Buku ini membahas berbagai topik terkait hak kekayaan intelektual (HKI) seperti jenis-jenis lisensi musik, statistik pengajuan HKI di Indonesia, pertimbangan bergabung dengan UPOV, pelanggaran hak cipta, jenis-jenis lisensi software dan perlindungan hak ciptanya. Buku ini berisi 27 bab yang mendiskusikan berbagai isu terkini dalam dunia HKI.
1. HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
Jilid 2
Oleh : Agus Candra Suratmaja
Email : ir.aguscandra@gmail.com
Bekerja di Kantor Konsultan HKI Am Badar & Partners
www.ambadar.com
DAFTARKAN HKI ANDA DI KAMI :
www.ambadar.com
2. Daftar Isi :
1. Memahami Jenis-Jenis Lisensi Musik
2. Statistik Pengajuan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia
3. Apakah Indonesia Perlu untuk Bergabung dengan UPOV ?
4. Pelanggaran Hak Cipta
5. Jenis Lisensi Software dan Perlindungan Hak Ciptanya
6. Promosikan Merek Anda dengan: Gosip Marketing
7. Menerawang Industri Game Indonesia Berbasiskan Budaya Lokal
8. About Bisnis Waralaba
9. Transformasi Sebuah Merek dari Masa ke Masa
10. Bagaimanakah Bentuk Perlindungan Hak Cipta Desain dan Isi Sebuah Website Itu?
11. Terkenalkah Merek Anda ?
12. Konflik Domain Name
13. Perkembangan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) di Berbagai Negara
14. Royalti, Hak Cipta, dan Karakteristik Masyarakat yang Melahirkannya
15. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan Strategi Menghadapi ACFTA
16. Kemajuan Pendidikan dan Paten di Malaysia
17. Studi Kasus Pembajakan di Malaysia
18. Mengendalikan Sebuah Merek
19. Siklus Hidup Merek
20. Pengusaha Wajib Paham Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
21. Langkah Pemerintah Malaysia dalam Rangka Memerangi Pembajakan Indrustri DVD
22. Jenis-Jenis Lisensi Software Komputer
23. Pentingnya Perlindungan Hak Cipta di Bidang Indrustri Kreatif
24. Creative Commons License
25. Pentingnya Memajukan IPTEK untuk Kesejahteraan Bangsa
26. Pembajakan Software ―terselubung‖
27. Pembajakan Software dan Solusi Mengatasinya
28. Endorsement
Halaman
1
2
4
5
5
7
8
8
9
10
11
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
24
25
26
28
34
3. Memahami Jenis-jenis Lisensi Musik
Indonesia saat ini menjadi surga pembajakan musik. Setiap musik Indonesia yang baru hampir pasti
dapat kita unduh bajakannya. Maraknya pembajakan musik di Indonesia tidak terlepas dari
banyaknya layanan berbagi file gratis di Internet. Selain itu banyaknya pembajakan musik pun
karena kurang fahamnya kita terhadap berbagai jenis Lisensi dalam musik itu sendiri. Lalu apakah
saja jenis-jenis Lisensi dalam musik itu ? Sebagaimana dikutip dari Buku Hak Cipta dan Karya Cipta
Musik (Husain Audah ; Pustaka Litera Antar Nusa, 2004) terdapat beberapa jenis lisensi dalam
Musik diantaranya adalah :
1. Lisensi Mekanikal/ Mechanical Licenses
Lisensi Mekanikal diberikan kepada Perusahaan Rekaman sebagai bentuk ijin penggunaan karya cipta.
Seorang pencipta lagu dapat melakukan negosiasi langsung atau melalui penerbit musiknya dengan
siapa saja yang menginginkan lagu ciptaannya untuk dieksploitir. Artinya siapa saja yang ingin
merekam, memperbanyak, serta mengedarkan sebuah karya cipta bagi kepentingan komersial
berkewajiban mendapatkan lisensi mekanikal.
Bila sebuah lagu telah dirilis secara komersial untuk pertama kalinya dan telah melewati batas waktu
yang telah disepakati bersama, maka si pencipta lagu dapat memberikan Lisensi Mekanikal untuk lagu
ciptaanya tersebut kepada siapa saja yang memerlukannya untuk diekploitasi kembali. Biasanya bentuk
album rilis kedua dan selanjutnya ini diterbitkan dalam bentuk cover version, album seleksi atau
kompilasi.
2. Lisensi Penyiaran/ Performing Rights Licenses
Adalah bentuk izin yang diberikan oleh pemilik hak cipta bagi lembaga-lembaga penyiaran seperti
televisi, radio, konser dan sebagainya. Setiap kali sebuah lagu ditampilkan atau diperdengarkan kepada
umum untuk kepentingan komersial, penyelenggara siaran tersebut berkewajiban membayar royalti
kepada si pencipta lagunya. Pemungutan royalty Performing Rights ini umumnya dikelola atau
ditangani oleh sebuah lembaga administrasi kolektif hak cipta(Collective Administration of
Copyright) atau biasa disebut dengan Membership Collecting Society.
3. Lisensi Penerbitan Lembar Cetakan/Print Licenses
Lisensi ini diberikan untuk kepentingan pengumuman sebuah lagu dalam bentuk cetakan, baik untuk
partitur musik maupun kumpulan notasi dan lirik lagu-lagu yang diedarkan secara komersial. Hal ini
banyak direproduksi dalam bentuk buku nyanyian atau dimuat pada majalah musik dan lain-lain.
4. Lisensi Sinkronisasi/ Synchronization Licenses
Melalui sebuah Lisensi Sinkronisasi, pengguna dapat mengekploitasi ciptaan seseorang dalam bentuk
visual image untuk kepentingan komersial. Visual image ini biasanya berbentuk film, video, VCD,
Program Televisi atau Audio Visual lainnya.
5. Lisensi Luar Negeri/Foreign Licenses
Lisensi Luar Negeri atau Foreign Licenses adalah sebuah lisensi yang diberikan oleh pencipta lagu atau
penerbit musik kepada sebuah perusahaan Agency di sebuah negara untuk mewakili mereka dalam
memungut royalti lagunya atas penggunaan yang dilakukan oleh user-user di negara bersangkutan
bahkan di seluruh dunia.
Sebagai contoh, banyak para penerbit musik yang menggunakan The Harry Fox Agency di Amerika
Serikat, untuk melakukan negoisasi guna kepengurusan lisensi Performing Rights dan yang lainnya
dengan Collecting Society di Seluruh dunia.
Dengan memahami berbagai jenis Lisensi dalam musik ini, semoga kita menjadi faham dan tidak lagi
melakukan pembajakan musik.
4. Statistik Pengajuan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia
(Sumber : www.dgip.go.id)
Berdasarkan data diketahui bahwa sampai saat ini pengajuan Merek merupakan pengajuan Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) yang terbanyak (62,85 %) kemudian diikuti dengan pengajuan Paten
(17,21%) lalu pengajuan Hak Cipta (10,07 %) dan Desain Industri (9,87 %). Banyaknya pendaftaran
merek baru ke Indonesia ini mengindikasikan bahwa akan banyak merek-merek dagang baru yang
membanjiri pasaran Indonesia. Terlebih sejak disetujui perjanjian CAFTA maka akan banyak sekali
pengajuan permohonan merek dagang dari China yang akan masuk ke Indonesia.
Apakah Indonesia Perlu untuk Bergabung dengan UPOV ?
Apakah Indonesia perlu bergabung dengan UPOV (Organisasi Perlindungan Varietas Tanaman
Dunia)
? Dilihat dari sisi positif atau negatifnya bergabung dengan UPOV. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Ir. Priyono Kasubdit Permohonan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) Departemen
Pertanian RI untuk saat ini Indonesia belum saatnya untuk bergabung dengan UPOV karena
Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam (SDA), selain itu Industri-Industri benih di Indonesia
harus benar-benar dipersiapkan kesiapannya terlebih dahulu agar bisa bersaing dengan benih-benih
yang datang dari luar negeri. Menurutnya, Negara-negara Afrika yang kaya akan sumber daya alam
(SDA) pun membikin organisasi UPOV tersendiri di lingkup Afrika.
Dilihat dari sisi positifnya bergabung dengan UPOV maka akan membuka peluang bagi Indonesia
untuk mengekspor benih made in Indonesia ke luar negeri, sedangkan dari sisi negatifnya adalah
sumber daya alam Indonesia bebas untuk di akses oleh negara-negara lain, dan bebas untuk saling
bertukar sumber daya genetik. Namun, walaupun SDA Indonesia bebas diakses, setidaknya undangundang perlindungan varietas tanaman (PVT) tetap memberikan perlindungan kepada penyedia sumber
plasma nutfah dalam bentuk royalti. Mungkin alasan pemerintah untuk tidak cepat-cepat bergabung
dengan UPOV adalah agar Industri Benih Nasional dapat tumbuh dan berkembang terlebih dahulu.
Agar Industri benih Indonesia bisa kuat, maka diperlukan peran dari pemerintah untuk memberikan
daya dukung dan daya saing yang sehat. Bergabungnya Indonesia dengan UPOV tentu akan menjadi
sebuah tantangan tersendiri bagi
Industri benih dalam negeri hal ini tentu akan
menimbulkan persaingan. Namun, setidaknya hal ini akan membuat daya saing sangat ketat.
Setidaknya Industri benih indonesia harus membuka cakrawala berfikirnya menjadi global dengan
kekuatan sumberdaya plasmanutfah indonesia yang sangat kaya. Kita bisa mencontoh Belanda
dengan kekuatan riset
5. pemuliaan tanamannya mereka dapat mengekspor benih-benih hortikultura ke berbagai negara di dunia.
Mungkin pertimbangan lain belum bergabungnya Indonesia menjadi anggota UPOV adalah karena
kebanyakan negara-negara ASEAN belum bergabung menjadi anggota UPOV kecuali negara
Singapura yang telah bergabung. Begitupula dengan Thailand yang unggul dalam bidang pemuliaan
tanaman tanaman hortikulturanya pun belum bergabung menjadi anggota UPOV.
Menurut data International Symposium (2009), jumlah industri benih di Kanada semakin meningkat
ketika bergabung dengan UPOV, dari asalnya 51 menjadi 83 perusahaan benih. Menurut
hasil penelitian diketahui bahwa dengan menjadi anggota UPOV itu ada beberapa keuntungan yaitu
: (1) Miningkatkan Investasi di bidang pemuliaan tanaman (2) Lebih banyak lagi varietas bermutu
yang dihasilkan untuk petani (3) Meningkatkan pendapatan petani (4)
Meningkatkan
Pembangunan Pedesaan dan (5) Meningkatkan ekspor di pasaran internasional.
Pelanggaran Hak Cipta
Dalam Isilah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) seringkali kita mendengar istilah Pelanggaran Hak
Cipta. Lalu apa sebenarnya pengertian dari perbuatan yang Melanggar Hak Cipta itu sendiri ?
Sebagaimana dikutip dari (Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), 2006) suatu perbuatan
dapat dikatakan sebagai pelanggaran hak cipta apabila perbuatan tersebut melanggar hak ekslusif dari
pencipta atau pemegang hak cipta. Lalu apakah hak ekslusif itu ? Yaitu hak yang hanya dimiliki
oleh pencipta atau pemegang hak cipta untuk memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin
kepada orang lain untuk menggunakan ciptaannya sedangkan menurut literatur dari wikipedia
adalah ―hak untuk menyalin suatu ciptaan‖.
Jadi menurut pengertian diatas, seseorang yang menyalin suatu ciptaan tanpa izin kemudian
memperbanyaknya merupakan sebuah tindakan pelanggaran Hak Cipta seseorang.
Hak eklusif yang diberikan negara kepada individu pelaku HKI (Inventor, pencipta, pendesain dan
sebagainya) adalah sebagai bentuk penghargaan atas hasil karya/kreativitasnya agar orang lain dapat
terangsang untuk dapat lebih lanjut mengembangkannya lagi, sehingga dengan sistem HKI tersebut
kepentingan masyarakat ditentukan melalui mekanisme pasar (Buku Panduan Hak Kekayaan
Intelektual (HKI), 2006).
