4. Tinjauan Umum
Obat-obat yang mempengaruhi sistem saraf otonom :
1. Obat-obat kolinergik bekerja terhadap reseptor yang
diaktifkan oleh asetilkolin
2. Obat-obat adrenergik bekerja terhadap reseptor yang dipacu oleh
norepinefrin atau epinefrin
Obat kolinergik dan adrenergik bekerja dengan memacu atau
menyekat neuron dalam sistem saraf otonom
6. Neuron Kolinergik
Serabut preganglionik yang berakhir pada medula
adrenalis, ganglia otonom (simpatis dan parasimpatis),
dan serabut pasca ganglionik dari divisi parasimpatis
menggunakan asetilkolin sebagai suatu neurotransmitter
Neuron kolinergik mempersarafi otot volunter dari
sistem somatik dan dijumpai pula dalam sistem saraf
pusat (SSP)
8. Neurotransmisi pada neuron
kolinergik
Meliputi 6 tahap :
1. Sintesis
2. Penyimpanan
3. Pelepasan
4. Ikatan asetilkolin pada satu reseptor
5. Penghancuran oleh neurotrasmitter dalam celah sinaptik (yaitu
ruangan antara akhiran saraf dan kumpulan reseptor yang
terletak pada saraf atau organ efektor)
6. Daur ulang kolin
9. 1. Sintesis asetilkolin
Kolin diangkut dari cairan ekstrasel ke dalam sitoplasma
neuron kolinergik oleh suatu sistem pembawa yang
bersamaan dengan masuknya natrium dan dapat dihambat
oleh obat hemikolinium.
Enzim kolin asetiltransferase (CAT) mengkatalisis reaksi
kolin dengan asetil CoA untuk membentuk asetilkolin dalam
sitosol
10. 2. Penyimpanan asetilkolin dalam
vesikel
Asetilkolin dikemas ke dalam vesikel-vesikel melalui
suatu proses transpor aktif yang berpasangan dengan
keluarnya proton dari sel. Vesikel yang matang tidak saja
mengandung asetilkolin tetapi juga adenosin trifosfat dan
proteoglikan. Fungsi zat terakhir ini dalam ujung neuron
belum diketahui
11. 3. Pelepasan asetilkolin
Jika suatu potensial kerja yang dipropagasi oleh kanal bervoltase peka natrium tiba
pada suatu ujung saraf, maka kanal-kanal bervoltase peka kalsium pada membran
presinaptik terbuka, yang menyebabkan peningkatan kadar kalsium dalam sel.
Peningkatan kadar kalsium ini memacu fusi vesikel-vesikel sinaptik dengan
membran sel dan melepas kandungan asetilkolinnya ke dalam celah sinaps.
Pelepasan demikian dapat dihambat oleh toksinbotulinum. Kebalikannya, racun
lebah hitam justru menyebabkan pelepasan semua simpanan asetilkolin dalam sel
tumpah ke dalam celah sinaptik
12. 4. Ikatan pada reseptor
Asetilkolin yang dilepas dari vesikel sinaptik berdifusi
melewati ruangan sinaptik dan mengikat baik reseptor pasca
sinaptik pada sel sasaran maupun reseptor presinaptik pada
membran neuron yang melepas asetilkolin.
Ikatan pada reseptor ini menimbulkan suatu respons biologi
didalam sel seperti mulainya suatu impuls saraf serabut pasca
ganglionik atau aktivasi sejumlah enzim tertentu didalam sel
efektor sebagai perantara pada reaksi molekul “second
messenger”
13. 5. Penghancuran asetilkolin
Sinyal pada tempat efektor pasca sambungan
secepatnya diakhiri. Proses ini terjadi di dalam
celah sinaptik dengan enzim asetilkolinesterase
memecah asetilkolin menjadi kolin dan asetat
14. 6. Daur ulang kolin
Kolin mungkin ditangkap kembali melalui suatu
sistem ambilan kembali berafinitas tinggi yang
berpasangan dengan natrium ke dalam neuron,
yang kemudian diasetilasi dan disimpan hingga
dilepas lagi oleh potensial kerja berikutnya
17. Reseptor Muskarinik
Afinitas kuat terhadap muskarin
Afinitas lemah terhadap nikotin
Terdiri dari subkelas : M1, M2, M3, M4, M5
Terdapat dlm ganglia SS perifer dan organ efektor otonom
(jantung, otot polos, kel eksokrin)
Lebih dominan dalam kerja kolinergik
18. Reseptor Nikotinik
Afinitas kuat terhadap nikotin
Afinitas lemah terhadap muskarin
Terdpt di SSP, medula adrenalis, ganglia otonom, dan
persambungan neuromuskular
Nikotin mula-2 memicu reseptor, tapi akhirnya justru
menghambat
20. Subtipe dan karakteristik
kolinoseptor
Subtipe Nama lain Lokasi Mekanisme
M1 M1a Saraf IP3; aliran DAG
M2 M2a; M2 jantung Jantung, saraf,
otot polos
Penghambatan prod. cAMP;
aktivasi kanal K+
M3
M2b; m2 kelenjar Kelenjar, otot
polos, endotel
IP3; aliran DAG
M4’
SSP ?? Penghambatan prod. cAMP
M5’ SSP ?? IP3; aliran DAG
NM Tipe otot, endplate
receptor
