SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  17
MANAJEMEN KREDIT SYARIAH BANK MUAMALAT

                                 Oleh:
                        Chairuddin Syah Nasution

                                  Abstraksi
       Persaingan usaha antar bank yang semakin tajam dewasa ini telah mendorong
munculnya berbagai jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan
kompetitif. Dalam situasi seperti ini Bank Umum (konvensional) akan menghadapi
persaingan baru dengan kehadiran lembaga keuangan ataupun bank non-
konvensional. Fenomena ini ditandai dengan pertumbuhan lembaga keuangan dan
bank muamalat dengan sistem syariah. Suatu hal yang sangat menarik, yang
membedakan antara manajemen bank muamalat dengan bank umum adalah
terletak pada pemberian balas jasa, baik yang diterima oleh bank maupun para
investor. Jika dilihat kenyataan di masyarakat, masih banyak terjadi kesimpang
siuran mengenai pemahaman tentang pengertian Lembaga Keuangan dengan Bank
Muamalat, walaupun sesungguhnya banyak persamaan diantara kedua jenis
lembaga tersebut. Hal ini diperkuat dengan Peratutan Pemerintah No. 70 Tahun
1992, tentang perubahan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) menjadi Bank
Umum. Bank Umum yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional, menurut
UU No. 7 Tahun 1992, dapat juga melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah. Di Indonesia, keberadaan Bank Muamalat sudah ada sejak pertengahan
tahun 1992, tepatnya setelah disyahkannya UU No. 7 Tahun 1992 sebagai dasar
hukum, yang kemudian dirubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998. Pada dasarnya
Lembaga Keuangan Syariah atau Bank Muamalat merupakan badan usaha yang
bergerak dalam bidang keuangan, untuk memobilisasi dana masyarakat dan
memberikan pelayanan jasa perbankan lainnya berdasarkan prinsip-prinsip syariah
islam yang bersumber pada Al Qur’an dan Al Hadist. Suatu hal yang membedakan
antara Bank Islam dengan Bank Konvensional adalah penerapan sistem bagi hasil
yang menggantikan sistem bunga. Sistem ini merupakan terobosan terbaru dalam
dunia perbankan, bagi mereka yang tidak menginginkan adanya unsur riba pada
bunga. Disisi lain, kombinasi antara manajemen Bank Umum dengan Sistem
Keuangan Syariah, dapat diterapkan sebagai sarana untuk menyeimbangkan antara
dua kepentingan (lenders dan borrowers).


I. Pendahuluan
         Perkembangan dunia perbankan telah terlihat kompleks, dengan
berbagai macam jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan
kompetitif. Kekomplekan ini telah menciptakan suatu sistem dan pesaing
baru dalam dunia perbankan, bukan hanya persaingan antar bank tetapi juga
antara bank dengan lembaga keuangan. Sebuah fenomena nyata yang telah
menuntut     manajer    keuangan       bank   untuk    lebih   antisipatif   terhadap
perubahan yang terjadi dalam dunia perbankan.
         Beberapa tahun yang lalu, pertumbuhan lembaga keuangan dan
bank muamalat dengan sistem syariah mulai bermunculan. Lembaga
keuangan ini sudah sejak lama berkembang di negara Arab Saudi, Kuwait,
Turki, Iran dan beberapa negara Timur Tengah lainnya. Perkembangan
selanjutnya merebak ke wilayah negara Eropa, seperti Swiss dan London,
serta wilayah Asia, seperti Malaysia dan Indonesia. Dunia perbankan
ternyata bukan berasal hanya dari dunia Barat sebagaimana selama ini kita
kenal dan pelajari, akan tetapi dunia perbankan juga berasal dari dunia
Timur. Suatu perkembangan yang boleh dikatakan sangat mengembirakan,
khususnya bagi umat Islam yang selama ini menginginkan investasi dan
pendanaan tanpa unsur riba.
         Satu   hal    yang    sangat    menarik, yang         membedakan      antara
manajemen bank muamalat dengan bank umum (konvensional) adalah
terletak pada pembiayaan dan        pemberian balas jasa, baik yang diterima
oleh bank maupun investor. Jika dilihat pada bank umum, pembiayaan
disebut loan, sementara di Bank Syariah disebut financing. Sedangkan balas
jasa yang diberikan atau diterima pada bank umum berupa bunga (interest
loan atau deposit) dalam prosentase pasti. Sementara pada bank muamalat
dengan     sistem   syariah,   hanya    memberi       dan   menerima     balas   jasa
berdasarkan perjanjian (akad) bagi hasil. Selanjutnya dalam perbankan
syariah dikenal istilah mudharabah, murabahah dan musyarakah untuk
program pembiayaan. Bank syari’ah akan memperoleh keuntungan berupa
bagi hasil, dari proyek yang dibiayai oleh bank tersebut. Apabila proyeknya
mandek, maka akan dicarikan solusi penyelesaian. Misalnya, dengan menjual
aset proyek. Uang penjualan aset proyek yang dibiayai Bank Syariah, akan
dibagi kepada bank dan nasabah sesuai penyertaan masing-masing pada
usaha tersebut. Lalu bagaimanakah dengan mekanisme manajemen kredit
Manajemen Kredit Syari’ah Bank Muamalat                  (Chaeruddin Syah Nasution)




yang dapat diberlakukan dalam bank muamalat, dimana dalam mekanisme
ini terjadi tarik-menarik kepentingan antara peminjam, bank dan investor.
Bagi peminjam dana (borrowers), hal ini merupakan kesempatan emas
dimana peminjam tidak terlalu terbebani atas bunga pinjaman tersebut.
Tetapi bagi kalangan investor (deposan atau penanam modal lainnya),
sistem    perbankan        ini   kurang   menjanjikan.     Para      investor     (lenders)
menginginkan dana yang diinvestasikannya, memiliki pengembalian minimal
sesuai dengan harapan mereka. Sebaliknya, bank sebagai media perantara
(intermediasi)      bisa     mengalami     kesulitan     untuk      menggalang        dana
masyarakat. Kegiatan operasional bank dalam bentuk penyaluran kredit,
dapat terhambat jika mobilisasi dana tidak sesuai dengan jumlah permintaan
pendanaan.
          Berdasarkan fenomena diatas, ingin diungkapkan disini bahwa ada
beberapa hal yang terkait antara mekanisme manajemen kredit bank
muamalat dan bank umum.


II. Bank Muamalat dan Lembaga Keuangan
          Bank muamalat atau bank Islam adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-
prinsip   syariah    Islam.      Kenyataan      di   masyarakat,     mungkin      terdapat
kesimpangsiuran       mengenai       pemahaman        tentang      pengertian     lembaga
keuangan dengan bank muamalat. Lembaga keuangan dapat dikatakan
sebagai badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset
keuangan atau tagihan (claim) serta asset non finansial atau asset riil dan
memberikan pelayanan jasa dalam bentuk skim tabungan (depositori),
proteksi asuransi, program pensiun, dan penyediaan sistem pembayaran
melalui mekanisme transfer dana (Siamat:1999).
          Jika dilihat dari dua pengertian diatas, antara lembaga keuangan
                                           86

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN, Vol. 7, No.3                                       Sept. 2003
dengan bank muamalat memiliki persamaan yaitu sebagai badan usaha yang
bergerak dalam bidang pengelolaan keuangan dan pendanaan maupun
investasi. Pernyataan ini diperkuat oleh Peraturan Pemerintah No. 70 tahun
1992, tentang perubahan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) menjadi
bank umum. Bank umum menurut UU No. 7 Tahun 1992, disamping
melakukan kegiatan usaha secara konvensional dapat juga melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Pendiri lebih menyukai bentuk
lembaga keuangan, mungkin karena lapangan maupun orientasi usahanya
masih dalam lingkup yang kecil. Sedangkan pendirian sebuah bank,
memerlukan capital adequacy ratio (CAR) 8% berdasarkan rasio kecukupan
modal perbankan. Pada dasarnya lembaga keuangan, bank konvensional,
maupun bank Islam (bank Muamalat) merupakan bagian dari manajemen
keuangan modern.
         Lembaga keuangan syariah maupun bank Muamalat, sebagai
lembaga keuangan Islam dan alternatif pengganti bank-bank konvensional
memiliki ciri-ciri keistimewaan sebagai berikut :
   1. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat antara pemegang
       saham, pengelola bank dan nasabahnya.
   2. Diterapkannya sistem bagi hasil sebagai pengganti bunga, sehingga
       akan berdampak positif dalam menekan cost push inflation dan
       persaingan antar bank.
   3. Tersedianya fasilitas kredit kebaikan (Al-Qardhul Hasan) yang
       diberikan secara Cuma-Cuma
   4. Konsep (build in concept) dengan berorientasi pada kebersamaan :
               a. Mendorong kegiatan investasi dan menghambat simpanan
                   yang tidak produktif melalui sistem operasi profit and loss
                   sharing.
               b. Memerangi      kemiskinan    dengan   membina      golongan
                   ekonomi lemah dan tertindas, melalui bantuan hibah yang
Manajemen Kredit Syari’ah Bank Muamalat          (Chaeruddin Syah Nasution)




                 dilakukan bank secara produktif.
              c. Mengembangkan produksi, menggalakkan perdagangan
                 dan   memperluas        kesempatan   kerja   melalui    kredit
                 pemilikan   barang       atau   peralatan    modal     dengan
                 pembayaran tangguh dan pembayaran cicilan.
              d. Meratakan pendapatan melalui sistem bagi hasil dan
                 kerugian, baik yang diberikan kepada bank itu sendiri
                 maupun kepada peminjam.
   5. Penerapan sistem bagi hasil yang tidak membebani biaya diluar
       kemampuan nasabah dan akan terjamin adanya “keterbukaan”.
   6. Menciptakan alternatif kehidupan ekonomi yang berkeadilan dalam
       kehidupan modern.


