SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  37
Télécharger pour lire hors ligne
BAB II

                                     TINJAUAN PUSTAKA




        2.1. Karakteristik Remaja

                 Definisi dari remaja menurut Sarwono (2001) adalah individu yang berumur

        antara 10-20 tahun. Adapula tahapan perkembangan remaja yaitu remaja awal (12 -

        14 tahun), remaja tengah (15 - 17 tahun) dan remaja lanjut (18 - 21 tahun) (Gunarsa,

        1991).

                 Sedangkan tahapan perkembangan pada remaja menurut Robert dan Williams

        (2000), bahwa secara umum ada 3 tahapan perkembangan remaja, yaitu

            1. Remaja Awal (early adolescence) : usia 10-14 tahun, suka membandingkan

                 diri dengan orang lain, sangat mudah dipengaruhi oleh teman sebayanya dan

                 lebih senang bergaul dengan teman sejenis.

            2. Remaja Tengah (middle adolescence) : usia 15 -19 tahun, lebih nyaman

                 dengan keadaan sendiri, suka berdiskusi dan mulai berteman dengan lawan

                 jenis, serta mengembangkan rencana masa depan.

            3. Remaja Akhir (late adolescence) : usia 20 – 24 tahun, mulai memisahkan diri

                 dari keluarga dan identitas, bersifat keras tetapi tidak berontak, teman sebaya

                 tidak penting, berteman dengan lawan jenis secara dekat lebih penting, serta

                 lebih fokus pada rencana karir masa depan (Robert dan Williams, 2000).

                 Arisman (2004) menyatakan puncak pertambahan berat dan tinggi badan

        wanita tercapai pada usia masing-masing 11,9 tahun dan 12,1 tahun, sementara pria

        pada usia 14,3 dan 14,1 tahun. Laju pertumbuhan anak, hampir sama cepatnya



Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008                 12
13




        sampai pada usia 9 tahun. Antara usia 10-12 tahun, pertumbuhan anak perempuan

        mengalami percepatan terlebih dahulu karena tubuhnya         memerlukan persiapan

        menjelang usia reproduksi, sementara anak laki-laki baru dapat menyusul dua tahun

        kemudian.



        2.2 Gizi Remaja

               Remaja memerlukan makanan yang mengadung zat gizi untuk hidup,

        tumbuh, berkembang, bergerak dan memelihara kesehatannya. Status gizi seseorang

        dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi serta pola hidup yang biasa

        dilakukannya setiap hari. Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan

        dalam bentuk variabel tertentu pada seseorang (Supariasa, 2002).

               Masalah gizi remaja sangatlah rentan dan harus segera dilakukan upaya

        pencegahan dan tetap dilakukan intervensi. Ada 3 alasan yang mendukung

        pernyataan bahwa gizi remaja termasuk dalam kelompok yang rentan, yaitu :

            1. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan

               zat gizi yang lebih banyak

            2. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan

               energi dan zat gizi.

            3. Kehamilan, keikutsertaan dalam olah raga, kecanduan alkohol dan obat-

               obatan, akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan, serta ada pula remaja

               yan makan secara berlebihan sehingga terjadilah obesitas (Arisman, 2004).




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
14




               Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada

        Recommended Dietary Allowances (RDA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG)

        (Arisman, 2004). Angka kecukupan gizi berguna sebagai nilai rujukan (reference

        values) yang digunakan untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan dan

        asupan gizi bagi orang sehat, agar tercegah dari defisiensi ataupun kelebihan asupan

        zat gizi (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 2004).

               Perubahan komposisi tubuh mempengaruhi kebutuhan gizi pada remaja, baik

        pada laki-laki maupun perempuan sama-sama membutuhkan banyak energi dan zat-

        zat gizi esensial untuk menopang pertumbuhan dan aktivitas fisik. Akan tetapi,

        remaja laki-laki membutuhkan lebih banyak zat-zat gizi dibandingkan remaja

        perempuan karena adanya perbedaan dalam jenis kegiatan, pengaruh hormonal serta

        susunan tubuh sehingga kebutuhan RDA pada laki-laki lebih banyak daripada

        perempuan. Pada tabel dapat dilihat kebutuhan gizi remaja laki-laki dan perempuan

        berdasarkan umur.

                                        Tabel 2.1
                    Angka Kecukupan Energi dan Protein Yang dianjurkan
                         untuk Kelompok Umur 10 samapi 17 tahun.
              Jenis       Umur      Berat      Tinggi     Energi       Protein

            Kelamin         (tahun)      (Kg)        (cm)         (kkal)           (gr)

                            13-15         45          150            2400          60
            Laki-laki
                            16-18         55          160            2500          65

                            13-15         48          153            2350          49
             Wanita
                            16-18         50          154            2200          51

          Sumber : Angka Kecukupan Gizi, 2005




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
15




               Sedangkan untuk konsumsi karbohidrat dianjurkan 50-60% dari kecukupan

        energi yang diajurkan (Depkes, 2002). Konsumsi lemak tidak melebihi 30% dari

        total energi yang dianjurkan (Soedjiningsih, 2004).



        2.3. Penilaian Status Gizi

               Konsep penilaian status gizi lebih sekedar evaluasi dari status gizi, tetapi

        merupakan proses yang komprehensif untuk mengidentifikasi risiko gizi pada

        individu dan suatu kelompok masyarakat serta perencanaan, implementasi dan

        evaluasi gizi yang tepat bagi mereka (Simko, 1995). Penilaian status gizi dapat

        dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

               Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu :

        a. Antropometri digunakan untuk pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh

            dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

        b. Klinis merupakan metode yang didasarkan atas perubahan-perubahan yang

            terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.

        c. Biokimia dengan cara memeriksa spesimen yang diuji laboratoris yang dilakukan

            pada berbagai macam jaringan tubuh.

        d. Biofisik merupakan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan

            fungsi (khusnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan

            (Supariasa, 2002)

               Penilaian status gizi secara tidak langsung biasanya digunakan untuk menilai

        status gizi masyarakat. Penilaian status gizi ini dapat dibagi menjadi tiga yaitu :survei

        konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengukuran dengan survei

        konsumsi makanan metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan jenis zat


Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
16




        gizi yang dikonsumsi. Statistik vital adalah dengan menganalisa data beberapa

        statistik kesehatan sedangkan penilaian dengan faktor ekologi merupakan penilaian

        yang memperhitungkan faktor-faktor seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain

        (Supariasa, 2002).



        2.3.1. Antropometri Remaja

               Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi,

        maka antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh

        dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002).

        Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah berat badan dan

        tinggi badan. Indikator antropometri ini terdiri dari tiga indikator, yaitu berat badan

        menurut (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi

        badan (BB/TB) (Supariasa, 2002).

        1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

               Berat badan adalah salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran

        massa tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam

        keadaan normal, apabila kesehatan dalam keadaan baik terjadi keseimbangan antara

        konsumsi dan kebutuhan zat gizi, maka berat badan akan berkembang mengikuti

        pertambahan umur. Sebaiknya dalam keadaan yang abnormal, ada dua kemungkinan

        perkembangan yang terjadi pada berat badan ini, maka indeks berat badan menurut

        umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi dan indeks BB/U ini

        lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status)

        (Supariasa, 2002).




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
17




               Kelebihan indeks BB/U antara lain :

        1. Lebih mudan dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum

        2. Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronik

        3. Berat badan dapat berfluktuasi

        4. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil

        5. Dapat mendeteksi kegemukan (over weight) (Supariasa, 2002)

               Kelemahan indeks BB/U antara lain :

        1. Dapat mengakibatkan intepretasi status gizi yang keliru apabila terdapat edema

            atau asites

        2. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit

            ditaksir secara tepat karena pencatatan umur belum baik.

        3. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima

            tahun

        4. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau

            gerakan anak pada saat penimbangan

        5. secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya

            setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena

            dianggap seperti barang dagangan dan sebagainya (Supariasa, 2002).



        2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

               Tinggi badan merupakan antropometri yang dapat menggambarkan keadaan

        pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiiring dengan

        pertamabahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif

        kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. (Supariasa,


Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
18




        2002). Berdasarkan karakteristik diatas, maka indeks ini menggambarkan status gizi

        masa lalu.

               Kelebihan indeks TB/U antara lain :

            1. Baik untuk menilai status gizi masa lampau

            2. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa (Supariasa,

               2002)

               Kelemahan indeks TB/U antara lain :

            1. tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun

            2. Pengukuran relatif sulit karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan

               dua orang untuk melakukannya

            3. Ketepatan umur sulit didapat (Supariasa, 2002).



        4. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

               Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam hal

            keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan petumbuhan

            tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang

            baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang). Indeks BB/TB adalah indeks

            yang independen terhadap umur (Supariasa, 2002).

               Kelebihan indeks BB/TB antara lain :

            1. Tidak memerlukan data umur

            2. Dapat membedakan proporsi badan yaitu gemuk, normal dan kurus

               (Supariasa, 2002).




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
19




               Kekurangan indeks BB/TB antara lain :

            1. Tidak dapat memberi suatu gambaran, apakah anak tersebut tergolong

               pendek. Memiliki tinggi badan yang cukup atau tinggi badan yang berlebih

               menurut umurnya, karena faktor umur tidak dipertimbangkan

            2. Dalam pratiknya, sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran

               panjang/tinggi badan pada kelompok balita.

            3. Membutuhkan dua macam alat ukur

            4. Pengukuran relatif lama

            5. Membutuhkan dua orang untuk melakukan pengukuran

            6. Sering terjadi kesalahan hasil dalam melakukan pengukuran, terutama apabila

               dilakukan oleh kelompok non-potensial (Supariasa, 2002).

               Pada remaja penilaian status gizi dapat dilakukan secara antropometri dengan

        menggunakan indeks BB/TB yang dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT)

        berdasarkan umur dan jenis kelamin. Rumus perhitungan IMT adalah dengan

        membandingkan berat badan dalam satuan kilo gram dengan kuadrat tinggi badan

        dalam meter.

