami perdarahan abdomen dan telah dilakukan tindakan laparatomy eksplorasi.
   Pasien dalam status NPO ( nothing per oral). Dilihat dari wajahnya, pasien adalah
   seorang keturunan India. Ia berteriak-teriak meminta minum dalam bahasa Inggris.
   Perawat berusaha untuk menjelaskan bahwa saat ini pasien tidak boleh minum. Pasien
   tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik sementara di ruang perawatan tersebut
   tidak ada perawat yang lancar berbahasa Inggris.

   1.     Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi di atas ?
          Menunjukan peranan Independent dari perawat dengan :
         Mengenal budayanya (nilai, kepercayaan, prilaku, kebiasaan)
         Mengenal etnik / suku /latar belakang dari pasien (bahasa)

   2.     Apa yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien ?
           Perawat memulai pengkajian dengan melihat latar budaya cultural yang di
   miliki klien dan latar belakang social juga ketrampilan bahasa yang dimilikinya.
   Dengan cara :

         Perawat harus bersikap terbuka dengan cara menerima pasien sesuai dengan
          perbedaan budayanya
         Memanggil dengan nama belakang klien / nama lengkap
         Ciptakan hubungan saling percaya
         Dengan menggunakan bahasa yang sederhana , verbal & non verbal (isyarat &
          tulisan)
         Mencari bantuan dari orang terdekat pasien yang bisa dan mengerti bahasa
          Indonesia
         Mencarikan penerjemah, bila pasien masih tidak dapat mengerti & bila tidak ada
          keluarga. Kriteria penerjemah sebaiknya sbb :
          Jenis kelamin yang sama
          Umurnya lebih dewasa
          Mempunyai status social yang sama dengan klien
          Yang mempunyai pemahaman tentang budaya India
          Mengerti tentang kesehatan

   Ini diperlukan dalam mengumpulkan data mengenai penyebab penyakit dan masalah
   klien. Tindakan keperawatan yang diberikan klien ada 3 :
1. Cultur care preservation : Prinsip membantu, memfasilitasi, atau memperhatikan
   fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya
   hidup yang diinginkan. Contohnya memberitahukan bahwa Ia tidak boleh minum
   dengan bahasa verbal maupun non verbal (Gambar/tulisan dan isyarat)
2. Cultur care accomodation : Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan
   fenomena yang ada, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau
   mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau klien.
   Contohnya: meletakan peralatan yang dibutuhkan klien (tisu, pulpen, kertas dll)


3. Cultur care repatterning : Prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk
   membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih
   baik. Contohnya Klien diharuskan bedrest total dikarenakan ada traksi dan post
   operasi laparatomy eksplorasi
BAB II

                                 TINJAUAN TEORI




I. PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN

 A. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan

   Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti
   kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil
   karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat.
   (koentjoroningrat, 1986)

   Wujud-wujud kebudayaan antara lain :

   1.   Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan

   2.   Kompleks aktivitas atau tindakan

   3.   Benda-benda hasil karya manusia




   Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat
   dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan.

   Teori transkultural dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
   dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep
   keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
   cultural yang melekat dalam masyarakat.

   Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai
   dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh
   perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami
   oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan
   perbedaan nilai budaya.
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan
  pada   perilaku   individu/kelompok    serta   proses   untuk   mempertahankan   atau
  meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar
  belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural
  adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi
  perbandingan tentang perbedaan budaya.




  Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti
  dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan
  kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori
  caring, caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
  tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga
  meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi,
  struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.




B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural

  Konsep dalam transcultural nursing adalah :

  1) Budaya

  Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta
  memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.

  2) Nilai budaya

  Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang
  dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.

  3) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan

  Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan
4) Etnosentris

Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu
menganggap budayanya adalah yang terbaik

5) Etnis

Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim

6) Ras

Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.

Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia kepada
generasi berikutnya (taylor,1989)

7) Etnografi: Ilmu budaya

Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu.

8) Care

Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhikebutuhan
baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia

9) Caring

Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan
individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan
untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia

10) Culture care

Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi digunakan
untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu, keluarga atau
kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup
  dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai

  11) Cultural imposition

  Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai
  karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.




  Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan,
  nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang
  budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu :

      Manusia

  Individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
  diyakini dan berguna menetapkan pilihan dan melakukan pilihan

      Konsep sehat sakit

  Sehat adalah kesuksesan beradaptasi mempertahankan intergritas terhadap perubahan
  lingkungan sedangkan sakit adalah suatu keadaan kegagalan dalam            beradaptasi
  terhadap perubahan lingkungan

      Lingkungan

  Perubahan dinamis yang mempengaruhi individu yang meliputi lingkungan internal dan
  eksternal

      Keperawatan




C. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

  Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan
  yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan
  keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan
keperawatan yaitu:

1. Culture care preservation / maintenance

Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi/memerhatikan fenomena budaya guna
membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan guna hidup yang diinginkan

2. Culture care accommodation / negotiation

Yaitu prinsip membantu, memerhatikan fenomena buadaya yang ada, yang
merefleksiakan cara untuk beradaptasi, bernegosiasi / mempertimbangkan kondisi
kesehatan dan gaya hidup klien

3. Culture care repatterning / restructuring

Yaitu prinsip merekonstruksi / mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi
kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih baik

Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh
perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien
(Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai
tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar,
1995).

Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada”Sunrise Model”
yaitu:

1. Faktor teknologi (technological factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi
sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari
bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan ini.

2. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )

Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi
para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan
kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang
harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang
klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.

3. Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu kaidah
yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di
kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga,
bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan
membersihkan diri.

5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew
and Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan
yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors)

  Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
  untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
  perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
  oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
  atau patungan antar anggota keluarga.

  7. Faktor pendidikan ( educational factors )

  Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
  formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien
  biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat
  belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal
  yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
  kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya
  sehingga tidak terulang kembali.

  Prinsip-prinsip pengkajian budaya:

  a. Jangan menggunakan asumsi.

  b. Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang
  Jawa halus.

  c. Menerima dan memahami metode komunikasi.

  d. Menghargai perbedaan individual.

  e. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.

  f. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.

D. Instrumen Pengkajian Budaya

  Sejalan berjalnnya waktu,Transkultural in Nursing mengalami perkembangan oleh
  beberapa ahli, diantaranya:
1. Sunrise model (Leininger)

   Yang terdiri dari komponen:

   a. Faktor teknbologi (Technological Factors)

      -   Persepsi sehat-sakit

      -   Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan

      -   Alasan mencari bantuan/pertolongan medis

      -   Alasan memilih pengobatan alternative

      -   Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah
          kesehatan

   b. Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors)

      -   Agama yang dianut

      -   Status pernikahan

      -   Cara pandang terhadap penyebab penyakit

      -   Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan

   c. Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors)

      -   Nama lengkap & nama panggilan

      -   Umur & tempat lahir,jenis kelamin

      -   Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga

      -   Pengambilan keputusan dalam keluarga

   d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways)

      -   Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas

      -   Bahasa yang digunakan

      -   Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan
-     Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas
            sehari-hari

   e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors)

          Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
      yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas
      budaya,meliputi:

      -     Peraturan dan kebijakan jam berkunjung

      -     Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu

      -     Cara pembayaran

   f. Faktor ekonomi (Economical Factors)

      -     Pekerjaan

      -     Tabungan yang dimiliki oleh keluarga

      -     Sumber biaya pengobatan

      -     Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll.

      -     Patungan antar anggota keluarga

   g. Faktor Pendidikan (Educational Factors)

      -     Tingkat pendidikan klien

      -     Jenis pendidikan

      -     Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif

      -     Pengetahuan tentang sehat-sakit




2. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar

   Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu
   kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi:
a. Komunikasi (Communication)

      Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas suara,pengucapan
      (pronounciation),penggunaan bahasa non verbal,penggunaan „diam‟

   b. Space (ruang gerak)

      Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang
      ruang gerak dan pergerakan tubuh.

   c. Orientasi social (social orientastion)

      Budaya,etnisitas,tempat,peran dan fungsi keluarga,pekerjaan,waktu
      luang,persahabatan dan kegiatan social keagamaan.

   d. Waktu (time)

      Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu,waktu untuk bekerja dan
      menjalin hubungan social,orientasi waktu saat ini,masa lalu dan yang akan
      datang.

   e. Kontrol lingkungan (environmental control)

      Nilai-nilai budaya,definisi tentang sehat-sakit,budaya yang berkaitan dengan
      sehat-sakit.

   f. Variasi biologis (Biological variation)

      Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi
      enzim dan genetic,penyakit yang spesifik pada populasi terntentu,kerentanan
      terhadap penyakit tertentu,kecenderungan pola makan dan
      karakteristikpsikologis,koping dan dukungan social.

3. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle

   Komponen-komponenya meliputi:

   a. Identitas budaya

   b. Ethnohistory

   c. Nilai-nilai budaya
d. Hubungan kekeluargaan

          e. Kepercayaan agama dan spiritual

          f. Kode etik dan moral

          g. Pendidikan

          h. Politik

          i. Status ekonomi dan social

          j. Kebiasaan dan gaya hidup

          k. Faktor/sifat-sifat bawaan

          l. Kecenderungan individu

          m. Profesi dan organisasi budaya




     Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada
     klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui
     media: verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif
     bagi kesehatan dan kesejahteraan klien.

Aplikasi konsep dan prinsip transkultural sepanjang daur kehidupan manusia (perawatan dan
pengasuhan anak).

       Budaya adalah konteks pengalaman anak tentang sehat dan sakit, kesejahteraan dan
kesakitan (Talabere, 1996). Pandangan holistik tentang anak mengharuskan perawat
mengembangkan beberapa pemahaman tentang cara budaya berkontribusi pada
perkembangan hubungan sosial dan emosi dan cara budaya mempengaruhi praktik
pengasuhan anak dan sikap masyarakat terhadap kesehatan.

       Budaya adalah pola asumsi, keyakinan, dan praktik yang secara tidak sadar
       membentuk/ membimbing pandangn dan keputusan secara kelompok masyarakat
       (Buchwald dkk, 1994).
       Ras adalah suatu pembagian sifat yang dimiliki makhluk hidup yang dapat diwariskan
       melalui keturunan, misal; kaukasia (putih), negro (hitam), dan Mongol (kuning).
       Etnisitas yaitu afiliasi dari sekelompok individu yang mempunyai keturunan budaya,
       sosial dan bahasa yang unik.
       Sosialisasi yaitu proses ketika anak mendapatkan keyakinan, nilai, dan perilaku
       masyarakat tertentu untuk dapat berfungsi dalam kelompok tertentu.
Budaya dan sub budaya mempengaruhi keunikan anak dalam cara yang tidak jelas
dan pada usia dini, sehingga anak tumbuh merasa bahwa keyakinan, sikap, nilai dan praktik
mereka ”benar” atau ”normal”, individu dari budaya lain mungkin dianggap ”menyimpang”
atau ”salah”. Suatu set nilai yang dipelajari pada masa kanak-kanak cenderung mencirikan
karakteristik dan perilaku anak terhadap hidup, membimbing mereka untuk berjuang
sepanjang hidup dan memantau keinginan impulsif mereka yang berentang pendek.
Karenanya setiap masyarakat terus menerus mensosialisasikan setiap generasi pada warisan
budayanya.

        Budaya mengembangkan dan menguatkan perilaku yang dianggap tepat dan
diinginkan; budaya berupaya menekan atau menyingkirkan perilaku yang tidak sesuai dengan
norma budaya. Beberapa budaya mendorong perilaku agresif pada nak-anak mereka; budaya
lain lebih memilih kepatuhan dan keramahan. Beberapa budaya mendorong kecerdikan dan
kompetisi; budaya lain menekankan kerjasama dan patuh pada minat kelompok.

       Budaya dapat juga berbeda dalam status kelompok yang didasarkan pada usia dalam
keterampilan. Bahkan permainan dan tipe mainan anak ditentukan secara budaya. Dalam
beberapa budaya anak bermain dalam kelompok yang terdiri atas jenis kelamin yang sama, di
budaya lain bermain dalam jenis kelamin campuran. Pada beberapa budaya, perbaikan tim
lebih menonjol, dibudaya lain kebanyakan permainan dibatasi pada permainan individual.

D. Studi Kasus

Seorang klien perempuan berusia 25 tahun sedang hamil 4 bulan. Ini merupakan
kehamilannya yang pertama. Klien tersebut berasal dari daerah Sunda sedangkan suaminya
berasal dari Tapanuli. Mereka saat ini tinggal di Jakarta. Sejak mengetahui istrinya hamil,
suami klien berusaha untuk memanjakan istrinya dan melarangnya bekerja dan meminta
orang tua (ibu) klien untuk menemani klien di rumah. Orang tua klien masih sangat ketat
mengikuti adat istiadat mereka demikian pula halnya dengan orang tua suami klien. Klien
merasa tertekan dengan kondisi kehamilannya dan perlakuan yang diterimanya dari suami,
orang tua, dan mertuanya.

Pertanyaan:

Analisa kasus tersebut berdasarkan konsep budaya dan transkultural yang telah saudara
pelajari. Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi di atas? Apa yang sebaiknya
dilakukan perawat untuk membantu klien dan keluarganya?
Budaya Tapanuli                                Budaya Sunda

   Tidak boleh keluar rumah                   Tidak boleh keluar rumah sembarangan,
   sembarangan, terutama sore hari            terutama sore hari
   Ibu hamil harus makan makanan adat         Hanya memakan sayuran (dianggap
   Batak berupa ikan batak, jenis ikan        baik), sedangkan ikan, daging, dan buah-
   Mahseer                                    buahan dianggap tidak baik untuk bayi
   Harus menggunakan ulos Tondi (kain         Tidak boleh melilitkan anduk/ kain di
   khusus), agar ibu dan bayinya sehat        leher ibu hamil, agar bayi tidak terlilit
   pada waktu melahirkan kelak                tali pusat
                                              Tidak boleh minum air terlalu banyak
                                              karena bila melahirkan nantinya akan
                                              terlalu banyak air atau anak kembar
                                              Pantang makan gula merah/ tebu serta
                                              nanas karena dapat membuat perut ibu
                                              hamil sakit
                                              Dianjurkan minum air kelapa muda
                                              Dianjurkan untuk minum minyak kelapa
                                              seiring dengan semakin besarnya usia
                                              kehamilan, terutama usia 9 bulan
                                              Dilarang menucapkan beberapa kata-
                                              kata pantangan



Peran Perawat pada kasus tersebut:

1. Mengkaji tingkat stress klien
2. Mengkaji kebudayaan dari kedua keluarga ( Tapanuli dan Sunda ) dari pasien dan
   keluarga serta mencarinya di literatur
3. Menkaji faktor-faktor budaya yang bertentangan dengan prinsip kesehatan dan tingkat
   stress klien
4. Membina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga
5. Perawat bersama dengan keluarga klien mendiskusikan hal-hal yang diinginkan atau
   dicapai oleh klien beserta keluarga (suami, ibu klien dan mertua)
6. Menjelaskan pada keluarga mengenai budaya yang bertentangan dengan kesehatan
7. Melibatkan keluarga untuk bekerja sama (problem solving) yang berhubungan dengan
   faktor budaya
BAB II



                                 TINJAUAN TEORITIS




PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN

   a) Pengertian

         Transkultural adalah sub bidang keperawatan yang difokuskan pada studi
     komperatif     dan   analisis   dari   berbagai   kultur   dan    subkultural    dengan
     mempertimbangkan perilaku kasih sayang mereka;asuhan keperawatan,dan nilai-
     nilai sehat sakit,keyakinan dan pola-pola perilaku(Leininger 1978)

   b) Tujuan

        Mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik
     keperawatan       pada    kebudayaan       (kultur-culture)      yang     spesifik   dan
     universal(Leininger 1978)

        Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang
     spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain,sedangkan kebudayaan yang
     universal adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan
     oleh hampir semua kebudayaan seperti budaya olahraga untuk memperbaiki
     kesehatan.Sangat      penting      untuk     perawat       yang      bekerja     dengan
     individu,kelompok,keluarga atau komunitas dengan keyakinan nilai dan praktik
     budaya     yang   unik.Keperawatan      transkultural   mencakup        pengintegritasian
     pandangan,pengetahuan,dan pengalaman budaya dalam semua area proses
     keperawatan ;walau demikian model ini tidak memberikan panduan untuk
     mengkaji      klien,individu,kelompok    atau     komunitas   juga      tidak   memadu
     diagnosis,perencanaan,dan intervensi keperawatan.Model itu menjadi pedoman
     untuk membangkitkan teori-teori bagi praktik keperawatan dalam budaya khusus.

