SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  33
BAB I
                                PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

    Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa derajat kesehatan

dipengaruhi 4 faktor, yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor

keturunan. Menurut Blum yang paling besar pengaruhnya terhadap kesehatan adalah

lingkungan, kemudian perilaku dan pelayanan kesehatan, dan yang terkecil faktor

keturunan.1,2

    Lingkungan yang diharapkan dalam Visi Indonesia Sehat 2010 adalah

lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang

bebas polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan,

pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta

terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dalam memelihara

nilai – nilai budaya bangsa.3

    Sanitasi yang tidak baik, kekurangan air, kualitas air yang tidak memenuhi baku

mutu, pembuangan sampah yang tidak sesuai syarat kesehatan dan infestasi lalat

masih merupakan hal yang biasa dijumpai. Semua ini menimbulkan dampak negatif

terhadap kesehatan, berperan langsung dalam tingginya angka kesakitan yang

disebabkan sanitasi yang buruk seperti diare. Angka kesakitan penyakit diare di

Indonesia sekitar 200-400 kejadian diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan

demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian



                                         1
setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah

umur 5 tahun (± 40 juta kejadian). Sedangkan angka kejadian diare di propinsi

Kalimantan Selatan yaitu 19,5 per 1000 penduduk tahun 2006.1,4,5

    Di wilayah kerja puskesmas Landasan Ulin angka kejadian diare masih cukup

tinggi, dari bulan januari sampai juni ditemukan rata-rata 58 kasus tiap bulannya dan

termasuk dalam 10 (sepuluh) besar penyakit terbanyak. Bahaya utama diare ialah

dehidrasi, yang tidak jarang dapat mengakibatkan kematian terutama pada bayi dan

balita. Hal ini sebenarnya mudah dicegah dan diobati. 6

    Menurut WHO cara yang efektif untuk mengatasi diare adalah dengan

menggunakan oralit. Pemberian oralit berguna untuk mencegah dehidrasi pada

penderita diare akut yang belum mengalami dehidrasi, pemberian oralit juga berguna

untuk mengobati dehidrasi.7

    Banyak masyarakat tidak sadar untuk menggunakan oralit, hal ini dapat

disebabkan karena oralit tidak langsung dirasakan manfaatnya untuk menghentikan

diare dan malah dapat menyebabkan muntah. Sehingga keadaan ini dapat

mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat dalam penggunaaan oralit sebagai

penanganan awal diare.7

    Banyak faktor yang menyebabkan ketidaktahuan penggunaan oralit di

masyarakat sebagai penanganan dehidrasi diare, sehingga perlu dilakukan penelitian

mengenai tingkat perilaku ibu bayi dan balita terhadap penggunaan oralit sebagai

penanganan awal diare. Di wilayah kerja Puskesmas Landasan Ulin penggunaan

oralit di masyarakat masih belum diketahui secara pasti, sehingga penulis merasa

                                          2
tertarik untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai salah satu bahan pertimbangan dan perbandingan dalam upaya peningkatan

penanggulangan masalah diare pada bayi dan balita dalam keluarga.

B. Rumusan Masalah

   Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagaimana tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu bayi balita yang berkunjung

di poli anak puskesmas landasan ulin tentang pemakaian oralit/pengganti oralit

sebagai penanganan awal diare pada bulan agustus 2010.

C. Tujuan Penelitian

   Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan

tindakan ibu bayi balita yang berkunjung di poli anak puskesmas landasan ulin

tentang pemakaian oralit/pengganti oralit sebagai penanganan awal diare pada bulan

agustus 2010.



D. Manfaat Penelitian

   Dari penelitian ini diharapkan didapatkan manfaaat sebagai berikut:

   a. Bagi responden diharapkan mampu menambah pengetahuan dan dapat

       menggunakan oralit/pengganti oralit sebagai penanganan awal terhadap diare.

   b. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

       pengalaman serta dapat menjadi sarana untuk penerapan ilmu yang telah

       didapatkan.




                                         3
c. Bagi instansi terkait penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran

   penggunaan oralit sebagai penanganan awal diare di masyarakat sehingga

   dapat menjadi masukan bagi pelaksana program kesehatan selanjutnya

   khususnya penangana diare.




                                   4
BAB II

                            TINJAUAN PUSTAKA



A. Perilaku Kesehatan

      Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan

respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar

maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan:

berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai

dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk

pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang

menyangkut pengetahuan, dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang

berhubungan dengan kesehatan. 8

      Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi,

dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice).

Sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri dari tiga unsur pokok, yakni: sakit

dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian

secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup: 1

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia

    berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi




                                        5
penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya), maupun

   aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit

   tersebut.

   Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan

   tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni:

      a. Perilaku    sehubungan    dengan    peningkatan     dan   pemeliharaan

          kesehatan (health promotion behavior)

      b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior),

2. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour), yakni respons seseorang

   terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

3. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, adalah respons seseorang

   terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Perilaku ini

   antara lain mencakup :

     a.Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di dalamnya komponen,

       manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.

     b.Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-

       segi hygiene pemeliharaan teknik dan penggunaannya.

     c.Perilaku sehubungan dengan limbah, balk limbah padat maupun limbah cair.

       Termasuk di dalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang

       sehat.

      Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk




                                       6
kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga perilaku di atas ini diukur dari:8

       a.pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

        (knowledge)

       b.sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang

        diberikan ( attitude)

       c.praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan

        mated pendidikan yang diberikan (practice)



a. Pengetahuan (Knowledge)

  Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

  terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena itu dari pengalaman dan

  penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

  daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

  Notoatmodjo mengungkapkan pendapat Rogers bahwa sebelum orang mengadopsi

  perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

  berurutan, yakni:1

      a) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

          mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

      b) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini

          sikap subjek sudah mulai terbentuk

      c) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus




                                          7
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responder sudah lebih baik lagi

   d) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

       yang dikehendaki oleh stimulus

   e) Adoption,    dimana     subjek   telah   berperilaku   baru   sesuai   dengan

       pengetahuan. kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

  Namur demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa

  perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas. Apabila

  penerimaan perilaku melalui proses seperti ini, dimana disadari oleh

  pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan

  bersifat langgeng (long lasting), dan sebaliknya.1

b. Sikap (Attitude)

  Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

  stimulus tertentu. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan

  bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

  merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan

  atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Dalam

  penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang

  peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengar penyakit

  diare (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan

  ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak

  terkena diare. Dalam berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja




                                        8
sehingga ibu tersebut berniat akan memberikan oralit kepada anaknya untuk

      mencegah anaknya dehidrasi. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari

      berbagai tingkatan, yakni:8

      1) Menerima (Receiving)

          Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek

      2) Merespon (Responding)

          Memberikan      jawaban      apabila   ditanya      serta   mengerjakan   dan

          menyelesaikan tugas yang diberikan. Lepas jawaban dan pekerjaan itu

          benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut

      3) Menghargai (Valuing)

          Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

          terhadap suatu masalah.

      4) Bertanggung jawab (Responsible)

          Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

          langsung dapat ditanyakan bagaiamana pendapat atau pernyataan

          responder terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan

          dengan    pernyataan      pernyataan   hipotesis,     kemudian    ditanyakan

          pendapat responden.(Sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak

          setuju)


c. Praktek atau Tindakan (Practice)

Tingkat-tingkat praktek : 8


                                           9
1. Persepsi (Perception)

      Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

      diambil

2. Respon Terpimpin (Guided Respons)

     Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme (Mechanism)

       Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,

atau suatu ide sudah merupakan suatu kebiasaan, maka is sudah mencapai

praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi (Adaptation)

     Merupakan praktek yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu

     sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya

     tersebut.

         Beberapa perilaku dapat menyebabkan meningkatkan resiko terjadinya

diare, perilaku tersebut antara, lain :9

a) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada pertama

      kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih

      besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita

      dehidrasi berat juga lebih besar.

a)     Menggunakan botol susu, penggunakan botol ini memudahkan pencernaan

       oleh kuman , karena botol susah dibersihkan.




                                           10
b)   Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan

     beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar clan kuman akan

     berkembang biak.

b) Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari

     sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran dirumah dapat

     tedadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar

     menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

c)   Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja

     anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.

d)   Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering

     beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya

B. Diare

a. Definisi

        Diare atau penyakit diare berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang

berarti mengalir terus, merupakan suatu pengeluaran tinja encer lebih dari 3 kali

sehari, dengan/atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja. 10,11

        Menurut WHO, diare adalah berak cair lebih dari 3 kali dalam 24 jam.

Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan

cair. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air

besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi buang air




                                           11
besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan

anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali.12

b. Etiologi

        Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar,

tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan

oleh infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare dapat dilihat dari skema

berikut :10




                     Gambar 1. Skema etiologi penyakit diare 10

c. Epidemiologi

        Sampai saat ini penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di

Indonesia. Di kota Banjarbaru, penyakit diare pun masih merupakan masalah

kesehatan yang utama. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit

diare di Banjarbaru, diantaranya:5




                                              12
1. Kesehatan     lingkungan    yang    masih   belum    memadai,     keadaan   gizi,

       kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat

       yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi keadaan

       penyakit diare ini.

   2. Secara geografis wilayah Banjarbaru berada dalam daerah tropis dengan

       kelembaban udara tinggi sehingga cukup baik untuk berkembang biaknya

       penyakit menular utamanya yang berbasis lingkungan. Pada musim kemarau

       air sungai tercemar air laut sehingga berbagai jenis penyakit saluran

       pencernaan semakin meningkat seperi diare, thypoid dan disentri.

   3. Tidak sedikit warga yang masih menggunakan air sungai sebagai salah satu

       bahan baku air bersih dan sebagai air minum utama yang dari segi kualitas

       tentu sangat riskan untuk kesehatan.

   4. Banyaknya pedagang kaki lima yang sering tidak kita ketahui bagaimana

       hygiene sanitasinya.

       Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan

meningkatkan resiko terjadinya diare, perilaku tersebut antara lain:9

a) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada pertama

   kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih

   besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi

   berat juga lebih besar.




                                          13
b) Menggunakan botol susu, penggunakan botol ini memudahkan pencernaan oleh

     kuman , karena botol susah dibersihkan.

c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa

     jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak.

d) Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari

     sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Perncemaran dirumah dapat terjadi

     kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh

     air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak

     atau sebelum makan dan menyuapi anak.

f) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering beranggapan

     bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus

     atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan

     infeksi pada manusia.

d. Patogenesis

      Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:12

1.    Gangguan osmotik

      Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

      menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi

      pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang

      berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga

      timbullah diare.

                                          14
2.       Gangguan sekresi

         Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi

         peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare

         timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3.       Gangguan motilitas usus

         Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

         menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus

         menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya dapat

         menimbulkan diare pula.

Diare akut

          Patogenesis diare akut oleh infeksi, terutama oleh virus dan bakteri, dapat

     digambarkan sebagai berikut : 9,13

     Patogenesis Diare Yang Disebabkan Oleh Virus

     -    Penyakit diare pada anak biasanya sering disebabkan oleh rotavirus. Virus ini

          menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak.

     -    Virus masuk kedalam tubuh bersama makanan dan minuman

     -    Virus sampai kedalam sel epitel usus halus dan menyebabkan infeksi serta

          jonjot-jonjot (villi) usus halus.

     -    Sel-sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru yang

          berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang. Sehingga

          fungsinya masih belum baik.




                                              15
-   Villi-villi mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan

    dengan baik.

-   Cairan makanan yang tidak terserap dan tercerna akan meningkatkan tekanan

    koloid osmotik usus.

-   Terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak

    terserap terdorong keluar usus melalui anus, sehingga terjadi diare.

Patogenesis Penyakit Diare Yang Disebabkan Oleh Bakteri

-   Bakteri masuk kedalam tubuh manusia melalui perantaraan makanan atau

    minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut.

-   Di dalam lambung bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, tetapi apabila

    jumlah bakteri cukup banyak ada bakteri yang dapat lolos sampai ke dalam

    duodenum.

-   Didalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya

    mencapai 100.000.000 koloni atau lebih per mililiter cairan usus halus.

-   Dengan memproduksi enzim mucinase bakkteri berhasil mencairkan lapisan

    lendir dengan menutupi permukaan sel epitel usus, sehingga bakteri dapat

    masuk kedalam membran (dinding) sel epitel

-   Didalam membran bakteri mengeluarkan toksin (racun) yang disebut sub unit

    A dan sub unit B

-   Sub unit B akan melekat di dalam membran dan sub unit A akan bersentuhan

    dengan membran sel, serta mengeluarkan CAMP (Cyclic Adenosine

    Monophosphate)

                                      16
-   CAMP berkhasiat merangsang sekresi cairan usus dibagian kripta villi dan

       menghambat cairan usus di bagian apikal villi, tanpa menimbulkan kerusakan

       sel epitel usus.

   -   Sebagai akibat adanya ransangan sekresi cairan yang berlebihan tersebut,

       volume cairan di dalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan

       menyebabkan dinding usus akan mengakan kontraksi sehingga terjadi

       hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan kebawah atau ke

       usus besar.

Diare kronik

       Patogenesis diare kronik lebih rumit karena terdapat beberapa faktor yang satu

   sama lain saling mempengaruhi.

   Faktor-faktor tersebut antara lain:4

   -   Infeksi bakteri, misalnya ETEC (Entero Toxigenic E. Coli) yang sudah

       resisten terhadap obat. Juga diare kronik dapat terjadi kalau ada pertumbuhan

       bakteri berlipat ganda (over growth) dari bakteri non patogen, seperti :

       Pseudomonas, Klebsiella dsb.

   -   Infeksi parasit : terutama E. Histolytica, Giardia lamblia, Trichuris trichiura,

       Candida, dsb

   -   KKP (Kekurangan Kalori Protein)

       Pada penderita KKP terdapat atrofi semua organ termasuk atrofi mukosa usus

       halus, mukosa lambung, hepar dan pankreas. Akibatnya terjadi defisiensi

       enzim yang dikeluarkan oleh organ-organ tersebut (laktase, maltase, sukrase,

                                          17
HCl, tripsin, pankreatin, lipase dsb) yang menyebabkan makanan tidak dapat

           dicerna dan diabsorpsi dengan sempurna. Makanan yang tidak diabsorpsi

           tersebut akan menyebabkan tekanan osmotik koloid di dalam lumen usus

           meningkat yang menyebabkan terjadinya diare osmotik. Selain itu juga akan

           menyebabkan over growth bakteri yang akan menambah beratnya malabsorpsi

           dan infeksi.

   -       Gangguan imunologik

           Usus merupakan organ utama dari daya pertahanana tubuh. Defisiensi dari

           Secretory Immunoglobulin A (SIgA) dan Cell Mediated Immunity (CMI) akan

           menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan infestasi parasit

           dalam usus. Akibatnya bakteri, virus, parasit dan jamur akan masuk ke dalam

           usus dan berkembang biak dengan leluasa sehingga terjadi over growth

           dengan akibat lebih lanjut berupa diare kronik dan malabsorpsi makanan.

e. Penatalaksanaan

       WHO menetapkan 4 unsur utama dalam penanggulangan diare akut yaitu:5,14

       -   Pemberian cairan, berupa upaya rehidrasi oral (URO) untuk mencegah

           maupun mengobati dehidrasi.

       -   Melanjutkan pemberian makanan seperti biasa, terutama ASI, selama diare

           dan dalam masa penyembuhan.

       -   Tidak menggunakan antidiare, sementara antibiotik maupun antimikroba

           hanya untuk kasus tersangka kolera, disentri, atau terbukti giardiasis atau

           amubiasis.

                                            18
-   Pemberian petunjuk yang efektif bagi ibu dan anak serta keluarganya tentang

        upaya rehidrasi oral di rumah, tanda-tanda untuk merujuk dan cara mencegah

        diare di masa yang akan datang.

Tatalaksana penderita diare di sarana kesehatan adalah :

a. Rehidrasi oral dengan oralit.

b. Memberikan cairan intravena dengan Ringer Laktat untuk penderita diare dengan

   dehidrasi berat dan tidak bisa minum.

c. Penggunaan obat secara rasional.

d. Nasihat tentang meneruskan pemberian makanan, minuman, rujukan dan

   pencegahan.