               Pada anak/remaja status gizi diperoleh dari perbandingan IMT dan umur. Hal

        ini terlihat pada kurva Growth Chart CDC-NCHS.

                                           Tabel 2.2
                Klasifikasi Status Gizi Anak/Remaja (CDC-NCHS Tahun 2000)
                         IMT                                 Status Gizi
                        < 5th tile                            Gizi kurang
                     5 - < 85th tile                          Gizi normal
                    ≥ 85 - < 95th tile                        Overweight
                       ≥ 95 th tile                            Obesitas




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
20




        2.4. Gizi Lebih
               Di Negara maju masalah yang umum dihadapi ialah obesitas atau kelebihan

        gizi yang diakibatkan oleh konsumsi zat gizi yang berlebihan, kurang aktivitas fisik.

        Ini biasanya terjadi pada orang-orang yang hidupnya sudah makmur dan kurang bisa

        menjaga makanannya (Sediaoetama, 1991)

               Menurut Samsudin (1993) yang dimaksud dengan gizi lebih adalah berat

        badan yang relatif berlebihan dengan usia atau tinggi anak yang sebaya, sebagai

        akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh.

        Dalam status gizi lebih, tubuh sudah kewalahan menampung kelebihan zat gizi,

        terutama sumber tenaga. Kelebihan tersebut akhirnya disimpan dalam bentuk lemak

        di bawah kulit yang akan mengakibatkan seseorang menjadi gemuk, dan lemak juga

        disimpan diantara jaringan tubuh. Lemak yang disimpan di antara jaringan tubuh

        akan menimbulkan berbagai permasalahan baru seperti menyempitnya pembuluh

        darah dan meningginya tekanan darah (Sediaoetama, 1991). Menurut WHO (1995)

        seorang remaja dikatakan gizi lebih bila indeks massa tubuh menurut umur dan jenis

        kelamin melebihi 85 persentil.

               Selain itu penyebab gangguan pada umunya yaitu pemasukan energi yang

        melebihi kebutuhan, tanpa diimbangi dengan penggunaan energi, hal tersebut

        berhubungan dengan pola makan yang salah, sebagian besar dipengaruhi oleh gaya

        hidup seseorang. Makan lebih banyak dari kebutuhan atau makan tidak seimbang,

        dengan kata lain terlalu banyak faktor resiko yang disebabkan oleh makanan yang

        dapat menyebabkan gizi lebih (Satoto dkk dalam WKNPG, 1998).




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
21




                 Berdasarkan penjelasan diatas maka pada gilirannya kejadian gizi lebih akan

        meningkatkan resiko morbiditas penyakit tidak menular (degeneratif) yang

        disebabkan oleh berbagai perilaku kehidupan modern. Perilaku yang dimaksud

        menekankan pada kebiasaan pola makan tinggi kalori tinggi lemak dan kolesterol

        serta rendah serat (Soekirman, 2000)



        2.5. Faktor Penyebab Gizi Lebih

                 Penyebab gizi lebih secara umum adalah asupan energi yang melebihi

        kebutuhan yaitu melebihi kebutuhan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan,

        proses tumbuh kembang dan berbagai aktivitas jasmani anak. Kelebihan asupan

        makanan merupakan penyebab terpenting dibanding penyebab lainnya (Suyono,

        1994).

                 Faktor-faktor lain yang mempengaruhi gizi lebih adalah ketersediaan

        makanan berenergi tinggi dan rendah serat, aktivitas fisik yang rendah, kurangnya

        pengetahuan gizi dan faktor keturunan (Samsudin, 1993)

                 Menurut Wahlqvist (1997) gizi lebih (obesitas) disebabkan oleh faktor

        makanan, faktor aktifitas fisik, faktor hormonal, faktor genetik dan psikologis :

        1. Asupan energi yang tinggi

            Makanan memang diperlukan untuk kehidupan, selain untuk energi makanan

        juga dibutuhkan untuk menganti sel-sel tubuh yang rusak dan pada anak-anak

        diperlukan untuk pertumbuhan. Tetapi akan menjadi persoalan jika makanan yang

        dikonsumsi melebihi kebutuhan. Kelebihan energi tersebut akan disimpan didalam

        tubuh, keadaan demikian yang terus menerus akan mengakibatkan penimbunan

        lemak di dalam tubuh semakin banyak sehingga orang akan menjadi gemuk


Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
22




        2. Aktivitas fisik

            Aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk penggunaan energi tubuh, jika

        asupan kalori berlebihan dan tidak diikuti oleh aktivitas fisik yang tinggi akan

        menyebabkan kelebihan berat badan. Aktivitas fisik merupakan salah satu komponen

        yang berperan dalam penggunaan energi. Penggunaan energi tiap jenis aktivitas itu

        berbeda tergantung dari tipe, lamanya dan berat orang yang melakukan aktivitas

        tersebut. Semakin berat aktivitas, semakin lama waktunya dan semakin berat, badan

        orang yang melakukannya maka energi yang dikeluarkan pun lebih banyak,

        akibatnya kebutuhan energi pun lebih banyak. Aktivitas seperti olah raga jika

        dilakukan remaja secara teratur dan cukup takaran akan memberikan keuntungan,

        uaitu menjaga kesehatan sepanjang hidup dan mencegah dari penyakit salah makan

        (eating disorders) dan obesitas (Guthrie, 1995).

               Menurut Hanley et al (2000) tingginya aktivitas fisik memiliki potensi

        perlindungan melawan obesitas dengan memelihara keseimbangan energi dan

        mencegah penumpukan jaringan lemak yang berlebihan.

               Menurut Depkes (2002) menjelaskan bahwa olahraga yang baik dilakukan

        dengan melihat intesitas latihan (frekuensi dan lama latihan). Latihan fisik olahraga

        dengan frekuensi 3 kali seminggu dengan durasi waktu minimal 30 menit membantu

        untuk mempertahankan kesehatan fisik.

               Olah raga yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan, dapat

        meningkatkan kualitas fisik seseorang. Apabila kualitas fisik meningkat maka

        kualitas manusia secara keseluruhan cenderung akan meningkat pula. Hal ini

        membuktikan bahwa ada keterkaitan antara kualitas fisik dqan non fisik seperti yang

        dinyatakan dalam sebuah istilah klasik ”Mensana In Corpore Sano” yang artinya


Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
23




        adalah ”di dalam Tubuh yang Sehat terdapat jiwa yang Kuat”. Sejalan dengan itu,

        partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga sangat diharapkan guna peningkatan

        kualitas kesehatan dan kualitas manusia secara keseluruhan (BPS, 2006)

        3. Kelainan Hormon (endokrin)

               Penyakit yang menyebabkan kegemukan sebenarnya jarang terjadi, tetapi

        kegemukan dapat disebabkan oleh penyakit endokrin atau ganguan hormon. Penyakit

        endokrin yang menyebabkan kegemukan adalah hipofungsi kelenjar gondok

        (kelenjar Tryroid), mengakibatkan orang menjadi gemuk dan lamban. Penyakit gula

        (diabetes mellitus), kegemukan sering dijumpai. Kegemukan dapat merupakan

        penyebab atau dapat juga merupakan akibat dari penyakit ini (Suyono, 1994)

        4. Faktor Genetik

            Faktor genetik dapat mempengaruhi terjadinya obesitas (kegemukan) walaupun

        pengaruhnya sendiri sebenarnya belum jelas. Menurut Dietz dalam Penuntun Diit

        Anak (2003), kemungkinan seorang anak beresiko menderita obesitas sebesar 80%

        jika kedua orang tuanya mengalami obesitas. Sedangkan seorang anak akan beresiko

        menderita obesitas sebesar 40% jika salah satu orang tuanya mengalami obesitas.

        Anak yang mempinyai bakat gemuk karena faktor genetik akan cepat menjadi

        gemuk, apalagi jika lingkungannya pun kondusif, misalnya anak memiliki

        lingkungan dengan perilaku makan tinggi energi dan lemak

        5. Faktor Emosional/Psikologis

               Emosional/psikologis seseorang berhubungan erat dengan rasa lapar dan

        nafsu makan. Sejumlah hormon akan disekresi sebagai tanggapan dari keadaan

        psikologis, sehingga terjadi peningkatan metabolisme dimana energi akan dipecah

        dan digunakan untuk aktivitas fisik. Jika seseorang tidak mempergunakan bahan


Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
24




        bakar yang telah disediakan, maka tubuh tidak mempunyai alternatif lain sehingga

        menyimpannya sebagai lemak. Proses tersebut menyebabkan glukosa darah menurun

        sehingga menyebabkan rasa lapar pada orang yang mempunyai tekanan psikologis

        (Wirakusumah, 1997 dalam Welis, 2003).



        2.6. Faktor –faktor lain yang Berhubungan Dengan Gizi Lebih

        2.6.1. Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji Modern (Fast Food ) pada

               Remaja

               Bertram (1975) dalam Hayati (2000) mendefinisikan fast food sebagai

        makanan yang dapat disiapkan dan dikonsumsi dalam waktu singkat baik memasak

        maupun menyediakan makanan. Fast food merupakan istilah yang mengandung

        kedua arti tersebut : pertama, fast food dapat diartikan sebagai makanan yang dapat

        disajikan dan dikonsumsi dalam waktu sesingkat mungkin, sedangkan arti kedua

        fast food merupakan makanan yang dapat dikonsumsi secara cepat.

               Remaja merupakan golongan yang paling mudah terkena pengaruh budaya

        dari luar karena mereka sedang mengalami masa pencaharian identitas diri akibat

        proses transisi yang dilalui. Pengaruh yang terjadi bukan hanya tampak pada

        penampilan fisik, tetapi juga pada perubahan pola konsumsi makan.

               Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia juga bisa

        mempengaruhi pola kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat menengah

        keatas, restoran fast food merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Makanan di

        restoran fast food ditawarkan dengan harga yang terjankau dengan kantong mereka,

        servisnya cepat, dan jenis makanannya memenuhi selera. Fast food adalah gaya

        hidup remaja kota. (Khomsan, 2004).


Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
25




               Salah satu masalah serius yang telah menjadi kecenderungan kebiasaan

        makan remaja masa kini adalah mengkonsumsi makanan terolah, seperti ditayangkan

        melalui media elektronik terlalu banyak hal yang dilebih-lebihkan. Makanan olahan

        (fast food) modern, walaupun dalam iklan di berbagai media diklaim kaya akan

        vitamin dan mineral, sebagian besar mengandung tinggi gula dan lemak selain zat

        additive yang dapat mengganggu kesehatan. Kegemaran pada makanan cepat saji

        modern yang mengandung tinggi kalori bila dikonsumsi dalam jangka waktu yang

        lama, pada akhirnya akan mengarahkan remaja ke perubahan patologis yang terlalu

        dini (Arisman, 2004).

               keberadaan restoran-restoran fast food yang semakin menjamur di kota-kota

        besar di Indonesia, yang menyajikan berbagai makanan siap saji yang dapat berupa

        makanan tradisional Indonesia (seperti restoran Padang) dan makanan barat (seperti

        Kentucky Fried Chicken, California Fried Chicken) yang terkenal ayam gorengnya,

        disamping jenis makanan yang tidak kalah popular seperti Burger, Pizza, Sandwich

        dan sebagainya. Dengan manajemen yang handal dan juga dilakukannya terobosan

        misalnya, pelayanan yang praktis, desain interior restoran dibuat rapi, menarik dan

        bersih tanpa meninggalkan unsur kenyamanan, serta rasanya yang lezat membuat

        mereka yang sibuk dalam pekerjaanya memilih alternatif untuk mengkonsumsi jenis

        fast food, karena lebih cepat dan juga mengandung gengsi bagi sebagian golongan

        masyarakat. Bahkan di hari libur pun biasanya banyak keluarga yang memilih

        makanan diluar dengan jajanan fast food (Khomsan, 2005).




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
26




        2.6.2. Pola Konsumsi Makanan

               Konsumsi makanan adalah jenis dan banyak makanan yang dimakan dan

        dapatt diukur dengan jumlah bahan makanan atau jumlah kalori dan zat gizi. Susunan

        beragam pangan yang biasa dikonsumsi seseorang atau kelompok orang disebut pola

        konsumsi pangan (Depkes, 1995).

               Seorang remaja biasanya telah mempunyai pilihan sendiri terhadap makanan

        yang ia senangi. Banyak remaja cenderung memiliki kebiasaan makan yang tidak

        teratur, tidak makan dirumah dan jajan bersama dengan teman sebayanya yang dalam

        banyak hal kurang menguntungkan (Anwar, 2006). Remaja putri malah melewatkan

        dua kali waktu makan dan lebih memilih mengkonsumsi makanan yang cenderung

        mengandung sedikit zat-zat gizi (Arisman, 2004). Remaja yang banyak

        mengkonsumsi makanan jajanan akan merasa kenyang karena padatnya kalori yang

        terkandung dalam makanan jajanan. Sementara zat gizi lain seperti protein, vitamin

        dan mineral masih sangat kurang (Khomsan, 2006).

               Kebiasaan makan yang salah pada remaja akan mempertinggi resiko

        terjadinya gizi lebih. Kebiasaan tersebut meliputi pola makan, kebiasaan makan pagi

        dan makan malam, kebiasaan makan jajanan dan makan cemilan serta kebiasaan

        makan fast food. Kebiasaan makan pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor

        antara lain : teman sebaya, keadaan emosional dan pelaksanaan diet penurunan berat

        badan (Gunawan, 1997).




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
27




        2.6.2.1. Konsumsi Energi Total

               Energi merupakan hasil dari metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

        Fungsi energi adalah sumber tenaga untuk metabolisme, pengaturan suhu tubuh,

        pertumbuhan dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan untuk cadangan energi

        dalam bentuk glikogen sebagai cadangan jangka pendek dan dalam bentuk lemak

        sebagai cadangan dalam jangka panjang. Sedangkan karbohidrat dan lemak memiliki

        peran sebagai protein sparer (Hardinsyah & Tambunan, 2004).

               Almatsier (2003) menyatakan bahwa keseimbangan energi dicapai bila energi

        yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan.

        Keadaan ini menghasilkan berat badan ideal/normal. Kelebihan energi terjadi apabila

        konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan

        energi dapat diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau

        kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan dalam hal jenis

        karbohidrat, lemak, tetapi juga karena kurang gerak.



        2.6.2.2. Konsumsi Karbohidrat

               Karbohidrat merupakan zat gizi utama sebagai sumber energi bagi tubuh.

        Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori (Almatsier, 2003). Terpenuhinya

        kebutuhan tubuh akan karbohidrat akan menentukan jumlah energi yang tersedia

        bagi tubuh setiap hari. Menurut pedoman umum gizi seimbang (PUGS) kecukupan

        karbohidrat yang baik adalah ½ dari kebutuhan energi 50% - 60% jika lebih dari itu

        kemungkinan zat-zat lain akan sulit terpenuhi kebutuhannya (Depkes, 2002).




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
28




               Karbohidrat berperan dalam menentukan karakteristik bahan makanan,

        seperti rasa, warna, tekstur dan lainnya. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat

        berfungsi membantu metabolisme lemak dan protein, mencegah ketosis, mencegah

        pemecahan proteintubuh yang berlebihan, dan memcegah kehilangan meneral.

        Karbohidrat selain dapat dari bahan makanan yang dikonsumsi harian khususnya

        yang berasal dari tumbuhan, karbohidrat juga dibentuk dalam tubuh dari beberapa

        asam amino dan sebagian dari gliserol lemak (Winarno, 1991).

               Kelebihan glukosa dalam tubuh akan diubah menjadi lemak. Perubahan ini

        terjadi dihati. Lemak ini kemudian dibawa ke sel-sel lemak yang dapat menyimpan

        lemak dalam jumlah tidak terbatas (Almatsier, 2003). Namun untuk mengubah

        kelebihan karbohidrat menjadi lemak tubuh diperlukan 23% dari kalori yang dicerna,

        sedangkan untuk mengubah lemak menjadi lemah tubuh hanya 3% dari kalori yang

        dicerna. Dalam satu studi yang dilakukan oleh peneliti dari Swiss DR Kevin

        Acheson, 12 orang diawasi selama satu periode 14 jam, tiap orang tidak makan

        apapun kecuali 2000 kalori karbohidrat (gula), dan hasilnya didapatkan hanya 40

        kalori karbohidrat berlebih yang diubah menjadi lemak tubuh (Clark, 1996).



        2.6.2.3. Komsumsi Lemak

               Lemak terdiri dari fosfolipid, sterol dan trigliserida. Sebagian besar lemak

        (99%) merupakan trigliserida yang terdiri dari asam lemak dan gliserol (Hardinsyah

        &Tambunan, 2004). Fungsi lemak dan minyak dalam makanan adalah membantu

        penyerapan vitamin A,D,E,K, menambah energi dan melezatkan makanan. Lemak

        dikelompokkan menjadi tiga menurut kemudahan pencernaannya yaitu asam lemak




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
29




        jenuh yang sulit dicerna, asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna dan

        asam lemak tak jenuh ganda yang paling mudah dicerna (PUGS, 2002).

               Lemak merupakan penyumbang energi terbesar dibanding zat gizi makro

        lainnya. Lemak mengandung 38kj/g energi sedangkan energi dari karbohidrat dan

        protein berkisar 17kj/g (Willet, 1998). Tiap gram lemak mengandung 9 kkal,

        dibanding karbohidrat dan protein yang menghasilkan 4 kkal per gram. Anjuran

        konsumsi lemak dan minyak tidak boleh lebih dari 30% dari kebutuhan energi

        sehari-hari (Soetjiningsih, 2004).

               Lemak yang berasal dari makanan digunakan tubuh untuk hal-hal berikut :

            1. Pemberi kalori, tiap gram lemak dalam peristiwa oksidasi akan memberikan

               kalori sebanyak 9 kalori (Moehyi, 2002 dalam Putri, 2004)

            2. Melarutkan vitamin –vitamin ADEK sehingga vitamin tersebut dapat diserap

               oleh usus.

            3. Memberikan asam lemak esensial

               Kelebihan lemak lebih menggemukkan daripada kelebihan karbohidrat

               karena tubuh kita lebih efisien mengubah lemak menjadi lemak tubuh

               daripada mengubah karbohidrat menjadi lemak tubuh (Clark, 1996).



        2.6.2.4. Konsumsi Protein

               Protein merupakan zat makanan yang penting bagi tubuh karena berfungsi

        sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam amino yang

        mengandung unsur C,H,O, dan N yang tidak dimiliki lemak dan karbohidrat

        (Winarno, 1991). Dengan demikian protein amatlah penting bagi semua taraf

        kehidupan, mulai dari masa anak-anak, remaja yang sedang tumbuh, juga pada masa


Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
30




        hamil dan menyusui pada wanita dewasa, orang yang sakit dan dalam taraf

        penhyembuhan, demikian juga orang dewasa dan lanjut usia (Suhardjo & Kusharto,

        (1992). Protein terdiri dari asam-asam amino. Protein asam-asam amino esensial

        terdiri dari histidin, isoleucin, leucin, lysin, methionine, sistein, phinilalanin, tirosin,

        treonin, triptophan dan valin. Semakin lengkap komposisi dan jumlah asam amino

        esensial dan semakin tinggi daya cerna protein suatu jenis pangan atau menu, maka

        semakin tinggi mutu proteinnya. Pada umumnya pangan hewani mempunyai mutu

        protein yang lebih baik dibandingkan pangan nabati. (Hardinsyah & Tambunan,

        2004). Anjuran konsumsi protein sebaiknya sesuai dengan Angka Kecukupam Gizi.



        2.6.3. Jenis Kelamin

                Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi,

        sehinggga ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi (Apriadji, 1986).