Jenis Lisensi Software dan Perlindungan Hak Ciptanya
Proprietary Software
Proprietary software adalah nama lain untuk non free sofware. Dahulu sofwere berbayar itu dibagi dua
yaitu ―semi-free sofwere‖ dimana kita masih memiliki hak untuk memodifikasi source codenya dan
mendistribusikannya secara tidak komersil dan proprietary sofware yang kita tidak bisa memodifikasi
source code dan mendistribusikanya.
Komersial Sofware
Komersial Software adalah software yang dikembangkan oleh perusahaan dengan tujuan mendapatkan
keuntungan. Pengertian Software ―Komersial‖ dan Sofware ―Proprietary‖ itu pengertian yang
sangat berbeda. Kebanyakan sofware komersil adalah software proprietary, tetapi ada juga software
komersial yang bersifat free, dan ada juga sofware non komersial yang bersifat tidak free sofware.
6. Freeware
Istilah ―Freeware‖ tidak memiliki definisi yang jelas, tetapi umumnya freeware ini mengijinkan
untuk mendistribusikan tetapi tidak memiliki izin untuk memodifikasinya (Source Codenya tidak
tersedia). Freeware itu bukan merupakan free software. Jadi istilah freeware jangan digunakan
untuk free software.
Free Software
Free Software mengijinkan seseorang untuk menggunakan, mengkopi, mendistribusikan dan
memodifikasinya. Software ini bersifat gratis. Free software itu menghendaki source codenya tersedia.
Open Source Software
Istilah open source software digunakan oleh beberapa orang untuk memaksudkan dalam kategori free
software. Perbedaan antra Free Software dengan Opens source Software kecil saja, intinya hampir
semua free software adalah open source, dan hampir semua open source sofware adalah free. Namun,
istilah free software itu lebih baik, karena untuk menggambarkan freedom (kebebasan) daripada
―opensource‖
.
Public domain software
Adalah sofware yang tidak memiliki hak cipta (copyright) dan source codenya itu bersifat publik
domain, namun dalam beberapa kasus program executablenya bersifat publik domain namun source
kodenya tidak tersedia. Maka untuk kasus ini, ini bukan merupakan free software karena free software
membutuhkan akses kepada source codenya. Sementara itu, kebanyakan free software tidak tersedia
dalam bentuk publik domain. Kebanyakan free software itu dilindungi hak cipta (Copyright). Namun
pemilik Hak Cipta Free software ini memberikan izin kepada orang lain untuk menggunakannnya
secara bebas dengan menggunakan lisensi free software. Terkadang orang-orang menggunakan
istilah publik domain untuk mengartikan free atau tersedia gratis. Bagaimanapun publik domain itu
adalah istilah hukum yang berarti tidak memiliki hak cipta.
(Sumber : Diterjemahkan dari : Categories of free and non-free software, Free Software Foundation,
Inc. 2010)
Hak Cipta (Copyright) Sofware
Berdasarkan UU Hak Cipta UU No 19 tahun 2002, mengenai ciptaan yang dilindungi pada Pasal 12 (1)
dinyatakan bahwa program komputer (software) itu termasuk hak cipta yang dilindungi. Adapun
berdasarkan Pasal 30 (1) Program Komputer Sofware itu masa waktu perlindungannya adalah selama
50 tahun sejak pertama kali diumumkan. Jika merujuk kepada UU Hak Cipta UU No 19 tahun 2002 ini,
maka Sofware yang memiliki hak cipta itu terdiri dari : Proprietary software, Komersial Sofware. Maka
seseorang yang mendistribusikannya dan menkopinya bisa dinyatakan melanggar Hak Cipta.
Oleh karena itu, bagi para programer bisa memiliki pilihan terhadap software yang dibuatnya apakan
akan menjadikan free software ataukah proprietary software dan komersial software. Namun, menurut
hemat saya, untuk programer yang bergerak di ranah sosial seperti pendidikan, kesehatan. Seorang
programer bisa membuat lisensi free softaware terhadap program yang dibuatnya, terutama untuk di
negara-negara berkembang seperti Indonesia agar bisa memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat
banyak. Namun, bagi perusahaan yang bergerak di sektor bisnis bisa juga mendaftarkan lisensi
komersial dan proprietary software terhadap program yang dibuatnya, hal ini sebagai cara untuk
7. mengganti biaya riset pembuatan sofware tersebut. Maka perusahaan yang mendaftarkan softwarenya
untuk dilindungi hak ciptanya (Copyright) akan mendapatkan perlindungan Hak Cipta selama 50 tahun
semenjak pertama kali diumumkan.
Sumber : :
1.Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Ditjen HKI, 2006.
2.Categories of free and non-free software, Free Software Foundation, Inc. 2010).
3.http://shutterstock.com Royalty-Free Stock Photos.
Promosikan Merek Anda dengan: Gosip Marketing
Sebagai informasi, Merek Coca-Cola dan IBM dihargai dengan biaya Rp. 50 milyar dolar (WIPO).
Sebagai catatan, sebuah merek yang telah memiliki citra dan reputasi yang baik akan menyebabkan
perusahaan itu lebih kompetitif. Proses pencitraan iklan itu memerlukan waktu yang lama dan biaya
yang cukup besar. Sebuah Merek jika ingin besar, maka merek itu harus diidentikan dengan sebuah
organisme yang hidup, bukan hanya sekedar benda mati. Karena sebuah merek yang hidup itu
senantiasa secara aktf menyapa konsumennya, sedangkan jika sebuah merek diidentikan dengan
sesuatu yang pasif maka merek itu akan terkesan kaku dan dijauhi oleh para konsumennya. Ibaratnya
sebuah merek itu harus supel, mudah diingat, mudah diucapkan, diambil dari khasanah dan kultur
masyarakat secara spesifik. Misalkan kata-kata, nilai-nilai luhur dan budaya dari bahasa-bahasa di
daerah itu merupakan sebuah modal untuk membuat sebuah merek terkenal. Ambil saja merek kuku
bima energi, dengan mengambil sosok bima. Kenapa ? Karena bima adalah sosok pewayangan yang
banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia, memiliki otot kuat dll, selain itu masyarakat Indonesia telah
lama mengenal sosoknya dalam pentas-pentas wayang baik itu wayang kulit maupun wayang
golek. Merek minuman berenergi ini sudah dapat di pastikan familier untuk kalangan Jawa dan
Sunda. Adapun merek dagang maka haruslah kaya dengan kultur dan khasanah masyarakat Indonesia.
Dilihat dari fungsinya sebuah merek itu memegang peranan awal untuk keberhasilan promosi yang
dilakukan. Karena untuk berpromosi maka kita kita cukup dengan menyebut mereknya. Sebuah merek
itu haruslah seperti sebuah ―gosip‖ yang akan mampu membuat konsumennya terus-menerus
membicarakan merek itu sehingga menyebar dengan cepat. Terlebih jika sebuah merek
dipromosikan dengan gaya ―gosip‖ maka kekuatan menyebarnya sebuah merek itu akan dengan
cepat tersebar ketengah-tengah target market kita. Gosip marketing ini sekarang lah eranya, karena
dengan kehadiran sosial media seperti facebook dan twitter maka kekuatan gosip itu akan menjalar
dunia online ke dunia offline. Kekuatan gosip marketing di abad ini akan berjalan dua kali
lipat daripada sebelum- sebelumnya. Bagi para marketer ini adalah sebuah peluang, bagaimana
8. memanfaatkan sosial media untuk menggosipkan produk dan jasa anda sebelum diluncurkan ke
pasaran. Tentu saja dengan positif gosip. Maka peranan Blogger dan Marketer diperlukan kolaborasi
yang saling terpadu.
Ambil contoh strategi jitu gosip marketing yang dilakukan Google, sebelum Google membuat OS
Android maka jauh-jauh hari google sudah membuat strategi gosip akan hadirnya OS Android untuk
smartphone, hal ini tentu mengakibatkan penasaran yang luar biasa bagi semua orang. Strategi lainnya
adalah ketika google akan serius terjun ke Industri game, maka google pernah mengubah tampilan
templatenya dengan game pac-man.
9. Catatan :
Karena sifat dasar manusia adalah mahluk yang suka akan sesuatu yang bersifat penasaran, maka setiap
produk dan jasa yang di promosikan dengan gaya penawaran ini akan menimbulkan kehebohan yang
luar biasa besarnya. Sebagai contoh, saat ini beberapa merek kecantikan mulai membuat iklan berseri
dengan membuat penontonnya penasaran. Maka, konsumen akhirnya menerka-nerka bagaimana
kelanjutan iklan tersebut.
Menerawang Industri Game Indonesia Berbasiskan Budaya Lokal
Industri game adalah salah satu industri kreatif, Indonesia sudah saatnya memiliki sebuah Industri
game bercitarasa lokal yang mengglobal. Kekayaan budaya dan tradisi Indonesia, seni, musik dsb
bisa menjadi inspirasi dalam melahirkan ide-ide game. Terlebih saat ini kita telah memasuki era
multimedia, semua gerak kehidupan kita tidak terlepas dari era multimedia, mau rapat ya
multimedia, mau kongkow-kongkow ya multimedia, mau belajar ya multimedia. Ibaratnya
membaca itu harus lebih dimultimediakan.
Industri game pun
sama
termasuk
dalam
kegiatan
multimedia.
Menurut penerawangan saya, bisnis
Industri game ini akan banyak lahir dari negara-negara berkembang, kenapa
? karena biasanya negara berkembang itu memiliki khasanah kebudayaan, khasanah pengetahuan lokal.
setidaknya dengan industri game yang memainkan peran di ranah budaya maka kebudayaan kita itu
akan bisa bersaing di era globalisasi. Ya menurut hemat saya sudah saatnya kebudayaan kita itu,
kesenian kita itu berkolaborasi dengan yang namanya Industri game, seperti salah satu contohnya
adalah kesenian tari saman yang berhasil di buat protitipe gamenya oleh mahasiswa ITB, begitu juga
dengan game seni angklung yang dibuat oleh sekelompok anak-anak muda. Saya yakin bahwa kedepan
kita bisa menjadi pengekspor budaya lokal kita dalam industri game bercita rasa lokal yang
mengglobal. Syaratnya tinggal bagaimana para programer kita itu orang-orang yang mengerti seni,
belajar seni dan budaya Indonesia. Maka dapat dipastikan Industri Pengembang Game lokal akan
mendapatkan aliran dolar ke rekeningnya. Karena para bule itu suka yang tradisional dan unik.
About Bisnis Waralaba
Gerai Waralaba McDonal sampai dengan sekarang ada sekitar 30.000 gerai di seluruh dunia. Salah
satu strategi yang dilakukan oleh McDonal untuk menarik konsumen dari kalangan anak-anak
adalah dengan cara menciptakan tokoh badut Ronald McDonald, selain itu McDonald pun
mengenalkan Happy Meal – Sajian dengan hadiah mainan gratis pada tahun 1979, yang semakin
membuat anak-anak mengunjungi restoran (Dilahirkan Untuk Menjual dalam 100 Great Business Ideas,
2010).
Selama ini kita banyak mengenal banyak sekali waralaba asing, paling panyak waralaba asing yang
terkenal adalah waralaba makanan cepat saji. Waralaba berbasiskan makanan cepat saji
biasanya berbasiskan kepada bahan burger, ayam dll. Salah satu kehebatan pola bisnis berbasiskan pola
waralaba adalah cepat berkembang, pola bisnis waralaba bisa berkembang di negara-negara
berkembang (seperti
; Indonesia), pun begitu dengan negara-negara maju. Sampai saat ini pola bisnis waralaba di negara
berkembang seperti Indonesia tidak mengenal hambatan atau kendala yang berarti. Mungkin karena
Indonesia memiliki potensi market yang luar biasa besarnya dalam perkembangan pola bisnis waralaba
ini. Pola bisnis waralaba cepat saji berbasiskan makanan kentang, ayam, dan burger mampu mendobrak
tradisi (baca : budaya makan) masyarakat Indonesia pada umumnya. Seperti kita ketahui bahwa
10. masyarakat Indonesia makanan pokoknya adalah nasi, namun dengan adanya waralaba makanan cepat
saji ini masyarakat Indonesia jadi terbiasa dengan memakan kentang, burger, donut dan pizza.
