PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IMAM AL SYAIBANI
Konsep Teori yang Dikemukakan Imam Al-Syaibani
PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IMAM AL MAWARDI
Pemikiran Ekonomi Al-Mawardi
1. SEJARAH PERADABAN DAN
PEMIKIRAN EKONOMI (BISNIS)
PERIODE AWAL
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Sejarah Pemikiran Islam
Dosen Pengampu: Hasan Sulthoni, M.Sy
Prodi: Ekonomi Syariah
Disusun Oleh:
1. AMALIA DAMAYANTI
2. LEKA AYU MARDASARI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
(STAIM) TULUNGAGUNG
2017
2. 2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya
Shalawat serta Salam senantiasa tercurahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW serta
Keluarga, Sahabat dan para penerus risalahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah Sejarah Peradaban dan Pemikiran Ekonomi (Bisnis) periode awal, guna memenuhi
tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Islam.
Kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar – besar nya kepada:
1. Hasan Sulthoni, M.Sy sebagai dosen mata kuliah Sejarah Pemikiran Islam.
2. Orang tua yang selalu memberi dukungan pada kami .
3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini .
Dengan adanya makalah ini semoga dapat membantu mempermudah proses belajar dan
bermanfaat bagi kami pada khususnya dan pembaca pada umumnya . Serta kami menerima kritik
dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun agar tercapainya kesempurnaan makalah
ini.
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh .
Tulungagung, 4 Maret 2017
Tim Penyusun
3. 3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................3
Bab I : Pendahuluan
A. Latar belakang.................................................................................................4
B. Rumusan masalah............................................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................................5
Bab II : Pembahasan
A. PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IMAM AL SYAIBANI............................6
Konsep Teori yang Dikemukakan Imam Al-Syaibani......................................8
B. PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IMAM AL MAWARDI..........................12
Pemikiran Ekonomi Al-Mawardi.....................................................................12
Bab III : Penutup
A. Kesimpulan.......................................................................................................16
B. Saran.................................................................................................................16
Daftar pustaka...........................................................................................................17
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin al-Hasan bin Farqad Jazariya asy-
Syaibani. Lahir di Wasith 132 H/748 M dan wafat 189 H/804 M), hidup di masa akhir dinasti
Umawiyyah dan permulaan Abbasiyah. Ayahnya seorang tentara Syam pada masa dinasti
Umawiyah dan tinggal di Damaskus kemudian pindah dan menetap ke Kufah. Ahli fikih dan
tokoh ketiga Mazhab Hanafi yang berperan besar mengembangkan dan menulis pandangan
Imam Abu Hanifah. Pendidikannya berawal di rumah di bawah bimbingan langsung dari
ayahnya, seorang ahli fikih di zamannya. Pada usia belia asy-Syaibani telah menghafal Alquran.
Pada usia 19 tahun ia belajar kepada Imam Abu Hanifah. Kemudian ia belajar kepada Imam Abu
Yusuf, murid Imam Abu Hanifah. Dari kedua imam inilah asy-Syaibani memahami fikih
Mazhab Hanafi dan tumbuh menjadi pendukung utama mazhab tersebut. Asy-syaibani sendiri di
kemudian hari banyak menulis pelajaran yang pernah diberikan Imam Abu Hanifah kepadanya
Pada masa kejayaan islam di era kekhalifaan Abbasiyah salah seorsang ulama berhasil
mengukir sejarah emas tentang pemikirannya ntuk kemajuan perekonomian dan politik yang ia
merupakan penganut mazhab syafi’i yang dikenal dengan nama Al-Mawardi. Dalam
pemikirannya ia menghasilkan tiga buah karya yaitu, Kitab Adab ad-Dunya qa ad-Din, al-Hawi
dan al-ahkam as-Sulthaniyah. Dalam Kitab Adab Ad-Dunya Wa Ad-Din, ia memaparkan tentang
perilaku ekonomi seorang muslim serta empat jenis mata pencaharian utama, yaitu pertanian,
peternakan, perdagangan dan industri. Dalam kitab al-Hawi, di salah satu bagiannya, Al-
Mawardi secara khusus membahas tentang mudharabah dalam pandangan berbagai mazhab.
Dalam kitab Al-Ahkam as-Sulthaniyyah, ia banyak menguraikan tentang sistem pemerintahan
dan administrasi negara Islam, seperti hak dan kewajiban penguasa terhadap rakyatnya, berbagai
lembaga negara, penerimaan dan pengeluaran negara serta institusi hisbah.