III. Fungsi dan Usaha Bank Muamalat
        Di Indonesia, keberadaan bank muamalat sudah ada sejak
pertengahan tahun 1992, tepatnya setelah disahkannya UU No. 7 Tahun
1992 sebagai dasar hukum, yang kemudian dirubah menjadi UU No. 10
Tahun 1998. kebijakan perundangan ini diperkuat oleh Keputusan Menteri
Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 53/BH/KDK
13.32/1.2/XII/1998, pengesahan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi No.
165/PAD/KDK 13.32/1.2/V/1999,serta izin usaha dari Menteri Keuangan
untuk beroperasi dengan prinsip bagi hasil seperti bank perkreditan rakyat
(BPR) Syariah. Berdasarkan beberapa dasar hukum ini, bank muamalat
memiliki kesamaan fungsi demngan bank umum. Fungsi-fungsi bank umum
sebagaimana yang dimaksud antara lain (Siamat:1999) :
   1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien
       dalam kegiatan ekonomi. Bank wajib menyediakan mekanisme dan
       alat pembayaran yang lebih efisien kepada nasabahnya, seperti
       penyediaan fasilitas kartu kredit, ATM, serta mekanisme jasa kliring
                                    88

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN, Vol. 7, No.3                         Sept. 2003
dan inkaso.
2. Menciptakan uang. Menciptakan uang yang dimaksud bukanlah
   seperti fungsi pada bank Indonesia. Menciptakan uang dalam hal ini
   adalah bagaimana bank muamalat dalam kegiatan operasionalnya
   seperti bank konvensional, dapat memberikan perolehan hasil secara
   maksimal. Perolehan hasil ini merupakan balas jasa (keuntungan)
   yang diterima dalam bentuk uang, yang dapat digunakan kembali
   untuk memperlancar kegiatan operasional bank atau disimpan
   sebagai cadangan modal.
3. Menghimpun       dana   dan    menyalurkannya    kepada    masyarakat.
   Kegiatan      menghimpun      dana   dapat   dilakukan    dengan   cara
   menawarkan jasa dalam bentuk tabungan, deposito berjangka, giro
   maupun penerimaan dana sesuai dengan syariah Islam. Penyaluran
   kembali dana ke masyarakat dapat dalam bentuk pemberian kredit
   dan bentuk-bentuk pendanaan lainnya. Dalam penyaluran kembali
   dana masyarakat, bank memperoleh balas jasa dalam bentuk bagi
   hasil berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Tujuan dari
   perputaran dana ini adalah sebagai perolehan hasil (profit) dan
   mobilisasi dana dapat terus berjalan.
4. Menawarkan jasa-jasa keuangan lainnya. Jasa-jasa keuangan lainnya
   yang dapat ditawarkan oleh bank muamalat, antara lain :
              a. Transfer antar bank dalam kota atau luar negeri.
              b. Kliring (clearing)
              c. Inkaso
              d. Safe deposit box
              e. Bank card
              f. Bank notes
              g. Travelers cheque
              h. Letter of credit (L/C)
Manajemen Kredit Syari’ah Bank Muamalat           (Chaeruddin Syah Nasution)




                  i.   Bank garansi
                  j.   Jasa-jasa dipasar modal
                  k. Menerima setoran-setoran lain
      Menurut Siamat (1999), kegiatan usaha bank yang dapat dilakukan
berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, antara lain :
   1. Menghimpun dana dari masyarakat. Penghimpunan atau mobilisasi
      dana dapat melalui sarana tabungan, deposito berjangka dan giro.
   2. Memberikan kredit. Kredit yang diberikan dapat dalam bentuk
      pendanaan kegiatan ekonomi masyarakat mapun barang kebutuhan
      konsumen.
   3. Menerbitkan surat pengakuan utang.
   4. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk
      kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
             a. Surat-surat wesel termasuk wesel yang disekap oleh bank.
             b. Surat pengakuan utang.
             c. Kertas      perbendaharaan       negara   dan   surat   jaminan
                  pemerintah.
             d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
             e. Obligasi.
             f.   Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu)
                  tahun.
             g. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu
                  sampai dengan 1 (satu) tahun.
   5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
      kepentingan nasabah.
   6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan
      dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana
      komunikasi mapun dengan wesel.
   7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
                                      90

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN, Vol. 7, No.3                           Sept. 2003
melakukan perhitungan dengan atau antara pihak ketiga.
   8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
   9. Melakukan     kegiatan   penitipan   untuk   kepentingan   pihak   lain
      berdasarkan suatu kontrak (custodian).
   10. Melakukan penempatan dana dalam bentuk surat berharga yang
      tidak tercatat di bursa efek.
   11. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian
      dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank,
      dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan
      secepatnya.
   12. Melakukan kegiatan anjak piutang (factoring) kartu kredit dan
      kegiatan wali amanat (trustee).
   13. menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.
   14. Melakukan kegiatan lain, misalnya kegiatan transaksi dalam valuta
      asing, melakukan penyertaan modal atau usaha lain di bidang
      keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek,
      dan asuransi, serta melakukan penyertaan modal sementara untuk
      mengatasi akibat kegagalan kredit.
   15. Kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
      bertentangan dengan undang-undang.


IV. Manajemen Kredit Syariah
      Menurut UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah menjadi UU
No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, disebutkan bahwa “kredit adalah
penyediaan uang tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau
pembagian hasil keuntungan”. Menurut Siamat (1999), kredit ini dapat
Manajemen Kredit Syari’ah Bank Muamalat        (Chaeruddin Syah Nasution)




digolongkan kedalam enam bentuk yaitu :
   1. Penggolongan kredit berdasarkan jangka waktu (maturity), antara
      lain :
               a. Kredit jangka pendek (short-term loan).
               b. Kredit jangka menengah (medium-term loan)
               c. Kredit jangka panjang (long-term loan).
   2. Penggolongan kredit berdasarkan barang jaminan (collateral), antara
      lain :
               a. Kredit dengan jaminan (secured loan).
               b. Kredit dengan jaminan (unsecured loan).
   3. Kredit berdasarkan segmen usaha, seperti otomotif, pharmasi, tekstil,
      makanan, konstruksi dan sebagainya.
   4. Penggolongan kredit berdasarkan tujuannya, antara lain :
               a. kredit komersil (commercial loan), yaitu kredit yang
                  diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah di
                  bidang perdagangan.
               b. Kredit konsumtif (consumer loan), yaitu kredit yang
                  diberikan untuk       memenuhi   kebutuhan debitur yang
                  bersifat konsumtif.
               c. Kredit produktif (productive loan), yaitu kredit yang
                  diberikan dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja
                  debitur sehingga dapat memperlancar produksi.
   5. Penggolongan kredit menurut penggunaannya, antara lain :
               a. Kredit modal kerja (working capital credit), yaitu kredit
                  yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja
                  debitur.
               b. Kredit investasi (Invesment credit), yaitu kredit yang
                  diberikan oleh bank kepada perusahaan untuk digunakan
                  melakukan investasi dengan membeli        barang-barang
                                        92

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN, Vol. 7, No.3                        Sept. 2003
modal.
   6. Kredit non kas (non cash loan), yaitu kredit yang diberikan kepada
       nasabah yang hanya boleh ditarik apabila suatu transaksi yang telah
       diperjanjikan telah direalisasikan atau efektif.