Ataupun dengan makanan timur tengah lainya seperti kebab. Dilihat dari fenomena ini, maka
peluang mewaralabakan makanan asing di Indonesia masih terbuka lebar, karena karakteristik
masyarakat Indonesia yang sangat terbuka terhadap diplomasi makanan waralaba asing.
Masyarakat Indonesia memang masyarakat yang dinamis, yang tidak fanatik dengan nasi belaka.
Mungkin fenomena inilah yang banyak memberikan opportunity kepada wirausaha-wirausaha baru
untuk membuka bisnis pola waralaba dengan konsep makanan keasing-asingan. Namun bukan
berarti kita begitu saja mengikuti trend ini, kita bisa pula melestarikan makanan-makanan khas
Indonesia ini dengan pola waralaba. Karena dengan adanya pola waralaba makanan lokal
(Indonesia) kita bisa menjaga dan tetap melestarikannya dari generasi ke generasi, kita pun akan
mampu untuk mempromosikannya lintas negara. Maka sudah saatnya kita menggali khasanah
makanan-makanan lokal kita menjadi bercitarasa global melalui konsep waralaba.
Transformasi Sebuah Merek dari Masa ke Masa
Setiap perusahaan pasti adakalanya berinovasi dan bertransformasi di sisi manajemennya, namun
dapat pula bertransformasi pada sisi mereknya. Sebagai contoh adalah merek perusahaan Shell
yang mereknya sejak tahun 1900-1999 telah mengalami transformasi merek sejumlah 10 kali.
Namun, tranformasi mereknya tersebut tidak merubah filosofi mereknya tersebut secara
total, hanya berdasarkan beberapa perkembangan saja. Tranformasi sebuah merek mutlak
dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman, agar merek kita tetap fresh di pasaran.
Adakalanya hal ini dilakukan untuk memecah status quo/kebuntuan perusahaan. Serta menciptakan
pencitraan baru. Pada umunya perusahaan-perusahaan besar pemilik merek-merek terkenal biasanya
melakukan refreshing terhadap merek-merek mereka. Salah satu perubahan yang sangat besar dapat
kita temukan di BUMN Pertamina dan Telkomsel, semenjak mereka melakukan perubahan besarbesaran dan merefresing logo dan merek mereka maka terlihat sebuah loncatan besar/ kemajuan di
manajeman perusahaan tersebut.
11. Bagaimanakah Bentuk Perlindungan Hak Cipta Desain dan Isi Sebuah Website
Itu?
Apabila kita (Surfing) berselancar di Internet tentu kita selalu melihat bentuk hak cipta dari sebuah
website di bagian bawah website tersebut yaitu sebuah tulisan yang berbunyi Copyright 2010 all Rights
Reserved. Lalu apakah arti dari kalimat ini ? Kalimat seperti ini secara umum pasti kita temukan di
tampilan sebuah website. Bahwa menunjukan website tersebut dilindungi Hak Cipta tampilan dan
isinya. Maka jika suatu saat ada seseorang yang menjiplak tampilan layout/ desain sebuah website
beserta isinya maka akan dianggap sebagai pembajakan/pelanggaran.
Karena UU Hak Cipta menjamin perlindungan sebuah website berdasarkan layout/tampilan dan isinya.
Hak Cipta atas website dapat didaftarkan halaman depannya saja yaitu sebagai susunan perwajahan
sedangkan data/tulisan/isinya didaftarkan sebagai sebuah buku yang masa perlindungannya adalah jika
atas nama perorangan berlaku selama hidup pencipta plus 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia,
namun jika atas nama perusahaan maka berlaku selama 50 tahun. Mengapa pendaftaran Hak Cipta
(Copyright) Tampilan dan isi website itu penting ? Karena jika terjadi pelanggaran Hak Cipta,
pemegang Hak Cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas pelanggaran
Hak Ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan atas hasil perbanyakan
Ciptaan tersebut.
Jadi pemilik website jika ingin mendaftarkan Hak Cipta websitenya dan mendapatkan sertifikat Hak
Cipta dari Kantor HKI maka harus mendaftarkan hak Cipta dari tampilan depan website dan isi tulisan
dari websitenya yang dicetak menjadi sebuah buku. Dengan demikian tampilan dan isinya akan
dilindungi.
Lalu siapakah pemegang Hak Cipta dari pembuat tampilan website itu ? Jika kita merujuk kepada
Undang-Undang Hak Cipta yaitu UU No 19 Tahun 2002 Pasal 8(1) dinyatakan bahwa jika suatu
Ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, pihak yang membuat karya cipta itu
dianggap sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua
pihak. Jadi dalam hal ini pihak yang membuat website adalah sebagai pencipta dan pemegang Hak
Cipta.kecuali ada perjanjian antara ke dua belah pihak.
12. Terkenalkah Merek Anda ?
Agar suatu merek menjadi merek terkenal yang mampu menunjukkan jaminan kualitas atau reputasi
suatu produk tertentu tidak mudah dan memerlukan waktu yang cukup lama serta biaya yang tidak
sedikit pula. Coca-Cola merek minuman ringan dari Amerika Serikat memerlukan waktu 100 tahun,
Toyota perlu waktu 30 tahun dan Mc Donald 40 tahun lebih (Ekbis, 1998).
Merek-Merek diatas adalah merek-merek terkenal yang sudah banyak dikenal publik, merek-merek
tersebut mampu bertahan dalam segala situasi dan kondisi.
Kriteria yang lebih rinci juga dimiliki Kantor Merek Cina. Dalam menentukan terkenal tidaknya suatu
merek, Kantor Merek Cina menggunakan kriteria sebagai berikut (Prasetyo Hadi Purwandoko,
S.H.,M.S dalam Iman Syahputra, et.al. 1997:21-22).
1. Ruang lingkup daerah geografis tempat merek tersebut dipakai;
2. Jangka waktu merek tersebut dipakai;
3. Jumlah dan hasil minimum penjualan dari pemakaian merek;
4. Pengetahuan masyarakat tentang merek tersebut;
5. Status merek tersebut apakah telah terdaftar di negara lain;
6. Biaya pengeluaran dari iklan berikut daerah jangkauan iklan tersebut;
7. Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pemilik merek dalam melindungi merek tersebut;
8.Kemampuan pemilik merek untuk mempertahankan kualitas yang baik dari merek yang
dipakainya.
Walaupun Indonesia juga belum berhasil membuat definisi merek terkenal dalam UU merek 2002
(UU Nomor 15 Tahun 2001) namun telah mencoba memberikan kriteria merek terkenal,
selain memperhatikan pengetahuan umum masyarakat, penentuannya juga didasarkan pada reputasi
merek yang bersangkutan yang diperoleh karena promosi secara gencar dan besar-besaran oleh
pemiliknya, investasi di beberapa negara oleh pemiliknya, dan disertai dengan bukti-bukti
pendaftaran merek tersebut di beberapa negara (jika ada). Apabila hal-hal di atas dianggap belum
cukup, maka hakim dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri (independent) untuk
melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya merek yang
bersangkutan ( Prasetyo Hadi Purwandoko, S.H.,M.S, dalam prasetyohp.wordpress.com).
Pola kemungkinan dilakukannya survei oleh suatu lembaga independen tentang keterkenalan suatu
merek mengikuti pola yang dianut di Jerman, Perancis dan Italia. Di Jerman, pengadilan berpatokan
pada survei pasar yang dilakukan secara obyektif. Apabila survei pasar membuktikan bahwa lebih dari
80% (delapan puluh persen) masyarakat mengenal dan mengetahui merek yang diselidiki maka merek
tersebut adalah merek terkenal. Selanjutnya di Perancis penentuan terkenal hanya didasarkan pada poll
13. 20% (dua puluh persen) dari masyarakat yang mengetahui dan mengenal merek tersebut (Imam
Syahputra, 1997:24).
Patokan baku yang berlaku saat ini untuk melihat sebuah merek terkenal atau tidak adalah dengan cara
melakukan survey atau polling kepada masyarakat secara langsung. Lembaga-Lembaga Independen
telah beberapa kali melakukan kegiatan survei dan poling untuk menentukan sebuah merek terkenal.
Biasanya salah satu cara untuk dapat membuat sebuah merek terkenal, pemilik merek selalu
berpromosi dengan melibatkan emosi masyarakatnya, misalkan dengan beriklan dengan konsep
kehidupan sehari-hari masyarakat, beriklan dengan cara melibatkan komunitas-komunitas ibu-ibu
rumah tangga, komunitas-komunitas ABG dll.
Membangun Reputasi Merek terlebih dahulu atau Membangun Kualitas
Merek
Sebuah merek yang berkualitas tidak mungkin memiliki reputasi yang baik jika diiklankan dengan
asal- asalan. Strategi membangun sebuah merek sangat erat dengan proses kreatif di dalam pencitraan
merek tersebut. Merek-Merek yang kreatif adalah sebuah merek yang dibangun dengan cara
pemasaran yang unik, segmented, meloncat-loncat. Meloncat-loncat di sini adalah ketika merek itu
sendiri dikejar-kejar oleh konsumen. Bahkan lebih kriteria sebuah merek terkenal adalah manakala dia
mampu menciptakan trend setter pasar saat ini. Lihat bagaimana Blackberry dengan desainnya
mampu membuat para pesaingnya mengikuti tampilan desain. Selain itu sebuah kriteria sebuah
merek terkenal adalah manakala merek bajakannya banyak beredar. Istilah esktrem memang,
namun bagaimanapun sebuah merek terkenal selalu menjadi menjadi incaran setiap orang. Katakanlah
sebuah merek terkenal dengan harga yang mahal, untuk kalangan menegah ke atas, maka selalu saja
merek terkenal tersebut tersedia dalam bentuk bajakannya di pasaran Black Market.
Reputasi dan Kualitas keduanya adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Sebuah kualitas
tanpa reputasi tidak ada artinya dan sebaliknya sebuah reputasi tanpa kualitas adalah kehancuran.
Namun sangat jarang yang faham bahwa reputasi dan kualitas sebuah merek itu sangat penting
dibangun oleh proses kreatifitas. Maka jika anda menginginkan merek anda menjadi terkenal maka
buatlah dengan cara kreatif dan pasarkanlah dengan cara se-kreatif mungkin.
14. Konflik Domain Name
Mengutip dari buku Hak Kekayaan Intelektual suatu pengantar halaman 173 dengan judul FaktorFaktor Penyebab Timbulnya Konflik antara Hukum Merek dan Domain Name di Jaringan Internet.
Menurut Charlotte Waelde (1997 : 39-40) menyatakan bahwa ada tiga hal yang dapat menjadi
pemicu timbulnya permasalahan hukum di bidang merek akibat pemakaian domain name di jaringan
internet.
1). Perselisihan muncul jika pihak ke-3 secara sengaja mendaftarkan sebuah domain name yang
menurutnya akan diminati orang. Cara ini banyak dimanfaatkan oleh seseorang yang tidak mempunyai
hubungan sama sekali dengan merek yang didaftarkan sebagai domain name. Sebagai contoh merek
windows95.com dan McDonald.com yang pernah di daftarkan oleh seorang mahasiswa di Utah dan
seorang jurnalis bernama Joshua Quittner pada tahun 1994, Quittner mendaftarkan merek McDonald
sebagai domain name dengan nama McDonald.com (Charlotte Waelde (1997 : 39-40)).
2). Perselisihan muncul jika pihak ke-3 mendaftarkan sebuah domain name yang sama atau mirip
dengan merek orang lain dengan maksud untuk digunakan sendiri oleh si pendaftar.