5. 5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sistem aktivitas ekonomi dan bisnis masa Muhammad bin al hasan syaibani ?
2. Bagaimana sistem aktivitas ekonomi dan bisnis masa Imam Al Mawardi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sistem aktivitas ekonomi dan bisnis masa Muhammad bin al hasan
syaibani.
2. Untuk mengetahui sistem aktivitas ekonomi dan bisnis masa Imam Al Mawardi.
6. 6
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IMAM AL SYAIBANI
Riwayat Imam Al-Syaibani (132 H/750 M – 189 H/804 M)
Nama lengkap Al-Syaibani adalah Abu Abdillah Muhammad bin al-Hasan bin Farqad al-
Syaibani. Beliau lahir pada tahun 132 H (750M) di kota Wasith, Ibu Kota Iraq pada masa akhir
pemerintahan Bani Umawiyyah. Ayahnya berasal dari negeri Syaiban di wilayah jazirah Arab.
Di kota Kufah ia belajar fikih, sastra, bahasa dan hadits kepada para ulama setempat, seperti
Mus’ar bin Kadam, Sufyuan Tsauri, Umar bin Dzar dan Malik bin Maghul. Pada periode ini pula,
Al-Syaibani yang baru berusia 14 tahun berguru kepada Abu Hanifah selama 4 tahun. Setelah itu
ia berguru kepada Abu yusuf, salah seorang murid terkemuka dan pengganti Abu Hanifah,
hingga keduanya tercatat sebagai penyebar mazhab Hanafi.
Dalam menuntut ilmu, Al-Syaibani tidak hanya berinteraksi dengan para ulama ahl al-
ra’yi, tetapi juga ulama ahl al-hadits. Ia layaknya para ulama terdahulu, berkelana ke berbagai
tempat, seperti Madinah, Makkah, Syria, Basrah dan Khurasan untuk belajar kepada para ulama
besar, seperti Malik bin Anas, Sufyan bin ‘Uyainah dan Auza;i. ia juga pernah bertemu dengan
Al-Syafi’I ketika belajar al-Muwatta pada Malik bin Anas. Hal tersebut memberikan nuansa baru
dalam pemikiran fiqihnya.
Setelah memperoleh ilmu yang memadai, Al-Syaibani kembali ke Baghdad yang pada
saat itu telah berada dalam kekuasaan Daulah Bani Abbasiyah. Di tempat ini ia mempunyai
peranan yang penting dalam majelis ulama dan kerap didatangi para penuntut ilmu. Hal tersebut
semakin mempermudahnya dalam mengembangkan mazhab Hanafi, apalagi ditunjang kebijakan
pemerintah saat itu yang menetapkan mazhab Hanafi sebagai mazhab Negara.
Akibat keluasan ilmunya, Khalifah Harun Al-Rasyid mengangkatnya sebagai hakim di
kota Riqqah, Irak. Namun, tugas ini hanya berlangsung singkat karena ia kemudian
mengundurkan diri untuk lebih berkonsentrasi pada pengajaran dan penulisan fiqih. Al-Syaibani
meninggal dunia pada tahun 189H (804M) di kota al-Ray, dekat Teheran, dalam usia 58 tahun.
7. 7
Guru Imam Al-syaibani :
Abu Hanifah
Abu Yusuf
Sufyan as Sauri bin ‘Uyainah
Abdurrahman Al Auza’i
Malik bin Anas
2 Kitab yang dikarang Imam Al-Syaibani:
a) Zhahi al-Riwayah
Kitab-kitab yang ditulis berdasarkan pelajaran yang diberikan oleh Imam Abu Hanifah.
Imam Abu Hanifah tidak meninggalkan karya tulis yang mengungkapkan pokok-pokok
pikirannya dalam ilmu fikih. Asy-Syaibani lah yang menukilkan dan merekam pandangan Imam
Abu Hanifah dalam Zahir ar-Riwayah ini. Kitab Zahir ar-Riwayah terdiri atas enam judul, yaitu
al-Mabsut, al-Jami’ al-Kabir, al-Jami’ as-Sagir, as-Siyar al-Kabir, as-Siyar as-Sagir, dan az-
Ziyadat.