         Negosiasi budaya atau intervensi dan implementasi keperawatan untuk
     membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
     kesehatannya.Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan
     budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan,misalnya jika
klien sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan makanan yang berbau
  amis seperti ikan,maka klien tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein
  nabati yang lain.

      Restrukturisasi budaya perlu dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan
  status kesehatan klien.Perawat berupaya melakukan strukturisasi gaya hidup klien
  yang biasanya merokok menjadi tidak merokok.Seluruh perencanaan dan
  implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga
  budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola rencana
  hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
  keyakinan yang dianut.

     Pendekatan transkultural merupakan suatu perspektif yang unik karena bersifat
  kompleks dan sistematis secara ilmiah yang secara konstektal melibatkan banyak
  hal,seperti bahasa yang digunakan,tradisi,nilai historis yang teraktualisasikan,serta
  ekonomi.Konsekuensinya,perawat sebagai tenaga kesehatan perlu memahami
  perbedaan substansi di antara individu,keluarga,komunitas termasuk organisasi
  pelayanan kesehatan.Misalnya keluarga yang tinggal di daerah pantai,pegunungan
  atau pengungsian mereka memiliki konteks yang berbeda termasuk system nilai yang
  diaktualisasikan.Perawat idealnya memiliki kompetensi budaya sehingga asuhan
  keperawatan yang diberikan dapat efektif dan bersifat humanis

I. KEPERAWATAN TRANSKULTURAL DAN GLOBALISASI DALAM PELAYANAN
  KESEHATAN


        Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abab ke 21
   termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkwalitas akan semakin
   besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara
   (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adanya oergeseran terhadap tuntutan
   asuhan keperawatan.Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of
   knowledge yang kuat, yang dapat dilambangkan serta dapat diaplikasikan dalam
   praktek keperawatan.Perkembangan teori keperawatanx terbagi menjadi 4 level
   perkembangan yaitu metha theory, grand theory, middle range theory dan practice
   theory.
       Salah satu teori yang diungkapkan pada middle range theory adalah
   Transkultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep
    keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
    kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah
    penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan
    asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat akan
    mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien
    pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan
    nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa
    ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.



II. KONSEP DAN PRINSIP DALAM ASUHAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
 i. Konsep dalam asuhan keperawatan traskultural
      1) Budaya
             Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
         dipelajari,serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil
         keputusan.
             Budaya adalah suatu komplek yang mengandung pengetahuan, keyakinan,
         seni, moral, hokum, kebiasaan dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan
         manusia sebagai aggota komunitas setempat.
             Karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut:
                      Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak
                      ada dua budaya tang sama persis.
                      Budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis, karena budaya
                      tersebut   diturunkan   kepada     generasi   berikutnya   sehingga
                      mengalami perubahan.
                      Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri
                      tanpa disadari.
      2) Nilai budaya
             Adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu
         tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi
         tindakan dan keputusan.
      3) Perbedaan budaya
Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
   optimal dari pemberian asuhan keperawatan.
4) Etnosentris
         Adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
   budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh
   orang lain.
5) Etnis
         Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya
   yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.


6) Ras
         Merupakan system pengklarifikasian manusia berdasarkankarakteristik
   fisik, pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh dan bentuk
   kapala. Ada 3 (tiga) jenis ras yang umumnya dikenal, yaitu kaukasoid, negroid
   dan mongoloid.
7) Etnografi
         Adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
   penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran
   yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar
   observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang dan saling timbal
   balik diantara keduanya.
8) Care
         Adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
   dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok.
9) Caring
         Adalah     tindakan   langsung   yang   diarahkan   untuk   membimbing,
   mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok dan keadaan
   yang nyata.
10) Cultural care
         Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
   kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing,
   mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
   untuk mempertahankan kesehatan, berkembang dan bertahan hidup, hidup
   dalam keterbatasan dan mencapai kamatian dengan damai.
11) Cultural imposition
                Berkenaan dengan kecendrungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
          kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa
          ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.
  ii. Prinsip dalam asuhan keperawatan transcultural
      1. Culture care preservation/maintenance
                Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena
          budaya, guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya
          hidup yang diinginkan
      2. Culture care accumodation/negotiation
                   Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena
          budaya, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi, atau
          mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu dan klien.
     3.   Culture care reppatterning/restiueturing
             Yaitu prinsip merekontruksi atau mengubah desain untuk membantu
          memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik.
                   Hasil yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transcultural
          pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care
          health and well being, yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan
          budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitive, kreatif, serta cara-cara
          yang bermakna, guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi
          masyarakat.



III. PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN BUDAYA



A. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

          Asuhan keperawatan sebagai suatu proses atau rangkaian kegiatan kegiatan
   pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesui dengan latar belakang
   budayanya. Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
   pengkajian, diagnosa     keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan          evaluasi.
   Pengkajian     adalah   proses   mengumpulkan       data     untuk   mengidentifikasi
   masalahkesehatan klien sesuai latar belakang budaya klien.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “sunrise
model” yaitu
   1. Technological factor ( faktor teknologi )

               Perawat perlu mengkaji : persepsi klien tentang sehat sakit, kebiasaan
      berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan,
      alasan klien memilih pengobatan alternatife dan persepsi klien tentang
      penggunaan data dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
      kesehatan saat ini. Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk
      memilih dampak positif atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah
      dalam pelayanan kesehatan.


   2. Religious and philosophical factors ( faktor agama dan falsafah hidup)

               Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang
      dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit,
      cara penobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap
      kesehatan.    Agama     memberikan     motivasi    yang   sangat    kuat   untuk
      menempatkan kebenaran di atas segalanya.


   3. Kinship and social factors ( faktor sosial dan keterikatan keluarga )

               Pada tahap ini perawat harus mengkaji faktor – faktor : nama lengkap,
      nama panggilan, umur, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
      keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan
      kepala keluarga.


   4. Cultural value and life ways ( nilai – nilai budaya dan gaya hidup )

               Nilai – nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
      oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma – norma budaya
      adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut
      budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan
      yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan
      makan, makanan yang menjadi pantangan dalam kondisi sakit, persepsi sakit
      berkaitan dengan aktivitas sehari – hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Political and Legal factors ( faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku )

           Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
   sesuatu yang mempengaruhi kegiatan indivudu dalam asuhan keperawatan
   lintas budaya. Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan
   kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
   yang boleh menunggu, dan cara pembayaran untuk klien yang dirawat.


6. Economical factors ( faktor ekonomi )

           Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber – sumber
   material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor
   ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber
   biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber
   lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar
   anggota keluarga.


7. Educational factors ( faktor pendidikan )

           Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah tingkat pendidikan klien,
   jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
   tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang
   pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan
   formal tertinggi saat ini.
   Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung
   oleh bukti – bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
   beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehtannya.
   Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pengkajian
   budaya adalah :
       a. Tidak menggunakan asumsi

       b. Jangan membuat streotip karena bias terjadi konflik, misalnya orang
           batak galak, orang padang pelit
c. Menerima dan memahami metode komunikasi

                     d. Menghargai perbedaan individual

                     e. Menghargai kebutuhan personal dari setiap individu

                     f. Tidak boleh membeda – bedakan keyakinan klien

                     g. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi




IV. BEBERAPA INSTRUMEN PENGKAJIAN BUDAYA
     Keragaman Budaya Dan Perspektif Transkultural Dalam Keperawatan

 Alat Pengkajian Warisan Budaya

1. Dimana ibu Anda lahir?
2. Dimana ayah Anda lahir?
3. Dimana kakek –nenek Anda lahir?
     a. Ibu dari ibu Anda?

     b.Ayah dari ibu Anda?

     c. Ibu dari ayah Anda?

     d. Ayah dari ayah Anda?

4. Berapa saudara laki-laki . . . . . dan perempuan . . . .
5. Dimana Anda dibesarkan? Desa . . . . Kota. . . .Pinggir kota . . . .
6. Dimana orang tua Anda dibesarkan?
      Ayah . . . . Ibu . . . .

7.    Berapa usia Anda ketika datang ke Amerika Serikat?
8. Berapa usia orang tua Anda ketika datang ke Amerika Serikat?
     Ayah . . . . Ibu . . . .

9. Ketika Anda dibesarkan ,siapa yang tinggal dengan Anda?
     Keluarga inti . . . . atau . . . . Keluarga besar . . . .

10. Apakah Anda mempertahankan dengan . . . . .
          a. Bibi,paman,sepupu                                   Ya            Tidak
          b. Saudara laki-laki dan perempuan                              Ya           Tidak
c. Orang tua                                                 Ya   Tidak
       d. Anak Anda sendiri                                         Ya   Tidak
11. Apakah kebanyakan dari bibi,paman,sepupu Anda tinggal dekat rumah Anda?
       1. Ya                                     2. Tidak
12. Kira-kira seberapa sering Anda mengunjungi anggota keluarga Anda yang tinggal di luar
   rumah Anda?
       1. Setiap hari . . . .
       2. Setiap minggu . . . .
       3. Setiap bulan . . . . . .
       4. Hanya liburan khusus . . . .
       5. Tidak pernah . . . . .



13. Apakah nama asli keluarga Anda diganti?
       1. Ya                                     2. Tidak
14. Apakah kepercayaan Anda?
       1. Katolik                    4.Lain-lain
       2. Islam                      5.Tidak ada
       3. Protestan . . . . Deromilasi . . . .
15. Apakah pasangan Anda mempunyai kepercayaan yang sama dengan Anda?
       1. Ya . . . .                             2. Tidak . . . .
16. Apakah pasangan Anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan Anda?
       1. Ya . . . .                             2. Tidak . . . .
17. Anda sekolah di mana?
       1. Pemerintah . . . .
       2. Swasta . . . . .
       3. Seminar/pesantren . . . .
18. Sebagai seorang dewasa apakah Anda tinggal di daerah di mana tetangga mempunyai
   kepercayaan dan latar belakang yang sama dengan Anda?
       1. Ya . . . .                             2. Tidak . . . .
19. Apakah Anda memiliki institusi keagamaan ?
       1. Ya . . . .                 2.Tidak . . . .
20. Dapatkah Anda menggambarkan diri Anda sendiri sebagai anggota yang aktif?
       1. Ya . . . .                  2.Tidak . . . .



21. Seberapa sering Anda menghadiri institusi keagamaan Anda?
1.   Lebih dari satu minggu . . . .         4. Sekali setahun/kurang . . . .
       2.   Setiap minggu . . . .               5. Tidak pernah . . . .
       3.   Setiap bulan . . . . .
22. Apakah Anda mempraktekkan keagaman Anda di rumah?
       1. Ya . . . .(bila ya sebutkan tempatnya) 4. Membaca kitab suci . . . .
       2. Tidak . . . .                        5. Diet . . . .
       3. Berdoa . . . .                       6. Merayakan hari besarkeagamaan . . . .
23. Apakah Anda menyiapkan makanan sesuai latar belakang etnik Anda?
       1. Ya . . . .                          2.Tidak . . . .



24. Apakah Anda berpartisipasi dalam aktifitas etnik?
       1. Ya . . . . (bila ya,sebutkan tempatnya) 5. Berdansa . . . .
       2. Tidak . . . .                       6. Festival . . . . . .
       3.   Bernyanyi . . . .                  7. Adat istiadat . . .
       4.   Perayaan hari besar . . . .            8. Lain-lain . . . . . . .
25. Apakah teman Anda dari latar belakang kepercayaan yang sama dengan Anda?
       1. Ya . . . .                          2. Tidak . . . .
26. Apakah teman Anda dari latar belakang yang sama dengan Anda?
       1. Ya . . . .                          2. Tidak . . . .
27. Apakah bahasa asli Anda?
28. Apakah Anda berbicara dengan bahasa tersebut?
       1. Terutama . . . .
       2. Kadang-kadang . . . .
       3. Jarang . . . .
29. Apakah Anda membaca dalam bahasan asli Anda?
       1. Ya . . . .                          2. Tidak . . . .



   Makin besar jumlah jawaban ya,makin kuat klien memiliki keturunan tradisional (satu
   jawaban tidak,Yang menunjukkan identitas keturunan adalah “Apakah nama Anda
   diganti?”




   Tahun 1920,populasi ini percampuran luas orang dari banyak negara,berbicara bahwa
   yang berbeda dan memandang dengan pandangan yang sangat beragam tentang
   keyakinan dan praktik kesehatan sensus tahun 1980 adalah upaya pertama yang
dilakukan untuk membagi-bagi populasi berdasarkan negara asal.Kelompok terbesar
    adalah Jerman,Inggris,Irlandia dan Perancis. Ini adalah sketsa

    Demografi singkat tentang populasi :

         Usia rerata dari populasi ini pada tahun 1990 adalah 34,4 tahun.
         74,6% dari anggota populasi yang berusia lebih dari 25 tahun telah
            menyelesaikan pendidikan Sekolah tinggi.
         Pendapatkan pribadi bagi individu yang bekerja purna waktu pada tahun 1989
            rata-rata $ 31,419.
         8,8% dari individu yang berusia lebih dari 25 tahun dalam kelompok ini berada
            di bawah garis ke miskinan pada tahun 1991.



   Penyebab Dan Pencegahan Penyakit

         Bagi suku Eropa – Amerika,keyakinan tradisional tentang penyebab penyakit
    adalah banyak dan beragam. Contoh: melanggar           peraturan keagamaan,pemajanan
    terhadap    faktor   penyebab    seperti     hukuman   dari      Tuhan,kutukan,perubahan
    iklim,penyalahgunaan tubuh. Metode untuk pencegahan penyakit yang ditemukan
    diantara suku Eropa Amerika termasuk diet ,olah raga,ritual keagamaan dan
    mengenakan jimat.




