Bab ini membahas konsep teori keragaman budaya dan perspektif transkultural dalam keperawatan. Perspektif transkultural dalam keperawatan bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan budaya pasien dengan mempertimbangkan 6 fenomena kultural. Asuhan keperawatan transkultural didasarkan pada konsep-konsep budaya dan prinsip-prinsip seperti pelestarian budaya, akomodasi budaya, dan penataan ulang budaya. Pengkajian bud
1. BAB II
KONSEP TEORI
KERAGAMAN BUDAYA DAN PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM
KEPERAWATAN
I. Perspektif Transkultural dalam Keperawatan
A. Keperawatan Transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan
Peran perawat transkultural menjembatani antara sistem perawat yang
dilakukan oleh masyarakat awam dengan perawatan profesional melalui asuhan
keperawatan. Keperawatan lintas budaya merupakan bidang studi dan praktik formal
yang berfokus pada analisis komparatif budaya dan sub budaya di dunia dalam
kaitanya dengan keperawatan kultural, kepercayaan tentang kesehatan dan penyakit,
nilai-nilai dan praktik yang bertujuan untuk menggunakan pengetahuan ini dalam
memberikan perawatan sesuai budaya tertentu atau sesuai budaya universal kepada
semua orang (Leininger,1978). Keperawatan lintas budaya memberikan kerangka
budaya kerja untuk memenuhi kebutuhan keperawatan kesehatan dari kelompok
dengan latar budaya beraneka ragam.
Dalam melakukan pencapaian keperawatan ada 6 fenomena kultural yang
dipertimbangkan, yaitu :
1. Komunikasi : verbal, non verbal bahasa utama
2. Ruang pribadi : tindakan lebih menonjol dari kata-kata
3. Organisasi sosial : Prilaku didapat, ciri khas budaya, nilai-nilai berorientasi
internal, kepercayaan keagamaan, pembuatan keputusan dalam keluarga.
4. Waktu : cara mengkaji waktu, konsep waktu
5. Lingkungan : mengevaluasi sistem kesehatan, lokus kontrol
6. Variasi biologis : struktur tubuh, genetik, atribut fisik, karakteristik psikologis
Mendorong potensi perawat untuk memberikan secara cermat arti diversivitas
bukan realitas masa depan tetapi tantangan masa kini dan kesempatan untuk
berkembang (Hagivary,1192). Ada 3 pendekatan profesi keperawatan untuk
menyiapkan praktisi untuk masa depan (Andrews,1992)
1. Lingkungan Praktis klinis
Diperlukan program pendidikan yang berkelanjutan guna menyadarkan
perawat akan nilai, kepercayaan dan praktek yang berlandaskan kepada
budaya mereka sendiri, meningkatkan dasar pengetahuan tentang kesehatan
berkaitan dengan budaya tertentu serta praktek orang lain yang akan di jumpai.
2. Lingkungan Akademis
Program sarjana muda dan sarjana mengalami kemajuan menandakan konsep
budaya dalam kurikulum keperawatan, pengajaran harus difokuskan pada
pengkajian kulturologi, variasi biokultural dalam kesehatan dan penyakit,
perbedaan kultural dalam komunikasi, kepercayaan beragama, nutrisi, aspek
perawatan dan sebagainya, memadukan konsep budaya dalam kurikulum
2. mencakup permainan simulasi, latihan klarifikasi nilai, kelompok pertemuan
untuk membangkitkan kesadaran dan pengalaman.
3. Bidang Penelitian
Dibutuhkan studi lintas budaya di bidang penelitian dasar dan penelitian
terapan, lembaga penyandang dana dan yayasan harus di dorong untuk
mendukung studi lingkungan budaya yang menekankan metode penelitian
kualitatif penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif menghasilkan data
yang bermanfaat untuk mencapai hasil optimal.
B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
Konsep dalam Transcultural Nursing
1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.
3. Perbedaan budaya, dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap
bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki
oleh orang lain.
5. Etnis, berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim
6. .Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi
pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
memberikan timbal balik diantara keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.
10. Cultural Care. berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
3. atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
11. Culturtal imposition, berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada
kelompok lain.
Paradigma Transcultural Nursing
Konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan
latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu: (Andrew and
Boyle, 1995).
1. Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai
dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun
dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
3. Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang
sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling
berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di
daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
1. Culture care preservation / maintenance : Yaitu prinsip membantu,
memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu
menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.
4. 2. Culture care accomodation / negotiation : Yaitu prinsip membantu,
memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya, merefleksikan cara-cara
untuk beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan
dan gaya hidup individu dan klien.
3. Culture care reparterning / restructuring : Yaitu prinsip merekontruksi atau
mengubah desain untuk memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien
kearah yang lebih baik.
Hasil yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada
asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health and well
being yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan
kesehatan yang sensitif, kreatif, serta cara- cara yang bermakna guna mencapai
tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
C. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya
Perawat harus memulai pengkajian dengan melihat latar budaya cultural yang
di miliki klien dan latar belakang social juga ketrampilan bahasa yang dimilikinya. Ini
diperlukan dalam mengumpulkan data mengenai penyebab penyakit dan masalah
klien. Proses pendekatan ini diperlukan untuk mengetahui atau mengidentifikasi
apakah klien mempunyai latar belakang budaya tradisional yang lebih dominan di
bandingkan dengan budayanya yang modern.
Sebelum memulai pengkajian perawat harusnya :
1. Membina hubungan saling percaya terlebih dahulu dengan klien
2. Mengidentifikasi bahasa yang digunakan
3. Mempelajari pola komunikasi kien dengan mengobservasi kemampuan verbal
dan nonverbalnya, contoh prilaku nonverbal dengan sentuhan, kontak mata
4. Mempelajari prilaku bermakna yang dimiliki klien – perawat dalam
berinteraksi
D. Beberapa Instrumen Pengkajian Budaya
Pengkajian budaya merupakan pengkajian yang sistematik dan komprehensif
dari nilai – nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik individual, keluarga dan
komunitas. Tujuan pengkajian budaya adalah untuk mendapatkan informasi yang
signifikan dari klien sehingga perawat dapat menerapkan kesamaan pelayanan
budaya.
Salah satu masalah dalam pengkajian budaya adalah kurangnya kemampuan
untuk mengkaji pihak dalam atau perspektif etnik klien dan interpretasi informasi
selama penilaian. Hal ini dapat tertolong dengan mengunakan pertanyaan terbuka,
terfokus, dan kontras. Tujuannya adalah mendorong klien agar dapat menggambarkan
nilai – nilai, kepercayaan, dan praktik yang berarti untuk pelayanan mereka yang tidak
disadari oleh penyelenggara pelayanan kesehatan. Pertanyaan berorientasi budaya
pada dasarnya bersifat luas dan membutuhkan lebih banyak penjelasan.
Sebaliknya pengkajian budaya bersifat mencampuri dan menghabiskan waktu
serta membutuhkan hubungan saling percaya antara sesama partisipan. Komunikasi
yang kurang biasanya terjadi pada hubungan interkultural. Hal ini disebabkan
5. perbedaan bahasa dan komunikasi di antara partisipan. Keterampilan manajemen
impresi penting bagi perawat. Hal ini didasarkan pada kemampuan perawat dalam
memahami sikap klien sesuai dengan konteks berpikirnya sehingga perawat dapat
bereaksi dalam konteks budaya yang sama. Manajemen impresi membutuhkan
keahlian berbahasa, interpretasi yang sama secara budaya terhadap sikap klien,
mendengarkan, dan keterampilan melakukan pengamatan. Pada saat pengkajian, nilai
dan dengarkan bahasa yang klien gunakan saat berbicara dan menulis serta putuskan
jika klien memerlukan seorang ahli bahasa. Perawat mempelajari berbagai
keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan pengkajian budaya yang akurat dan
komprehensif sepanjang waktu.
Gbr. Transkultural Assessment Model ( Giger & Davidhizar’s )
____Ruang____ _________
___Komunikasi__
Observasi tingkat
Bahasa lisan
___Pengkajian Keperawatan___ kenyamanan (dlm
Kualitas
berkomunikasi)
Mendapatkan Kesimpulan Data suara
Kedekatan dgn yg lain
Pengucapan
Penggunaan Gerakan tubuh
keheningan Persepsi ruang
nonverbal
__Keunikan Budaya Individu__ _______Orientasi Sosial_____
mengIndentifikasi Ras & Budaya Kultur
Klien Ras
tempat lahir
Etnik
waktu di Negara
Fungsi peran
keluarga
Pekerjaan
Variasi biologis Warna kulit Waktu luang
Gereja
Struktur tubuh
Warna rambut teman
Dimensi fisik lain
Keadaan genetic & enzim pd populasi Waktu
penyakit khusus
Kerentanan terhadap sakit & penyakit Pengunaannya
Kekurangan nutrisi Penghitungan
Karakteristik psikologi,koping dan social Definisi
support Waktu bersosial
Waktu bekerja
Kontrol Lingkungan orientasi waktu
(kemarin, sekarang, akan datang)
Praktik kesehatan Cutural
yang berhasil, netral,
disfungsional, tdk jelas
Nilai
Definisi dari sehat & Sakit
6. Contoh Instrumen Pengkajian Warisan Budaya
1. Dimana ibu Anda lahir ? ______
2. Dimana ayah Anda lahir ? ______
3. Dimana kakek – nenek Anda lahir ? ______
a. Ibu dari Ibu Anda ? ______
b. Ayah dari Ibu Anda ? ______
c. Ibu dari Ayah Anda ? ______
d. Ayah dari Ayah Anda ? ______
4. Berapa saudara laki – laki ______ dan perempuan ______
5. Dimana Anda dibesarkan ? Desa _____ Kota ______ Pinggir Kota ______
6. Dimana orang tua Anda dibesarkan ?
Ayah ______ Ibu ______
7. Berapa usia Anda ketika datang ke Indonesia ? ______
8. Berapa usia orang tua Anda ketika datang ke Indonesia ? ______
9. Ketika Anda dibesarkan, siapa yang tinggal dengan Anda ? ______
Keluarga Inti ______ atau Keluarga Besar ______
10. Apakah Anda mempertahankan kontak dengan :
a. Bibi, Paman, Sepupu ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
b. Saudara Laki – Laki dan Perempuan ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
c. Orang Tua ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
d. Anak Anda Sendiri ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
11. Apakah kebanyakan dari bibi, paman, sepupu Anda tinggal dekat rumah
Anda?
( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
12. Kira – kira seberapa sering Anda mengunjungi anggota keluarga Anda yang
tinggal di luar rumah Anda ?
( 1 ) Setiap Hari _____( 2 ) Setiap Minggu ______ ( 3 ) Setiap Bulan ______
( 4 ) Hanya Liburan Khusus ______ ( 5 ) Tidak Pernah ______
13. Apakah nama asli keluarga Anda di ganti ?
( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
14. Apakah kepercayaan Anda ?
( 1 ) Katolik ______ ( 2 ) Islam ______
( 3 ) Protestan ______ Denominasi ______ ( 4 ) Lain – Lain ______
( 5 ) Tidak Ada ______
15. Apakah pasangan Anda mempunyai kepercayaan yang sama dengan Anda ?
( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
16. Apakah pasangan Anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan Anda ?
( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
17. Anda sekolah dimana ?
( 1 ) Pemerintah ______ ( 2 ) Swasta _____( 3 ) Seminari / Pesantren ______
18. Sebagai seorang dewasa, apakah Anda tinggal di daerah dimana tetangga
mempunyai kepercayaan dan latar belakang yang sama dengan Anda ?
( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
19. Apakah Anda memiliki institusi keagamaan ?
( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
20. Dapatkah Anda mengambarkan diri Anda sendiri sebagai anggota yang aktif?
( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
21. Seberapa sering Anda menghadiri institusi keagamaan Anda ?
( 1 ) Lebih dari satu minggu ______ ( 2 ) Setiap minggu ______
7. ( 3 ) Setiap bulan ______ ( 4 ) Sekali setahun atau kurang ______
( 5 ) Tidak pernah ______
22. Apakah Anda mempraktikkan keagamaan Anda di rumah?
( 1 ) Ya ______ (2) Tidak ______ ( bila ya, sebutkan tempatnya ) ______
( 3 ) Berdoa ______ ( 4 ) Membaca Kitab Suci ______ (5 ) Diet ______
( 6 ) Merayakan hari besar keagamaan ______
23. Apakah Anda menyiapkan makanan sesuai latar belakang etnik Anda?
( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
24. Apakah Anda berpartisipasi dalam aktivitas etnik ?
( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ ( bila ya, sebutkan tempatnya ) ______
( 3 ) Bernyanyi _____ ( 4 ) Perayaan Hari Besar _____
( 5 ) Berdansa ______( 6 ) Festival ______ ( 7 ) Adat Istiadat ______
( 8 ) Lain – Lain ______
25. Apakah teman Anda dari latar belakang kepercayaan yang sama dengan Anda?
( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
26. Apakah teman Anda dari latar belakang etnik yang sama dengan Anda?
( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
27. Apakah bahasa asli Anda ?
( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
28. Apakah Anda berbicara dengan bahasa tersebut ?
( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
29. Apakah Anda membaca dalam bahasa asli Anda ?
( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______
Makin besar jumlah jawaban Ya, makin kuat klien memiliki keturunan tradisional.
Contoh Lain Instrumen Pengkajian Keperawatan Terbuka
1. Menurut Anda apa yang menyebabkan penyakit Anda ?
2. Seperti apa kami dapat memecahkan masalah Anda ?
Terfokus
1. Apakah Anda pernah mengalami masalah ini sebelumnya ?
2. Apakah ada seseorang yang Anda ingin agar kami bicara dengannya mengenai
perawatan Anda?
Kontras
1. Bagaimana perbedaan masalah ini dengan masalah sebelumnya ?
2. Apa perbedaan antara apa yang perawat kerjakan dengan apa yang Anda
pikirkan bagaimana perawat lakukan untuk Anda ?
Riwayat Etnik
1. Berapa lama Anda / orang tua Anda tinggal di negara ini ?
2. Apa latar belakang etnik atau asal leluhur Anda ?
3. Seberapa kuat budaya mempengaruhi Anda ?
4. Ceritakan alasan Anda meninggalkan tanah air Anda ?
Organisasi Sosial
1. Siapa yang tinggal dengan Anda ?
2. Siapa yang Anda anggap sebagai anggota keluarga Anda ?
3. Dimana anggota keluarga Anda yang lain tinggal ?
4. Siapa yang membuat keputusan untuk Anda atau keluarga Anda ?
5. Siapa yang Anda cari saat memerlukan bantuan untuk keluarga Anda ?
6. Apa harapan Anda terhadap anggota keluarga yang pria, wanita, tua, atau
muda ?
8. Status Sosioekonomi
1. Apa yang Anda lakukan untuk kehidupan ?
2. Bagaimana perbedaan kehidupan Anda di sini dibandingkan tempat asal?
Ekologi Biokultural dan Risiko Kesehatan
1. Apa penyebab masalah Anda ?
2. Bagaimana masalah mempengaruhi Anda atau bagaimana masalah itu
mempengaruhi kehidupan Anda dan keluarga Anda ?
3. Bagaimana Anda mengatasi masalah tersebut di rumah ?
4. Apa masalah lain yang Anda hadapi ?
Bahasa dan Komunikasi
1. Apa bahasa yang Anda gunakan di rumah ?
2. Apa bahasa yang Anda gunakan untuk membaca dan menulis ?
3. Bagaimana perawat harus berbicara atau memanggil Anda ?
4. Apa jenis komunikasi yang menggangu Anda ?
Kepercayaan dan Praktik Pelayanan
1. Apa yang Anda lakukan untuk menjaga kesehatan Anda ?
2. Apa yang Anda lakukan untk menunjukkan kepedulian Anda ?
3. Bagaimana Anda merawat anggota keluarga yang sakit?
4. Pemberi layanan mana yang Anda cari saat Anda sedang sakit ?
5. Bagaimana perbedaan yang perawat lakukan dengan yang dilakukan keluarga
Anda saat Anda sedang sakit ?
II. Komunikasi Transkultural
A. Nilai dan Norma Budaya dalam Berkomunikasi
Ketika dua atau lebih orang berbeda budaya berkomunikasi, seringkali
ditemukan kesalahan interpretasi pesan yang disampaikan. Dalam hal mengurangi
dan menghindari hal tersebut pantaslah kita mempelajari nilai dan norma budaya
dalam berkomunikasi. Sebelum itu kita harus memahami dulu apa itu budaya :
Menurut clifford Geertz merujuk kepada Klukhohn (seorang antropologi) berasumsi
bahwa kebudayaan itu sebagai cermin bagi manusia (mirror of man) sehingga dia
mengajukan interpretasi terhadap makna budaya, bahwa kebudayaan itu merupakan :
1. Keseluruhan pandangan hidup dari manusia
2. Sebuah warisan sosial yang dimiliki oleh individu dari kelompoknya
3. Cara berfikir, perasaan dan mempercayai
4. Abstraksi dan perilaku
5. Bagian penting dari te tentang teori para antropolog tentang cara-cara di mana
sebuah kelompok orang menyatakan kelakuannya
6. Sebuah gudang pusat pembelajaran
7. Sebuah unit standarisasi orientasi untuk mengatasi pelbagai masalah yang
berulang-ulang
8. Perilaku yang dipelajari
9. Sebuah mekanisme bagi pengaturan regulatif atas perilaku
10. Kesimpulan teknik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan lain dan orang
lain
11. Lapisan atau endapan dari sejarah manusia
12. Peta perilaku, matriks perilaku dan saringan perilaku
9. Budaya adalah “Metakomunikasi sistem” dimana tidak hanya kata yang diucapkan
yang memberi makna, tetapi segala sesuatu yang lain juga (Matsumoto &
Matsumoto,1989)
Budaya adalah pikiran, komunikasi, tindakan, keyakinan, nilai, dan lembaga-lembaga
ras dan etnik, agama atau kelompok sosial (OMH,2001)
Budaya adalah : Segala sesuatu yang dihasilkan dari kehidupan individu dan
kelompoknya.