Keenam kitab ini berisikan pendapat Imam Abu Hanifah tentang berbagai masalah keislaman,
seperti fikih, usul fikih, ilmu kalam, dan sejarah. Keenam kitab ini kemudian dihimpun oleh Abi
al-Fadl Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Maruzi (w.334 H/945 M) salah seorang
ulama fikih Mazhab Hanafi, dalam salah satu kitab yang berjudul al-Kafi.
b) Al-Nawadir
Kitab-kitab yang ditulis oleh asy-Syaibani berdasarkan pandangannya sendiri. Kitab-kitab
yang termasuk dalam an-Nawadir adalah Amali Muhammad fi al-Fiqh (pandangan asy-Syaibani
tentang berbagai masalah fikih), ar-Ruqayyat (himpunan keputusan terhadap masalah hilahdan
jalan keluarnya) ditulis ketika menjadi hakim di Riqqah (Irak).
Ar-Radd ‘ala ahl al-Madinah (penolakan pandangan orang-orang Madinah), az-Ziyadah
(pendapat asy-Syaibani yang tidak terangkum dalam keempat buku tersebut di atas), kitab yang
dikarangnya setelah al-Jami’ al-Kabir serta al-Asar. Kitab yang terakhir ini melahirkan polemik
tentang hak-hak non muslim di negara Islam dan ditanggapi oleh Imam asy-Syafi’i dalam
kitabny al-Umm. Imam asy-Syafi’I menulis bantahan dan kritik secara khusus terhadap asy-
8. 8
Syaibani dengan judul ar-Radd ‘ala Muhammad bin Hasan (bantahan terhadap pendapat
Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani).
Al-Syaibani telah menulis beberapa buku antara lain Kitab al-Iktisab fiil rizq al-Mustahab
(book on Earning a clean living) dan Kitab al-Asl. Buku yang pertama banyak membahas
berbagai aturan syari’at tentang ijarah (sewa-menyewa) yaitu suatu transakasi terhadap suatu
manfaat yang dituju,tertentu, bersifat mubah, dan boleh dimanfaatkan dengan imbalan tertentu.,
tijarah (perdagangan) yaitu suatu tansaksi dengan cara tukar-menukar sesuatu yang diingini
dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat , zira’ah (pertanian) yaitu suatu
usaha dengan bercocok tanam untuk memenuhi kebutuha hidup, dan sina’ah (industri).
Al-Syaibani bersandar sepenuhnya kepada alquran dan hadis yang meriwayatkan peperangan
Rasul yang berbicara tentang peristiwa yang betul-betul terjadi, dan hukum-hukum yang terjadi
pada saat terjadinya peperangan kaum Muslim dan penaklukan wilayah yang mereka lakukan.
Dia juga menggunakan perbandingan kepada masa-masa tertentu. Harun al-Rayid terheran-heran
ketika menyimak isi buku ini dan memasukkan ke dalam daftar hal-hal yang patut dibanggakan
pada masa kekahalifahannya. Perhatian terhadap buku ini juga terlihat pada masa daulah
Utsmaniyah, karena buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Turki, dan dijadikan sebagai dasar
bagi hukum-hukum pejuang daulah Utsmaniyah ketika mereka berperang melawan negara-
negara Eropa. selain itu Muhammad bin al-Hasan al-Syaibani adalah salah seorang tokoh penulis
dalam hukum internasional.
Konsep teori yang dikemukakan Imam Al-Syaibani
Pemikiran ekonomi Al-Syaibani dapat dilihat pada Kitab al-Kasb yaitu sebuah kitab yang
lahir sebagai respon beliau terhadap sikap Zuhud yang tumbuh dan berkembang pada abad kedua
Hijriyah. Secara keseluruhan, kitab ini mengungkapkan kajian mikro ekonomi yang bekisar pada
teori Kasb (pendapatan) dan sumber-sumbernya serta pedoman prilaku produksi dan konsumsi.
Kitab ini merupakan kitab pertama di dunia Islam yang membahas permasalahan ini. Dr. al-
Janidal menyebut al-Syaibani sebagai salah satu perintis ilmu ekonomi dalam islam.
9. 9
Hal yang dibahas Al-syaibani antara lain:
a) Al-Kasb (kerja)
Kerja merupakan hal yang paling penting untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Allah telah menjadikan dunia ini dengan berbagai ciptaannya temasuk manusia. Manusia
diciptakan sebagai khalifah dan bekerja keras untuk memenuhi kehidupanya. Dan manusia
disuruh menyebar untuk mencari karunia Allah. Menurut Al-Syaibani al-Kasb (kerja) yaitu
sebagai mencari perolehan harta melaui berbagai cara yang halal. Dalam ilmu ekonomi, aktivitas
ini termasuk dalam aktivitas produksi.