        Beberapa penelitian menunjukkan keterkaitan antara jenis kelamin dengan status gizi

        dimana prevalensi kejadian overweight pada wanita lebih tinggi dari laki-laki. Hasil

        penelitian Hanley et al (2000), di Kanada didapatkan prevalensi overweight anak usia

        2 – 19 tahun terdapat 27,7% pada anak laki-laki dan 33,7% pada anak perempuan.

        Pada penelitian gizi lebih dengan indeks BB/TB menunjukkan bahwa prevalensi gizi

        lebih dengan nilai batas > 110% terdapat 23% pada anak perempuan, yang berarti

        lebih tinggi dibandingkan dengan 10% pada anak laki-laki. Demikian juga prevalensi

        untuk obesitas yaitu 10,2% pada anak wanita, sedangkan pada anak laki-laki adalah

        3,1% (Samsudin, 1993).




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
31




        2.6.4. Pengetahuan Gizi

               Pengetahuan gizi berpengaruh positif terhadap pemilihan dan konsumsi

        makan seseorang pengetahuan gizi diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap

        ada tidaknya masalah gizi pada dirinya sehingga dapat mengambil tindakan yang

        tepat (Soehardjo, 1989). Pengetahuan gizi sebaiknya diberikan sejak dini sehingga

        dapat memberi kesan yang mendalam dan dapat menuntun anak dalam memilih

        makanan yang tepat dan dapat memahami serta menerapkan untuk mengkonsumsi

        makanan yang sehat dalam kehidupan sehari-hari (Irawati, 1998). Salah satu faktor

        yang mempengaruhi gizi lebih adalah pengetahuan tentang nilai gizi yang kurang

        (Samsudin, 1993).

               Menurut Satoto (1993), pada gizi lebih, sumberdaya informasi adalah cukup

        bahkan sampai berlebihan. Namun yang bersangkutan salah pilih dalam memilih

        makanan yang sehat dan seimbang, termasuk dalam membentuk gaya hidup, karena :

        pertama salah menilai, dalam arti menilai makanan enak sebagai makanan yang baik

        atau menilai kegemukan sebagai indikator sukses. Kedua kelemahan, dalam arti tidak

        memiliki keberanian untuk mengatakan tidak pada pilihan makanan berlebihan

        dalam berbagai kesempatan : rapat, jamuan bisnis, pesta dan sebagainya, serta

        ketidakberanian untuk mengatakan tidak terhadap gaya hidup sendetaris tanpa

        olahraga dan gerak yang memadai. Penelitian Gordon-Larsen (2002) menemukan

        bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan gizi dan kesehatan dengan gizi

        lebih pada remaja wanita di perkotaan Philadelpia.




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
32




        2.6.5. Uang Saku

               Uang saku merupakan bagian dari pendapatan keluarga yang diberikan

        kepada anaknya untuk jangka waktu tertentu harian, mingguan maupun bulanan.

        Perolehan uang saku sering menjadi suatu kebiasaan, anak diharapkan untuk belajar

        mengelola dan bertanggung jawab atas uang saku yang dimiliki (Napitu, 1994)

               Menurut (Berg, 1986) uang yang dimiliki oleh seseorang akan dapat

        mempengaruhi apa yang dikonsumsinya. Biasanya remaja memilih makanan sesuai

        dengan uang saku mereka. Dengan uang saku yang cukup besar, biasanya remaja

        sering mengkonsumsi makanan-makanan modern dengan pertimbangan prestise dan

        juga dengan harapan akan diterima di kalangan peer group mereka. Makanan yang

        biasanya dipilih adalah fast food dengan pertimbangan harganya juga tidak terlalu

        mahal. Peluang anak menjadi konsumen makanan sesungguhnya akan sangat

        ditentukan oleh daya beli keluarga atau orang tua anak, karena keputusan konsumsi

        untuk anak snagat dipengaruhi oleh daya beli (Sumarwan, 2007).

               Pada remaja yang memiliki uang saku, Insel et al (2006) dalam Wulandari

        (2007) menyatakan bahwa remaja yang telah diberi kepercayaan untuk mengelola

        uang sakunya sendiri cenderung memiliki kebebasan untuk memilih sesuka hatinya.

        Kebebasan memilih makanan ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi status

        gizi remaja. Dengan memiliki kebebasan untuk memilih sendiri makanannya, remaja

        cenderung untuk membeli apapun yang disukainya atau yang menarik menurut

        mereka, tanpa memperhatikan apakah makanan tersebut bergizi seimbang atau tidak.

        Pemilihan makanan yang salah pada akhirnya dapat berpengaruh pada status gizi

        mereka.




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
33




        2.6.6. Pendidikan Ibu

               Tingkat pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam menyerap dan

        memahami sesuatu (Apriadji, 1986). Tingkat pendidikan turut mempengaruhi pola

        konsumsi makan melalui cara pemilihan bahan makanan dalam hal kualitas dan

        kuantitas dibandingkan orang tua berpendidikan rendah (Hidayat, 1980 dalam

        Mariani, 2003)

               Menurut Ritchie (1979) dalam Mariani (2003) tingkat pendidikan erat

        berkaitan dengan pengetahuan atau informasi yang dimiliki. Sedangkan menurut

        Sedioetama (1987) dalam Mariani (2003) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai

        kesehatan dan gizi merupakan faktor penting dalam mempengaruhi pola konsumsi.

               Pendidikan ibu akan mempengaruhi status gizi anak. Semakin tinggi tingkat

        pendidikan ibu cenderung memiliki anak berstatus baik. Tingkat pendidikan

        berkaitan atau sejalan dengan pengetahuan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat

        pengetahuan gizi, semakin baik pula tingkat pemilihan bahan makanan. Anak dari

        ibu berpendidikan tinggi akan memiliki pertumbuhan baik. Hal ini disebabkan karena

        keterbukaan dalam menerima perubaha atau hal-hal baru berkaitan dengan

        pemeliharaan kesehatan anak (Suroto, 1985 dalam Mariani, 2003).



        2.6.7. Pendapatan Orang Tua

               Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan terhadap kualitas dan

        kuantitas hidangan. Semakin tinggi tingkat pendapatan berarti semakin baik kualitas

        dan kuantitas makanan yang diperoleh seperti membeli buah, sayuran dan aneka

        ragam jenis makanan (Berg, 1986). Selanjutnya dikatakan pertambahan pendapatan

        tidak selalu membawa perbaikan pada konsumsi makanan, karena walaupun banyak


Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
34




        pengeluaran untuk makanan tetapi belum tentu kuantitas dan kualitas bahan makanan

        yang dibeli lebih baik. Demikian juga pertambahan pendapatan walaupun

        meningkatkan pengeluaran belum tentu digunakan untuk membeli makanan.

                 Hasil studi Hermanto,dkk (1996) dalam WNPG VI (1998), yang

        mengungkapkan pendapatan dan pendidikan kepala keluarga berpengaruh nyata pada

        perilaku konsumsi pangan rmah tangga. Dalam kaitannya dengan perilaku konsumsi

        makanan jadi data Susenas menunjukkan adanya kecenderungan konsumsi makanan

        jadi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di kota-kota besar seperti Jakarta,

        pengeluaran untuk makanan jadi (fast food) ini lebih besar yaitu sekitar seperempat

        dari total pengeluaran pangan.



        2.7. Pengukuran Konsumsi Makanan

                 Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan ststus gizi secara tidak

        langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi (Supariasa,

        2002).

         Tujuan survei konsumsi makanan terbagi atas :

        1. Tujuan umum

            Untuk mengetahui kebiasaan makan, gambaran tingkat kecukupan bahan

            makanan dan zat-zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, perorangan serta

            faktor yang berepengaruh terhadap konsumsi makanan.

        2. Tujuan khusus

            a.    Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok

                  masyarakat

            b.    Menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu


Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
35




            c.    Menentukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan pangan

            d.    Sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi

            e.    Sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat, khususnya golongan yang

                  beresiko tinggi mengalami kekurangan gizi

            f.    Menentukan perundang-undangan yang berkenaan dengan makanan,

                  kesehatan dan gizi masyarakat

                 Berdasarkan jenis data didapat, metode survei konsumsi makanan dibagi dua

        yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif antara lain :

        Metode pengkuran makanan bersifat kualitatif :

            1. Metode frekuensi makanan (food frequency)

            2. Metode dietary history

            3. Metode telepon

            4. Metode pendaftaran makanan (food list)

        Sedangkan metode kuantitatif antara lain :

            1. Metode recall 24 jam

            2. Perkiraan makanan (estimated food records)

            3. Penimbangan makanan (food weighing)

            4. Metode food account

            5. Metode inventaris (inventory method)

            6. Pencatatan (household food records)




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
36




        Metode pengukuran konsumsi makanan individu antara lain :

        1. Metode Food Recall 24 Jam

                  Prinsip dari metode food recall 24 jam adalah mencatat jenis dan jumlah

        bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam lalu. Hal penting yang perlu

        diketahui pada food recall 24 jam adalah data yang diperoleh cenderung lebih

        kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif maka jumlah

        konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat

        ukuran rumah tangga (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang

        biasa digunakan sehari-hari (Supariasa, 2002).

                  Menurut Supariasa (2002) langkah-langkah pelaksanaan food recall 24 jam

        ialah :

            1. Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua

                  makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah

                  tangga selama kurun waktu 24 jam yang lalu.

            2. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar

                  Komposisi Bahan Makanan (DKBM)

            3. Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DGKA)

                  atau angka kecukupan gizi (AKG) untuk Indonesia.

                  Agar wawancara berjalan secara sistematis, perlu dipersiapkan kuesioner

        sebelumnya       sehingga    wawancara    terarah   menurut   urutan   waktu   dan

        pengelompokkan bahan makanan. Urutan waktu makan sehari dapat disusun berupa

        makan pagi, siang, malam, snack serta makanan jajanan (Supariasa, 2002).




