SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
46
TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP KINERJA APOTEKER PUSKESMAS
DI TIGA KABUPATEN: PURBALINGGA, BANJARNEGARA, CILACAP TAHUN 2015
THE LEVEL OF PATIENT SATISFACTION WITH THE PERFORMANCE
OF PHARMACISTS IN PUBLIC HEALTH CENTERS AT THREE DISTRICTS: PURBALINGGA,
BANJARNEGARA, AND CILACAP IN 2015
Much Ilham Novalisa Aji Wibowo, Anjar Mahardian Kusuma, Umu Kulsum,
Rany Indrani Asmara Diwanti, Rahmawati Kartika Dewi
Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. Raya Dukuh Waluh Purwokerto PO BOX 202 Indonesia
Email: aji.wibowo.ump@gmail.com (Much Ilham Novalisa Aji Wibowo)
ABSTRAK
Kesehatan merupakan suatu hak asasi manusia dan suatu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Kualitas pelayanan kesehatan yang baik memberikan dorongan atau motivasi kepada
pasien untuk menjalin ikatan dan hubungan yang baik dengan Puskesmas. Salah satu
sasaran pokok penyelenggaraan BPJS adalah paling sedikit 75% peserta puas dengan
layanan BPJS Kesehatan. Pada saat yang sama, pelayanan publik oleh aparatur
pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai kelemahan sehingga belum dapat
memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Salah satu upaya dalam menjaga mutu
pelayanan kefarmasian adalah dengan evaluasi kepuasan pasien terhadap pelayanan
kefarmasian yang ada di suatu tempat pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan
studi deskriptif dengan pendekatan desain studi potong lintang (cross sectional) pada 8
Puskesmas di Kabupaten Purbalingga (Kejobong dan Karangreja), Kabupaten
Banjarnegara (Karangkobar dan Mandiraja), dan Puskesmas Cilacap (Cilacap Selatan II,
Kroya I, Gandrungmangu I, dan Sidareja). Analisis tingkat kepuasan menggunakan
analisis importance and performance analysis (IPA) dan indeks kepuasan masyarakat
(IKM). Alat pengumpul data primer menggunakan kuesioner dengan skala Likert selama
6 bulan. Aspek penyerahan obat, aspek pelayanan informasi obat, konseling,
pemantauan pelaporan efek samping obat, dan patient medication record (PMR) adalah
aspek kuantitatif yang diteliti. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien menilai
sebesar 89,65% ada kesesuaian antara kepuasan dan harapan/kepentingan dengan rata-
rata indeks kepuasan masyarakat pada pelayanan kefarmasian 8 Puskesmas di 3
kabupaten adalah 2,99 sehingga masuk dalam kategori memuaskan.
Kata kunci: kepuasan, apoteker, puskesmas, IPA, IKM.
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
47
ABSTRACT
Health is a human right and an element of well-being that should be embodied in
accordance with the ideals of the nation of Indonesia as stipulated in the Pancasila and
the Constitution of the Republic of Indonesia in 1945. Good quality health services
provide encouragement or motivation to the patients to establish ties and good relations
with the community health center. One of the main targets of the operation of BPJS is at
least 75% of participants are satisfied with the service BPJS. At the same time, public
services by government officials today are still found many weaknesses that can not
meet the quality expected by society. One effort in maintaining the quality of pharmacy
services is to evaluate patient satisfaction with pharmacy services in a health facility. The
study used a descriptive with a cross-sectional study on 8 health centers in 3 regencies.
They are Purbalingga regency (Kejobong and Karangreja), Banjarnegara regency
(Karangkobar and Mandiraja) and Cilacap regency (South Cilacap II, Kroya I,
Gandrungmangu I, and Sidareja). This research used analysis of importance and
performance analysis (IPA) and community satisfaction index. The primary data
collection tool used a questionnaire with a Likert scale of 6 months. The quantitative
aspects of drug delivery, drug information services, counseling, monitoring, reporting
drug side effects, and patient medication record (PMR) were studied. The results showed
that patients assess the suitability of 89.65% existing between satisfaction and
expectations/interests with an average index of satisfaction of the people in the
pharmacy services in 8 health centers at 3 regencies was 2.99, thus fall into the satisfying
category.
Key words: satisfaction, pharmacist, puskesmas, IPA, IKM.
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
48
Pendahuluan
Kesehatan merupakan suatu hak
asasi manusia dan suatu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
dan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Salah
satu peran apoteker yang dapat
dikembangkan dalam memasuki era
perdagangan bebas adalah praktek
layanan apoteker di apotek dan
puskesmas. Saat ini perkembangan
bidang kefarmasian di Indonesia semakin
kompleks, sehingga apoteker dituntut
dapat memberikan pelayanan yang
optimal kepada pasien.
Salah satu upaya dalam menjaga
mutu pelayanan kefarmasian adalah
dengan evaluasi kepuasan pasien
terhadap pelayanan kefarmasian yang
ada di suatu tempat pelayanan
kesehatan. Kepuasan masyarakat
berhubungan erat dengan kualitas
pelayanan jasa publik. Kualitas
pelayanan kesehatan yang baik
memberikan dorongan atau motivasi
kepada masyarakat/pasien untuk
menjalin ikatan dan hubungan yang baik
dengan rumah sakit atau puskesmas.
Adanya ikatan dan hubungan ini, maka
rumah sakit dan puskesmas sebagai
perusahaan jasa pelayanan kesehatan
dapat memahami kebutuhan pasien dan
berusaha memenuhinya serta
meminimalkan kesalahan yang
mengakibatkan kekecewaan pasien
sebagai konsumen (Azwar, 2000).
Salah satu sasaran pokok
penyelenggaraan BPJS adalah paling
sedikit 75% peserta puas dengan layanan
BPJS Kesehatan (Kemenkes, 2012). Pada
saat yang sama, pelayanan publik oleh
aparatur pemerintah dewasa ini masih
banyak dijumpai kelemahan sehingga
belum dapat memenuhi kualitas yang
diharapkan masyarakat (Kepmenpan,
2004). Penelitian yang dilakukan oleh
Jamil (2006) menemukan bahwa
informasi yang diberikan oleh apoteker
kepada pasien tidak lengkap, hal ini
tentunya akan berpegaruh pada
kepuasan pasien. Penelitian lain
diungkap oleh Lidianto (2012),
menyatakan bahwa pasien merasa
kurang puas dengan pelayanan informasi
obat yang disampaikan apoteker.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi tingkat kepuasan
pasien terhadap kinerja Apoteker di
puskesmas di Kabupaten Purbalingga,
Banjarnegara, dan Cilacap mengingat
kesamaan faktor sosiodemografi ketiga
daerah tersebut. Penelitian ini
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
49
diharapkan dapat menjadi salah satu
persiapan apoteker dan puskesmas
dalam menghadapi era perdagangan
bebas.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi
deskriptif dengan pendekatan desain
studi potong lintang (cross sectional).
Data dikumpulkan secara kuantitatif di 2
puskesmas di Kabupaten Purbalingga, 2
puskesmas di Kabupaten Banjarnegara,
dan 4 puskesmas di Kabupaten Cilacap.
Alat pengumpul data primer
menggunakan kuesioner yang diadopsi
dari Permenkes No. 30 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas dan modul TOT Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas tahun 2008.
Pengukuran kuesioner menggunakan
skala Likert dengan skor 1–4, poin skor 4
untuk kategori sangat penting/puas, 3
untuk kategori penting/puas, 2 utuk
kategori tidak penting/puas, dan 1 untuk
kategori sangat tidak penting/puas.
Data sekunder diperoleh dari
dokumen-dokumen resmi dari
puskesmas di Kabupaten Purbalingga,
gudang farmasi, serta Dinas Kesehatan
Kabupaten Purbalingga yang akan
digunakan untuk membantu analisis
terhadap data primer yang diperoleh.
Variabel kuantitatif yang diteliti adalah
kinerja apoteker yang dapat dilihat dari
aspek penyerahan obat, pelayanan
informasi obat, konseling, pemantauan
pelaporan efek samping obat dan
Patient Medication Record (PMR).
Populasi
Populasi sasaran menggunakan
teknik total sampling, meliputi
puskesmas yang memiliki tenaga
apoteker di Kabupaten Purbalingga
(Kejobong dan Karangreja), Kabupaten
Banjarnegara (Karangkobar dan
Mandiraja) dan Puskesmas Cilacap
(Cilacap Selatan II, Kroya I,
Gandrungmangu I, dan Sidareja). Teknik
sampling mengadopsi teknik accidental
sampling pada pasien yang berkunjung
di puskesmas tersebut. Jumlah sampel
pasien pada masing-masing puskesmas
didapatkan secara proporsional
berdasarkan data kunjungan tiap bulan
dengan total responden 270 pasien.
Pasien yang menjadi responden adalah
pasien yang memenuhi kriteria inklusi
yang telah ditetapkan.
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan
Juni 2015 sampai dengan Desember
2015. Penelitian diawali dengan
pembuatan proposal penelitian,
kemudian proposal ini digunakan untuk
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
50
mendapatkan ijin penelitian di semua
puskesmas di 3 kabupaten. Pengajuan
ijin penelitian dilakukan kepada dinas
kesehatan setempat, kemudian
dilakukan proses pengambilan data
primer.
Tahap Pelaksanaan
Penelitian diawali dengan
melakukan uji validitas dan reliabilitas
alat ukur kuesioner yang dilakukan di
Puskesmas Rowokele, Kabupaten
Kebumen yang memiliki tenaga
apoteker. Data validitas dan reliabilitas
dianalisis menggunakan software
statistik SPSS. Kemudian penelitian
dilaksanakan di 3 kabupaten
berdasarkan kuesioner tersebut. Data
primer dari kuesioner meliputi nama,
jenis kelamin, umur, dan puskesmas
serta isi hasil kuesioner. Peneliti
meminta kesediaan dan persetujuan
responden untuk mengikuti penelitian
dengan memberikan inform consent.
Aspek penyerahan obat, aspek
pelayanan informasi obat, konseling,
pemantauan pelaporan efek samping
obat, dan PMR adalah aspek kuantitatif
yang diteliti dalam kuesioner tersebut.
Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan,
selanjutnya dianalisis secara deskriptif
menggunakan analisis univariat dan
analisis Importance and Performance
Analysis (IPA). Penelitian ini
menggunakan metode skala Likert
dengan skor 1–4, dengan skor 4 untuk
sangat penting/puas, 3 untuk
penting/puas, 2 utuk tidak penting/puas,
dan 1 untuk sangat tidak penting/puas.
Dikatakan puas jika skor dari responden
lebih besar dari rata-rata, dan jika skor
dari responden kurang dari rata–rata
maka dikatakan tidak puas. Konversi
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
didasarkan pada Kepmenpan tahun
2004.
Hasil dan Pembahasan
1. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner
Uji validitas pertama dilakukan
kepada 30 responden dengan total
pertanyaan 33 pertanyaan. Terdapat
3 pertanyaan dengan nilai r hitung <
0,361 sehingga dinyatakan tidak valid.
Setelah tata bahasa kuesioner
diperbaiki dilakukan validasi kedua
kepada 45 responden di puskesmas
yang sama. Hasil validitas ke-2
terdapat 1 pertanyaan dinyatakan
tidak valid. Uji reliabilitas kuesioner
didapatkan nilai Cronbach’s alpha
>0,7 yaitu 0,752 untuk kuesioner
kepuasan dan 0,855 untuk kuesioner
kepentingan.
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
51
2. Analisis univariat
Analisis dilakukan pada 3
kategori utama yaitu jenis kelamin,
usia, dan tingkat pendidikan.
Menurut Oroh dkk. (2014) dan Stefan
dkk. (2014) jenis kelamin dan tingkat
pendidikan akan mempengaruhi
tingkat kepuasan pasien, walaupun
faktor usia pada penelitian tersebut
tidak menunjukan adanya pengaruh,
tetapi persentase kunjungan setiap
bulannya didominasi oleh usia 46–55
tahun, sehingga dimungkinkan faktor
usia akan mempengaruhi tingkat
kepuasan pasien.
Jenis kelamin
Persentase responden perempuan
lebih banyak dibandingkan dengan
persentase responden laki-laki di 8
puskesmas penelitian. Penelitian
Addani (2008) juga menyebutkan hal
yang sama yaitu angka morbiditas
perempuan lebih tinggi dan lebih
merasakan sakit dari pada laki-laki.
Penelitian Chasanah (2013)
menunjukkan bahwa pengguna
layanan puskesmas juga banyak
didominasi oleh jenis kelamin
perempuan. Karakteristik jenis
kelamin responden di 8 puskesmas
disajikan pada Gambar 1.
Usia
Mayoritas usia responden yang
melakukan pemeriksaan di
puskesmas adalah kelompok 46–55
tahun. Anjaryani (2009) menyatakan
bahwa pada saat usia produktif
(dewasa) manusia sering melakukan
gaya hidup tidak sehat sehingga
sering terjadi gangguan kesehatan
pada usia > 40 tahun. Hal ini yang
menyebabkan mayoritas pasien yang
datang ke puskesmas berusia > 40
tahun. Karakteristik usia responden di
8 puskesmas disajikan pada Gambar
2.
Pendidikan
Terdapat kesamaan karakteristik
pendidikan pada 8 puskesmas, yaitu
mayoritas tingkat pendidikan terakhir
adalah SMA/sederajat. Tingkat
pendidikan juga turut mempengaruhi
penilaian pasien terhadap informasi
yang diberikan pada tingkat kepuasan
pasien. Karena semakin tinggi
pendidikan maka kepedulian akan
kesehatan diri sendiri akan semakin
meningkat. Tingkat pendidikan akan
mempengaruhi tuntutan dan
harapannya akan pelayanan
kefarmasian yang dibutuhkan (Nita
dkk., 2008). Karakteristik pendidikan
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
52
responden di 8 puskesmas disajikan pada Gambar 3.
Gambar 1. Karakteristik jenis kelamin responden 8 puskesmas di 3 kabupaten
(Purbalingga, Banjarnegara, Cilacap) tahun 2015.
Gambar 2. Karakteristik usia responden di 8 puskesmas di 3 kabupaten (Purbalingga,
Banjarnegara, dan Cilacap) tahun 2015.
Gambar 3. Karakteristik pendidikan terakhir responden di 8 puskesmas di 3 kabupaten
(Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap) tahun 2015.
3. Analisis kepuasan pasien
Nilai pedoman IKM mutu
pelayanan dan kinerja unit pelayanan
dihitung berdasarkan rata-rata skor
dalam skala Likert 1–4. Responden
akan dinyatakan puas jika skor dari
responden lebih dari rata–rata, dan
jika skor dari responden kurang dari
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
53
rata-rata maka dikatakan tidak puas.
Hasil analisis kepuasan masyarakat di
8 puskesmas di 3 kabupaten dapat
dilihat pada Tabel 1.
IKM merupakan faktor yang
sangat penting dan menentukan
keberhasilan suatu badan usaha
karena masyarakat adalah konsumen
dari produk yang dihasilkannya.
Semakin tinggi IKM maka masyarakat
cenderung akan melakukan transaksi
berulang kepada badan usaha
tersebut. Dalam penelitian ini
responden merasa pelayanan
kefarmasian sudah memuaskan
dengan nilai rata-rata IKM 2,99.
Dimungkinkan pasien akan kembali
ke puskesmas tersebut untuk
memperoleh pelayanan kefarmasian.
4. Importance performance analysis (IPA)
Tingkat kesesuaian digunakan
untuk melihat apakah puskesmas
perlu dilakukan perubahan atau
memprioritaskan suatu atribut.
Tingkat kesesuaian dapat dilihat
dengan cara membandingkan antara
kepuasan dan kepentingan. Analisis
terhadap tingkat kepentingan dan
kepuasan masyarakat berdasarkan
perhitungan nilai rata-rata yang
disajikan dalam bentuk diagram
kartesius dimana sumbu X mendatar
mengisi skor tingkat kepuasan,
sedangkan sumbu Y mengisi skor
tingkat kepentingan. Matriks Harapan
dan Kinerja terbentuk dari nilai skor
kepentingan dan kepuasan, serta