Tatalaksana penderita diare di rumah adalah :

a. Meningkatkan pemberian cairan rumah tangga seperti : kuah sayur, air tajin, dan

   larutan gula garam. Bila ada berikan oralit.

b. Meneruskan pemberian makanan lunak yang tidak merangsang selama diare serta

   makanan ekstra sesudah diare.

c. Membawa penderita diare ke sarana kesehatan, bila :

    Buang air besar makin sering dalam jumlah banyak

    Muntah terus menerus

    Rasa haus yang nyata

    Tidak dapat minum/ makan

    Demam yang tinggi

    Ada darah dalam tinja

                                           19
 Kondisi tidak membaik dalam 48 jam

f. Pencegahan

Tujuh intervensi pencegahan diare yang efektif yaitu:10

1.      Pemberian ASI.

2.      Memperbaiki makanan sapihan.

3.      Menggunakan air bersih yang cukup banyak

4.      Mencuci tangan.

5.      Menggunakan jamban keluarga.

6.      Cara membuang tinja yang baik dan benar.

7.      Pemberian imunisasi campak.


C. Oralit

1. Definisi Oralit

        Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk mencegah dan mengatasi

dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi denan elektrolit, sehingga dapat mengganti

elektrolit yang ikut hilang bersama cairan. Kandungan oralit yang utama adaah

campuran antara NaCl dengan gula (glukosa atau sukrosa). Fungsi oralit yang utama

adalah menjaga keseimbangan jumlah cairan dan mineral dalam tubuh. Oralit

merupakan satu-satunya obat yang dianjurkan untuk mengatasi diare yang

menyebabkan banyak kehilangan cairan tubuh.4




                                         20
Oralit tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yang hilang

bersama tinja. Dengan mengganti cairan tubuh tersebut, terjadinya dehidrasi dapat

terhindarkan.15

2. Rehidrasi Oral Menggunakan Oralit

         Sudah lama para ahli mendambakan adanya cairan oral yang dapat dipakai

dalam menghadapi diare akut. Saat ini tersedia cairan yang disebut oralit yang dapat

dipakai untuk “mengobati” penderita diare dengan dehidrasi ringan dan sedang, dan

mencegah terjadinya dehidrasi berat. Juga oralit ini bila diberikan bersama-sama

dengan cairan intravena ternyata dapat menurunkan mortalitas diare dengan dehidrasi

berat.

         Selain khasiat tadi, rehidrasi oral yang diberikan sedini mungkin sewaktu

diare, mempunyai keuntungan lain, yaitu: penyediaan dan pemberian mudah, cepat

dapat diberikan, harganya murah, tidak perlu steril, dapat diberikan oleh tenaga

paramedic maupun ibu rumah tangga, dan dengan pemberian oralit per oral

kebutuhan cairan intravena dapat dikurangi sampai 50%. 16

3. Pemberian Oralit pada Prematuritas dan Neonatus

         Secara teoritis memang pemberian oralit pada prematuritas dan neonates harus

berhati-hati, karena :16

    1. Sampai umur 2-3 minggu, daya konsentrasi ginjal kurang baik jika

         dibandingkan dengan fungsi ginjal pada anak besar.

    2. Relative diperlukan lebih banyak air untuk mengeluarkan jumlah elektrolit

         yang sama jika dibandingkan dengan faal ginjal pada anak besar. Juga ginjal

                                          21
pada neonates terutama BBLR belum sanggup meninggikan konsentrasi urin

          untuk menahan air jika diperlukan (pada keadaan dehidrasi)

    3. Keseimbangan asam basa sukar dipertahankan karena produksi amoniak oleh

          ginjal belum cukup

    4. Bila ada kesukaran pernafasan, mudah terjadi gangguan keseimbangan cairan

          dan elektrolit dengan akibat mudah terjadi dehidrasi dan asidosis.

          Walaupun pemberian oralit relatif aman, pemberian oralit pada prematuritas

          dan neonates tetap harus hati-hati. Untuk prematuritas dan neonates, oralit

          diberikan selang-seling dengan ASI.16

4. Patofisiologi Rehidrasi Oral

          Dasar terapi rehidrasi oral adalah pada keadaan diare ternyata fungsi absorpsi

usus halus masih baik. Penyerapan air dan elektrolit pada usus halus terjadi melalui 2

cara:16


    1. Transport aktif : Penyerapan Na+ dan glukosa secara aktif dilaksanakan oleh

          enterosit yang terdapat pada mukosa usus halus. Enterosit menyerap 1

          molekul glukosa dan Na+, bersama-sama dengan absorpsi glukosa dan Na+ ini

          secara aktif juga terabsopsi air. Glukosa masuk kedalam ruang interseluler dan

          subseluler, kemudian masuk ke dalam peredaran darah.Na+ masuk ke dalam

          sirkulasi berdasarkan proses enzimatik Na-K-ATPase yang terdapat pada

          basal dan lateral enterosit. Proses ini dikenal dengan istilah pompa Na




                                            22
(sodium pump). Dengan masuknya Na+ secara aktif ke dalam peredaran darah,

       tekanan osmotic meningkat dan memperbanyak terjadinya penyerapan air.


   2. Transport pasif : terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmotic. Setelah

       Na+ masuk ke dalam sirkulasi melalui mekanisme pompa Na, tekanan osmotic

       plasma meningkat dan akan menarik air, glukosa dan elektrolit secara pasif.


5. Oralit : Terapi Utama Dehidrasi Pada Diare


       Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan

cara mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi.

Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja dengan

cairan yang memadai melalui oral atau parenteral.17


       Cairan rehidrasi oral yang dipakai oleh masyarakat adalah air kelapa, air tajin,

air susu ibu, air the encer, sup wortel, air perasan buah dan larutan gula garam (LGG).

Kekurangan pada LGG ini adalah tidak memiliki sumber ion kalium dan buffer

seperti pada oralit. Pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan pada pencegahan

timbulnya dehidrasi. Sedangkan bila terjadi dehidrasi sedang atau berat sebaiknya

diberi minum oralit.17




6. Cara Pembuatan dan Pemberian Oralit




                                          23
Takaran umum oralit, 1 bungkus oralit 200 cc dimasukkan ke dalam 1 gelas

belimbing air diaduk sampai larut. Oralit diberikan ke penderita sedikit demi sedikit

dengan sendok, jangan sekaligus banyak. Jika penderita muntah, berikan 1 sendok

oralit, tunggu 5-10 menit, lanjutkan lagi sedikit demi sedikit. Usahakan jumlah yang

diberikan 10-15 cc/kgBB/jam. Jumlah ini sesuai dengan kecepatan pengosongan

lambung.15


           Cara yang benar dalam pemberian larutan oralit, yaitu dengan diteguk sedikit

demi sedikit, 2-3 teguk lalu berhenti tiga menit. Dengan demikian kita memberikan

kesempatan oralit diserap oleh usus untuk menggantikan garam dan cairan yang

hilang dalam feses. Prosedur ini harus diulang terus menerus sampai satu gelas

habis.15


           Bila diare hebat masih berlanjut, minum oralit harus diteuskan sampai

beberapa bungkus (3-5) sehari. Dengan cara minum yang benar, oralit biasanya akan

menghentikan diare dengan cepat dan efisien.15




7. Efek Samping


           Efek samping hanya dapat terjadi pada takaran yang terlalu tinggi atau pekat

yang mengakibatkan rasa kantuk, lidah bengkak, denyut jantung cepat, kulit

memerah.4



                                            24
Untuk menghindari terbukanya luka-luka usus atau perdarahan, hendaknya

penderita diare beristirahat total. Perlu juga melakukan diet makanan yang

merangsang (asam, pedas) serta makanan yang tidak mudah dicerna (berserat tinggi)

dan berlemak.4




8. Perilaku Ibu Bayi dan Balita Terhadap Oralit


       Peranan ibu dalam pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi dan kematian

karena diare sangat mutlak dan menentukan. Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap

dan perilaku masyarakat mengenai pemakaian oralit pada diare, dokter puskesmas

memegang peranan yang paling penting.17




                                    BAB III

                 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP



A. Landasan Teori


      Penyakit diare di Kalimantan Selatan masuk dalam golongan penyakit

terbesar yang angka kejadiannya cukup tinggi. Keadaan ini didukung oleh faktor


                                       25
lingkungan yaitu banyaknya daerah pemukiman penduduk dan kurangnya

pengetahuan ibu dalam menjaga kesehatan anak. Berdasarkan data Dinas

Kesehatan Kalimantan Selatan, insidance rate diare tahun 2006 yaitu

19,5.per 1000 penduduk. Penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Landasan

Ulin bulan Januari sampai Juni 2010 masih cukup tinggi, rata-rata 58 kasus tiap

bulan dan termasuk dalam 10 (sepuluh) besar penyakit terbanyak.6


      Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan

respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar

maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan:

berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai

dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk

pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang

menyangkut pengetahuan, dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang

berhubungan dengan kesehatan. 8

      Morbiditas dan mortalitas penyakit diare walaupun sudah banyak turun,

tetapi merupakan penyebab terbanyak kematian. Lima juta anak di dunia

meningkat tiap tahun, 125.000 di antaranya pada anak balita di Indonesia. Di

antara yang sembuh tidak sedikit yang menjadi diare persisten dan gizi kurang.