3). Pendaftaran domain name dilakukan oleh pihak ke-3 berdasarkan merek yang dimilikinya dan tanpa
disadari memiliki kesamaan dengan merek perusahaan orang lain, tetapi dalam kategori kelas barang
dan jasa yang berbeda. Sebagai contoh adalah pendaftaran merek ―fellowes‖ sebagai domain name
oleh perusahaan alat-alat tulis di Inggris. Pendaftaran ini dapat menimbulkan konflik karena
perusahaan lain yang bergerak di bidang firma hukum dan galeri seni di Aberdeen juga memakai
nama ―fellowes‖ Charlotte Waelde (1997 : 39-40).
Pada kasus poin 1) yaitu perbuatan mendaftar domain name dari nama-nama perusahaan maupun
produk terkenal milik orang lain tanpa izin dengan tujuan untuk menjual kembali domain name yang
telah didaftar kepada pihak yang seharusnya memiliki domain name tersebut dinamakan
Cybersquatting (Lindsey, T, 2006). Orang
yang melakukan tindakan Cybersquatting
dinamakan Cybersquatter. Lalu Pada kasus no 2). Modus operandinya dilakukan dengan membuat
nama yang hampir sama dengan cara mempertukarkan huruf dari nama atau merek suatu
perusahaan sehingga seolah-olah domain name tersebut sama dengan merek atau nama
perusahaan yang ditirunya. Tujuannya sebenarnya adalah untuk menyesatkan konsumen agar
konsumen lebih banyak mengakses domainnya. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa semakin mirip
sebuah domain name dengan nama perusahaan atau nama produk yang dijual di Internet, semakin
banyak pula para pengguna internet yang akan mengakses informasi perusahaanya di jaringan
internet. (Sultan Remy Sjahdeini, 2000 : 10) orang-orang yang melakukan pendaftaran domain
name melalui cara ini dinamakan dengan typosquatters (Ian Heath, 2000 :10). Sedangkan pada
kasus no 3). Merupakan hal yang cukup rumit karena pendaftaran itu sendiri tidak dimaksudkan
untuk merugikan orang lain. Munculnya konflik lebih sebagai akibat perbedaan sistem pendaftaran
yang diterapkan oleh UU Merek dengan pendaftaran yang dianut oleh organisasi pendaftaran domain
name. Secara universal, UU merek membolehkan seseorang untuk mendaftarkan mereknya sama
dengan merek orang lain asalkan tidak berada dalam kelas barang dan jasa yang sama. Misalkan
merek Garuda untuk maskapai penerbangan dan merek Garuda untuk makanan itu diperbolehkan.
Sebaliknya di dalam sistim pendaftaran domain name berlaku peraturan bahwa hanya ada satu
domain saja yang boleh di daftar tanpa memandang perbedaan antara kelas barang dan jasa.
Konsekuensinya, jika seseorang telah mendaftarkan sebuah merek sebagai domain name untuk alatalat tulis, pendaftaran domain name untuk nama yang sama dalam kelas barang dan jasa yang
sejenis maupun berbeda, tidak diperbolehkan. Karena sistim pendaftaran domain name dilakukan
dengan menerapkan prinsip ―first come first served‖. Artinya, siapa yang mendaftar terlebih dahulu,
dialah yang berhak atas domain name tersebut (Lindsey, T, 2006). Prinsip ini memiliki
15. persamaan dengan pengajuan suatu paten yaitu fist to file ―yang berhak adalah yang pertamakali
mengajukan‖.
Konflik domain sony-ak.com dengan Sony Corporation
Lalu apakah domain name sony-ak.com melanggar UU Merek dan pendaftaran
domain ?
Dilihat dari kasus no 1) jelas domain name sony-ak.com berbeda dengan sony.com, pemilik domain
sony-ak.com pun tidak memiliki niatan jelek untuk menjual kembali ke pihak sony. Pemilik domain
name sony-ak.com jelas tidak dapat dikategorikan sebagai Cybersquatting. Selain itu konten (isi)
weblog dengan domain name sony-ak.com isinya tidak bersifat komersil. Hanya catatan-catatan seputar
trik-trik seputar teknologi informasi. Sedangkan pada kasus no 2) sudah di clearkan antara pihak sony
dan pemilik sony-ak.com dengan ada kesepakatan untuk menuliskan disclaimer di weblog sony-ak.com
bahwa sony-ak.com tidak sama sekali berkaitan dengan Sony Corporation. Dengan keterangan ―This
website is administrated by Sony Arianto Kurniawan and not related to Sony Corporation or it‘s
affiliate at all‖. Selain itu, penggunaan domain sony-ak.com merupakan singkatan dari nama
pemilik domain yaitu Sony Arianto Kurniawan atau disingkat dengan domain sony-ak.com. Pemilik
domain ini tidak bertujuan negatif yaitu untuk menyesatkan pengguna internet karena dilihat dari
kontennya berisi tip-tip seputar dunia teknologi informasi semata. Sedangkan pada kasus no 3).
jelas bahwa domain name sony-ak.com tidak bertentangan dengan UU Merek dan pendaftaran domain
name.
Penutup
Konflik domain name sony-ak.com dan Sony Corporation sudah beres. Hal ini ditandai dengan adanya
win-win solution antara pemilik domain sony-ak.com dan perusahaan Sony Corporation. Oleh karena
itu maka kita para blogger patut mengapresiasi permohonan maaf dari Sony Corporation.
Perkembangan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) di Berbagai Negara
Di Afrika Selatan pada tahun 2009 ada sekitar 2.000 permohonan perlindungan varietas tanaman (PVT)
dengan 317 permohonan PVT telah mendapatkan perlindungan varietas tanaman (PVT) di tahun 2008.
Kebanyakan varietas yang mendapatkan perlindungan varietas tanaman ini adalah Bunga Ros.
Sedangkan dampak perlindungan varietas tanaman di Kanada untuk varietas Kanola meningkat dari 36
menjadi 231 varietas, sedangkan kedelai meningkat dari 104 menjadi 343 varietas. Setelah 10 tahun
PVT berjalan di Kanada, nilai ekspor produk kacang-kacangan meningkat menjadi 384 %.
Perkembangan ini menjadikan jumlah industri Benih di Kanada meningkat dari 51 menjadi 83
(Michael Burvill, International Symposium (Seoul, 2009).
Perkembangan PVT dan Industri Benih di Indonesia
Dilihat dari data diatas, apakah PVT yang telah diberlakukan di Indonesia akan memberikan dampak
yang signifikan terhadap perkembangan industri Benih di Indonesia ?, dan apakah PVT akan
mendorong produk-produk unggulan Pertanian Indonesia untuk di ekspor ? Lalu jenis tanaman apakah
yang harus diprioritaskan untuk menjadi sektor unggulan yang ingin di PVT kan ?. Sebelum menjawab
pertanyaan tersebut mari kita melihat data-data di bawah ini.
Sampai saat ini Industri Benih di Indonesia terdapat beberapa perusahaan benih besar yaitu : 1. PT.
Bisi
International, Tbk, 2. Syngenta Internasional 3. Dupont Indonesia 4. PT. East West Seed Indonesia
5.
16. Monsanto Indonesia. Dimungkinkan sejumlah perusahaan-perusahaan benih di Indonesia ini akan terus
berkembang mengingat ceruk pasar bisnis perbenihan di Indonesia sangat besar sekali.
Sampai saat ini pengajuan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) dari perusahaan-perusahaan benih
banyak sekali diajukan ke kantor Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) Deptan RI,
menurut data Majalah Info PVT Edisi 1 Januari-Juni 2009 Perusahaan Benih PT. Bisi Internasional,
Tbk telah mendapatkan sertifikat PVT sejumlah 16 buah untuk tanaman sayuran, sedangkan PT. East
West Seed Indonesia berjumlah 2 buah yaitu untuk tanaman kangkung dan buncis. Sedangkan
berdasarkan majalah info PVT Edisi II Juli-Desember 2009 PT. Bisi Internasional, Tbk berhasil
mendapatkan sertifikat PVT untuk 8 jagung manis dan 3 sertifikat PVT untuk varietas terong. Dari
data ini dapat disimpulkan bahwa sistem PVT di Indonesia telah memberikan kepastian hukum bagi
Industri benih, karena dengan demikian riset dan pengembangan untuk menghasilkan varietasvarietas baru dapat dilindungi dari pencurian. Hal ini tentu berdampak bagi kemajuan Industri benih di
Indonesia.
Dilihat dari data diatas, maka benih-benih sayuran dan palawija khususnya jagung merupakan produkproduk unggulan Indonesia yang akan di ekspor kedepannya. Jika selama ini tanaman jagung adalah
tanaman yang paling banyak di ekspor, maka dengan adanya PVT dimungkinkan perusahaan benih
dalam negeri untuk memberikan lisensi benih-benih yang telah mendapatkan sertifikat perlindungan
varietas tanaman (PVT) untuk di ekspor. Sebagai contoh adalah bunga Ashiro dari daerah pegunungan
utara Jepang. Benih bunga Ashoro yang telah mendapatkan perlindungan PVT ini
benihnya dilisensikan ke berbagai negara diantaranya adalah Chile, New Zealand yang kemudian dari
dua daerah ini bunga potongnya di impor ke Amerika Serikat, Uni Eropa (Jordens R, Vice
Secretary- General, UPOV, 2009). Maka dari data ini sesungguhnya perlindungan PVT sangat
mendukung dalam kaitannya untuk melisensikan benih-benih yang dihasilkan oleh Industri benih di
Indonesia.
Royalti, Hak Cipta, dan Karakteristik Masyarakat yang Melahirkannya
Penulis buku Harry Potter memperoleh penghasilan yang luar biasa besar dari novel yang ditulisnya.
Para seniman (penyanyi, pencipta lagu) pun sama bisa menghasilkan penghasilan tambahan dari
royalti yang diperolehnya. Lalu apakah pengertian royalti itu ?
Pengertian Royalti dari Hak Cipta dijelaskan di wikipedia sebagai berikut :
Royalti Hak Cipta
Hukum Hak Cipta memberikan hak kepada pemilik hak cipta untuk mencegah orang lain dari kegiatan
memperbanyak, mencipta, menjiplak, mempublikasikan.
Penulis buku mungkin saja dapat menjual hak cipta mereka kepada penerbit buku, sebagai
penggantinya mereka akan mendapatkan royalti dari setiap buku yang terjual. Sebagai contoh di
Inggris setiap pengarang buku mendapatkan 10 % dari setiap buku yang terjual. Beberapa
Fotografer dan Musisi mungkin memilih untuk menerbitkan karya mereka untuk satu kali pembayaran.
Hal ini dikenal sebagai royalti dengan lisensi bebas.
Tidak seperti bentuk HKI yang lain, royalti musik memiliki suatu hubungan atau pertalian yang luas
diantaranya adalah antara Pencipta Lagu (Mengarang Lagu) dan Penulis Lagu (Lirik) mereka
memiliki hak cipta secara eklusif untuk menciptakan musik dan dapat melisensikannya untuk
pertunjukan. Begitupun Perusahaan rekaman dan artis dapat menikmati bagian dari hak cipta dan
royalti dari penjualan lagu-lagunya.
17. Hampir bisa dipastikan para pekerja seni (seniman), Penulis, Novelis, Fotografer akan mendapatkan
penghasilan yang luar biasa besarnya jika mereka bisa menghasilkan karya. Tidak setiap
orang dikaruniai kemampuan untuk menghasilkan karya cipta. Oleh karena itu, hampir bisa dipastikan
bahwa negara yang maju adalah negara yang kreatif masyarakatnya. Sebagai contoh Jepang, Indrustri
animasi dan Mangga (Komik) mampu dihasilkan oleh Jepang dengan mengimportnya keluar dari
Jepang.