         Dalam pendanaan kepada nasabah dalam bentuk pemberian kredit,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penilaian kredit,
oleh karena layak tidaknya kredit yang diberikan akan sangat mempengaruhi
stabilitas keuangan bank. Menurut Rahardja (1997), penilaian kredit harus
memenuhi criteria sebagai berikut :
   1. Keamanan kredit (safety). Harus benar-benar diyakini bahwa kredit
        tersebut dapat dilunasi kembali.
   2. Terarahnya tujuan penggunaan kredit (suitability). Kredit akan
        digunakan     untuk     tujuan   yang   sejalan   dengan   kepentingan
        masyarakat atau setidaknya tidak bertentangan dengan peraturan
        yang berlaku.
   3. Menguntungkan (profitable). Kredit yang diberikan menguntungkan
        bagi bank maupun bagi nasabah.
         Menurut Sinungan (1993), metode lain yang dapat digunakan untuk
menentukan nilai kredit adalah dengan menggunakan formula 4P, yaitu : (1)
Personality ; (2) Purpose ; (3) Prospect; (4) Payment.
         Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi resiko penilaian kredit
(Rahardja:1997), antara lain : (1) Character ; (2) Capacity ; (3) Capital ; (4)
Conditional ; (5) Collateral.
         Risiko Bank Syariah sebetulnya lebih kecil dibanding bank
konvensional. Bank Syariah tidak akan mengalami negative spread, karena
dari dana yang dikucurkan untuk pembiayaan akan diperoleh pendapatan,
bukan bunga seperti di bank biasa. Sementara untuk deposan, Bank Syariah
tidak memberikan bunga melainkan sistem bagi hasil atau mudharabah.
Manajemen Kredit Syari’ah Bank Muamalat              (Chaeruddin Syah Nasution)




          Jika pendapatan dari kredit atau dalam Bank Syariah disebut
murabahah ditetapkan 10 persen, maka pada mudharabah (sistem bagi
hasil)   akan    ditetapkan   angka    lebih    rendah.   Selisihnya    merupakan
pendapatan bank sebagai biaya jasa. Risiko Bank Syariah terhadap transaksi
foreign exchange juga rendah karena, pada Bank Syariah transaksi valas
hanya diizinkan dalam bentuk transaksi spot. Sementara forward dan swap
tidak diizinkan karena bersifat gambling. (Karim, 2003).
          Aspek-aspek lainnya yang perlu diperhatikan dalam penilaian kredit,
yang menyangkut kegiatan usaha calon debitur (Siamat:1999), antara lain :
    1.   Aspek pemasaran. Menyangkut kemampuan daya beli masyarakat,
         keadaan kompetisi, pangsa pasar, kualitas produksi dan lain
         sebagainya.
    2.   Aspek teknis. Meliputi kelancaran produksi, kapasitas produksi,
         mesin dan peralatan, ketersediaan dan kontinuitas bahan baku.
    3.   Aspek manajemen. Meliputi struktur dan susunan organisasi,
         termasuk pengalaman anggota dan pola kepemimpinan manajemen.
    4.   Aspek yuridis. Meliputi status hukum badan usaha, kelengkapan izin
         usaha dan legalitas barang jaminan.
    5.   Aspek sosial ekonomi. Meliputi keadaan keuangan perusahaan
         debitur yang dibiayai.
          Manajemen kredit bank syari’ah secara umum diterapkan dengan
berpegang       teguh   kepada    syariah    Islam   (Al-Qur’an   dan   Al-Hadist).
Diharapkan lembaga keuangan maupun bank dengan sistem syariah dapat
menjaga kestabilan keuangan mereka (income stability). Selain itu, bank
syariah diharapkan dapat lebih memaksimalkan pelayanan mobilisasi dana
masyarakat dan memberikan jaminan keuangan dengan pasti. Di sisi lain,
penyaluran kembali dana masyarakat dalam bentuk pembiayaan, akan
berjalan normal sesuai dengan harapan dan tujuan bersama.
          Permasalahan yang biasanya dialami oleh lembaga keuangan
                                        94

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN, Vol. 7, No.3                               Sept. 2003
syariah atau bank muamalat dalam kegiatan operasionalnya, antara lain :
   1. Modal (capital).
   2. Human resource activity (kegiatan operasional).
   3. Operational management system (sistem manajemen keuangan).
   4. Financial management system (sistem manajemen keuangan).
   5. Loyality of credit (loyalitas kredit).
         Karim (2003), mengemukakan bahwa pada sisi kredit, dalam aturan
syariah bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli
murabahah). Mekanisme seperti itu, akan mencegah kemungkinan dana
kredit digunakan untuk transaksi spekulasi, atau untuk jual beli valas. Jika
terjadi default, bank mudah mendapatkan dananya kembali karena ada aset
yang nilainya jelas berupa sejumlah kredit yang dikucurkan. Dalam Bank
Syariah, karakter nasabah (personal guarantee) lebih dinomorsatukan,
ketimbang cover guarantee berupa aset. Debitor yang dinilai tidak cacat
hukum dan kegiatan usahanya baik akan mendapat prioritas.


V. Hubungan Antara Kredit dengan Piutang
         Piutang merupakan cadangan penerimaan yang mungkin diterima
oleh suatu badan usaha, dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu dimasa yang akan datang. Piutang lahir akibat adanya pendanaan
dalam bentuk pemberian kredit dan pemberian jasa lainnya, dimana
pembayaran dari penggunaan jasa tersebut dilakukan pada waktu tertentu,
misal harian, mingguan, bulanan atau periode waktu lainnya. Besarnya
piutang yang akan diterima badan usaha (bank atau lembaga keuangan),
ditentukan berdasarkan kesepakatan antara pihak pemberi jasa (bank atau
lembaga keuangan) dan pihak pengguna jasa. Semakin besarnya kredit yang
diberikan, akan menambah besarnya resiko yang akan ditanggung badan
usaha.
         Resiko kredit karena adanya piutang, dapat melalui prosentase
Manajemen Kredit Syari’ah Bank Muamalat        (Chaeruddin Syah Nasution)




perbandingan antara jumlah kredit bermasalah dengan jumlah harta
keseluruhan (Sutojo:1997). Resiko lain yang dapat ditimbulkan oleh piutang
adalah pada penerimaan bersih (earning after taxes). Semakin besar jumlah
piutang dan jumlah piutang tak tertagih (bad debt) yang dimiliki badan
usaha, akan menyebabkan semakin kecil penerimaan bersih yang mampu
diperoleh badan usaha, baik lembaga keuangan maupun bank. Mengingat
bahwa piutang sangat berpengaruh terhadap kestabilan usaha, maka
piutang perlu dikelola dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam manajemen piutang, antara lain :
   1. Credit policy. Kebijakan kredit ini menyangkut bagaimana jangka
       waktu penetapan piutang, besarnya piutang dan penetapan cara-cara
       pembayaran oleh debitur.
   2. Credit scoring. Hal ini berkaitan dengan penilaian kredit dan
       pemberian ranking (pengelompok piutang).
   3. Credit standard. Standar atau patokan terhadap pemberian ranking
       dalam penilaian kredit bank.


VI. Menuju Bank Syari’ah 2011
       Tak bisa dipungkiri perkembangan bank syari’ah memang cukup
pesat. Namun, perkembangan bank sistem bagi hasil ini harus dibarengi
dengan konsolidasi internal dan eksternal bank agar semakin tangguh dan
dipercaya masyarakat. Bank Indonesia sendiri sebagai pengawas perbankan
telah menentukan sasaran realistis untuk mewujudkan visi perbankan
syari’ah yang kompetitif, efisien dan memenuhi prinsip kehati-hatian. Berikut
ini sasaran pengembangan bank syari’ah hingga 2011:
1. Terpenuhinya prinsip syari’ah dalam opersional perbankan yang ditandai
dengan:
   −   Tersusunnya    norma-norma      keuangan    syari’ah   yang   seragam


                                      96

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN, Vol. 7, No.3                        Sept. 2003
(standarisasi).
   −   Terwujudnya mekanisme kerja yang efisien bagi pengawasan prinsip
       syari’ah dalam operasional perbankan (baik instrumen maupun badan
       terkait).
   −   Rendahnya tingkat keluhan masyarakat dalam hal penerapan prinsip
       syari’ah dalam setiap transaksi.
2. Diterapkannya prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan syari’ah:
   −   Terwujudnya kerangka pengaturan dan pengawasan berbasis resiko
       yang sesuai dengan karakteristiknya dan didukung oleh sumber daya
       manusia yang handal.
   −   Diterapkannya konsep good corporate governance dalam operasi
       perbankan syari’ah.
   −   Diterapkannya kebijakan exit dan entre yang efisien.
   −   Terwujudnya realtime supervision.
   −   Terwujudnya self regulatory system.
3. Terciptanya sistem perbankan syari’ah yang kompetitif dan efisien, yang
ditandai dengan:
   −   Terciptnya pemain-pemain yang mampu bersaing secara global.
   −   Terwujudnya aliansi strategis yang efektif.
   −   Terwujudnya mekanisme kerja sama dengan lembaga-lembaga
       pendukung.
4. Terwujudnya stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan bagi
masyarakat luas, yang ditandai dengan:
   −   Terwujudnya safety net yang menyatu dengan konsep operasional
       perbankan yang berhati-hati.
   −   Terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang menginginkan layanan
       bank syari’ah di seluruh Indonesia dengan terget pangsa sebesar 5%
       dari total aset perbankan nasional.
Manajemen Kredit Syari’ah Bank Muamalat             (Chaeruddin Syah Nasution)




   −    Terwujudnya fungsi perbankan syari’ah yang kaafah dan dapat
        melayani seluruh segmen masyarakat.
   −    Meningkatnya proporsi pola pembiayaan secara bagi hasil.