Wujud kebudayaan
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan dsb. Merupakan wujud ideal dari kebudayaan,
sifatnya abstrak, tak dapat di raba atau di lihat. Letaknya ada didalam fikiran
warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup. Dikenal
dengan adat istiadat atau sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil
karya para penulis warga masyarakat bersangkutan.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat, disebut juga sistem social. Sistem social ini
terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, bergaul
yang berdasarkan adat social tata kelakuan. Sistem social ini bersifat konkrit,
serta terjadi dikeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, di lihat dan
didokumentasikan.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, disebut
kebudayaan fisik, dan tak banyak memerlukan penjelasan. Merupakan seluruh
total dari hasil fisik dan aktifitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam
masyarakat. Sifatnya paling konkret, atau berupa benda-benda atau hal-hal
yang dapat di raba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti candi,
computer, pabrik baja, kapal, batik sampai kancing baju.
Nilai :
Nilai merupakan unsur penting dalam kebudayaan, nilai membimbing manusia
untuk menentukan sesuatu itu boleh dilakukan atau tidak, nilai bersifat abstrak dan
nilai membentuk sikap kita tentang sesuatu apakah itu bermoral dan tidak bermoral,
baik atau buruk, benar atau salah, dan indah atau buruk.
Norma :
Nilai dapat dibedakan dari norma, nilai hanya meliputi penilaian tentang baik
buruknya objek, peristiwa, tindakan atau kondisi, sedangkan norma lebih merupakan
standart prilaku. Norma merupakan nilai-nilai budaya yang merupakan standar
kelompok, dasar dari kehidupan sebuah kelompok, jika nilai memperkenalkan kita
bagaimana berprilaku sepantasnya maka norma secara khusus menggariskan kontrol
terhadap perilaku. Sebuah norma adalah aturan yang mengatur tentang hukuman atau
ganjaran dalam berbagai bentuk sesuai dengan variasi posisi sosial orang dalam relasi
antar manusia. Semua tindakan manusia memiliki akibat tertentu dan norma secara
khusus memberi akibat sosial bagi seseorang yang melangar aturan tersebut, Bentuk-
bentuk norma antara lain :
10. 1. Cara
Merujuk pada suatu bentuk perbuatan, norma ini memeiliki kekuatan yang
lemah, merupakan perbuatan yang diulang-ulang. Contohnya : Menghirup
kopi panas dengan bunyi, jika dilakukan tidak ada saksi apa-apa.
2. Kebiasaan
Menurut Sumnner kebiasaan sebagai aturan adat istadat yang dapat dilihat
dalam belbagai situasi, namun tidak cukup kuat mengatur kelompok. Misalnya
: Bercakap-cakap sebelum rapat, hal ini juga tidak melangar apa-apa
3. Tata Kelakuan
Tata kelakuan berisi perintah dan larangan sehingga anggota masyarakat
menyesuaikan perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut. Contohnya :
Perihal antara hubungan pria dan wanita
4. Adat Istiadat
Anggota masyarakat yang melangar adat istiadat akan menerima saksi yang
keras . Contohnya : Perkawinan antar strata di Sumba dan Bali, akan mendapat
sanksi yang keras misalnya dikeluarkan daro strata tersebut.
Nilai dan norma diperlukan sebagai kontrol prilaku kehidupan manusia sehari-hari.
B. Prinsip-prinsip dalam Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata kerja “communicâre”, dalam bahasa Latin yang
berarti menjadikan lazim/umum, membagi, berpartisipasi (mengikutsertakan) atau
menanamkan. (Guralnik, 1989). Akan tetapi komunikasi melampaui definisi tersebut,
dimana komunikasi mencakup keseluruhan bidang interaksi dan tingkah laku
manusia. Semua tingkah laku, baik verbal mapun nonverbal yang ditampilkan oleh
individu disebut sebagai komunikasi. (Potter & Perry, 2005; Watzlawick, Beavin, &
Jackson, 1967). Komunikasi merupakan keterampilan dasar dalam semua interaksi
keperawatan. Dalam komunikasi terkandung sistem tingkah laku yang terpola dan
teratur yang memungkinkan terjadinya seluruh interaksi antara perawat dan klien. Di
dalamnya terdapat pertukaran pesan yang memiliki arti.
Komunikasi dan budaya sangat erat berhubungan. Komunikasi merupakan
alat/cara bagaimana budaya ditransmisikan dan dipelihara/dipertahankan. (Delgado,
1983). Budaya mempengaruhi bagaimana perasaan diekspresikan serta ekspresi verbal
dan nonverbal apa yang tepat untuk digunakan. Contohnya, orang Amerika lebih suka
menutupi perasaannya dan secara umum jarang menggunakan bahasa sentuhan,
sebaliknya budaya ketimuran lebih terbuka dalam mengekspresikan perkabungan /
duka, kemarahan, atau kegembiraan serta lebih banyak menggunakan sentuhan.
(Davidhizar & Giger, 2002; Hall,1966; Thayer,1988).
Variabel – variabel budaya lainnya, seperti persepsi terhadap waktu, kontak
fisik dan hak – hak wilayah juga mempengaruhi komunikasi. Komunikasi membentuk
rasa kebersamaan dengan orang lain dan memungkinkan pertukaran/sharing
informasi, isyarat atau pesan – pesan dalam bentuk ide – ide dan perasaan. Melalui
komunikasi seseorang dapat mempengaruhi orang lain melalui tulisan atau bahasa,
gerak isyarat (gesture), ekspresi wajah, bahasa tubuh, space (jarak) atau simbol –
simbol lainnya. Dalam komunikasi yang efektif terdapat saling pengertian terhadap
arti yang terkandung dalam pesan yang disampaikan. Komunikasi yang efektif
mengenai informasi pelayanan kesehatan memotivasi klien untuk bekerjasama dengan
perawat dalam mengelola kesehatannya. (Giorgianni, 2000).
11. Untuk meningkatkan komunikasi transkultural yang efektif, perawat harus
menghindari penggunaan istilah – istilah teknis yang khusus, logat/ucapan yang
populer, ucapan sehari – hari, singkatan, dan istilah – istilah medis yang berlebihan.
Lipson dan Steigner (1996) menyarankan strategi dalam tiga domain, yaitu afektif,
kognitif, dan behaviour untuk komunikasi transkultural yang efektif. Dalam domain
afektif meliputi rasa hormat, penghargaan dan perasaan nyaman terhadap perbedaan
budaya, rasa senang untuk mempelajari budaya yang berbeda, kemampuan untuk
mengobservasi tingkah laku tanpa menghakimi, kesadaran akan nilai – nilai budaya
dan kepercayaan. Dalam domain kognitif ditekankan adanya pengetahuan tentang
perbedaan budaya, kemampuan untuk mengenali adanya penjelasan budaya terhadap
permasalahan interpersonal, pemahaman tentang adanya perbedaan makna satu
terhadap yang lain, dan pemahaman akan sistem sosial politik untuk menghargai
pengobatan terhadap kaum minoritas. Dalam domain behaviour (keterampilan
berkomunikasi), adanya fleksibilitas dalam gaya komunikasi baik verbal maupun
nonverbal, kemampuan untuk berbicara dengan perlahan, dan jelas tanpa istilah –
istilah yang berlebihan, kemampuan untuk memberi dorongan pada klien untuk
mengekspresikan dirinya, kemampuan untuk berkomunikasi secara menarik dan
empati, sabar, serta mengenali apabila ada kesalahpahaman yang terjadi.
Pedoman Dalam Berhubungan Dengan Klien dengan Budaya yang Berbeda :
1. Kaji nilai – nilai kepercayaan pribadi anda terhadap budaya yang berbeda.
Review kembali pengalaman pribadi
Singkirkan nilai – nilai, bias, ide – ide dan tingkah laku yang berpengaruh
negatif terhadap perawatan.
2. Kaji variabel – variabel komunikasi dari perspektif budaya
Tentukan identits etnis pasien
Gunakan pasien sebagai sumbernya (apabila memungkinkan).
Kaji faktor – faktor kultural yang dapat mempengaruhi hubungan perawat dan
klien kemudian beresponlah dengan tepat.
3. Rencanakan perawatan sesuai dengan kebutuhan komunikasi dan latar
belakang budaya.
Pelajari sebanyak mungkin tentang budaya dan kepercayaan klien.
Dorong pasien untuk menyatakan persepsinya terhadap kesehatan, sakit dan
pelayanan kesehatan.
Rasa sensitif terhadap keunikan pasien.
Komunikasi pada tingkatan fungsi pasien.
Evaluasi efektifitas tindakan keperawatn dan modifikasi apabila diperlukan.
4. Modifikasi pendekatan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan budaya.
Perhatikan tanda – tanda rasa takut, kecemasan dan kebingungan klien
Beri respon yang menenangkan hati dengan mempertahankan budaya klien.
5. Pahami bahwa penghargaan terhadap klien merupakan hubungan yang
terapeutik.
Berkomunikasi dengan hormat menggunakan pendekatan pendekatan yang
baik dan menenangkan hati.
Gunakan teknik mendengar yang sesuai.
6. Berkomunikasi tanpa cara – cara yang kelihatan mengancam.
Lakukan wawancara tanpa terburu – buru
Ramah tamah
12. Tanyakan pertanyaan yang umum selama mengumpulkan informasi.
Bersikap sabar apabila respon klien tidak sesuai dengan persoalan kesehatan
klien.
Ciptakan hubungan saling percaya dengan mendengar secara teliti, dan berikan
waktu serta perhatian penuh pada klien.
7. Gunakan teknik validasi dalam komunikasi.
Sadar akan fedback / respon klien yang tidak mengerti.
Jangan membuat asumsi pengertian tanpa distorsi.