Hubungan Royalti, Hak Cipta dan Karakteristik Masyarakat
Kegiatan menghasilkan royalti ini berhubungan dengan produktifitas. Misalkan dalam 1 Minggu
masyarakat Jepang mampu menghasilkan sekian buku, maka jika dibandingkan dengan Indonesia,
Indonesia harus mampu membuat sekian buku. Produktifitas untuk menghasilkan sebuah buku per satu
orang masyarakat Indonesia harus digenjot jika kita ingin menjadi masyarakat yang maju. Jadi maju
tidaknya sebuah negara bisa dilihat dari Indikator sejauh mana masyarakatnya mampu menulis buku.
Atau sejauh mana masyarakatnya mampu menghasilkan karya seni, Ilmu Pengetahuan, dan Sastra.
Saya melihat kualitas Seni (Musik) Indonesia lumayan bisa dibanggakan karena masyarakat Malaysia
pun tergila-gila dengan kualitas seni musik dari musisi Indonesia, begitupun dengan Sastra Indonesia
pun kita patut berbangga karena sekarang mulai muncul Sastrawan Indonesia yang mampu mendobrak
Asia Tenggara dengan buku sastranya. Hanya saja untuk Ilmu Pengetahuan dan teknologi kita
masih sedikit tertinggal dari negara Jiran. Maka saya bisa menyimpulkan bahwa kualitas otak kanan
(Seni dan Sastra) orang Indonesia lebih maju dari otak kirinya (IPTEK) dalam proses penciptaan
karya cipta. Silahkan mencermati, banyak generasi muda (pemusik dan sastrawan) baru
Indonesia yang bermunculan dan digemari di Indonesia maupun negara di kawasan Asia Tenggara.
Sedangkan kualitas penelitian kita bagus, namun kebanyakan terhenti di Meja-Meja Perpustakaan.
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan Strategi Menghadapi ACFTA
ACFTA sudah disahkan bulan Februari 2010 kemarin. Lalu bagaimanakah kaitan ACFTA dan HKI
? Dari sudut pandang ini HKI bisa menjadi penyaring (buffer) barang-brang yang masuk dari
Cina menuju Indonesia bahkan sebaliknya. Karena dalam kaitannya dengan perdagangan bebas,
harus mengikuti kaidah-kaidah Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights Including
Trade in Counterfeit Goods (TRIPS). Karena didalam salah satu isi TRIPS ini adalah
mengembangkan prinsip, aturan, dan mekanisme kerjasama internasional untuk menangani
perdagangan barang-barang hasil pemalsuan atau pembajakan atas Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
(Sutedi, A, 2009).
Kenapa HKI bisa menjadi (penyaring) buffer untuk standardisasi sebuah produk ? Karena dengan
adanya syarat standardisasi ini hanya produk-produk yang telah memiliki sertifikat Paten, Sertifikat
Merek, Sertifikat Desain Indrustri, Sertifikat Hak Cipta, serta sertifikat Perlindungan Varietas
Tanaman (PVT) untuk tanaman. Diluar produk-produk yang tidak memiliki sertifikat itu bahkan
barang bajakan maka haram hukumnya untuk masuk/diimport ke Indonesia. Karena bisa-bisa
membahayakan produk- produk di dalam negeri. Penerapan standardisasi produk-produk Cina-Asean
melalui HKI ini sangat positif untuk menghindari ―Perdagangan Sampah‖ dan memberikan daya
saing bagi produk-produk unggulan Indonesia. Disisi lain dampak ACFTA ini harus membuka
mata hati para pengusaha Indonesia agar mendaftarkan segenap kekayaan Industri mereka
seperti merek dagang, Desain Indrustri, sehingga produk mereka bisa masuk ke pasaran Cina.
Potensi Cina dengan banyaknya jumlah penduduknya menurut data kaskus.us, 19.64 % dari
penduduk dunia adalah warga China dengan
18. jumlah. 1.335.870.000 jiwa. Bisa dibayangkan jika para pengusaha Indonesia bisa menembus pasaran
Cina tentu bisa memberikan devisa yang luar biasa besarnya.
Dampak ACFTA terhadap Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual di
Indonesia
Hampir bisa dipastikan bahwa pemberlakuan ACFTA akan mengakibatkan pendaftaran Hak
Kekayaan intelektual (HKI) di Kantor Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Departemen Hukum
dan HAM akan meningkat secara signifikan. Tanda-tanda sudah dengan jelas dapat kita amati
dari sebelum ACFTA di berlakukan, serbuah barang-barang elektronik semisal Handphone made in
China sudah membanjiri pasar dengan berbagai merek dagangnya. Selain itu, di bidang desain
Indrustri desain- desain HP besutan China yang memiliki bentuk seperti Blackberry banyak
membanjiri
pasaran Indonesia. Di bidang pertanian hampir bisa dipastikan pendaftaran
Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) dari China akan semakin banyak membanjiri masuk
Indonesia. Karena China merupakan salah satu negara yang berhasil mengembangkan Padi
Hibridanya. Bahkan saat ini mereka telah mengembangkan Padi Super Hibrida. Salah satu tanda
banyaknya produk pertanian yang masuk adalah kita bisa mengamati banyaknya buah-buahan asal
China yang masuk ke Indonesia saat hari imlek beberapa saat yang lalu, dengan ditandai
banyaknya berbagai macam varietas jeruk-jeruk import asal China yang dijual dengan harga yang
relatif murah.
Hampir bisa dipastikan bahwa pemberlakuan ACFTA ini akan membuat China untuk segera
memperbaiki strategi perdagangan mereka, mereka akan semakin tunduk kepada aturan-aturan TRIPS.
Menanggulangi penjualan barang-barang bajakan keluar negara mereka. Karena ancaman ACFTA
yang paling serius adalah jika membanjirnya barang-barang bajakan yang diselundupkan dari China
masuk ke Indonesia atau sebaliknya. Inilah inti dari ancaman terbesar ACFTA bagaimana
kita bisa menanggulangi pembajakan diantara ASEAN dan China untuk tidak saling memasuki
pasar masing- masing kawasan, jika hal ini tidak bisa ditangani maka sudah dapat dipastikan bahwa
barang-barang bajakan akan mematikan perekonomian diantara China dan Asean.
Kemajuan Pendidikan dan Paten di Malaysia
Kenapa Malaysia maju dalam bidang pendidikannya ?. Berdasarkan data yang diperoleh dari World
Intellectual Property Organization (WIPO) sebagaimana dikutip oleh Suwantin Oemar,
Wartawan Bisnis Indonesia (17 Februari 2010). Diketahui bahwa pada tahun 2009 jumlah paten
Internasional yang diajukan Malaysia ke WIPO sejumlah 218 sedangkan Indonesia hanya berjumlah 7
saja. Dari data ini sangat mudah untuk difahami mengapa pendidikan di Malaysia sangat maju,
karena ditopang penelitian dan pengembangan teknologi yang berorientasi komersial. Sedangkan
Indonesia hanya 7 paten Internasional saja di tahun 2009 mengindikasikan bahwa riset dan teknologi
di Indonesia belum sepenuhnya berorientasi komersial atau hasil riset dan teknologinya belum dapat
dikomersialkan, hanya sebatas untuk mendapatkan kredit poin, hal ini sebagaimana dikatakan oleh
Sudarmanto, Ketua Asosisi Pengelola Kekayaan Intelektual (Aspeki).
Pada era tahun 80an mungkin kita banyak melihat banyak mahasiswa Malaysia yang berkuliah di
Indonesia. Bahkan di IPB sendiri tempat dimana saya pernah mengenyam kuliah, di daftar buku alumni
sekitar tahun 80 an ke atas banyak saya temukan mahasiswa dari Malaysia yang mengambil kuliah
di IPB. Namun, sekarang keadaan terbalik, banyak sekali guru-guru besar Indonesia yang menjadi
dosen
19. di Malaysia. Saya yakin banyaknya paten Internasional yang diajukan Malaysia ke WIPO tidak
terlepas dari keberaadaan guru-guru besar Indonesia yang berkarya di sana.
MoU 3 Kementrian
Beruntung 3 Kementrian Indonesia sekarang mulai menjalin kerjasama untuk meningkatkan kerjasama,
kesadaran dan pemahaman mengenai keberadaan dan pentingnya pemanfaatan sistem Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) yang efektif dan terpadu serta upaya untuk mendorong masyarakat untuk berinovasi,
tiga kementrian tersebut adalah Kementrian Pendidikan Nasional, Kementrian Riset dan Teknologi dan
Kementrian Hukum dan Ham. Dalam sambutannya Menteri Hukum dan Ham Patrialis Akbar
mengatakan bahwa ―Pemerintah Indonesia telah menyusun Kebijakan Nasional Kekayaan Intelektual
(KNKI) yang dibutuhkan sebagai sebuah petunjuk prinsip (principal guidance) kepada seluruh
pemangku kepentingan HKI (IP stake holder) dalam membangun dan mempromosikan kekayaan
intelektual sebagai alat pembangunan teknologi, ekonomi dan sosial. Maksud utama KNKI adalah
menjadikan kekayaan intelektual sebagai mesin baru pertumbuhan (new engine of growth) untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial (www.dgip.go.id).
Semoga saja MoU yang telah dilakukan ketiga kementrian ini dapat mendongkrak kualitas pendidikan
di Indonesia dalam menghasilkan riset dan teknologi. Sehingga kita bisa mengejar ketertinggalan
dalam bidang pendidikan dari Malaysia.
Studi Kasus Pembajakan di Malaysia
Prestasi Malaysia dalam menanggulangi pembajakan ini sebagaimana dikutip dari media HKI (2008)
adalah karena Malaysia memutuskan membentuk skuad anjing pengendus DVD setelah menerima
kunjungan dari tim anjing pelacak dari Motion Picture Association of America (MPAA) pada tahun
20. 2007. Anjing-anjing itu membantu pemerintah Malaysia membongkar 1,6 juta keping VCD Bajakan
senilai 6 juta dolar AS hanya dalam 6 bulan.
Anjing pelacak ini dilatih untuk mengendus bau polycarbonat bahan utama pembuatan optical disk
seperti CD, VCD, dan DVD. Anjing-anjing ini dilatih untuk mengendus bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam pembuatan DVD. Namun mereka tidak dapat membedakan DVD bajakan dan legal.
Tugas anjing-anjing ini hanya menunjukkan kepada petugas lokasi DVD yang tersembunyi.
Mengendalikan Sebuah Merek
Menurut Arnault, seorang pemilik merek terkenal LVMH dimana merek-mereknya terdiri dari Louis
Vuitton, Christian Dior dll. Sebuah merek membutuhkan waktu untuk tumbuh, sebagaimana mereka
harus dibangun sebagai sebuah warisan. Arnault memperkirakan dibutuhkan satu dekade untuk
membangun atau membangun ulang sebuah merek sebelum menjadi apa yang disebutnya sebagai
sebuah ―merek bintang‖, yaitu sebuah merek yang abadi, modern, tumbuh dengan cepat, dan
sangat menguntungkan (100 Great Business Ideas, 2009).
Arnault menggambarkan bagaimana merek bintangnya membujuk konsumen untuk membeli : ―Anda
merasa harus membelinya, sungguh, atau anda tidak akan bisa mengejar momen. Anda akan
ketinggalan zaman‖. Menurutnya agar sebuah merek dapat keluar dari sebuah zona nyaman, keluar
dari kungkungan status quo, menjadi sebuah merek yang inovatif, maka orang-orang
dibelakang pengembang merek itu haruslah orang yang baru, fresh, berjiwa inovatif. Agar sebuah
merek dapat bernilai prestise maka pemilik merek haruslah bisa membuat setiap orang bermimpi
dengan merek yang dibelinya.
Setiap merek harus bisa menawarkan sebuah impian, bukan hanya menawarkan sebuah utilitas
(kegunaan) semata, bukan pula menawarkan sebuah kepuasan. Namun sebuah merek hebat adalah
sebuah merek yang mampu menghadirkan ―utilitas, kepuasan, dan impian‖ secara terpadu didalam
merek yang ditawarkannya itu. Inilah sebenarnya tantangan terbesar bagi setiap pemilik merek.
Ketiga kesan utilitas, kepuasan, dan impian ini harus lah ditunjang oleh strategi branding yang hebat.