VII. Kesimpulan dan Saran
       1. Lembaga keuangan syariah atau bank muamalat merupakan badan
          usaha yang bergerak dalam bidang keuangan, untuk memobilisasi
          dana masyarakat dan memberikan pelayanan jasa perbankan
          lainnya berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam yang bersumber
          pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.
       2. Satu hal yang membedakan antara bank Islam dengan bank
          konvensional      adalah    penerapan     sistem    bagi     hasil   yang
          menggantikan sistem bunga. Sistem ini merupakan terobosan
          terbaru   dalam     dunia   perbankan,    bagi     mereka    yang    tidak
          menginginkan adanya unsur riba pada bunga.
       3. Pendanaan dalam bentuk pemberian kredit pada pola bank Islam
          maupun lembaga keuangan syariah, perlu mendapat perhatian
          yang serius. Kredit macet dapat menyebabkan likuiditas, keamanan
          dan   penerimaan     bank    menjadi     rendah    dan     bahkan    dapat
          mendatangkan kerugian yang cukup.
       4. Kombinasi antara manajemen bank umum dengan sistem keuangan
          syariah, dapat diterapkan sebagai sarana untuk menyeimbangkan
          antara dua kepentingan (lenders borrowers).
       5. Perlu dipersiapkan panduan pengelolaan risiko atau benchmarking
          bagi bank-bank syari’ah di Indonesia dengan melakukan studi
          banding ke negara-negara yang menjalankan sistem perbankan
          Islam. Hal ini sangat diperlukan mengingat struktur aset dan kredit
          bank syari’ah berbeda dengan bank biasa. Sementara Based Accord


                                       98

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN, Vol. 7, No.3                               Sept. 2003
II yang digunakan sebagai acuan bank konvensional tidak bisa
digunakan begitu saja oleh bank syari’ah.
Manajemen Kredit Syari’ah Bank Muamalat      (Chaeruddin Syah Nasution)




VIII. Daftar Pustaka
Karim, Adi Warman. 2003. “Menimbang Risiko Kredit di Bank Syariah”.
      Majalah Investor No.88 Tahun V. Jakarta.
Rahardja, Prathama. 1997. “Uang dan Perbankan”; Cetakan Ketiga, Penerbit
      PT Rineka Cipta, Jakarta.
Siamat, Dahlan. 1999. “Manajemen Lembaga keuangan”; Edisi Kedua.
      Jakarta.
Sinungan, Muchdarsyah. 1993. “Manajemen Dana Bank”; Edisi Kedua,
      Cetakan Pertama, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Bank Indonesia. 2003.




                                  10
                                  0
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN, Vol. 7, No.3                    Sept. 2003

Contenu connexe

Tendances

Lembaga Keuangan Bukan Bank (Ekonomi)
Lembaga Keuangan Bukan Bank (Ekonomi)Lembaga Keuangan Bukan Bank (Ekonomi)
Lembaga Keuangan Bukan Bank (Ekonomi)Andri_Ferdians
 
Ppt bank umum kel.2 xis1
Ppt bank umum kel.2 xis1Ppt bank umum kel.2 xis1
Ppt bank umum kel.2 xis1Bagus Aji
 
Soal dan jawaban uas bank dan lembaga keuangan
Soal dan jawaban uas bank dan lembaga keuanganSoal dan jawaban uas bank dan lembaga keuangan
Soal dan jawaban uas bank dan lembaga keuanganM Nasution
 
Ruang Lingkup Perbankan Syariah
Ruang Lingkup Perbankan SyariahRuang Lingkup Perbankan Syariah
Ruang Lingkup Perbankan SyariahAri Munandar
 
Perkembangn bank syariah di indonesia
Perkembangn bank syariah di indonesiaPerkembangn bank syariah di indonesia
Perkembangn bank syariah di indonesiaPatrysio Patti
 
Seminar mu tgl 71211
Seminar mu tgl 71211Seminar mu tgl 71211
Seminar mu tgl 71211Akhi Nazar
 
Dasar dasar perbankan
Dasar dasar perbankanDasar dasar perbankan
Dasar dasar perbankanAde Yh
 
PRESENTASI BANK SYARIAH
PRESENTASI BANK SYARIAHPRESENTASI BANK SYARIAH
PRESENTASI BANK SYARIAHheckaathaya
 
PRESENTASI BANK UMUM
PRESENTASI BANK UMUMPRESENTASI BANK UMUM
PRESENTASI BANK UMUMheckaathaya
 
Bank soal uts pengantar perbankan
Bank soal uts pengantar perbankanBank soal uts pengantar perbankan
Bank soal uts pengantar perbankanYudy Yunardy
 
Kelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariahKelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariahPT. TERSERAH ANDA
 
Regulasi managemen kredit perbankan
Regulasi managemen kredit perbankanRegulasi managemen kredit perbankan
Regulasi managemen kredit perbankanahmad muhoriah
 
Makalah bank syariah
Makalah bank syariahMakalah bank syariah
Makalah bank syariahteguh zhee
 
Sistem dan operasional bank syariah
Sistem dan operasional bank syariahSistem dan operasional bank syariah
Sistem dan operasional bank syariahJefik Zulfikar
 
Makalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariahMakalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariahHana Rosmawati
 
Peran bank sentral dan umum
Peran bank sentral dan umumPeran bank sentral dan umum
Peran bank sentral dan umumkawidian_putri
 

Tendances (20)

Bank Umum
Bank UmumBank Umum
Bank Umum
 
Lembaga Keuangan Bukan Bank (Ekonomi)
Lembaga Keuangan Bukan Bank (Ekonomi)Lembaga Keuangan Bukan Bank (Ekonomi)
Lembaga Keuangan Bukan Bank (Ekonomi)
 
Ppt bank umum kel.2 xis1
Ppt bank umum kel.2 xis1Ppt bank umum kel.2 xis1
Ppt bank umum kel.2 xis1
 
Soal dan jawaban uas bank dan lembaga keuangan
Soal dan jawaban uas bank dan lembaga keuanganSoal dan jawaban uas bank dan lembaga keuangan
Soal dan jawaban uas bank dan lembaga keuangan
 
Bank dan kebijakan Moneter
Bank dan kebijakan MoneterBank dan kebijakan Moneter
Bank dan kebijakan Moneter
 
Ruang Lingkup Perbankan Syariah
Ruang Lingkup Perbankan SyariahRuang Lingkup Perbankan Syariah
Ruang Lingkup Perbankan Syariah
 
Perkembangn bank syariah di indonesia
Perkembangn bank syariah di indonesiaPerkembangn bank syariah di indonesia
Perkembangn bank syariah di indonesia
 
Seminar mu tgl 71211
Seminar mu tgl 71211Seminar mu tgl 71211
Seminar mu tgl 71211
 
Dasar dasar perbankan
Dasar dasar perbankanDasar dasar perbankan
Dasar dasar perbankan
 
PRESENTASI BANK SYARIAH
PRESENTASI BANK SYARIAHPRESENTASI BANK SYARIAH
PRESENTASI BANK SYARIAH
 
PRESENTASI BANK UMUM
PRESENTASI BANK UMUMPRESENTASI BANK UMUM
PRESENTASI BANK UMUM
 
Bank soal uts pengantar perbankan
Bank soal uts pengantar perbankanBank soal uts pengantar perbankan
Bank soal uts pengantar perbankan
 
Soal jawaban-bab-1-17
Soal jawaban-bab-1-17Soal jawaban-bab-1-17
Soal jawaban-bab-1-17
 
Kelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariahKelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariah
 