Dalam ekonomi islam berbeda dengan aktivitas produksi dalam ekonomi konvensional.
Perbedaannya adalah kalau dalam ekonomi islam, tidak semua aktivitas yang menghasilkan
barang atua jasa disebut sebagai aktivitas produksi, karena aktivitas produksi sangat erat terkait
dengan halal haramnya sesuatu barang atau jasa dan cara memperolehnya. Maksudnya aktivitas
menghasilkan barang dan jasa yang halal saja yang dapat disebut sebagai aktivitas produksi.
Dalam memproduksi, kita harus mengetahui apa produk yang akan diproduksi, bagaimana cara
memproduksi barang tersebut, apa tujuan dari produk yang diproduksikan, dan kepada siapa
produk akan dituju. Itu semua harus kita ketahui agar terhindar dari produksi yang dilarang oleh
islam.
Produksi barang atau jasa dalam ilmu ekonomi yaitu barang atau jasa yang mempunyai
utilitas (nilai guna). Dalam islam, barang dan jasa mempunyai nilai guna jika dan hanya
mengandung kemaslahatan. Imam asy-Syatibi mengatakan kemaslahatan hanya dapat dicapai
dengan memelihara ilmu unsur pokok kehidupan yaitu agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Konsep maslahat merupakan kosep yang objektif terhadap prilaku produsen karena ditentukan
oleh tujuan (maqashid) syari’ah yaitu memelihara kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat.
Sedang kosep ekonomi konvensional menganggap bahwa suatu barang dan jasa mempunyai nilai
guna selama masih ada orang yang menginginkannya. Maksudnya dalam ekonomi konvensional,
nilai guna suatu barang atau jasa ditentukan oleh keinginan (wants) orang per orang dan ini
bersifat subyektif tanpa menghiraukan akhirat. Dan tidak tau halal atau haram produk tersebut.
10. 10
Dalam pandangan islam, aktivitas produksi merupakan bagian dari kewajiban akan
‘Imarul Kaum, yaitu menciptakan kemakmuran semesta untuk semua makhluk. Asy-Syaibani
menegaskan kerja merupakan unsur utama produksi mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam kehidupan karena menunjang pelaksanaan ibadah kepada Allah AWT dan karenanya
hukum bekerja adalah wajib. Ada dalil-dalil yang menegaskannya, yaitu:
Firman Allah QS. Al-Jumu’ah ayat 10
Artinya: “apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
Lebih mengutamakan derajat kerja daripada jihad. Sayyidina Umar menyatakan, dirinya
lebih menyukai meninggal pada saat berusaha mencari sebagian karunia Allah Swt di muka bumi
daripada terbunuh di medan perang, karena Allah Swt mendahulukan orang-orang yang mencari
sebagian karunia-Nya daripada para mujahidin melalui firman-Nya: “Dan orang-orang yang
berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah dan orang-orang yang lain lagi yang
berperang di jalan Allah….”( QS. Al-Muzammil: 20).
b) Kekayaan dan Kefakiran
Menurut Al Syaibani sekalipun banyak dalil yang menunjukkan keutamaan sifat-sifat kaya, sifat-
sifat fakir mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Ia menyatakan bahwa apabila manusia telah
merasa cukup dari apa yang dibutuhkan kemudian bergegas pada kebajikan, sehingga
mencurahkan perhatian pada urusan akhiratnya, adalah lebih baik bagi mereka. Sifat-sifat fakir
diartikannya sebagai kondisi yang cukup (kifayah), bukan kondisi meminta-minta (kafalah). Di
sisi lain, ia berpendapat bahwa sifat-sifat kaya berpotensi membawa pemiliknya hidup dalam
kemewahan. Sekalipun begitu, ia tidak menentang gaya hidup yang lebih dari cukup selama
kelebihan tersebut hanya digunakan untuk kebaikan.