Dimulai dari strategi pemilihan beriklan dan sosok bintang iklan.
Masa-masa memperkenalkan sebuah merek adalah saat-saat membangun persepsi konsumen. Sadar
atau tidak, persepsi yang terbangun di masyarakat akan mengangkat citra sebuah merek itu sendiri.
Maka tidak heran, jika konten iklan yang baik dan bermutu tinggi akan mengangkat citra sebuah merek
itu sendiri. Jangan sampai kita menjatuhkan nilai sebuah merek dengan strategi beriklan yang salah,
ataupun konten iklan yang tidak menarik dan bermutu. Sehingga pada akhirnya konsumen akan
membeli sebuah merek berdasarkan persepsi yang mereka rasakan, mereka sudah tidak lagi
memandang utilitas namun lebih kearah kepuasan dan prestise.
21. Siklus Hidup Merek
Merek dagang itu seperti sebuah organisme hidup, ada masa kelahiran, masa pertumbuhan dan masa
dewasa. Namun satu hal yang membedakan dengan manusia, sebuah merek dagang masih dapat
dihidupkan ‗nyawanya‘. Dalam istilah Merek Dagang, siklus hidup sebuah merek dagang
adalah selama 10 tahun pada saat pertama kali didaftarkan di kantor merek dagang. Dengan
pendaftaran merek dagang ini, sebuah merek dagang akan mendapatkan sebuah perlindungan hukum
selama 10 tahun, jika suatu saat merek tersebut dibajak maka pihak-pihak pembajak akan dapat
dituntut ke meja hukum. Dengan melakukan pendaftaran sebuah merek dagang, maka merek
tersebut akan mendapatkan perlindungan selama 10 tahun, setelah itu merek dagang dapat di
perbaharui per 10 tahunnya.
Dalam istilah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sebuah merek yang didaftarkan kembali kembali
dikenal dengan renewal, sedangkan sebuah merek dagang baru yang ingin didaftarkan ke kantor Merek
Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Departemen Hukum dan Ham dikenal dengan istilah Fresh.
Menurut data Yuswohady dalam Tempo (4 Oktober 2009), merek-merek terkenal seperti Levi‘s di
tahun 2009 berusia 156 tahun, Coca-Cola 123 tahun, Tide 63 tahun, Boneka Berbie 50 tahun.
Sedangkan merek lokal kita HM Sampoerna dan Dji Sam Soe di tahun 2009 kemarin berusia 96 tahun.
Sedangkan merek dagang tertua di Indonesia yang sampai saat ini masih eksis adalah Kopi Warung
Tinggi yang berusia 131 tahun. Sedangkan Merek Kecap Bango, Kecap Benteng SH, Kecap Sawi
berusia 80 tahunan. Saat ini ada 10 merek (brand) di dunia yang sudah berusia 1000 tahun, 8
diantaranya berasal dari Jepang.
Kenapa merek-merek dagang itu bisa berusia lama ? Selain para pemilik merek dagang itu sadar akan
pentignya perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) bagi perlindungan merek dagang mereka,
para pemilik merek ini pun sadar bahwa sebuah merek dagang itu harus dibangun atas dasar filosofi
yang mendalam. Dimana filosofi merek ini harus bisa diwariskan dari generasi ke generasi pemilik
merek. Mari kita lihat Sosro, HM Sampoerna, Dji Sam Soe, Bakri, Kompas. Mereka adalah pemilik
merek-merek besar yang paham akan pentingnya filosofi, inovasi dan aspek legalitas sebuah merek
dagang.
Selain itu, siklus hidup sebuah merek sangat tergantung dari kreatifitas tag linenya. Coba lihat dua
merek dagang ini : Sosro : ―Apapun makannya minumnya tehbotol sosro‖, Kecap Bango : ―Bango
adalah kecap yang benar-benar kecap‖, Tolak Angin : ―Orang pintar minum tolak angin‖ dan
banyak lagi yang lainnya. Tagline yang kreatif dan mengandung nilai filosofis tinggi akan
membuat siklus hidup sebuah merek dagang langgeng. Jika tidak percaya silahkan mencobanya ?
Begitu juga dengan kompasiana.com yang memiliki tag line : ―sharing.connecting ‖ sebuah tag line
yang sangat kreatif dan mengandung unsur filosofis yang dalam. Maka, tidak heran jika Kang Pepih
dalam Facebook di statusnya menulis jika kompasiana.com lebih hebat dari FB. Saya sepakat karena
kompasiana menawarkan sebuah experience, di kompasiana pun kita bisa menulis dan berteman akrab.
22. Pengusaha Wajib Paham Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Para pengusaha wajib faham akan pentingnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dalam menjalankan
bisnis mereka sehari-hari. Kenapa ? Karena HKI akan memberikan jaminan perlindungan terhadap
bisnis yang mereka lakukan. Ambil saja contoh, sebuah pengusaha A akan menjalankan sebuah bisnis
Z. Tentu pengusaha tersebut perlu memiliki merek dagang untuk memasarkan produk dan jasanya.
Nah, dalam lingkup HKI, merek dagang merupakan bagian dari Hak Kekayaan Indrustri
(Indrustrial Property Rights) yang diatur dalam undang-undang no 15 tahun 2001. Didalam
pembukaan UU Merek tersebut disebutkan bahwa peranan merek memiliki kedudukan yang sangat
penting, terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat. Merek yang terdaftar akan
mendapatkan perlindungan hukum, dan terlindungi dari kegiatan usaha yang tidak sehat, contohnya
adalah pembajakan merek dagang dan merek jasa.
Seorang pengusaha yang sadar akan HKI (khususnya merek) akan sangat memperhatikan pendaftaran
merek dagang dan merek jasa mereka. Namun jika para pengusaha belum faham apa arti merek, berikut
adalah pengertian merek, merek adalah suatu ―tanda‖ yang berupa gambar, nama, kata, hurufhuruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
Lalu apakah yang dimaksud dengan merek dagang, merek dagang adalah merek yang digunakan pada
barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
Dilihat dari pengertian ini, hendaklah setiap pengusaha yang ingin membuat sebuah merek dagang
memiliki sebuah keunikan, dalam hal filosofi, makna, bahasa, maupun berbagai kombinasi tanda
(gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna). Maka jangan heran jika ciri pembeda
dan keunikan sebuah merek merupakan sebuah keunggulan yang akan banyak dicari konsumen. Coba
perhatikan merek ini google, yahoo, mereka adalah merek-merek yang sangat unik ketika dibaca dan
didengar oleh konsumen.
Ada pula pengertian merek jasa, adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan
jasa-jasa sejenis lainnya.
Para pengusaha dalam menjalankan usahanya pasti selalu berkaitan dengan dua hal yaitu : usaha
perdagangan dan usaha jasa, kedua jenis usaha ini tentu memerlukan adanya merek yang telah terdaftar
untuk menjalankan usahanya, oleh karena itu, para pengusaha perlu memahami HKI diantaranya adalah
mengenai pentingnya mendaftarkan merek dagang dan merek jasa bagi usaha yang mereka jalankan,
hal ini penting dilakukan agar merek dagang dan merek jasa mereka mendapatkan perlindungan
hukum, dan terlindungi dari pembajakan. Para pengusaha tidak perlu khawatir, karena merek dagang
dan merek jasa mereka akan mendapatkan perlindungan selama 10 tahun sejak pertamakali didaftarkan
dan dapat diperpanjang kemudian setelah 10 tahun berlalu ke kantor Merek Ditjen Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) Departemen Hukum dan Ham RI.
23. Langkah Pemerintah Malaysia dalam Rangka Memerangi Pembajakan Indrustri
DVD
Pemerintah Malaysia telah melakukan beberapa langkah dalam upaya memerangi pembajakan
indrustri DVD ilegal. Berdasarkan informasi, Menteri perdagangan Malaysia, Mohd Roslan
Mahayudin dan Pemerintah Malaysia sedang berusaha memerangi pembajakan Hak Cipta
indrustri DVD dengan membuat beberapa langkah strategis yaitu :
Menerbitkan undang-undang anti pencucian uang dan anti pendanaan terkait kegiatan terorisme pada
tahun 2001. Undang-undang ini akan digunakan untuk memonitor dan membekukan akun perusahaan
yang terlibat dalam kegiatan perdagangan DVD bajakan.
Penegakan hukum yang cepat secara FANS, singkatan dari : Facilitate (by way of advocacy
programs to traders), Advise (on consequences of selling counterfeit goods), Negotiate (persuade
them to run a legitimate business) and Self-regulation.
3.Menguatkan unit intelejen : Dengan tugasnya untuk memonitor setiap orang dan pabrikan yang
terlibat dalam kegiatan perdagangan DVD ilegal, dan jika terbukti akan dilakukan penahanan.
4.Menjalin networking dengan pihak-pihak terkait diantaranya dengan pihak kepolisian, Departemen
terkait, serta Pemerintahan Daerah.
Saat ini Pemerintah Malaysia sedang memonitor 30 pabrikan yang diduga oleh pemerintah Malaysia
terlibat dalam kegiatan pembajakan Hak Cipta DVD. Walaupun Pemerintah Malaysia cukup sulit
untuk mendeteksinya, karena pabrikan-pabrikan penghasil DVD bajakan ini beroperasi secara
sembunyi- sembunyi, terkadang beroperasi di malam hari dan melakukan pengapalan di tengah
malam. Oleh karena itu pemerintah Malaysia selalu membutuhkan bantuan dan menjalin
kerjasama dengan masyarakat untuk mendapatkan informasi kegiatan pembajakan DVD.
Setelah lebih dari 8 tahun berjalan, tim penanggulangan pembajakan telah melakukan penggerebekan
terhadap 43 pabrikan yang melakukan kegiatan pembajakan, serta telah menyita DVD bajakan yang
senilai dengan 132.2 Juta Ringgit Malaysia. Saat ini Kementerian Perdagangan Malaysia menawarkan
imbalan 10.000 Ringgit Malaysia untuk setiap 1 buah mesin pengganda DVD bajakan yang ditemukan
dan disita. Mesin-mesin pengganda DVD bajakan banyak diimpor ke Malaysia sejak tahun 2000 dijual
dengan harga 2-4 Juta Ringgit Malaysia, mesin-mesin pengganda DVD bajakan ini dapat memproduksi
kurang lebih 30.000-50.000 DVD bajakan setiap harinya.
Reference :
New Straits Times Newspaper, 20 July
2009
Rearranged by
Correspondent
Dr.
Tay
Pek
San,
KCC-Malaysian
Edited by Cheecphanok Chernkwanma-KCC-BKK office
Diterjemahkan oleh : Agus Candra, Bekerja di Konsultan Hak Cipta Ambadar and
Partners
24. Jenis-Jenis Lisensi Software Komputer
Menurut Microsoft dalam ―The Hallowen Document‖, terdapat beberapa lisensi yang dapat
digunakan
untuk program komputer. Beberapa jenis lisensi tersebut adalah :
Sebelum mengenal lebih jauh Jenis-Jenis Lisensi Software Komputer, terlebih dahulu kita akan
mempelajari apa yang disebut dengan lisensi. Menurut UU No 19 tahun 2002 tentang hak cipta
dijelaskan bahwa lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau pemegang Hak
Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan atau memperbanyak ciptaannya atau produk
Hak terkaitnya dengan persyaratan tertentu.
Sedangkan Program Komputer adalah sekumpulan intruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa,
kode, skema, ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan dengan media yang dapat dibaca dengan
komputer akan mampu membuat komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk
mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang instruksi-instruksi tersebut.
1. Lisensi Komersial
Adalah sejenis lisensi yang biasa ditemui pada perangkat lunak seperti Microsoft dengan OS
Windows dan Officenya, Lotus, Oracle dan sebagainya. Software yang diciptakan dengan
lisensi ini memang dibuat untuk kepentingan komersial sehingga user yang ingin
menggunakannya harus membeli atau mendapatkan izin penggunaan dari pemegang hak cipta
(Copyright).