8. Pahami adanya keengganan untuk membicarakan masalah yang berhubungan
dengan seksualitas.
Sadari bahwa dalam beberapa budaya permasalahan seksual tidak dapat
dibicarakan secara leluasa dengan perawat / orang dengan jenis kelamin yang
berbeda.
9. Adopsi pendekatan khusus, apabila pasien berbicara dengan bahasa yang
berbeda.
Gunakan intonasi suara dan ekspresi wajah yang perhatian untuk membantu
mengurangi ketakutan klien.
Bicara dengan perlahan dan jelas, namun tidak keras.
Gunakan bahasa isyarat, gambar, dan bermain peran untuk membantu
pemahaman klien.
Ulangi pesan dengan cara yang berbeda jika diperlukan.
Perhatikan kata – kata yang dipahami klien dan gunakan itu sesering mungkin.
Pertahankan pesan yang sederhana dan ulangi terus menerus
Hindari penggunaan istilah medis dan singkatan yang tidak dipahami klien.
Gunakan kamus bahasa yang tepat.
10. Gunakan interpreter (penerjemah) untuk meningkatkan komunikasi.
Minta interpreter untuk menerjemahkan pesan, tidak hanya kata – kata pribadi.
Dapatkan fedback untuk mengkonfirmasi pemahaman.
Gunakan interpreter yang sensitif terhadap budaya.
C. Bentuk Komunikasi Transkultural
Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk mengidentifikasi,
menguji, mengerti dan menggunakan pemahaman keperawatan transkultural untuk
meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan.
Transkultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang focus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercaayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia.
Komunikasi antara perawat dan klien merupakan, komunikasi lintas budaya.
Komunikasi lintas budaya dapat dimulai melalaui proses diskusi dan bila perlu dapat
dilakukan identifikasi melalui bagaimana cara masyarakat dari berbagai budaya
diindonesia berkomunikasi ,misalnya di suku jawa, betawi, sunda, padang, Bengkulu,
osing, tengger, dan sebagainya.
13. Komunikasi lintas budaya dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar atau menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa
ibu. Bila tidak memahami bahasa klien, perawat dapat menggunakan penerjemah.
Dalam komunikasi lintas budaya, perawat dapat menjumpai suatu hal yang pada
budaya tertentu bermakna positif tetapi di budaya lain bermakna negative. Hal ini
harus di pahami oleh perawat sehingga tidak menyebabkan terputusnya komunikasi.
D. Media Komunikasi Transkultural
Komunikasi dan budaya saling berkaitan erat. Melalui komunikasi, budaya
ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan pengetahuan tentang
budaya ditransmisikan dalam kelompok dan untuk orang-orang diluar kelompok.
Berkomunikasi dengan klien dari latar belakang etnis dan budaya sangat pentung
untuk memberikan perawatan yang kompeten secra budaya. Ada variasi budaya
dalam komunikasi baik verbal maupun nonverbal.
1. Komunikasi verbal
Perbedaan budaya yang paling jelas adalah dalam komunikasi verbal : kosa
kata, struktur tata bahasa, kualitas suara, intonasi, ritme, kecepatan,
pronaunsiasi dan keheningan. Komunikasi verbal menjadi sulit ketika
melibatkan interaksi orang-orang yang berbeda bahasa. Klien memungkinkan
untuk berkomunikasi verbal dengan yang lain. Untuk klien dengan bahasanya
tidak sama dengan pelaku kesehatan, perantara mungkin diperlukan. Seorang
translator mengubah bahan tertulis (seperti pamphlet pendidikan pasien) dari
satu bahasa ke bahasa yang lain. Seorang penerjemah adalah seorang individu
yang menengahi komunikasi antara orang-orang yang beda bahasa tanpa
menambah dan mengurangi arti atau pemaknaan.
2. Komunikasi nonverbal
Untuk berkomunikasi secara efektif dengan klien yang berbeda budaya.
Perawat perlu menyadari 2 aspek dari perilaku nonverbal komunikasi: 1). Apa
perilaku nonverbal yang berarti kepada klien. 2). Perilaku nonverbal dalam
kebudayaan klien.
Nonverbal komunikasi dapat mencakup penggunaan keheningan, gerakan
mata, ekspresi wajah, postur tubuh. Beberapa kebudayaan memerlukan
keheningan dalam komunikasi. Memberikan kesempatan untuk berbicara, atau
memberikan privasi kepada orang lain. Beberapa kebudayaan mengambarkan
keheningan itu sebagai tanda hormat dan setuju.
Ekspresi wajah bisa berbeda-beda diantara kebudayaan. Giger and Davidhizar
(1999) mengatakan Italia, Yahudi, Afrika, Amerika, dan Spanyol lebih cepat
tersenyum dan menggunakan ekspresi wajah. Lebih tertutup dalam
mengkomunikasikan perasaannya khususnya kepada orang lain.
Komunikasi nonverbal acapkali menjadi lebih bermakana dibanding
komunikasi nonverbal meliputi mimic wajah, sorot mata, bentuk bibir, jarak, gerakan
anggota tubuh dan posisi tubuh, tekanan suara, objek yang selalu di perhatikan , serta
sentuhan. Mimic wajah dapat menunjukkan sikap bersahabat atau marah. Untuk
dapat memahami bahasa nonverbal, perawat harus berlatih secara optimal. (Ferry
Efend, Makhfudli)
14. E. Hambatan – hambatan dalam Proses Komunikasi
1. Hambatan Fisik
Dapat berupa hambatan jarak komunikasi yang sering kali mengganggu proses
komunikasi, ataupun ketidakadaan fasilitas yang mampu meminimalisir
hambatan jarak tersebut.
2. Hambatan Teknis
Yang bersifat teknis seperti gangguan pada alat komunikasi, media, teknologi
dan sebagainya.
3. Hambatan Semantik
Hambatan yang berasal dari pengunaan bahasa karena :
Perbedaan bahasa
Perbedaan persepsi
Penggunaan istilah yang berlebihan
Ketidak mampuan memilih kata atau kalimat
4. Hambatan Psikologis
Situasi dan kondisi psikis yang terdapat / dimiliki oleh komunikan dan
komunikator. Misalnya cemas, malu, takut dan sebagainya.
5. Hambatan Status
Situasi dan kondisi psikis antara komunikator dengan khalayak sering kali
menjadi hambatan yang dapat mengurangi pencapaian tujuan
komunikasi.misalnya ketika seorang dosen muda harus memberi kuliah
didepan mahasiswa pasca sarjana yang ternyata sebagian besar adalah atasan
didepartemen tersebut.
6. Hambatan Budaya
Perbedaan budaya (nilai, norma, kebiasaan, adat istiadat) merupakan faktor
yang sering membuat tujuan komunikasi terhambat. Karena budaya yang
dianut oleh sebuah masyarakat merupakan hasil internalisasi individu terhadap
nilai, norma, kebiasaan dan adat dimana ia tinggal selama bertahun tahun,
maka kita mengenal ada yang namanya : Akulturisasi, Asimilasi.
7. Hambatan Kerangka berfikir
Komunikasi yang efektif dapat terjadi ketika terjadi himpitan kepentingan
(over lapping of interest) / kesamaan persepsi antara komunikator dengan
komunikan.kesamaan ini dapat terwujud jika ada perbedaaan yang mencolok
dalam kerangka berpikir komunikan dan komunikator.
8. Hambatan Kebutuhan dan Ketertarikan
9. Hambatan Lingkungan
15. BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Kasus I (Unit Perspektif Transkultural)
Seorang pasien laki-laki korban tabrak lari, masuk ke unit perawatan sebuah
rumah sakit. Pasien mengalami fraktur dekstra dan terpasang traksi. Pasien juga
mengalami perdarahan abdomen dan telah dilakukan tindakan laparatomy eksplorasi.
Pasien dalam status NPO ( nothing per oral). Dilihat dari wajahnya, pasien adalah
seorang keturunan India. Ia berteriak-teriak meminta minum dalam bahasa Inggris.
Perawat berusaha untuk menjelaskan bahwa saat ini pasien tidak boleh minum. Pasien
tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik sementara di ruang perawatan tersebut
tidak ada perawat yang lancar berbahasa Inggris.
1. Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi di atas ?
Menunjukan peranan Independent dari perawat dengan :
Mengenal budayanya (nilai, kepercayaan, prilaku, kebiasaan)
Mengenal etnik / suku /latar belakang dari pasien (bahasa)
2. Apa yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien ?
Perawat memulai pengkajian dengan melihat latar budaya cultural yang di
miliki klien dan latar belakang social juga ketrampilan bahasa yang dimilikinya.
Dengan cara :
Perawat harus bersikap terbuka dengan cara menerima pasien sesuai dengan
perbedaan budayanya
Memanggil dengan nama belakang klien / nama lengkap
Ciptakan hubungan saling percaya
Dengan menggunakan bahasa yang sederhana , verbal & non verbal (isyarat &
tulisan)
Mencari bantuan dari orang terdekat pasien yang bisa dan mengerti bahasa
Indonesia
Mencarikan penerjemah, bila pasien masih tidak dapat mengerti & bila tidak ada
keluarga. Kriteria penerjemah sebaiknya sbb :
Jenis kelamin yang sama
Umurnya lebih dewasa
Mempunyai status social yang sama dengan klien
Yang mempunyai pemahaman tentang budaya India
Mengerti tentang kesehatan
Ini diperlukan dalam mengumpulkan data mengenai penyebab penyakit dan masalah
klien. Tindakan keperawatan yang diberikan klien ada 3 :
1. Cultur care preservation : Prinsip membantu, memfasilitasi, atau memperhatikan
fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya
hidup yang diinginkan. Contohnya memberitahukan bahwa Ia tidak boleh minum
dengan bahasa verbal maupun non verbal (Gambar/tulisan dan isyarat)
16. 2. Cultur care accomodation : Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan
fenomena yang ada, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau
mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau klien.