Sambungan
neuromuskular
otot skelet
Depolarisasi kanal Na+ dan K+
NN Tipe neuronal,
reseptor ganglion
Badan sel
pascaganglion Depolarisasi kanal Na+ dan K+
21. Obat kolinergik
1. Gol ester kolin
2. Gol antikolinesterase
3. Gol alkaloid tumbuhan
4. Gol lain-2
22. Obat agonis kolinergik
Agonis kolinergik
A. Kerja langsung (asetilkolin, betanekol,karbakol,pilokarpin)
B. Kerja tak langsung = antikolinesterase (ednofonium, neostigmin, fisostigmin,
piridostigmin, ekotiofat, isoflurofat)
23. A. Agonis kolinergik bekerja langsung
Agonis kolinergik meniru efek asetilkolin dengan cara berikatan
langsung pada kolinoseptor
Obat ini adalah ester sintetik kolin seperti karbakol dan betanekol
atau alkaloid alam seperti pilokarpin
Semua obat kolinergik yang bekerja langsung mempunyai masa
kerja lebih lama dibanding asetilkolin
Sangat bermanfaat bagi terapi adalah pilokarpin dan betanekol
lebih mudah terikat dengan reseptor muskarinik (dikenal sebagai
obat muskarinik)
25. a. asetilkolin
Suatu amonium kuartener yang tidak mampu menembus membran
Walaupun sebagai suatu neurotransmitter saraf parasimpatis dan
kolinergik, namun dalam beberapa terapi zat ini kurang penting karena
beragam kerjanya dan sangat cepat di-inaktifasi oleh asetilkolinnesterase
Kerjanya termasuk : menurunkan denyut jantung dan curah jantung
(I.V), vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah (walaupun tidak ada
persarafan parasimpatis dipembuluh darah, tetapi ada reseptor kolinergik
yang terletak pada pembuluh darah yang akan bereaksi dan menyebabkan
vasodilatasi)
26. Lanjutan asetil kolin
Efek CV
Efek nyata hanya pada
pemberian i.v. dosis besar
Pemberian cara lain tidk beri
efek karena cpt dihidrolisis
oleh kolinesterase
Vasodilatasi kapiler, td turun
disertai bradikardi dan bbrp
kelainan EKG
Efek lain
Sekresi saliva meningkat serta
gerak peristaltik
Sekresi bronkial dipacu
Saluran uriner, tonus detrusor
urin terpacu
Kontraksi otot siliaris mata
terpacu utk lihat dekat,
konstriksi pupil, timbul miosis
27. b. betanekol
Mempunyai struktur yang berkaitan dengan asetilkolin
Kerja nikotik kecil atau tidak ada samasekali tetap kerja muskariniknya sangat kuat
Kerja utamanya adalah terhadap otot polos, kandung kemih dan saluran cerna
Masa kerjanya berlangsung sekitar 1 jam
Betanekol memacu langsung reseptor muskarinik, sehingga tonus dan motilitas usus
meningkat, memacu otot detrusor kandung kemih dan sfingter kemih melemas,
sehingga uruin terpancar keluar
Dapat menimbulkanpacuan kolinergik umum termasuk berkeringat, salivasi, kemerahan,
penurunan tekanan darah, mual, nyeri abdomen, diare dan bronkopasme
29. c. Karbakol
Bekerja sebagai muskarinik maupun nikotinik
Karbakol berefek sangat kuat terhadap sistem kardiovaskular dan sistem
pencernaan karena aktivitas pacu gangglionnya dan mungkin tahap awalnya
memacu dan kemudian mendepresi sistem tersebut
Karena potensi tinggi dan masa kerja yang relatif lama, maka obat ini jarang
digunakan untuk maksud terapi, terkecuali pada mata sebagai obat miotikum
untuk menyebabkan kontraksi pupil dan turunnya tekanan dalam bola mata
Efek samping kecil atau tidak ada sama sekali untuk dosis oftalmologi
30. d. Pilokarpin
Suatu amin tersier dan stabil dari hidrolisis oleh asetilkolinesterase
Dibandingankan dengan asetilkolin dan turunannya, senyawa ini ternyata sangat lemah
Pilokarpin menunjukkan aktivitas muskarinik dan terutama digunakan untuk oftalmologi
Penggunaan topikal pada kornea dapat menimbulkan miosis dengan cepat dan kontraksi otot
siliaris (efek yang berlawanan dengan atropin, suatu penyekat muskarinik pada mata)
Pilokarpin adalah obat terpilih dalam keadaan gawat yang dapat menurunkan tekanan bola
mata pada glaukoma
Pilokarpin dapat mencapai otak dan menimbulkan gangguan ssp. Obat ini merangsang
keringat dan salivasi berlebihan
32. B. Antikolinesterase
Asetilkolinesterase adalah enzim yang khusus memecah asetilkolin menjadi
asetat dan kolin
Obat penyekat asetilkolinesterase secara tidak langsung bekerja sebagai
kolinergik dengan memperpanjang keberadaan asetilkolin endogen yang dilepas
oleh ujung saraf kolinergik.