Regulasi managemen kredit perbankan
Regulasi managemen kredit perbankanRegulasi managemen kredit perbankan
Regulasi managemen kredit perbankan
 
Perbankan syariah
Perbankan syariahPerbankan syariah
Perbankan syariah
 
Makalah bank syariah
Makalah bank syariahMakalah bank syariah
Makalah bank syariah
 
Sistem dan operasional bank syariah
Sistem dan operasional bank syariahSistem dan operasional bank syariah
Sistem dan operasional bank syariah
 
Makalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariahMakalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariah
 
Peran bank sentral dan umum
Peran bank sentral dan umumPeran bank sentral dan umum
Peran bank sentral dan umum
 

Similaire à MANAJEMEN KREDIT SYARIAH BANK MUAMALAT

6. Manajemen Bank Berdasarkan Prinsip Syariah.pptx
6. Manajemen Bank Berdasarkan Prinsip Syariah.pptx6. Manajemen Bank Berdasarkan Prinsip Syariah.pptx
6. Manajemen Bank Berdasarkan Prinsip Syariah.pptxAdiyathRandy
 
Keunggulan sistem perbankan syariah
Keunggulan sistem perbankan syariahKeunggulan sistem perbankan syariah
Keunggulan sistem perbankan syariahSugia Suganda
 
Perkembangan Manajemen Bisnis Syariah
Perkembangan Manajemen Bisnis SyariahPerkembangan Manajemen Bisnis Syariah
Perkembangan Manajemen Bisnis SyariahJERYANHARYOGI1
 
Perbankan syariah
Perbankan syariahPerbankan syariah
Perbankan syariahQiqi Aw
 
Bank dan lembaga keuangan lainnya
Bank dan lembaga keuangan lainnyaBank dan lembaga keuangan lainnya
Bank dan lembaga keuangan lainnyaImam Pamungkas
 
Makalah perbankan syariah
Makalah perbankan syariahMakalah perbankan syariah
Makalah perbankan syariahIffa Tabahati
 
Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan SyariahLembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan SyariahAgnes Puspita
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
Tinjauan syariah tentang pembiayaan bermasalah di perbankan syariah
Tinjauan syariah tentang pembiayaan bermasalah di perbankan syariahTinjauan syariah tentang pembiayaan bermasalah di perbankan syariah
Tinjauan syariah tentang pembiayaan bermasalah di perbankan syariahAn Nisbah
 
Tugas eko 12,M.Raihan.s,Ranti Pusriana,Bank dan lembaga bukan bank,SMAN 12 TA...
Tugas eko 12,M.Raihan.s,Ranti Pusriana,Bank dan lembaga bukan bank,SMAN 12 TA...Tugas eko 12,M.Raihan.s,Ranti Pusriana,Bank dan lembaga bukan bank,SMAN 12 TA...
Tugas eko 12,M.Raihan.s,Ranti Pusriana,Bank dan lembaga bukan bank,SMAN 12 TA...raihan shidqi
 
Tugas Eko 12,Amelia Puspita Sari,Ranti Pusriana,Bank,Lembaga Bukan Bank dan O...
Tugas Eko 12,Amelia Puspita Sari,Ranti Pusriana,Bank,Lembaga Bukan Bank dan O...Tugas Eko 12,Amelia Puspita Sari,Ranti Pusriana,Bank,Lembaga Bukan Bank dan O...
Tugas Eko 12,Amelia Puspita Sari,Ranti Pusriana,Bank,Lembaga Bukan Bank dan O...Amelia Puspita Sari
 
04MAKALAH PPM Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank Kelompok 6 (1).docx
04MAKALAH PPM Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank Kelompok 6 (1).docx04MAKALAH PPM Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank Kelompok 6 (1).docx
04MAKALAH PPM Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank Kelompok 6 (1).docxUthyaSamara
 
Tugas Eko 12,Amelia Puspita Sari,Ranti Pusriana,Bank,Lembaga Bukan Bank dan O...
Tugas Eko 12,Amelia Puspita Sari,Ranti Pusriana,Bank,Lembaga Bukan Bank dan O...Tugas Eko 12,Amelia Puspita Sari,Ranti Pusriana,Bank,Lembaga Bukan Bank dan O...
Tugas Eko 12,Amelia Puspita Sari,Ranti Pusriana,Bank,Lembaga Bukan Bank dan O...Amelia Puspita Sari
 

Similaire à MANAJEMEN KREDIT SYARIAH BANK MUAMALAT (20)

6. Manajemen Bank Berdasarkan Prinsip Syariah.pptx
6. Manajemen Bank Berdasarkan Prinsip Syariah.pptx6. Manajemen Bank Berdasarkan Prinsip Syariah.pptx
6. Manajemen Bank Berdasarkan Prinsip Syariah.pptx
 
Keunggulan sistem perbankan syariah
Keunggulan sistem perbankan syariahKeunggulan sistem perbankan syariah
Keunggulan sistem perbankan syariah
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Perkembangan Manajemen Bisnis Syariah
Perkembangan Manajemen Bisnis SyariahPerkembangan Manajemen Bisnis Syariah
Perkembangan Manajemen Bisnis Syariah
 
Perbankan syariah
Perbankan syariahPerbankan syariah
Perbankan syariah
 
Bank dan lembaga keuangan lainnya
Bank dan lembaga keuangan lainnyaBank dan lembaga keuangan lainnya
Bank dan lembaga keuangan lainnya
 
DDD
DDDDDD
DDD
 
Bab i vi
Bab i viBab i vi
Bab i vi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah perbankan syariah
Makalah perbankan syariahMakalah perbankan syariah
Makalah perbankan syariah
 
Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan SyariahLembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
Tinjauan syariah tentang pembiayaan bermasalah di perbankan syariah
Tinjauan syariah tentang pembiayaan bermasalah di perbankan syariahTinjauan syariah tentang pembiayaan bermasalah di perbankan syariah
Tinjauan syariah tentang pembiayaan bermasalah di perbankan syariah
 
Banking islamic prospect and problem
Banking islamic prospect and problemBanking islamic prospect and problem
Banking islamic prospect and problem
 
Tugas eko 12,M.Raihan.s,Ranti Pusriana,Bank dan lembaga bukan bank,SMAN 12 TA...
Tugas eko 12,M.Raihan.s,Ranti Pusriana,Bank dan lembaga bukan bank,SMAN 12 TA...Tugas eko 12,M.Raihan.s,Ranti Pusriana,Bank dan lembaga bukan bank,SMAN 12 TA...
Tugas eko 12,M.Raihan.s,Ranti Pusriana,Bank dan lembaga bukan bank,SMAN 12 TA...
 
Tugas Eko 12,Amelia Puspita Sari,Ranti Pusriana,Bank,Lembaga Bukan Bank dan O...
Tugas Eko 12,Amelia Puspita Sari,Ranti Pusriana,Bank,Lembaga Bukan Bank dan O...Tugas Eko 12,Amelia Puspita Sari,Ranti Pusriana,Bank,Lembaga Bukan Bank dan O...
Tugas Eko 12,Amelia Puspita Sari,Ranti Pusriana,Bank,Lembaga Bukan Bank dan O...
 
Akuntansi perbankan-syariah
Akuntansi perbankan-syariahAkuntansi perbankan-syariah
Akuntansi perbankan-syariah
 
04MAKALAH PPM Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank Kelompok 6 (1).docx
04MAKALAH PPM Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank Kelompok 6 (1).docx04MAKALAH PPM Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank Kelompok 6 (1).docx
04MAKALAH PPM Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank Kelompok 6 (1).docx
 
Tugas Eko 12,Amelia Puspita Sari,Ranti Pusriana,Bank,Lembaga Bukan Bank dan O...
Tugas Eko 12,Amelia Puspita Sari,Ranti Pusriana,Bank,Lembaga Bukan Bank dan O...Tugas Eko 12,Amelia Puspita Sari,Ranti Pusriana,Bank,Lembaga Bukan Bank dan O...
Tugas Eko 12,Amelia Puspita Sari,Ranti Pusriana,Bank,Lembaga Bukan Bank dan O...
 

MANAJEMEN KREDIT SYARIAH BANK MUAMALAT

  • 1. MANAJEMEN KREDIT SYARIAH BANK MUAMALAT Oleh: Chairuddin Syah Nasution Abstraksi Persaingan usaha antar bank yang semakin tajam dewasa ini telah mendorong munculnya berbagai jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan kompetitif. Dalam situasi seperti ini Bank Umum (konvensional) akan menghadapi persaingan baru dengan kehadiran lembaga keuangan ataupun bank non- konvensional. Fenomena ini ditandai dengan pertumbuhan lembaga keuangan dan bank muamalat dengan sistem syariah. Suatu hal yang sangat menarik, yang membedakan antara manajemen bank muamalat dengan bank umum adalah terletak pada pemberian balas jasa, baik yang diterima oleh bank maupun para investor. Jika dilihat kenyataan di masyarakat, masih banyak terjadi kesimpang siuran mengenai pemahaman tentang pengertian Lembaga Keuangan dengan Bank Muamalat, walaupun sesungguhnya banyak persamaan diantara kedua jenis lembaga tersebut. Hal ini diperkuat dengan Peratutan Pemerintah No. 70 Tahun 1992, tentang perubahan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) menjadi Bank Umum. Bank Umum yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional, menurut UU No. 7 Tahun 1992, dapat juga melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Di Indonesia, keberadaan Bank Muamalat sudah ada sejak pertengahan tahun 1992, tepatnya setelah disyahkannya UU No. 7 Tahun 1992 sebagai dasar hukum, yang kemudian dirubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998. Pada dasarnya Lembaga Keuangan Syariah atau Bank Muamalat merupakan badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan, untuk memobilisasi dana masyarakat dan memberikan pelayanan jasa perbankan lainnya berdasarkan prinsip-prinsip syariah islam yang bersumber pada Al Qur’an dan Al Hadist. Suatu hal yang membedakan antara Bank Islam dengan Bank Konvensional adalah penerapan sistem bagi hasil yang menggantikan sistem bunga. Sistem ini merupakan terobosan terbaru dalam dunia perbankan, bagi mereka yang tidak menginginkan adanya unsur riba pada bunga. Disisi lain, kombinasi antara manajemen Bank Umum dengan Sistem Keuangan Syariah, dapat diterapkan sebagai sarana untuk menyeimbangkan antara dua kepentingan (lenders dan borrowers). I. Pendahuluan Perkembangan dunia perbankan telah terlihat kompleks, dengan berbagai macam jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan kompetitif. Kekomplekan ini telah menciptakan suatu sistem dan pesaing baru dalam dunia perbankan, bukan hanya persaingan antar bank tetapi juga antara bank dengan lembaga keuangan. Sebuah fenomena nyata yang telah
  • 2. menuntut manajer keuangan bank untuk lebih antisipatif terhadap perubahan yang terjadi dalam dunia perbankan. Beberapa tahun yang lalu, pertumbuhan lembaga keuangan dan bank muamalat dengan sistem syariah mulai bermunculan. Lembaga keuangan ini sudah sejak lama berkembang di negara Arab Saudi, Kuwait, Turki, Iran dan beberapa negara Timur Tengah lainnya. Perkembangan selanjutnya merebak ke wilayah negara Eropa, seperti Swiss dan London, serta wilayah Asia, seperti Malaysia dan Indonesia. Dunia perbankan ternyata bukan berasal hanya dari dunia Barat sebagaimana selama ini kita kenal dan pelajari, akan tetapi dunia perbankan juga berasal dari dunia Timur. Suatu perkembangan yang boleh dikatakan sangat mengembirakan, khususnya bagi umat Islam yang selama ini menginginkan investasi dan pendanaan tanpa unsur riba. Satu hal yang sangat menarik, yang membedakan antara manajemen bank muamalat dengan bank umum (konvensional) adalah terletak pada pembiayaan dan pemberian balas jasa, baik yang diterima oleh bank maupun investor. Jika dilihat pada bank umum, pembiayaan disebut loan, sementara di Bank Syariah disebut financing. Sedangkan balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank umum berupa bunga (interest loan atau deposit) dalam prosentase pasti. Sementara pada bank muamalat dengan sistem syariah, hanya memberi dan menerima balas jasa berdasarkan perjanjian (akad) bagi hasil. Selanjutnya dalam perbankan syariah dikenal istilah mudharabah, murabahah dan musyarakah untuk program pembiayaan. Bank syari’ah akan memperoleh keuntungan berupa bagi hasil, dari proyek yang dibiayai oleh bank tersebut. Apabila proyeknya mandek, maka akan dicarikan solusi penyelesaian. Misalnya, dengan menjual aset proyek. Uang penjualan aset proyek yang dibiayai Bank Syariah, akan dibagi kepada bank dan nasabah sesuai penyertaan masing-masing pada usaha tersebut. Lalu bagaimanakah dengan mekanisme manajemen kredit
  • 3. Manajemen Kredit Syari’ah Bank Muamalat (Chaeruddin Syah Nasution) yang dapat diberlakukan dalam bank muamalat, dimana dalam mekanisme ini terjadi tarik-menarik kepentingan antara peminjam, bank dan investor. Bagi peminjam dana (borrowers), hal ini merupakan kesempatan emas dimana peminjam tidak terlalu terbebani atas bunga pinjaman tersebut. Tetapi bagi kalangan investor (deposan atau penanam modal lainnya), sistem perbankan ini kurang menjanjikan. Para investor (lenders) menginginkan dana yang diinvestasikannya, memiliki pengembalian minimal sesuai dengan harapan mereka. Sebaliknya, bank sebagai media perantara (intermediasi) bisa mengalami kesulitan untuk menggalang dana masyarakat. Kegiatan operasional bank dalam bentuk penyaluran kredit, dapat terhambat jika mobilisasi dana tidak sesuai dengan jumlah permintaan pendanaan. Berdasarkan fenomena diatas, ingin diungkapkan disini bahwa ada beberapa hal yang terkait antara mekanisme manajemen kredit bank muamalat dan bank umum. II. Bank Muamalat dan Lembaga Keuangan Bank muamalat atau bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip- prinsip syariah Islam. Kenyataan di masyarakat, mungkin terdapat kesimpangsiuran mengenai pemahaman tentang pengertian lembaga keuangan dengan bank muamalat. Lembaga keuangan dapat dikatakan sebagai badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset keuangan atau tagihan (claim) serta asset non finansial atau asset riil dan memberikan pelayanan jasa dalam bentuk skim tabungan (depositori), proteksi asuransi, program pensiun, dan penyediaan sistem pembayaran melalui mekanisme transfer dana (Siamat:1999). Jika dilihat dari dua pengertian diatas, antara lembaga keuangan 86 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN, Vol. 7, No.3 Sept. 2003
  • 4. dengan bank muamalat memiliki persamaan yaitu sebagai badan usaha yang bergerak dalam bidang pengelolaan keuangan dan pendanaan maupun investasi. Pernyataan ini diperkuat oleh Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 1992, tentang perubahan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) menjadi bank umum. Bank umum menurut UU No. 7 Tahun 1992, disamping melakukan kegiatan usaha secara konvensional dapat juga melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Pendiri lebih menyukai bentuk lembaga keuangan, mungkin karena lapangan maupun orientasi usahanya masih dalam lingkup yang kecil. Sedangkan pendirian sebuah bank, memerlukan capital adequacy ratio (CAR) 8% berdasarkan rasio kecukupan modal perbankan. Pada dasarnya lembaga keuangan, bank konvensional, maupun bank Islam (bank Muamalat) merupakan bagian dari manajemen keuangan modern. Lembaga keuangan syariah maupun bank Muamalat, sebagai lembaga keuangan Islam dan alternatif pengganti bank-bank konvensional memiliki ciri-ciri keistimewaan sebagai berikut : 1. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat antara pemegang saham, pengelola bank dan nasabahnya. 2. Diterapkannya sistem bagi hasil sebagai pengganti bunga, sehingga akan berdampak positif dalam menekan cost push inflation dan persaingan antar bank. 3. Tersedianya fasilitas kredit kebaikan (Al-Qardhul Hasan) yang diberikan secara Cuma-Cuma 4. Konsep (build in concept) dengan berorientasi pada kebersamaan : a. Mendorong kegiatan investasi dan menghambat simpanan yang tidak produktif melalui sistem operasi profit and loss sharing. b. Memerangi kemiskinan dengan membina golongan ekonomi lemah dan tertindas, melalui bantuan hibah yang