   Ramuan

          Ini adalah ramuan yang dilaporkan diantara suku Eropa-Amerika Malocchio
    adalah semacam terompet dari Itali yang dikenakan untuk mencegah mata setan. The
    Hunchbacked Man Gobo yang di pasangkan pada terompet memberikan perlindungan
    ekstra,ia mengenakan sepatu tapal kuda untuk Keberuntungan pada tangan kanannya.
    Menjulurkan jari telunjuk dan jari kelingking dari tangan kanannya untuk mengusir
    setan. Sirup Black Draught digunakan sebagai laksatif dibeli dengan bebas.Sloans
    Liniment membantu dalam peredaan semantara nyeri ringan yang diakibatkan oleh
    artritis dan penyakit lainnya. Olbas dan magentropfen adalah obat yang dijual di Jerman
    untuk mengobati sakit tenggorok dan kurang nafsu makan.




Alat Pengkajian Organisasi Sosial Etnokultural
 Data demografik meliputi :
   Ukuran populasi total dalam kota/desa
   Dibagi-bagi berdasarkan wilayah konsentrasi residensi kelompok target
   Dibagi-bagi berdasarkan usia
   Pendidikan
   Pekerjaan
   Pendapatan
   Keyakinan tentang kesehatan tradisional dan penyakit yang ditemukan dalam
      kelompok    target.
   Praktek kesehatan tradisional dan terhadap penyakit dalam kelompok target.
   Penggunaan dan sumber pengobatan di rumah.
   Identitas penyembuh tradisional (dukun).



Faktor Kultural Dan Proses Keperawatan

      Ketika perawat memberikan asuhan kepada klien dari latar belakang yang berbeda-
      beda harus was Pada dan sensitif terhadap keunikan warisan budaya dan tradisi
      kesehatan mereka sendiri dan kemudian terhadap latar belakang sosio-kultural klien.
      Mereka harus mengkaji dan mendengarkan dengan cermat terhadap praktek dan
      keyakinan tentang kesehatan dan penyakit. Proses keperawatan memberdayakan
      perawat untuk memberikan asuhan yang bersifat individual dan dapat diterima untuk
      memberikan asuhan yang sensitif secara kultural.




  V. PERAWATAN PADA LANJUT USIA
      A. Perawatan Lansia.

             Masa dewasa tua (lansia ) dimulai setelh pensiun, biasanya antara 65 -75 tahun.
      Petugas kesehatan lebih banyak meluangkan waktunya dengan lansia dalam perawatan
      kesehatan karena itu merka harus fokus untuk mengidentifikasi dalam memenuhi
      kebutuhan khususnya.

      Asuhan keperawatan pada lansia adalah proses kompleks dan menantang yang harus
      memperhitungkan hal –hal berikut untuk menjamin pendekatan sesuai usia (
      Lueckenotte 1994).
1. Pengkajian.

          Keperwatan    Gerontologis   memberikan       pendekatan   kreatif     unutuk
memaksimalkan potensi klien lansia. Dengan pengkajian informasi komperehensip
tentang kekuatan , sumber, dan keterbatasan klien lansia, perawat menidentifikasi
kebutuhan masalah klien serta memilih intervensi yang dapat memprtahankan
kemampuan fisik klien dan menciptakan lingkungan untuk keshatan psikososial dan
spritual. Pengkajian secara menyeluruh mengharuskan perawat untuk terikat secara
aktif dengan klien dan menadiakan waktu bagi klien untuk memberikan informasi
penting tentang kesehatannya. Perawat mengkaji perubahan pada perkembangan
fisiologis, kognitif, dan prilaku psikososial. Perawat harus tau tentang perubahan ini
untuk memberi asuhan yang tepat bagi lansia dan membatu mereka beradaptasi
terhadap perubahan. Perawat juga harus mempertimbangkan kemungkinan perubahan
sensori     yang   dapat   mempengaruhi       problem   data.   Perawat   juga    harus
mempertimbangkan masalah visual akibat katarak, atau kerusakan akibat pendengaran
karena tuli saraf saat memilih tehnik komunikasi, jika klien tidak memahami isyarat
visual atau pendengaran, pengkajian mungkin        tidak akurat. Misalny a jika klien
mengalami kesulitan medengar pertanyaan perawat, respon yang tidak tepat dapat
menyebabkan perawat bahwa mereka memang bingung. Beberapa klien lansia mungkin
mengalami perubahan ini dan lansia lainnya hanya mengalami beberapa perubahan,
Perubahaan kontinu dengan usia, tetapi efek pada klien tergantung pada kesehatan,
gaya hidup stresor, dan kondisi lingkungan.




2. Diagnosa Keperawatan.

          Data secara sistemik dikumpulkan selama pengkajian. Pengkajian adalah hal
yang esensial dalam keperawatan gerontologis, karena status klien sering beubah
Beberapa diagnosa keperawatan mempunyai beberapa faktor yang berhubungan
Indentifikasi faktor yang berhubungan atau penyebab yang mungkin untuk setiap
diagnosa memberikan arahan dalam mengembangkan intervensi keperawatan,.
Misalnya intervensi pada konstipasi berbeda jika kemungkinan penyebabnya adalah
lebih pada pengobatan dari pada imobilisasi. Analisa data memerlukan pertimbangan
terhadap kekuatan dan keterbatasan individu dan juga presepsi klien lansia tentang
status kesehatannya. Validasi data dari keluarga, kolega,perwat, profesi kesehatan lain
dan catatan rekam medis mungkin diperlukan. Pengkajian data yang terdiri dari
karakteristik subjek dan objektif      penting untuk validasi diagnosa keperawatan.
Pengkajian yang akurat esensial karena perawatan dibuat atas dasar tersebut.




3. Perencanaan.

       Rencana Keperawatan pada lansia pada kegiatan mencegah, meningkatkan,
mengurangi atau menghilangkan masalah . Prioritas ditetapkan, tujuan klien dan hasil
yang diharapkan dan intervensi yang cocok dipilh. Hal tersebut dilakukan dengan
partisipasi klien sehingga intervensi dapat dimengerti dan masalah dalam melakukan
intervensi dapat dihindari. Pertimbangan perwat tentang pengalaman hidup serta nilai
dan pola sosial kultural dikembangkan, harus bertindak sebagai dasar rencana
perawtan individu.

       Tujuan penetapan perawatan pada lansia harus mencerminkan pertimbangan
faktor yang mempengaruhi pertambahan usia normal, memelihara kemandirian sebisa
munkin , dan memudahkan tingkat kenyamanan dan koping optimal. Meskipun kadang
–kadang membutuhkan waktu yang lebih banyak dan sulit , melibatkan klien lansia
dalam proses perencanaan keperawatan memberi kebebasan maksimal pada aktivitas
merawat diri endiri dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikososial. Dalam kasus
dimana keadaan kognitif klien menghambat keikutsertaanya dalam menetapkan tujuan
hasil serta intrervensi perencanaan, keluarga harus ada didalamnya. Keluarga dan
teman adalah sumber data ketika mengembangkan rencana perawatan individu karena
merka mengetahui klien sebelum terjadi kelemahan. Mereka dapat memberikan tentang
prilaku klien dan mengusulkan metode penatalaksaanya.




4. Implementasi.

       Implementasi keperawatan pada lansia dapat mencangkup peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan, dukungan psikososial , keadaan rumah, ;pengobatan mandiri,
penyesuaian,      dan   penghematan.   Hal   tersebut   penting   untuk   dimaksukkan
didalamkegiatan rutinitas atau ritual klien jika mungkin. Intervensi secara umum
diitunjukkan pada memfasilitasi kemandirian dan mendukung kemampuan perawatan
diri. Aktivitas perawatan membutuhkan lebih banyak waktu karena respons yang lebih
lambat, banyak masalah, dan hubungan yang dekat antara aspek fisik dan psikososial
penuaan.
5. Evaluasi

          Evaluasi mengukur tngkat dimana rencana intervensi efektif dalam memenuhi
   hasil yang diharapkan. Perawat menentukan apakah tujuian telah terpenuhi dan
   perubahan apa yang telah terjadi pada status klien sebagai hasil intervensi. Tujuan
   dapat direvisi atau dihilangkan atau membuat tujuan baru. Implementasi mungkin
   terpengaruh sesuai perubahan tujuan. Klien dan keluarga               termasuk dalam
   pengembangan rencana keperawatan, masukan dari mereka dalam mengevaluasi hhasil
   perawatan harus didapat. Frekuensi evaluasi pada lansia sangat individual. Perubahan
   seringkali lambat dann tidak terlihat, sehingga evaluasi mungkin jarang atau sering
   dilakukan. Tipe masalah , pembentukan tujuan dan penggunaan intervensi menentukan
   frekuensi evaluasi. Misalnya, jika tujuannya adalah klien bebas dari komplikasi kulit
   karena imbobilitas, evaluasi harus sering dilakukan dan teratur .Jjika intervensinya
   penurunan berat badan, evaluasi klien harus dilakukan setiap minggu. Perawat
   memainkan peran besar dalam mendorong lansia untuk berpartisipasi dalam
   mengevaluasi rencana intrevensi dan kemajuan.




VI. PERAWATAN MENJELANG DAN SAAT KEMATIAN
          Perawat sebagai pelayan kesehatan memiliki peran yang sangat penting bagi
   keluaraga dan pasien yang akan menjelang ajal.Seorang perawat harus dapat berbagi
   penderitaan dan mengintervensi pada saat klien menjelang ajal untuk meningkatkan
   kualitas hidup.

   Menjelang ajal atau kondisi terminal adalah suatu proses yang progresi menuju
   kematian berjalan melalui tahapan proses penurunan fisik,psikososial,dan spiritual bagi
   individu.

   Secara umum pengaplikasian caring pada klien menjelang ajal berupa:




A. Peningkatan kenyamanan
          Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan perbedaan
   distres (oncology society and the American Nurses Association,1974)

   Hal hal yang harus diperhatikan dalam peningkatan kenyamanan
1. Kontrol nyeri

          Seluruh pelayan kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengatasi
   rasa nyeri,karena nyeri dapat mempengaruhi klien dalam memenuhi kebutuhan
   istirahat tidur,nafsu makan,mobilitas dan fungsi psikologis.

   2. Ketakutan

          Tenaga kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengurangi rasa
   ketakutan terhadap gejala yang ditimbulkan seperti nyeri umum yang selalu datang
   setiap saat yang dapat membuat sagala aktifitas terganggu.

   3. Pemberian terapi dan pengendalian gejala penyakit.

          Pemberian terapi merupakan bagian yang dapat mengurangi rasa tidak nyaman
   seperti rasa nyeri dapat teratasi setelah pemberian terapi,pemberian chemotherapi,dan
   radiasi dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit.

   4. Higiene personal

          Pemenuhan kebersihan diri merupakan salah satu yang harus dipenuhi agar
   klien merasa segar dan nyaman.




B. Pemeliharaan Kemandirian
          Adalah pilihan yang diberikan kepada klien menjelang ajal untuk memilih
   tempat perawatan dan memberikan kebebasan sesuai kemampuan klien,karena
   sebagian besar klien menjelang ajal menginginkan sebanyak mungkin mapan diri.

          Dalam pemeliharaan kemandirian dapat dilakukan bisa perawatan akut dirumah
   sakit,ada juga perawatan dirumah atau perawatan hospice.

 1. pemeliharaan kemandirian di rumah sakit

          Klien yang memilih tempat perawatan menjelang ajal dirumah sakit diberikan
   kebebasan sesuai kemampuan.

   Sikap perawat dalam pemeliharaan kemandirian di rumah sakit :

      o   Perawat harus mengimformasikan klien tentang pilihan
      o   Perawat dapat memberikan dorongan dengan berpartisipasi dalam pembuatan
          keputusan untuk memberikan rasa kontrol klien
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit

More Related Content

What's hot

2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolitmasantian
 
Prinsip prinsip etika keperawatan
Prinsip prinsip etika keperawatanPrinsip prinsip etika keperawatan
Prinsip prinsip etika keperawatanHiiendry Pangestu
 
Contoh kasus dilema etik dan pembahasan pendekatan nilai dan prinsip
Contoh kasus dilema etik dan pembahasan pendekatan nilai dan prinsipContoh kasus dilema etik dan pembahasan pendekatan nilai dan prinsip
Contoh kasus dilema etik dan pembahasan pendekatan nilai dan prinsipFitria Anwarawati
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasinanang aw aw
 
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan KeperawatanPerencanaan Keperawatan
Perencanaan KeperawatanUwes Chaeruman
 
Model konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatanModel konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatanadeputra93
 
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAmalia Senja
 
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaMakalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaSeptian Muna Barakati
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaNs.Heri Saputro
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatanpjj_kemenkes
 
Pengkajian bio, psiko, sosio,spiritual
Pengkajian bio, psiko, sosio,spiritualPengkajian bio, psiko, sosio,spiritual
Pengkajian bio, psiko, sosio,spiritualocto zulkarnain
 
Holistic Care
Holistic CareHolistic Care
Holistic CareCahya
 
Kb 1 konsep perawatan paliatif
Kb 1 konsep perawatan paliatifKb 1 konsep perawatan paliatif
Kb 1 konsep perawatan paliatifUwes Chaeruman
 
Keperawatan transkultural 2
Keperawatan transkultural 2Keperawatan transkultural 2
Keperawatan transkultural 2rakye-psik
 
Konsep dasar keperawatan komunitas
Konsep dasar keperawatan komunitasKonsep dasar keperawatan komunitas
Konsep dasar keperawatan komunitasAmalia Senja
 
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatanTeori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatanMuhammad Awaludin
 
Konsep pasien terminal & menjelang ajal
Konsep pasien terminal & menjelang ajalKonsep pasien terminal & menjelang ajal
Konsep pasien terminal & menjelang ajalMitha Khair
 

What's hot (20)

2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyamanKebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
 
Prinsip prinsip etika keperawatan
Prinsip prinsip etika keperawatanPrinsip prinsip etika keperawatan
Prinsip prinsip etika keperawatan
 
Contoh kasus dilema etik dan pembahasan pendekatan nilai dan prinsip
Contoh kasus dilema etik dan pembahasan pendekatan nilai dan prinsipContoh kasus dilema etik dan pembahasan pendekatan nilai dan prinsip
Contoh kasus dilema etik dan pembahasan pendekatan nilai dan prinsip
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan KeperawatanPerencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
 
Model konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatanModel konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatan
 
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
 
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaMakalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
 
Pendelegasian Dalam Keperawatan
Pendelegasian Dalam KeperawatanPendelegasian Dalam Keperawatan
Pendelegasian Dalam Keperawatan
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan Keluarga
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Pengkajian bio, psiko, sosio,spiritual
Pengkajian bio, psiko, sosio,spiritualPengkajian bio, psiko, sosio,spiritual
Pengkajian bio, psiko, sosio,spiritual
 
Holistic Care
Holistic CareHolistic Care
Holistic Care
 
Kb 1 konsep perawatan paliatif
Kb 1 konsep perawatan paliatifKb 1 konsep perawatan paliatif
Kb 1 konsep perawatan paliatif
 
5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga
 
Keperawatan transkultural 2
Keperawatan transkultural 2Keperawatan transkultural 2
Keperawatan transkultural 2
 
Konsep dasar keperawatan komunitas
Konsep dasar keperawatan komunitasKonsep dasar keperawatan komunitas
Konsep dasar keperawatan komunitas
 
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatanTeori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
 
Konsep pasien terminal & menjelang ajal
Konsep pasien terminal & menjelang ajalKonsep pasien terminal & menjelang ajal
Konsep pasien terminal & menjelang ajal
 