2. Lisensi Trial Sofware
Adalah jenis lisensi yang biasa ditemui pada software untuk keperluan demo dari sebuah
software sebelum diluncurkan ke masyarakat atau biasanya sudah diluncurkan tetapi memiliki
batas masa aktif. Lisensi ini mengijinkan pengguna untuk menggunakan, menyalin atau
menggandakan software tersebut secara bebas. Namun karena bersifat demo, seringkali
software dengan lisensi ini tidak memiliki fungsi dan fasilitas selengkap versi komersialnya.
Biasanya dibatasi oleh masa aktif tertentu.
3. Lisensi Non Komersial Use
Biasanya diperuntukan untuk kalangan pendidikan atau yayasan tertentu di bidang sosial.
Sifatnya yang tidak komersial, biasanya gratis tetapi dengan batasan penggunaan tertentu.
4. Lisensi Shareware
Mengijinkan pemakainya untuk menggunakan, menyalin atau menggandakan tanpa harus
meminta ijin pemegang hak cipta (Copyright). Berbeda dengan trial Software, lisensi ini tidak
dibatasi oleh batas waktu masa aktif dan memiliki fitur yang lengkap. Lisensi jenis ini biasanya
ditemui pada software perusahaan kecil.
5. Lisensi Freeware
Biasanya ditemui pada software yang bersifat mendukung, memberikan fasilitas tambahan,
seperti plug in yang menempel pada software induk seperti Eye Candy yang menempel pada
software Proprietary Adobe Photoshop.
6. Lisensi Royalty-Free Binaries
Serupa dengan lisensi freeware, hanya saja produk yang ditawarkan adalah library yang
berfungsi melengkapi software yang sudah ada dan bukan merupakan suatu software yang
berdiri sendiri.
7. Lisensi Open Source
Membebaskan usernya untuk menjalankan, menggandakan, menyebarluaskan, mempelajari,
mengubah, dan meningkatkan kinerja software. Berbagai jenis lisensi open source berkembang
25. sesuai dengan kebutuhan, misalnya GNU/GPL, The FreeBSD, The MPL. Jenis-jenis
software yang memakai lisensi ini misalnya Linux, Sendmail, apache, dan FreeBSD.
Sumber :
1. Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ditjen HKI, 2006.
2. The Hallowen Document.
3. UU No 19 Tahun 2002 Tentang Hak
Cipta.
Pentingnya Perlindungan Hak Cipta di Bidang Indrustri Kreatif
Pada tanggal 20 November 2009 telah dilaksanakan Forum Internasional berjudul ―Pentingnya Hak
Cipta dalam mendukung Indrustri Kreatif‖. Seminar ini dilaksanakan oleh Kantor Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) Thailand dengan bekerjasama dengan Komisi Hak Cipta Korea. Dengan tujuan
utama untuk membangun kerjasama strategis untuk mempromosikan Indrustri Kreatif diantara masingmasing akademisi, politisi, dan profesional di bidang Indrustri diantara Negara Thailand dan Korea.
Seminar ini telah dilakukan di Intercontinental Hotel- Bangkok. Forum Internasional ini menjadi
ajang yang sangat baik dalam berbagi pengalaman dan memperluas jaringan diantara sesama pelaku
usaha indrustri kreatif khususnya diantara negara Thailand dan Korea. Di dalam seminar telah
terjadi share pengalaman dari beberapa pelaku indrustri animasi, broadcasting, perfilman, musik,
diantara kedua negara dalam kaitannya dengan masalah hak cipta (Copyright).
Indrustri kreatif saat ini sedang digalakan di Indonesia, Departemen Perdagangan telah mencanangkan
Indonesia untuk menjadi pemain di Indrustri kreatif. Menurut data Buku Studi Indrustri Kreatif
Indonesia 2007 yang diterbitkan oleh Departemen Perdagangan RI dinyatakan bahwa Indrustri kreatif
menyumbangkan 6,3 % kontribusi terhadap GDP Nasional.
Creative Commons License
Sumber : Google.com
Pengertian
―publish your work online while letting others know exactly what they can and can‘t do with your
work. With a Creative Commons license, you keep your copyright but allow people to copy and
distribute your work provided they give you credit — and only on the conditions you specify here‖.
―Creative Common membantumu mempublikasikan hasil karyamu secara online dan memberi
peringatan orang lain apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan hasil karyamu. Dengan
Creative Common License, kamu memegang hak cipta tetapi mengijinkan orang lain meng-copy dan
26. mendistribusikan karyamu selama mereka memberikan credit dan hanya dengan syarat yang telah
disebutkan‖ (www.ipietoon.com).
Ada 6 jenis lisensi Creative Commons ini yaitu :
1. Attribution (CC-BY)
2. Attribution Share Alike (CC-BYSA)
3. Attribution No Derivatives (CC-BYND)
4. Attribution Non-Commercial (CC-BYNC)
5. Attribution Non-Commercial Share Alike (CC-BY-NCSA)
6. Attribution Non-Commercial No Derivatives (CC-BY-NCND)
Seperti versi saat ini, seluruh creative commons lisences mengijinkan ―Hak‖ untuk
membagikan kembali karya kita untuk tujuan non-komersial dengan tanpa modifikasi karya
tersebut. Untuk Software, Creative Commons terdapat dalam 3 pilihan lisensi yaitu lisensi BSD,
Lisensi Creative Commons (CC) GNU LGPL , dan Lisensi Creative Commons (CC) GNU GPL.
Creative Commons adalah sebuah organisasi non profit yang berkedudukan di San Fransisco,
California, Amerika Serikat. Organisasi ini berkomitmen untuk memperluas batas-batas dunia kreatif
sehingga bisa dengan legal untuk dapat saling berbagi. Organisasi ini telah merilis beberapa hak cipta
lisensi yang dikenal dengan Creative Commons lisensi atau Lisensi Bersama atas dasar kreatifitas
yang dapat
tersedia dengan gratis untuk publik. Lisensi
ini
memperbolehkan pencipta
untuk mengkomunikasikan hak mereka dengan syarat,
dan dengan hak mereka untuk menghindarkan keuntungan penerima atau pencipta lain. Salah
satu projek berbasis internet terkemuka yang menggunakan lisensi ini adalah wikipedia.
Organisasi Creative Commons didirikan pada tahun 2001 dengan dukungan yang luar biasa dari
seluruh masyarakat. Hak Cipta berbasiskan lisensi ini pertama kali dirilis pada Desember 2002.
Organisasi ini memiliki visi berbunyi Invest in the future of creativity and knowledge.
Menurut kabar angin, pengusaha-pengusaha muda Bandung yang bergerak di bidang Distro akan
mengajukan hak cipta berbasis Creative Commons License bagi setiap produk-produk kaos kreatif
mereka.
Sumber :
1.Wikipedia.org
2.creativcommon.org
3.ipietoon.com
27. Pentingnya Memajukan IPTEK untuk Kesejahteraan Bangsa
Berdasarkan Data Prof Barmawi (Kompas, 22 Juni 2009) menyatakan bahwa negara-negara yang
bertumpu pada ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), GDP-nya US$ 20.000 ke atas. Sedangkan
negara-negara yang masih mengandalkan pada sumber daya alam, GDP-nya di bawah US$ 2.000
(Soeroso, W.S, 2009 dalam Sains dan Teknologi 2).
Dilihat dari data di atas, kemajuan IPTEK sesungguhnya akan membawa dampak signifikan terhadap
kesejahteraan dan kemakmuran suatu Bangsa. Bangsa yang maju dan sejahtera adalah Bangsa yang
peduli terhadap perkembangan IPTEK. Salah satu contohnya adalah Jepang, negara yang maju dan
sejahtera karena mereka meletakan IPTEK sebagai pondasi utama pembangunan negaranya.
28. Permasalahan kemajuan IPTEK salah satunya adalah kebijakan anggaran untuk kegiatan penelitian
dan pengembangan (Litbang).
Selain Jepang, negara yang giat meningkatkan anggaran untuk perkembangan IPTEK adalah negara
Cina, menurut data dari internet, diketahui bahwa Pemerintah Cina telah menyuntikkan dana 100
milyar yuan untuk kegiatan inovasi teknologi di negaranya untuk tahun 2009-2010. Menurut Menteri
Sains dan Teknologi Cina, Wang Gang, tujuan suntikan dana yang sangat besar ini adalah untuk
menciptakan dasar pembangunan yang sesuai dengan iklim investasi berbasis ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sehingga, Iptek akan menjadi landasan investasi pembangunan di Cina. Menurut Wang
Gang, Pemerintah Cina akan mensuport pembangunan indrustri skala menengah dan besar untuk
mengembangkan indrustri otomotif berbasis hybrid energy, sehingga direncanakan pada tahun 2012
nanti akan tercipta lebih dari 60 lebih model energy baru untuk industry mobil yang
menggunakan energy hybrid.
Memang dampak geliat Cina dalam bidang Iptek mulai kita rasakan saat ini, coba saja lihat banyak
sekali produk teknologi dari mulai sepeda motor, mobil, komputer, televisi, sampai dengan
alat telekomunikasi yang dihasilkan Cina dan membanjiri pasar Indonesia. Lalu bagaimanakah
dengan negara kita ? Semoga saja kita pun bisa.
Pembajakan Software “terselubung”
Dalam suatu kesempatan berkunjung ke suatu mal elektronik di suatu kota X, saya berkesempatan
untuk melihat game-game terbaru. Segera saja saya lihat-lihat koleksi game-game terbaru tersebut,
sebuah game perang terbaru. Segera saja saya liat game tersebut. Sambil sedikit ngobrol-ngobrol saya
tanya ke penjaganya, maaf mas DVD game ini apakah oroginal ?. Dengan jujur penjaga toko
tersebut bilang tidak mas bukan original. Berapa harganya mas ? 100 ribu, trus kalau yang original
berapa mas
1 juta. Wah 10 kali lebih murah ya ?. Oke deh mas terima kasih. Sebenarnya saya hanya mengecek
saja, bener ga sih penjual software-software dan DVD game itu sudah paham akan Hak Cipta, faham
bahwa menjual barang-barang bajakan itu termasuk tindak pidana kejahatan ?. Seiring dengan
sosialisasi yang sedang marak dilakukan baru-baru ini di mal-mal di kota-kota besar di Indonesia.
Dalam suatu kesempatan lain, di sebuah pameran komputer di kota Y. Saya ditawari untuk
membeli sebuah netbook oleh sales sebuah vendor tertentu, ya vendor netbook yang menjual
barangnya secara kosongan tanpa Operating System (OS), menawari penulis dengan 1/2 malu-malu
kucing, kompi ini masih kosongan mas, tapi tenang aja jika ingin dipasangin OS bajakan akan
kami bantu instalkan hehe…Jreng2. Duh pikirku di sekelas pameran kompi besar gini masih ada sales
yang kucing-kucingan nawarin OS bajakan kepada pengunjungnya.
Memang pembajakan di Indonesia sangat parah sekali, telah mengakar seakan menjadi budaya.
Istilahnya adalah bahaya laten (terselubung) pembajakan. Kata laten sebenarnya adalah lawan kata
paten (jelas). Walau sosialisasi di gencarkan, gerakan pembajakan tetap menjadi aktivitas
terselubung di negeri ini. Bayangkan saja seorang pengusaha ―big bos‖ produsen barang-barang
bajakan Software CD/DVD akan mampu meraup keuntungan entah ratusan juta, ataukah miliyaran ?.