Penyebab utama kematian adalah tatalaksana yang, salah. Selama dua dasawarsa



                                        26
terakhir (1971-1990), tatalaksana diare telah mengalami perubahan yang

radikal Sebagai tatalaksana awal penyakit diare rehidrasi oral lebih

diutamakan. tindakan tersebut ditujukan untuk mencegahh dehidrasi atau

kekurangan cairan, yang dapat berakibat fatal. Di Indonesia rehidrasi oral

menggunakan minimum yang mengandung elektrolit dan gula yang dikenal

sebagai oralit atau bubuk garam diare. 13




                                     BAB IV

                            METODE PENELITIAN



A. Rancangan Penelitian

       Penelitian ini merupakan studi deskriptif terhadap tingkat pengetahuan, sikap

dan tindakan ibu bayi balita yang berkunjung di poli anak puskesmas landasan ulin



                                        27
tentang pemakaian oralit/pengganti oralit sebagai penanganan awal diare pada bulan

agustus 2010 yang bersifat cross sectional.



B. Populasi dan Sampel

       Populasi penelitian ini adalah ibu bayi dan balita yang berkunjung di poli anak

puskesmas landasan ulin pada bulan Agustus 2010. Sampel penelitian ini adalah ibu

bayi dan balita yang datang ke Puskesmas Landasan Ulin periode 16 Agustus-21

Agustus 2010.



C. Instrumen Penelitian

       Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner.



D. Variabel Penelitian

       Varibel yang diamati pada penelitian ini meliputi:

-   Tingkat pengetahuan ibu bayi dan balita tentang penggunaan oralit/pengganti

    oralit

-   Tingkat sikap ibu bayi dan balita tentang penggunaan oralit/pengganti oralit

-   Tingkat tindakan ibu bayi dan balita tentang penggunaan oralit/pengganti oralit

       Selain itu disertakan profil responden yang meliputi:

-   Umur

-   Pendidikan

-   Pekerjaan

                                         28
E. Definisi Operasional

   1. Perilaku adalah respons atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang

      berasal dari dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan :

      berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan Tindakan).

   2. Ibu bayi dan balita adalah wanita yang memiliki bayi dan balita.

   3. Oralit adalah cairan rehidrasi oral dengan formula lengkap yang mengandung

      Kalium Klorida 0,3 g, Natrium Clorida 0,7 g, Natrium Sitrat 0,58 g, Glukosa

      anhidrat 4,0 g.

   4. Pengganti oralit adalah cairan rehidrasi oral tidak lengkap, misalnya larutan

      gula garam, air tajin, air kelapa dan lain-lain.

   5. Pengetahuan ibu adalah pengetahuan tentang penggunaan :

      a. Oralit sebagai penanganan awal pada anak diare

      b. Kegunaan oralit

      c. Oralit dapat diperoleh dimana saja selain di puskesmas

      d. Cairan apa yang dapat menggantikan oralit

      e. Cara pengolahan oralit yang benar

      f. Cara pemberian oralit

      Berikut adalah skoring untuk pengetahun:

                            No.   Pengetahuan Skoring
                            1.    Baik         9-12
                            2.    Cukup baik    5-8
                            3.    Kurang baik   0-4


                                          29
Sikap ibu adalah sikap terhadap pemberian oralit bila anak diare:

a. Bila anak diare diberikan oralit’

b. Oralit hanya berfungsi sebagai pengganti cairan

c. Selain di puskesmas, tempat lain seperti posyandu, took obat, balai

   pengobatann sedia oralit.

d. Air gula garam, air the, air kelapa, air sop dapat digunakan sebagai

   pengganti oralit.

e. 1 b ungkus oralit hanya boleh dilarutkan dalam satu gelas air matang (±

   200cc).

f. Tiap BAB anak harus diberikan oralit sebanyak anak mau.




   Berikut adalah skoring untuk sikap:

                       No. Sikap           Skoring
                       1.  Baik              4-6
                       2.  Kurang            0-3

                           baik


   Tindakan ibu adalah tindakan terhadap pemberian orait bila anak diare:

a. Ibu memberikan oralit bila anak diare

b. Apakah pada awal diare memberikan obat selain oralit


                                  30
c. Mendpatkan oralit darimana

     d. Bila tidak ada oralit apakah diberikan air the, air gula garam, air kelapa,

         air sop.

     e. Pengolahan oralit apakah benar

     f. Tiap BAB anak diberi oralit sebanyak anak mau

     Berikut adalah skoring untuk tindakan:

                           No. Tindakan         Skoring
                           1.  Baik               3-5
                           2.  Kurang             0-2

                                  baik




F. Teknik Pengumpulan Data

  1. Dibuat kuesioner yang berisi identitas, tingkat pengetahuan dan tingkat sikap

     dan tingkat tindakan mengenai penggunaan oralit pada bayi dan balita diare.

  2. Validitas kuesioner diuji.

  3. Kuesioner yang telah valid ditanyakan kepada responden.

  4. Hasil kuesioner ditabulasikan berdasarkan umur, tingkat pendidikan,

     pekerjaan, tingkat pengetahuan, tingkat sikap, dan tingkat tindakan.




                                         31
5. Diambil kesimpulan dari hasil tabulasi tersebut sebagai gambaran

        pengetahuan, sikap dan tindakan ibu bayi dan balita terhadap pengguanaan

        oralit sebagai penanganan awal diare.



G. Cara Analisis Data

        Data yang telah dikumpulkan dikelompokkan berdasarkan pendidikan, umur

dan pengetahuan ibu bayi – balita mengenai oralit. Setelah itu data ditabulasi dan

dianalisis secara deskriptif.




H. Waktu dan Tempat Penelitian

        Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Landasan Ulin. Penelitian ini

dimulai pada tanggal 16 Agustus 2010 – 21 Agustus 2010.

        KEGIATAN                                          MINGGU KE
                                     1                2               3              4
1.   Penyusunan Proposal
2.   Penyusunan Kuisioner
3.   Persiapan Lapangan
4.   Uji Coba Kuisioner


                                         32
5.   Pengumpulan Data
6.   Pengolahan Data
7.   Analisis Data
8.   Penyusunan Laporan




                          33

Contenu connexe

Tendances (20)

12.issu dan kecenderungan dalam komunitas
12.issu dan kecenderungan dalam komunitas12.issu dan kecenderungan dalam komunitas
12.issu dan kecenderungan dalam komunitas
 
Kebudayaan dan kesehatan
Kebudayaan dan kesehatanKebudayaan dan kesehatan
Kebudayaan dan kesehatan
 
Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
Pendidikan kesehatan dan ilmu perilakuPendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
 
Rps komunitas 1
Rps komunitas 1Rps komunitas 1
Rps komunitas 1
 
Promosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamisPromosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamis
 
Sosiologi Kesehatan
Sosiologi KesehatanSosiologi Kesehatan
Sosiologi Kesehatan
 
Kul3. perilaku dan status kesehatan
Kul3. perilaku dan status kesehatanKul3. perilaku dan status kesehatan
Kul3. perilaku dan status kesehatan
 
Sosiologi. kesehatan
Sosiologi. kesehatanSosiologi. kesehatan
Sosiologi. kesehatan
 
Perubahan perilaku
Perubahan perilakuPerubahan perilaku
Perubahan perilaku
 
Print
PrintPrint
Print
 
Perilaku
PerilakuPerilaku
Perilaku
 
Jtptunimus gdl-salimahg0e-5892-2-babii
Jtptunimus gdl-salimahg0e-5892-2-babiiJtptunimus gdl-salimahg0e-5892-2-babii
Jtptunimus gdl-salimahg0e-5892-2-babii
 