Contohnya: meletakan peralatan yang dibutuhkan klien (tisu, pulpen, kertas dll)
3. Cultur care repatterning : Prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk
membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih
baik. Contohnya Klien diharuskan bedrest total dikarenakan ada traksi dan post
operasi laparatomy eksplorasi
17. BAB II
TINJAUAN TEORI
I. PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN
A. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan
Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti
kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil
karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat.
(koentjoroningrat, 1986)
Wujud-wujud kebudayaan antara lain :
1. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan
2. Kompleks aktivitas atau tindakan
3. Benda-benda hasil karya manusia
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat
dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan.
Teori transkultural dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
cultural yang melekat dalam masyarakat.
Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai
dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh
perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami
oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan
perbedaan nilai budaya.
18. Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan
pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar
belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural
adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi
perbandingan tentang perbedaan budaya.
Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti
dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan
kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori
caring, caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga
meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi,
struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
Konsep dalam transcultural nursing adalah :
1) Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
2) Nilai budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang
dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
3) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan
Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan
19. 4) Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu
menganggap budayanya adalah yang terbaik
5) Etnis
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim
6) Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.
Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia kepada
generasi berikutnya (taylor,1989)
7) Etnografi: Ilmu budaya
Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu.
8) Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhikebutuhan
baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia
9) Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan
individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan
untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia
10) Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi digunakan
untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu, keluarga atau
20. kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai
11) Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.
Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan,
nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang
budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu :
Manusia
Individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini dan berguna menetapkan pilihan dan melakukan pilihan
Konsep sehat sakit
Sehat adalah kesuksesan beradaptasi mempertahankan intergritas terhadap perubahan
lingkungan sedangkan sakit adalah suatu keadaan kegagalan dalam beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan
Lingkungan
Perubahan dinamis yang mempengaruhi individu yang meliputi lingkungan internal dan
eksternal
Keperawatan
C. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya
Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan
yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan
keperawatan.
21. Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan
keperawatan yaitu:
1. Culture care preservation / maintenance
Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi/memerhatikan fenomena budaya guna
membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan guna hidup yang diinginkan
2. Culture care accommodation / negotiation
Yaitu prinsip membantu, memerhatikan fenomena buadaya yang ada, yang
merefleksiakan cara untuk beradaptasi, bernegosiasi / mempertimbangkan kondisi
kesehatan dan gaya hidup klien
3. Culture care repatterning / restructuring
Yaitu prinsip merekonstruksi / mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi
kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih baik
Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh
perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien
(Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai
tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar,
1995).
Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada”Sunrise Model”
yaitu:
1. Faktor teknologi (technological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi
sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari
bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien
22. tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi
para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan
kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang
harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang
klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu kaidah
yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di
kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga,
bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew
and Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan
yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
23. 6. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
7. Faktor pendidikan ( educational factors )
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien
biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat
belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal
yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya
sehingga tidak terulang kembali.
Prinsip-prinsip pengkajian budaya:
a. Jangan menggunakan asumsi.
b. Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang
Jawa halus.
c. Menerima dan memahami metode komunikasi.
d. Menghargai perbedaan individual.
e. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.
f. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.
D. Instrumen Pengkajian Budaya
Sejalan berjalnnya waktu,Transkultural in Nursing mengalami perkembangan oleh
beberapa ahli, diantaranya:
24. 1. Sunrise model (Leininger)
Yang terdiri dari komponen:
a. Faktor teknbologi (Technological Factors)
- Persepsi sehat-sakit
- Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan
- Alasan mencari bantuan/pertolongan medis
- Alasan memilih pengobatan alternative
- Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah
kesehatan
b. Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors)
- Agama yang dianut
- Status pernikahan
- Cara pandang terhadap penyebab penyakit
- Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan
c. Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors)
- Nama lengkap & nama panggilan
- Umur & tempat lahir,jenis kelamin
- Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways)
- Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas
- Bahasa yang digunakan
- Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan
25. - Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas
sehari-hari
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors)
Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas
budaya,meliputi:
- Peraturan dan kebijakan jam berkunjung
- Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu
- Cara pembayaran
f. Faktor ekonomi (Economical Factors)
- Pekerjaan
- Tabungan yang dimiliki oleh keluarga
- Sumber biaya pengobatan
- Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll.
- Patungan antar anggota keluarga
g. Faktor Pendidikan (Educational Factors)
- Tingkat pendidikan klien
- Jenis pendidikan
- Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif
- Pengetahuan tentang sehat-sakit
2. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar
Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu
kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi:
26. a. Komunikasi (Communication)
Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas suara,pengucapan
(pronounciation),penggunaan bahasa non verbal,penggunaan „diam‟
b. Space (ruang gerak)
Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang
ruang gerak dan pergerakan tubuh.
c. Orientasi social (social orientastion)
Budaya,etnisitas,tempat,peran dan fungsi keluarga,pekerjaan,waktu
luang,persahabatan dan kegiatan social keagamaan.
d. Waktu (time)
Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu,waktu untuk bekerja dan
menjalin hubungan social,orientasi waktu saat ini,masa lalu dan yang akan
datang.
e. Kontrol lingkungan (environmental control)
Nilai-nilai budaya,definisi tentang sehat-sakit,budaya yang berkaitan dengan
sehat-sakit.
f. Variasi biologis (Biological variation)
Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi
enzim dan genetic,penyakit yang spesifik pada populasi terntentu,kerentanan
terhadap penyakit tertentu,kecenderungan pola makan dan
karakteristikpsikologis,koping dan dukungan social.
3. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle
Komponen-komponenya meliputi:
a. Identitas budaya
b. Ethnohistory
c. Nilai-nilai budaya
27. d. Hubungan kekeluargaan
e. Kepercayaan agama dan spiritual
f. Kode etik dan moral
g. Pendidikan
h. Politik
i. Status ekonomi dan social
j. Kebiasaan dan gaya hidup
k. Faktor/sifat-sifat bawaan
l. Kecenderungan individu
m. Profesi dan organisasi budaya
Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada
klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui
media: verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif
bagi kesehatan dan kesejahteraan klien.
Aplikasi konsep dan prinsip transkultural sepanjang daur kehidupan manusia (perawatan dan
pengasuhan anak).
Budaya adalah konteks pengalaman anak tentang sehat dan sakit, kesejahteraan dan
kesakitan (Talabere, 1996). Pandangan holistik tentang anak mengharuskan perawat
mengembangkan beberapa pemahaman tentang cara budaya berkontribusi pada
perkembangan hubungan sosial dan emosi dan cara budaya mempengaruhi praktik
pengasuhan anak dan sikap masyarakat terhadap kesehatan.
Budaya adalah pola asumsi, keyakinan, dan praktik yang secara tidak sadar
membentuk/ membimbing pandangn dan keputusan secara kelompok masyarakat
(Buchwald dkk, 1994).
Ras adalah suatu pembagian sifat yang dimiliki makhluk hidup yang dapat diwariskan
melalui keturunan, misal; kaukasia (putih), negro (hitam), dan Mongol (kuning).
Etnisitas yaitu afiliasi dari sekelompok individu yang mempunyai keturunan budaya,
sosial dan bahasa yang unik.
Sosialisasi yaitu proses ketika anak mendapatkan keyakinan, nilai, dan perilaku
masyarakat tertentu untuk dapat berfungsi dalam kelompok tertentu.
28. Budaya dan sub budaya mempengaruhi keunikan anak dalam cara yang tidak jelas
dan pada usia dini, sehingga anak tumbuh merasa bahwa keyakinan, sikap, nilai dan praktik
mereka ”benar” atau ”normal”, individu dari budaya lain mungkin dianggap ”menyimpang”
atau ”salah”. Suatu set nilai yang dipelajari pada masa kanak-kanak cenderung mencirikan
karakteristik dan perilaku anak terhadap hidup, membimbing mereka untuk berjuang
sepanjang hidup dan memantau keinginan impulsif mereka yang berentang pendek.
Karenanya setiap masyarakat terus menerus mensosialisasikan setiap generasi pada warisan
budayanya.
Budaya mengembangkan dan menguatkan perilaku yang dianggap tepat dan
diinginkan; budaya berupaya menekan atau menyingkirkan perilaku yang tidak sesuai dengan
norma budaya. Beberapa budaya mendorong perilaku agresif pada nak-anak mereka; budaya
lain lebih memilih kepatuhan dan keramahan. Beberapa budaya mendorong kecerdikan dan
kompetisi; budaya lain menekankan kerjasama dan patuh pada minat kelompok.