c) Klasifikasi Usaha-usaha perekonomian
Menurut Al-syaibani, usaha-usaha perekonomian terbagi atas empat macam, yaitu sewa-
menyewa, perdagangan, pertanian, dan perindustrian. Sedangkan para ekonom kontemporer
membagi menjadi tiga, yaitu pertanian, perindustrian, dan jasa. Menurut para ulama tersebut
usaha jasa meliputi usaha perdagangan. Diantara keempat usaha perekonomian tersebut, Al-
11. 11
Syaibani lebih mengutamakan usaha pertanian dari usaha lain. Menurutnya, pertanian
memproduksi berbagai kebutuhan dasar manusia yang sangat menunjang dalam melaksakan
berbagai kewajibannya. Dalam perekonomian, pertanian merupakan suatu usaha yang mudah
untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Dari segihukum, Al-Syaibani membagi usaha-usaha perekonomian menjadi dua, yaitu
fardu kifayah dan fardu ‘ain. Berbagai usaha perekonomian dihukum fardu kifayah apabila telah
ada orang yang mengusahakannya atau menjalankannya, roda perekonomian akan terus berjalan
dan jika tidak seorang pun yang menjalankannya, tata roda perekonomian akan hancur
berantakan yang berdampak pada semakin banyaknya orang yang hidup dalam kesengsaraan.
Berbagai usaha perekonomian dihukum fardu ‘ain karena usaha-usaha perekonomian itu
mutlak dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan orang-
orang yang ditanggunganya. Bila tidak dilakukan usaha-usaha perekonomian, akan menimbulkan
kebinasaan bagi dirinya dan tanggungannya.
d) Kebutuhan-kebutuhan Ekonomi
Al Syaibani mengatakan bahwa sesungguhnya Allah menciptakan anak-anak Adam sebagai
suatu ciptaan yang tubuhnya tidak akan berdiri kecuali dengan empat perkara yaitu makan,
minum ,pakaian, dan tempat tinggal. Para ekonom yang lain mengatakan bahwa keempat hal ini
adalah tema ekonomi.
e) Spesialisasi dan Distribusi Pekerjaan
Al-syaibani menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya selalu membutuhkan yang lain.
Manusia tidak akan bisa hidup sendirian tanpa memerlukan orang lain. Seseorang tidak akan
menguasai pengetahuan semua hal yang dibutuhkan sepanjang hidupnya dan manusia berusaha
keras, usia akan membatasi dirinya. Oleh karena itu, Allah SWT memberi kemudahan pada
setiap orang untuk menguasai pengetahuan salah satu diantaranya, Allah tidak akan mempersulit
makhluknya yang mau berusaha tetapi akan memberikan jalan atau petunjuk untuk dirinya.
sehingga manusia dapat bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah SWT
berfiman dalam surat az-Zukhruf ayat 32:
12. 12
Artinya: “dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajad,”
Selain itu Al-syaibani menyatakan bahwa apabila seseorang bekerja dengan niat
melaksanakan ketaatan kepada-Nya atau membantu suadaranya tersebut niscaya akan diberi
ganjaran sesuai dengan niatnya. Dengan demikian, distribusi pekerjaan seperti di atas merupakan
objek ekonomi yang mempunyai dua aspek secara bersamaan, yaitu aspek religius dan aspek
ekonomis.1
B. PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IMAM AL MAWARDI
Riwayat Hidup Al-Mawardi
Nama beliau adalah Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib AL-Mawardi Al-Bashri
As-Syafi’I lahir di kota Basrah pada tahun 364 H (974 M). Al-Mawardi mengawali
pendidikannya di kota basrah dan baghdad selama dua tahun, kemudian beliau melanjutkan
pendidikannya ke berbagai Negara islam. Diantara guru-guru beliau adalah Al-Hasan bin Ali bin
Muhammad Al-Jabali, Muhammad bin Adi bin Zuhar Al-Manqiri, Ja’far bin Muhammad bin Al-
Fadl AL-Baghdadi, Abu Al-Qosim Al-Quraisyi, Muhammad bin AL-ma’ali Al-Adzi dan Ali
Abu Al-Asyfarayini.
Oleh sebab keluasan ilmu yang dimilkinya, salah satu tokoh besar madzhb Syafi’I ini
dipercaya memangku jabatan qhadi (hakim) di berbagai Negara secara bergantian. Setel;ah itu,
AL-Mawardi kembali ke kota Baghdad untuk beberapa waktu kemudian di angkat sebagai
Hakim Agung pada masa khalifah Qaim bin Amrillah Al-Abbasi.