  • 5. Manajemen Kredit Syari’ah Bank Muamalat (Chaeruddin Syah Nasution) dilakukan bank secara produktif. c. Mengembangkan produksi, menggalakkan perdagangan dan memperluas kesempatan kerja melalui kredit pemilikan barang atau peralatan modal dengan pembayaran tangguh dan pembayaran cicilan. d. Meratakan pendapatan melalui sistem bagi hasil dan kerugian, baik yang diberikan kepada bank itu sendiri maupun kepada peminjam. 5. Penerapan sistem bagi hasil yang tidak membebani biaya diluar kemampuan nasabah dan akan terjamin adanya “keterbukaan”. 6. Menciptakan alternatif kehidupan ekonomi yang berkeadilan dalam kehidupan modern. III. Fungsi dan Usaha Bank Muamalat Di Indonesia, keberadaan bank muamalat sudah ada sejak pertengahan tahun 1992, tepatnya setelah disahkannya UU No. 7 Tahun 1992 sebagai dasar hukum, yang kemudian dirubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998. kebijakan perundangan ini diperkuat oleh Keputusan Menteri Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 53/BH/KDK 13.32/1.2/XII/1998, pengesahan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi No. 165/PAD/KDK 13.32/1.2/V/1999,serta izin usaha dari Menteri Keuangan untuk beroperasi dengan prinsip bagi hasil seperti bank perkreditan rakyat (BPR) Syariah. Berdasarkan beberapa dasar hukum ini, bank muamalat memiliki kesamaan fungsi demngan bank umum. Fungsi-fungsi bank umum sebagaimana yang dimaksud antara lain (Siamat:1999) : 1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi. Bank wajib menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien kepada nasabahnya, seperti penyediaan fasilitas kartu kredit, ATM, serta mekanisme jasa kliring 88 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN, Vol. 7, No.3 Sept. 2003
  • 6. dan inkaso. 2. Menciptakan uang. Menciptakan uang yang dimaksud bukanlah seperti fungsi pada bank Indonesia. Menciptakan uang dalam hal ini adalah bagaimana bank muamalat dalam kegiatan operasionalnya seperti bank konvensional, dapat memberikan perolehan hasil secara maksimal. Perolehan hasil ini merupakan balas jasa (keuntungan) yang diterima dalam bentuk uang, yang dapat digunakan kembali untuk memperlancar kegiatan operasional bank atau disimpan sebagai cadangan modal. 3. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. Kegiatan menghimpun dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan jasa dalam bentuk tabungan, deposito berjangka, giro maupun penerimaan dana sesuai dengan syariah Islam. Penyaluran kembali dana ke masyarakat dapat dalam bentuk pemberian kredit dan bentuk-bentuk pendanaan lainnya. Dalam penyaluran kembali dana masyarakat, bank memperoleh balas jasa dalam bentuk bagi hasil berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Tujuan dari perputaran dana ini adalah sebagai perolehan hasil (profit) dan mobilisasi dana dapat terus berjalan. 4. Menawarkan jasa-jasa keuangan lainnya. Jasa-jasa keuangan lainnya yang dapat ditawarkan oleh bank muamalat, antara lain : a. Transfer antar bank dalam kota atau luar negeri. b. Kliring (clearing) c. Inkaso d. Safe deposit box e. Bank card f. Bank notes g. Travelers cheque h. Letter of credit (L/C)
  • 7. Manajemen Kredit Syari’ah Bank Muamalat (Chaeruddin Syah Nasution) i. Bank garansi j. Jasa-jasa dipasar modal k. Menerima setoran-setoran lain Menurut Siamat (1999), kegiatan usaha bank yang dapat dilakukan berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, antara lain : 1. Menghimpun dana dari masyarakat. Penghimpunan atau mobilisasi dana dapat melalui sarana tabungan, deposito berjangka dan giro. 2. Memberikan kredit. Kredit yang diberikan dapat dalam bentuk pendanaan kegiatan ekonomi masyarakat mapun barang kebutuhan konsumen. 3. Menerbitkan surat pengakuan utang. 4. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya: a. Surat-surat wesel termasuk wesel yang disekap oleh bank. b. Surat pengakuan utang. c. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah. d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI). e. Obligasi. f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun. g. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun. 5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. 6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana komunikasi mapun dengan wesel. 7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan 90 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN, Vol. 7, No.3 Sept. 2003
  • 8. melakukan perhitungan dengan atau antara pihak ketiga. 8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga. 9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (custodian). 10. Melakukan penempatan dana dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek. 11. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya. 12. Melakukan kegiatan anjak piutang (factoring) kartu kredit dan kegiatan wali amanat (trustee). 13. menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. 14. Melakukan kegiatan lain, misalnya kegiatan transaksi dalam valuta asing, melakukan penyertaan modal atau usaha lain di bidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, dan asuransi, serta melakukan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit. 15. Kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang. IV. Manajemen Kredit Syariah Menurut UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, disebutkan bahwa “kredit adalah penyediaan uang tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”. Menurut Siamat (1999), kredit ini dapat
  • 9. Manajemen Kredit Syari’ah Bank Muamalat (Chaeruddin Syah Nasution) digolongkan kedalam enam bentuk yaitu : 1. Penggolongan kredit berdasarkan jangka waktu (maturity), antara lain : a. Kredit jangka pendek (short-term loan). b. Kredit jangka menengah (medium-term loan) c. Kredit jangka panjang (long-term loan). 2. Penggolongan kredit berdasarkan barang jaminan (collateral), antara lain : a. Kredit dengan jaminan (secured loan). b. Kredit dengan jaminan (unsecured loan). 3. Kredit berdasarkan segmen usaha, seperti otomotif, pharmasi, tekstil, makanan, konstruksi dan sebagainya. 4. Penggolongan kredit berdasarkan tujuannya, antara lain : a. kredit komersil (commercial loan), yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah di bidang perdagangan. b. Kredit konsumtif (consumer loan), yaitu kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif. c. Kredit produktif (productive loan), yaitu kredit yang diberikan dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar produksi. 5. Penggolongan kredit menurut penggunaannya, antara lain : a. Kredit modal kerja (working capital credit), yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja debitur. b. Kredit investasi (Invesment credit), yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan untuk digunakan melakukan investasi dengan membeli barang-barang 92 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN, Vol. 7, No.3 Sept. 2003
  • 10. modal. 6. Kredit non kas (non cash loan), yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah yang hanya boleh ditarik apabila suatu transaksi yang telah diperjanjikan telah direalisasikan atau efektif. Dalam pendanaan kepada nasabah dalam bentuk pemberian kredit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penilaian kredit, oleh karena layak tidaknya kredit yang diberikan akan sangat mempengaruhi stabilitas keuangan bank. Menurut Rahardja (1997), penilaian kredit harus memenuhi criteria sebagai berikut : 1. Keamanan kredit (safety). Harus benar-benar diyakini bahwa kredit tersebut dapat dilunasi kembali. 2. Terarahnya tujuan penggunaan kredit (suitability). Kredit akan digunakan untuk tujuan yang sejalan dengan kepentingan masyarakat atau setidaknya tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. 3. Menguntungkan (profitable). Kredit yang diberikan menguntungkan bagi bank maupun bagi nasabah. Menurut Sinungan (1993), metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan nilai kredit adalah dengan menggunakan formula 4P, yaitu : (1) Personality ; (2) Purpose ; (3) Prospect; (4) Payment. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi resiko penilaian kredit (Rahardja:1997), antara lain : (1) Character ; (2) Capacity ; (3) Capital ; (4) Conditional ; (5) Collateral. Risiko Bank Syariah sebetulnya lebih kecil dibanding bank konvensional. Bank Syariah tidak akan mengalami negative spread, karena dari dana yang dikucurkan untuk pembiayaan akan diperoleh pendapatan, bukan bunga seperti di bank biasa. Sementara untuk deposan, Bank Syariah tidak memberikan bunga melainkan sistem bagi hasil atau mudharabah.