Kapita selekta ikm
Kapita selekta ikmKapita selekta ikm
Kapita selekta ikm
 
16911074.ppt
16911074.ppt16911074.ppt
16911074.ppt
 
DASAR EPIDEMIOLOGI
DASAR EPIDEMIOLOGIDASAR EPIDEMIOLOGI
DASAR EPIDEMIOLOGI
 
Pengantar+antropologi+kesehatan
Pengantar+antropologi+kesehatanPengantar+antropologi+kesehatan
Pengantar+antropologi+kesehatan
 
Konsep sehat
Konsep sehatKonsep sehat
Konsep sehat
 
Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatanPerilaku kesehatan
Perilaku kesehatan
 
12153840.ppt
12153840.ppt12153840.ppt
12153840.ppt
 
Pengkajian bio, psiko, sosio,spiritual
Pengkajian bio, psiko, sosio,spiritualPengkajian bio, psiko, sosio,spiritual
Pengkajian bio, psiko, sosio,spiritual
 

Similaire à J anstar ketikan.docx 111111

PERILAKU KESEHATAN .pptx
PERILAKU KESEHATAN .pptxPERILAKU KESEHATAN .pptx
PERILAKU KESEHATAN .pptxHannaHarahap
 
PERILAKU KESEHATAN .pptx
PERILAKU KESEHATAN .pptxPERILAKU KESEHATAN .pptx
PERILAKU KESEHATAN .pptxHannaHarahap
 
Ulya laporan penelitian-perilaku gaya hidup sehat mahasiswa ilmu komputer f...
Ulya laporan   penelitian-perilaku gaya hidup sehat mahasiswa ilmu komputer f...Ulya laporan   penelitian-perilaku gaya hidup sehat mahasiswa ilmu komputer f...
Ulya laporan penelitian-perilaku gaya hidup sehat mahasiswa ilmu komputer f...Ulya Rozsa
 
Perubahan perilaku kesehatan
Perubahan perilaku kesehatanPerubahan perilaku kesehatan
Perubahan perilaku kesehatannur intan
 
LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT
LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT
LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT diyanmutyah
 
Makalah hidup sehat
Makalah hidup sehatMakalah hidup sehat
Makalah hidup sehatWarnet Raha
 
Makalah Ranah Perilaku
Makalah Ranah PerilakuMakalah Ranah Perilaku
Makalah Ranah Perilakuuyunk93
 
Hubungan antara pengetahuan lingkungan hidup dengan pendidikan spiritual terh...
Hubungan antara pengetahuan lingkungan hidup dengan pendidikan spiritual terh...Hubungan antara pengetahuan lingkungan hidup dengan pendidikan spiritual terh...
Hubungan antara pengetahuan lingkungan hidup dengan pendidikan spiritual terh...Dickdick Maulana
 
pengantar ilmu perilaku kesehatan
pengantar ilmu perilaku kesehatanpengantar ilmu perilaku kesehatan
pengantar ilmu perilaku kesehatanLailaTunnur
 
promosi kesehatanaaaaaaaaaaaaaaaa1111111111111
promosi kesehatanaaaaaaaaaaaaaaaa1111111111111promosi kesehatanaaaaaaaaaaaaaaaa1111111111111
promosi kesehatanaaaaaaaaaaaaaaaa1111111111111melizaulfadiana
 
Makalah konsep perilaku kesehatan gigi
Makalah konsep perilaku kesehatan gigiMakalah konsep perilaku kesehatan gigi
Makalah konsep perilaku kesehatan gigiSeptian Muna Barakati
 

Similaire à J anstar ketikan.docx 111111 (20)

PERILAKU KESEHATAN .pptx
PERILAKU KESEHATAN .pptxPERILAKU KESEHATAN .pptx
PERILAKU KESEHATAN .pptx
 
PERILAKU KESEHATAN .pptx
PERILAKU KESEHATAN .pptxPERILAKU KESEHATAN .pptx
PERILAKU KESEHATAN .pptx
 
Ulya laporan penelitian-perilaku gaya hidup sehat mahasiswa ilmu komputer f...
Ulya laporan   penelitian-perilaku gaya hidup sehat mahasiswa ilmu komputer f...Ulya laporan   penelitian-perilaku gaya hidup sehat mahasiswa ilmu komputer f...
Ulya laporan penelitian-perilaku gaya hidup sehat mahasiswa ilmu komputer f...
 
Perubahan perilaku kesehatan
Perubahan perilaku kesehatanPerubahan perilaku kesehatan
Perubahan perilaku kesehatan
 
Makalah konsep perilaku
Makalah konsep perilakuMakalah konsep perilaku
Makalah konsep perilaku
 
LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT
LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT
LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT
 
Isi makalah promkes
Isi makalah promkesIsi makalah promkes
Isi makalah promkes
 
Makalah hidup sehat
Makalah hidup sehatMakalah hidup sehat
Makalah hidup sehat
 
Makalah hidup sehat
Makalah hidup sehatMakalah hidup sehat
Makalah hidup sehat
 
TEORI PERILAKU.ppt
TEORI PERILAKU.pptTEORI PERILAKU.ppt
TEORI PERILAKU.ppt
 
Makalah Ranah Perilaku
Makalah Ranah PerilakuMakalah Ranah Perilaku
Makalah Ranah Perilaku
 
Makalah hidup sehat
Makalah hidup sehatMakalah hidup sehat
Makalah hidup sehat
 
Hubungan antara pengetahuan lingkungan hidup dengan pendidikan spiritual terh...
Hubungan antara pengetahuan lingkungan hidup dengan pendidikan spiritual terh...Hubungan antara pengetahuan lingkungan hidup dengan pendidikan spiritual terh...
Hubungan antara pengetahuan lingkungan hidup dengan pendidikan spiritual terh...
 
pengantar ilmu perilaku kesehatan
pengantar ilmu perilaku kesehatanpengantar ilmu perilaku kesehatan
pengantar ilmu perilaku kesehatan
 
Diare AKPER PEMKAB MUNA
Diare AKPER PEMKAB MUNA Diare AKPER PEMKAB MUNA
Diare AKPER PEMKAB MUNA
 
Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatanPerilaku kesehatan
Perilaku kesehatan
 
55466214 promosi-kesehatan
55466214 promosi-kesehatan55466214 promosi-kesehatan
55466214 promosi-kesehatan
 
promosi kesehatanaaaaaaaaaaaaaaaa1111111111111
promosi kesehatanaaaaaaaaaaaaaaaa1111111111111promosi kesehatanaaaaaaaaaaaaaaaa1111111111111
promosi kesehatanaaaaaaaaaaaaaaaa1111111111111
 
Makalah konsep perilaku kesehatan gigi
Makalah konsep perilaku kesehatan gigiMakalah konsep perilaku kesehatan gigi
Makalah konsep perilaku kesehatan gigi
 
Fadly husain jurusan sosiologi
Fadly husain jurusan sosiologiFadly husain jurusan sosiologi
Fadly husain jurusan sosiologi
 

Dernier

"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"
"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online""Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"
"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"HaseebBashir5
 
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88KangGunawan2
 
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda KetahuiPanduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda KetahuiHaseebBashir5
 
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptxPraktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptxEndah261450
 
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang Menarik
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang MenarikSkintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang Menarik
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang MenarikHaseebBashir5
 
Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdeka
Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdekaLaporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdeka
Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdekajohan effendi
 
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogelmenang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogelHaseebBashir5
 

Dernier (7)

"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"
"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online""Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"
"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"
 
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88
 
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda KetahuiPanduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
 
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptxPraktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
 
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang Menarik
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang MenarikSkintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang Menarik
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang Menarik
 
Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdeka
Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdekaLaporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdeka
Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdeka
 
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogelmenang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
 