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
37




                 Pengukuran konsumsi makanan dengan recall apabila hanya dilakukan 1x24

        jam tidak representatif sehingga recall seharusnya dilakukan berulang-ulang dengan

        hari yang tidak berturut-turut minimal dilakukan recall 2x24 jam. Metode recall

        memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah :

            -    Mudah dilakukan

            -    Cepat dan dapat mencakup banyak responden

            -    Biaya murah karena tidak memerlukan tempat yang luas dan peralatan khusus

            -    Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf

            -    Dapat menghitung asupan makanan yang benar-benar dikonsumsi harian oleh

                 responden.

        Diantara kelebihan penggunaan metode recall terdapat beberapa kekurangan, antara

        lain :

            -    Bila recall dilakukan hanya 1 (hari) tidak dapat menggambarkan asupan

                 makanan harian responden

            -    Ketepatan metode ini tergantung dari daya ingat responden

            -    Adanya flat slope syndrome, dimana terdapat kecenderungan responden yang

                 kurus akan melaporkan konsumsinya lebih banyak dan responden yang

                 gemuk melaporkan konsumsinya lebih sedikit.

            -    Membutuhkan tenaga terlatih dan terampil dalam memperkirakan URT dan

                 ketepatan alat bantu

            -    Responden harusdiberikan penjelasan dan motivasi dari tujuan penelitian

            -    Recall sebaiknya tidak dilakukan saat acara-acara besar seperti akhir pekan,

                 upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain agar dapat mengetahui gambaran

                 konsumsi makanan sehari-hari.


Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
38




            2. Metode perkiraan makanan (estimated food records)

               Dalam memperkirakan makanan yang dikonsumsi, responden mencatat

        semua jumlah makanan dan snack yang dikonsumsi dalam ukuran rumah tangga

        (URT) atau menimbang dalam ukuran gram setiap kali makan. Jumlah hari dalam

        memperkirakan asupan makanan tergantung tujuan penelitian. Apabila penelitian

        bertujuan untuk meneliti rata-rata asupan kelompok maka 1 (satu) hari untuk 1 (satu)

        responden sudah memenuhi syarat (Gibson, 2005).

               Kelebihan metode food record ini adalah relatif murah dan cepat, lebih

        akurat, dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar dan diketahui konsumsi zat

        gizi sehari. Kekurangannya antara lain bisa menyebabkan beban bagi responden

        sehingga terkadang responden merubah kebiasaan makannya, tidak dapat digunakan

        untuk responden buta huruf dan tergantung kepada kejujuran dan kemampuan

        responden dalam memperkirakan jumlah konsumsi makanan (Supariasa, 2002).

            3. Metode food Weighting (Penimbangan Makanan)

               Dalam metode ini, responden diminta untuk menimbang semua makanan dan

        snack yang dikonsumsi dalam periode waktu tertentu. Cara penyiapan makanan,

        detail penjelasan makanan dan merk makanan (jika diketahui) juga harus dicatat.

        Metode ini lebihn akurat untuk memperkirakan kebiasaan konsumsi makanan dan

        asupan gizi seseorang (Gibson, 2005).

               Kelebihan metode penimbangan makanan antara lain data yang didapat lebih

        teliti. Kekurangan metode ini antara lain butuh waktu dan biaya mahal, bila

        dilakukan dalam waktu lama maka responden dapat berubah kebiasaan makannya,

        tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil serta perlu kerjasama yang baik

        dengan responden (Supariasa, 2002).


Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
39




            4. Metode Dietary History

                 Metode ini digunakan untuk memperkirakan kebiasaan asupan makanan dan

        pola makan individu yang umumnya dilakukan dalam jangka waktu lama sekitar 1

        bulan. Metode ini memiliki 3 (tiga) komponen antara lain mewawancarai responden

        tentang kebiasaan     pola makan keseluruhan dalam 24 jam terakhir yaitu waktu

        makan utama dana makan selingan, kedua adalah melakukan pengecekan ulang

        kuesioner dari jenis makanan tertentu yang dikonsumsi dan ketiga adalah subjek

        mencatatat konsumsi makanan di rumah selama 3 hari (Gibson, 2005).

                 Kelebihan metode ini adalah murah, dapat memberikan gambaran konsumsi

        makan dalam waktu relatif panjang dan dapat digunakan di klinik gizi. Sedangkan

        kekurangan metode ini adalah membebankan responden dan pengumpul data, perlu

        tenaga terlatih, data lebih bersifat kualitatif, tidak cocok untuk sampel besar dan

        umumnya bagi makanan khusus saja (Supariasa, 2002).

            5. Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)

                 Food Frequency Questinnaire (FFQ) bertujuan untuk menilai frekuensi

        makanan dan berbagai jenis makanan dalam periode waktu tertentu. Metode ini dapat

        menjelaskan informasi kualitatif mengenai pola konsumsi makan seseorang (Gibson,

        2005).

                 Kelebiahan metode ini adalah murah dan sederhana, dapat dilakukan sendiri

        oleh     responden,   tidak   membutuhkan    keterampilan   khusus,    dan   dapat

        menghubungkan penyakit dengan kebiasaan makan. Sedangkan kekurangan metode

        ini adalah tidak dapat menghitung asupan zat gizi, sulit mengembangkan kuesioner,

        perlu membuat percobaan pendahuluan, cukup menjemukan pewawancara dan

        responden harus jujur (Supariasa, 2002).


Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
40




        Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)

               Menurut Supariasa (2002) langkah-langkah metode frekuensi makanan

        adalah :

            1. Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia

               pada kuesioner mengenai frekuensi pengggunaannya dan ukuran porsinya.

            2. Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan

               makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumser-sumber zat gizi

               tertentu selama periode tertentu pula.



        2.8. Dampak Gizi lebih Pada Remaja

               Dampak gizi lebih pada anak terhadap kesehatan pada umumnya lebih ringan

        jika dibandingkan dengan pada orang dewasa. Dampak gizi lebih/obesitas pada anak

        antara lain pertumbuhan dan perkembangan fisik yang lebih cepat matang. Pada anak

        perempuan, mereka mendapat menarche pada usia yang lebih dini. Umunya anak

        yang mengalami gizi lebih memiliki keterbatasan untuk berpartisipasi dalam

        berbagai kegiatan, lebih senang menyendiri dan memuaskan dirinya dengan santai

        dan makan. Untuk kasus gizi lebih dengan derajat yang berat, biasanya disertai

        keluhan ganguan pernafasan, hipertensi, dermatitis atau eksema pada lipatan kulit

        menyebabkan bau badan yang tidak enak sehingga tidak disukai (Samsudin, 1993).

               Gizi lebih berkaitan dengan berbagai macam faktor antara lain daya beli yang

        cukup atau berlebihan, ketersediaan makanan berenergi tinggi dan rendah serat

        seperti berbagai jenis makanan modern yang sekarang banyak di kota-kota besar. Di

        samping itu defisiensi aktifitas fisik, pengetahuan tentang nilai gizi yang kurang,

        keturunan dan faktor hormonal juga merupakan penyebab gizi lebih. Dalam usaha


Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
41




        mencegah dan mengobati gizi lebih, pengetahuan tentang faktor penyebab

        munculnya kelebihan lemak tubuh akan sangat membantu (Harjadi dan Soejono,

        1986).

                 Menurut Kuntaraf dan Kuntaraf (1992) kegemukan atau gizi lebih

        memberikan beban psikologi bahkan memberikan penderitaan mental. Betapa

        banyak anak yang sering mendapat tekanan mental oleh sebab ejekan yang datang,

        oleh karena memiliki tubuh yang kegemukan. Tekanan inipun terasa pada masa

        remaja ataupun dewasa.

                 Gizi lebih pada masa anak dan remaja 1,5-2 kali meningkatkan resiko gizi

        lebih seelah dewasa (Nicklas et al, 2001 dalam Wellis, 2003). Menurut Wang et al

        (2002) dalam Wellis (2003) gizi lebih pada awal masa kehidupan berhubungan

        dengan beberapa faktor resiko seperti penyakit jantung koroner dan prediksi terhadap

        kejadian hipertensi dan diabetes mellitus di masa dewasa.




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
42




            Kerangka Teori


                        Psikologi :                              Biologis :
                        • Harga diri                             • Umur
                        • Citra diri                             • Jenis kelamin
                        • Konflik psikis                         • Status pertumbuhan
                        • Konsep sehat                           • Status kesehatan
                        • Persepsi                               • Keturunan



                                                                    Sosial Ekonomi :
          Individu :                         STATUS                 • Tren makanan modern
          Pengetahuan dan sikap :             GIZI                  • Nilai makanan
          • Pengetahuan gizi                 REMAJA                 • Makanan yang tersedia
          • Sikap makan                                             • Tren mode
          • Praktek makan                                           • Pendapatan / Uang saku
                                                                    • Pendidikan
                                                                    • Kebiasaan makan

                                           Penggunaan Zat Gizi
                                              Tidak Efisien


                                                                    Aktivitas Tubuh :
             Perilaku Makan :                                       • Mobilitas – Menonton
             • Frekuensi makan                                         TV
             • Diet                                                 • Rekreasi - Tidur
             • Meninggalkan                    Kelainan             • Olahraga
                makanan                        Metabolik            • Kegiatan sekolah



        Gambar 2.1. Kerangka Teori Faktor-faktor yang berhubungan dengan Status Gizi
                    Remaja (Modifikasi Adiningsih, 2003 dan Apriadji, 1986)




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
BAB III

            KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL




        3.1 Kerangka Konsep

               Penelitian ini bertujuan untuk hubungan kebiasaan konsumsi makanan cepat

        saji modern (fast food), aktivitas fisik dan faktor lainnya dengan kejadian gizi lebih

        pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di Jakarta Timur. Penelitian ini memasukkan

        kerangka konsep dengan variabel independen adalah kebiasaan konsumsi makanan

        cepat saji modern (fast food), aktivitas fisik (waktu tidur malam, waktu menonton

        televisi/main komputer/video games dan kebiasaan olah raga) , pola konsumsi

        (konsumsi energi, karbohidrat, lemak dan protein), karakteristik remaja (jenis

        kelamin, pengetahuan gizi, uang saku) dan karakteristik orang tua (pendidikan ibu

        dan pendapatan orang tua). Sedangkan variabel dependennya adalah gizi lebih.