Keadaan ini menimbulkan penumpukan asetilkolin dalam ruangan sinaptik
Obat penyekat asetilkolinesterase mampu memacu respons pada semua
kolinoseptor dalam tubuh , baik reseptor muskarinik maupun nikotinik dari
sistem saraf otonom, demikian pula pada sambungan neuromuskular dan otak
33. a. Fisostigmin
Adalah suatu alkaloid (senyawa nitrogen yang terdapat dalam
tumbuhan) yang merupakan amin tersier.
Obat ini merupakan substrat untuk asetilkolinesterase dan
membentuk senyawa perantara enzim-substrat yang relatif stabil
yang berfungsi menginaktifkan secara reversibel
asetilkolinesterase
Obat ini meningkatkan gerakan usus dan kandung kemih,
sehingga berkhasiat untuk mengobati kelumpuhan kedua organ
tersebut
34. b. Neostigmin
Suatu senyawa sintetik yang dapat menghambat
asetilkolinesterase secara reversibel seperti fisostigmin, tetapi
tidak seperti fisostigmin, obat ini lebih polar dan oleh sebab
itu tidak dapat masuk ke dalam SSP.
37. Tinjauan umum
Antagonis kolinergik (penyekat kolinergik, obat
antikolinergik) mengikat kolinoseptor tetapi tidak memacu
efek intraseluler diperantarai reseptor seperti lazimnya
Yang paling bermanfaat dari obat golongan ini adalah
menyekat sinaps muskarinik pada saraf parasimpatis secara
selektif.
Oleh karena itu, efek persarafan parasimpatis menjadi
terganggu dan kerja pacu simpatis muncul tanpa imbangan.
38. Kelompok kedua obat ini, menyekat ganglionik, nampaknya
lebih menyekat reseptor nikotinik pada ganglia simpatis dan
parasimpatis
Keluarga ketiga senyawa ini, obat penyekat neuromuskular,
mengganggu transmisi impuls eferen yang menuju otot
rangka
40. a. Obat antimuskarinik
Obat golongan ini seperti atropin dan skopolamin bekerja
menyekat reseptor muskarinik yang menyebabkan hambatan
semua fungsi muskarinik
Bertentangan dengan obat agonis kolinergik yang kegunaan
terapeutiknya terbatas, maka obat penyekat kolinergik ini
sangat menguntungkan dalam sejumlah besar situasi klinis
Obat-obat antimuskarinik : atropin, ipratropium, skopolamin
42. b. Obat penyekat ganglionik
Penyekat ganglionik ini secara spesifik bekerja terhadap reseptor
nikotinik, barangkali dengan menyekat kanal ion ganglia otonom
Obat ini menunjukkan tidak adanya selektivitas terhadap ganglia
simpatis maupun parasimpatis dan tidak efektif sebagai antagonis
neuromuskular
Oleh karena itu, obat ini menghentikan semua keluaran sistem
saraf otonom pada reseptor nikotinik
Respon yang teramati memang kompleks dan sulit diduga,
sehingga tidak mudah memperoleh kerja yang selektif
43. Dengan demikian penyekat ganglionik sangat jarang
digunakan untuk maksud terapi saat ini, hanya digunakan
sebagai alat dalam eksperiment farmakologi
Obat-obat golongan penyekat ganglionik : nikotin,
trimetafan, mekamilamin
44. c. Obat penyekat neuromuskular
Obat ini menyekat transmisi kolinergik antara ujung saraf motor
dengan reseptor nikotinik pada cekungan neuromuskular otot
rangka
Penyekat neuromuskular bermanfaat secara klinik selama operasi
guna melemaskan otot secara sempurna tanpa memperbanyak obat
anastesi yang sebanding dalam melemaskan otot.
Obat-obat penyekat neuromskular : atrakurium, doksakurium,
metokurin, mivakurium, pankuronium, piperkuronium,
rokuronium, suksinilkolin, tubokurarin, vekuronium