Similar to Makalah transkultural komplit

Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaMakalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaWarnet Raha
 
makalah perspektif transkultural dalam keperawatan
makalah perspektif transkultural dalam keperawatan makalah perspektif transkultural dalam keperawatan
makalah perspektif transkultural dalam keperawatan Satya Wijaya
 
PROSES KEPERAWATAN TRANSKULTURAL.pptx
PROSES KEPERAWATAN TRANSKULTURAL.pptxPROSES KEPERAWATAN TRANSKULTURAL.pptx
PROSES KEPERAWATAN TRANSKULTURAL.pptxristarista10
 
PPT ANTROPOLOGI KESEHATAN PERTEMUAN 14&15.pptx
PPT ANTROPOLOGI KESEHATAN PERTEMUAN 14&15.pptxPPT ANTROPOLOGI KESEHATAN PERTEMUAN 14&15.pptx
PPT ANTROPOLOGI KESEHATAN PERTEMUAN 14&15.pptxTrieAnanda2
 
TEORI CULTURE CARE LEININGER.pptx
TEORI CULTURE CARE LEININGER.pptxTEORI CULTURE CARE LEININGER.pptx
TEORI CULTURE CARE LEININGER.pptxFifiRahmadita
 
Teori madeleine leininger a.n ridwan abadi
Teori madeleine leininger a.n ridwan abadiTeori madeleine leininger a.n ridwan abadi
Teori madeleine leininger a.n ridwan abadiRIDWANABADI3
 
Askep transkultural
Askep transkulturalAskep transkultural
Askep transkulturalmei rianita
 
Pertemuan 8 transkultural nursing
Pertemuan 8 transkultural nursingPertemuan 8 transkultural nursing
Pertemuan 8 transkultural nursingnersariana
 
Perspektif dan prinsip keperawatan
Perspektif dan prinsip keperawatanPerspektif dan prinsip keperawatan
Perspektif dan prinsip keperawatanEman Syukur
 
Ilmu-Dasar-Keperawatan-2-Pertemuan-1.ppt
Ilmu-Dasar-Keperawatan-2-Pertemuan-1.pptIlmu-Dasar-Keperawatan-2-Pertemuan-1.ppt
Ilmu-Dasar-Keperawatan-2-Pertemuan-1.pptOrielArdian
 
Culture care leninger.pptx
Culture care leninger.pptxCulture care leninger.pptx
Culture care leninger.pptxAhmadRosuli
 
Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger
Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger
Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger aris munandar
 
Transkultural Leinenger's.pptx
Transkultural Leinenger's.pptxTranskultural Leinenger's.pptx
Transkultural Leinenger's.pptxTrisaNetNganjuk
 
6 Hubungan antara Masyarakat, Rumah Sakit dan Kebudayaan Masyarakat.pptx
6 Hubungan antara Masyarakat, Rumah Sakit dan Kebudayaan Masyarakat.pptx6 Hubungan antara Masyarakat, Rumah Sakit dan Kebudayaan Masyarakat.pptx
6 Hubungan antara Masyarakat, Rumah Sakit dan Kebudayaan Masyarakat.pptxArifRahman62857
 
Kel.4 Psiko Sosial Budaya-1.pptx
Kel.4 Psiko Sosial Budaya-1.pptxKel.4 Psiko Sosial Budaya-1.pptx
Kel.4 Psiko Sosial Budaya-1.pptxNurulIklima1
 
Antropologi kesehatan kelompok 4
Antropologi kesehatan kelompok 4Antropologi kesehatan kelompok 4
Antropologi kesehatan kelompok 4dyah retno
 
1. Budaya dan Praktek Keperawatan Keluarga.ppt
1. Budaya dan Praktek Keperawatan Keluarga.ppt1. Budaya dan Praktek Keperawatan Keluarga.ppt
1. Budaya dan Praktek Keperawatan Keluarga.pptAidilShafwanSahlan
 
Falsafah dan paradigma keperawatan
Falsafah dan paradigma keperawatanFalsafah dan paradigma keperawatan
Falsafah dan paradigma keperawatanAmalia Senja
 

Similar to Makalah transkultural komplit (20)

Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaMakalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
 
makalah perspektif transkultural dalam keperawatan
makalah perspektif transkultural dalam keperawatan makalah perspektif transkultural dalam keperawatan
makalah perspektif transkultural dalam keperawatan
 
PROSES KEPERAWATAN TRANSKULTURAL.pptx
PROSES KEPERAWATAN TRANSKULTURAL.pptxPROSES KEPERAWATAN TRANSKULTURAL.pptx
PROSES KEPERAWATAN TRANSKULTURAL.pptx
 
PPT ANTROPOLOGI KESEHATAN PERTEMUAN 14&15.pptx
PPT ANTROPOLOGI KESEHATAN PERTEMUAN 14&15.pptxPPT ANTROPOLOGI KESEHATAN PERTEMUAN 14&15.pptx
PPT ANTROPOLOGI KESEHATAN PERTEMUAN 14&15.pptx
 
TEORI CULTURE CARE LEININGER.pptx
TEORI CULTURE CARE LEININGER.pptxTEORI CULTURE CARE LEININGER.pptx
TEORI CULTURE CARE LEININGER.pptx
 
Teori madeleine leininger a.n ridwan abadi
Teori madeleine leininger a.n ridwan abadiTeori madeleine leininger a.n ridwan abadi
Teori madeleine leininger a.n ridwan abadi
 
Askep transkultural
Askep transkulturalAskep transkultural
Askep transkultural
 
Pertemuan 8 transkultural nursing
Pertemuan 8 transkultural nursingPertemuan 8 transkultural nursing
Pertemuan 8 transkultural nursing
 
Perspektif dan prinsip keperawatan
Perspektif dan prinsip keperawatanPerspektif dan prinsip keperawatan
Perspektif dan prinsip keperawatan
 
Ilmu-Dasar-Keperawatan-2-Pertemuan-1.ppt
Ilmu-Dasar-Keperawatan-2-Pertemuan-1.pptIlmu-Dasar-Keperawatan-2-Pertemuan-1.ppt
Ilmu-Dasar-Keperawatan-2-Pertemuan-1.ppt
 
Culture care leninger.pptx
Culture care leninger.pptxCulture care leninger.pptx
Culture care leninger.pptx
 
Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger
Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger
Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger
 
Transkultural Leinenger's.pptx
Transkultural Leinenger's.pptxTranskultural Leinenger's.pptx
Transkultural Leinenger's.pptx
 
6 Hubungan antara Masyarakat, Rumah Sakit dan Kebudayaan Masyarakat.pptx
6 Hubungan antara Masyarakat, Rumah Sakit dan Kebudayaan Masyarakat.pptx6 Hubungan antara Masyarakat, Rumah Sakit dan Kebudayaan Masyarakat.pptx
6 Hubungan antara Masyarakat, Rumah Sakit dan Kebudayaan Masyarakat.pptx
 
Kel.4 Psiko Sosial Budaya-1.pptx
Kel.4 Psiko Sosial Budaya-1.pptxKel.4 Psiko Sosial Budaya-1.pptx
Kel.4 Psiko Sosial Budaya-1.pptx
 
Antropologi kesehatan kelompok 4
Antropologi kesehatan kelompok 4Antropologi kesehatan kelompok 4
Antropologi kesehatan kelompok 4
 
1. Budaya dan Praktek Keperawatan Keluarga.ppt
1. Budaya dan Praktek Keperawatan Keluarga.ppt1. Budaya dan Praktek Keperawatan Keluarga.ppt
1. Budaya dan Praktek Keperawatan Keluarga.ppt
 
Falsafah dan paradigma keperawatan
Falsafah dan paradigma keperawatanFalsafah dan paradigma keperawatan
Falsafah dan paradigma keperawatan
 
Makalah prinsip etika keperawatan
Makalah prinsip etika keperawatanMakalah prinsip etika keperawatan
Makalah prinsip etika keperawatan
 
Makalah prinsip etika keperawatan
Makalah prinsip etika keperawatanMakalah prinsip etika keperawatan
Makalah prinsip etika keperawatan
 