        Variabel –variabel yang akan diteliti melalui penelitian ini dapat digambarkan

        sebagai berikut :




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008               43
44




        Gambar 3.1. Kerangka Konsep Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan
                   Cepat Saji Modern (fast food), Aktifitas Fisik dan Faktor Lain
                   Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Remaja SMU Sudirman di
                   Jakarta Timur Tahun 2008.

          Kebiasaan Konsumsi
          Fast Food



          Aktivitas Fisik :
          • Waktu tidur
          • Waktu menonton TV,
             main komputer/main
             video games
          • Kebiasaan olahraga


          Pola Konsumsi :
                                                               GIZI LEBIH
          • Konsumsi energi
                                                                REMAJA
          • Konsumsi karbohidrat
          • Konsumsi lemak
          • Konsumsi protein


          Karakteristik Remaja :
          • Jenis kelamin
          • Pengetahuan gizi
          • Uang saku


          Karakteristik Orang Tua :
          • Pendidikan ibu
          • Pendapatan orang tua



               Variabel Independen                          Variabel Dependen




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
45



                                                    3.2. DEFINISI OPERASIONAL


No.      Variabel                    Definisi                 Cara Ukur           Alat Ukur         Hasil Pengukuran                Skala


 1    Gizi lebih       Status gizi remaja yang diukur      Penimbangan berat   Timbangan injak      1. Gizi lebih, jika IMT ≥ 85 Ordinal
                       berdasarkan indeks antropometri     badan tanpa alas    scale standar
                                                                                                      percentil
                       yang dinyatakan dengan IMT yang     kaki dab mengukur   (SECA) dengan
                       disesuaikan dengan umur dan jenis   tinggi badan        tingkat ketelitian   2. Gizi tidak lebih, jika IMT
                       kelamin dengan cut of point > 85                        0,1 kg dan
                                                                                                      < 85 percentil
                       pencentil                                               microtoice
                                                                                                    (CDC, 2000)
 2.   Frekuensi     Banyaknya konsumsi fast food Form      kuesioner               Kuesioner        1. Sering (≥ 2x /minggu)        Ordinal
      konsumsi fast modern yang dikonsumsi oleh diisi sendiri                                       2. Tidak sering
      food modern   responden dalam satu minggu                                                        (< 2x / minggu)
                                                                                                    (Khomsan, 2006 )


 3.   Lama tidur       Rata-rata jumlah     waktu yang Form        kuesioner Kuesioner              1. Lama (> median)              Ordinal
                       digunakan untuk      tidur dalam diisi sendiri                               2. Sebentar (≤ median)
                       sehari

 4    Lama             Rata-rata jumlah waktu yang Form           kuesioner Kuesioner               1. > 2 jam per hari      Ordinal
      menonton         digunakan     uantuk   menonton diisi sendiri                                2. < 2 jam per hari
      televisi/main    televisi/main komputer dan video                                               (Gortmaker, 1986 dalam
      komputer dan     games dalam sehari                                                              Wellis, 2003)
      video games




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
46



 5.   Kebiasaan        Frekuensi anak melakukan olah Form       kuesioner             Kuesioner    1. Ringan(< 3 kali/minggu)    Ordinal
      olah raga        raga dalam seminggu           diisi sendiri                                 2. Berat ( ≥ 3 kali/minggu)
                                                                                                        @ 30 menit/latihan
                                                                                                        (Depkes, 2002)
 7.   Total asupan Jumlah energi yang dikonsumsi Wawancara dengan                  Format isian    1. Konsumsi Energi >AKG       Ordinal
      energi       sehari dibandingkan dengan AKG Recall 1 x 24 jam                recall          2. Konsumsi energi ≤AKG
                                                                                   Makanan             (WKNPG, 1998)
 8.   Konsumsi         Jumlah     karbohidrat    yang Wawancara dengan             Format isian   1. Konsumsi karbohidrat        Ordinal
      karbohidrat      dikonsumsi sehari dibandingkan Recall 1 x 24 jam            recall             (> 60% energi total)
                       dengan PUGS                                                 Makanan        2. Konsumsi karbohidrat
                                                                                                      (≤ 60% energi total)
                                                                                                      (Depkes,2002)
 9    Konsumsi         Jumlah lemak yang dikonsumsi Wawancara dengan               Format isian   1. Konsumsi lemak              Ordinal
      lemak            sehari dibandingkan dengan PUGS Recall 1 x 24 jam           recall             (> 30% energi total)
                                                                                   Makanan        2. Konsumsi karbohidrat
                                                                                                      (≤ 30% energi total)
                                                                                                     (Soetjiningsih, 2004)
 10   Konsumsi         Jumlah makanan yang dikonsumsi       Wawancara dengan Format isian          1.Konsumsi Protein > AKG      Ordinal
      Protein          dalam satu hari dinyatakan sebagai   recall 1x24 jam  recall makanan        2.Konsumsi Protein ≤ AKG
                       total protein terhadap persentase                                            (WKNPG, 1998)
                       AKG (energi) dari protein
 10   Jenis kelamin    Status gender responden dilihat      Form       kuesioner      Kuesioner   1. laki – laki                 Nominal
                       dari keadaan fisiknya                diisi sendiri
                                                                                                  2. Perempuan
 11   Pengetahuan      Tingkat penguasaan responden         Form       kuesioner      Kuesioner   1. Kurang (skor < 80%)         Ordinal
      gizi             terhadap pertanyaan mengenai         diisi sendiri                         2. Baik (skor nilai ≥ 80%)
                       ilmu gizi dasar yang meliputi                                                 (Khomsan, 2000)
                       pengertian makanan bergizi,
                       menu seimbang, kandungan zat




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
47



                       gizi makanan modern (fast food)
 12   Uang saku        Jumlah uang yang diterima          Form       kuesioner   Kuesioner   1. Besar : (jika uang saku ≥ Ordinal
                       responden setiap hari dari orang   diisi sendiri                         dari median)
                       tua/wali diluar biaya sekolah                                         2. Kecil : (jika uang saku
                                                                                                <dari median)
                                                                                                (Suhartini, 2004)
 13   Pendapatan       Rata-rata jumlah pendapatan ayah   Form       kuesioner   Kuesioner   1. Tinggi (≥ median)         Ordinal
      orang tua        dan ibu dalam satu bulan           diisi sendiri                      2. Rendah (< median)

 14   Pendidikan       Tingkat pendidikan formal terakhir Form     kuesioner     Kuesioner   1. Rendah, bila ≤ SMA       Ordinal
      Ibu              yang telah diselesaikan oleh ibu diisi sendiri                        2. Tinggi, bila > SMA
                       dari responden                                                           (Kodyat, 1996)




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
48




        3.3. Hipotesis

               Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas maka hipotesa

        penelitian ini adalah sebagai berikut :

        1. Adanya hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan cepat saji modern

            (fast food) dengan kejadian gizi lebih pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di

            Jakarta Timur tahun 2008

        2. Adanya hubungan antara aktifitas fisik (waktu tidur, waktu menonton

            televisi/main komputer/video games dan kebiasaan olahraga) dengan kejadian

            gizi lebih pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di Jakarta Timur tahun 2008.

        3. Adanya hubungan antara pola konsumsi (total konsumsi energi, konsumsi

            karbohidrat, konsumsi lemak dsn konsumsi protein) dengan kejadian gizi lebih

            pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di Jakata Timur tahun 2008.

        4. Adanya hubungan antara karakteristik remaja (jenis kelamin, pengetahuan gizi

            dan jumlah uang saku) dengan kejadian gizi lebih pada remaja SMA Islam PB

            Soedirman di Jakarta Timur tahun 2008.

        5. Adanya hubungan antara karakteristik orang tua (pendidikan ibu dan pendapatan

            orang tua) dengan kejadian gizi lebih pada remaja SMA Islam PB. Soedirman

            di Jakarta Timur tahun 2008.




Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008

Contenu connexe

Tendances

Perencanaan menu untuk balita
Perencanaan menu untuk  balitaPerencanaan menu untuk  balita
Perencanaan menu untuk balitaTriana Septianti
 
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)Feny Kartika
 
ppt pembentukan tim PMT Lokal.pptx
ppt pembentukan tim PMT Lokal.pptxppt pembentukan tim PMT Lokal.pptx
ppt pembentukan tim PMT Lokal.pptxlilikfatmawati
 
SIKLUS MENU 10 HARI.docx
SIKLUS MENU 10 HARI.docxSIKLUS MENU 10 HARI.docx
SIKLUS MENU 10 HARI.docxsidorekso
 
Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Dokter Tekno
 
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSNutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSDwi Handayani
 
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Lansia
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk LansiaPerencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Lansia
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk LansiaFakhriyah Elita
 
Manajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusiaManajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusiaSiti Sahati
 
Peningkatan mutu gizi pangan
Peningkatan mutu gizi panganPeningkatan mutu gizi pangan
Peningkatan mutu gizi panganSutyawan
 
Leaflet ASI EKSLUSIF PROMOSI KESEHATAN
Leaflet ASI EKSLUSIF PROMOSI KESEHATANLeaflet ASI EKSLUSIF PROMOSI KESEHATAN
Leaflet ASI EKSLUSIF PROMOSI KESEHATANMuh Saleh
 
DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN pjj_kemenkes
 
Food recall
Food recallFood recall
Food recallYuniar_
 
Ncp kanker kolon
Ncp kanker kolonNcp kanker kolon
Ncp kanker kolonelsegintzna
 

Tendances (20)

Perencanaan menu untuk balita
Perencanaan menu untuk  balitaPerencanaan menu untuk  balita
Perencanaan menu untuk balita
 
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
 
ppt pembentukan tim PMT Lokal.pptx
ppt pembentukan tim PMT Lokal.pptxppt pembentukan tim PMT Lokal.pptx
ppt pembentukan tim PMT Lokal.pptx
 
SIKLUS MENU 10 HARI.docx
SIKLUS MENU 10 HARI.docxSIKLUS MENU 10 HARI.docx
SIKLUS MENU 10 HARI.docx
 
Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)
 
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSNutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
 
Gizi dewasa
Gizi dewasaGizi dewasa
Gizi dewasa
 
Kasus stroke hipertensi
Kasus stroke hipertensiKasus stroke hipertensi
Kasus stroke hipertensi
 
Gizi anak sekolah dasar
Gizi anak sekolah dasar Gizi anak sekolah dasar
Gizi anak sekolah dasar
 
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Lansia
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk LansiaPerencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Lansia
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Lansia
 
Kasus obes dewasa
Kasus obes dewasaKasus obes dewasa
Kasus obes dewasa
 
PPT STUNTING.pptx
PPT STUNTING.pptxPPT STUNTING.pptx
PPT STUNTING.pptx
 
Manajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusiaManajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusia
 
Peningkatan mutu gizi pangan
Peningkatan mutu gizi panganPeningkatan mutu gizi pangan
Peningkatan mutu gizi pangan
 
Tabel akg 2019
Tabel akg 2019Tabel akg 2019
Tabel akg 2019
 
Leaflet ASI EKSLUSIF PROMOSI KESEHATAN
Leaflet ASI EKSLUSIF PROMOSI KESEHATANLeaflet ASI EKSLUSIF PROMOSI KESEHATAN
Leaflet ASI EKSLUSIF PROMOSI KESEHATAN
 
Kasus saluran cerna bawah
Kasus saluran cerna bawahKasus saluran cerna bawah
Kasus saluran cerna bawah
 
DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN
 
Food recall
Food recallFood recall
Food recall
 
Ncp kanker kolon
Ncp kanker kolonNcp kanker kolon
Ncp kanker kolon
 

En vedette

Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rin...
Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rin...Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rin...
Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rin...Vivi Yunisa
 
Digital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariDigital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariBayu Rahmanto
 
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Nika Meiliana
 
Kti lia akmaliah
Kti lia akmaliahKti lia akmaliah
Kti lia akmaliahYondy Arion
 
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIANTINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIANAditya Setyawan
 
pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada pra lansia di posyandu lans...
pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada pra lansia di posyandu lans...pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada pra lansia di posyandu lans...
pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada pra lansia di posyandu lans...nugdwis
 
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...Rc Suntown
 
Penanganan sampah di sumber sampah
Penanganan sampah di sumber sampahPenanganan sampah di sumber sampah
Penanganan sampah di sumber sampahinfosanitasi
 
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengah
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengahPokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengah
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengahrahasst
 
Pujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsihPujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsihYeni Oktarina
 
HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI TINGKAT III ...
HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI  PADA MAHASISWI TINGKAT III ...HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI  PADA MAHASISWI TINGKAT III ...
HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI TINGKAT III ...Warnet Raha
 
materi baru
materi barumateri baru
materi baruRe Mo
 
Becker ga penting
Becker ga pentingBecker ga penting
Becker ga pentingArdi Guyton
 
Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan keputusan me...
Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan keputusan  me...Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan keputusan  me...
Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan keputusan me...Operator Warnet Vast Raha
 

En vedette (20)

Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rin...
Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rin...Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rin...
Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rin...
 
Digital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariDigital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswari
 
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
 
Anc2
Anc2Anc2
Anc2
 
Kti lia akmaliah
Kti lia akmaliahKti lia akmaliah
Kti lia akmaliah
 
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIANTINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
 
Perilaku
PerilakuPerilaku
Perilaku
 
pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada pra lansia di posyandu lans...
pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada pra lansia di posyandu lans...pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada pra lansia di posyandu lans...
pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada pra lansia di posyandu lans...
 
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...
 
Penanganan sampah di sumber sampah
Penanganan sampah di sumber sampahPenanganan sampah di sumber sampah
Penanganan sampah di sumber sampah
 
Reny hartikasari
Reny hartikasariReny hartikasari
Reny hartikasari
 
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengah
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengahPokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengah
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengah
 
Pujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsihPujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsih
 
HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI TINGKAT III ...
HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI  PADA MAHASISWI TINGKAT III ...HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI  PADA MAHASISWI TINGKAT III ...
HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI TINGKAT III ...
 
materi baru
materi barumateri baru
materi baru
 
Wk. samir
Wk. samirWk. samir
Wk. samir
 
Becker ga penting
Becker ga pentingBecker ga penting
Becker ga penting
 
Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan keputusan me...
Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan keputusan  me...Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan keputusan  me...
Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan keputusan me...
 
Bab i iii tesis
Bab i iii tesisBab i iii tesis
Bab i iii tesis
 
54831671 skripsi-peh-1
54831671 skripsi-peh-154831671 skripsi-peh-1
54831671 skripsi-peh-1
 

Similaire à Kebiasaan makan remaja

Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter iioothee
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...Anisa Imaniar
 
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangAna Sengga
 
Tumbuh Kembang Remaja yang Normal
Tumbuh Kembang Remaja yang NormalTumbuh Kembang Remaja yang Normal
Tumbuh Kembang Remaja yang NormalFakhriyah Elita
 
Tubuh ideal-sehat
Tubuh ideal-sehatTubuh ideal-sehat
Tubuh ideal-sehatEddi Ross
 
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdfellyaniabadi1
 
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptxKONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptxKusmaWenny1
 
Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja
Perilaku Gizi Seimbang Pada RemajaPerilaku Gizi Seimbang Pada Remaja
Perilaku Gizi Seimbang Pada RemajaSii AQyuu
 
Makalah Status GIZI
Makalah Status GIZIMakalah Status GIZI
Makalah Status GIZIApapunituzar
 
KEBUTUHAN GIZI PADA USIA REMAJA DAN DEWASA
KEBUTUHAN GIZI PADA USIA REMAJA DAN DEWASAKEBUTUHAN GIZI PADA USIA REMAJA DAN DEWASA
KEBUTUHAN GIZI PADA USIA REMAJA DAN DEWASApjj_kemenkes
 
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.ppt
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.pptPERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.ppt
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.pptastroboy40
 
PPT KOMUNITAS DUSUN SAWAHAN FIX.pptx
PPT KOMUNITAS DUSUN SAWAHAN FIX.pptxPPT KOMUNITAS DUSUN SAWAHAN FIX.pptx
PPT KOMUNITAS DUSUN SAWAHAN FIX.pptxdesti75
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...Sii AQyuu
 

Similaire à Kebiasaan makan remaja (20)

Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
 
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
 
Tumbuh Kembang Remaja yang Normal
Tumbuh Kembang Remaja yang NormalTumbuh Kembang Remaja yang Normal
Tumbuh Kembang Remaja yang Normal
 
Tubuh ideal-sehat
Tubuh ideal-sehatTubuh ideal-sehat
Tubuh ideal-sehat
 
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
 
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptxKONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
 
Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja
Perilaku Gizi Seimbang Pada RemajaPerilaku Gizi Seimbang Pada Remaja
Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Makalah Status GIZI
Makalah Status GIZIMakalah Status GIZI
Makalah Status GIZI
 
Gizi untuk remaja
Gizi untuk remajaGizi untuk remaja
Gizi untuk remaja
 
2.docx
2.docx2.docx
2.docx
 
Pemakanan sihat remaja
Pemakanan sihat remajaPemakanan sihat remaja
Pemakanan sihat remaja
 
Penilaian Status Gizi.pptx
Penilaian Status Gizi.pptxPenilaian Status Gizi.pptx
Penilaian Status Gizi.pptx
 
KEBUTUHAN GIZI PADA USIA REMAJA DAN DEWASA
KEBUTUHAN GIZI PADA USIA REMAJA DAN DEWASAKEBUTUHAN GIZI PADA USIA REMAJA DAN DEWASA
KEBUTUHAN GIZI PADA USIA REMAJA DAN DEWASA
 
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.ppt
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.pptPERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.ppt
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.ppt
 
PPT KOMUNITAS DUSUN SAWAHAN FIX.pptx
PPT KOMUNITAS DUSUN SAWAHAN FIX.pptxPPT KOMUNITAS DUSUN SAWAHAN FIX.pptx
PPT KOMUNITAS DUSUN SAWAHAN FIX.pptx
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
 