rata-rata skor kepentingan dan
kepuasan dibuat diagram scatter plot
yang akan membentuk 4 kuadran
dengan menggunakan rata-rata skor
harapan dan kinerja sebagai garis
potong kedua kurva. Matriks IPA
puskesmas di Kabupaten Purbalingga,
Banjarnegara, dan Cilacap tahun 2015
disajikan berturut-turut pada Gambar
4, 5, dan 6.
Tabel 1. Analisis IKM terhadap kinerja apoteker di 8 puskesmas di 3 kabupaten
(Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap) tahun 2015.
No. Puskesmas di Kabupaten Rata-rata Skor Kepuasan Konversi IKM
1 Purbalingga 3,00 Memuaskan
2 Banjarnegara 3,00 Memuaskan
3 Cilacap 2,97 Memuaskan
Jumlah 8,97
Rata-rata 2,99
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
54
Gambar 4. Matriks importance and performance analysis puskesmas yang terdapat
apoteker di Kabupaten Purbalingga tahun 2015.
Gambar 5. Matriks importance and performance analysis puskesmas yang terdapat
apoteker di Kabupaten Banjarnegara tahun 2015.
Gambar 6. Matriks importance and performance analysis puskesmas yang terdapat
apoteker di Kabupaten Cilacap tahun 2015.
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
55
Kuadran I (Prioritas Utama)
Menunjukkan bahwa masyarakat
menganggap unsur pelayanan ini
merupakan aspek yang sangat
penting dan menjadi prioritas untuk
diperhatikan, tetapi pada
kenyataannya aspek yang masuk
dalam kuadran ini belum dirasakan
oleh masyarakat. Atribut pelayanan
kefarmasian 8 puskesmas di 3
kabupaten yang masuk dalam
kuadran I disajikan pada Tabel 2,
Tabel 3, dan Tabel 4.
Atribut pelayanan kefarmasian
yang masuk ke dalam kuadran I di
Puskesmas Kabupaten Purbalingga
dapat dilihat pada Tabel 2. Terdapat
dua aspek yang masuk kuadran I di
puskesmas di Kabupaten Purbalingga
yaitu aspek pelayanan informasi obat
atribut (10 dan 11) dan aspek patient
medication record (PMR) atribut (26).
Hasil ini memberikan makna bahwa
pasien merasa penting untuk
mendapatkan pengetahuan tentang
efek yang akan timbul dari
penggunaan obat, efek samping yang
ditimbulkan, dan kepedulian
apoteker terhadap riwayat penyakit
pasien, akan tetapi responden
menilai bahwa kinerja apoteker
belum memuaskan. Hal ini mungkin
disebabkan karena keterbatasan
waktu kerja apoteker sehingga 2
aspek tersebut masih dirasa kurang
memuaskan oleh responden.
Apoteker di puskesmas di Kabupaten
Purbalingga perlu memperbaiki
kinerjanya pada kedua aspek ini
dengan cara menyampaikan
informasi obat secara detail dan lebih
perduli kepada pasien untuk
menanyakan pengobatan
sebelumnya agar terapi selanjutnya
lebih optimal.
Atribut pelayanan kefarmasian
yang masuk ke dalam kuadran I di
puskesmas Kabupaten Banjarnegara
dapat dilihat pada Tabel 3. Terdapat
3 aspek yang masuk dalam kuadran I
di puskesmas di Kabupaten
Banjarnegara. Hal ini merupakan
puskesmas dengan aspek terbanyak
yang masuk ke dalam kuadran I yaitu
aspek konseling atribut (15 dan 17),
aspek PMR atribut (25, 26, dan 27)
dan aspek pemantauan ESO atribut
(21 dan 22). Pada aspek konseling,
pasien merasa penting diberikan
informasi obat lebih detail melalui
konseling dengan cara
memperagakan dan memberikan
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
56
solusi atas permasalahan yang
mungkin timbul setelah penggunaan
obat. Menurut Schnipper dkk. (2006)
salah satu manfaat dari konseling
adalah meningkatkan kepatuhan
pasien dalam penggunaan obat,
sehingga angka kematian dan
kerugian (baik biaya maupun
hilangnya produktivitas) dapat
ditekan. Aspek PMR yang masing
dirasa penting didokumentasikan
adalah riwayat alergi, penyakit dan
pengobatan sebelumnya. Dengan
adanya dokumentasi ini, apoteker
dapat memberikan informasi obat
lebih optimal. Aspek pemantauan
ESO, pasien menilai apoteker kurang
peduli dengan kondisi pasien.
Menginformasikan kepada pasien
tentang masalah-masalah yang
mungkin selama pengobatan akan
menghindari efek samping obat yang
tidak diinginkan. Atribut pelayanan
kefarmasian yang masuk ke dalam
kuadran I di puskesmas di Kabupaten
Cilacap dapat dilihat pada Tabel 4.
Satu atribut aspek pada kuadran
I muncul di 8 puskesmas, yaitu aspek
PMR atribut (25 dan 26). Responden
menilai bahwa pelayanan ini
merupakan aspek yang sangat
penting dan menjadi prioritas untuk
diperhatikan, tetapi pada
kenyataannya beberapa atribut
pertanyaan pada aspek ini belum
memenuhi harapan pasien. Atribut
yang masuk dalam kuadran ini harus
ditingkatkan dengan cara
memperbaiki dan melakukan
peningkatan secara terus menerus
sehingga kepuasan dan harapan
masyarakat terpenuhi.
Tabel 2. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran I di puskesmas di Kabupaten
Purbalingga tahun 2015
Aspek Atribut Pernyataan
Pelayanan informasi
obat
(10) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang
efek yang akan timbul dari penggunaan obat
(11) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang
efek obat yang tidak dikehendaki
Patient medication
record
(26) Kepedulian apoteker terhadap riwayat penyakit
Bapak/Ibu/Saudara/i
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
57
Tabel 3. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran I di puskesmas di Kabupaten
Banjarnegara tahun 2015
Aspek Atribut Pernyataan
Konseling (15) Kemampuan apoteker dalam memeragakan
dan menjelaskan cara penggunaan obat
(17) Kemampuan apoteker memberikan solusi atas
permasalahan yang dialami pasien
Patient medication
record
(25) Kepedulian apoteker terhadap alergi yang
mungkin dialami pasien
(26) Kepedulian apoteker terhadap riwayat
penyakit Bapak/Ibu/Saudara/i
(27) Kepedulian apoteker terhadap riwayat
pengobatan
Pemantauan ESO (21) Keingintahuan apoteker terhadap kondisi
kesehatan pasien
(22) Kepedulian apoteker terhadap masalah-
masalah yang mungkin selama pengobatan
Tabel 4. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran I di puskesmas di Kabupaten
Cilacap tahun 2015
Aspek Atribut Pernyataan
Konseling (18) Kemampuan apoteker dalam memastikan
pemahaman Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap
pengobatan
Patient Medication
Record
(25) Kepedulian apoteker terhadap alergi yang
mungkin dialami Bapak/Ibu/Saudara/i
Kuadran II (Pertahankan Prestasi)
Kuadran dua berisi faktor-faktor
yang dianggap penting dan pasien
merasa puas dengan pelayanan yang
disampaikan (Santoso, 2011). Atribut
di dalam kuadran II perlu
dipertahankan karena pelayanan
tersebut penting dilakukan dimata
pasien (Rangkuti, 2002). Atribut
pelayanan kefarmasian 8 puskesmas
di 3 kabupaten yang masuk dalam
kuadran II disajikan pada Tabel 5,
Tabel 6, dan Tabel 7.
Terdapat 4 aspek dan 10 atribut
yang dinilai pasien sudah memuaskan
dan perlu dipertahankan di
puskesmas di Kabupaten Purbalingga.
Aspek tersebut adalah aspek
penyerahan obat atribut (1,2,3,4,5)
aspek pelayanan informasi obat
atribut (7 dan 9), aspek konseling
atribut (15), dan aspek PMR (25 dan
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
58
27). Hal ini membuktikan peran
apoteker berpengaruh dalam
menyampaian informasi pada saat
penyerahan obat, melakukan
konseling, dan dokumentasi PMR.
Semakin banyak aspek dan atribut
yang berada pada kuadran ini, maka
pelayanan kefarmasian dan tingkat
kepuasan pasien semakin baik.
Atribut pelayanan kefarmasian yang
masuk ke dalam kuadran II di
puskesmas Kabupaten Banjarnegara
dapat dilihat pada Tabel 6.
Terdapat 5 aspek dan 14 atribut
yang dinilai penting dan sudah
memuaskan, sehingga perlu
dipertahankan di puskesmas di
Kabupaten Banjarnegara. Pada
kuadran dua ini aspek yang terbanyak
adalah aspek penyerahan obat
atribut (1,2,3,4, dan 6). Atribut
konseling (13,14, dan 16), dan
pemantauan efek samping obat
(22,23, dan 24) masing-masing
terdapat 3 atribut. Aspek PMR masuk
1 atribut dalam kuadran ini
menandakan bahwa terdapat 1
atribut (28) yang dirasakan pasien
penting dan sudah memuaskan
pasien yaitu kesediaan apoteker
untuk melayani pertanyaan. Atribut
pelayanan kefarmasian yang masuk
ke dalam kuadran II di puskesmas di
Kabupaten Cilacap dapat dilihat pada
Tabel 7.
Terdapat 4 aspek dan 14 atribut
yang mengisi kuadran II di puskesmas
di Kabupaten Cilacap. Berbeda
dengan puskesmas di Kabupaten
Purbalingga yang juga terdapat 4
aspek yang sama dengan Kabupaten
Cilacap, pasien di puskesmas di
Kabupaten Cilacap memberikan
penilaian atribut lebih banyak yaitu
14 atribut di kuadran II. Pada kuadran
ini pasien menganggap bahwa sikap,
ketelitian, kemampuan, dan
kesediaan apoteker dianggap penting
dan dalam pelayanannya sudah
memuaskan. Pelayanan sikap,
ketelitian, kemampuan dan kesediaan
apoteker memang sangat penting,
karena itu merupakan prioritas utama
dalam pelayanan kefarmasian. Walau
sudah dianggap memuaskan,
apoteker harus tetap meningkatkan
pelayanan guna mempertahankan
persepsi masyarakat terhadap
pelayanan yang dilakukan oleh
apoteker.
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
59
Tabel 5. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran II di puskesmas di Kabupaten
Purbalingga tahun 2015
Aspek Atribut Pernyataan
Penyerahan Obat (1) Ketelitian apoteker dalam melakukan penyerahan
obat (sebelum obat diberikan, dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama
pada etiket, cara penggunaan obat, serta jenis dan
jumlah obat)
(2) Keramahan apoteker dalam melakukan pemanggilan
antrian
(3) Ketelitian apoteker dalam melakukan pemeriksaan
identitas Bapak/Ibu/Saudara/i
(4) Kemampuan apoteker dalam memberikan informasi
tentang cara penggunaan obat
(5) Kemampuan apoteker dalam memberikan informasi
mengenai hal-hal terkait dengan pengobatan
(contoh: makanan dan minuman yang harus
dihindari, kemungkinan terjadinya efek samping,
cara penyimpanan)
Pelayanan Informasi
Obat
(7) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang waktu
penggunaan obat (misalnya: berapa kali obat
digunakan dalam sehari, apakah diminum saat
pagi/siang sore/malam hari, apakah obat diminum
sebelum/setelah makan)
(9) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang cara
penggunaan obat yang benar
Konseling (15) Kemampuan apoteker dalam meragakan dan
menjelaskan cara penggunaan obat
Patient Medication
Record
(25) Kepedulian apoteker terhadap alergi yang mungkin
dialami Bapak/Ibu/ Saudara/i
(27) Kepedulian apoteker terhadap riwayat pengobatan
Bapak/Ibu/Saudara/i
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
60
Tabel 6. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran II di puskesmas di Kabupaten
Banjarnegara tahun 2015
Aspek Atribut Pernyataan
Penyerahan Obat (1) Ketelitian apoteker dalam melakukan penyerahan
obat (sebelum obat diberikan, dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama
pada etiket, cara penggunaan obat, serta jenis dan
jumlah obat)
(2) Keramahan apoteker dalam melakukan
pemanggilan antrian
(3) Ketelitian apoteker dalam melakukan pemeriksaan
identitas Bapak/Ibu/Saudara/i
(4) Kemampuan apoteker dalam memberikan
informasi tentang cara penggunaan obat
(6) Sikap apoteker saat menyerahkan obat
Pelayanan Informasi
Obat
(7) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang waktu
penggunaan obat (misalnya: berapa kali obat
digunakan dalam sehari, apakah diminum saat
pagi/siang sore/malam hari, apakah obat diminum
sebelum/setelah makan)
(8) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang jangka
waktu penggunaan obat.
Konseling (13) Kemampuan apoteker berkomunikasi
(14) Kemampuan apoteker memberikan pemahaman
yang benar mengenai pengobatan
(16) Kepedulian apoteker terhadap permasalahan yang
dialami
Pemantauan Efek
Samping Obat
(22) Kepedulian apoteker terhadap masalah-masalah
yang mungkin selama pengobatan
(23) Kemampuan apoteker dalam memberikan
rekomendasi untuk mengurangi kejadian efek
samping.
(24) Kepedulian apoteker terhadap pengobatan yang
diberikan
Patient Medication
Record
(28) Kesediaan apoteker untuk melayani pertanyaan
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
61
Tabel 7. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran II di puskesmas di Kabupaten Cilacap
tahun 2015
Aspek Atribut Pernyataan
Penyerahan Obat (1) Ketelitian apoteker dalam melakukan
penyerahan obat (sebelum obat diberikan,
dilakukan pemeriksaan kembali mengenai
penulisan nama pada etiket, cara penggunaan
obat, serta jenis dan jumlah obat)
(2) Keramahan apoteker dalam melakukan
pemanggilan antrian
(3) Ketelitian apoteker dalam melakukan
pemeriksaan identitas Bapak/Ibu/Saudara/i
(4) Kemampuan apoteker dalam memberikan
informasi tentang cara penggunaan obat
(5) Kemampuan apoteker dalam memberikan
informasi mengenai hal-hal terkait dengan
pengobatan (contoh: makanan dan minuman
yang harus dihindari, kemungkinan terjadinya
efek samping, cara penyimpanan obat, dan lain-
lain)
(6) Sikap apoteker saat menyerahkan obat
Pelayanan Informasi
Obat
(7) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang
waktu penggunaan obat (misalnya: berapa kali
obat digunakan dalam sehari, apakah diminum
saat pagi/siang sore/malam hari, apakah obat
diminum sebelum/setelah makan)
(8) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang
jangka waktu penggunaan obat.
(9) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang cara
penggunaan obat yang benar
Konseling (13) Kemampuan apoteker berkomunikasi
(14) Kemampuan apoteker memberikan pemahaman
yang benar mengenai pengobatan
(15) Kemampuan apoteker dalam meragakan dan
menjelaskan cara penggunaan obat
(16) Kepedulian apoteker terhadap permasalahan
yang dialami
Patient Medication
Record
(28) Kesediaan apoteker untuk melayani pernyataan
Bapak/Ibu/Saudara/i
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
62
Kuadran III (Prioritas Rendah)
Kuadran tiga berada di kiri
bawah dimana informasi dianggap
kurang penting dan pasien juga
kurang puas dengan pelayanannya
(Nita dkk., 2008). Peningkatan
atribut-atribut pelayanan yang
termasuk dalam kuadran III dapat
dipertimbangkan kembali karena
pengaruhnya terhadap manfaat yang
didasarkan oleh pasien (Chasanah,
2013). Atribut pelayanan kefarmasian
yang masuk ke dalam kuadran III di
puskesmas di Kabupaten Cilacap
dapat dilihat pada Tabel 8, Tabel 9,
dan Tabel 10. Atribut pelayanan
kefarmasian yang masuk ke dalam
kuadran II di puskesmas di Kabupaten
Purbalingga dapat dilihat pada Tabel
8.
Aspek pelayanan informasi obat
tentang ketersediaan brosur, leaflet,
poster, dan lain-lain sebagai informasi
obat/kesehatan menurut pasien
pelayanan ini kurang penting juga
kurang memuaskan, sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh
(Priyandani dkk., 2014) di puskesmas
di Surabaya, aspek tesebut berada di
kuadran II artinya aspek tersebut
dirasa penting dan memuaskan bagi
pasien. Meskipun ketersediaan
brosur, leaflet, poster dianggap
sebagian pasien kurang penting,
sebaiknya untuk meningkatkan mutu,
puskesmas menyediakan brosur,
leaflet, poster, dan lain-lain, karena
secara tidak langsung ketika pasien
membaca akan menambah
pengetahuan tentang informasi
pengobatan dan kesehatan sehingga
pasien diharapkan akan lebih