Pemikiran Ekonomi Al-Mawardi
1. Negara dan Aktivitas Ekonomi
Teori keungan public selalu terkait dengan peran Negara dalam kehidupan ekonomi.
Negara di butuhkan untuk karena berperan untuk memenuhi kebutuhan kolektif seluruh warga
negaranya. Dan permasalahan inipun tidak luput dari perhatian Islam. Al-Mawardi berpendapat
bahwa pelaksanaan Imamah kepemimpinan Imamah (kpemimpinan politik keagamaan)
meupakan kekuasaan mutlak dan pembentukannya merupakan suatu keharusan demi
1 http://ekonomi-islam.com/pemikiran-ekonomi-islam-imam-al-syaibani/
13. 13
terpeliharanya agama dan pengelolaan dunia. Dalam perspektif ekonomi, pernyataan AL-
Mawardi ini berarti bahwa Negara memiliki peran aktif dalam terealisasinya tujuan material dan
spiritual. Seperti para pemikir Ekonomi sebelumya , Al-Mawardi memandang bahwa ,dalam
islam, pemenuhan kebutuhan dasar setiap anggota masyarakat bukan saja merupakan kewajiban
penguasa dari sudut pandang ekonomi, melainkan juga moral dan agama.
Al-Mawardi menegaskan Negara wajib mengatur dan membiayai pembelanjaan yang di
butuhkan oleh layanan public karena setiap individu tidak mungkin membiayai jenis layanan
semacam itu. Dengan demikian, layanan publik merupakan kewajiban social dan harus bersandar
kepada kepentiongan umum. Sebagai konsekuensinya, Negara harus memiliki sumber-sumber
keuangan yang dapat membiayai pelaksanaan tanggung jawabnya tersebut. Berkaitan dengan hal
ini, mawardi menyatakan bahwa kebutuhan negara terhadap pendirian kantor lembaga keuangan
secara permanen muncul pada saat terjadi transfer sejumlah besar dana negara dari berbagai
daerah ke pusat.
2. Perpajakan
Kaitannya dengan metode penetapan kharaj, Al-Mawardi menyarankan untuk menggunakan
salah satu dari tiga metode yang pernah di terapkan dalam sejarah Islam, yaitu :
Metode Misahah, yaitu metode penetapan kharaj berdasarkan ukuran tanah.
Metode ini merupakan fixed tax, terlepas dari apakah tanah tersebut ditanami atau
tidak, selama tanah ytersebut masih bisa di tanami.
Metode penetapan kharaj berdasarkan ukuran tanah yang di tanami saja. Dalam
metode ini, tanah subur yang tidak di kelola tidak masuk dalam penilaian objek
kharaj.
Metode Musaqoh, yaitu metode penetapan kharaj berdasarkan persentase dari
hasil produksi (proporsional tax). Dalam metode ini, pajak dipungut setelah
tanaman mengalami masa panen.
3. Baitul Mal
Mengenai tanggung jawab kebutuhan publik, Al-Mawardi mengklasifikasikannya kedalam dua
hal :
14. 14
o Tanggung jawab yang timbul dari berbagai harta benda yang di simpan di baitul
mal sebagai amanah untuk di distribusikan kepada yang berhak, dan
o Tanggung jawab yang timbul seiring dengan adanya pendapatan yang menjadi
asset kekayaan Baitul Mal itu sendiri.
Berdasarkan kategori yang di buat oleh AL-Mawardi tersebut, kategori pertama dari
tanggung jawab Baitul Mal terkait dengan pendapatan negara yang berasal dari sedekah. Karena
pendapatan negara yang berasal dari sedekah tersebut telah di tentukan dan tidak dapat di
gunakan untuk tujuan – tujuan umum, negara hanya diberi kewenangan untuk mengatur
pndapatan itu sesuai apa yang telah di gariskan oleh ajaran Islam. Dengan demikian, kategori
tanggung jawab ini merupakan pembelanjaan bublik yang brsifat tetap dan minimum.
Pada kategori tanggung jawab baitul Mal yang kedua ini, Al-Mawardi mengklasifikasikannya
kepada dua hal :
o Tanggung jawab yang timbul sebagai pengganti atas nilai yang di terima (badal),
seperti untuk pembayaran gaji para tentara dan biaya pengadaan senjata.