Ga tau deh (gelap), yang jelas saya ada niat melakukan reportase dan investigasi berapa
keuntungan big bos penjual Software CD/DVD bajakan ini di tulisan kompasiana berikutnya, atau
ada yang tahu ?, yang jelas mereka pengusaha yang tidak memiliki NPWP dan tidak pernah
membayar pajak. Sebagaimana yang dikutip dari (Detikinet.com/30/10/2009) Menurut Hendrawan,
Kepala Bidang Pelayanan Penyuluhan
29. dan Humas P2H Kanwil Pajak Jabar I, perdagangan produk bajakan merugikan negara terutama dari
komponen pajak pertambahan nilai PPN Sebab mereka menjual produk yang berkategori barang kena
pajak tapi karena dibajak, komponen PPN menjadi tidak dipungut oleh pemerintah ―Saya yakin, karena
mereka tidak bayar PPN, maka mereka juga tidak membayar pajak penghasilan PPh Jadi negara
dirugikan sangat besar dari komponen pajak akibat perdagangan produk bajakan‖. Sedangkan
menurut data yang dikutip dari Republika (10/11/09) Indonesia akan mengalami kerugian
penerimaan pajak sebesar 544 juta dolar AS akibat penjualan piranti lunak ilegal di Indonesia.
Menurut data International Data Corporation (IDC) diketahui bahwa pada tahun 2007 jumlah belanja
TI di Indonesia mencapai 3 milyar dolar AS, dengan tingkat pertumbuhan 20 % setiap tahunnya.
Sayangnya sebagian dari jumlah tersebut dibelanjakan untuk piranti lunak dan aplikasi bajakan. Hasil
survey yang dilakukan Asosiasi Piranti Lunak Telematika Indonesia (ASPILUKI) pada 2008
memperlihatkan bahwa tingkat penggunaan perangkat lunak ilegal di negeri ini mencapai 70 % (Ristek
IGOS dalam Republika, 10/11/09).
Lain ―big bos‖ lain pula anak buah (rakyat biasa) yang selalu menjadi korban dalam penggerebegan
biasanya sih rakyat-rakyat kecil juga, penjual Software CD/ DVD yang menjual barang dagangannya
di lapak-lapak kaki 5. Sedangkan big bosnya ―terselubung‖ tidak terlihat dimana rimbanya.
Perlindungan Pemerintah terhadap CD/DVD Software proprietary
Sesuai dengan amanat UUHC No. 19 tahun 2002, pasal 28 (2) menetapkan tentang perlu adanya
pengaturan lebih lanjut dalam bentuk peraturan pemerintah mengenai sarana produksi berteknologi
tinggi. Pada tanggal 5 Oktober 2004 pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 29
Tahun
2004 tentang sarana produksi berteknologi tinggi untuk cakram optik (Optical Disc). Didalamnya
diatur antara lain tentang penggunaan kode produksi (Source Identification Code) untuk dapat lebih
mudah membedakan keaslian produk berteknologi tinggi semua jenis cakram optik seperti CD, VCD,
DVD, CD-ROM, dan lain-lain, dari yang tiruan berupa produk bajakan. Sebab, setiap sarana produksi
cakram optik isi, wajib memiliki kode produksi yang telah diakreditasi dan diterima secara
internasonal. Dengan sarana kontrol teknologi (seperti kode rahasia, password, bar code, serial number,
teknologi deskripsi dan enkripsi). Dengan adanya Sarana produksi berteknologi tinggi untuk cakram
optik, diharapkan pengadilan dan para penegak hukum lainnya tidak kesulitan untuk menghukum para
pelaku pembajakan produk cakram optik yang dilindungi Hak Cipta (HKI Suatu Pengantar, Lindsey
T. B.A 2006).
Sumber :
1. Detikinet.com
2. Republika, IGOS (10/11/09).
3. HKI Suatu Pengantar, Prof Tim Lindsey, BA., LL.B., Blitt. Ph.D dkk
4. UU no 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
5. Perpu no 29 tahun 2004 tentang sarana produksi berteknologi tinggi untuk cakram optik (Optical Disc)
30. Pembajakan Software dan Solusi Mengatasinya
Sumber : http://ztyo.wordpress.com/
Berdasarkan survei International Data Corporation (IDC) tahun 2007, Indonesia berada pada urutan ke
12 dari 108 negara dengan angka penggunaan software (perangkat lunak) ilegal mencapai 84 %. Angka
persentasi ini menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya, yakni pada tahun 2006 yang
mencapai 85 % (Prihatman, 2009 dalam Sains dan Teknologi 2). Meskipun begitu, tingkat pembajakan
software (perangkat lunak) ilegal hanya bisa dikurangi 1 % saja dalam waktu satu tahun dari tahun
2006-2007. Dilihat dari data ini, maka bisa kita simpulkan bahwa tingkat pembajakan software ilegal
masih sangat tinggi di Indonesia. Sesungguhnya tingginya penggunaan software ilegal ini lambat laun
akan mematikan kreatifitas masyarakat Indonesia, karena mereka hanya akan menjadi pengguna
instant produk software proprietary(tertutup) saja tanpa mau mengutak-atik prosesnya.
Sesungguhnya kita bisa menghindari penggunaan Software ilegal yaitu dengan beralih ke penggunaan
software open source (terbuka). Sebagaimana diketahui, Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva
mencanangkan negaranya untuk menggunakan software open source agar dapat menghemat
penggunaan uang negara (Kadiman K, Kompas 6/6/09).
Keuntungan lainnya dengan penggunaan software open source adalah melatih kita agar bisa menjadi
seorang programer, karena software open source, source codenya yang terbuka dan bebas untuk
dimodifikasi, dan dikembangkan. Hal ini tentu berbeda jika kita hanya menggunakan
software proprietary (tertutup) sehingga hanya membuat kita sebagai pengguna saja. Sesungguhnya
menggunakan software open source sangat cocok untuk negara-negara berkembang, karena akan
menghemat penggeluaran belanja negara. Selain itu menurut Betti Alisjahbana (Praktisi Teknologi
Informasi Indonesia), perusahaan-perusahaan di negara berkembang yang menggunakan software open
source hanya akan mengeluarkan biaya 1/5 saja untuk biaya pelatihan SDM dari biaya pembelian
lisensi software proprietary (tertutup).
Berdasarkan pengalaman yang dilakukan penulis, software open office 3 yang bersifat open
source hanya memiliki ukuran 151 MB saja, sehingga sangat muat untuk di simpan dalam Flashdisk
yang berkapasitas kecil, tentu dengan ukuran kecil seperti ini sangat mudah untuk membawa open
office 3 kemana-mana, karena bersifat free dan terbuka. Selain itu, tampilan dan kualitas open office 3
pun tidak kalah dengan software pengolah kata yang bersifat proprietary(tertutup).
31. Menggunakan software Open Office 3 menimbulkan rasa aman bagi penulis, karena kita
mendapatkannya secara legal, karena software ini bebas dan terbuka dan dapat digunakan secara gratis.
Sebagaimana diketahui, software-software proprietary (tertutup) mendapatkan perlindungan hukum di
Indonesia yang menurut UU Hak Cipta no 19 tahun 2002 pasal 30 dikatakan bahwa : ―Hak Cipta atas
ciptaan Software (Program Komputer) mendapatkan perlindungan selama 50 tahun sejak pertama kali
diumumkan‖ ini berarti, jika kita mengunakan software bajakan dalam masa waktu perlindungan 50
tahun tersebut, maka kita bisa dikenakan tindakan pidana yang menurut BAB XIII Tentang Ketentuan
Pidana Pasal 72 : (3) dikatakan :―Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak
penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000, 00 (lima ratus juta rupiah).
Oleh karena itu, maka gunakanlah software proprietary yang legal dimanapun baik itu untuk keperluan
perkantoran, pendidikan, maupun bisnis. Namun, jika kita memiliki keterbatasan biaya untuk
mendapatkan software proprietary yang dibeli secara legal, maka kita bisa menggunakan alternatif lain
yaitu menggunakan software open source yang tersedia secara gratis. Oleh karena itu, kepada vendorvendor pembuat Software proprietary (tertutup) harus bisa memberikan harga yang terjangkau
khususnya bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, pemberian subsidi dan lisensi untuk
penggunaan lebih dari 1 komputer agar diberikan agar masyarakat pun mampu membeli
software proprietary yang legal. Lisensi penggunaan lebih dari satu komputer tentu akan meningkatkan
penjualan software proprietary itu sendiri khususnya untuk segmen pendidikan, kesehatan, dan sosial.
Karena bagaimana pun menurut pasal 15 UU no 19 tahun 2002 poin g dikatakan bahwa : ―Pembuatan
salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer (bukan pemegang hak cipta)
yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri tidaklah dianggap sebagai pelanggaran hak
cipta‖. Melihat penjelasan poin ini, maka setidaknya UU masih memberikan hak kepada pembeli
software asli untuk melakukan back up sofwere asli dengan tujuan untuk cadangan, asal tidak untuk
dikomersilkan kembali. Maka, jika undang-undang memberikan keleluasaan ini, maka sudah saatnya
vendor-vendor pembuat software proprietary memberikan penjualan lisensi untuk penggunaan lebih
dari 1 komputer dengan harga yang terjangkau, sehingga akan meningkatkan penjualan dan masyarakat
dapat membeli dengan biaya yang terjangkau. Strategi ini tepatnya ditujukan untuk segmen
pendidikan, kesehatan, dan sosial.
Apapun pilihan anda, selalu belilah software proprietary yang legal atau gunakan software open source,
tidak ada masalah semua pilihan ada di tangan anda. Yang jelas, kita tetap terus bersalah
jika melegalkan pembajakan software proprietary dan tidak pernah mau belajar software open source.
32. Penutup
ebook kumpulan artikel Hak Kekayaan Intelektual (HKI) bagian ke dua ini telah selesai. Terima
kasih untuk semua pembaca yang budiman yang telah membeli e-book ini. Semoga tulisan di edisi
ebook bagian kedua ini bisa bermanfaat. Kritik dan saran yang membangun kami nantikan untuk
penyempurnaan e-book ini.
33. Biodata Penulis
Agus Candra Suratmaja S.P, alumni Fakultas Pertanian IPB dan UNIBRAW Malang. Bekerja di
Kantor
Konsultan
Hak
Kekayaan
Intelektual
(HKI) Am
Badar
&
Partners
(http://www.ambadar.co.id) penulis bekerja di Devisi Desain Industri, Hak Cipta dan Perlindungan
Varietas Tanaman (PVT).
Saat ini penulis bekerja di Devisi Manajemen Strategis Kantor Konsultan Hak Kekayaan Intelektual
(HKI) Am Badar & Partners, yang bertugas dalam sosialisasi HKI kepada kalangan pengusaha dalam
negeri dan mitra-mitra konsultan HKI dari luar negeri.
E-book Kumpulan artikel Hak Kekayaan Intelektual (HKI) bagian ke dua ini adalah tulisan bersambung
dari e-book pertamanya dengan judul yang sama hasil dari kegiatan blognya di kompasiana.com. Jika
anda tertarik untuk berkorespondensi langsung silahkan kirim email ke ir.aguscandra@gmail.com
34. Endorsement :
Sumber Foto : indonesiaproud.wordpress.com
Prof. Dr. Khoirul Anwar, Penemu dan Pemilik Paten Teknologi 4G dan Asisten Profesor di Japan
Advanced Institute of Science And Technology
“Bukunya sangat bermanfaat dan enak dibaca”
Sumber Foto : https://twitter.com/saididu
Dr. Said Didu, Perekayasa BPPT dan Ketua Himpunan Alumni IPB
“Bukunya sangat bermanfaat saya ijin share untuk rekan-rekan peneliti lain”
35. Sumber Foto : danue354.blogspot.com
Dr. Onno W Purbo, Pakar Teknologi Informasi Indonesia dan Dosen Surya University
“Bukunya bagus dan sudah saya simpan di perpustakaan saya”
Sumber Foto : http://id.wikipedia.org
Gita Wirjawan, MBA, Menteri Perdagangan RI dan Pengusaha
“Terima kasih tulisan-tulisannya. Lanjutkan semangat positifnya, apalagi terkait pengedepanan nasib para
musisi”
36. Sumber Foto : www.antaranews.com
Andrinof Chaniago, Akademisi, Peneliti, dan Pengamat Kebijakan Publik asal Indonesia.
“Terima Kasih Ebooknya”
Mayor Inf Agus Harimurti Yudhoyono
“Terima kasih banyak atas kiriman e-booknya”
Sukses selalu.
Salam,
AHY