Budaya dapat juga berbeda dalam status kelompok yang didasarkan pada usia dalam
keterampilan. Bahkan permainan dan tipe mainan anak ditentukan secara budaya. Dalam
beberapa budaya anak bermain dalam kelompok yang terdiri atas jenis kelamin yang sama, di
budaya lain bermain dalam jenis kelamin campuran. Pada beberapa budaya, perbaikan tim
lebih menonjol, dibudaya lain kebanyakan permainan dibatasi pada permainan individual.
D. Studi Kasus
Seorang klien perempuan berusia 25 tahun sedang hamil 4 bulan. Ini merupakan
kehamilannya yang pertama. Klien tersebut berasal dari daerah Sunda sedangkan suaminya
berasal dari Tapanuli. Mereka saat ini tinggal di Jakarta. Sejak mengetahui istrinya hamil,
suami klien berusaha untuk memanjakan istrinya dan melarangnya bekerja dan meminta
orang tua (ibu) klien untuk menemani klien di rumah. Orang tua klien masih sangat ketat
mengikuti adat istiadat mereka demikian pula halnya dengan orang tua suami klien. Klien
merasa tertekan dengan kondisi kehamilannya dan perlakuan yang diterimanya dari suami,
orang tua, dan mertuanya.
Pertanyaan:
Analisa kasus tersebut berdasarkan konsep budaya dan transkultural yang telah saudara
pelajari. Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi di atas? Apa yang sebaiknya
dilakukan perawat untuk membantu klien dan keluarganya?
29. Budaya Tapanuli Budaya Sunda
Tidak boleh keluar rumah Tidak boleh keluar rumah sembarangan,
sembarangan, terutama sore hari terutama sore hari
Ibu hamil harus makan makanan adat Hanya memakan sayuran (dianggap
Batak berupa ikan batak, jenis ikan baik), sedangkan ikan, daging, dan buah-
Mahseer buahan dianggap tidak baik untuk bayi
Harus menggunakan ulos Tondi (kain Tidak boleh melilitkan anduk/ kain di
khusus), agar ibu dan bayinya sehat leher ibu hamil, agar bayi tidak terlilit
pada waktu melahirkan kelak tali pusat
Tidak boleh minum air terlalu banyak
karena bila melahirkan nantinya akan
terlalu banyak air atau anak kembar
Pantang makan gula merah/ tebu serta
nanas karena dapat membuat perut ibu
hamil sakit
Dianjurkan minum air kelapa muda
Dianjurkan untuk minum minyak kelapa
seiring dengan semakin besarnya usia
kehamilan, terutama usia 9 bulan
Dilarang menucapkan beberapa kata-
kata pantangan
Peran Perawat pada kasus tersebut:
1. Mengkaji tingkat stress klien
2. Mengkaji kebudayaan dari kedua keluarga ( Tapanuli dan Sunda ) dari pasien dan
keluarga serta mencarinya di literatur
3. Menkaji faktor-faktor budaya yang bertentangan dengan prinsip kesehatan dan tingkat
stress klien
4. Membina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga
30. 5. Perawat bersama dengan keluarga klien mendiskusikan hal-hal yang diinginkan atau
dicapai oleh klien beserta keluarga (suami, ibu klien dan mertua)
6. Menjelaskan pada keluarga mengenai budaya yang bertentangan dengan kesehatan
7. Melibatkan keluarga untuk bekerja sama (problem solving) yang berhubungan dengan
faktor budaya
31. BAB II
TINJAUAN TEORITIS
PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN
a) Pengertian
Transkultural adalah sub bidang keperawatan yang difokuskan pada studi
komperatif dan analisis dari berbagai kultur dan subkultural dengan
mempertimbangkan perilaku kasih sayang mereka;asuhan keperawatan,dan nilai-
nilai sehat sakit,keyakinan dan pola-pola perilaku(Leininger 1978)
b) Tujuan
Mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik
keperawatan pada kebudayaan (kultur-culture) yang spesifik dan
universal(Leininger 1978)
Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang
spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain,sedangkan kebudayaan yang
universal adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan
oleh hampir semua kebudayaan seperti budaya olahraga untuk memperbaiki
kesehatan.Sangat penting untuk perawat yang bekerja dengan
individu,kelompok,keluarga atau komunitas dengan keyakinan nilai dan praktik
budaya yang unik.Keperawatan transkultural mencakup pengintegritasian
pandangan,pengetahuan,dan pengalaman budaya dalam semua area proses
keperawatan ;walau demikian model ini tidak memberikan panduan untuk
mengkaji klien,individu,kelompok atau komunitas juga tidak memadu
diagnosis,perencanaan,dan intervensi keperawatan.Model itu menjadi pedoman
untuk membangkitkan teori-teori bagi praktik keperawatan dalam budaya khusus.
Negosiasi budaya atau intervensi dan implementasi keperawatan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya.Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan
budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan,misalnya jika
32. klien sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan makanan yang berbau
amis seperti ikan,maka klien tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein
nabati yang lain.
Restrukturisasi budaya perlu dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan
status kesehatan klien.Perawat berupaya melakukan strukturisasi gaya hidup klien
yang biasanya merokok menjadi tidak merokok.Seluruh perencanaan dan
implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga
budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola rencana
hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
Pendekatan transkultural merupakan suatu perspektif yang unik karena bersifat
kompleks dan sistematis secara ilmiah yang secara konstektal melibatkan banyak
hal,seperti bahasa yang digunakan,tradisi,nilai historis yang teraktualisasikan,serta
ekonomi.Konsekuensinya,perawat sebagai tenaga kesehatan perlu memahami
perbedaan substansi di antara individu,keluarga,komunitas termasuk organisasi
pelayanan kesehatan.Misalnya keluarga yang tinggal di daerah pantai,pegunungan
atau pengungsian mereka memiliki konteks yang berbeda termasuk system nilai yang
diaktualisasikan.Perawat idealnya memiliki kompetensi budaya sehingga asuhan
keperawatan yang diberikan dapat efektif dan bersifat humanis
I. KEPERAWATAN TRANSKULTURAL DAN GLOBALISASI DALAM PELAYANAN
KESEHATAN
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abab ke 21
termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkwalitas akan semakin
besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara
(imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adanya oergeseran terhadap tuntutan
asuhan keperawatan.Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of
knowledge yang kuat, yang dapat dilambangkan serta dapat diaplikasikan dalam
praktek keperawatan.Perkembangan teori keperawatanx terbagi menjadi 4 level
perkembangan yaitu metha theory, grand theory, middle range theory dan practice
theory.
Salah satu teori yang diungkapkan pada middle range theory adalah
Transkultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
33. dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan
asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien
pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan
nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.
II. KONSEP DAN PRINSIP DALAM ASUHAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
i. Konsep dalam asuhan keperawatan traskultural
1) Budaya
Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari,serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil
keputusan.
Budaya adalah suatu komplek yang mengandung pengetahuan, keyakinan,
seni, moral, hokum, kebiasaan dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan
manusia sebagai aggota komunitas setempat.
Karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut:
Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak
ada dua budaya tang sama persis.
Budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis, karena budaya
tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga
mengalami perubahan.
Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri
tanpa disadari.
2) Nilai budaya
Adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi
tindakan dan keputusan.
3) Perbedaan budaya
34. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
optimal dari pemberian asuhan keperawatan.
4) Etnosentris
Adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh
orang lain.
5) Etnis
Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya
yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
6) Ras
Merupakan system pengklarifikasian manusia berdasarkankarakteristik
fisik, pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh dan bentuk
kapala. Ada 3 (tiga) jenis ras yang umumnya dikenal, yaitu kaukasoid, negroid
dan mongoloid.
7) Etnografi
Adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran
yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar
observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang dan saling timbal
balik diantara keduanya.
8) Care
Adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok.
9) Caring
Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok dan keadaan
yang nyata.
10) Cultural care
Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kamatian dengan damai.
35. 11) Cultural imposition
Berkenaan dengan kecendrungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa
ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.
ii. Prinsip dalam asuhan keperawatan transcultural
1. Culture care preservation/maintenance
Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena
budaya, guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya
hidup yang diinginkan
2. Culture care accumodation/negotiation
Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena
budaya, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi, atau
mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu dan klien.
3. Culture care reppatterning/restiueturing
Yaitu prinsip merekontruksi atau mengubah desain untuk membantu
memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik.
Hasil yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transcultural
pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care
health and well being, yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan
budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitive, kreatif, serta cara-cara
yang bermakna, guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi
masyarakat.
III. PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN BUDAYA
A. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya
Asuhan keperawatan sebagai suatu proses atau rangkaian kegiatan kegiatan
pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesui dengan latar belakang
budayanya. Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalahkesehatan klien sesuai latar belakang budaya klien.
36. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “sunrise
model” yaitu
1. Technological factor ( faktor teknologi )
Perawat perlu mengkaji : persepsi klien tentang sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan,
alasan klien memilih pengobatan alternatife dan persepsi klien tentang
penggunaan data dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan saat ini. Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk
memilih dampak positif atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah
dalam pelayanan kesehatan.
2. Religious and philosophical factors ( faktor agama dan falsafah hidup)
Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang
dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit,
cara penobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap
kesehatan. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk
menempatkan kebenaran di atas segalanya.
3. Kinship and social factors ( faktor sosial dan keterikatan keluarga )
Pada tahap ini perawat harus mengkaji faktor – faktor : nama lengkap,
nama panggilan, umur, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan
kepala keluarga.