Makalah transkultural komplit

  • 1. BAB II KONSEP TEORI KERAGAMAN BUDAYA DAN PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN I. Perspektif Transkultural dalam Keperawatan A. Keperawatan Transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan Peran perawat transkultural menjembatani antara sistem perawat yang dilakukan oleh masyarakat awam dengan perawatan profesional melalui asuhan keperawatan. Keperawatan lintas budaya merupakan bidang studi dan praktik formal yang berfokus pada analisis komparatif budaya dan sub budaya di dunia dalam kaitanya dengan keperawatan kultural, kepercayaan tentang kesehatan dan penyakit, nilai-nilai dan praktik yang bertujuan untuk menggunakan pengetahuan ini dalam memberikan perawatan sesuai budaya tertentu atau sesuai budaya universal kepada semua orang (Leininger,1978). Keperawatan lintas budaya memberikan kerangka budaya kerja untuk memenuhi kebutuhan keperawatan kesehatan dari kelompok dengan latar budaya beraneka ragam. Dalam melakukan pencapaian keperawatan ada 6 fenomena kultural yang dipertimbangkan, yaitu : 1. Komunikasi : verbal, non verbal bahasa utama 2. Ruang pribadi : tindakan lebih menonjol dari kata-kata 3. Organisasi sosial : Prilaku didapat, ciri khas budaya, nilai-nilai berorientasi internal, kepercayaan keagamaan, pembuatan keputusan dalam keluarga. 4. Waktu : cara mengkaji waktu, konsep waktu 5. Lingkungan : mengevaluasi sistem kesehatan, lokus kontrol 6. Variasi biologis : struktur tubuh, genetik, atribut fisik, karakteristik psikologis Mendorong potensi perawat untuk memberikan secara cermat arti diversivitas bukan realitas masa depan tetapi tantangan masa kini dan kesempatan untuk berkembang (Hagivary,1192). Ada 3 pendekatan profesi keperawatan untuk menyiapkan praktisi untuk masa depan (Andrews,1992) 1. Lingkungan Praktis klinis Diperlukan program pendidikan yang berkelanjutan guna menyadarkan perawat akan nilai, kepercayaan dan praktek yang berlandaskan kepada budaya mereka sendiri, meningkatkan dasar pengetahuan tentang kesehatan berkaitan dengan budaya tertentu serta praktek orang lain yang akan di jumpai. 2. Lingkungan Akademis Program sarjana muda dan sarjana mengalami kemajuan menandakan konsep budaya dalam kurikulum keperawatan, pengajaran harus difokuskan pada pengkajian kulturologi, variasi biokultural dalam kesehatan dan penyakit, perbedaan kultural dalam komunikasi, kepercayaan beragama, nutrisi, aspek perawatan dan sebagainya, memadukan konsep budaya dalam kurikulum
  • 2. mencakup permainan simulasi, latihan klarifikasi nilai, kelompok pertemuan untuk membangkitkan kesadaran dan pengalaman. 3. Bidang Penelitian Dibutuhkan studi lintas budaya di bidang penelitian dasar dan penelitian terapan, lembaga penyandang dana dan yayasan harus di dorong untuk mendukung studi lingkungan budaya yang menekankan metode penelitian kualitatif penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif menghasilkan data yang bermanfaat untuk mencapai hasil optimal. B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural Konsep dalam Transcultural Nursing 1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. 2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan. 3. Perbedaan budaya, dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985). 4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. 5. Etnis, berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim 6. .Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia 7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya. 8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. 9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia. 10. Cultural Care. berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
  • 3. atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai. 11. Culturtal imposition, berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain. Paradigma Transcultural Nursing Konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu: (Andrew and Boyle, 1995). 1. Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995). 2. Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995). 3. Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan. 4. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991). Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural 1. Culture care preservation / maintenance : Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.
  • 4. 2. Culture care accomodation / negotiation : Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu dan klien. 3. Culture care reparterning / restructuring : Yaitu prinsip merekontruksi atau mengubah desain untuk memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik. Hasil yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health and well being yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif, serta cara- cara yang bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat. C. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya Perawat harus memulai pengkajian dengan melihat latar budaya cultural yang di miliki klien dan latar belakang social juga ketrampilan bahasa yang dimilikinya. Ini diperlukan dalam mengumpulkan data mengenai penyebab penyakit dan masalah klien. Proses pendekatan ini diperlukan untuk mengetahui atau mengidentifikasi apakah klien mempunyai latar belakang budaya tradisional yang lebih dominan di bandingkan dengan budayanya yang modern. Sebelum memulai pengkajian perawat harusnya : 1. Membina hubungan saling percaya terlebih dahulu dengan klien 2. Mengidentifikasi bahasa yang digunakan 3. Mempelajari pola komunikasi kien dengan mengobservasi kemampuan verbal dan nonverbalnya, contoh prilaku nonverbal dengan sentuhan, kontak mata 4. Mempelajari prilaku bermakna yang dimiliki klien – perawat dalam berinteraksi D. Beberapa Instrumen Pengkajian Budaya Pengkajian budaya merupakan pengkajian yang sistematik dan komprehensif dari nilai – nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik individual, keluarga dan komunitas. Tujuan pengkajian budaya adalah untuk mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga perawat dapat menerapkan kesamaan pelayanan budaya. Salah satu masalah dalam pengkajian budaya adalah kurangnya kemampuan untuk mengkaji pihak dalam atau perspektif etnik klien dan interpretasi informasi selama penilaian. Hal ini dapat tertolong dengan mengunakan pertanyaan terbuka, terfokus, dan kontras. Tujuannya adalah mendorong klien agar dapat menggambarkan nilai – nilai, kepercayaan, dan praktik yang berarti untuk pelayanan mereka yang tidak disadari oleh penyelenggara pelayanan kesehatan. Pertanyaan berorientasi budaya pada dasarnya bersifat luas dan membutuhkan lebih banyak penjelasan. Sebaliknya pengkajian budaya bersifat mencampuri dan menghabiskan waktu serta membutuhkan hubungan saling percaya antara sesama partisipan. Komunikasi yang kurang biasanya terjadi pada hubungan interkultural. Hal ini disebabkan
  • 5. perbedaan bahasa dan komunikasi di antara partisipan. Keterampilan manajemen impresi penting bagi perawat. Hal ini didasarkan pada kemampuan perawat dalam memahami sikap klien sesuai dengan konteks berpikirnya sehingga perawat dapat bereaksi dalam konteks budaya yang sama. Manajemen impresi membutuhkan keahlian berbahasa, interpretasi yang sama secara budaya terhadap sikap klien, mendengarkan, dan keterampilan melakukan pengamatan. Pada saat pengkajian, nilai dan dengarkan bahasa yang klien gunakan saat berbicara dan menulis serta putuskan jika klien memerlukan seorang ahli bahasa. Perawat mempelajari berbagai keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan pengkajian budaya yang akurat dan komprehensif sepanjang waktu. Gbr. Transkultural Assessment Model ( Giger & Davidhizar’s ) ____Ruang____ _________ ___Komunikasi__ Observasi tingkat  Bahasa lisan ___Pengkajian Keperawatan___ kenyamanan (dlm  Kualitas berkomunikasi) Mendapatkan Kesimpulan Data suara Kedekatan dgn yg lain  Pengucapan  Penggunaan Gerakan tubuh keheningan Persepsi ruang  nonverbal __Keunikan Budaya Individu__ _______Orientasi Sosial_____  mengIndentifikasi Ras & Budaya  Kultur Klien  Ras  tempat lahir  Etnik  waktu di Negara  Fungsi peran keluarga  Pekerjaan Variasi biologis Warna kulit  Waktu luang  Gereja  Struktur tubuh  Warna rambut  teman  Dimensi fisik lain  Keadaan genetic & enzim pd populasi Waktu penyakit khusus  Kerentanan terhadap sakit & penyakit  Pengunaannya  Kekurangan nutrisi  Penghitungan  Karakteristik psikologi,koping dan social  Definisi support  Waktu bersosial  Waktu bekerja Kontrol Lingkungan  orientasi waktu (kemarin, sekarang, akan datang)  Praktik kesehatan Cutural yang berhasil, netral, disfungsional, tdk jelas  Nilai  Definisi dari sehat & Sakit
  • 6. Contoh Instrumen Pengkajian Warisan Budaya 1. Dimana ibu Anda lahir ? ______ 2. Dimana ayah Anda lahir ? ______ 3. Dimana kakek – nenek Anda lahir ? ______ a. Ibu dari Ibu Anda ? ______ b. Ayah dari Ibu Anda ? ______ c. Ibu dari Ayah Anda ? ______ d. Ayah dari Ayah Anda ? ______ 4. Berapa saudara laki – laki ______ dan perempuan ______ 5. Dimana Anda dibesarkan ? Desa _____ Kota ______ Pinggir Kota ______ 6. Dimana orang tua Anda dibesarkan ? Ayah ______ Ibu ______ 7. Berapa usia Anda ketika datang ke Indonesia ? ______ 8. Berapa usia orang tua Anda ketika datang ke Indonesia ? ______ 9. Ketika Anda dibesarkan, siapa yang tinggal dengan Anda ? ______ Keluarga Inti ______ atau Keluarga Besar ______ 10. Apakah Anda mempertahankan kontak dengan : a. Bibi, Paman, Sepupu ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ b. Saudara Laki – Laki dan Perempuan ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ c. Orang Tua ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ d. Anak Anda Sendiri ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ 11. Apakah kebanyakan dari bibi, paman, sepupu Anda tinggal dekat rumah Anda? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ 12. Kira – kira seberapa sering Anda mengunjungi anggota keluarga Anda yang tinggal di luar rumah Anda ? ( 1 ) Setiap Hari _____( 2 ) Setiap Minggu ______ ( 3 ) Setiap Bulan ______ ( 4 ) Hanya Liburan Khusus ______ ( 5 ) Tidak Pernah ______ 13. Apakah nama asli keluarga Anda di ganti ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ 14. Apakah kepercayaan Anda ? ( 1 ) Katolik ______ ( 2 ) Islam ______ ( 3 ) Protestan ______ Denominasi ______ ( 4 ) Lain – Lain ______ ( 5 ) Tidak Ada ______ 15. Apakah pasangan Anda mempunyai kepercayaan yang sama dengan Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ 16. Apakah pasangan Anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ 17. Anda sekolah dimana ? ( 1 ) Pemerintah ______ ( 2 ) Swasta _____( 3 ) Seminari / Pesantren ______ 18. Sebagai seorang dewasa, apakah Anda tinggal di daerah dimana tetangga mempunyai kepercayaan dan latar belakang yang sama dengan Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ 19. Apakah Anda memiliki institusi keagamaan ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ 20. Dapatkah Anda mengambarkan diri Anda sendiri sebagai anggota yang aktif? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ 21. Seberapa sering Anda menghadiri institusi keagamaan Anda ? ( 1 ) Lebih dari satu minggu ______ ( 2 ) Setiap minggu ______
  • 7. ( 3 ) Setiap bulan ______ ( 4 ) Sekali setahun atau kurang ______ ( 5 ) Tidak pernah ______ 22. Apakah Anda mempraktikkan keagamaan Anda di rumah? ( 1 ) Ya ______ (2) Tidak ______ ( bila ya, sebutkan tempatnya ) ______ ( 3 ) Berdoa ______ ( 4 ) Membaca Kitab Suci ______ (5 ) Diet ______ ( 6 ) Merayakan hari besar keagamaan ______ 23. Apakah Anda menyiapkan makanan sesuai latar belakang etnik Anda? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ 24. Apakah Anda berpartisipasi dalam aktivitas etnik ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ ( bila ya, sebutkan tempatnya ) ______ ( 3 ) Bernyanyi _____ ( 4 ) Perayaan Hari Besar _____ ( 5 ) Berdansa ______( 6 ) Festival ______ ( 7 ) Adat Istiadat ______ ( 8 ) Lain – Lain ______ 25. Apakah teman Anda dari latar belakang kepercayaan yang sama dengan Anda? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ 26. Apakah teman Anda dari latar belakang etnik yang sama dengan Anda? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ 27. Apakah bahasa asli Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ 28. Apakah Anda berbicara dengan bahasa tersebut ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ 29. Apakah Anda membaca dalam bahasa asli Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ Makin besar jumlah jawaban Ya, makin kuat klien memiliki keturunan tradisional. Contoh Lain Instrumen Pengkajian Keperawatan Terbuka 1. Menurut Anda apa yang menyebabkan penyakit Anda ? 2. Seperti apa kami dapat memecahkan masalah Anda ? Terfokus 1. Apakah Anda pernah mengalami masalah ini sebelumnya ? 2. Apakah ada seseorang yang Anda ingin agar kami bicara dengannya mengenai perawatan Anda? Kontras 1. Bagaimana perbedaan masalah ini dengan masalah sebelumnya ? 2. Apa perbedaan antara apa yang perawat kerjakan dengan apa yang Anda pikirkan bagaimana perawat lakukan untuk Anda ? Riwayat Etnik 1. Berapa lama Anda / orang tua Anda tinggal di negara ini ? 2. Apa latar belakang etnik atau asal leluhur Anda ? 3. Seberapa kuat budaya mempengaruhi Anda ? 4. Ceritakan alasan Anda meninggalkan tanah air Anda ? Organisasi Sosial 1. Siapa yang tinggal dengan Anda ? 2. Siapa yang Anda anggap sebagai anggota keluarga Anda ? 3. Dimana anggota keluarga Anda yang lain tinggal ? 4. Siapa yang membuat keputusan untuk Anda atau keluarga Anda ? 5. Siapa yang Anda cari saat memerlukan bantuan untuk keluarga Anda ? 6. Apa harapan Anda terhadap anggota keluarga yang pria, wanita, tua, atau muda ?
  • 8. Status Sosioekonomi 1. Apa yang Anda lakukan untuk kehidupan ? 2. Bagaimana perbedaan kehidupan Anda di sini dibandingkan tempat asal? Ekologi Biokultural dan Risiko Kesehatan 1. Apa penyebab masalah Anda ? 2. Bagaimana masalah mempengaruhi Anda atau bagaimana masalah itu mempengaruhi kehidupan Anda dan keluarga Anda ? 3. Bagaimana Anda mengatasi masalah tersebut di rumah ? 4. Apa masalah lain yang Anda hadapi ? Bahasa dan Komunikasi 1. Apa bahasa yang Anda gunakan di rumah ? 2. Apa bahasa yang Anda gunakan untuk membaca dan menulis ? 3. Bagaimana perawat harus berbicara atau memanggil Anda ? 4. Apa jenis komunikasi yang menggangu Anda ? Kepercayaan dan Praktik Pelayanan 1. Apa yang Anda lakukan untuk menjaga kesehatan Anda ? 2. Apa yang Anda lakukan untk menunjukkan kepedulian Anda ? 3. Bagaimana Anda merawat anggota keluarga yang sakit? 4. Pemberi layanan mana yang Anda cari saat Anda sedang sakit ? 5. Bagaimana perbedaan yang perawat lakukan dengan yang dilakukan keluarga Anda saat Anda sedang sakit ? II. Komunikasi Transkultural A. Nilai dan Norma Budaya dalam Berkomunikasi Ketika dua atau lebih orang berbeda budaya berkomunikasi, seringkali ditemukan kesalahan interpretasi pesan yang disampaikan. Dalam hal mengurangi dan menghindari hal tersebut pantaslah kita mempelajari nilai dan norma budaya dalam berkomunikasi. Sebelum itu kita harus memahami dulu apa itu budaya : Menurut clifford Geertz merujuk kepada Klukhohn (seorang antropologi) berasumsi bahwa kebudayaan itu sebagai cermin bagi manusia (mirror of man) sehingga dia mengajukan interpretasi terhadap makna budaya, bahwa kebudayaan itu merupakan : 1. Keseluruhan pandangan hidup dari manusia 2. Sebuah warisan sosial yang dimiliki oleh individu dari kelompoknya 3. Cara berfikir, perasaan dan mempercayai 4. Abstraksi dan perilaku 5. Bagian penting dari te tentang teori para antropolog tentang cara-cara di mana sebuah kelompok orang menyatakan kelakuannya 6. Sebuah gudang pusat pembelajaran 7. Sebuah unit standarisasi orientasi untuk mengatasi pelbagai masalah yang berulang-ulang 8. Perilaku yang dipelajari 9. Sebuah mekanisme bagi pengaturan regulatif atas perilaku 10. Kesimpulan teknik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan lain dan orang lain 11. Lapisan atau endapan dari sejarah manusia 12. Peta perilaku, matriks perilaku dan saringan perilaku
  • 9. Budaya adalah “Metakomunikasi sistem” dimana tidak hanya kata yang diucapkan yang memberi makna, tetapi segala sesuatu yang lain juga (Matsumoto & Matsumoto,1989) Budaya adalah pikiran, komunikasi, tindakan, keyakinan, nilai, dan lembaga-lembaga ras dan etnik, agama atau kelompok sosial (OMH,2001) Budaya adalah : Segala sesuatu yang dihasilkan dari kehidupan individu dan kelompoknya. Wujud kebudayaan 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dsb. Merupakan wujud ideal dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat di raba atau di lihat. Letaknya ada didalam fikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup. Dikenal dengan adat istiadat atau sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan. 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, disebut juga sistem social. Sistem social ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, bergaul yang berdasarkan adat social tata kelakuan. Sistem social ini bersifat konkrit, serta terjadi dikeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, di lihat dan didokumentasikan. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, disebut kebudayaan fisik, dan tak banyak memerlukan penjelasan. Merupakan seluruh total dari hasil fisik dan aktifitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret, atau berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat di raba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti candi, computer, pabrik baja, kapal, batik sampai kancing baju. Nilai : Nilai merupakan unsur penting dalam kebudayaan, nilai membimbing manusia untuk menentukan sesuatu itu boleh dilakukan atau tidak, nilai bersifat abstrak dan nilai membentuk sikap kita tentang sesuatu apakah itu bermoral dan tidak bermoral, baik atau buruk, benar atau salah, dan indah atau buruk. Norma : Nilai dapat dibedakan dari norma, nilai hanya meliputi penilaian tentang baik buruknya objek, peristiwa, tindakan atau kondisi, sedangkan norma lebih merupakan standart prilaku. Norma merupakan nilai-nilai budaya yang merupakan standar kelompok, dasar dari kehidupan sebuah kelompok, jika nilai memperkenalkan kita bagaimana berprilaku sepantasnya maka norma secara khusus menggariskan kontrol terhadap perilaku. Sebuah norma adalah aturan yang mengatur tentang hukuman atau ganjaran dalam berbagai bentuk sesuai dengan variasi posisi sosial orang dalam relasi antar manusia. Semua tindakan manusia memiliki akibat tertentu dan norma secara khusus memberi akibat sosial bagi seseorang yang melangar aturan tersebut, Bentuk- bentuk norma antara lain :