  • 11. Manajemen Kredit Syari’ah Bank Muamalat (Chaeruddin Syah Nasution) Jika pendapatan dari kredit atau dalam Bank Syariah disebut murabahah ditetapkan 10 persen, maka pada mudharabah (sistem bagi hasil) akan ditetapkan angka lebih rendah. Selisihnya merupakan pendapatan bank sebagai biaya jasa. Risiko Bank Syariah terhadap transaksi foreign exchange juga rendah karena, pada Bank Syariah transaksi valas hanya diizinkan dalam bentuk transaksi spot. Sementara forward dan swap tidak diizinkan karena bersifat gambling. (Karim, 2003). Aspek-aspek lainnya yang perlu diperhatikan dalam penilaian kredit, yang menyangkut kegiatan usaha calon debitur (Siamat:1999), antara lain : 1. Aspek pemasaran. Menyangkut kemampuan daya beli masyarakat, keadaan kompetisi, pangsa pasar, kualitas produksi dan lain sebagainya. 2. Aspek teknis. Meliputi kelancaran produksi, kapasitas produksi, mesin dan peralatan, ketersediaan dan kontinuitas bahan baku. 3. Aspek manajemen. Meliputi struktur dan susunan organisasi, termasuk pengalaman anggota dan pola kepemimpinan manajemen. 4. Aspek yuridis. Meliputi status hukum badan usaha, kelengkapan izin usaha dan legalitas barang jaminan. 5. Aspek sosial ekonomi. Meliputi keadaan keuangan perusahaan debitur yang dibiayai. Manajemen kredit bank syari’ah secara umum diterapkan dengan berpegang teguh kepada syariah Islam (Al-Qur’an dan Al-Hadist). Diharapkan lembaga keuangan maupun bank dengan sistem syariah dapat menjaga kestabilan keuangan mereka (income stability). Selain itu, bank syariah diharapkan dapat lebih memaksimalkan pelayanan mobilisasi dana masyarakat dan memberikan jaminan keuangan dengan pasti. Di sisi lain, penyaluran kembali dana masyarakat dalam bentuk pembiayaan, akan berjalan normal sesuai dengan harapan dan tujuan bersama. Permasalahan yang biasanya dialami oleh lembaga keuangan 94 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN, Vol. 7, No.3 Sept. 2003
  • 12. syariah atau bank muamalat dalam kegiatan operasionalnya, antara lain : 1. Modal (capital). 2. Human resource activity (kegiatan operasional). 3. Operational management system (sistem manajemen keuangan). 4. Financial management system (sistem manajemen keuangan). 5. Loyality of credit (loyalitas kredit). Karim (2003), mengemukakan bahwa pada sisi kredit, dalam aturan syariah bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli murabahah). Mekanisme seperti itu, akan mencegah kemungkinan dana kredit digunakan untuk transaksi spekulasi, atau untuk jual beli valas. Jika terjadi default, bank mudah mendapatkan dananya kembali karena ada aset yang nilainya jelas berupa sejumlah kredit yang dikucurkan. Dalam Bank Syariah, karakter nasabah (personal guarantee) lebih dinomorsatukan, ketimbang cover guarantee berupa aset. Debitor yang dinilai tidak cacat hukum dan kegiatan usahanya baik akan mendapat prioritas. V. Hubungan Antara Kredit dengan Piutang Piutang merupakan cadangan penerimaan yang mungkin diterima oleh suatu badan usaha, dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. Piutang lahir akibat adanya pendanaan dalam bentuk pemberian kredit dan pemberian jasa lainnya, dimana pembayaran dari penggunaan jasa tersebut dilakukan pada waktu tertentu, misal harian, mingguan, bulanan atau periode waktu lainnya. Besarnya piutang yang akan diterima badan usaha (bank atau lembaga keuangan), ditentukan berdasarkan kesepakatan antara pihak pemberi jasa (bank atau lembaga keuangan) dan pihak pengguna jasa. Semakin besarnya kredit yang diberikan, akan menambah besarnya resiko yang akan ditanggung badan usaha. Resiko kredit karena adanya piutang, dapat melalui prosentase
  • 13. Manajemen Kredit Syari’ah Bank Muamalat (Chaeruddin Syah Nasution) perbandingan antara jumlah kredit bermasalah dengan jumlah harta keseluruhan (Sutojo:1997). Resiko lain yang dapat ditimbulkan oleh piutang adalah pada penerimaan bersih (earning after taxes). Semakin besar jumlah piutang dan jumlah piutang tak tertagih (bad debt) yang dimiliki badan usaha, akan menyebabkan semakin kecil penerimaan bersih yang mampu diperoleh badan usaha, baik lembaga keuangan maupun bank. Mengingat bahwa piutang sangat berpengaruh terhadap kestabilan usaha, maka piutang perlu dikelola dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen piutang, antara lain : 1. Credit policy. Kebijakan kredit ini menyangkut bagaimana jangka waktu penetapan piutang, besarnya piutang dan penetapan cara-cara pembayaran oleh debitur. 2. Credit scoring. Hal ini berkaitan dengan penilaian kredit dan pemberian ranking (pengelompok piutang). 3. Credit standard. Standar atau patokan terhadap pemberian ranking dalam penilaian kredit bank. VI. Menuju Bank Syari’ah 2011 Tak bisa dipungkiri perkembangan bank syari’ah memang cukup pesat. Namun, perkembangan bank sistem bagi hasil ini harus dibarengi dengan konsolidasi internal dan eksternal bank agar semakin tangguh dan dipercaya masyarakat. Bank Indonesia sendiri sebagai pengawas perbankan telah menentukan sasaran realistis untuk mewujudkan visi perbankan syari’ah yang kompetitif, efisien dan memenuhi prinsip kehati-hatian. Berikut ini sasaran pengembangan bank syari’ah hingga 2011: 1. Terpenuhinya prinsip syari’ah dalam opersional perbankan yang ditandai dengan: − Tersusunnya norma-norma keuangan syari’ah yang seragam 96 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN, Vol. 7, No.3 Sept. 2003
  • 14. (standarisasi). − Terwujudnya mekanisme kerja yang efisien bagi pengawasan prinsip syari’ah dalam operasional perbankan (baik instrumen maupun badan terkait). − Rendahnya tingkat keluhan masyarakat dalam hal penerapan prinsip syari’ah dalam setiap transaksi. 2. Diterapkannya prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan syari’ah: − Terwujudnya kerangka pengaturan dan pengawasan berbasis resiko yang sesuai dengan karakteristiknya dan didukung oleh sumber daya manusia yang handal. − Diterapkannya konsep good corporate governance dalam operasi perbankan syari’ah. − Diterapkannya kebijakan exit dan entre yang efisien. − Terwujudnya realtime supervision. − Terwujudnya self regulatory system. 3. Terciptanya sistem perbankan syari’ah yang kompetitif dan efisien, yang ditandai dengan: − Terciptnya pemain-pemain yang mampu bersaing secara global. − Terwujudnya aliansi strategis yang efektif. − Terwujudnya mekanisme kerja sama dengan lembaga-lembaga pendukung. 4. Terwujudnya stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan bagi masyarakat luas, yang ditandai dengan: − Terwujudnya safety net yang menyatu dengan konsep operasional perbankan yang berhati-hati. − Terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang menginginkan layanan bank syari’ah di seluruh Indonesia dengan terget pangsa sebesar 5% dari total aset perbankan nasional.
  • 15. Manajemen Kredit Syari’ah Bank Muamalat (Chaeruddin Syah Nasution) − Terwujudnya fungsi perbankan syari’ah yang kaafah dan dapat melayani seluruh segmen masyarakat. − Meningkatnya proporsi pola pembiayaan secara bagi hasil. VII. Kesimpulan dan Saran 1. Lembaga keuangan syariah atau bank muamalat merupakan badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan, untuk memobilisasi dana masyarakat dan memberikan pelayanan jasa perbankan lainnya berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Hadist. 2. Satu hal yang membedakan antara bank Islam dengan bank konvensional adalah penerapan sistem bagi hasil yang menggantikan sistem bunga. Sistem ini merupakan terobosan terbaru dalam dunia perbankan, bagi mereka yang tidak menginginkan adanya unsur riba pada bunga. 3. Pendanaan dalam bentuk pemberian kredit pada pola bank Islam maupun lembaga keuangan syariah, perlu mendapat perhatian yang serius. Kredit macet dapat menyebabkan likuiditas, keamanan dan penerimaan bank menjadi rendah dan bahkan dapat mendatangkan kerugian yang cukup. 4. Kombinasi antara manajemen bank umum dengan sistem keuangan syariah, dapat diterapkan sebagai sarana untuk menyeimbangkan antara dua kepentingan (lenders borrowers). 5. Perlu dipersiapkan panduan pengelolaan risiko atau benchmarking bagi bank-bank syari’ah di Indonesia dengan melakukan studi banding ke negara-negara yang menjalankan sistem perbankan Islam. Hal ini sangat diperlukan mengingat struktur aset dan kredit bank syari’ah berbeda dengan bank biasa. Sementara Based Accord 98 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN, Vol. 7, No.3 Sept. 2003
  • 16. II yang digunakan sebagai acuan bank konvensional tidak bisa digunakan begitu saja oleh bank syari’ah.
  • 17. Manajemen Kredit Syari’ah Bank Muamalat (Chaeruddin Syah Nasution) VIII. Daftar Pustaka Karim, Adi Warman. 2003. “Menimbang Risiko Kredit di Bank Syariah”. Majalah Investor No.88 Tahun V. Jakarta. Rahardja, Prathama. 1997. “Uang dan Perbankan”; Cetakan Ketiga, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta. Siamat, Dahlan. 1999. “Manajemen Lembaga keuangan”; Edisi Kedua. Jakarta. Sinungan, Muchdarsyah. 1993. “Manajemen Dana Bank”; Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Bank Indonesia. 2003. 10 0 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN, Vol. 7, No.3 Sept. 2003