4. Cultural value and life ways ( nilai – nilai budaya dan gaya hidup )
Nilai – nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma – norma budaya
adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut
budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan
yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan
makan, makanan yang menjadi pantangan dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari – hari dan kebiasaan membersihkan diri.
37. 5. Political and Legal factors ( faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan indivudu dalam asuhan keperawatan
lintas budaya. Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan
kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang boleh menunggu, dan cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
6. Economical factors ( faktor ekonomi )
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber – sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor
ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber
biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber
lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar
anggota keluarga.
7. Educational factors ( faktor pendidikan )
Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah tingkat pendidikan klien,
jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang
pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan
formal tertinggi saat ini.
Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung
oleh bukti – bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehtannya.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pengkajian
budaya adalah :
a. Tidak menggunakan asumsi
b. Jangan membuat streotip karena bias terjadi konflik, misalnya orang
batak galak, orang padang pelit
38. c. Menerima dan memahami metode komunikasi
d. Menghargai perbedaan individual
e. Menghargai kebutuhan personal dari setiap individu
f. Tidak boleh membeda – bedakan keyakinan klien
g. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi
IV. BEBERAPA INSTRUMEN PENGKAJIAN BUDAYA
Keragaman Budaya Dan Perspektif Transkultural Dalam Keperawatan
Alat Pengkajian Warisan Budaya
1. Dimana ibu Anda lahir?
2. Dimana ayah Anda lahir?
3. Dimana kakek –nenek Anda lahir?
a. Ibu dari ibu Anda?
b.Ayah dari ibu Anda?
c. Ibu dari ayah Anda?
d. Ayah dari ayah Anda?
4. Berapa saudara laki-laki . . . . . dan perempuan . . . .
5. Dimana Anda dibesarkan? Desa . . . . Kota. . . .Pinggir kota . . . .
6. Dimana orang tua Anda dibesarkan?
Ayah . . . . Ibu . . . .
7. Berapa usia Anda ketika datang ke Amerika Serikat?
8. Berapa usia orang tua Anda ketika datang ke Amerika Serikat?
Ayah . . . . Ibu . . . .
9. Ketika Anda dibesarkan ,siapa yang tinggal dengan Anda?
Keluarga inti . . . . atau . . . . Keluarga besar . . . .
10. Apakah Anda mempertahankan dengan . . . . .
a. Bibi,paman,sepupu Ya Tidak
b. Saudara laki-laki dan perempuan Ya Tidak
39. c. Orang tua Ya Tidak
d. Anak Anda sendiri Ya Tidak
11. Apakah kebanyakan dari bibi,paman,sepupu Anda tinggal dekat rumah Anda?
1. Ya 2. Tidak
12. Kira-kira seberapa sering Anda mengunjungi anggota keluarga Anda yang tinggal di luar
rumah Anda?
1. Setiap hari . . . .
2. Setiap minggu . . . .
3. Setiap bulan . . . . . .
4. Hanya liburan khusus . . . .
5. Tidak pernah . . . . .
13. Apakah nama asli keluarga Anda diganti?
1. Ya 2. Tidak
14. Apakah kepercayaan Anda?
1. Katolik 4.Lain-lain
2. Islam 5.Tidak ada
3. Protestan . . . . Deromilasi . . . .
15. Apakah pasangan Anda mempunyai kepercayaan yang sama dengan Anda?
1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .
16. Apakah pasangan Anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan Anda?
1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .
17. Anda sekolah di mana?
1. Pemerintah . . . .
2. Swasta . . . . .
3. Seminar/pesantren . . . .
18. Sebagai seorang dewasa apakah Anda tinggal di daerah di mana tetangga mempunyai
kepercayaan dan latar belakang yang sama dengan Anda?
1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .
19. Apakah Anda memiliki institusi keagamaan ?
1. Ya . . . . 2.Tidak . . . .
20. Dapatkah Anda menggambarkan diri Anda sendiri sebagai anggota yang aktif?
1. Ya . . . . 2.Tidak . . . .
21. Seberapa sering Anda menghadiri institusi keagamaan Anda?
40. 1. Lebih dari satu minggu . . . . 4. Sekali setahun/kurang . . . .
2. Setiap minggu . . . . 5. Tidak pernah . . . .
3. Setiap bulan . . . . .
22. Apakah Anda mempraktekkan keagaman Anda di rumah?
1. Ya . . . .(bila ya sebutkan tempatnya) 4. Membaca kitab suci . . . .
2. Tidak . . . . 5. Diet . . . .
3. Berdoa . . . . 6. Merayakan hari besarkeagamaan . . . .
23. Apakah Anda menyiapkan makanan sesuai latar belakang etnik Anda?
1. Ya . . . . 2.Tidak . . . .
24. Apakah Anda berpartisipasi dalam aktifitas etnik?
1. Ya . . . . (bila ya,sebutkan tempatnya) 5. Berdansa . . . .
2. Tidak . . . . 6. Festival . . . . . .
3. Bernyanyi . . . . 7. Adat istiadat . . .
4. Perayaan hari besar . . . . 8. Lain-lain . . . . . . .
25. Apakah teman Anda dari latar belakang kepercayaan yang sama dengan Anda?
1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .
26. Apakah teman Anda dari latar belakang yang sama dengan Anda?
1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .
27. Apakah bahasa asli Anda?
28. Apakah Anda berbicara dengan bahasa tersebut?
1. Terutama . . . .
2. Kadang-kadang . . . .
3. Jarang . . . .
29. Apakah Anda membaca dalam bahasan asli Anda?
1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .
Makin besar jumlah jawaban ya,makin kuat klien memiliki keturunan tradisional (satu
jawaban tidak,Yang menunjukkan identitas keturunan adalah “Apakah nama Anda
diganti?”
Tahun 1920,populasi ini percampuran luas orang dari banyak negara,berbicara bahwa
yang berbeda dan memandang dengan pandangan yang sangat beragam tentang
keyakinan dan praktik kesehatan sensus tahun 1980 adalah upaya pertama yang
41. dilakukan untuk membagi-bagi populasi berdasarkan negara asal.Kelompok terbesar
adalah Jerman,Inggris,Irlandia dan Perancis. Ini adalah sketsa
Demografi singkat tentang populasi :
Usia rerata dari populasi ini pada tahun 1990 adalah 34,4 tahun.
74,6% dari anggota populasi yang berusia lebih dari 25 tahun telah
menyelesaikan pendidikan Sekolah tinggi.
Pendapatkan pribadi bagi individu yang bekerja purna waktu pada tahun 1989
rata-rata $ 31,419.
8,8% dari individu yang berusia lebih dari 25 tahun dalam kelompok ini berada
di bawah garis ke miskinan pada tahun 1991.
Penyebab Dan Pencegahan Penyakit
Bagi suku Eropa – Amerika,keyakinan tradisional tentang penyebab penyakit
adalah banyak dan beragam. Contoh: melanggar peraturan keagamaan,pemajanan
terhadap faktor penyebab seperti hukuman dari Tuhan,kutukan,perubahan
iklim,penyalahgunaan tubuh. Metode untuk pencegahan penyakit yang ditemukan
diantara suku Eropa Amerika termasuk diet ,olah raga,ritual keagamaan dan
mengenakan jimat.
Ramuan
Ini adalah ramuan yang dilaporkan diantara suku Eropa-Amerika Malocchio
adalah semacam terompet dari Itali yang dikenakan untuk mencegah mata setan. The
Hunchbacked Man Gobo yang di pasangkan pada terompet memberikan perlindungan
ekstra,ia mengenakan sepatu tapal kuda untuk Keberuntungan pada tangan kanannya.
Menjulurkan jari telunjuk dan jari kelingking dari tangan kanannya untuk mengusir
setan. Sirup Black Draught digunakan sebagai laksatif dibeli dengan bebas.Sloans
Liniment membantu dalam peredaan semantara nyeri ringan yang diakibatkan oleh
artritis dan penyakit lainnya. Olbas dan magentropfen adalah obat yang dijual di Jerman
untuk mengobati sakit tenggorok dan kurang nafsu makan.
Alat Pengkajian Organisasi Sosial Etnokultural
42. Data demografik meliputi :
Ukuran populasi total dalam kota/desa
Dibagi-bagi berdasarkan wilayah konsentrasi residensi kelompok target
Dibagi-bagi berdasarkan usia
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Keyakinan tentang kesehatan tradisional dan penyakit yang ditemukan dalam
kelompok target.
Praktek kesehatan tradisional dan terhadap penyakit dalam kelompok target.
Penggunaan dan sumber pengobatan di rumah.
Identitas penyembuh tradisional (dukun).
Faktor Kultural Dan Proses Keperawatan
Ketika perawat memberikan asuhan kepada klien dari latar belakang yang berbeda-
beda harus was Pada dan sensitif terhadap keunikan warisan budaya dan tradisi
kesehatan mereka sendiri dan kemudian terhadap latar belakang sosio-kultural klien.
Mereka harus mengkaji dan mendengarkan dengan cermat terhadap praktek dan
keyakinan tentang kesehatan dan penyakit. Proses keperawatan memberdayakan
perawat untuk memberikan asuhan yang bersifat individual dan dapat diterima untuk
memberikan asuhan yang sensitif secara kultural.
V. PERAWATAN PADA LANJUT USIA
A. Perawatan Lansia.
Masa dewasa tua (lansia ) dimulai setelh pensiun, biasanya antara 65 -75 tahun.
Petugas kesehatan lebih banyak meluangkan waktunya dengan lansia dalam perawatan
kesehatan karena itu merka harus fokus untuk mengidentifikasi dalam memenuhi
kebutuhan khususnya.
Asuhan keperawatan pada lansia adalah proses kompleks dan menantang yang harus
memperhitungkan hal –hal berikut untuk menjamin pendekatan sesuai usia (
Lueckenotte 1994).
43. 1. Pengkajian.
Keperwatan Gerontologis memberikan pendekatan kreatif unutuk
memaksimalkan potensi klien lansia. Dengan pengkajian informasi komperehensip
tentang kekuatan , sumber, dan keterbatasan klien lansia, perawat menidentifikasi
kebutuhan masalah klien serta memilih intervensi yang dapat memprtahankan
kemampuan fisik klien dan menciptakan lingkungan untuk keshatan psikososial dan
spritual. Pengkajian secara menyeluruh mengharuskan perawat untuk terikat secara
aktif dengan klien dan menadiakan waktu bagi klien untuk memberikan informasi
penting tentang kesehatannya. Perawat mengkaji perubahan pada perkembangan
fisiologis, kognitif, dan prilaku psikososial. Perawat harus tau tentang perubahan ini
untuk memberi asuhan yang tepat bagi lansia dan membatu mereka beradaptasi
terhadap perubahan. Perawat juga harus mempertimbangkan kemungkinan perubahan
sensori yang dapat mempengaruhi problem data. Perawat juga harus
mempertimbangkan masalah visual akibat katarak, atau kerusakan akibat pendengaran
karena tuli saraf saat memilih tehnik komunikasi, jika klien tidak memahami isyarat
visual atau pendengaran, pengkajian mungkin tidak akurat. Misalny a jika klien
mengalami kesulitan medengar pertanyaan perawat, respon yang tidak tepat dapat
menyebabkan perawat bahwa mereka memang bingung. Beberapa klien lansia mungkin
mengalami perubahan ini dan lansia lainnya hanya mengalami beberapa perubahan,
Perubahaan kontinu dengan usia, tetapi efek pada klien tergantung pada kesehatan,
gaya hidup stresor, dan kondisi lingkungan.
2. Diagnosa Keperawatan.
Data secara sistemik dikumpulkan selama pengkajian. Pengkajian adalah hal
yang esensial dalam keperawatan gerontologis, karena status klien sering beubah
Beberapa diagnosa keperawatan mempunyai beberapa faktor yang berhubungan
Indentifikasi faktor yang berhubungan atau penyebab yang mungkin untuk setiap
diagnosa memberikan arahan dalam mengembangkan intervensi keperawatan,.
Misalnya intervensi pada konstipasi berbeda jika kemungkinan penyebabnya adalah
lebih pada pengobatan dari pada imobilisasi. Analisa data memerlukan pertimbangan
terhadap kekuatan dan keterbatasan individu dan juga presepsi klien lansia tentang
status kesehatannya. Validasi data dari keluarga, kolega,perwat, profesi kesehatan lain
dan catatan rekam medis mungkin diperlukan. Pengkajian data yang terdiri dari
44. karakteristik subjek dan objektif penting untuk validasi diagnosa keperawatan.
Pengkajian yang akurat esensial karena perawatan dibuat atas dasar tersebut.
3. Perencanaan.
Rencana Keperawatan pada lansia pada kegiatan mencegah, meningkatkan,
mengurangi atau menghilangkan masalah . Prioritas ditetapkan, tujuan klien dan hasil
yang diharapkan dan intervensi yang cocok dipilh. Hal tersebut dilakukan dengan
partisipasi klien sehingga intervensi dapat dimengerti dan masalah dalam melakukan
intervensi dapat dihindari. Pertimbangan perwat tentang pengalaman hidup serta nilai
dan pola sosial kultural dikembangkan, harus bertindak sebagai dasar rencana
perawtan individu.
Tujuan penetapan perawatan pada lansia harus mencerminkan pertimbangan
faktor yang mempengaruhi pertambahan usia normal, memelihara kemandirian sebisa
munkin , dan memudahkan tingkat kenyamanan dan koping optimal. Meskipun kadang
–kadang membutuhkan waktu yang lebih banyak dan sulit , melibatkan klien lansia
dalam proses perencanaan keperawatan memberi kebebasan maksimal pada aktivitas
merawat diri endiri dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikososial. Dalam kasus
dimana keadaan kognitif klien menghambat keikutsertaanya dalam menetapkan tujuan
hasil serta intrervensi perencanaan, keluarga harus ada didalamnya. Keluarga dan
teman adalah sumber data ketika mengembangkan rencana perawatan individu karena
merka mengetahui klien sebelum terjadi kelemahan. Mereka dapat memberikan tentang
prilaku klien dan mengusulkan metode penatalaksaanya.
4. Implementasi.
Implementasi keperawatan pada lansia dapat mencangkup peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan, dukungan psikososial , keadaan rumah, ;pengobatan mandiri,
penyesuaian, dan penghematan. Hal tersebut penting untuk dimaksukkan
didalamkegiatan rutinitas atau ritual klien jika mungkin. Intervensi secara umum
diitunjukkan pada memfasilitasi kemandirian dan mendukung kemampuan perawatan
diri. Aktivitas perawatan membutuhkan lebih banyak waktu karena respons yang lebih
lambat, banyak masalah, dan hubungan yang dekat antara aspek fisik dan psikososial
penuaan.
45. 5. Evaluasi
Evaluasi mengukur tngkat dimana rencana intervensi efektif dalam memenuhi
hasil yang diharapkan. Perawat menentukan apakah tujuian telah terpenuhi dan
perubahan apa yang telah terjadi pada status klien sebagai hasil intervensi. Tujuan
dapat direvisi atau dihilangkan atau membuat tujuan baru. Implementasi mungkin
terpengaruh sesuai perubahan tujuan. Klien dan keluarga termasuk dalam
pengembangan rencana keperawatan, masukan dari mereka dalam mengevaluasi hhasil
perawatan harus didapat. Frekuensi evaluasi pada lansia sangat individual. Perubahan
seringkali lambat dann tidak terlihat, sehingga evaluasi mungkin jarang atau sering
dilakukan. Tipe masalah , pembentukan tujuan dan penggunaan intervensi menentukan
frekuensi evaluasi. Misalnya, jika tujuannya adalah klien bebas dari komplikasi kulit
karena imbobilitas, evaluasi harus sering dilakukan dan teratur .Jjika intervensinya
penurunan berat badan, evaluasi klien harus dilakukan setiap minggu. Perawat
memainkan peran besar dalam mendorong lansia untuk berpartisipasi dalam
mengevaluasi rencana intrevensi dan kemajuan.
VI. PERAWATAN MENJELANG DAN SAAT KEMATIAN
Perawat sebagai pelayan kesehatan memiliki peran yang sangat penting bagi
keluaraga dan pasien yang akan menjelang ajal.Seorang perawat harus dapat berbagi
penderitaan dan mengintervensi pada saat klien menjelang ajal untuk meningkatkan
kualitas hidup.
Menjelang ajal atau kondisi terminal adalah suatu proses yang progresi menuju
kematian berjalan melalui tahapan proses penurunan fisik,psikososial,dan spiritual bagi
individu.
Secara umum pengaplikasian caring pada klien menjelang ajal berupa:
A. Peningkatan kenyamanan
Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan perbedaan
distres (oncology society and the American Nurses Association,1974)
Hal hal yang harus diperhatikan dalam peningkatan kenyamanan
46. 1. Kontrol nyeri
Seluruh pelayan kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengatasi
rasa nyeri,karena nyeri dapat mempengaruhi klien dalam memenuhi kebutuhan
istirahat tidur,nafsu makan,mobilitas dan fungsi psikologis.
2. Ketakutan
Tenaga kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengurangi rasa
ketakutan terhadap gejala yang ditimbulkan seperti nyeri umum yang selalu datang
setiap saat yang dapat membuat sagala aktifitas terganggu.
3. Pemberian terapi dan pengendalian gejala penyakit.
Pemberian terapi merupakan bagian yang dapat mengurangi rasa tidak nyaman
seperti rasa nyeri dapat teratasi setelah pemberian terapi,pemberian chemotherapi,dan
radiasi dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit.
4. Higiene personal
Pemenuhan kebersihan diri merupakan salah satu yang harus dipenuhi agar
klien merasa segar dan nyaman.
B. Pemeliharaan Kemandirian
Adalah pilihan yang diberikan kepada klien menjelang ajal untuk memilih
tempat perawatan dan memberikan kebebasan sesuai kemampuan klien,karena
sebagian besar klien menjelang ajal menginginkan sebanyak mungkin mapan diri.
Dalam pemeliharaan kemandirian dapat dilakukan bisa perawatan akut dirumah
sakit,ada juga perawatan dirumah atau perawatan hospice.
1. pemeliharaan kemandirian di rumah sakit
Klien yang memilih tempat perawatan menjelang ajal dirumah sakit diberikan
kebebasan sesuai kemampuan.
Sikap perawat dalam pemeliharaan kemandirian di rumah sakit :
o Perawat harus mengimformasikan klien tentang pilihan
o Perawat dapat memberikan dorongan dengan berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan untuk memberikan rasa kontrol klien