  • 10. 1. Cara Merujuk pada suatu bentuk perbuatan, norma ini memeiliki kekuatan yang lemah, merupakan perbuatan yang diulang-ulang. Contohnya : Menghirup kopi panas dengan bunyi, jika dilakukan tidak ada saksi apa-apa. 2. Kebiasaan Menurut Sumnner kebiasaan sebagai aturan adat istadat yang dapat dilihat dalam belbagai situasi, namun tidak cukup kuat mengatur kelompok. Misalnya : Bercakap-cakap sebelum rapat, hal ini juga tidak melangar apa-apa 3. Tata Kelakuan Tata kelakuan berisi perintah dan larangan sehingga anggota masyarakat menyesuaikan perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut. Contohnya : Perihal antara hubungan pria dan wanita 4. Adat Istiadat Anggota masyarakat yang melangar adat istiadat akan menerima saksi yang keras . Contohnya : Perkawinan antar strata di Sumba dan Bali, akan mendapat sanksi yang keras misalnya dikeluarkan daro strata tersebut. Nilai dan norma diperlukan sebagai kontrol prilaku kehidupan manusia sehari-hari. B. Prinsip-prinsip dalam Komunikasi Komunikasi berasal dari kata kerja “communicâre”, dalam bahasa Latin yang berarti menjadikan lazim/umum, membagi, berpartisipasi (mengikutsertakan) atau menanamkan. (Guralnik, 1989). Akan tetapi komunikasi melampaui definisi tersebut, dimana komunikasi mencakup keseluruhan bidang interaksi dan tingkah laku manusia. Semua tingkah laku, baik verbal mapun nonverbal yang ditampilkan oleh individu disebut sebagai komunikasi. (Potter & Perry, 2005; Watzlawick, Beavin, & Jackson, 1967). Komunikasi merupakan keterampilan dasar dalam semua interaksi keperawatan. Dalam komunikasi terkandung sistem tingkah laku yang terpola dan teratur yang memungkinkan terjadinya seluruh interaksi antara perawat dan klien. Di dalamnya terdapat pertukaran pesan yang memiliki arti. Komunikasi dan budaya sangat erat berhubungan. Komunikasi merupakan alat/cara bagaimana budaya ditransmisikan dan dipelihara/dipertahankan. (Delgado, 1983). Budaya mempengaruhi bagaimana perasaan diekspresikan serta ekspresi verbal dan nonverbal apa yang tepat untuk digunakan. Contohnya, orang Amerika lebih suka menutupi perasaannya dan secara umum jarang menggunakan bahasa sentuhan, sebaliknya budaya ketimuran lebih terbuka dalam mengekspresikan perkabungan / duka, kemarahan, atau kegembiraan serta lebih banyak menggunakan sentuhan. (Davidhizar & Giger, 2002; Hall,1966; Thayer,1988). Variabel – variabel budaya lainnya, seperti persepsi terhadap waktu, kontak fisik dan hak – hak wilayah juga mempengaruhi komunikasi. Komunikasi membentuk rasa kebersamaan dengan orang lain dan memungkinkan pertukaran/sharing informasi, isyarat atau pesan – pesan dalam bentuk ide – ide dan perasaan. Melalui komunikasi seseorang dapat mempengaruhi orang lain melalui tulisan atau bahasa, gerak isyarat (gesture), ekspresi wajah, bahasa tubuh, space (jarak) atau simbol – simbol lainnya. Dalam komunikasi yang efektif terdapat saling pengertian terhadap arti yang terkandung dalam pesan yang disampaikan. Komunikasi yang efektif mengenai informasi pelayanan kesehatan memotivasi klien untuk bekerjasama dengan perawat dalam mengelola kesehatannya. (Giorgianni, 2000).
  • 11. Untuk meningkatkan komunikasi transkultural yang efektif, perawat harus menghindari penggunaan istilah – istilah teknis yang khusus, logat/ucapan yang populer, ucapan sehari – hari, singkatan, dan istilah – istilah medis yang berlebihan. Lipson dan Steigner (1996) menyarankan strategi dalam tiga domain, yaitu afektif, kognitif, dan behaviour untuk komunikasi transkultural yang efektif. Dalam domain afektif meliputi rasa hormat, penghargaan dan perasaan nyaman terhadap perbedaan budaya, rasa senang untuk mempelajari budaya yang berbeda, kemampuan untuk mengobservasi tingkah laku tanpa menghakimi, kesadaran akan nilai – nilai budaya dan kepercayaan. Dalam domain kognitif ditekankan adanya pengetahuan tentang perbedaan budaya, kemampuan untuk mengenali adanya penjelasan budaya terhadap permasalahan interpersonal, pemahaman tentang adanya perbedaan makna satu terhadap yang lain, dan pemahaman akan sistem sosial politik untuk menghargai pengobatan terhadap kaum minoritas. Dalam domain behaviour (keterampilan berkomunikasi), adanya fleksibilitas dalam gaya komunikasi baik verbal maupun nonverbal, kemampuan untuk berbicara dengan perlahan, dan jelas tanpa istilah – istilah yang berlebihan, kemampuan untuk memberi dorongan pada klien untuk mengekspresikan dirinya, kemampuan untuk berkomunikasi secara menarik dan empati, sabar, serta mengenali apabila ada kesalahpahaman yang terjadi. Pedoman Dalam Berhubungan Dengan Klien dengan Budaya yang Berbeda : 1. Kaji nilai – nilai kepercayaan pribadi anda terhadap budaya yang berbeda. Review kembali pengalaman pribadi Singkirkan nilai – nilai, bias, ide – ide dan tingkah laku yang berpengaruh negatif terhadap perawatan. 2. Kaji variabel – variabel komunikasi dari perspektif budaya Tentukan identits etnis pasien Gunakan pasien sebagai sumbernya (apabila memungkinkan). Kaji faktor – faktor kultural yang dapat mempengaruhi hubungan perawat dan klien kemudian beresponlah dengan tepat. 3. Rencanakan perawatan sesuai dengan kebutuhan komunikasi dan latar belakang budaya. Pelajari sebanyak mungkin tentang budaya dan kepercayaan klien. Dorong pasien untuk menyatakan persepsinya terhadap kesehatan, sakit dan pelayanan kesehatan. Rasa sensitif terhadap keunikan pasien. Komunikasi pada tingkatan fungsi pasien. Evaluasi efektifitas tindakan keperawatn dan modifikasi apabila diperlukan. 4. Modifikasi pendekatan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan budaya. Perhatikan tanda – tanda rasa takut, kecemasan dan kebingungan klien Beri respon yang menenangkan hati dengan mempertahankan budaya klien. 5. Pahami bahwa penghargaan terhadap klien merupakan hubungan yang terapeutik. Berkomunikasi dengan hormat menggunakan pendekatan pendekatan yang baik dan menenangkan hati. Gunakan teknik mendengar yang sesuai. 6. Berkomunikasi tanpa cara – cara yang kelihatan mengancam. Lakukan wawancara tanpa terburu – buru Ramah tamah
  • 12. Tanyakan pertanyaan yang umum selama mengumpulkan informasi. Bersikap sabar apabila respon klien tidak sesuai dengan persoalan kesehatan klien. Ciptakan hubungan saling percaya dengan mendengar secara teliti, dan berikan waktu serta perhatian penuh pada klien. 7. Gunakan teknik validasi dalam komunikasi. Sadar akan fedback / respon klien yang tidak mengerti. Jangan membuat asumsi pengertian tanpa distorsi. 8. Pahami adanya keengganan untuk membicarakan masalah yang berhubungan dengan seksualitas. Sadari bahwa dalam beberapa budaya permasalahan seksual tidak dapat dibicarakan secara leluasa dengan perawat / orang dengan jenis kelamin yang berbeda. 9. Adopsi pendekatan khusus, apabila pasien berbicara dengan bahasa yang berbeda. Gunakan intonasi suara dan ekspresi wajah yang perhatian untuk membantu mengurangi ketakutan klien. Bicara dengan perlahan dan jelas, namun tidak keras. Gunakan bahasa isyarat, gambar, dan bermain peran untuk membantu pemahaman klien. Ulangi pesan dengan cara yang berbeda jika diperlukan. Perhatikan kata – kata yang dipahami klien dan gunakan itu sesering mungkin. Pertahankan pesan yang sederhana dan ulangi terus menerus Hindari penggunaan istilah medis dan singkatan yang tidak dipahami klien. Gunakan kamus bahasa yang tepat. 10. Gunakan interpreter (penerjemah) untuk meningkatkan komunikasi. Minta interpreter untuk menerjemahkan pesan, tidak hanya kata – kata pribadi. Dapatkan fedback untuk mengkonfirmasi pemahaman. Gunakan interpreter yang sensitif terhadap budaya. C. Bentuk Komunikasi Transkultural Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan pemahaman keperawatan transkultural untuk meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan. Transkultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang focus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercaayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia. Komunikasi antara perawat dan klien merupakan, komunikasi lintas budaya. Komunikasi lintas budaya dapat dimulai melalaui proses diskusi dan bila perlu dapat dilakukan identifikasi melalui bagaimana cara masyarakat dari berbagai budaya diindonesia berkomunikasi ,misalnya di suku jawa, betawi, sunda, padang, Bengkulu, osing, tengger, dan sebagainya.
  • 13. Komunikasi lintas budaya dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar atau menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Bila tidak memahami bahasa klien, perawat dapat menggunakan penerjemah. Dalam komunikasi lintas budaya, perawat dapat menjumpai suatu hal yang pada budaya tertentu bermakna positif tetapi di budaya lain bermakna negative. Hal ini harus di pahami oleh perawat sehingga tidak menyebabkan terputusnya komunikasi. D. Media Komunikasi Transkultural Komunikasi dan budaya saling berkaitan erat. Melalui komunikasi, budaya ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan pengetahuan tentang budaya ditransmisikan dalam kelompok dan untuk orang-orang diluar kelompok. Berkomunikasi dengan klien dari latar belakang etnis dan budaya sangat pentung untuk memberikan perawatan yang kompeten secra budaya. Ada variasi budaya dalam komunikasi baik verbal maupun nonverbal. 1. Komunikasi verbal Perbedaan budaya yang paling jelas adalah dalam komunikasi verbal : kosa kata, struktur tata bahasa, kualitas suara, intonasi, ritme, kecepatan, pronaunsiasi dan keheningan. Komunikasi verbal menjadi sulit ketika melibatkan interaksi orang-orang yang berbeda bahasa. Klien memungkinkan untuk berkomunikasi verbal dengan yang lain. Untuk klien dengan bahasanya tidak sama dengan pelaku kesehatan, perantara mungkin diperlukan. Seorang translator mengubah bahan tertulis (seperti pamphlet pendidikan pasien) dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Seorang penerjemah adalah seorang individu yang menengahi komunikasi antara orang-orang yang beda bahasa tanpa menambah dan mengurangi arti atau pemaknaan. 2. Komunikasi nonverbal Untuk berkomunikasi secara efektif dengan klien yang berbeda budaya. Perawat perlu menyadari 2 aspek dari perilaku nonverbal komunikasi: 1). Apa perilaku nonverbal yang berarti kepada klien. 2). Perilaku nonverbal dalam kebudayaan klien. Nonverbal komunikasi dapat mencakup penggunaan keheningan, gerakan mata, ekspresi wajah, postur tubuh. Beberapa kebudayaan memerlukan keheningan dalam komunikasi. Memberikan kesempatan untuk berbicara, atau memberikan privasi kepada orang lain. Beberapa kebudayaan mengambarkan keheningan itu sebagai tanda hormat dan setuju. Ekspresi wajah bisa berbeda-beda diantara kebudayaan. Giger and Davidhizar (1999) mengatakan Italia, Yahudi, Afrika, Amerika, dan Spanyol lebih cepat tersenyum dan menggunakan ekspresi wajah. Lebih tertutup dalam mengkomunikasikan perasaannya khususnya kepada orang lain. Komunikasi nonverbal acapkali menjadi lebih bermakana dibanding komunikasi nonverbal meliputi mimic wajah, sorot mata, bentuk bibir, jarak, gerakan anggota tubuh dan posisi tubuh, tekanan suara, objek yang selalu di perhatikan , serta sentuhan. Mimic wajah dapat menunjukkan sikap bersahabat atau marah. Untuk dapat memahami bahasa nonverbal, perawat harus berlatih secara optimal. (Ferry Efend, Makhfudli)
  • 14. E. Hambatan – hambatan dalam Proses Komunikasi 1. Hambatan Fisik Dapat berupa hambatan jarak komunikasi yang sering kali mengganggu proses komunikasi, ataupun ketidakadaan fasilitas yang mampu meminimalisir hambatan jarak tersebut. 2. Hambatan Teknis Yang bersifat teknis seperti gangguan pada alat komunikasi, media, teknologi dan sebagainya. 3. Hambatan Semantik Hambatan yang berasal dari pengunaan bahasa karena : Perbedaan bahasa Perbedaan persepsi Penggunaan istilah yang berlebihan Ketidak mampuan memilih kata atau kalimat 4. Hambatan Psikologis Situasi dan kondisi psikis yang terdapat / dimiliki oleh komunikan dan komunikator. Misalnya cemas, malu, takut dan sebagainya. 5. Hambatan Status Situasi dan kondisi psikis antara komunikator dengan khalayak sering kali menjadi hambatan yang dapat mengurangi pencapaian tujuan komunikasi.misalnya ketika seorang dosen muda harus memberi kuliah didepan mahasiswa pasca sarjana yang ternyata sebagian besar adalah atasan didepartemen tersebut. 6. Hambatan Budaya Perbedaan budaya (nilai, norma, kebiasaan, adat istiadat) merupakan faktor yang sering membuat tujuan komunikasi terhambat. Karena budaya yang dianut oleh sebuah masyarakat merupakan hasil internalisasi individu terhadap nilai, norma, kebiasaan dan adat dimana ia tinggal selama bertahun tahun, maka kita mengenal ada yang namanya : Akulturisasi, Asimilasi. 7. Hambatan Kerangka berfikir Komunikasi yang efektif dapat terjadi ketika terjadi himpitan kepentingan (over lapping of interest) / kesamaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.kesamaan ini dapat terwujud jika ada perbedaaan yang mencolok dalam kerangka berpikir komunikan dan komunikator. 8. Hambatan Kebutuhan dan Ketertarikan 9. Hambatan Lingkungan
  • 15. BAB III PEMBAHASAN KASUS Kasus I (Unit Perspektif Transkultural) Seorang pasien laki-laki korban tabrak lari, masuk ke unit perawatan sebuah rumah sakit. Pasien mengalami fraktur dekstra dan terpasang traksi. Pasien juga mengalami perdarahan abdomen dan telah dilakukan tindakan laparatomy eksplorasi. Pasien dalam status NPO ( nothing per oral). Dilihat dari wajahnya, pasien adalah seorang keturunan India. Ia berteriak-teriak meminta minum dalam bahasa Inggris. Perawat berusaha untuk menjelaskan bahwa saat ini pasien tidak boleh minum. Pasien tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik sementara di ruang perawatan tersebut tidak ada perawat yang lancar berbahasa Inggris. 1. Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi di atas ? Menunjukan peranan Independent dari perawat dengan :  Mengenal budayanya (nilai, kepercayaan, prilaku, kebiasaan)  Mengenal etnik / suku /latar belakang dari pasien (bahasa) 2. Apa yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien ? Perawat memulai pengkajian dengan melihat latar budaya cultural yang di miliki klien dan latar belakang social juga ketrampilan bahasa yang dimilikinya. Dengan cara :  Perawat harus bersikap terbuka dengan cara menerima pasien sesuai dengan perbedaan budayanya  Memanggil dengan nama belakang klien / nama lengkap  Ciptakan hubungan saling percaya  Dengan menggunakan bahasa yang sederhana , verbal & non verbal (isyarat & tulisan)  Mencari bantuan dari orang terdekat pasien yang bisa dan mengerti bahasa Indonesia  Mencarikan penerjemah, bila pasien masih tidak dapat mengerti & bila tidak ada keluarga. Kriteria penerjemah sebaiknya sbb :  Jenis kelamin yang sama  Umurnya lebih dewasa  Mempunyai status social yang sama dengan klien  Yang mempunyai pemahaman tentang budaya India  Mengerti tentang kesehatan Ini diperlukan dalam mengumpulkan data mengenai penyebab penyakit dan masalah klien. Tindakan keperawatan yang diberikan klien ada 3 : 1. Cultur care preservation : Prinsip membantu, memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan. Contohnya memberitahukan bahwa Ia tidak boleh minum dengan bahasa verbal maupun non verbal (Gambar/tulisan dan isyarat)
  • 16. 2. Cultur care accomodation : Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena yang ada, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau klien. Contohnya: meletakan peralatan yang dibutuhkan klien (tisu, pulpen, kertas dll) 3. Cultur care repatterning : Prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik. Contohnya Klien diharuskan bedrest total dikarenakan ada traksi dan post operasi laparatomy eksplorasi
  • 17. BAB II TINJAUAN TEORI I. PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN A. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat. (koentjoroningrat, 1986) Wujud-wujud kebudayaan antara lain : 1. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan 2. Kompleks aktivitas atau tindakan 3. Benda-benda hasil karya manusia Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Teori transkultural dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam masyarakat. Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.
  • 18. Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya. Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya. B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural Konsep dalam transcultural nursing adalah : 1) Budaya Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. 2) Nilai budaya Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan. 3) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan
  • 19. 4) Etnosentris Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu menganggap budayanya adalah yang terbaik 5) Etnis Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim 6) Ras Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid. Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia kepada generasi berikutnya (taylor,1989) 7) Etnografi: Ilmu budaya Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu. 8) Care Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhikebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia 9) Caring Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia 10) Culture care Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi digunakan untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu, keluarga atau
  • 20. kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai 11) Cultural imposition Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain. Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu : Manusia Individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna menetapkan pilihan dan melakukan pilihan Konsep sehat sakit Sehat adalah kesuksesan beradaptasi mempertahankan intergritas terhadap perubahan lingkungan sedangkan sakit adalah suatu keadaan kegagalan dalam beradaptasi terhadap perubahan lingkungan Lingkungan Perubahan dinamis yang mempengaruhi individu yang meliputi lingkungan internal dan eksternal Keperawatan C. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan.
  • 21. Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu: 1. Culture care preservation / maintenance Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi/memerhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan guna hidup yang diinginkan 2. Culture care accommodation / negotiation Yaitu prinsip membantu, memerhatikan fenomena buadaya yang ada, yang merefleksiakan cara untuk beradaptasi, bernegosiasi / mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup klien 3. Culture care repatterning / restructuring Yaitu prinsip merekonstruksi / mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih baik Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada”Sunrise Model” yaitu: 1. Faktor teknologi (technological factors) Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien
  • 22. tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini. 2. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors ) Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. 3. Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors ) Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga. 4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways ) Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan membersihkan diri. 5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors ) Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
  • 23. 6. Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga. 7. Faktor pendidikan ( educational factors ) Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali. Prinsip-prinsip pengkajian budaya: a. Jangan menggunakan asumsi. b. Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang Jawa halus. c. Menerima dan memahami metode komunikasi. d. Menghargai perbedaan individual. e. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien. f. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi. D. Instrumen Pengkajian Budaya Sejalan berjalnnya waktu,Transkultural in Nursing mengalami perkembangan oleh beberapa ahli, diantaranya:
  • 24. 1. Sunrise model (Leininger) Yang terdiri dari komponen: a. Faktor teknbologi (Technological Factors) - Persepsi sehat-sakit - Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan - Alasan mencari bantuan/pertolongan medis - Alasan memilih pengobatan alternative - Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah kesehatan b. Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors) - Agama yang dianut - Status pernikahan - Cara pandang terhadap penyebab penyakit - Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan c. Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors) - Nama lengkap & nama panggilan - Umur & tempat lahir,jenis kelamin - Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga - Pengambilan keputusan dalam keluarga d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways) - Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas - Bahasa yang digunakan - Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan
  • 25. - Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors) Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya,meliputi: - Peraturan dan kebijakan jam berkunjung - Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu - Cara pembayaran f. Faktor ekonomi (Economical Factors) - Pekerjaan - Tabungan yang dimiliki oleh keluarga - Sumber biaya pengobatan - Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll. - Patungan antar anggota keluarga g. Faktor Pendidikan (Educational Factors) - Tingkat pendidikan klien - Jenis pendidikan - Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif - Pengetahuan tentang sehat-sakit 2. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi:
  • 26. a. Komunikasi (Communication) Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas suara,pengucapan (pronounciation),penggunaan bahasa non verbal,penggunaan „diam‟ b. Space (ruang gerak) Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang ruang gerak dan pergerakan tubuh. c. Orientasi social (social orientastion) Budaya,etnisitas,tempat,peran dan fungsi keluarga,pekerjaan,waktu luang,persahabatan dan kegiatan social keagamaan. d. Waktu (time) Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu,waktu untuk bekerja dan menjalin hubungan social,orientasi waktu saat ini,masa lalu dan yang akan datang. e. Kontrol lingkungan (environmental control) Nilai-nilai budaya,definisi tentang sehat-sakit,budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit. f. Variasi biologis (Biological variation) Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi enzim dan genetic,penyakit yang spesifik pada populasi terntentu,kerentanan terhadap penyakit tertentu,kecenderungan pola makan dan karakteristikpsikologis,koping dan dukungan social. 3. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle Komponen-komponenya meliputi: a. Identitas budaya b. Ethnohistory c. Nilai-nilai budaya
  • 27. d. Hubungan kekeluargaan e. Kepercayaan agama dan spiritual f. Kode etik dan moral g. Pendidikan h. Politik i. Status ekonomi dan social j. Kebiasaan dan gaya hidup k. Faktor/sifat-sifat bawaan l. Kecenderungan individu m. Profesi dan organisasi budaya Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan klien. Aplikasi konsep dan prinsip transkultural sepanjang daur kehidupan manusia (perawatan dan pengasuhan anak). Budaya adalah konteks pengalaman anak tentang sehat dan sakit, kesejahteraan dan kesakitan (Talabere, 1996). Pandangan holistik tentang anak mengharuskan perawat mengembangkan beberapa pemahaman tentang cara budaya berkontribusi pada perkembangan hubungan sosial dan emosi dan cara budaya mempengaruhi praktik pengasuhan anak dan sikap masyarakat terhadap kesehatan. Budaya adalah pola asumsi, keyakinan, dan praktik yang secara tidak sadar membentuk/ membimbing pandangn dan keputusan secara kelompok masyarakat (Buchwald dkk, 1994). Ras adalah suatu pembagian sifat yang dimiliki makhluk hidup yang dapat diwariskan melalui keturunan, misal; kaukasia (putih), negro (hitam), dan Mongol (kuning). Etnisitas yaitu afiliasi dari sekelompok individu yang mempunyai keturunan budaya, sosial dan bahasa yang unik. Sosialisasi yaitu proses ketika anak mendapatkan keyakinan, nilai, dan perilaku masyarakat tertentu untuk dapat berfungsi dalam kelompok tertentu.
  • 28. Budaya dan sub budaya mempengaruhi keunikan anak dalam cara yang tidak jelas dan pada usia dini, sehingga anak tumbuh merasa bahwa keyakinan, sikap, nilai dan praktik mereka ”benar” atau ”normal”, individu dari budaya lain mungkin dianggap ”menyimpang” atau ”salah”. Suatu set nilai yang dipelajari pada masa kanak-kanak cenderung mencirikan karakteristik dan perilaku anak terhadap hidup, membimbing mereka untuk berjuang sepanjang hidup dan memantau keinginan impulsif mereka yang berentang pendek. Karenanya setiap masyarakat terus menerus mensosialisasikan setiap generasi pada warisan budayanya. Budaya mengembangkan dan menguatkan perilaku yang dianggap tepat dan diinginkan; budaya berupaya menekan atau menyingkirkan perilaku yang tidak sesuai dengan norma budaya. Beberapa budaya mendorong perilaku agresif pada nak-anak mereka; budaya lain lebih memilih kepatuhan dan keramahan. Beberapa budaya mendorong kecerdikan dan kompetisi; budaya lain menekankan kerjasama dan patuh pada minat kelompok. Budaya dapat juga berbeda dalam status kelompok yang didasarkan pada usia dalam keterampilan. Bahkan permainan dan tipe mainan anak ditentukan secara budaya. Dalam beberapa budaya anak bermain dalam kelompok yang terdiri atas jenis kelamin yang sama, di budaya lain bermain dalam jenis kelamin campuran. Pada beberapa budaya, perbaikan tim lebih menonjol, dibudaya lain kebanyakan permainan dibatasi pada permainan individual. D. Studi Kasus Seorang klien perempuan berusia 25 tahun sedang hamil 4 bulan. Ini merupakan kehamilannya yang pertama. Klien tersebut berasal dari daerah Sunda sedangkan suaminya berasal dari Tapanuli. Mereka saat ini tinggal di Jakarta. Sejak mengetahui istrinya hamil, suami klien berusaha untuk memanjakan istrinya dan melarangnya bekerja dan meminta orang tua (ibu) klien untuk menemani klien di rumah. Orang tua klien masih sangat ketat mengikuti adat istiadat mereka demikian pula halnya dengan orang tua suami klien. Klien merasa tertekan dengan kondisi kehamilannya dan perlakuan yang diterimanya dari suami, orang tua, dan mertuanya. Pertanyaan: Analisa kasus tersebut berdasarkan konsep budaya dan transkultural yang telah saudara pelajari. Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi di atas? Apa yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu klien dan keluarganya?
  • 29. Budaya Tapanuli Budaya Sunda Tidak boleh keluar rumah Tidak boleh keluar rumah sembarangan, sembarangan, terutama sore hari terutama sore hari Ibu hamil harus makan makanan adat Hanya memakan sayuran (dianggap Batak berupa ikan batak, jenis ikan baik), sedangkan ikan, daging, dan buah- Mahseer buahan dianggap tidak baik untuk bayi Harus menggunakan ulos Tondi (kain Tidak boleh melilitkan anduk/ kain di khusus), agar ibu dan bayinya sehat leher ibu hamil, agar bayi tidak terlilit pada waktu melahirkan kelak tali pusat Tidak boleh minum air terlalu banyak karena bila melahirkan nantinya akan terlalu banyak air atau anak kembar Pantang makan gula merah/ tebu serta nanas karena dapat membuat perut ibu hamil sakit Dianjurkan minum air kelapa muda Dianjurkan untuk minum minyak kelapa seiring dengan semakin besarnya usia kehamilan, terutama usia 9 bulan Dilarang menucapkan beberapa kata- kata pantangan Peran Perawat pada kasus tersebut: 1. Mengkaji tingkat stress klien 2. Mengkaji kebudayaan dari kedua keluarga ( Tapanuli dan Sunda ) dari pasien dan keluarga serta mencarinya di literatur 3. Menkaji faktor-faktor budaya yang bertentangan dengan prinsip kesehatan dan tingkat stress klien 4. Membina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga
  • 30. 5. Perawat bersama dengan keluarga klien mendiskusikan hal-hal yang diinginkan atau dicapai oleh klien beserta keluarga (suami, ibu klien dan mertua) 6. Menjelaskan pada keluarga mengenai budaya yang bertentangan dengan kesehatan 7. Melibatkan keluarga untuk bekerja sama (problem solving) yang berhubungan dengan faktor budaya
  • 31. BAB II TINJAUAN TEORITIS PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN a) Pengertian Transkultural adalah sub bidang keperawatan yang difokuskan pada studi komperatif dan analisis dari berbagai kultur dan subkultural dengan mempertimbangkan perilaku kasih sayang mereka;asuhan keperawatan,dan nilai- nilai sehat sakit,keyakinan dan pola-pola perilaku(Leininger 1978) b) Tujuan Mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan (kultur-culture) yang spesifik dan universal(Leininger 1978) Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain,sedangkan kebudayaan yang universal adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh hampir semua kebudayaan seperti budaya olahraga untuk memperbaiki kesehatan.Sangat penting untuk perawat yang bekerja dengan individu,kelompok,keluarga atau komunitas dengan keyakinan nilai dan praktik budaya yang unik.Keperawatan transkultural mencakup pengintegritasian pandangan,pengetahuan,dan pengalaman budaya dalam semua area proses keperawatan ;walau demikian model ini tidak memberikan panduan untuk mengkaji klien,individu,kelompok atau komunitas juga tidak memadu diagnosis,perencanaan,dan intervensi keperawatan.Model itu menjadi pedoman untuk membangkitkan teori-teori bagi praktik keperawatan dalam budaya khusus. Negosiasi budaya atau intervensi dan implementasi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya.Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan,misalnya jika
  • 32. klien sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan makanan yang berbau amis seperti ikan,maka klien tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein nabati yang lain. Restrukturisasi budaya perlu dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan klien.Perawat berupaya melakukan strukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok.Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut. Pendekatan transkultural merupakan suatu perspektif yang unik karena bersifat kompleks dan sistematis secara ilmiah yang secara konstektal melibatkan banyak hal,seperti bahasa yang digunakan,tradisi,nilai historis yang teraktualisasikan,serta ekonomi.Konsekuensinya,perawat sebagai tenaga kesehatan perlu memahami perbedaan substansi di antara individu,keluarga,komunitas termasuk organisasi pelayanan kesehatan.Misalnya keluarga yang tinggal di daerah pantai,pegunungan atau pengungsian mereka memiliki konteks yang berbeda termasuk system nilai yang diaktualisasikan.Perawat idealnya memiliki kompetensi budaya sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat efektif dan bersifat humanis I. KEPERAWATAN TRANSKULTURAL DAN GLOBALISASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abab ke 21 termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkwalitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adanya oergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dilambangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan.Perkembangan teori keperawatanx terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, middle range theory dan practice theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada middle range theory adalah Transkultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
  • 33. dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. II. KONSEP DAN PRINSIP DALAM ASUHAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL i. Konsep dalam asuhan keperawatan traskultural 1) Budaya Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. Budaya adalah suatu komplek yang mengandung pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hokum, kebiasaan dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai aggota komunitas setempat. Karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut: Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya tang sama persis. Budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis, karena budaya tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan. Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari. 2) Nilai budaya Adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan. 3) Perbedaan budaya
  • 34. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan. 4) Etnosentris Adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. 5) Etnis Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. 6) Ras Merupakan system pengklarifikasian manusia berdasarkankarakteristik fisik, pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh dan bentuk kapala. Ada 3 (tiga) jenis ras yang umumnya dikenal, yaitu kaukasoid, negroid dan mongoloid. 7) Etnografi Adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang dan saling timbal balik diantara keduanya. 8) Care Adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok. 9) Caring Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok dan keadaan yang nyata. 10) Cultural care Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kamatian dengan damai.
  • 35. 11) Cultural imposition Berkenaan dengan kecendrungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain. ii. Prinsip dalam asuhan keperawatan transcultural 1. Culture care preservation/maintenance Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya, guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan 2. Culture care accumodation/negotiation Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi, atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu dan klien. 3. Culture care reppatterning/restiueturing Yaitu prinsip merekontruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik. Hasil yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transcultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health and well being, yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitive, kreatif, serta cara-cara yang bermakna, guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat. III. PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN BUDAYA A. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya Asuhan keperawatan sebagai suatu proses atau rangkaian kegiatan kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesui dengan latar belakang budayanya. Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalahkesehatan klien sesuai latar belakang budaya klien.