Pelaksanaan tanggung jawab ini harus di laksanakan menghasilkan biaya-biaya
yang harus dikeluarkan oleh pemerintah berapapun besarnya.
o Tanggung jawab yang muncul melalui bantuan dan kepentingan umum.
dari uraian di atas, menunjukan bahwa dasar pembelanjaan negara Islam adalah mashlahah
(kepentingan umum). Hal ini, berarti bahwa negara hanya mempunyai wewnang untuk
membelanjakan harta Baitul Mal selama berorientasi pada pemeliharaan mashlahah dan
kemajuannya.2
4. Zakat
Pendistribusian zakat menurut Al-Mawardi yaitu pendistribusian zakat merupakan
kewajiban negara untuk mendistribusikannya kepada orang-orang fakir dan miskin hanya pada
sekedar untuk membebaskan mereka dari kemiskinan.
Menurut Al-Mawardi zakat harus di distribusikan di wilayah tempat yang diambil, jika
hendak mengalihkan zakatnya ke wilayah lain maka dengan syarat golongan mustahik zakat di
2 http://fazadaroeni.blogspot.co.id/2013/07/pemikiran-ekonomi-al-mawardi.html
15. 15
wilayah tersebut telah menerimanya secara memadai. Kalau terdapat surplus maka wilayah yang
berhak menerimanya adalab wilayah yang dekat dengan tempat yang di ambil. Zakat bukan
hanya memiliki kekuatan politik saja, tapi zakat merupakan suatu kewajiban yang sudah ada
aturannya dari Allah. Zakat yang paling utama adalah yang berkaitan dengan harta benda yang
dapat tersembunyi dengan mudah. Zakat wajib hukumnya bagi harta yang terlihat. Menurut Al-
Mawardi masyarakat bebas menjalankan kewajibannya terhadap harta yang tersembunyi.
5. Ghanimah
Ghanimah adalah harta yang diambil melalui peperangan. Adapun Imam Al-Mawardi
menjelaskan bahwa ghanimah itu ada empat macam yaitu :
Harta,
Tanah,
Tawanan perang
Untuk tawanan perang, para ulama telah sepakat bahwa hal tersebut diserahkan kepada
kebijakan – yang memberikan kemaslahatan pada kaum muslimin – Imam atau orang yang
diberikan wewenang untuk memimpin jihad apabila tawanan tersebut tetap dalam kekafirannya.
Syafi’I menyebutkan kebijakan itu adalah 1) dibunuh, 2) dijadikan hamba sahaya, 3) ditebus atau
pertukaran tawanan dan 4) diberikan amnesty. Sedangkan Malik memberikan kebijakan yaitu
dibunuh, dijadikan hamba sahaya dan pertukaran tawanan. Adapun Abu Hanifah mengatakan
bahwa kebijakan tersebut hanyalah dibunuh atau dijadikan hamba sahaya
Tawanan anak-anak atau wanita (بي س .)ال Tawanan anak-anak dan wanita tidak boleh
dibunuh jika mereka termasuk ahlul kitab. Sedangkan selain ahlul kitab, Syafi’I
berpendapat jika menolak masuk Islam maka dibunuh, sedangkan Abu Hanifah
berpendapat dijadikan hamba sahaya dan saat dijadikan hamba sahaya, seorang ibu tidak
boleh dipisahkan dari anaknya yang masih kecil3.
3 https://ranihaulya.blogspot.co.id/2014/12/pemikiran-ekonomi-islam-al-mawardi.html
16. 16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammad bin Al Hasan Al Shaybani (132-189 H/750-804 M)
Pemikiran ekonomi Al-Syaibani dapat dilihat pada Kitab al-Kasb yaitu sebuah kitab yang
lahir sebagai respon beliau terhadap sikap Zuhud yang tumbuh dan berkembang pada abad kedua
Hijriyah. Secara keseluruhan, kitab ini mengungkapkan kajian mikro ekonomi yang bekisar pada
teori Kasb (pendapatan) dan sumber-sumbernya serta pedoman prilaku produksi dan konsumsi.
Imam Al-Mawardi (972 H/1058 M)
Al-Mawardi menegaskan Negara wajib mengatur dan membiayai pembelanjaan yang di
butuhkan oleh layanan public karena setiap individu tidak mungkin membiayai jenis layanan
semacam itu. Dengan demikian, layanan publik merupakan kewajiban social dan harus bersandar
kepada kepentiongan umum.
B. Saran
Kami selaku pemakalah mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam makalah
ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua agar makalah
ini dapat dibuat dengan lebih baik lagi. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka.