SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  17
Télécharger pour lire hors ligne
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

                       NOMOR 18 TAHUN 2010

                               TENTANG

                      USAHA BUDIDAYA TANAMAN


                DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

                    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang   :   bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 46 ayat (3) dan
                Pasal 51 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang
                Sistem Budidaya Tanaman, perlu menetapkan Peraturan
                Pemerintah tentang Usaha Budidaya Tanaman;

Mengingat   :   1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
                   Indonesia Tahun 1945;
                2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
                   Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia
                   Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara
                   Republik Indonesia Nomor 3478);

                             MEMUTUSKAN:

Menetapkan :    PERATURAN PEMERINTAH TENTANG USAHA BUDIDAYA
                TANAMAN.

                                 BAB I
                           KETENTUAN UMUM
                                 Pasal 1

                Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
                1. Usaha Budidaya Tanaman adalah serangkaian kegiatan
                   pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam nabati
                   melalui upaya manusia yang dengan modal, teknologi, dan
                   sumber daya lainnya menghasilkan barang guna memenuhi
                   kebutuhan manusia secara lebih baik.


                                                       2. Penanaman . . .
-2-

2. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam
   modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun
   penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah
   negara Republik Indonesia.
3. Penanam Modal Asing adalah perorangan warga negara
   asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing
   yang akan melakukan penanaman modal di wilayah negara
   Republik Indonesia.
4. Pelaku Usaha Budidaya Tanaman yang selanjutnya disebut
   pelaku usaha adalah perorangan warga negara Indonesia
   atau badan hukum yang didirikan menurut hukum
   Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang mengelola
   usaha budidaya tanaman.
5. Petani Kecil Berlahan Sempit adalah petani yang
   mengusahakan budidaya tanaman dan penghasilannya
   hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
   sehari-hari.
6. Izin Usaha Budidaya Tanaman adalah izin tertulis yang
   diberikan oleh pejabat yang berwenang kepada pelaku
   usaha budidaya tanaman.
7. Perluasan Usaha Budidaya Tanaman adalah penambahan
   luas lahan dan/atau penambahan kapasitas produksi
   dalam usaha budidaya tanaman.
8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
   pemerintahan di bidang budidaya tanaman.


                  Pasal 2

Usaha budidaya tanaman diselenggarakan untuk:

a. mewujudkan kedaulatan dan ketahanan pangan;
b. menyediakan kebutuhan bahan baku industri;
c. meningkatkan      pemberdayaan,     pendapatan,     dan
   kesejahteraan petani;
d. mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan
   berusaha dan kesempatan kerja;
e. meningkatkan perlindungan budidaya tanaman secara
   konsisten dan konsekuen dengan memperhatikan aspek
   pelestarian sumber daya alam dan/atau fungsi lingkungan
   hidup;
f. memberikan kepastian usaha bagi pelaku usaha budidaya
   tanaman.

                                                Pasal 3   ...
-3-

                   Pasal 3

(1)   Usaha budidaya tanaman dapat dilakukan di wilayah
      pengembangan budidaya tanaman di seluruh wilayah
      Indonesia.
(2)   Selain di wilayah pengembangan sebagaimana dimaksud
      pada ayat (1) usaha budidaya tanaman dapat dilakukan
      di tempat lain yang merupakan cadangan lahan untuk
      budidaya tanaman sesuai dengan ketentuan peraturan
      perundang-undangan di bidang penataan ruang.

(3)   Ketentuan mengenai wilayah pengembangan budidaya
      tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
      dimasukkan di dalam rencana detail tata ruang.

                   Pasal 4
Ruang lingkup peraturan pemerintah ini meliputi:
a.    budidaya tanaman;
b.    perizinan usaha budidaya tanaman; dan
c.    pembinaan dan peran masyarakat.


                   BAB II
           BUDIDAYA TANAMAN
                   Pasal 5
(1)   Budidaya tanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
      huruf a dapat dilakukan oleh:
      a. perorangan; dan
      b. badan usaha yang berbentuk badan hukum Indonesia
         dan berkedudukan di Indonesia yang meliputi:
         1. badan usaha milik negara;
         2. badan usaha milik daerah;
         3. badan usaha swasta; atau
         4. koperasi.
(2)   Usaha budidaya tanaman diutamakan untuk pelaku
      usaha yang mayoritas modalnya bersumber dari dalam
      negeri.


                                               Pasal 6 . . .
-4-

                    Pasal 6

Budidaya tanaman meliputi:
a.    jenis dan skala usaha;
b.    luas maksimum lahan usaha dan perubahan jenis
      tanaman;
c.    pola usaha; dan
d.    pemanfaatan jasa dan sarana milik negara.



                    Pasal 7

(1)   Jenis usaha budidaya tanaman terdiri atas:
      a. usaha dalam proses produksi;
      b. usaha dalam penanganan pasca panen; dan
      c. usaha keterpaduan butir a dan butir b.
(2)   Skala usaha budidaya tanaman sebagaimana dimaksud
      pada ayat (1) didasarkan pada luas lahan dan/atau tenaga
      kerja.
(3)   Lahan budidaya tanaman sebagaimana dimaksud pada
      ayat (2) dengan luas 25 Ha (dua puluh lima hektar) atau
      lebih, wajib mendapat izin.
(4)   Penggunaan tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada
      ayat (2) dengan jumlah 10 (sepuluh) orang atau lebih wajib
      mendapat izin.


                    Pasal 8

(1)   Penetapan luas maksimum lahan untuk setiap jenis usaha
      budidaya tanaman didasarkan pada ketersediaan,
      kesesuaian dan kemampuan lahan maupun pelestarian
      fungsi lingkungan hidup khususnya konservasi tanah.
(2)   Luas maksimum lahan untuk pengusahaan budidaya
      tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu
      10.000 Ha (sepuluh ribu hektar).
(3)   Untuk wilayah Papua, luas maksimum lahan dapat
      diberikan dua kali luas maksimum sebagaimana



                                            (4) Penguasaan . . .
-5-

      dimaksud pada ayat (2).
(4)   Penguasaan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
      ditetapkan  sesuai   dengan  ketentuan   peraturan
      perundang-undangan.
(5)   Ketentuan luas maksimum lahan sebagaimana dimaksud
      pada ayat (2) tidak berlaku untuk badan usaha milik
      negara dan badan usaha milik daerah.


                    Pasal 9
(1)   Pemerintah   mengarahkan    pelaku usaha   untuk
      bekerjasama secara terpadu dalam melakukan usaha
      budidaya tanaman.
(2)   Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
      didasarkan prinsip berkedudukan yang sama, saling
      memperkuat, dan saling menguntungkan yang dibuat
      dalam bentuk perjanjian secara tertulis dan diketahui oleh
      bupati/walikota dan gubernur.
(3)   Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling
      sedikit memuat mengenai hak dan kewajiban, pembinaan
      dan pengembangan usaha, pendanaan, alih teknologi,
      jangka waktu, dan penyelesaian perselisihan.
(4)   Kerja sama usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
      dilakukan untuk peningkatan nilai tambah bagi pelaku
      usaha, karyawan, dan masyarakat.
(5)   Kerja sama usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
      dilakukan pada usaha proses produksi dan/atau pasca
      panen.
(6)   Kerja sama usaha pada proses produksi sebagaimana
      dimaksud pada ayat (5) dapat berupa penyediaan sarana
      produksi.

(7)   Kerja sama usaha pada pasca panen sebagaimana
      dimaksud pada ayat (5) dapat berupa pengolahan,
      pemasaran, transportasi, dan kerja sama operasional
      lainnya.

                    Pasal 10
(1)   Pelaku usaha yang dalam melakukan usaha budidaya
      tanaman memanfaatkan jasa dan/atau sarana yang
      disediakan oleh pemerintah, dikenakan kewajiban



                                                   (2) Jenis . . .
-6-

      membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak.
(2)   Jenis dan tarif atas pemanfaatan jasa dan sarana
      sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
      dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
      bidang Penerimaan Negara Bukan Pajak.


                     BAB III
               PERIZINAN USAHA
                     Pasal 11
(1)   Untuk mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud
      dalam Pasal 7, pemohon harus memenuhi persyaratan:
      a. akte pendirian perusahaan dan perubahannya yang
         terakhir;
      b. nomor pokok wajib pajak;
      c. surat keterangan domisili;
      d. rekomendasi kesesuaian dengan rencana tata ruang
         wilayah kabupaten/kota dari bupati/walikota untuk
         izin usaha tanaman yang diterbitkan oleh gubernur;
      e. rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro
         pembangunan tanaman provinsi dari gubernur untuk
         izin usaha tanaman yang diterbitkan oleh
         bupati/walikota;
      f.   Izin lokasi dari bupati/walikota yang dilengkapi
           dengan peta calon lokasi dengan skala 1:100.000 atau
           1:50.000;
      g. rekomendasi lokasi dari pemerintah daerah lokasi unit
         pengolahan;
      h. jaminan pasokan bahan baku yang diketahui oleh
         bupati/walikota;
      i.   rencana kerja pembangunan unit usaha budidaya
           tanaman;
      j.   hasil analisis mengenai dampak lingkungan atau
           upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya
           pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan
           ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
           lingkungan hidup; dan
      k. pernyataan kesediaan untuk melakukan kemitraan.


                                                    (2) Izin . . .
-7-

(2)   Izin usaha diberikan oleh:

      a.   gubernur, untuk lokasi lahan usaha budidaya
           tanaman yang berada pada lintas wilayah kabupaten
           dan/atau kota dalam provinsi yang bersangkutan;
      b.   bupati /walikota, untuk lokasi lahan usaha budidaya
           tanaman yang berada dalam 1 (satu) wilayah
           kabupaten/kota yang bersangkutan.


                    Pasal 12
Pemberian izin usaha budidaya tanaman dalam rangka
pelaksanaan penanaman modal dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
penanaman modal.


                    Pasal 13
Perubahan jenis tanaman, perluasan lahan, dan/atau
penambahan kapasitas produksi pada usaha dalam proses
produksi budidaya tanaman dapat dilakukan oleh pelaku
usaha setelah mendapat persetujuan dari pemberi izin usaha.


                    Pasal 14
(1)   Izin usaha budidaya tanaman berlaku selama perusahaan
      masih operasional.
(2)   Izin usaha budidaya tanaman dilarang untuk dipindah
      tangankan.


                    Pasal 15
(1)   Penanam modal asing yang akan melakukan usaha
      budidaya tanaman wajib bekerja sama dengan pelaku
      usaha budidaya tanaman dalam negeri dengan
      membentuk badan hukum Indonesia dan berkedudukan
      di Indonesia.
(2)   Batas penanaman modal asing untuk usaha budidaya
      tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maksimum
      49% (empat puluh sembilan persen).


                                                Pasal 16 . . .
-8-

                    Pasal 16
Usaha budidaya tanaman yang menggunakan produk hasil
rekayasa genetik dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang keamanan hayati.

                    Pasal 17
(1)    Pelaku usaha budidaya tanaman wajib:
       a.   melaksanakan usahanya sesuai dengan ketentuan
            yang tercantum dalam izin dan prinsip usaha yang
            sehat;
       b.   melaksanakan upaya pelestarian sumber daya alam
            dan/atau fungsi lingkungan hidup sesuai dengan
            ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
       c.   menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan teknis
            usaha kepada pemberi izin usaha.
(2)    Pelaporan dilakukan secara berkala sesuai dengan siklus
       pertanaman atau paling sedikit 6 (enam) bulan sekali.


                    Pasal 18
Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan usaha budidaya
tanaman dan pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dan Pasal 17 diatur dengan Peraturan Menteri.


                    BAB IV
      PEMBINAAN DAN PERAN MASYARAKAT
                    Pasal 19
(1)    Bupati/walikota dan gubernur wajib melakukan
       pembinaan    dan   memberikan   pelayanan dalam
       pelaksanaan usaha budidaya tanaman.
(2)    Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
       pengaturan, pelayanan, pemberian izin, bimbingan, dan
       pengawasan terhadap proses kegiatan produksi dan
       penanganan pasca panen.
(3)    Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
       diarahkan untuk meningkatkan produksi, mutu, dan nilai
       tambah hasil budidaya tanaman, serta efisiensi
       penggunaan lahan dan sarana produksi.


                                             (4) Pelayanan . . .
-9-

(4)   Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
      penciptaan iklim usaha yang sehat, penyuluhan,
      pendampingan, mempermudah, dan memperlancar
      pemberian izin usaha budidaya tanaman.

                    Pasal 20
Masyarakat dan/atau asosiasi terkait diberi kesempatan
berperan dalam melaksanakan pengawasan, menyampaikan
pemikiran, dan saran dalam pengembangan usaha budidaya
tanaman.

                    Pasal 21
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan, pelayanan, dan
pedoman peran masyarakat diatur dengan Peraturan Menteri.


                    BAB V
            SANKSI ADMINISTRATIF
                    Pasal 22
(1)   Apabila bupati/walikota atau gubernur dalam melakukan
      pengawasan menemukan penyimpangan, kepada pelaku
      usaha dapat dikenai sanksi administratif.
(2)   Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
      dapat berupa peringatan tertulis, penghentian sementara
      kegiatan usaha, atau pencabutan izin usaha.
(3)   Sanksi administratif berupa penghentian sementara
      kegiatan apabila pelaku usaha tidak melaksanakan
      rencana usaha yang telah diusulkan.
(4)   Izin usaha budidaya tanaman dicabut, apabila pelaku
      usaha budidaya tanaman:
      a.   tidak melaksanakan kegiatan usaha selama 6 (enam)
           bulan    berturut-turut  sejak  pemberian     izin
           sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11;
      b.   melakukan pemindahtanganan izin, perubahan jenis
           tanaman, lokasi, dan/atau perluasan usaha sebelum
           memperoleh persetujuan pemberi izin sebagaimana
           dimaksud dalam Pasal 14;
      c.   tidak menyampaikan laporan kegiatan teknis usaha
           secara benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17;


                                                 d.   tidak . . .
- 10 -

      d.   tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
           pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
           18; atau
      e.   hak guna usaha atau hak atas tanah lain yang
           digunakan usaha budidaya tanaman dibatalkan atau
           dicabut atau tidak diperpanjang masa berlakunya.
(5)   Pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
      (4) dilakukan oleh pemberi izin setelah diberikan
      peringatan tertulis 2 (dua) kali dengan selang waktu 3
      (tiga) bulan.
(6)   Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan
      sanksi administratif diatur dengan Peraturan Menteri.

                    BAB VI
           KETENTUAN PERALIHAN
                    Pasal 23
Ketentuan usaha budidaya tanaman yang telah ada, sebelum
diundangkannya Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan masih
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
                    BAB VII
            KETENTUAN PENUTUP
                    Pasal 24
(1)   Apabila di dalam negeri terjadi bencana alam atau ledakan
      serangan organisme pengganggu tumbuhan sehingga
      produksi usaha budidaya tanaman tidak mencukupi
      kebutuhan dalam negeri, produk yang dihasilkan dari
      usaha budidaya tanaman wajib diprioritaskan untuk
      memenuhi kebutuhan dalam negeri.
(2)   Ketentuan mengenai kejadian bencana alam dan ledakan
      serangan organisme pengganggu tumbuhan ditetapkan
      oleh Presiden.

                    Pasal 25
Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini tidak berlaku untuk
usaha budidaya tanaman perkebunan.

                    Pasal 26
Peraturan Pemerintah ini       mulai   berlaku pada tanggal
diundangkan.


                                                     Agar . . .
- 11 -


                 Agar  setiap   orang   mengetahuinya,  memerintahkan
                 pengundangan    Peraturan   Pemerintah   ini    dengan
                 penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

                                     Ditetapkan di Jakarta
                                     pada tanggal 28 Januari 2010
                                     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


                                                    ttd.


                                     DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO




Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Januari 2010
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
        REPUBLIK INDONESIA,

                  ttd.


            PATRIALIS AKBAR


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 24


        Salinan sesuai aslinya
       SEKRETARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
    Bidang Perekonomian dan Industri




         Setio Sapto Nugroho
PENJELASAN

                                      ATAS

               PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

                           NOMOR 18 TAHUN 2010

                                   TENTANG

                         USAHA BUDIDAYA TANAMAN

I.   UMUM

     Usaha budidaya tanaman merupakan bagian integral dari pembangunan
     pertanian yang diarahkan untuk mencapai usaha pertanian yang bernilai
     tambah, berdaya saing, berkelanjutan, dan berkeadilan. Bumi, air, dan
     kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan karunia dan
     amanah dari Tuhan Yang Esa kepada bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
     pemanfaatannya harus ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan dan
     kemakmuran rakyat.
     Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, upaya pembangunan pertanian
     dilakukan dengan memanfaatkan lahan dan pemilihan jenis tanaman yang
     tepat, menerapkan teknologi proses serta alat dan mesin pertanian yang
     modern, menggunakan tenaga kerja yang terampil, menggunakan modal
     yang efisien, dan menerapkan manajemen yang profesional. Pembangunan
     pertanian tersebut harus dapat memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan
     budaya serta berdampak pada kesejahteraan dan kemakmuran bangsa dan
     negara Indonesia.
     Peraturan Pemerintah tentang Usaha Budidaya Tanaman didasarkan pada
     semangat untuk menciptakan kepastian berusaha di bidang budidaya
     tanaman sehingga tercipta iklim usaha yang kondusif bagi para pelaku usaha.
     Peraturan Pemerintah ini mengatur budidaya tanaman, perizinan usaha
     budidaya tanaman, dan pembinaan serta peran masyarakat. Usaha budidaya
     tanaman terdiri atas proses produksi yang meliputi pembukaan lahan sampai
     dengan pemanenan, sedangkan pasca panen meliputi pembersihan sampai
     dengan siap untuk dipasarkan termasuk di dalamnya pengolahan, yang
     pelaksanaannya diarahkan melalui kerja sama usaha sehingga akan tercipta
     hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan antara pelaku usaha
     budidaya tanaman dengan masyarakat sekitar dan pemangku kepentingan
     lainnya.


                                                               Pemerintah . . .
-2-




   Pemerintah daerah diberi kewenangan dalam pemberian izin dengan tetap
   memperhatikan norma, standar, pedoman, dan kriteria yang ditetapkan oleh
   Menteri. Untuk memberikan keadilan dan pemerataan usaha di bidang
   budidaya tanaman, Menteri diberi kewenangan untuk menetapkan luas
   maksimum lahan usaha. Pelaku usaha budidaya tanaman diberi keleluasaan
   untuk mengubah tanaman setelah mendapat persetujuan dari pemberi izin.
   Selain itu, pelaku usaha diberi kesempatan untuk memanfaatkan jasa
   dan/atau sarana milik negara dengan dikenakan pungutan yang merupakan
   Penerimaan Negara Bukan Pajak. Atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan di
   atas, Pemerintah, gubernur, dan bupati/walikota menyediakan pelayanan
   berupa pembinaan dan pengawasan kepada pelaku usaha.

   Atas dasar pemikiran di atas, disusunlah Peraturan Pemerintah tentang
   Usaha Budidaya Tanaman untuk dijadikan sebagai landasan hukum dalam
   pelaksanaan pelayanan pemberian izin usaha budidaya tanaman.




II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
    Cukup jelas.


Pasal 2
    Agar tujuan usaha budidaya tanaman dapat tercapai, maka dalam
    melakukannya harus selalu memperhatikan dan berorientasi pasar sehingga
    tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil.


Pasal 3
    Cukup jelas.


Pasal 4
    Cukup jelas.




                                                                Pasal 5 . . .
-3-



Pasal 5
    Ayat (1)
        Cukup jelas.

    Ayat (2)
       Ketentuan mengutamakan mayoritas modal dalam negeri dimaksudkan
       untuk memberi kesempatan kepada Warga Negara Indonesia melakukan
       kegiatan usaha budidaya tanaman.

Pasal 6
    Cukup jelas.

Pasal 7
    Ayat (1)
        Huruf a
             Yang dimaksud dengan proses kegiatan produksi meliputi
             penyiapan lahan dan media tumbuh tanaman, pembenihan
             tanaman, penanaman, pemeliharaan/perlindungan tanaman,
             dan/atau pemanenan.
        Huruf b
             Yang dimaksud dengan pasca panen yaitu tahapan kegiatan yang
             dimulai sesudah panen sampai dengan hasilnya siap dipasarkan
             meliputi pembersihan, pengupasan/perontokan, pengeringan,
             sortasi, grading, pengolahan, pengawetan, pengemasan,
             penyimpanan, standarisasi mutu, distribusi, dan/atau pemasaran
             hasil produksi budidaya tanaman.
        Huruf c
             Cukup jelas.
    Ayat (2)
       Cukup jelas.
    Ayat (3)
       Cukup jelas.

    Ayat (4)
       Cukup jelas.

Pasal 8
    Ayat (1)
        Cukup jelas.




                                                             Ayat (2) . . .
-4-



    Ayat (2)
       Cukup jelas.
    Ayat (3)
       Luas lahan maksimum untuk usaha budidaya tanaman di wilayah Papua
       mengikuti ketentuan pelaksanaan otonomi daerah.
    Ayat (4)
       Cukup jelas.
    Ayat (5)
       Cukup jelas.
Pasal 9
    Ayat (1)
        Cukup jelas.
    Ayat (2)
       Cukup jelas.
    Ayat (3)
       Cukup jelas.

    Ayat (4)
       Cukup jelas.
    Ayat (5)
       Cukup jelas.
    Ayat (6)
       Termasuk penyediaan sarana produksi, antara lain, benih, pupuk, alat
       pertanian, dan mesin pertanian.
    Ayat (7)
       Cukup jelas.

Pasal 10
    Ayat (1)
        Jasa dalam ketentuan ini antara lain, sertifikasi mutu, pendaftaran
        produk, nomor pendaftaran, uji mutu produk, sertifikasi produk, uji
        penelitian, dan sertifikasi good agriculture practice.
        Sarana dalam ketentuan ini, antara lain, pemanfaatan laboratorium uji,
        alat mesin pertanian, pergudangan, lahan, dan bangunan.

    Ayat (2)
       Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan yaitu Peraturan
       Pemerintah Nomor 49 Tahun 2002 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 7
       Tahun 2004.



                                                               Pasal 11 . . .
-5-



Pasal 11
    Cukup jelas.

Pasal 12
    Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-
    Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Pasal 13
    Ketentuan persetujuan diperlukan untuk pelaksanaan monitoring
    perkembangan kegiatan usaha budidaya tanaman pada suatu wilayah.

Pasal 14
    Cukup jelas.
Pasal 15
    Cukup jelas.

Pasal 16
    Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan yaitu Peraturan
    Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk
    Rekayasa Genetik.

Pasal 17
    Ayat (1)
        Cukup jelas.

    Ayat (2)
       Laporan dimaksudkan untuk memantau tingkat kemajuan kegiatan yang
       dicapai oleh pemegang izin dalam mengelola usaha.
       Laporan kegiatan teknis meliputi realisasi luas lahan budidaya yang
       ditanam, keadaan/serangan organisme pengganggu tumbuhan,
       perkembangan produksi, dan pengolahan atau pemasaran hasil.

Pasal 18
    Cukup jelas.

Pasal 19
    Ayat (1)
        Pembinaan dilakukan dengan tujuan agar usaha budidaya tanaman
        dapat berkembang lebih baik dan lebih sehat.
        Pelayanan dilakukan untuk memberikan          kelancaran      dalam
        pengembangan usaha budidaya tanaman.

    Ayat (2)
        Cukup jelas.



                                                             Ayat (3) . . .
-6-




    Ayat (3)
        Cukup jelas.
    Ayat (4)
        Cukup jelas.

Pasal 20
    Yang dimaksud dengan “asosiasi terkait” yaitu semua bentuk perhimpunan
    profesional, keilmuan, pengusahaan, atau perdagangan di bidang usaha
    budidaya tanaman.

Pasal 21
    Cukup jelas.

Pasal 22
    Cukup jelas.

Pasal 23
    Cukup jelas.

Pasal 24
    Cukup jelas.

Pasal 25
    Cukup jelas.

Pasal 26
    Cukup jelas.



TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5106

Contenu connexe

Tendances

UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...
UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...
UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...Penataan Ruang
 
Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umum
Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umumUu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umum
Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umumaghaku
 
Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk...
Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk...Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk...
Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk...Penataan Ruang
 
Pp 11 2010 penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar
Pp 11 2010 penertiban dan pendayagunaan tanah terlantarPp 11 2010 penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar
Pp 11 2010 penertiban dan pendayagunaan tanah terlantarPeople Power
 
UU 11 1974 pengairan
UU 11 1974 pengairanUU 11 1974 pengairan
UU 11 1974 pengairanF Bari
 
Jurnal penelitian Masyarakat Adat
Jurnal penelitian Masyarakat AdatJurnal penelitian Masyarakat Adat
Jurnal penelitian Masyarakat Adaternidiswan
 
Jurnal penelitian masyarakat adat
Jurnal penelitian masyarakat adatJurnal penelitian masyarakat adat
Jurnal penelitian masyarakat adatfakultashukumuiba
 
02 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-140
02 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-14002 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-140
02 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-140glugutharipamungkas
 
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Vallen Hoven
 
Undang-Undang No 11 Tahun 1974
Undang-Undang No 11 Tahun 1974Undang-Undang No 11 Tahun 1974
Undang-Undang No 11 Tahun 1974Ssdotnet
 
Uu 41 Tahun 2009 Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Uu 41 Tahun 2009 Perlindungan Lahan Pertanian Pangan BerkelanjutanUu 41 Tahun 2009 Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Uu 41 Tahun 2009 Perlindungan Lahan Pertanian Pangan BerkelanjutanThio Helena Simarmata
 
Permen lh 05-tahun-2012 (1)
Permen lh 05-tahun-2012 (1)Permen lh 05-tahun-2012 (1)
Permen lh 05-tahun-2012 (1)martinwibowo
 
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...infosanitasi
 
Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan ...
Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang  Perlindungan Lahan Pertanian Pangan ...Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang  Perlindungan Lahan Pertanian Pangan ...
Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan ...Penataan Ruang
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...infosanitasi
 

Tendances (17)

UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...
UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...
UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...
 
Uu No5 1960pokok Pokokagraria
Uu No5 1960pokok PokokagrariaUu No5 1960pokok Pokokagraria
Uu No5 1960pokok Pokokagraria
 
Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umum
Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umumUu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umum
Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umum
 
Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk...
Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk...Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk...
Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk...
 
Pp 11 2010 penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar
Pp 11 2010 penertiban dan pendayagunaan tanah terlantarPp 11 2010 penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar
Pp 11 2010 penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar
 
UU 11 1974 pengairan
UU 11 1974 pengairanUU 11 1974 pengairan
UU 11 1974 pengairan
 
Perpres65thn2006pengadaan Tanah
Perpres65thn2006pengadaan TanahPerpres65thn2006pengadaan Tanah
Perpres65thn2006pengadaan Tanah
 
Jurnal penelitian Masyarakat Adat
Jurnal penelitian Masyarakat AdatJurnal penelitian Masyarakat Adat
Jurnal penelitian Masyarakat Adat
 
Jurnal penelitian masyarakat adat
Jurnal penelitian masyarakat adatJurnal penelitian masyarakat adat
Jurnal penelitian masyarakat adat
 
02 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-140
02 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-14002 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-140
02 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-140
 
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
 
Undang-Undang No 11 Tahun 1974
Undang-Undang No 11 Tahun 1974Undang-Undang No 11 Tahun 1974
Undang-Undang No 11 Tahun 1974
 
Uu 41 Tahun 2009 Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Uu 41 Tahun 2009 Perlindungan Lahan Pertanian Pangan BerkelanjutanUu 41 Tahun 2009 Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Uu 41 Tahun 2009 Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
 
Permen lh 05-tahun-2012 (1)
Permen lh 05-tahun-2012 (1)Permen lh 05-tahun-2012 (1)
Permen lh 05-tahun-2012 (1)
 
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
 
Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan ...
Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang  Perlindungan Lahan Pertanian Pangan ...Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang  Perlindungan Lahan Pertanian Pangan ...
Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan ...
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...
 

En vedette (8)

Statment pulau padang_9_juni
Statment pulau padang_9_juniStatment pulau padang_9_juni
Statment pulau padang_9_juni
 
Uu 02 1989
Uu 02 1989Uu 02 1989
Uu 02 1989
 
Uu 02 2003
Uu 02 2003Uu 02 2003
Uu 02 2003
 
Uu 08 2004
Uu 08 2004Uu 08 2004
Uu 08 2004
 
Uu 05 1991
Uu 05 1991Uu 05 1991
Uu 05 1991
 
Uu 13 2002
Uu 13 2002Uu 13 2002
Uu 13 2002
 
Uu 12 1967
Uu 12 1967Uu 12 1967
Uu 12 1967
 
Strategi advokasi
Strategi advokasiStrategi advokasi
Strategi advokasi
 

Similaire à PP Usaha Budidaya

Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanaman
Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanamanUu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanaman
Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanamanRizki Fitrianto
 
Pengadaan tanah-kawasan-industri
Pengadaan tanah-kawasan-industriPengadaan tanah-kawasan-industri
Pengadaan tanah-kawasan-industrimuzakir tombolotutu
 
Analisis perizinan tata ruang (aspek hukum)
Analisis perizinan tata ruang (aspek hukum)Analisis perizinan tata ruang (aspek hukum)
Analisis perizinan tata ruang (aspek hukum)Risqi Tomy
 
UU No 39 tahun 2014 tentang Perkebunan
UU No 39 tahun 2014 tentang Perkebunan UU No 39 tahun 2014 tentang Perkebunan
UU No 39 tahun 2014 tentang Perkebunan superandrosa
 
UU No 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
UU No 5 Tahun 1984 tentang PerindustrianUU No 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
UU No 5 Tahun 1984 tentang PerindustrianPenataan Ruang
 
1. UU NO. 13 TAHUN 2010 (Hortikultura).pdf
1. UU NO. 13 TAHUN 2010 (Hortikultura).pdf1. UU NO. 13 TAHUN 2010 (Hortikultura).pdf
1. UU NO. 13 TAHUN 2010 (Hortikultura).pdfRamliMohAli
 
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)bungfrangki .com
 
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ilham Mustafa
 
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagang
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagangUu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagang
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagangLegal Akses
 
UU_Cipta_Kerja_FINAL_-_Paripurna.pdf
UU_Cipta_Kerja_FINAL_-_Paripurna.pdfUU_Cipta_Kerja_FINAL_-_Paripurna.pdf
UU_Cipta_Kerja_FINAL_-_Paripurna.pdfOpenWare1
 
UU Cipta Kerja FINAL - Paripurna.pdf
UU Cipta Kerja FINAL - Paripurna.pdfUU Cipta Kerja FINAL - Paripurna.pdf
UU Cipta Kerja FINAL - Paripurna.pdfmukhtardaud
 
Pp no. 44 tahun 1995 ttg pembenihan tanaman
Pp no. 44 tahun 1995 ttg pembenihan tanamanPp no. 44 tahun 1995 ttg pembenihan tanaman
Pp no. 44 tahun 1995 ttg pembenihan tanamanGhina Shadrina
 
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdfPP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdfnesyanurhalimah1
 
TUGAS Tutorial Online 2 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
TUGAS Tutorial Online 2 Hukum Agraria HKUM4211.pdfTUGAS Tutorial Online 2 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
TUGAS Tutorial Online 2 Hukum Agraria HKUM4211.pdfIndra Sofian
 

Similaire à PP Usaha Budidaya (20)

Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanaman
Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanamanUu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanaman
Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanaman
 
Pengadaan tanah-kawasan-industri
Pengadaan tanah-kawasan-industriPengadaan tanah-kawasan-industri
Pengadaan tanah-kawasan-industri
 
Analisis perizinan tata ruang (aspek hukum)
Analisis perizinan tata ruang (aspek hukum)Analisis perizinan tata ruang (aspek hukum)
Analisis perizinan tata ruang (aspek hukum)
 
UU No 39 tahun 2014 tentang Perkebunan
UU No 39 tahun 2014 tentang Perkebunan UU No 39 tahun 2014 tentang Perkebunan
UU No 39 tahun 2014 tentang Perkebunan
 
UU No 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
UU No 5 Tahun 1984 tentang PerindustrianUU No 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
UU No 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
 
Uu 1967 1 penanaman modal asing
Uu 1967 1 penanaman modal asingUu 1967 1 penanaman modal asing
Uu 1967 1 penanaman modal asing
 
1. UU NO. 13 TAHUN 2010 (Hortikultura).pdf
1. UU NO. 13 TAHUN 2010 (Hortikultura).pdf1. UU NO. 13 TAHUN 2010 (Hortikultura).pdf
1. UU NO. 13 TAHUN 2010 (Hortikultura).pdf
 
Uu 06 1968
Uu 06 1968Uu 06 1968
Uu 06 1968
 
Uu 78 1958
Uu 78 1958Uu 78 1958
Uu 78 1958
 
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
 
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
 
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagang
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagangUu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagang
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagang
 
UU_Cipta_Kerja_FINAL_-_Paripurna.pdf
UU_Cipta_Kerja_FINAL_-_Paripurna.pdfUU_Cipta_Kerja_FINAL_-_Paripurna.pdf
UU_Cipta_Kerja_FINAL_-_Paripurna.pdf
 
UU Cipta Kerja FINAL - Paripurna.pdf
UU Cipta Kerja FINAL - Paripurna.pdfUU Cipta Kerja FINAL - Paripurna.pdf
UU Cipta Kerja FINAL - Paripurna.pdf
 
Uu 05 1984
Uu 05 1984Uu 05 1984
Uu 05 1984
 
Pp no. 44 tahun 1995 ttg pembenihan tanaman
Pp no. 44 tahun 1995 ttg pembenihan tanamanPp no. 44 tahun 1995 ttg pembenihan tanaman
Pp no. 44 tahun 1995 ttg pembenihan tanaman
 
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdfPP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
 
UU No. 11 1967
UU No. 11 1967UU No. 11 1967
UU No. 11 1967
 
TUGAS Tutorial Online 2 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
TUGAS Tutorial Online 2 Hukum Agraria HKUM4211.pdfTUGAS Tutorial Online 2 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
TUGAS Tutorial Online 2 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
 
VARIETAS TANAMAN.pptx
VARIETAS TANAMAN.pptxVARIETAS TANAMAN.pptx
VARIETAS TANAMAN.pptx
 

Plus de People Power

Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019People Power
 
sahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tyasahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by TyaPeople Power
 
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparKronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparPeople Power
 
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninKronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninPeople Power
 
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiLangkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiPeople Power
 
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013People Power
 
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013People Power
 
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...People Power
 
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012People Power
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...People Power
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...People Power
 
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPeople Power
 
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.People Power
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASIPeople Power
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASIPeople Power
 
Rekayasa pembela kroni KORUPTOR
Rekayasa pembela kroni KORUPTORRekayasa pembela kroni KORUPTOR
Rekayasa pembela kroni KORUPTORPeople Power
 

Plus de People Power (20)

Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
 
sahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tyasahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tya
 
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparKronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
 
Kronologis 1
Kronologis 1Kronologis 1
Kronologis 1
 
Kronologis 2
Kronologis 2Kronologis 2
Kronologis 2
 
Kronologis 4
Kronologis 4Kronologis 4
Kronologis 4
 
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninKronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
 
Kronologis 3
Kronologis 3Kronologis 3
Kronologis 3
 
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiLangkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
 
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
 
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
 
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
 
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
 
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
 
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASI
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
 
Rekayasa pembela kroni KORUPTOR
Rekayasa pembela kroni KORUPTORRekayasa pembela kroni KORUPTOR
Rekayasa pembela kroni KORUPTOR
 

PP Usaha Budidaya

  • 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 46 ayat (3) dan Pasal 51 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Usaha Budidaya Tanaman; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha Budidaya Tanaman adalah serangkaian kegiatan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam nabati melalui upaya manusia yang dengan modal, teknologi, dan sumber daya lainnya menghasilkan barang guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik. 2. Penanaman . . .
  • 2. -2- 2. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. 3. Penanam Modal Asing adalah perorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang akan melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. 4. Pelaku Usaha Budidaya Tanaman yang selanjutnya disebut pelaku usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang mengelola usaha budidaya tanaman. 5. Petani Kecil Berlahan Sempit adalah petani yang mengusahakan budidaya tanaman dan penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. 6. Izin Usaha Budidaya Tanaman adalah izin tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang kepada pelaku usaha budidaya tanaman. 7. Perluasan Usaha Budidaya Tanaman adalah penambahan luas lahan dan/atau penambahan kapasitas produksi dalam usaha budidaya tanaman. 8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang budidaya tanaman. Pasal 2 Usaha budidaya tanaman diselenggarakan untuk: a. mewujudkan kedaulatan dan ketahanan pangan; b. menyediakan kebutuhan bahan baku industri; c. meningkatkan pemberdayaan, pendapatan, dan kesejahteraan petani; d. mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja; e. meningkatkan perlindungan budidaya tanaman secara konsisten dan konsekuen dengan memperhatikan aspek pelestarian sumber daya alam dan/atau fungsi lingkungan hidup; f. memberikan kepastian usaha bagi pelaku usaha budidaya tanaman. Pasal 3 ...
  • 3. -3- Pasal 3 (1) Usaha budidaya tanaman dapat dilakukan di wilayah pengembangan budidaya tanaman di seluruh wilayah Indonesia. (2) Selain di wilayah pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) usaha budidaya tanaman dapat dilakukan di tempat lain yang merupakan cadangan lahan untuk budidaya tanaman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang. (3) Ketentuan mengenai wilayah pengembangan budidaya tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimasukkan di dalam rencana detail tata ruang. Pasal 4 Ruang lingkup peraturan pemerintah ini meliputi: a. budidaya tanaman; b. perizinan usaha budidaya tanaman; dan c. pembinaan dan peran masyarakat. BAB II BUDIDAYA TANAMAN Pasal 5 (1) Budidaya tanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a dapat dilakukan oleh: a. perorangan; dan b. badan usaha yang berbentuk badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang meliputi: 1. badan usaha milik negara; 2. badan usaha milik daerah; 3. badan usaha swasta; atau 4. koperasi. (2) Usaha budidaya tanaman diutamakan untuk pelaku usaha yang mayoritas modalnya bersumber dari dalam negeri. Pasal 6 . . .
  • 4. -4- Pasal 6 Budidaya tanaman meliputi: a. jenis dan skala usaha; b. luas maksimum lahan usaha dan perubahan jenis tanaman; c. pola usaha; dan d. pemanfaatan jasa dan sarana milik negara. Pasal 7 (1) Jenis usaha budidaya tanaman terdiri atas: a. usaha dalam proses produksi; b. usaha dalam penanganan pasca panen; dan c. usaha keterpaduan butir a dan butir b. (2) Skala usaha budidaya tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada luas lahan dan/atau tenaga kerja. (3) Lahan budidaya tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan luas 25 Ha (dua puluh lima hektar) atau lebih, wajib mendapat izin. (4) Penggunaan tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan jumlah 10 (sepuluh) orang atau lebih wajib mendapat izin. Pasal 8 (1) Penetapan luas maksimum lahan untuk setiap jenis usaha budidaya tanaman didasarkan pada ketersediaan, kesesuaian dan kemampuan lahan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup khususnya konservasi tanah. (2) Luas maksimum lahan untuk pengusahaan budidaya tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu 10.000 Ha (sepuluh ribu hektar). (3) Untuk wilayah Papua, luas maksimum lahan dapat diberikan dua kali luas maksimum sebagaimana (4) Penguasaan . . .
  • 5. -5- dimaksud pada ayat (2). (4) Penguasaan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Ketentuan luas maksimum lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku untuk badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah. Pasal 9 (1) Pemerintah mengarahkan pelaku usaha untuk bekerjasama secara terpadu dalam melakukan usaha budidaya tanaman. (2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan prinsip berkedudukan yang sama, saling memperkuat, dan saling menguntungkan yang dibuat dalam bentuk perjanjian secara tertulis dan diketahui oleh bupati/walikota dan gubernur. (3) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat mengenai hak dan kewajiban, pembinaan dan pengembangan usaha, pendanaan, alih teknologi, jangka waktu, dan penyelesaian perselisihan. (4) Kerja sama usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk peningkatan nilai tambah bagi pelaku usaha, karyawan, dan masyarakat. (5) Kerja sama usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan pada usaha proses produksi dan/atau pasca panen. (6) Kerja sama usaha pada proses produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat berupa penyediaan sarana produksi. (7) Kerja sama usaha pada pasca panen sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat berupa pengolahan, pemasaran, transportasi, dan kerja sama operasional lainnya. Pasal 10 (1) Pelaku usaha yang dalam melakukan usaha budidaya tanaman memanfaatkan jasa dan/atau sarana yang disediakan oleh pemerintah, dikenakan kewajiban (2) Jenis . . .
  • 6. -6- membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak. (2) Jenis dan tarif atas pemanfaatan jasa dan sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Penerimaan Negara Bukan Pajak. BAB III PERIZINAN USAHA Pasal 11 (1) Untuk mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, pemohon harus memenuhi persyaratan: a. akte pendirian perusahaan dan perubahannya yang terakhir; b. nomor pokok wajib pajak; c. surat keterangan domisili; d. rekomendasi kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dari bupati/walikota untuk izin usaha tanaman yang diterbitkan oleh gubernur; e. rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan tanaman provinsi dari gubernur untuk izin usaha tanaman yang diterbitkan oleh bupati/walikota; f. Izin lokasi dari bupati/walikota yang dilengkapi dengan peta calon lokasi dengan skala 1:100.000 atau 1:50.000; g. rekomendasi lokasi dari pemerintah daerah lokasi unit pengolahan; h. jaminan pasokan bahan baku yang diketahui oleh bupati/walikota; i. rencana kerja pembangunan unit usaha budidaya tanaman; j. hasil analisis mengenai dampak lingkungan atau upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup; dan k. pernyataan kesediaan untuk melakukan kemitraan. (2) Izin . . .
  • 7. -7- (2) Izin usaha diberikan oleh: a. gubernur, untuk lokasi lahan usaha budidaya tanaman yang berada pada lintas wilayah kabupaten dan/atau kota dalam provinsi yang bersangkutan; b. bupati /walikota, untuk lokasi lahan usaha budidaya tanaman yang berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan. Pasal 12 Pemberian izin usaha budidaya tanaman dalam rangka pelaksanaan penanaman modal dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal. Pasal 13 Perubahan jenis tanaman, perluasan lahan, dan/atau penambahan kapasitas produksi pada usaha dalam proses produksi budidaya tanaman dapat dilakukan oleh pelaku usaha setelah mendapat persetujuan dari pemberi izin usaha. Pasal 14 (1) Izin usaha budidaya tanaman berlaku selama perusahaan masih operasional. (2) Izin usaha budidaya tanaman dilarang untuk dipindah tangankan. Pasal 15 (1) Penanam modal asing yang akan melakukan usaha budidaya tanaman wajib bekerja sama dengan pelaku usaha budidaya tanaman dalam negeri dengan membentuk badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. (2) Batas penanaman modal asing untuk usaha budidaya tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maksimum 49% (empat puluh sembilan persen). Pasal 16 . . .
  • 8. -8- Pasal 16 Usaha budidaya tanaman yang menggunakan produk hasil rekayasa genetik dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan hayati. Pasal 17 (1) Pelaku usaha budidaya tanaman wajib: a. melaksanakan usahanya sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam izin dan prinsip usaha yang sehat; b. melaksanakan upaya pelestarian sumber daya alam dan/atau fungsi lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan c. menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan teknis usaha kepada pemberi izin usaha. (2) Pelaporan dilakukan secara berkala sesuai dengan siklus pertanaman atau paling sedikit 6 (enam) bulan sekali. Pasal 18 Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan usaha budidaya tanaman dan pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 17 diatur dengan Peraturan Menteri. BAB IV PEMBINAAN DAN PERAN MASYARAKAT Pasal 19 (1) Bupati/walikota dan gubernur wajib melakukan pembinaan dan memberikan pelayanan dalam pelaksanaan usaha budidaya tanaman. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengaturan, pelayanan, pemberian izin, bimbingan, dan pengawasan terhadap proses kegiatan produksi dan penanganan pasca panen. (3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diarahkan untuk meningkatkan produksi, mutu, dan nilai tambah hasil budidaya tanaman, serta efisiensi penggunaan lahan dan sarana produksi. (4) Pelayanan . . .
  • 9. -9- (4) Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penciptaan iklim usaha yang sehat, penyuluhan, pendampingan, mempermudah, dan memperlancar pemberian izin usaha budidaya tanaman. Pasal 20 Masyarakat dan/atau asosiasi terkait diberi kesempatan berperan dalam melaksanakan pengawasan, menyampaikan pemikiran, dan saran dalam pengembangan usaha budidaya tanaman. Pasal 21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan, pelayanan, dan pedoman peran masyarakat diatur dengan Peraturan Menteri. BAB V SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 22 (1) Apabila bupati/walikota atau gubernur dalam melakukan pengawasan menemukan penyimpangan, kepada pelaku usaha dapat dikenai sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan usaha, atau pencabutan izin usaha. (3) Sanksi administratif berupa penghentian sementara kegiatan apabila pelaku usaha tidak melaksanakan rencana usaha yang telah diusulkan. (4) Izin usaha budidaya tanaman dicabut, apabila pelaku usaha budidaya tanaman: a. tidak melaksanakan kegiatan usaha selama 6 (enam) bulan berturut-turut sejak pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11; b. melakukan pemindahtanganan izin, perubahan jenis tanaman, lokasi, dan/atau perluasan usaha sebelum memperoleh persetujuan pemberi izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; c. tidak menyampaikan laporan kegiatan teknis usaha secara benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17; d. tidak . . .
  • 10. - 10 - d. tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18; atau e. hak guna usaha atau hak atas tanah lain yang digunakan usaha budidaya tanaman dibatalkan atau dicabut atau tidak diperpanjang masa berlakunya. (5) Pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan oleh pemberi izin setelah diberikan peringatan tertulis 2 (dua) kali dengan selang waktu 3 (tiga) bulan. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif diatur dengan Peraturan Menteri. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 23 Ketentuan usaha budidaya tanaman yang telah ada, sebelum diundangkannya Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan Peraturan Pemerintah ini. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 (1) Apabila di dalam negeri terjadi bencana alam atau ledakan serangan organisme pengganggu tumbuhan sehingga produksi usaha budidaya tanaman tidak mencukupi kebutuhan dalam negeri, produk yang dihasilkan dari usaha budidaya tanaman wajib diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. (2) Ketentuan mengenai kejadian bencana alam dan ledakan serangan organisme pengganggu tumbuhan ditetapkan oleh Presiden. Pasal 25 Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini tidak berlaku untuk usaha budidaya tanaman perkebunan. Pasal 26 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar . . .
  • 11. - 11 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Januari 2010 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 Januari 2010 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. PATRIALIS AKBAR LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 24 Salinan sesuai aslinya SEKRETARIAT NEGARA RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Perekonomian dan Industri Setio Sapto Nugroho
  • 12. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN I. UMUM Usaha budidaya tanaman merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang diarahkan untuk mencapai usaha pertanian yang bernilai tambah, berdaya saing, berkelanjutan, dan berkeadilan. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan karunia dan amanah dari Tuhan Yang Esa kepada bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pemanfaatannya harus ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, upaya pembangunan pertanian dilakukan dengan memanfaatkan lahan dan pemilihan jenis tanaman yang tepat, menerapkan teknologi proses serta alat dan mesin pertanian yang modern, menggunakan tenaga kerja yang terampil, menggunakan modal yang efisien, dan menerapkan manajemen yang profesional. Pembangunan pertanian tersebut harus dapat memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan budaya serta berdampak pada kesejahteraan dan kemakmuran bangsa dan negara Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Usaha Budidaya Tanaman didasarkan pada semangat untuk menciptakan kepastian berusaha di bidang budidaya tanaman sehingga tercipta iklim usaha yang kondusif bagi para pelaku usaha. Peraturan Pemerintah ini mengatur budidaya tanaman, perizinan usaha budidaya tanaman, dan pembinaan serta peran masyarakat. Usaha budidaya tanaman terdiri atas proses produksi yang meliputi pembukaan lahan sampai dengan pemanenan, sedangkan pasca panen meliputi pembersihan sampai dengan siap untuk dipasarkan termasuk di dalamnya pengolahan, yang pelaksanaannya diarahkan melalui kerja sama usaha sehingga akan tercipta hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan antara pelaku usaha budidaya tanaman dengan masyarakat sekitar dan pemangku kepentingan lainnya. Pemerintah . . .
  • 13. -2- Pemerintah daerah diberi kewenangan dalam pemberian izin dengan tetap memperhatikan norma, standar, pedoman, dan kriteria yang ditetapkan oleh Menteri. Untuk memberikan keadilan dan pemerataan usaha di bidang budidaya tanaman, Menteri diberi kewenangan untuk menetapkan luas maksimum lahan usaha. Pelaku usaha budidaya tanaman diberi keleluasaan untuk mengubah tanaman setelah mendapat persetujuan dari pemberi izin. Selain itu, pelaku usaha diberi kesempatan untuk memanfaatkan jasa dan/atau sarana milik negara dengan dikenakan pungutan yang merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak. Atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan di atas, Pemerintah, gubernur, dan bupati/walikota menyediakan pelayanan berupa pembinaan dan pengawasan kepada pelaku usaha. Atas dasar pemikiran di atas, disusunlah Peraturan Pemerintah tentang Usaha Budidaya Tanaman untuk dijadikan sebagai landasan hukum dalam pelaksanaan pelayanan pemberian izin usaha budidaya tanaman. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Agar tujuan usaha budidaya tanaman dapat tercapai, maka dalam melakukannya harus selalu memperhatikan dan berorientasi pasar sehingga tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 . . .
  • 14. -3- Pasal 5 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Ketentuan mengutamakan mayoritas modal dalam negeri dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada Warga Negara Indonesia melakukan kegiatan usaha budidaya tanaman. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan proses kegiatan produksi meliputi penyiapan lahan dan media tumbuh tanaman, pembenihan tanaman, penanaman, pemeliharaan/perlindungan tanaman, dan/atau pemanenan. Huruf b Yang dimaksud dengan pasca panen yaitu tahapan kegiatan yang dimulai sesudah panen sampai dengan hasilnya siap dipasarkan meliputi pembersihan, pengupasan/perontokan, pengeringan, sortasi, grading, pengolahan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, standarisasi mutu, distribusi, dan/atau pemasaran hasil produksi budidaya tanaman. Huruf c Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 8 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) . . .
  • 15. -4- Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Luas lahan maksimum untuk usaha budidaya tanaman di wilayah Papua mengikuti ketentuan pelaksanaan otonomi daerah. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 9 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Termasuk penyediaan sarana produksi, antara lain, benih, pupuk, alat pertanian, dan mesin pertanian. Ayat (7) Cukup jelas. Pasal 10 Ayat (1) Jasa dalam ketentuan ini antara lain, sertifikasi mutu, pendaftaran produk, nomor pendaftaran, uji mutu produk, sertifikasi produk, uji penelitian, dan sertifikasi good agriculture practice. Sarana dalam ketentuan ini, antara lain, pemanfaatan laboratorium uji, alat mesin pertanian, pergudangan, lahan, dan bangunan. Ayat (2) Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2002 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2004. Pasal 11 . . .
  • 16. -5- Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 13 Ketentuan persetujuan diperlukan untuk pelaksanaan monitoring perkembangan kegiatan usaha budidaya tanaman pada suatu wilayah. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik. Pasal 17 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Laporan dimaksudkan untuk memantau tingkat kemajuan kegiatan yang dicapai oleh pemegang izin dalam mengelola usaha. Laporan kegiatan teknis meliputi realisasi luas lahan budidaya yang ditanam, keadaan/serangan organisme pengganggu tumbuhan, perkembangan produksi, dan pengolahan atau pemasaran hasil. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Ayat (1) Pembinaan dilakukan dengan tujuan agar usaha budidaya tanaman dapat berkembang lebih baik dan lebih sehat. Pelayanan dilakukan untuk memberikan kelancaran dalam pengembangan usaha budidaya tanaman. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) . . .
  • 17. -6- Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 20 Yang dimaksud dengan “asosiasi terkait” yaitu semua bentuk perhimpunan profesional, keilmuan, pengusahaan, atau perdagangan di bidang usaha budidaya tanaman. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5106