  • 36. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “sunrise model” yaitu 1. Technological factor ( faktor teknologi ) Perawat perlu mengkaji : persepsi klien tentang sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatife dan persepsi klien tentang penggunaan data dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini. Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih dampak positif atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. 2. Religious and philosophical factors ( faktor agama dan falsafah hidup) Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara penobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya. 3. Kinship and social factors ( faktor sosial dan keterikatan keluarga ) Pada tahap ini perawat harus mengkaji faktor – faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga. 4. Cultural value and life ways ( nilai – nilai budaya dan gaya hidup ) Nilai – nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma – norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang menjadi pantangan dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari – hari dan kebiasaan membersihkan diri.
  • 37. 5. Political and Legal factors ( faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku ) Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan indivudu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, dan cara pembayaran untuk klien yang dirawat. 6. Economical factors ( faktor ekonomi ) Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber – sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga. 7. Educational factors ( faktor pendidikan ) Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti – bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehtannya. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pengkajian budaya adalah : a. Tidak menggunakan asumsi b. Jangan membuat streotip karena bias terjadi konflik, misalnya orang batak galak, orang padang pelit
  • 38. c. Menerima dan memahami metode komunikasi d. Menghargai perbedaan individual e. Menghargai kebutuhan personal dari setiap individu f. Tidak boleh membeda – bedakan keyakinan klien g. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi IV. BEBERAPA INSTRUMEN PENGKAJIAN BUDAYA Keragaman Budaya Dan Perspektif Transkultural Dalam Keperawatan Alat Pengkajian Warisan Budaya 1. Dimana ibu Anda lahir? 2. Dimana ayah Anda lahir? 3. Dimana kakek –nenek Anda lahir? a. Ibu dari ibu Anda? b.Ayah dari ibu Anda? c. Ibu dari ayah Anda? d. Ayah dari ayah Anda? 4. Berapa saudara laki-laki . . . . . dan perempuan . . . . 5. Dimana Anda dibesarkan? Desa . . . . Kota. . . .Pinggir kota . . . . 6. Dimana orang tua Anda dibesarkan? Ayah . . . . Ibu . . . . 7. Berapa usia Anda ketika datang ke Amerika Serikat? 8. Berapa usia orang tua Anda ketika datang ke Amerika Serikat? Ayah . . . . Ibu . . . . 9. Ketika Anda dibesarkan ,siapa yang tinggal dengan Anda? Keluarga inti . . . . atau . . . . Keluarga besar . . . . 10. Apakah Anda mempertahankan dengan . . . . . a. Bibi,paman,sepupu Ya Tidak b. Saudara laki-laki dan perempuan Ya Tidak
  • 39. c. Orang tua Ya Tidak d. Anak Anda sendiri Ya Tidak 11. Apakah kebanyakan dari bibi,paman,sepupu Anda tinggal dekat rumah Anda? 1. Ya 2. Tidak 12. Kira-kira seberapa sering Anda mengunjungi anggota keluarga Anda yang tinggal di luar rumah Anda? 1. Setiap hari . . . . 2. Setiap minggu . . . . 3. Setiap bulan . . . . . . 4. Hanya liburan khusus . . . . 5. Tidak pernah . . . . . 13. Apakah nama asli keluarga Anda diganti? 1. Ya 2. Tidak 14. Apakah kepercayaan Anda? 1. Katolik 4.Lain-lain 2. Islam 5.Tidak ada 3. Protestan . . . . Deromilasi . . . . 15. Apakah pasangan Anda mempunyai kepercayaan yang sama dengan Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . . 16. Apakah pasangan Anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . . 17. Anda sekolah di mana? 1. Pemerintah . . . . 2. Swasta . . . . . 3. Seminar/pesantren . . . . 18. Sebagai seorang dewasa apakah Anda tinggal di daerah di mana tetangga mempunyai kepercayaan dan latar belakang yang sama dengan Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . . 19. Apakah Anda memiliki institusi keagamaan ? 1. Ya . . . . 2.Tidak . . . . 20. Dapatkah Anda menggambarkan diri Anda sendiri sebagai anggota yang aktif? 1. Ya . . . . 2.Tidak . . . . 21. Seberapa sering Anda menghadiri institusi keagamaan Anda?
  • 40. 1. Lebih dari satu minggu . . . . 4. Sekali setahun/kurang . . . . 2. Setiap minggu . . . . 5. Tidak pernah . . . . 3. Setiap bulan . . . . . 22. Apakah Anda mempraktekkan keagaman Anda di rumah? 1. Ya . . . .(bila ya sebutkan tempatnya) 4. Membaca kitab suci . . . . 2. Tidak . . . . 5. Diet . . . . 3. Berdoa . . . . 6. Merayakan hari besarkeagamaan . . . . 23. Apakah Anda menyiapkan makanan sesuai latar belakang etnik Anda? 1. Ya . . . . 2.Tidak . . . . 24. Apakah Anda berpartisipasi dalam aktifitas etnik? 1. Ya . . . . (bila ya,sebutkan tempatnya) 5. Berdansa . . . . 2. Tidak . . . . 6. Festival . . . . . . 3. Bernyanyi . . . . 7. Adat istiadat . . . 4. Perayaan hari besar . . . . 8. Lain-lain . . . . . . . 25. Apakah teman Anda dari latar belakang kepercayaan yang sama dengan Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . . 26. Apakah teman Anda dari latar belakang yang sama dengan Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . . 27. Apakah bahasa asli Anda? 28. Apakah Anda berbicara dengan bahasa tersebut? 1. Terutama . . . . 2. Kadang-kadang . . . . 3. Jarang . . . . 29. Apakah Anda membaca dalam bahasan asli Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . . Makin besar jumlah jawaban ya,makin kuat klien memiliki keturunan tradisional (satu jawaban tidak,Yang menunjukkan identitas keturunan adalah “Apakah nama Anda diganti?” Tahun 1920,populasi ini percampuran luas orang dari banyak negara,berbicara bahwa yang berbeda dan memandang dengan pandangan yang sangat beragam tentang keyakinan dan praktik kesehatan sensus tahun 1980 adalah upaya pertama yang
  • 41. dilakukan untuk membagi-bagi populasi berdasarkan negara asal.Kelompok terbesar adalah Jerman,Inggris,Irlandia dan Perancis. Ini adalah sketsa Demografi singkat tentang populasi :  Usia rerata dari populasi ini pada tahun 1990 adalah 34,4 tahun.  74,6% dari anggota populasi yang berusia lebih dari 25 tahun telah menyelesaikan pendidikan Sekolah tinggi.  Pendapatkan pribadi bagi individu yang bekerja purna waktu pada tahun 1989 rata-rata $ 31,419.  8,8% dari individu yang berusia lebih dari 25 tahun dalam kelompok ini berada di bawah garis ke miskinan pada tahun 1991. Penyebab Dan Pencegahan Penyakit Bagi suku Eropa – Amerika,keyakinan tradisional tentang penyebab penyakit adalah banyak dan beragam. Contoh: melanggar peraturan keagamaan,pemajanan terhadap faktor penyebab seperti hukuman dari Tuhan,kutukan,perubahan iklim,penyalahgunaan tubuh. Metode untuk pencegahan penyakit yang ditemukan diantara suku Eropa Amerika termasuk diet ,olah raga,ritual keagamaan dan mengenakan jimat. Ramuan Ini adalah ramuan yang dilaporkan diantara suku Eropa-Amerika Malocchio adalah semacam terompet dari Itali yang dikenakan untuk mencegah mata setan. The Hunchbacked Man Gobo yang di pasangkan pada terompet memberikan perlindungan ekstra,ia mengenakan sepatu tapal kuda untuk Keberuntungan pada tangan kanannya. Menjulurkan jari telunjuk dan jari kelingking dari tangan kanannya untuk mengusir setan. Sirup Black Draught digunakan sebagai laksatif dibeli dengan bebas.Sloans Liniment membantu dalam peredaan semantara nyeri ringan yang diakibatkan oleh artritis dan penyakit lainnya. Olbas dan magentropfen adalah obat yang dijual di Jerman untuk mengobati sakit tenggorok dan kurang nafsu makan. Alat Pengkajian Organisasi Sosial Etnokultural
  • 42.  Data demografik meliputi :  Ukuran populasi total dalam kota/desa  Dibagi-bagi berdasarkan wilayah konsentrasi residensi kelompok target  Dibagi-bagi berdasarkan usia  Pendidikan  Pekerjaan  Pendapatan  Keyakinan tentang kesehatan tradisional dan penyakit yang ditemukan dalam kelompok target.  Praktek kesehatan tradisional dan terhadap penyakit dalam kelompok target.  Penggunaan dan sumber pengobatan di rumah.  Identitas penyembuh tradisional (dukun). Faktor Kultural Dan Proses Keperawatan Ketika perawat memberikan asuhan kepada klien dari latar belakang yang berbeda- beda harus was Pada dan sensitif terhadap keunikan warisan budaya dan tradisi kesehatan mereka sendiri dan kemudian terhadap latar belakang sosio-kultural klien. Mereka harus mengkaji dan mendengarkan dengan cermat terhadap praktek dan keyakinan tentang kesehatan dan penyakit. Proses keperawatan memberdayakan perawat untuk memberikan asuhan yang bersifat individual dan dapat diterima untuk memberikan asuhan yang sensitif secara kultural. V. PERAWATAN PADA LANJUT USIA A. Perawatan Lansia. Masa dewasa tua (lansia ) dimulai setelh pensiun, biasanya antara 65 -75 tahun. Petugas kesehatan lebih banyak meluangkan waktunya dengan lansia dalam perawatan kesehatan karena itu merka harus fokus untuk mengidentifikasi dalam memenuhi kebutuhan khususnya. Asuhan keperawatan pada lansia adalah proses kompleks dan menantang yang harus memperhitungkan hal –hal berikut untuk menjamin pendekatan sesuai usia ( Lueckenotte 1994).
  • 43. 1. Pengkajian. Keperwatan Gerontologis memberikan pendekatan kreatif unutuk memaksimalkan potensi klien lansia. Dengan pengkajian informasi komperehensip tentang kekuatan , sumber, dan keterbatasan klien lansia, perawat menidentifikasi kebutuhan masalah klien serta memilih intervensi yang dapat memprtahankan kemampuan fisik klien dan menciptakan lingkungan untuk keshatan psikososial dan spritual. Pengkajian secara menyeluruh mengharuskan perawat untuk terikat secara aktif dengan klien dan menadiakan waktu bagi klien untuk memberikan informasi penting tentang kesehatannya. Perawat mengkaji perubahan pada perkembangan fisiologis, kognitif, dan prilaku psikososial. Perawat harus tau tentang perubahan ini untuk memberi asuhan yang tepat bagi lansia dan membatu mereka beradaptasi terhadap perubahan. Perawat juga harus mempertimbangkan kemungkinan perubahan sensori yang dapat mempengaruhi problem data. Perawat juga harus mempertimbangkan masalah visual akibat katarak, atau kerusakan akibat pendengaran karena tuli saraf saat memilih tehnik komunikasi, jika klien tidak memahami isyarat visual atau pendengaran, pengkajian mungkin tidak akurat. Misalny a jika klien mengalami kesulitan medengar pertanyaan perawat, respon yang tidak tepat dapat menyebabkan perawat bahwa mereka memang bingung. Beberapa klien lansia mungkin mengalami perubahan ini dan lansia lainnya hanya mengalami beberapa perubahan, Perubahaan kontinu dengan usia, tetapi efek pada klien tergantung pada kesehatan, gaya hidup stresor, dan kondisi lingkungan. 2. Diagnosa Keperawatan. Data secara sistemik dikumpulkan selama pengkajian. Pengkajian adalah hal yang esensial dalam keperawatan gerontologis, karena status klien sering beubah Beberapa diagnosa keperawatan mempunyai beberapa faktor yang berhubungan Indentifikasi faktor yang berhubungan atau penyebab yang mungkin untuk setiap diagnosa memberikan arahan dalam mengembangkan intervensi keperawatan,. Misalnya intervensi pada konstipasi berbeda jika kemungkinan penyebabnya adalah lebih pada pengobatan dari pada imobilisasi. Analisa data memerlukan pertimbangan terhadap kekuatan dan keterbatasan individu dan juga presepsi klien lansia tentang status kesehatannya. Validasi data dari keluarga, kolega,perwat, profesi kesehatan lain dan catatan rekam medis mungkin diperlukan. Pengkajian data yang terdiri dari
  • 44. karakteristik subjek dan objektif penting untuk validasi diagnosa keperawatan. Pengkajian yang akurat esensial karena perawatan dibuat atas dasar tersebut. 3. Perencanaan. Rencana Keperawatan pada lansia pada kegiatan mencegah, meningkatkan, mengurangi atau menghilangkan masalah . Prioritas ditetapkan, tujuan klien dan hasil yang diharapkan dan intervensi yang cocok dipilh. Hal tersebut dilakukan dengan partisipasi klien sehingga intervensi dapat dimengerti dan masalah dalam melakukan intervensi dapat dihindari. Pertimbangan perwat tentang pengalaman hidup serta nilai dan pola sosial kultural dikembangkan, harus bertindak sebagai dasar rencana perawtan individu. Tujuan penetapan perawatan pada lansia harus mencerminkan pertimbangan faktor yang mempengaruhi pertambahan usia normal, memelihara kemandirian sebisa munkin , dan memudahkan tingkat kenyamanan dan koping optimal. Meskipun kadang –kadang membutuhkan waktu yang lebih banyak dan sulit , melibatkan klien lansia dalam proses perencanaan keperawatan memberi kebebasan maksimal pada aktivitas merawat diri endiri dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikososial. Dalam kasus dimana keadaan kognitif klien menghambat keikutsertaanya dalam menetapkan tujuan hasil serta intrervensi perencanaan, keluarga harus ada didalamnya. Keluarga dan teman adalah sumber data ketika mengembangkan rencana perawatan individu karena merka mengetahui klien sebelum terjadi kelemahan. Mereka dapat memberikan tentang prilaku klien dan mengusulkan metode penatalaksaanya. 4. Implementasi. Implementasi keperawatan pada lansia dapat mencangkup peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, dukungan psikososial , keadaan rumah, ;pengobatan mandiri, penyesuaian, dan penghematan. Hal tersebut penting untuk dimaksukkan didalamkegiatan rutinitas atau ritual klien jika mungkin. Intervensi secara umum diitunjukkan pada memfasilitasi kemandirian dan mendukung kemampuan perawatan diri. Aktivitas perawatan membutuhkan lebih banyak waktu karena respons yang lebih lambat, banyak masalah, dan hubungan yang dekat antara aspek fisik dan psikososial penuaan.
  • 45. 5. Evaluasi Evaluasi mengukur tngkat dimana rencana intervensi efektif dalam memenuhi hasil yang diharapkan. Perawat menentukan apakah tujuian telah terpenuhi dan perubahan apa yang telah terjadi pada status klien sebagai hasil intervensi. Tujuan dapat direvisi atau dihilangkan atau membuat tujuan baru. Implementasi mungkin terpengaruh sesuai perubahan tujuan. Klien dan keluarga termasuk dalam pengembangan rencana keperawatan, masukan dari mereka dalam mengevaluasi hhasil perawatan harus didapat. Frekuensi evaluasi pada lansia sangat individual. Perubahan seringkali lambat dann tidak terlihat, sehingga evaluasi mungkin jarang atau sering dilakukan. Tipe masalah , pembentukan tujuan dan penggunaan intervensi menentukan frekuensi evaluasi. Misalnya, jika tujuannya adalah klien bebas dari komplikasi kulit karena imbobilitas, evaluasi harus sering dilakukan dan teratur .Jjika intervensinya penurunan berat badan, evaluasi klien harus dilakukan setiap minggu. Perawat memainkan peran besar dalam mendorong lansia untuk berpartisipasi dalam mengevaluasi rencana intrevensi dan kemajuan. VI. PERAWATAN MENJELANG DAN SAAT KEMATIAN Perawat sebagai pelayan kesehatan memiliki peran yang sangat penting bagi keluaraga dan pasien yang akan menjelang ajal.Seorang perawat harus dapat berbagi penderitaan dan mengintervensi pada saat klien menjelang ajal untuk meningkatkan kualitas hidup. Menjelang ajal atau kondisi terminal adalah suatu proses yang progresi menuju kematian berjalan melalui tahapan proses penurunan fisik,psikososial,dan spiritual bagi individu. Secara umum pengaplikasian caring pada klien menjelang ajal berupa: A. Peningkatan kenyamanan Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan perbedaan distres (oncology society and the American Nurses Association,1974) Hal hal yang harus diperhatikan dalam peningkatan kenyamanan
  • 46. 1. Kontrol nyeri Seluruh pelayan kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengatasi rasa nyeri,karena nyeri dapat mempengaruhi klien dalam memenuhi kebutuhan istirahat tidur,nafsu makan,mobilitas dan fungsi psikologis. 2. Ketakutan Tenaga kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengurangi rasa ketakutan terhadap gejala yang ditimbulkan seperti nyeri umum yang selalu datang setiap saat yang dapat membuat sagala aktifitas terganggu. 3. Pemberian terapi dan pengendalian gejala penyakit. Pemberian terapi merupakan bagian yang dapat mengurangi rasa tidak nyaman seperti rasa nyeri dapat teratasi setelah pemberian terapi,pemberian chemotherapi,dan radiasi dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit. 4. Higiene personal Pemenuhan kebersihan diri merupakan salah satu yang harus dipenuhi agar klien merasa segar dan nyaman. B. Pemeliharaan Kemandirian Adalah pilihan yang diberikan kepada klien menjelang ajal untuk memilih tempat perawatan dan memberikan kebebasan sesuai kemampuan klien,karena sebagian besar klien menjelang ajal menginginkan sebanyak mungkin mapan diri. Dalam pemeliharaan kemandirian dapat dilakukan bisa perawatan akut dirumah sakit,ada juga perawatan dirumah atau perawatan hospice. 1. pemeliharaan kemandirian di rumah sakit Klien yang memilih tempat perawatan menjelang ajal dirumah sakit diberikan kebebasan sesuai kemampuan. Sikap perawat dalam pemeliharaan kemandirian di rumah sakit : o Perawat harus mengimformasikan klien tentang pilihan o Perawat dapat memberikan dorongan dengan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan untuk memberikan rasa kontrol klien