J anstar ketikan.docx 111111

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi 4 faktor, yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan. Menurut Blum yang paling besar pengaruhnya terhadap kesehatan adalah lingkungan, kemudian perilaku dan pelayanan kesehatan, dan yang terkecil faktor keturunan.1,2 Lingkungan yang diharapkan dalam Visi Indonesia Sehat 2010 adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dalam memelihara nilai – nilai budaya bangsa.3 Sanitasi yang tidak baik, kekurangan air, kualitas air yang tidak memenuhi baku mutu, pembuangan sampah yang tidak sesuai syarat kesehatan dan infestasi lalat masih merupakan hal yang biasa dijumpai. Semua ini menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, berperan langsung dalam tingginya angka kesakitan yang disebabkan sanitasi yang buruk seperti diare. Angka kesakitan penyakit diare di Indonesia sekitar 200-400 kejadian diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian 1
  • 2. setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah umur 5 tahun (± 40 juta kejadian). Sedangkan angka kejadian diare di propinsi Kalimantan Selatan yaitu 19,5 per 1000 penduduk tahun 2006.1,4,5 Di wilayah kerja puskesmas Landasan Ulin angka kejadian diare masih cukup tinggi, dari bulan januari sampai juni ditemukan rata-rata 58 kasus tiap bulannya dan termasuk dalam 10 (sepuluh) besar penyakit terbanyak. Bahaya utama diare ialah dehidrasi, yang tidak jarang dapat mengakibatkan kematian terutama pada bayi dan balita. Hal ini sebenarnya mudah dicegah dan diobati. 6 Menurut WHO cara yang efektif untuk mengatasi diare adalah dengan menggunakan oralit. Pemberian oralit berguna untuk mencegah dehidrasi pada penderita diare akut yang belum mengalami dehidrasi, pemberian oralit juga berguna untuk mengobati dehidrasi.7 Banyak masyarakat tidak sadar untuk menggunakan oralit, hal ini dapat disebabkan karena oralit tidak langsung dirasakan manfaatnya untuk menghentikan diare dan malah dapat menyebabkan muntah. Sehingga keadaan ini dapat mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat dalam penggunaaan oralit sebagai penanganan awal diare.7 Banyak faktor yang menyebabkan ketidaktahuan penggunaan oralit di masyarakat sebagai penanganan dehidrasi diare, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai tingkat perilaku ibu bayi dan balita terhadap penggunaan oralit sebagai penanganan awal diare. Di wilayah kerja Puskesmas Landasan Ulin penggunaan oralit di masyarakat masih belum diketahui secara pasti, sehingga penulis merasa 2
  • 3. tertarik untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dan perbandingan dalam upaya peningkatan penanggulangan masalah diare pada bayi dan balita dalam keluarga. B. Rumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu bayi balita yang berkunjung di poli anak puskesmas landasan ulin tentang pemakaian oralit/pengganti oralit sebagai penanganan awal diare pada bulan agustus 2010. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu bayi balita yang berkunjung di poli anak puskesmas landasan ulin tentang pemakaian oralit/pengganti oralit sebagai penanganan awal diare pada bulan agustus 2010. D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan didapatkan manfaaat sebagai berikut: a. Bagi responden diharapkan mampu menambah pengetahuan dan dapat menggunakan oralit/pengganti oralit sebagai penanganan awal terhadap diare. b. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat menjadi sarana untuk penerapan ilmu yang telah didapatkan. 3
  • 4. c. Bagi instansi terkait penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran penggunaan oralit sebagai penanganan awal diare di masyarakat sehingga dapat menjadi masukan bagi pelaksana program kesehatan selanjutnya khususnya penangana diare. 4
  • 5. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. 8 Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri dari tiga unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup: 1 1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi 5
  • 6. penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya), maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni: a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior) b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), 2. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour), yakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. 3. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Perilaku ini antara lain mencakup : a.Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di dalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan. b.Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi- segi hygiene pemeliharaan teknik dan penggunaannya. c.Perilaku sehubungan dengan limbah, balk limbah padat maupun limbah cair. Termasuk di dalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk 6
  • 7. kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga perilaku di atas ini diukur dari:8 a.pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge) b.sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan ( attitude) c.praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan mated pendidikan yang diberikan (practice) a. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Notoatmodjo mengungkapkan pendapat Rogers bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:1 a) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) b) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai terbentuk c) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus 7
  • 8. tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responder sudah lebih baik lagi d) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus e) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan. kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namur demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas. Apabila penerimaan perilaku melalui proses seperti ini, dimana disadari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting), dan sebaliknya.1 b. Sikap (Attitude) Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengar penyakit diare (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena diare. Dalam berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja 8
  • 9. sehingga ibu tersebut berniat akan memberikan oralit kepada anaknya untuk mencegah anaknya dehidrasi. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:8 1) Menerima (Receiving) Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek 2) Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Lepas jawaban dan pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut 3) Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu masalah. 4) Bertanggung jawab (Responsible) Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaiamana pendapat atau pernyataan responder terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.(Sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) c. Praktek atau Tindakan (Practice) Tingkat-tingkat praktek : 8 9
  • 10. 1. Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil 2. Respon Terpimpin (Guided Respons) Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh. 3. Mekanisme (Mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau suatu ide sudah merupakan suatu kebiasaan, maka is sudah mencapai praktek tingkat tiga. 4. Adaptasi (Adaptation) Merupakan praktek yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Beberapa perilaku dapat menyebabkan meningkatkan resiko terjadinya diare, perilaku tersebut antara, lain :9 a) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. a) Menggunakan botol susu, penggunakan botol ini memudahkan pencernaan oleh kuman , karena botol susah dibersihkan. 10
  • 11. b) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar clan kuman akan berkembang biak. b) Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran dirumah dapat tedadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. c) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak. d) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya B. Diare a. Definisi Diare atau penyakit diare berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus, merupakan suatu pengeluaran tinja encer lebih dari 3 kali sehari, dengan/atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja. 10,11 Menurut WHO, diare adalah berak cair lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi buang air 11
  • 12. besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali.12 b. Etiologi Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare dapat dilihat dari skema berikut :10 Gambar 1. Skema etiologi penyakit diare 10 c. Epidemiologi Sampai saat ini penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Di kota Banjarbaru, penyakit diare pun masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit diare di Banjarbaru, diantaranya:5 12
  • 13. 1. Kesehatan lingkungan yang masih belum memadai, keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi keadaan penyakit diare ini. 2. Secara geografis wilayah Banjarbaru berada dalam daerah tropis dengan kelembaban udara tinggi sehingga cukup baik untuk berkembang biaknya penyakit menular utamanya yang berbasis lingkungan. Pada musim kemarau air sungai tercemar air laut sehingga berbagai jenis penyakit saluran pencernaan semakin meningkat seperi diare, thypoid dan disentri. 3. Tidak sedikit warga yang masih menggunakan air sungai sebagai salah satu bahan baku air bersih dan sebagai air minum utama yang dari segi kualitas tentu sangat riskan untuk kesehatan. 4. Banyaknya pedagang kaki lima yang sering tidak kita ketahui bagaimana hygiene sanitasinya. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko terjadinya diare, perilaku tersebut antara lain:9 a) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. 13
  • 14. b) Menggunakan botol susu, penggunakan botol ini memudahkan pencernaan oleh kuman , karena botol susah dibersihkan. c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak. d) Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Perncemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak. f) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. d. Patogenesis Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:12 1. Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbullah diare. 14
  • 15. 2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Diare akut Patogenesis diare akut oleh infeksi, terutama oleh virus dan bakteri, dapat digambarkan sebagai berikut : 9,13 Patogenesis Diare Yang Disebabkan Oleh Virus - Penyakit diare pada anak biasanya sering disebabkan oleh rotavirus. Virus ini menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak. - Virus masuk kedalam tubuh bersama makanan dan minuman - Virus sampai kedalam sel epitel usus halus dan menyebabkan infeksi serta jonjot-jonjot (villi) usus halus. - Sel-sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang. Sehingga fungsinya masih belum baik. 15
  • 16. - Villi-villi mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik. - Cairan makanan yang tidak terserap dan tercerna akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus. - Terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, sehingga terjadi diare. Patogenesis Penyakit Diare Yang Disebabkan Oleh Bakteri - Bakteri masuk kedalam tubuh manusia melalui perantaraan makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. - Di dalam lambung bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, tetapi apabila jumlah bakteri cukup banyak ada bakteri yang dapat lolos sampai ke dalam duodenum. - Didalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai 100.000.000 koloni atau lebih per mililiter cairan usus halus. - Dengan memproduksi enzim mucinase bakkteri berhasil mencairkan lapisan lendir dengan menutupi permukaan sel epitel usus, sehingga bakteri dapat masuk kedalam membran (dinding) sel epitel - Didalam membran bakteri mengeluarkan toksin (racun) yang disebut sub unit A dan sub unit B - Sub unit B akan melekat di dalam membran dan sub unit A akan bersentuhan dengan membran sel, serta mengeluarkan CAMP (Cyclic Adenosine Monophosphate) 16
  • 17. - CAMP berkhasiat merangsang sekresi cairan usus dibagian kripta villi dan menghambat cairan usus di bagian apikal villi, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel usus. - Sebagai akibat adanya ransangan sekresi cairan yang berlebihan tersebut, volume cairan di dalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan dinding usus akan mengakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan kebawah atau ke usus besar. Diare kronik Patogenesis diare kronik lebih rumit karena terdapat beberapa faktor yang satu sama lain saling mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut antara lain:4 - Infeksi bakteri, misalnya ETEC (Entero Toxigenic E. Coli) yang sudah resisten terhadap obat. Juga diare kronik dapat terjadi kalau ada pertumbuhan bakteri berlipat ganda (over growth) dari bakteri non patogen, seperti : Pseudomonas, Klebsiella dsb. - Infeksi parasit : terutama E. Histolytica, Giardia lamblia, Trichuris trichiura, Candida, dsb - KKP (Kekurangan Kalori Protein) Pada penderita KKP terdapat atrofi semua organ termasuk atrofi mukosa usus halus, mukosa lambung, hepar dan pankreas. Akibatnya terjadi defisiensi enzim yang dikeluarkan oleh organ-organ tersebut (laktase, maltase, sukrase, 17
  • 18. HCl, tripsin, pankreatin, lipase dsb) yang menyebabkan makanan tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan sempurna. Makanan yang tidak diabsorpsi tersebut akan menyebabkan tekanan osmotik koloid di dalam lumen usus meningkat yang menyebabkan terjadinya diare osmotik. Selain itu juga akan menyebabkan over growth bakteri yang akan menambah beratnya malabsorpsi dan infeksi. - Gangguan imunologik Usus merupakan organ utama dari daya pertahanana tubuh. Defisiensi dari Secretory Immunoglobulin A (SIgA) dan Cell Mediated Immunity (CMI) akan menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan infestasi parasit dalam usus. Akibatnya bakteri, virus, parasit dan jamur akan masuk ke dalam usus dan berkembang biak dengan leluasa sehingga terjadi over growth dengan akibat lebih lanjut berupa diare kronik dan malabsorpsi makanan. e. Penatalaksanaan WHO menetapkan 4 unsur utama dalam penanggulangan diare akut yaitu:5,14 - Pemberian cairan, berupa upaya rehidrasi oral (URO) untuk mencegah maupun mengobati dehidrasi. - Melanjutkan pemberian makanan seperti biasa, terutama ASI, selama diare dan dalam masa penyembuhan. - Tidak menggunakan antidiare, sementara antibiotik maupun antimikroba hanya untuk kasus tersangka kolera, disentri, atau terbukti giardiasis atau amubiasis. 18
  • 19. - Pemberian petunjuk yang efektif bagi ibu dan anak serta keluarganya tentang upaya rehidrasi oral di rumah, tanda-tanda untuk merujuk dan cara mencegah diare di masa yang akan datang. Tatalaksana penderita diare di sarana kesehatan adalah : a. Rehidrasi oral dengan oralit. b. Memberikan cairan intravena dengan Ringer Laktat untuk penderita diare dengan dehidrasi berat dan tidak bisa minum. c. Penggunaan obat secara rasional. d. Nasihat tentang meneruskan pemberian makanan, minuman, rujukan dan pencegahan. Tatalaksana penderita diare di rumah adalah : a. Meningkatkan pemberian cairan rumah tangga seperti : kuah sayur, air tajin, dan larutan gula garam. Bila ada berikan oralit. b. Meneruskan pemberian makanan lunak yang tidak merangsang selama diare serta makanan ekstra sesudah diare. c. Membawa penderita diare ke sarana kesehatan, bila :  Buang air besar makin sering dalam jumlah banyak  Muntah terus menerus  Rasa haus yang nyata  Tidak dapat minum/ makan  Demam yang tinggi  Ada darah dalam tinja 19
  • 20.  Kondisi tidak membaik dalam 48 jam f. Pencegahan Tujuh intervensi pencegahan diare yang efektif yaitu:10 1. Pemberian ASI. 2. Memperbaiki makanan sapihan. 3. Menggunakan air bersih yang cukup banyak 4. Mencuci tangan. 5. Menggunakan jamban keluarga. 6. Cara membuang tinja yang baik dan benar. 7. Pemberian imunisasi campak. C. Oralit 1. Definisi Oralit Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi denan elektrolit, sehingga dapat mengganti elektrolit yang ikut hilang bersama cairan. Kandungan oralit yang utama adaah campuran antara NaCl dengan gula (glukosa atau sukrosa). Fungsi oralit yang utama adalah menjaga keseimbangan jumlah cairan dan mineral dalam tubuh. Oralit merupakan satu-satunya obat yang dianjurkan untuk mengatasi diare yang menyebabkan banyak kehilangan cairan tubuh.4 20
  • 21. Oralit tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yang hilang bersama tinja. Dengan mengganti cairan tubuh tersebut, terjadinya dehidrasi dapat terhindarkan.15 2. Rehidrasi Oral Menggunakan Oralit Sudah lama para ahli mendambakan adanya cairan oral yang dapat dipakai dalam menghadapi diare akut. Saat ini tersedia cairan yang disebut oralit yang dapat dipakai untuk “mengobati” penderita diare dengan dehidrasi ringan dan sedang, dan mencegah terjadinya dehidrasi berat. Juga oralit ini bila diberikan bersama-sama dengan cairan intravena ternyata dapat menurunkan mortalitas diare dengan dehidrasi berat. Selain khasiat tadi, rehidrasi oral yang diberikan sedini mungkin sewaktu diare, mempunyai keuntungan lain, yaitu: penyediaan dan pemberian mudah, cepat dapat diberikan, harganya murah, tidak perlu steril, dapat diberikan oleh tenaga paramedic maupun ibu rumah tangga, dan dengan pemberian oralit per oral kebutuhan cairan intravena dapat dikurangi sampai 50%. 16 3. Pemberian Oralit pada Prematuritas dan Neonatus Secara teoritis memang pemberian oralit pada prematuritas dan neonates harus berhati-hati, karena :16 1. Sampai umur 2-3 minggu, daya konsentrasi ginjal kurang baik jika dibandingkan dengan fungsi ginjal pada anak besar. 2. Relative diperlukan lebih banyak air untuk mengeluarkan jumlah elektrolit yang sama jika dibandingkan dengan faal ginjal pada anak besar. Juga ginjal 21
  • 22. pada neonates terutama BBLR belum sanggup meninggikan konsentrasi urin untuk menahan air jika diperlukan (pada keadaan dehidrasi) 3. Keseimbangan asam basa sukar dipertahankan karena produksi amoniak oleh ginjal belum cukup 4. Bila ada kesukaran pernafasan, mudah terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan akibat mudah terjadi dehidrasi dan asidosis. Walaupun pemberian oralit relatif aman, pemberian oralit pada prematuritas dan neonates tetap harus hati-hati. Untuk prematuritas dan neonates, oralit diberikan selang-seling dengan ASI.16 4. Patofisiologi Rehidrasi Oral Dasar terapi rehidrasi oral adalah pada keadaan diare ternyata fungsi absorpsi usus halus masih baik. Penyerapan air dan elektrolit pada usus halus terjadi melalui 2 cara:16 1. Transport aktif : Penyerapan Na+ dan glukosa secara aktif dilaksanakan oleh enterosit yang terdapat pada mukosa usus halus. Enterosit menyerap 1 molekul glukosa dan Na+, bersama-sama dengan absorpsi glukosa dan Na+ ini secara aktif juga terabsopsi air. Glukosa masuk kedalam ruang interseluler dan subseluler, kemudian masuk ke dalam peredaran darah.Na+ masuk ke dalam sirkulasi berdasarkan proses enzimatik Na-K-ATPase yang terdapat pada basal dan lateral enterosit. Proses ini dikenal dengan istilah pompa Na 22
  • 23. (sodium pump). Dengan masuknya Na+ secara aktif ke dalam peredaran darah, tekanan osmotic meningkat dan memperbanyak terjadinya penyerapan air. 2. Transport pasif : terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmotic. Setelah Na+ masuk ke dalam sirkulasi melalui mekanisme pompa Na, tekanan osmotic plasma meningkat dan akan menarik air, glukosa dan elektrolit secara pasif. 5. Oralit : Terapi Utama Dehidrasi Pada Diare Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi. Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja dengan cairan yang memadai melalui oral atau parenteral.17 Cairan rehidrasi oral yang dipakai oleh masyarakat adalah air kelapa, air tajin, air susu ibu, air the encer, sup wortel, air perasan buah dan larutan gula garam (LGG). Kekurangan pada LGG ini adalah tidak memiliki sumber ion kalium dan buffer seperti pada oralit. Pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi. Sedangkan bila terjadi dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberi minum oralit.17 6. Cara Pembuatan dan Pemberian Oralit 23
  • 24. Takaran umum oralit, 1 bungkus oralit 200 cc dimasukkan ke dalam 1 gelas belimbing air diaduk sampai larut. Oralit diberikan ke penderita sedikit demi sedikit dengan sendok, jangan sekaligus banyak. Jika penderita muntah, berikan 1 sendok oralit, tunggu 5-10 menit, lanjutkan lagi sedikit demi sedikit. Usahakan jumlah yang diberikan 10-15 cc/kgBB/jam. Jumlah ini sesuai dengan kecepatan pengosongan lambung.15 Cara yang benar dalam pemberian larutan oralit, yaitu dengan diteguk sedikit demi sedikit, 2-3 teguk lalu berhenti tiga menit. Dengan demikian kita memberikan kesempatan oralit diserap oleh usus untuk menggantikan garam dan cairan yang hilang dalam feses. Prosedur ini harus diulang terus menerus sampai satu gelas habis.15 Bila diare hebat masih berlanjut, minum oralit harus diteuskan sampai beberapa bungkus (3-5) sehari. Dengan cara minum yang benar, oralit biasanya akan menghentikan diare dengan cepat dan efisien.15 7. Efek Samping Efek samping hanya dapat terjadi pada takaran yang terlalu tinggi atau pekat yang mengakibatkan rasa kantuk, lidah bengkak, denyut jantung cepat, kulit memerah.4 24
  • 25. Untuk menghindari terbukanya luka-luka usus atau perdarahan, hendaknya penderita diare beristirahat total. Perlu juga melakukan diet makanan yang merangsang (asam, pedas) serta makanan yang tidak mudah dicerna (berserat tinggi) dan berlemak.4 8. Perilaku Ibu Bayi dan Balita Terhadap Oralit Peranan ibu dalam pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi dan kematian karena diare sangat mutlak dan menentukan. Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengenai pemakaian oralit pada diare, dokter puskesmas memegang peranan yang paling penting.17 BAB III LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP A. Landasan Teori Penyakit diare di Kalimantan Selatan masuk dalam golongan penyakit terbesar yang angka kejadiannya cukup tinggi. Keadaan ini didukung oleh faktor 25
  • 26. lingkungan yaitu banyaknya daerah pemukiman penduduk dan kurangnya pengetahuan ibu dalam menjaga kesehatan anak. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan, insidance rate diare tahun 2006 yaitu 19,5.per 1000 penduduk. Penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Landasan Ulin bulan Januari sampai Juni 2010 masih cukup tinggi, rata-rata 58 kasus tiap bulan dan termasuk dalam 10 (sepuluh) besar penyakit terbanyak.6 Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. 8 Morbiditas dan mortalitas penyakit diare walaupun sudah banyak turun, tetapi merupakan penyebab terbanyak kematian. Lima juta anak di dunia meningkat tiap tahun, 125.000 di antaranya pada anak balita di Indonesia. Di antara yang sembuh tidak sedikit yang menjadi diare persisten dan gizi kurang. Penyebab utama kematian adalah tatalaksana yang, salah. Selama dua dasawarsa 26
  • 27. terakhir (1971-1990), tatalaksana diare telah mengalami perubahan yang radikal Sebagai tatalaksana awal penyakit diare rehidrasi oral lebih diutamakan. tindakan tersebut ditujukan untuk mencegahh dehidrasi atau kekurangan cairan, yang dapat berakibat fatal. Di Indonesia rehidrasi oral menggunakan minimum yang mengandung elektrolit dan gula yang dikenal sebagai oralit atau bubuk garam diare. 13 BAB IV METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan studi deskriptif terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu bayi balita yang berkunjung di poli anak puskesmas landasan ulin 27
  • 28. tentang pemakaian oralit/pengganti oralit sebagai penanganan awal diare pada bulan agustus 2010 yang bersifat cross sectional. B. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah ibu bayi dan balita yang berkunjung di poli anak puskesmas landasan ulin pada bulan Agustus 2010. Sampel penelitian ini adalah ibu bayi dan balita yang datang ke Puskesmas Landasan Ulin periode 16 Agustus-21 Agustus 2010. C. Instrumen Penelitian Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. D. Variabel Penelitian Varibel yang diamati pada penelitian ini meliputi: - Tingkat pengetahuan ibu bayi dan balita tentang penggunaan oralit/pengganti oralit - Tingkat sikap ibu bayi dan balita tentang penggunaan oralit/pengganti oralit - Tingkat tindakan ibu bayi dan balita tentang penggunaan oralit/pengganti oralit Selain itu disertakan profil responden yang meliputi: - Umur - Pendidikan - Pekerjaan 28
  • 29. E. Definisi Operasional 1. Perilaku adalah respons atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan Tindakan). 2. Ibu bayi dan balita adalah wanita yang memiliki bayi dan balita. 3. Oralit adalah cairan rehidrasi oral dengan formula lengkap yang mengandung Kalium Klorida 0,3 g, Natrium Clorida 0,7 g, Natrium Sitrat 0,58 g, Glukosa anhidrat 4,0 g. 4. Pengganti oralit adalah cairan rehidrasi oral tidak lengkap, misalnya larutan gula garam, air tajin, air kelapa dan lain-lain. 5. Pengetahuan ibu adalah pengetahuan tentang penggunaan : a. Oralit sebagai penanganan awal pada anak diare b. Kegunaan oralit c. Oralit dapat diperoleh dimana saja selain di puskesmas d. Cairan apa yang dapat menggantikan oralit e. Cara pengolahan oralit yang benar f. Cara pemberian oralit Berikut adalah skoring untuk pengetahun: No. Pengetahuan Skoring 1. Baik 9-12 2. Cukup baik 5-8 3. Kurang baik 0-4 29
  • 30. Sikap ibu adalah sikap terhadap pemberian oralit bila anak diare: a. Bila anak diare diberikan oralit’ b. Oralit hanya berfungsi sebagai pengganti cairan c. Selain di puskesmas, tempat lain seperti posyandu, took obat, balai pengobatann sedia oralit. d. Air gula garam, air the, air kelapa, air sop dapat digunakan sebagai pengganti oralit. e. 1 b ungkus oralit hanya boleh dilarutkan dalam satu gelas air matang (± 200cc). f. Tiap BAB anak harus diberikan oralit sebanyak anak mau. Berikut adalah skoring untuk sikap: No. Sikap Skoring 1. Baik 4-6 2. Kurang 0-3 baik Tindakan ibu adalah tindakan terhadap pemberian orait bila anak diare: a. Ibu memberikan oralit bila anak diare b. Apakah pada awal diare memberikan obat selain oralit 30
  • 31. c. Mendpatkan oralit darimana d. Bila tidak ada oralit apakah diberikan air the, air gula garam, air kelapa, air sop. e. Pengolahan oralit apakah benar f. Tiap BAB anak diberi oralit sebanyak anak mau Berikut adalah skoring untuk tindakan: No. Tindakan Skoring 1. Baik 3-5 2. Kurang 0-2 baik F. Teknik Pengumpulan Data 1. Dibuat kuesioner yang berisi identitas, tingkat pengetahuan dan tingkat sikap dan tingkat tindakan mengenai penggunaan oralit pada bayi dan balita diare. 2. Validitas kuesioner diuji. 3. Kuesioner yang telah valid ditanyakan kepada responden. 4. Hasil kuesioner ditabulasikan berdasarkan umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan, tingkat sikap, dan tingkat tindakan. 31
  • 32. 5. Diambil kesimpulan dari hasil tabulasi tersebut sebagai gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan ibu bayi dan balita terhadap pengguanaan oralit sebagai penanganan awal diare. G. Cara Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dikelompokkan berdasarkan pendidikan, umur dan pengetahuan ibu bayi – balita mengenai oralit. Setelah itu data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. H. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Landasan Ulin. Penelitian ini dimulai pada tanggal 16 Agustus 2010 – 21 Agustus 2010. KEGIATAN MINGGU KE 1 2 3 4 1. Penyusunan Proposal 2. Penyusunan Kuisioner 3. Persiapan Lapangan 4. Uji Coba Kuisioner 32
  • 33. 5. Pengumpulan Data 6. Pengolahan Data 7. Analisis Data 8. Penyusunan Laporan 33