menjaga kesehatannya.
Atribut pelayanan kefarmasian
yang masuk ke dalam kuadran III di
puskesmas di Kabupaten
Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel
9.
Terdapat 4 aspek dan 4 atribut
yang dianggap kurang penting dan
pasien juga kurang puas dengan
pelayanannya. Aspek dan atribut
yang masuk dalam kuadran III di
puskesmas di Kabupaten
Banjarnegara lebih sedikit daripada
puskesmas di Kabupaten Purbalingga
dan Cilacap. Pasien di puskesmas di
Kabupaten Banjarnegara juga menilai
kurang penting pada atribut
ketersediaan brosur, leaflet, poster,
dan lain-lain sebagai informasi
obat/kesehatan. Padahal media
tersebut merupakan promosi
kesehatan yang mempunyai peranan
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
63
penting dalam proses pemberdayaan
masyarakat, melalui pembelajaran
dari, oleh, dan bersama masyarakat
sesuai dengan lingkungan sosial
budaya setempat, agar masyarakat
dapat menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan (Fitriani, 2011).
Atribut pelayanan kefarmasian yang
masuk ke dalam kuadran III di
puskesmas di Kabupaten Cilacap
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 8. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran III di puskesmas di Kabupaten
Purbalingga tahun 2015
Aspek Atribut Pernyataan
Pelayanan Informasi Obat (12) Ketersediaan brosur, leaflet, poster, dan lain-
lain sebagai informasi obat/kesehatan
(13) Kemampuan apoteker berkomunikasi dengan
Bapak/Ibu/Saudara/i
(16) Kepedulian apoteker terhadap permasalahan
yang dialami Bapak/Ibu/ Saudara/i yang
terkait dengan pengobatan
(17) Kemampuan apoteker memberikan solusi atas
permasalahan yang dialami Bapak /Ibu
/Saudara/i
(18) Kemampuan apoteker dalam memastikan
pemahaman Bapak/Ibu/ Saudara/i
Pemantauan Efek Samping
Obat
(19) Kepedulian apoteker dalam menanyakan
pengobatan yang pernah Bapak/Ibu/Saudara/i
lakukan sebelumnya
(20) Keingintahuan apoteker ketika menanyakan
efek samping obat yang pernah muncul dan
dialami oleh Bapak/Ibu/Saudara/i
(21) Keingintahuan apoteker terhadap kondisi
kesehatan Bapak/Ibu/Saudara/i
(22) Kepedulian apoteker terhadap masalah-
masalah yang mungkin selama pengobatan
(23) Kemampuan apoteker dalam memberikan
rekomendasi untuk mengurangi kejadian efek
samping
(24) Kepedulian apoteker terhadap pengobatan
yang diberikan kepada Bapak/Ibu/Saudara/i
Patient Medication Record
(PMR)
(29) Kemampuan apoteker memberikan
rekomendasi /saran
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
64
Tabel 9. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran III di puskesmas di Kabupaten
Banjarnegara tahun 2015
Aspek Atribut Pernyataan
Pelayanan Informasi
Obat
(12) Ketersediaan brosur, leaflet, poster, dan lain-lain
sebagai informasi obat/kesehatan
Konseling (18) Kemampuan apoteker dalam memastikan
pemahaman pasien
Pemantauan Efek
Samping Obat
(20) Keingintahuan apoteker ketika menanyakan efek
samping obat yang pernah muncul dan dialami
oleh Bapak/Ibu/Saudara/i
Patient Medication
Record (PMR)
(26) Kepedulian apoteker terhadap riwayat penyakit
pasien
Pernyataan-pernyataan yang
masuk dalam kuadran ini sebenarnya
penting untuk dilakukan oleh
apoteker guna menghindari adanya
kesalahan pengobatan dan sebagai
peningkatan mutu pelayanan
pengobatan pasien. Apoteker di 8
puskesmas cenderung berorientasi
pada pelayanan penyerahan dan
pelayanan informasi obat. Hal ini
dapat terlihat pada munculnya aspek
pelayanan informasi obat pada
kuadran III di semua puskesmas.
Pasien diduga kurang mengerti
pentingnya pelayanan tersebut
sehingga pasien menganggap bahwa
pelayanan tersebut tidak penting dan
dalam pelayanan juga dinilai kurang
memuaskan. Menurut Nita dkk.
(2008) aspek-aspek tersebut penting
untuk dilakukan oleh apoteker untuk
menjamin kebenaran penggunaan
obat pada pasien. Walau pasien
menganggap bahwa pelayanan
tersebut tidak penting, bukan berarti
apoteker mengabaikan pelayanan
tersebut. Karena tugas apoteker
harus memastikan penggunaan obat
yang baik dan benar oleh pasien
untuk mengoptimalkan pengobatan.
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
65
Tabel 10. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran III di puskesmas di Kabupaten Cilacap
tahun 2015
Aspek Atribut Pernyataan
Pelayanan Informasi Obat (10) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang efek
yang akan timbul dari penggunaan obat
(11) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang efek
obat yang tidak dikehendaki
(12) Ketersediaan brosur, leaflet, poster, dan lain-lain
sebagai informasi obat/kesehatan
Konseling (16) Kepedulian apoteker terhadap permasalahan
yang dialami Bapak/Ibu/ Saudara/i yang terkait
dengan pengobatan
(17) Kemampuan apoteker memberikan solusi atas
permasalahan yang dialami Bapak/Ibu/Saudara/i
Pemantauan Efek Samping
Obat
(19) Kepedulian apoteker dalam menanyakan
pengobatan yang pernah Bapak/Ibu/Saudara/i
lakukan sebelumnya
(20) Keingintahuan apoteker ketika menanyakan
efek samping obat yang pernah muncul dan
dialami oleh Bapak/Ibu/Saudara/i
(21) Keingintahuan apoteker terhadap kondisi
kesehatan Bapak/Ibu/Saudara/i
(22) Kepedulian apoteker terhadap masalah-masalah
yang mungkin selama pengobatan
(23) Kemampuan apoteker dalam memberikan
rekomendasi untuk mengurangi kejadian efek
samping
(24) Kepedulian apoteker terhadap pengobatan yang
diberikan kepada Bapak/Ibu/Saudara/i
Patient Medication Record
(PMR)
(26) Kepedulian apoteker terhadap riwayat penyakit
Bapak/Ibu/Saudara/i
(27) Kepedulian apoteker terhadap riwayat
pengobatan Bapak/Ibu/Saudara/i
Kuadran IV (Berlebihan)
Kuadran empat menunjukan
pelayanan tidak penting oleh pasien
akan tetapi kinerja dalam pelayanan
dianggap terlalu memuaskan (Nita
dkk., 2008). Atribut pelayanan
kefarmasian yang masuk ke dalam
kuadran IV di 8 puskesmas di 3
kabupaten dapat dilihat pada Tabel
11, Tabel 12, dan Tabel 13.
Terdapat 3 aspek dan 3 atribut
yang dianggap oleh pasien di
puskesmas di Kabupaten Purbalingga
yang menunjukan pelayanan yang
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
66
dirasa tidak penting oleh pasien
tetapi kinerja dalam pelayanan
dianggap terlalu memuaskan. Sikap
saat menyerahkan obat, kemampuan
dalam memberikan pemahaman
kepada pasien, dan kesediaan
melayani pertanyaan dianggap oleh
pasien tidak penting walaupun pasien
merasa sangat puas dengan kinerja
apoteker. Atribut yang terdapat pada
kuadran ini bukan berarti tidak
penting, akan tetapi puskesmas
melakukannya dengan baik sehingga
timbul penilaian yang berlebihan
pada pasien. Atribut pelayanan
kefarmasian yang masuk ke dalam
kuadran IV di puskesmas di
Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat
pada Tabel 12.
Tabel 11. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran IV di puskesmas di Kabupaten
Purbalingga tahun 2015
Aspek Atribut Pernyataan
Pelayanan Penyerahan
Obat
(6) Sikap apoteker saat menyerahkan obat
Konseling (14) Kemampuan apoteker memberikan
pemahaman yang benar mengenai pengobatan
kepada Bapak/Ibu/ Saudara/i
Patient Medication Record
(PMR)
(28) Kesediaan apoteker untuk melayani pertanyaan
Bapak/Ibu/Saudara/i
Tabel 12. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran IV di puskesmas di Kabupaten
Banjarnegara tahun 2015
Aspek Atribut Pernyataan
Pelayanan Penyerahan
Obat
(5) Kemampuan apoteker dalam memberikan
informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan
pengobatan
Pelayanan Informasi Obat (9) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang
cara penggunaan obat yang benar
(10) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang
efek yang akan timbul dari penggunaan obat
(11) Kemampuan apoteker menjelaskan
kemungkinan efek obat yang tidak dikehendaki
Pemantauan Efek Samping
Obat
(19) Kepedulian apoteker dalam menanyakan
pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya
Patient Medication Record (29) Kemampuan apoteker memberikan
rekomendasi/saran
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
67
Terdapat perbedaan anggapan
antara puskesmas di Kabupaten
Purbalingga dengan puskesmas di
Kabupaten Banjarnegara karena
atribut di ke-2 puskesmas tersebut
tidak ada atribut yang sama. Di
puskesmas di Kabupaten
Banjarnegara ada 4 aspek dengan 6
atribut yang dianggap pelayanan
tidak penting oleh pasien akan tetapi
kinerja dalam pelayanan dianggap
terlalu baik. Hal ini menunjukan
bahwa kebutuhan akan pelayanan
kefarmasian di ke-2 kabupaten
tersebut berbeda. Atribut terbanyak
terdapat pada aspek pelayanan
informasi obat. Pasien beranggapan
bahwa informasi cara penggunaan,
indikasi dan efek samping obat
dirasakan tidak penting. Atribut
pelayanan kefarmasian yang masuk
ke dalam kuadran IV di puskesmas di
Kabupaten Cilacap dapat dilihat pada
Tabel 13.
Apoteker memberikan
rekomendasi/saran yang memang
seharusnya diberikan akan tetapi
pasien menganggap hal tersebut
berlebihan. Apoteker telah
memberikan pelayanan yang baik
untuk pasien. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Prastiwi dan
Ayubi (2007), pelayanan yang
dilakukan harus dimulai dari
kebutuhan pasien dan berakhir pada
persepsi dari pasien juga. Hal ini
berarti bahwa pelayanan yang baik
bukanlah berdasarkan sudut pandang
atau persepsi pihak penyedia
pelayanan tetapi berdasarkan sudut
pandang dan persepsi dari penerima
pelayanan (pasien). Pada aspek ini
pasien menganggap bahwa
memberikan rekomendasi/saran
tidak penting, namun hal ini perlu
tetap diberikan oleh apoteker agar
pasien lebih sadar pentingnya
pengobatan.
Tabel 13. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran IV di puskesmas di Kabupaten Cilacap
tahun 2015
Aspek Atribut Pernyataan
Patient Medication
Record
(29) Kemampuan apoteker memberikan
rekomendasi/saran
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
68
5. Indeks kepuasan masyarakat terhadap
kinerja apoteker
Dari keseluruhan data yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan Kepmenpan (2014), IKM
terhadap kinerja apoteker di 8
puskesmas di 3 kabupaten termasuk
dalam kategori memuaskan. Secara
keseluruhan hasil IKM didapatkan
angka dalam skala Likert 2,99 yang
menandakan mutu pelayanan pada
kategori B atau kinerja apoteker di 8
puskesmas tersebut tergolong
baik/memuaskan. Sesuai yang
disampaikan oleh Pohan (2006)
bahwa suatu mutu pelayanan
kesehatan harus dapat memenuhi
kebutuhan pasien/konsumen, seperti
yang ditentukan profesi layanan
kesehatan, dan harus pula memenuhi
harapan pasien. Setiap pasien dengan
latar belakang pendidikan, usia, dan
jenis kelamin berbeda akan memiliki
cara pandang yang berbeda dalam
menilai pelayanan dan kinerja yang
diberikan apoteker, sehingga secara
keseluruhan akan mempengaruhi
indeks kepuasan masyarakat.
Pengaturan sistem layanan kesehatan
atau prosedur puskesmas hendaknya
tidak berbelit-belit, mudah dipahami
oleh pasien, dan berfokus pada
memberikan kemudahan bagi pasien
dalam mengakses pelayanan
kefarmasian.
6. Importance performance analysis (IPA)
pada 8 puskesmas
Analisis IPA di seluruh
puskesmas tidak dapat dianalisis
secara bersamaan karena perbedan
latar belakang pendidikan, usia, dan
jenis kelamin pada setiap puskesmas,
sehingga terjadi perbedaan penilaian
pada setiap kuadran. Hasil analisis IPA
digambarkan pada masing-masing
kabupaten pada Gambar 4-6 dan
Tabel 2-13.
Kesimpulan
Disimpulkan bahwa penilaian
terhadap kinerja apoteker sudah
memuaskan dengan nilai IKM 2,99
(memuaskan) dengan rata-rata tingkat
kesesuaian antara kepuasan dan
kepentingan pelayanan kefarmasian di 8
puskesmas di 3 Kabupaten adalah
89,65%.
Daftar Pustaka
Addani, A. 2008. Pengaruh karakteristik
masyarakat terhadap utilitas
puskesmas di Kabupaten Bireuen
Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam Tahun 2007. Tesis.
Program Pasca Sarjana,
Universitas Sumatera Utara.
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
69
Anjaryani, W.D. 2009. Kepuasan pasien
rawat inap terhadap pelayanan
perawat di RSUD Tugurejo
Semarang. Tesis. Program Pasca
Sarjana, Universitas Diponegoro.
Kemenkes. 2012. Peta jalan menuju
Jaminan Kesehatan Nasional
2012-2019. Jakarta: Dewan
Jaminan Sosial Nasional,
Kemenkes RI.
Azwar, A. 2000. Program menjaga mutu
pelayanan kesehatan. Jakarta:
IDI.
Chasanah, U. 2013. Pengukuran Kinerja
berdasarkan indeks kepuasan
masyarakat pada Puskesmas
Kalirungkut Surabaya. Jurnal Ilmu
& Riset Akuntansi, 2(3):1-25.
Fitriani. 2011. Promosi kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu Jakarta,
Departemen RI.
Kepmenpan. 2004. Pedoman umum
penyusunan indeks kepuasan
masyarakat unit pelayanan
instansi pemerintah. Jakarta:
Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara.
Jamil, L. 2006. Mutu pelayanan farmasi
di puskesmas kota Padang.
KMKP UGM, Working Paper
Series No.21, Juli.
Lidianto, H. 2012. Tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan
informasi obat di puskesmas
wilayah Kabupaten Banyumas.
Skripsi. Fakultas Farmasi,
Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Nita, Y., Athijah, U., Wijaya, I.N., Ilahi,
R.K., Hermawati, M. 2008.
Kinerja apotek dan harapan
pasien terhadap pemberian
informasi obat pada pelayanan
swamedikasi di beberapa apotek
di Surabaya. Majalah Farmasi
Airlangga, 6(2):41-44.
Oroh, M.E., Rompas, S., Pondaag, L.
2014. Faktor-Faktor yang
berhubungan dengan tingkat
kepuasan pasien rawat inap
terhadap pelayanan
keperawatan di ruang interna
RSUD Noongan. Ilmu
Keperawatan, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sam
Ratulangi.
Pohan. 2006. Jaminan mutu layanan
kesehatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Prastiwi, E.N. dan Ayubi, D. 2007.
Hubungan kepuasan pasien
bayar dengan minat kunjungan
ulang di Puskesmas Wisma Jaya
Kota Bekasi tahun 2007. Makara
Kesehatan, 12(1):42-46.
Rangkuti, F. 2002. Measuring costumer
satisfaction. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Santoso, I., Mulyarto, A.R., Maharani S.
2011. Persepsi konsumen
terhadap kualitas bakpao telo
dengan metode importance
performance analysis. Jurnal
Teknologi Pertanian, 12(1):23-30.
Stefan, M.M., Redjeki, S., Susilo, W.H.
2014. Hubungan karakteristik
pasien dengan kepuasan pasien
terhadap mutu pelayanan
kesehatan di Puskesmas
PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591
70
Kecamatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan 2013. STIK Sint
Carolus, Jakarta.
Schnipper, J.L., Jennifer, L.K., Michael,
C.C., Stephanie, A.W., Brandon,
A.B., Emily, T., Allen, K., Mark, H.,
Christoper, L.R., Sylvia, C.M.,
David, W.B. 2006. Role of
pharmacist counseling in
preventing adverse drug events
after hospitalization. Archives of
Internal Medicine, 166(5):565-
571.
Priyandani, Y., Susanti, E.D., Hartoto,
H.H., Kesumawardani, K., Titani,
M., Amalia, R.A., Setiawan, C.D.,
Mufarrihah, Wijaya, I.N., Utami,
W. 2014. Pemberian informasi
lama terapi dan konfirmasi
informasi obat perlu
ditingkatkan di puskesmas.
Jurnal Farmasi dan Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 1(1):1-5.

More Related Content

What's hot

Iis Istifaiyatuddianah Konsep Pemasaran Pelayanan Resep Elektronik
Iis Istifaiyatuddianah Konsep Pemasaran Pelayanan Resep ElektronikIis Istifaiyatuddianah Konsep Pemasaran Pelayanan Resep Elektronik
Iis Istifaiyatuddianah Konsep Pemasaran Pelayanan Resep Elektronikistifaiyatuddianah231564
 
Tugas online 8, Anita Theresia Junianty, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Hasyim ...
Tugas online 8, Anita Theresia Junianty, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Hasyim ...Tugas online 8, Anita Theresia Junianty, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Hasyim ...
Tugas online 8, Anita Theresia Junianty, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Hasyim ...anitatheresia18
 
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmasStandar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmasdinasintia
 
Paradigma baru apoteker indonesia
Paradigma baru apoteker indonesiaParadigma baru apoteker indonesia
Paradigma baru apoteker indonesiaIskanikani
 
Paradigma baru apoteker indonesia
Paradigma baru apoteker indonesiaParadigma baru apoteker indonesia
Paradigma baru apoteker indonesiaIndira P
 
0127 standar yanfar puskesmas
0127  standar yanfar puskesmas0127  standar yanfar puskesmas
0127 standar yanfar puskesmasssuserb44787
 
Budaya Kerja dan Standar Pelayanan Minimal
Budaya Kerja dan Standar Pelayanan MinimalBudaya Kerja dan Standar Pelayanan Minimal
Budaya Kerja dan Standar Pelayanan MinimalVerar Oka
 
PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI JEJARING RUJUKAN KEGAWATDARURA...
PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI JEJARING RUJUKAN KEGAWATDARURA...PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI JEJARING RUJUKAN KEGAWATDARURA...
PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI JEJARING RUJUKAN KEGAWATDARURA...Carwoto Sa'an
 
Konsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem RujukanKonsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem Rujukanpjj_kemenkes
 
Andrew hidayat 4914-id-kinerja-petugas-penyuluh-kesehatan-masyarakat-dalam...
 Andrew hidayat   4914-id-kinerja-petugas-penyuluh-kesehatan-masyarakat-dalam... Andrew hidayat   4914-id-kinerja-petugas-penyuluh-kesehatan-masyarakat-dalam...
Andrew hidayat 4914-id-kinerja-petugas-penyuluh-kesehatan-masyarakat-dalam...Andrew Hidayat
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Gate Keeper Concept
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Gate Keeper ConceptBuku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Gate Keeper Concept
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Gate Keeper ConceptBPJS Kesehatan RI
 
Slide seminar proposal skripsi wulan 1
Slide seminar proposal skripsi wulan 1Slide seminar proposal skripsi wulan 1
Slide seminar proposal skripsi wulan 1Wulan Puspitasari
 
Ringkasan jurnal administrasi kesehatan indonesia
Ringkasan jurnal administrasi kesehatan indonesiaRingkasan jurnal administrasi kesehatan indonesia
Ringkasan jurnal administrasi kesehatan indonesianoraherlina
 
Evapro puskes jagakarsa
Evapro puskes jagakarsaEvapro puskes jagakarsa
Evapro puskes jagakarsairfana efendi
 
Makalah manajemen puskesmas
Makalah manajemen puskesmas  Makalah manajemen puskesmas
Makalah manajemen puskesmas Re Mo
 

What's hot (20)

Iis Istifaiyatuddianah Konsep Pemasaran Pelayanan Resep Elektronik
Iis Istifaiyatuddianah Konsep Pemasaran Pelayanan Resep ElektronikIis Istifaiyatuddianah Konsep Pemasaran Pelayanan Resep Elektronik
Iis Istifaiyatuddianah Konsep Pemasaran Pelayanan Resep Elektronik
 
Tugas online 8, Anita Theresia Junianty, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Hasyim ...
Tugas online 8, Anita Theresia Junianty, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Hasyim ...Tugas online 8, Anita Theresia Junianty, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Hasyim ...
Tugas online 8, Anita Theresia Junianty, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Hasyim ...
 
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmasStandar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
 
Proposal saban AKBID PARAMATA RAHA
Proposal saban AKBID PARAMATA RAHA Proposal saban AKBID PARAMATA RAHA
Proposal saban AKBID PARAMATA RAHA
 
Kerangka acuan
Kerangka acuan Kerangka acuan
Kerangka acuan
 
Paradigma baru apoteker indonesia
Paradigma baru apoteker indonesiaParadigma baru apoteker indonesia
Paradigma baru apoteker indonesia
 
Paradigma baru apoteker indonesia
Paradigma baru apoteker indonesiaParadigma baru apoteker indonesia
Paradigma baru apoteker indonesia
 
0127 standar yanfar puskesmas
0127  standar yanfar puskesmas0127  standar yanfar puskesmas
0127 standar yanfar puskesmas
 
Budaya Kerja dan Standar Pelayanan Minimal
Budaya Kerja dan Standar Pelayanan MinimalBudaya Kerja dan Standar Pelayanan Minimal
Budaya Kerja dan Standar Pelayanan Minimal
 
Ppt data dan yankes
Ppt data dan yankesPpt data dan yankes
Ppt data dan yankes
 
PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI JEJARING RUJUKAN KEGAWATDARURA...
PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI JEJARING RUJUKAN KEGAWATDARURA...PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI JEJARING RUJUKAN KEGAWATDARURA...
PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI JEJARING RUJUKAN KEGAWATDARURA...
 
Konsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem RujukanKonsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem Rujukan
 
Seri bpjs kesehatan sistem rujukan berjenjang
Seri bpjs kesehatan sistem rujukan berjenjangSeri bpjs kesehatan sistem rujukan berjenjang
Seri bpjs kesehatan sistem rujukan berjenjang
 
Andrew hidayat 4914-id-kinerja-petugas-penyuluh-kesehatan-masyarakat-dalam...
 Andrew hidayat   4914-id-kinerja-petugas-penyuluh-kesehatan-masyarakat-dalam... Andrew hidayat   4914-id-kinerja-petugas-penyuluh-kesehatan-masyarakat-dalam...
Andrew hidayat 4914-id-kinerja-petugas-penyuluh-kesehatan-masyarakat-dalam...
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Gate Keeper Concept
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Gate Keeper ConceptBuku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Gate Keeper Concept
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Gate Keeper Concept
 
Slide seminar proposal skripsi wulan 1
Slide seminar proposal skripsi wulan 1Slide seminar proposal skripsi wulan 1
Slide seminar proposal skripsi wulan 1
 
Ringkasan jurnal administrasi kesehatan indonesia
Ringkasan jurnal administrasi kesehatan indonesiaRingkasan jurnal administrasi kesehatan indonesia
Ringkasan jurnal administrasi kesehatan indonesia
 
Evapro puskes jagakarsa
Evapro puskes jagakarsaEvapro puskes jagakarsa
Evapro puskes jagakarsa
 
Makalah manajemen puskesmas
Makalah manajemen puskesmas  Makalah manajemen puskesmas
Makalah manajemen puskesmas
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 

Similar to TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP KINERJA APOTEKER PUSKESMAS DI TIGA KABUPATEN: PURBALINGGA, BANJARNEGARA, CILACAP TAHUN 2015

2. Kebijakan Yanfar dalam Sistem Kesehatan Nasional 130922_V4.pptx
2. Kebijakan Yanfar dalam Sistem Kesehatan Nasional 130922_V4.pptx2. Kebijakan Yanfar dalam Sistem Kesehatan Nasional 130922_V4.pptx
2. Kebijakan Yanfar dalam Sistem Kesehatan Nasional 130922_V4.pptxVikiHestiarini
 
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptxPPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptxMIqbal650540
 
KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS DENGAN KEPUASAN PASIEN LANJUT USIA.docx
KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS DENGAN KEPUASAN PASIEN LANJUT USIA.docxKUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS DENGAN KEPUASAN PASIEN LANJUT USIA.docx
KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS DENGAN KEPUASAN PASIEN LANJUT USIA.docxharnaniknawangsari
 
Jurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota Pariaman
Jurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota PariamanJurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota Pariaman
Jurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota PariamanHelenWidaya
 
Peran Apoteker AoC Program Kesehatan
Peran Apoteker AoC Program KesehatanPeran Apoteker AoC Program Kesehatan
Peran Apoteker AoC Program KesehatanSugiyantiyanti2
 
B Implemantasi EHRS pada Pelayanan Kesehatan di Komunitas.pdf
B Implemantasi EHRS pada Pelayanan Kesehatan di Komunitas.pdfB Implemantasi EHRS pada Pelayanan Kesehatan di Komunitas.pdf
B Implemantasi EHRS pada Pelayanan Kesehatan di Komunitas.pdfrafikabintang
 
Faktor Berhubungan dengan kepuasan pasien
Faktor Berhubungan dengan kepuasan pasienFaktor Berhubungan dengan kepuasan pasien
Faktor Berhubungan dengan kepuasan pasienNasdirSumar
 
PPT Materi PKPA.pptx
PPT Materi PKPA.pptxPPT Materi PKPA.pptx
PPT Materi PKPA.pptxromawaode
 
Jurnal Tugas Mata Kuliah Seminar
Jurnal Tugas Mata Kuliah SeminarJurnal Tugas Mata Kuliah Seminar
Jurnal Tugas Mata Kuliah SeminarDeeva Reno
 
Chapter 6 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 6 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 6 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 6 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careNasiatul Salim
 
Mutu 11 siti ika
Mutu 11 siti ikaMutu 11 siti ika
Mutu 11 siti ikasicua050896
 
Tugas perkuliahan minggu ke 8
Tugas perkuliahan minggu ke 8Tugas perkuliahan minggu ke 8
Tugas perkuliahan minggu ke 8stwndennis
 
Fasilitas Kesehatan.pdf
Fasilitas Kesehatan.pdfFasilitas Kesehatan.pdf
Fasilitas Kesehatan.pdfAlamiahSKMMKes
 

Similar to TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP KINERJA APOTEKER PUSKESMAS DI TIGA KABUPATEN: PURBALINGGA, BANJARNEGARA, CILACAP TAHUN 2015 (20)

2. Kebijakan Yanfar dalam Sistem Kesehatan Nasional 130922_V4.pptx
2. Kebijakan Yanfar dalam Sistem Kesehatan Nasional 130922_V4.pptx2. Kebijakan Yanfar dalam Sistem Kesehatan Nasional 130922_V4.pptx
2. Kebijakan Yanfar dalam Sistem Kesehatan Nasional 130922_V4.pptx
 
Uts praktikum komputer 1
Uts   praktikum komputer 1Uts   praktikum komputer 1
Uts praktikum komputer 1
 
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptxPPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
 
KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS DENGAN KEPUASAN PASIEN LANJUT USIA.docx
KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS DENGAN KEPUASAN PASIEN LANJUT USIA.docxKUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS DENGAN KEPUASAN PASIEN LANJUT USIA.docx
KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS DENGAN KEPUASAN PASIEN LANJUT USIA.docx
 
Jurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota Pariaman
Jurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota PariamanJurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota Pariaman
Jurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota Pariaman
 
173-341-3-PB.pdf
173-341-3-PB.pdf173-341-3-PB.pdf
173-341-3-PB.pdf
 
Harianto020102
Harianto020102Harianto020102
Harianto020102
 
Peran Apoteker AoC Program Kesehatan
Peran Apoteker AoC Program KesehatanPeran Apoteker AoC Program Kesehatan
Peran Apoteker AoC Program Kesehatan
 
B Implemantasi EHRS pada Pelayanan Kesehatan di Komunitas.pdf
B Implemantasi EHRS pada Pelayanan Kesehatan di Komunitas.pdfB Implemantasi EHRS pada Pelayanan Kesehatan di Komunitas.pdf
B Implemantasi EHRS pada Pelayanan Kesehatan di Komunitas.pdf
 
PPT yeww.pptx
PPT yeww.pptxPPT yeww.pptx
PPT yeww.pptx
 
MAKALAH paper 1.docx
MAKALAH paper 1.docxMAKALAH paper 1.docx
MAKALAH paper 1.docx
 
960 2747-1-pb
960 2747-1-pb960 2747-1-pb
960 2747-1-pb
 
Faktor Berhubungan dengan kepuasan pasien
Faktor Berhubungan dengan kepuasan pasienFaktor Berhubungan dengan kepuasan pasien
Faktor Berhubungan dengan kepuasan pasien
 
PPT Materi PKPA.pptx
PPT Materi PKPA.pptxPPT Materi PKPA.pptx
PPT Materi PKPA.pptx
 
Jurnal Tugas Mata Kuliah Seminar
Jurnal Tugas Mata Kuliah SeminarJurnal Tugas Mata Kuliah Seminar
Jurnal Tugas Mata Kuliah Seminar
 
Chapter 6 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 6 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 6 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 6 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
 
Mutu 11 siti ika
Mutu 11 siti ikaMutu 11 siti ika
Mutu 11 siti ika
 
praktek Puskesmas
praktek Puskesmaspraktek Puskesmas
praktek Puskesmas
 
Tugas perkuliahan minggu ke 8
Tugas perkuliahan minggu ke 8Tugas perkuliahan minggu ke 8
Tugas perkuliahan minggu ke 8
 
Fasilitas Kesehatan.pdf
Fasilitas Kesehatan.pdfFasilitas Kesehatan.pdf
Fasilitas Kesehatan.pdf
 

More from Aji Wibowo

A SYSTEMATIC REVIEW ON SELF-REPORTED QUESTIONNAIRES TO ASSESS MEDICATION ADH...
 A SYSTEMATIC REVIEW ON SELF-REPORTED QUESTIONNAIRES TO ASSESS MEDICATION ADH... A SYSTEMATIC REVIEW ON SELF-REPORTED QUESTIONNAIRES TO ASSESS MEDICATION ADH...
A SYSTEMATIC REVIEW ON SELF-REPORTED QUESTIONNAIRES TO ASSESS MEDICATION ADH...Aji Wibowo
 
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Beberapa Puskesma...
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Beberapa Puskesma...Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Beberapa Puskesma...
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Beberapa Puskesma...Aji Wibowo
 
Penggunaan off-Label Misoprostol pada Pasien Obstetri-Ginekologi di Rumah Sak...
Penggunaan off-Label Misoprostol pada Pasien Obstetri-Ginekologi di Rumah Sak...Penggunaan off-Label Misoprostol pada Pasien Obstetri-Ginekologi di Rumah Sak...
Penggunaan off-Label Misoprostol pada Pasien Obstetri-Ginekologi di Rumah Sak...Aji Wibowo
 
Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...
Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...
Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...Aji Wibowo
 
Pemberdayaan anggota ranting aisyiyah grendeng dalam identifikasi keamanan ja...
Pemberdayaan anggota ranting aisyiyah grendeng dalam identifikasi keamanan ja...Pemberdayaan anggota ranting aisyiyah grendeng dalam identifikasi keamanan ja...
Pemberdayaan anggota ranting aisyiyah grendeng dalam identifikasi keamanan ja...Aji Wibowo
 
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...Aji Wibowo
 
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...Aji Wibowo
 
STUDI PROSPEKTIF POTENSI INTERAKSI OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIA...
STUDI PROSPEKTIF POTENSI INTERAKSI OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIA...STUDI PROSPEKTIF POTENSI INTERAKSI OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIA...
STUDI PROSPEKTIF POTENSI INTERAKSI OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIA...Aji Wibowo
 
Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...
Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...
Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...Aji Wibowo
 
Tingkat Kepuasan Pasien dalam Pelayanan Konseling Kefarmasian Berbasis Al-Qur...
Tingkat Kepuasan Pasien dalam Pelayanan Konseling Kefarmasian Berbasis Al-Qur...Tingkat Kepuasan Pasien dalam Pelayanan Konseling Kefarmasian Berbasis Al-Qur...
Tingkat Kepuasan Pasien dalam Pelayanan Konseling Kefarmasian Berbasis Al-Qur...Aji Wibowo
 
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...Aji Wibowo
 
The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...
The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...
The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...Aji Wibowo
 
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...Aji Wibowo
 
Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD ...
Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD ...Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD ...
Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD ...Aji Wibowo
 
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008 TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008   TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008   TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008 TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...Aji Wibowo
 
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...Aji Wibowo
 

More from Aji Wibowo (16)

A SYSTEMATIC REVIEW ON SELF-REPORTED QUESTIONNAIRES TO ASSESS MEDICATION ADH...
 A SYSTEMATIC REVIEW ON SELF-REPORTED QUESTIONNAIRES TO ASSESS MEDICATION ADH... A SYSTEMATIC REVIEW ON SELF-REPORTED QUESTIONNAIRES TO ASSESS MEDICATION ADH...
A SYSTEMATIC REVIEW ON SELF-REPORTED QUESTIONNAIRES TO ASSESS MEDICATION ADH...
 
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Beberapa Puskesma...
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Beberapa Puskesma...Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Beberapa Puskesma...
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Beberapa Puskesma...
 
Penggunaan off-Label Misoprostol pada Pasien Obstetri-Ginekologi di Rumah Sak...
Penggunaan off-Label Misoprostol pada Pasien Obstetri-Ginekologi di Rumah Sak...Penggunaan off-Label Misoprostol pada Pasien Obstetri-Ginekologi di Rumah Sak...
Penggunaan off-Label Misoprostol pada Pasien Obstetri-Ginekologi di Rumah Sak...
 
Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...
Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...
Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...
 
Pemberdayaan anggota ranting aisyiyah grendeng dalam identifikasi keamanan ja...
Pemberdayaan anggota ranting aisyiyah grendeng dalam identifikasi keamanan ja...Pemberdayaan anggota ranting aisyiyah grendeng dalam identifikasi keamanan ja...
Pemberdayaan anggota ranting aisyiyah grendeng dalam identifikasi keamanan ja...
 
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...
 
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...
 
STUDI PROSPEKTIF POTENSI INTERAKSI OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIA...
STUDI PROSPEKTIF POTENSI INTERAKSI OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIA...STUDI PROSPEKTIF POTENSI INTERAKSI OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIA...
STUDI PROSPEKTIF POTENSI INTERAKSI OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIA...
 
Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...
Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...
Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...
 
Tingkat Kepuasan Pasien dalam Pelayanan Konseling Kefarmasian Berbasis Al-Qur...
Tingkat Kepuasan Pasien dalam Pelayanan Konseling Kefarmasian Berbasis Al-Qur...Tingkat Kepuasan Pasien dalam Pelayanan Konseling Kefarmasian Berbasis Al-Qur...
Tingkat Kepuasan Pasien dalam Pelayanan Konseling Kefarmasian Berbasis Al-Qur...
 
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...
 
The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...
The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...
The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...
 
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...
 
Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD ...
Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD ...Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD ...
Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD ...
 
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008 TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008   TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008   TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008 TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...
 
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...
 

Recently uploaded

PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfSuryani549935
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESINeliHusniawati2
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 

Recently uploaded (20)

PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP KINERJA APOTEKER PUSKESMAS DI TIGA KABUPATEN: PURBALINGGA, BANJARNEGARA, CILACAP TAHUN 2015

  • 1. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 46 TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP KINERJA APOTEKER PUSKESMAS DI TIGA KABUPATEN: PURBALINGGA, BANJARNEGARA, CILACAP TAHUN 2015 THE LEVEL OF PATIENT SATISFACTION WITH THE PERFORMANCE OF PHARMACISTS IN PUBLIC HEALTH CENTERS AT THREE DISTRICTS: PURBALINGGA, BANJARNEGARA, AND CILACAP IN 2015 Much Ilham Novalisa Aji Wibowo, Anjar Mahardian Kusuma, Umu Kulsum, Rany Indrani Asmara Diwanti, Rahmawati Kartika Dewi Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh Purwokerto PO BOX 202 Indonesia Email: aji.wibowo.ump@gmail.com (Much Ilham Novalisa Aji Wibowo) ABSTRAK Kesehatan merupakan suatu hak asasi manusia dan suatu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Kualitas pelayanan kesehatan yang baik memberikan dorongan atau motivasi kepada pasien untuk menjalin ikatan dan hubungan yang baik dengan Puskesmas. Salah satu sasaran pokok penyelenggaraan BPJS adalah paling sedikit 75% peserta puas dengan layanan BPJS Kesehatan. Pada saat yang sama, pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Salah satu upaya dalam menjaga mutu pelayanan kefarmasian adalah dengan evaluasi kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang ada di suatu tempat pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan pendekatan desain studi potong lintang (cross sectional) pada 8 Puskesmas di Kabupaten Purbalingga (Kejobong dan Karangreja), Kabupaten Banjarnegara (Karangkobar dan Mandiraja), dan Puskesmas Cilacap (Cilacap Selatan II, Kroya I, Gandrungmangu I, dan Sidareja). Analisis tingkat kepuasan menggunakan analisis importance and performance analysis (IPA) dan indeks kepuasan masyarakat (IKM). Alat pengumpul data primer menggunakan kuesioner dengan skala Likert selama 6 bulan. Aspek penyerahan obat, aspek pelayanan informasi obat, konseling, pemantauan pelaporan efek samping obat, dan patient medication record (PMR) adalah aspek kuantitatif yang diteliti. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien menilai sebesar 89,65% ada kesesuaian antara kepuasan dan harapan/kepentingan dengan rata- rata indeks kepuasan masyarakat pada pelayanan kefarmasian 8 Puskesmas di 3 kabupaten adalah 2,99 sehingga masuk dalam kategori memuaskan. Kata kunci: kepuasan, apoteker, puskesmas, IPA, IKM.
  • 2. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 47 ABSTRACT Health is a human right and an element of well-being that should be embodied in accordance with the ideals of the nation of Indonesia as stipulated in the Pancasila and the Constitution of the Republic of Indonesia in 1945. Good quality health services provide encouragement or motivation to the patients to establish ties and good relations with the community health center. One of the main targets of the operation of BPJS is at least 75% of participants are satisfied with the service BPJS. At the same time, public services by government officials today are still found many weaknesses that can not meet the quality expected by society. One effort in maintaining the quality of pharmacy services is to evaluate patient satisfaction with pharmacy services in a health facility. The study used a descriptive with a cross-sectional study on 8 health centers in 3 regencies. They are Purbalingga regency (Kejobong and Karangreja), Banjarnegara regency (Karangkobar and Mandiraja) and Cilacap regency (South Cilacap II, Kroya I, Gandrungmangu I, and Sidareja). This research used analysis of importance and performance analysis (IPA) and community satisfaction index. The primary data collection tool used a questionnaire with a Likert scale of 6 months. The quantitative aspects of drug delivery, drug information services, counseling, monitoring, reporting drug side effects, and patient medication record (PMR) were studied. The results showed that patients assess the suitability of 89.65% existing between satisfaction and expectations/interests with an average index of satisfaction of the people in the pharmacy services in 8 health centers at 3 regencies was 2.99, thus fall into the satisfying category. Key words: satisfaction, pharmacist, puskesmas, IPA, IKM.
  • 3. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 48 Pendahuluan Kesehatan merupakan suatu hak asasi manusia dan suatu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Salah satu peran apoteker yang dapat dikembangkan dalam memasuki era perdagangan bebas adalah praktek layanan apoteker di apotek dan puskesmas. Saat ini perkembangan bidang kefarmasian di Indonesia semakin kompleks, sehingga apoteker dituntut dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien. Salah satu upaya dalam menjaga mutu pelayanan kefarmasian adalah dengan evaluasi kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang ada di suatu tempat pelayanan kesehatan. Kepuasan masyarakat berhubungan erat dengan kualitas pelayanan jasa publik. Kualitas pelayanan kesehatan yang baik memberikan dorongan atau motivasi kepada masyarakat/pasien untuk menjalin ikatan dan hubungan yang baik dengan rumah sakit atau puskesmas. Adanya ikatan dan hubungan ini, maka rumah sakit dan puskesmas sebagai perusahaan jasa pelayanan kesehatan dapat memahami kebutuhan pasien dan berusaha memenuhinya serta meminimalkan kesalahan yang mengakibatkan kekecewaan pasien sebagai konsumen (Azwar, 2000). Salah satu sasaran pokok penyelenggaraan BPJS adalah paling sedikit 75% peserta puas dengan layanan BPJS Kesehatan (Kemenkes, 2012). Pada saat yang sama, pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat (Kepmenpan, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Jamil (2006) menemukan bahwa informasi yang diberikan oleh apoteker kepada pasien tidak lengkap, hal ini tentunya akan berpegaruh pada kepuasan pasien. Penelitian lain diungkap oleh Lidianto (2012), menyatakan bahwa pasien merasa kurang puas dengan pelayanan informasi obat yang disampaikan apoteker. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien terhadap kinerja Apoteker di puskesmas di Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap mengingat kesamaan faktor sosiodemografi ketiga daerah tersebut. Penelitian ini
  • 4. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 49 diharapkan dapat menjadi salah satu persiapan apoteker dan puskesmas dalam menghadapi era perdagangan bebas. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan desain studi potong lintang (cross sectional). Data dikumpulkan secara kuantitatif di 2 puskesmas di Kabupaten Purbalingga, 2 puskesmas di Kabupaten Banjarnegara, dan 4 puskesmas di Kabupaten Cilacap. Alat pengumpul data primer menggunakan kuesioner yang diadopsi dari Permenkes No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dan modul TOT Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas tahun 2008. Pengukuran kuesioner menggunakan skala Likert dengan skor 1–4, poin skor 4 untuk kategori sangat penting/puas, 3 untuk kategori penting/puas, 2 utuk kategori tidak penting/puas, dan 1 untuk kategori sangat tidak penting/puas. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen resmi dari puskesmas di Kabupaten Purbalingga, gudang farmasi, serta Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga yang akan digunakan untuk membantu analisis terhadap data primer yang diperoleh. Variabel kuantitatif yang diteliti adalah kinerja apoteker yang dapat dilihat dari aspek penyerahan obat, pelayanan informasi obat, konseling, pemantauan pelaporan efek samping obat dan Patient Medication Record (PMR). Populasi Populasi sasaran menggunakan teknik total sampling, meliputi puskesmas yang memiliki tenaga apoteker di Kabupaten Purbalingga (Kejobong dan Karangreja), Kabupaten Banjarnegara (Karangkobar dan Mandiraja) dan Puskesmas Cilacap (Cilacap Selatan II, Kroya I, Gandrungmangu I, dan Sidareja). Teknik sampling mengadopsi teknik accidental sampling pada pasien yang berkunjung di puskesmas tersebut. Jumlah sampel pasien pada masing-masing puskesmas didapatkan secara proporsional berdasarkan data kunjungan tiap bulan dengan total responden 270 pasien. Pasien yang menjadi responden adalah pasien yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2015 sampai dengan Desember 2015. Penelitian diawali dengan pembuatan proposal penelitian, kemudian proposal ini digunakan untuk
  • 5. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 50 mendapatkan ijin penelitian di semua puskesmas di 3 kabupaten. Pengajuan ijin penelitian dilakukan kepada dinas kesehatan setempat, kemudian dilakukan proses pengambilan data primer. Tahap Pelaksanaan Penelitian diawali dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas alat ukur kuesioner yang dilakukan di Puskesmas Rowokele, Kabupaten Kebumen yang memiliki tenaga apoteker. Data validitas dan reliabilitas dianalisis menggunakan software statistik SPSS. Kemudian penelitian dilaksanakan di 3 kabupaten berdasarkan kuesioner tersebut. Data primer dari kuesioner meliputi nama, jenis kelamin, umur, dan puskesmas serta isi hasil kuesioner. Peneliti meminta kesediaan dan persetujuan responden untuk mengikuti penelitian dengan memberikan inform consent. Aspek penyerahan obat, aspek pelayanan informasi obat, konseling, pemantauan pelaporan efek samping obat, dan PMR adalah aspek kuantitatif yang diteliti dalam kuesioner tersebut. Analisis Data Data yang telah dikumpulkan, selanjutnya dianalisis secara deskriptif menggunakan analisis univariat dan analisis Importance and Performance Analysis (IPA). Penelitian ini menggunakan metode skala Likert dengan skor 1–4, dengan skor 4 untuk sangat penting/puas, 3 untuk penting/puas, 2 utuk tidak penting/puas, dan 1 untuk sangat tidak penting/puas. Dikatakan puas jika skor dari responden lebih besar dari rata-rata, dan jika skor dari responden kurang dari rata–rata maka dikatakan tidak puas. Konversi Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) didasarkan pada Kepmenpan tahun 2004. Hasil dan Pembahasan 1. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner Uji validitas pertama dilakukan kepada 30 responden dengan total pertanyaan 33 pertanyaan. Terdapat 3 pertanyaan dengan nilai r hitung < 0,361 sehingga dinyatakan tidak valid. Setelah tata bahasa kuesioner diperbaiki dilakukan validasi kedua kepada 45 responden di puskesmas yang sama. Hasil validitas ke-2 terdapat 1 pertanyaan dinyatakan tidak valid. Uji reliabilitas kuesioner didapatkan nilai Cronbach’s alpha >0,7 yaitu 0,752 untuk kuesioner kepuasan dan 0,855 untuk kuesioner kepentingan.
  • 6. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 51 2. Analisis univariat Analisis dilakukan pada 3 kategori utama yaitu jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan. Menurut Oroh dkk. (2014) dan Stefan dkk. (2014) jenis kelamin dan tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien, walaupun faktor usia pada penelitian tersebut tidak menunjukan adanya pengaruh, tetapi persentase kunjungan setiap bulannya didominasi oleh usia 46–55 tahun, sehingga dimungkinkan faktor usia akan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien. Jenis kelamin Persentase responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan persentase responden laki-laki di 8 puskesmas penelitian. Penelitian Addani (2008) juga menyebutkan hal yang sama yaitu angka morbiditas perempuan lebih tinggi dan lebih merasakan sakit dari pada laki-laki. Penelitian Chasanah (2013) menunjukkan bahwa pengguna layanan puskesmas juga banyak didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Karakteristik jenis kelamin responden di 8 puskesmas disajikan pada Gambar 1. Usia Mayoritas usia responden yang melakukan pemeriksaan di puskesmas adalah kelompok 46–55 tahun. Anjaryani (2009) menyatakan bahwa pada saat usia produktif (dewasa) manusia sering melakukan gaya hidup tidak sehat sehingga sering terjadi gangguan kesehatan pada usia > 40 tahun. Hal ini yang menyebabkan mayoritas pasien yang datang ke puskesmas berusia > 40 tahun. Karakteristik usia responden di 8 puskesmas disajikan pada Gambar 2. Pendidikan Terdapat kesamaan karakteristik pendidikan pada 8 puskesmas, yaitu mayoritas tingkat pendidikan terakhir adalah SMA/sederajat. Tingkat pendidikan juga turut mempengaruhi penilaian pasien terhadap informasi yang diberikan pada tingkat kepuasan pasien. Karena semakin tinggi pendidikan maka kepedulian akan kesehatan diri sendiri akan semakin meningkat. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tuntutan dan harapannya akan pelayanan kefarmasian yang dibutuhkan (Nita dkk., 2008). Karakteristik pendidikan
  • 7. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 52 responden di 8 puskesmas disajikan pada Gambar 3. Gambar 1. Karakteristik jenis kelamin responden 8 puskesmas di 3 kabupaten (Purbalingga, Banjarnegara, Cilacap) tahun 2015. Gambar 2. Karakteristik usia responden di 8 puskesmas di 3 kabupaten (Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap) tahun 2015. Gambar 3. Karakteristik pendidikan terakhir responden di 8 puskesmas di 3 kabupaten (Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap) tahun 2015. 3. Analisis kepuasan pasien Nilai pedoman IKM mutu pelayanan dan kinerja unit pelayanan dihitung berdasarkan rata-rata skor dalam skala Likert 1–4. Responden akan dinyatakan puas jika skor dari responden lebih dari rata–rata, dan jika skor dari responden kurang dari
  • 8. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 53 rata-rata maka dikatakan tidak puas. Hasil analisis kepuasan masyarakat di 8 puskesmas di 3 kabupaten dapat dilihat pada Tabel 1. IKM merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan keberhasilan suatu badan usaha karena masyarakat adalah konsumen dari produk yang dihasilkannya. Semakin tinggi IKM maka masyarakat cenderung akan melakukan transaksi berulang kepada badan usaha tersebut. Dalam penelitian ini responden merasa pelayanan kefarmasian sudah memuaskan dengan nilai rata-rata IKM 2,99. Dimungkinkan pasien akan kembali ke puskesmas tersebut untuk memperoleh pelayanan kefarmasian. 4. Importance performance analysis (IPA) Tingkat kesesuaian digunakan untuk melihat apakah puskesmas perlu dilakukan perubahan atau memprioritaskan suatu atribut. Tingkat kesesuaian dapat dilihat dengan cara membandingkan antara kepuasan dan kepentingan. Analisis terhadap tingkat kepentingan dan kepuasan masyarakat berdasarkan perhitungan nilai rata-rata yang disajikan dalam bentuk diagram kartesius dimana sumbu X mendatar mengisi skor tingkat kepuasan, sedangkan sumbu Y mengisi skor tingkat kepentingan. Matriks Harapan dan Kinerja terbentuk dari nilai skor kepentingan dan kepuasan, serta rata-rata skor kepentingan dan kepuasan dibuat diagram scatter plot yang akan membentuk 4 kuadran dengan menggunakan rata-rata skor harapan dan kinerja sebagai garis potong kedua kurva. Matriks IPA puskesmas di Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap tahun 2015 disajikan berturut-turut pada Gambar 4, 5, dan 6. Tabel 1. Analisis IKM terhadap kinerja apoteker di 8 puskesmas di 3 kabupaten (Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap) tahun 2015. No. Puskesmas di Kabupaten Rata-rata Skor Kepuasan Konversi IKM 1 Purbalingga 3,00 Memuaskan 2 Banjarnegara 3,00 Memuaskan 3 Cilacap 2,97 Memuaskan Jumlah 8,97 Rata-rata 2,99
  • 9. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 54 Gambar 4. Matriks importance and performance analysis puskesmas yang terdapat apoteker di Kabupaten Purbalingga tahun 2015. Gambar 5. Matriks importance and performance analysis puskesmas yang terdapat apoteker di Kabupaten Banjarnegara tahun 2015. Gambar 6. Matriks importance and performance analysis puskesmas yang terdapat apoteker di Kabupaten Cilacap tahun 2015.
  • 10. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 55 Kuadran I (Prioritas Utama) Menunjukkan bahwa masyarakat menganggap unsur pelayanan ini merupakan aspek yang sangat penting dan menjadi prioritas untuk diperhatikan, tetapi pada kenyataannya aspek yang masuk dalam kuadran ini belum dirasakan oleh masyarakat. Atribut pelayanan kefarmasian 8 puskesmas di 3 kabupaten yang masuk dalam kuadran I disajikan pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4. Atribut pelayanan kefarmasian yang masuk ke dalam kuadran I di Puskesmas Kabupaten Purbalingga dapat dilihat pada Tabel 2. Terdapat dua aspek yang masuk kuadran I di puskesmas di Kabupaten Purbalingga yaitu aspek pelayanan informasi obat atribut (10 dan 11) dan aspek patient medication record (PMR) atribut (26). Hasil ini memberikan makna bahwa pasien merasa penting untuk mendapatkan pengetahuan tentang efek yang akan timbul dari penggunaan obat, efek samping yang ditimbulkan, dan kepedulian apoteker terhadap riwayat penyakit pasien, akan tetapi responden menilai bahwa kinerja apoteker belum memuaskan. Hal ini mungkin disebabkan karena keterbatasan waktu kerja apoteker sehingga 2 aspek tersebut masih dirasa kurang memuaskan oleh responden. Apoteker di puskesmas di Kabupaten Purbalingga perlu memperbaiki kinerjanya pada kedua aspek ini dengan cara menyampaikan informasi obat secara detail dan lebih perduli kepada pasien untuk menanyakan pengobatan sebelumnya agar terapi selanjutnya lebih optimal. Atribut pelayanan kefarmasian yang masuk ke dalam kuadran I di puskesmas Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel 3. Terdapat 3 aspek yang masuk dalam kuadran I di puskesmas di Kabupaten Banjarnegara. Hal ini merupakan puskesmas dengan aspek terbanyak yang masuk ke dalam kuadran I yaitu aspek konseling atribut (15 dan 17), aspek PMR atribut (25, 26, dan 27) dan aspek pemantauan ESO atribut (21 dan 22). Pada aspek konseling, pasien merasa penting diberikan informasi obat lebih detail melalui konseling dengan cara memperagakan dan memberikan
  • 11. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 56 solusi atas permasalahan yang mungkin timbul setelah penggunaan obat. Menurut Schnipper dkk. (2006) salah satu manfaat dari konseling adalah meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat, sehingga angka kematian dan kerugian (baik biaya maupun hilangnya produktivitas) dapat ditekan. Aspek PMR yang masing dirasa penting didokumentasikan adalah riwayat alergi, penyakit dan pengobatan sebelumnya. Dengan adanya dokumentasi ini, apoteker dapat memberikan informasi obat lebih optimal. Aspek pemantauan ESO, pasien menilai apoteker kurang peduli dengan kondisi pasien. Menginformasikan kepada pasien tentang masalah-masalah yang mungkin selama pengobatan akan menghindari efek samping obat yang tidak diinginkan. Atribut pelayanan kefarmasian yang masuk ke dalam kuadran I di puskesmas di Kabupaten Cilacap dapat dilihat pada Tabel 4. Satu atribut aspek pada kuadran I muncul di 8 puskesmas, yaitu aspek PMR atribut (25 dan 26). Responden menilai bahwa pelayanan ini merupakan aspek yang sangat penting dan menjadi prioritas untuk diperhatikan, tetapi pada kenyataannya beberapa atribut pertanyaan pada aspek ini belum memenuhi harapan pasien. Atribut yang masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan dengan cara memperbaiki dan melakukan peningkatan secara terus menerus sehingga kepuasan dan harapan masyarakat terpenuhi. Tabel 2. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran I di puskesmas di Kabupaten Purbalingga tahun 2015 Aspek Atribut Pernyataan Pelayanan informasi obat (10) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang efek yang akan timbul dari penggunaan obat (11) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang efek obat yang tidak dikehendaki Patient medication record (26) Kepedulian apoteker terhadap riwayat penyakit Bapak/Ibu/Saudara/i
  • 12. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 57 Tabel 3. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran I di puskesmas di Kabupaten Banjarnegara tahun 2015 Aspek Atribut Pernyataan Konseling (15) Kemampuan apoteker dalam memeragakan dan menjelaskan cara penggunaan obat (17) Kemampuan apoteker memberikan solusi atas permasalahan yang dialami pasien Patient medication record (25) Kepedulian apoteker terhadap alergi yang mungkin dialami pasien (26) Kepedulian apoteker terhadap riwayat penyakit Bapak/Ibu/Saudara/i (27) Kepedulian apoteker terhadap riwayat pengobatan Pemantauan ESO (21) Keingintahuan apoteker terhadap kondisi kesehatan pasien (22) Kepedulian apoteker terhadap masalah- masalah yang mungkin selama pengobatan Tabel 4. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran I di puskesmas di Kabupaten Cilacap tahun 2015 Aspek Atribut Pernyataan Konseling (18) Kemampuan apoteker dalam memastikan pemahaman Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap pengobatan Patient Medication Record (25) Kepedulian apoteker terhadap alergi yang mungkin dialami Bapak/Ibu/Saudara/i Kuadran II (Pertahankan Prestasi) Kuadran dua berisi faktor-faktor yang dianggap penting dan pasien merasa puas dengan pelayanan yang disampaikan (Santoso, 2011). Atribut di dalam kuadran II perlu dipertahankan karena pelayanan tersebut penting dilakukan dimata pasien (Rangkuti, 2002). Atribut pelayanan kefarmasian 8 puskesmas di 3 kabupaten yang masuk dalam kuadran II disajikan pada Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel 7. Terdapat 4 aspek dan 10 atribut yang dinilai pasien sudah memuaskan dan perlu dipertahankan di puskesmas di Kabupaten Purbalingga. Aspek tersebut adalah aspek penyerahan obat atribut (1,2,3,4,5) aspek pelayanan informasi obat atribut (7 dan 9), aspek konseling atribut (15), dan aspek PMR (25 dan
  • 13. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 58 27). Hal ini membuktikan peran apoteker berpengaruh dalam menyampaian informasi pada saat penyerahan obat, melakukan konseling, dan dokumentasi PMR. Semakin banyak aspek dan atribut yang berada pada kuadran ini, maka pelayanan kefarmasian dan tingkat kepuasan pasien semakin baik. Atribut pelayanan kefarmasian yang masuk ke dalam kuadran II di puskesmas Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel 6. Terdapat 5 aspek dan 14 atribut yang dinilai penting dan sudah memuaskan, sehingga perlu dipertahankan di puskesmas di Kabupaten Banjarnegara. Pada kuadran dua ini aspek yang terbanyak adalah aspek penyerahan obat atribut (1,2,3,4, dan 6). Atribut konseling (13,14, dan 16), dan pemantauan efek samping obat (22,23, dan 24) masing-masing terdapat 3 atribut. Aspek PMR masuk 1 atribut dalam kuadran ini menandakan bahwa terdapat 1 atribut (28) yang dirasakan pasien penting dan sudah memuaskan pasien yaitu kesediaan apoteker untuk melayani pertanyaan. Atribut pelayanan kefarmasian yang masuk ke dalam kuadran II di puskesmas di Kabupaten Cilacap dapat dilihat pada Tabel 7. Terdapat 4 aspek dan 14 atribut yang mengisi kuadran II di puskesmas di Kabupaten Cilacap. Berbeda dengan puskesmas di Kabupaten Purbalingga yang juga terdapat 4 aspek yang sama dengan Kabupaten Cilacap, pasien di puskesmas di Kabupaten Cilacap memberikan penilaian atribut lebih banyak yaitu 14 atribut di kuadran II. Pada kuadran ini pasien menganggap bahwa sikap, ketelitian, kemampuan, dan kesediaan apoteker dianggap penting dan dalam pelayanannya sudah memuaskan. Pelayanan sikap, ketelitian, kemampuan dan kesediaan apoteker memang sangat penting, karena itu merupakan prioritas utama dalam pelayanan kefarmasian. Walau sudah dianggap memuaskan, apoteker harus tetap meningkatkan pelayanan guna mempertahankan persepsi masyarakat terhadap pelayanan yang dilakukan oleh apoteker.
  • 14. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 59 Tabel 5. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran II di puskesmas di Kabupaten Purbalingga tahun 2015 Aspek Atribut Pernyataan Penyerahan Obat (1) Ketelitian apoteker dalam melakukan penyerahan obat (sebelum obat diberikan, dilakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pada etiket, cara penggunaan obat, serta jenis dan jumlah obat) (2) Keramahan apoteker dalam melakukan pemanggilan antrian (3) Ketelitian apoteker dalam melakukan pemeriksaan identitas Bapak/Ibu/Saudara/i (4) Kemampuan apoteker dalam memberikan informasi tentang cara penggunaan obat (5) Kemampuan apoteker dalam memberikan informasi mengenai hal-hal terkait dengan pengobatan (contoh: makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan terjadinya efek samping, cara penyimpanan) Pelayanan Informasi Obat (7) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang waktu penggunaan obat (misalnya: berapa kali obat digunakan dalam sehari, apakah diminum saat pagi/siang sore/malam hari, apakah obat diminum sebelum/setelah makan) (9) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang cara penggunaan obat yang benar Konseling (15) Kemampuan apoteker dalam meragakan dan menjelaskan cara penggunaan obat Patient Medication Record (25) Kepedulian apoteker terhadap alergi yang mungkin dialami Bapak/Ibu/ Saudara/i (27) Kepedulian apoteker terhadap riwayat pengobatan Bapak/Ibu/Saudara/i
  • 15. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 60 Tabel 6. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran II di puskesmas di Kabupaten Banjarnegara tahun 2015 Aspek Atribut Pernyataan Penyerahan Obat (1) Ketelitian apoteker dalam melakukan penyerahan obat (sebelum obat diberikan, dilakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pada etiket, cara penggunaan obat, serta jenis dan jumlah obat) (2) Keramahan apoteker dalam melakukan pemanggilan antrian (3) Ketelitian apoteker dalam melakukan pemeriksaan identitas Bapak/Ibu/Saudara/i (4) Kemampuan apoteker dalam memberikan informasi tentang cara penggunaan obat (6) Sikap apoteker saat menyerahkan obat Pelayanan Informasi Obat (7) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang waktu penggunaan obat (misalnya: berapa kali obat digunakan dalam sehari, apakah diminum saat pagi/siang sore/malam hari, apakah obat diminum sebelum/setelah makan) (8) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang jangka waktu penggunaan obat. Konseling (13) Kemampuan apoteker berkomunikasi (14) Kemampuan apoteker memberikan pemahaman yang benar mengenai pengobatan (16) Kepedulian apoteker terhadap permasalahan yang dialami Pemantauan Efek Samping Obat (22) Kepedulian apoteker terhadap masalah-masalah yang mungkin selama pengobatan (23) Kemampuan apoteker dalam memberikan rekomendasi untuk mengurangi kejadian efek samping. (24) Kepedulian apoteker terhadap pengobatan yang diberikan Patient Medication Record (28) Kesediaan apoteker untuk melayani pertanyaan
  • 16. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 61 Tabel 7. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran II di puskesmas di Kabupaten Cilacap tahun 2015 Aspek Atribut Pernyataan Penyerahan Obat (1) Ketelitian apoteker dalam melakukan penyerahan obat (sebelum obat diberikan, dilakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pada etiket, cara penggunaan obat, serta jenis dan jumlah obat) (2) Keramahan apoteker dalam melakukan pemanggilan antrian (3) Ketelitian apoteker dalam melakukan pemeriksaan identitas Bapak/Ibu/Saudara/i (4) Kemampuan apoteker dalam memberikan informasi tentang cara penggunaan obat (5) Kemampuan apoteker dalam memberikan informasi mengenai hal-hal terkait dengan pengobatan (contoh: makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan terjadinya efek samping, cara penyimpanan obat, dan lain- lain) (6) Sikap apoteker saat menyerahkan obat Pelayanan Informasi Obat (7) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang waktu penggunaan obat (misalnya: berapa kali obat digunakan dalam sehari, apakah diminum saat pagi/siang sore/malam hari, apakah obat diminum sebelum/setelah makan) (8) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang jangka waktu penggunaan obat. (9) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang cara penggunaan obat yang benar Konseling (13) Kemampuan apoteker berkomunikasi (14) Kemampuan apoteker memberikan pemahaman yang benar mengenai pengobatan (15) Kemampuan apoteker dalam meragakan dan menjelaskan cara penggunaan obat (16) Kepedulian apoteker terhadap permasalahan yang dialami Patient Medication Record (28) Kesediaan apoteker untuk melayani pernyataan Bapak/Ibu/Saudara/i
  • 17. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 62 Kuadran III (Prioritas Rendah) Kuadran tiga berada di kiri bawah dimana informasi dianggap kurang penting dan pasien juga kurang puas dengan pelayanannya (Nita dkk., 2008). Peningkatan atribut-atribut pelayanan yang termasuk dalam kuadran III dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang didasarkan oleh pasien (Chasanah, 2013). Atribut pelayanan kefarmasian yang masuk ke dalam kuadran III di puskesmas di Kabupaten Cilacap dapat dilihat pada Tabel 8, Tabel 9, dan Tabel 10. Atribut pelayanan kefarmasian yang masuk ke dalam kuadran II di puskesmas di Kabupaten Purbalingga dapat dilihat pada Tabel 8. Aspek pelayanan informasi obat tentang ketersediaan brosur, leaflet, poster, dan lain-lain sebagai informasi obat/kesehatan menurut pasien pelayanan ini kurang penting juga kurang memuaskan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Priyandani dkk., 2014) di puskesmas di Surabaya, aspek tesebut berada di kuadran II artinya aspek tersebut dirasa penting dan memuaskan bagi pasien. Meskipun ketersediaan brosur, leaflet, poster dianggap sebagian pasien kurang penting, sebaiknya untuk meningkatkan mutu, puskesmas menyediakan brosur, leaflet, poster, dan lain-lain, karena secara tidak langsung ketika pasien membaca akan menambah pengetahuan tentang informasi pengobatan dan kesehatan sehingga pasien diharapkan akan lebih menjaga kesehatannya. Atribut pelayanan kefarmasian yang masuk ke dalam kuadran III di puskesmas di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel 9. Terdapat 4 aspek dan 4 atribut yang dianggap kurang penting dan pasien juga kurang puas dengan pelayanannya. Aspek dan atribut yang masuk dalam kuadran III di puskesmas di Kabupaten Banjarnegara lebih sedikit daripada puskesmas di Kabupaten Purbalingga dan Cilacap. Pasien di puskesmas di Kabupaten Banjarnegara juga menilai kurang penting pada atribut ketersediaan brosur, leaflet, poster, dan lain-lain sebagai informasi obat/kesehatan. Padahal media tersebut merupakan promosi kesehatan yang mempunyai peranan
  • 18. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 63 penting dalam proses pemberdayaan masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, dan bersama masyarakat sesuai dengan lingkungan sosial budaya setempat, agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan (Fitriani, 2011). Atribut pelayanan kefarmasian yang masuk ke dalam kuadran III di puskesmas di Kabupaten Cilacap dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 8. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran III di puskesmas di Kabupaten Purbalingga tahun 2015 Aspek Atribut Pernyataan Pelayanan Informasi Obat (12) Ketersediaan brosur, leaflet, poster, dan lain- lain sebagai informasi obat/kesehatan (13) Kemampuan apoteker berkomunikasi dengan Bapak/Ibu/Saudara/i (16) Kepedulian apoteker terhadap permasalahan yang dialami Bapak/Ibu/ Saudara/i yang terkait dengan pengobatan (17) Kemampuan apoteker memberikan solusi atas permasalahan yang dialami Bapak /Ibu /Saudara/i (18) Kemampuan apoteker dalam memastikan pemahaman Bapak/Ibu/ Saudara/i Pemantauan Efek Samping Obat (19) Kepedulian apoteker dalam menanyakan pengobatan yang pernah Bapak/Ibu/Saudara/i lakukan sebelumnya (20) Keingintahuan apoteker ketika menanyakan efek samping obat yang pernah muncul dan dialami oleh Bapak/Ibu/Saudara/i (21) Keingintahuan apoteker terhadap kondisi kesehatan Bapak/Ibu/Saudara/i (22) Kepedulian apoteker terhadap masalah- masalah yang mungkin selama pengobatan (23) Kemampuan apoteker dalam memberikan rekomendasi untuk mengurangi kejadian efek samping (24) Kepedulian apoteker terhadap pengobatan yang diberikan kepada Bapak/Ibu/Saudara/i Patient Medication Record (PMR) (29) Kemampuan apoteker memberikan rekomendasi /saran
  • 19. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 64 Tabel 9. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran III di puskesmas di Kabupaten Banjarnegara tahun 2015 Aspek Atribut Pernyataan Pelayanan Informasi Obat (12) Ketersediaan brosur, leaflet, poster, dan lain-lain sebagai informasi obat/kesehatan Konseling (18) Kemampuan apoteker dalam memastikan pemahaman pasien Pemantauan Efek Samping Obat (20) Keingintahuan apoteker ketika menanyakan efek samping obat yang pernah muncul dan dialami oleh Bapak/Ibu/Saudara/i Patient Medication Record (PMR) (26) Kepedulian apoteker terhadap riwayat penyakit pasien Pernyataan-pernyataan yang masuk dalam kuadran ini sebenarnya penting untuk dilakukan oleh apoteker guna menghindari adanya kesalahan pengobatan dan sebagai peningkatan mutu pelayanan pengobatan pasien. Apoteker di 8 puskesmas cenderung berorientasi pada pelayanan penyerahan dan pelayanan informasi obat. Hal ini dapat terlihat pada munculnya aspek pelayanan informasi obat pada kuadran III di semua puskesmas. Pasien diduga kurang mengerti pentingnya pelayanan tersebut sehingga pasien menganggap bahwa pelayanan tersebut tidak penting dan dalam pelayanan juga dinilai kurang memuaskan. Menurut Nita dkk. (2008) aspek-aspek tersebut penting untuk dilakukan oleh apoteker untuk menjamin kebenaran penggunaan obat pada pasien. Walau pasien menganggap bahwa pelayanan tersebut tidak penting, bukan berarti apoteker mengabaikan pelayanan tersebut. Karena tugas apoteker harus memastikan penggunaan obat yang baik dan benar oleh pasien untuk mengoptimalkan pengobatan.
  • 20. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 65 Tabel 10. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran III di puskesmas di Kabupaten Cilacap tahun 2015 Aspek Atribut Pernyataan Pelayanan Informasi Obat (10) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang efek yang akan timbul dari penggunaan obat (11) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang efek obat yang tidak dikehendaki (12) Ketersediaan brosur, leaflet, poster, dan lain-lain sebagai informasi obat/kesehatan Konseling (16) Kepedulian apoteker terhadap permasalahan yang dialami Bapak/Ibu/ Saudara/i yang terkait dengan pengobatan (17) Kemampuan apoteker memberikan solusi atas permasalahan yang dialami Bapak/Ibu/Saudara/i Pemantauan Efek Samping Obat (19) Kepedulian apoteker dalam menanyakan pengobatan yang pernah Bapak/Ibu/Saudara/i lakukan sebelumnya (20) Keingintahuan apoteker ketika menanyakan efek samping obat yang pernah muncul dan dialami oleh Bapak/Ibu/Saudara/i (21) Keingintahuan apoteker terhadap kondisi kesehatan Bapak/Ibu/Saudara/i (22) Kepedulian apoteker terhadap masalah-masalah yang mungkin selama pengobatan (23) Kemampuan apoteker dalam memberikan rekomendasi untuk mengurangi kejadian efek samping (24) Kepedulian apoteker terhadap pengobatan yang diberikan kepada Bapak/Ibu/Saudara/i Patient Medication Record (PMR) (26) Kepedulian apoteker terhadap riwayat penyakit Bapak/Ibu/Saudara/i (27) Kepedulian apoteker terhadap riwayat pengobatan Bapak/Ibu/Saudara/i Kuadran IV (Berlebihan) Kuadran empat menunjukan pelayanan tidak penting oleh pasien akan tetapi kinerja dalam pelayanan dianggap terlalu memuaskan (Nita dkk., 2008). Atribut pelayanan kefarmasian yang masuk ke dalam kuadran IV di 8 puskesmas di 3 kabupaten dapat dilihat pada Tabel 11, Tabel 12, dan Tabel 13. Terdapat 3 aspek dan 3 atribut yang dianggap oleh pasien di puskesmas di Kabupaten Purbalingga yang menunjukan pelayanan yang
  • 21. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 66 dirasa tidak penting oleh pasien tetapi kinerja dalam pelayanan dianggap terlalu memuaskan. Sikap saat menyerahkan obat, kemampuan dalam memberikan pemahaman kepada pasien, dan kesediaan melayani pertanyaan dianggap oleh pasien tidak penting walaupun pasien merasa sangat puas dengan kinerja apoteker. Atribut yang terdapat pada kuadran ini bukan berarti tidak penting, akan tetapi puskesmas melakukannya dengan baik sehingga timbul penilaian yang berlebihan pada pasien. Atribut pelayanan kefarmasian yang masuk ke dalam kuadran IV di puskesmas di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 11. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran IV di puskesmas di Kabupaten Purbalingga tahun 2015 Aspek Atribut Pernyataan Pelayanan Penyerahan Obat (6) Sikap apoteker saat menyerahkan obat Konseling (14) Kemampuan apoteker memberikan pemahaman yang benar mengenai pengobatan kepada Bapak/Ibu/ Saudara/i Patient Medication Record (PMR) (28) Kesediaan apoteker untuk melayani pertanyaan Bapak/Ibu/Saudara/i Tabel 12. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran IV di puskesmas di Kabupaten Banjarnegara tahun 2015 Aspek Atribut Pernyataan Pelayanan Penyerahan Obat (5) Kemampuan apoteker dalam memberikan informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan pengobatan Pelayanan Informasi Obat (9) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang cara penggunaan obat yang benar (10) Kemampuan apoteker menjelaskan tentang efek yang akan timbul dari penggunaan obat (11) Kemampuan apoteker menjelaskan kemungkinan efek obat yang tidak dikehendaki Pemantauan Efek Samping Obat (19) Kepedulian apoteker dalam menanyakan pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya Patient Medication Record (29) Kemampuan apoteker memberikan rekomendasi/saran
  • 22. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 67 Terdapat perbedaan anggapan antara puskesmas di Kabupaten Purbalingga dengan puskesmas di Kabupaten Banjarnegara karena atribut di ke-2 puskesmas tersebut tidak ada atribut yang sama. Di puskesmas di Kabupaten Banjarnegara ada 4 aspek dengan 6 atribut yang dianggap pelayanan tidak penting oleh pasien akan tetapi kinerja dalam pelayanan dianggap terlalu baik. Hal ini menunjukan bahwa kebutuhan akan pelayanan kefarmasian di ke-2 kabupaten tersebut berbeda. Atribut terbanyak terdapat pada aspek pelayanan informasi obat. Pasien beranggapan bahwa informasi cara penggunaan, indikasi dan efek samping obat dirasakan tidak penting. Atribut pelayanan kefarmasian yang masuk ke dalam kuadran IV di puskesmas di Kabupaten Cilacap dapat dilihat pada Tabel 13. Apoteker memberikan rekomendasi/saran yang memang seharusnya diberikan akan tetapi pasien menganggap hal tersebut berlebihan. Apoteker telah memberikan pelayanan yang baik untuk pasien. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi dan Ayubi (2007), pelayanan yang dilakukan harus dimulai dari kebutuhan pasien dan berakhir pada persepsi dari pasien juga. Hal ini berarti bahwa pelayanan yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia pelayanan tetapi berdasarkan sudut pandang dan persepsi dari penerima pelayanan (pasien). Pada aspek ini pasien menganggap bahwa memberikan rekomendasi/saran tidak penting, namun hal ini perlu tetap diberikan oleh apoteker agar pasien lebih sadar pentingnya pengobatan. Tabel 13. Atribut pelayanan kefarmasian kuadran IV di puskesmas di Kabupaten Cilacap tahun 2015 Aspek Atribut Pernyataan Patient Medication Record (29) Kemampuan apoteker memberikan rekomendasi/saran
  • 23. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 68 5. Indeks kepuasan masyarakat terhadap kinerja apoteker Dari keseluruhan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Kepmenpan (2014), IKM terhadap kinerja apoteker di 8 puskesmas di 3 kabupaten termasuk dalam kategori memuaskan. Secara keseluruhan hasil IKM didapatkan angka dalam skala Likert 2,99 yang menandakan mutu pelayanan pada kategori B atau kinerja apoteker di 8 puskesmas tersebut tergolong baik/memuaskan. Sesuai yang disampaikan oleh Pohan (2006) bahwa suatu mutu pelayanan kesehatan harus dapat memenuhi kebutuhan pasien/konsumen, seperti yang ditentukan profesi layanan kesehatan, dan harus pula memenuhi harapan pasien. Setiap pasien dengan latar belakang pendidikan, usia, dan jenis kelamin berbeda akan memiliki cara pandang yang berbeda dalam menilai pelayanan dan kinerja yang diberikan apoteker, sehingga secara keseluruhan akan mempengaruhi indeks kepuasan masyarakat. Pengaturan sistem layanan kesehatan atau prosedur puskesmas hendaknya tidak berbelit-belit, mudah dipahami oleh pasien, dan berfokus pada memberikan kemudahan bagi pasien dalam mengakses pelayanan kefarmasian. 6. Importance performance analysis (IPA) pada 8 puskesmas Analisis IPA di seluruh puskesmas tidak dapat dianalisis secara bersamaan karena perbedan latar belakang pendidikan, usia, dan jenis kelamin pada setiap puskesmas, sehingga terjadi perbedaan penilaian pada setiap kuadran. Hasil analisis IPA digambarkan pada masing-masing kabupaten pada Gambar 4-6 dan Tabel 2-13. Kesimpulan Disimpulkan bahwa penilaian terhadap kinerja apoteker sudah memuaskan dengan nilai IKM 2,99 (memuaskan) dengan rata-rata tingkat kesesuaian antara kepuasan dan kepentingan pelayanan kefarmasian di 8 puskesmas di 3 Kabupaten adalah 89,65%. Daftar Pustaka Addani, A. 2008. Pengaruh karakteristik masyarakat terhadap utilitas puskesmas di Kabupaten Bireuen Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007. Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara.
  • 24. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 69 Anjaryani, W.D. 2009. Kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan perawat di RSUD Tugurejo Semarang. Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro. Kemenkes. 2012. Peta jalan menuju Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019. Jakarta: Dewan Jaminan Sosial Nasional, Kemenkes RI. Azwar, A. 2000. Program menjaga mutu pelayanan kesehatan. Jakarta: IDI. Chasanah, U. 2013. Pengukuran Kinerja berdasarkan indeks kepuasan masyarakat pada Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 2(3):1-25. Fitriani. 2011. Promosi kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Jakarta, Departemen RI. Kepmenpan. 2004. Pedoman umum penyusunan indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah. Jakarta: Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara. Jamil, L. 2006. Mutu pelayanan farmasi di puskesmas kota Padang. KMKP UGM, Working Paper Series No.21, Juli. Lidianto, H. 2012. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan informasi obat di puskesmas wilayah Kabupaten Banyumas. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Nita, Y., Athijah, U., Wijaya, I.N., Ilahi, R.K., Hermawati, M. 2008. Kinerja apotek dan harapan pasien terhadap pemberian informasi obat pada pelayanan swamedikasi di beberapa apotek di Surabaya. Majalah Farmasi Airlangga, 6(2):41-44. Oroh, M.E., Rompas, S., Pondaag, L. 2014. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan keperawatan di ruang interna RSUD Noongan. Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi. Pohan. 2006. Jaminan mutu layanan kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Prastiwi, E.N. dan Ayubi, D. 2007. Hubungan kepuasan pasien bayar dengan minat kunjungan ulang di Puskesmas Wisma Jaya Kota Bekasi tahun 2007. Makara Kesehatan, 12(1):42-46. Rangkuti, F. 2002. Measuring costumer satisfaction. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Santoso, I., Mulyarto, A.R., Maharani S. 2011. Persepsi konsumen terhadap kualitas bakpao telo dengan metode importance performance analysis. Jurnal Teknologi Pertanian, 12(1):23-30. Stefan, M.M., Redjeki, S., Susilo, W.H. 2014. Hubungan karakteristik pasien dengan kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas
  • 25. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN 1693-3591 70 Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan 2013. STIK Sint Carolus, Jakarta. Schnipper, J.L., Jennifer, L.K., Michael, C.C., Stephanie, A.W., Brandon, A.B., Emily, T., Allen, K., Mark, H., Christoper, L.R., Sylvia, C.M., David, W.B. 2006. Role of pharmacist counseling in preventing adverse drug events after hospitalization. Archives of Internal Medicine, 166(5):565- 571. Priyandani, Y., Susanti, E.D., Hartoto, H.H., Kesumawardani, K., Titani, M., Amalia, R.A., Setiawan, C.D., Mufarrihah, Wijaya, I.N., Utami, W. 2014. Pemberian informasi lama terapi dan konfirmasi informasi obat perlu ditingkatkan di puskesmas. Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 1(1):1-5.