3bab42
3bab423bab42
3bab42
 

Kebiasaan makan remaja

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Remaja Definisi dari remaja menurut Sarwono (2001) adalah individu yang berumur antara 10-20 tahun. Adapula tahapan perkembangan remaja yaitu remaja awal (12 - 14 tahun), remaja tengah (15 - 17 tahun) dan remaja lanjut (18 - 21 tahun) (Gunarsa, 1991). Sedangkan tahapan perkembangan pada remaja menurut Robert dan Williams (2000), bahwa secara umum ada 3 tahapan perkembangan remaja, yaitu 1. Remaja Awal (early adolescence) : usia 10-14 tahun, suka membandingkan diri dengan orang lain, sangat mudah dipengaruhi oleh teman sebayanya dan lebih senang bergaul dengan teman sejenis. 2. Remaja Tengah (middle adolescence) : usia 15 -19 tahun, lebih nyaman dengan keadaan sendiri, suka berdiskusi dan mulai berteman dengan lawan jenis, serta mengembangkan rencana masa depan. 3. Remaja Akhir (late adolescence) : usia 20 – 24 tahun, mulai memisahkan diri dari keluarga dan identitas, bersifat keras tetapi tidak berontak, teman sebaya tidak penting, berteman dengan lawan jenis secara dekat lebih penting, serta lebih fokus pada rencana karir masa depan (Robert dan Williams, 2000). Arisman (2004) menyatakan puncak pertambahan berat dan tinggi badan wanita tercapai pada usia masing-masing 11,9 tahun dan 12,1 tahun, sementara pria pada usia 14,3 dan 14,1 tahun. Laju pertumbuhan anak, hampir sama cepatnya Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008 12
  • 2. 13 sampai pada usia 9 tahun. Antara usia 10-12 tahun, pertumbuhan anak perempuan mengalami percepatan terlebih dahulu karena tubuhnya memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi, sementara anak laki-laki baru dapat menyusul dua tahun kemudian. 2.2 Gizi Remaja Remaja memerlukan makanan yang mengadung zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, bergerak dan memelihara kesehatannya. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi serta pola hidup yang biasa dilakukannya setiap hari. Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu pada seseorang (Supariasa, 2002). Masalah gizi remaja sangatlah rentan dan harus segera dilakukan upaya pencegahan dan tetap dilakukan intervensi. Ada 3 alasan yang mendukung pernyataan bahwa gizi remaja termasuk dalam kelompok yang rentan, yaitu : 1. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak 2. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi dan zat gizi. 3. Kehamilan, keikutsertaan dalam olah raga, kecanduan alkohol dan obat- obatan, akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan, serta ada pula remaja yan makan secara berlebihan sehingga terjadilah obesitas (Arisman, 2004). Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 3. 14 Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada Recommended Dietary Allowances (RDA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Arisman, 2004). Angka kecukupan gizi berguna sebagai nilai rujukan (reference values) yang digunakan untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan dan asupan gizi bagi orang sehat, agar tercegah dari defisiensi ataupun kelebihan asupan zat gizi (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 2004). Perubahan komposisi tubuh mempengaruhi kebutuhan gizi pada remaja, baik pada laki-laki maupun perempuan sama-sama membutuhkan banyak energi dan zat- zat gizi esensial untuk menopang pertumbuhan dan aktivitas fisik. Akan tetapi, remaja laki-laki membutuhkan lebih banyak zat-zat gizi dibandingkan remaja perempuan karena adanya perbedaan dalam jenis kegiatan, pengaruh hormonal serta susunan tubuh sehingga kebutuhan RDA pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Pada tabel dapat dilihat kebutuhan gizi remaja laki-laki dan perempuan berdasarkan umur. Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi dan Protein Yang dianjurkan untuk Kelompok Umur 10 samapi 17 tahun. Jenis Umur Berat Tinggi Energi Protein Kelamin (tahun) (Kg) (cm) (kkal) (gr) 13-15 45 150 2400 60 Laki-laki 16-18 55 160 2500 65 13-15 48 153 2350 49 Wanita 16-18 50 154 2200 51 Sumber : Angka Kecukupan Gizi, 2005 Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 4. 15 Sedangkan untuk konsumsi karbohidrat dianjurkan 50-60% dari kecukupan energi yang diajurkan (Depkes, 2002). Konsumsi lemak tidak melebihi 30% dari total energi yang dianjurkan (Soedjiningsih, 2004). 2.3. Penilaian Status Gizi Konsep penilaian status gizi lebih sekedar evaluasi dari status gizi, tetapi merupakan proses yang komprehensif untuk mengidentifikasi risiko gizi pada individu dan suatu kelompok masyarakat serta perencanaan, implementasi dan evaluasi gizi yang tepat bagi mereka (Simko, 1995). Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu : a. Antropometri digunakan untuk pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. b. Klinis merupakan metode yang didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. c. Biokimia dengan cara memeriksa spesimen yang diuji laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. d. Biofisik merupakan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khusnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan (Supariasa, 2002) Penilaian status gizi secara tidak langsung biasanya digunakan untuk menilai status gizi masyarakat. Penilaian status gizi ini dapat dibagi menjadi tiga yaitu :survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengukuran dengan survei konsumsi makanan metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan jenis zat Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 5. 16 gizi yang dikonsumsi. Statistik vital adalah dengan menganalisa data beberapa statistik kesehatan sedangkan penilaian dengan faktor ekologi merupakan penilaian yang memperhitungkan faktor-faktor seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain (Supariasa, 2002). 2.3.1. Antropometri Remaja Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002). Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Indikator antropometri ini terdiri dari tiga indikator, yaitu berat badan menurut (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Supariasa, 2002). 1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Berat badan adalah salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran massa tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, apabila kesehatan dalam keadaan baik terjadi keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi, maka berat badan akan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaiknya dalam keadaan yang abnormal, ada dua kemungkinan perkembangan yang terjadi pada berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi dan indeks BB/U ini lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status) (Supariasa, 2002). Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 6. 17 Kelebihan indeks BB/U antara lain : 1. Lebih mudan dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum 2. Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronik 3. Berat badan dapat berfluktuasi 4. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil 5. Dapat mendeteksi kegemukan (over weight) (Supariasa, 2002) Kelemahan indeks BB/U antara lain : 1. Dapat mengakibatkan intepretasi status gizi yang keliru apabila terdapat edema atau asites 2. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur belum baik. 3. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima tahun 4. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan 5. secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan dan sebagainya (Supariasa, 2002). 2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Tinggi badan merupakan antropometri yang dapat menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiiring dengan pertamabahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. (Supariasa, Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 7. 18 2002). Berdasarkan karakteristik diatas, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Kelebihan indeks TB/U antara lain : 1. Baik untuk menilai status gizi masa lampau 2. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa (Supariasa, 2002) Kelemahan indeks TB/U antara lain : 1. tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun 2. Pengukuran relatif sulit karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya 3. Ketepatan umur sulit didapat (Supariasa, 2002). 4. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam hal keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan petumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang). Indeks BB/TB adalah indeks yang independen terhadap umur (Supariasa, 2002). Kelebihan indeks BB/TB antara lain : 1. Tidak memerlukan data umur 2. Dapat membedakan proporsi badan yaitu gemuk, normal dan kurus (Supariasa, 2002). Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 8. 19 Kekurangan indeks BB/TB antara lain : 1. Tidak dapat memberi suatu gambaran, apakah anak tersebut tergolong pendek. Memiliki tinggi badan yang cukup atau tinggi badan yang berlebih menurut umurnya, karena faktor umur tidak dipertimbangkan 2. Dalam pratiknya, sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok balita. 3. Membutuhkan dua macam alat ukur 4. Pengukuran relatif lama 5. Membutuhkan dua orang untuk melakukan pengukuran 6. Sering terjadi kesalahan hasil dalam melakukan pengukuran, terutama apabila dilakukan oleh kelompok non-potensial (Supariasa, 2002). Pada remaja penilaian status gizi dapat dilakukan secara antropometri dengan menggunakan indeks BB/TB yang dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan umur dan jenis kelamin. Rumus perhitungan IMT adalah dengan membandingkan berat badan dalam satuan kilo gram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Pada anak/remaja status gizi diperoleh dari perbandingan IMT dan umur. Hal ini terlihat pada kurva Growth Chart CDC-NCHS. Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Anak/Remaja (CDC-NCHS Tahun 2000) IMT Status Gizi < 5th tile Gizi kurang 5 - < 85th tile Gizi normal ≥ 85 - < 95th tile Overweight ≥ 95 th tile Obesitas Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 9. 20 2.4. Gizi Lebih Di Negara maju masalah yang umum dihadapi ialah obesitas atau kelebihan gizi yang diakibatkan oleh konsumsi zat gizi yang berlebihan, kurang aktivitas fisik. Ini biasanya terjadi pada orang-orang yang hidupnya sudah makmur dan kurang bisa menjaga makanannya (Sediaoetama, 1991) Menurut Samsudin (1993) yang dimaksud dengan gizi lebih adalah berat badan yang relatif berlebihan dengan usia atau tinggi anak yang sebaya, sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh. Dalam status gizi lebih, tubuh sudah kewalahan menampung kelebihan zat gizi, terutama sumber tenaga. Kelebihan tersebut akhirnya disimpan dalam bentuk lemak di bawah kulit yang akan mengakibatkan seseorang menjadi gemuk, dan lemak juga disimpan diantara jaringan tubuh. Lemak yang disimpan di antara jaringan tubuh akan menimbulkan berbagai permasalahan baru seperti menyempitnya pembuluh darah dan meningginya tekanan darah (Sediaoetama, 1991). Menurut WHO (1995) seorang remaja dikatakan gizi lebih bila indeks massa tubuh menurut umur dan jenis kelamin melebihi 85 persentil. Selain itu penyebab gangguan pada umunya yaitu pemasukan energi yang melebihi kebutuhan, tanpa diimbangi dengan penggunaan energi, hal tersebut berhubungan dengan pola makan yang salah, sebagian besar dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang. Makan lebih banyak dari kebutuhan atau makan tidak seimbang, dengan kata lain terlalu banyak faktor resiko yang disebabkan oleh makanan yang dapat menyebabkan gizi lebih (Satoto dkk dalam WKNPG, 1998). Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 10. 21 Berdasarkan penjelasan diatas maka pada gilirannya kejadian gizi lebih akan meningkatkan resiko morbiditas penyakit tidak menular (degeneratif) yang disebabkan oleh berbagai perilaku kehidupan modern. Perilaku yang dimaksud menekankan pada kebiasaan pola makan tinggi kalori tinggi lemak dan kolesterol serta rendah serat (Soekirman, 2000) 2.5. Faktor Penyebab Gizi Lebih Penyebab gizi lebih secara umum adalah asupan energi yang melebihi kebutuhan yaitu melebihi kebutuhan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan, proses tumbuh kembang dan berbagai aktivitas jasmani anak. Kelebihan asupan makanan merupakan penyebab terpenting dibanding penyebab lainnya (Suyono, 1994). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi gizi lebih adalah ketersediaan makanan berenergi tinggi dan rendah serat, aktivitas fisik yang rendah, kurangnya pengetahuan gizi dan faktor keturunan (Samsudin, 1993) Menurut Wahlqvist (1997) gizi lebih (obesitas) disebabkan oleh faktor makanan, faktor aktifitas fisik, faktor hormonal, faktor genetik dan psikologis : 1. Asupan energi yang tinggi Makanan memang diperlukan untuk kehidupan, selain untuk energi makanan juga dibutuhkan untuk menganti sel-sel tubuh yang rusak dan pada anak-anak diperlukan untuk pertumbuhan. Tetapi akan menjadi persoalan jika makanan yang dikonsumsi melebihi kebutuhan. Kelebihan energi tersebut akan disimpan didalam tubuh, keadaan demikian yang terus menerus akan mengakibatkan penimbunan lemak di dalam tubuh semakin banyak sehingga orang akan menjadi gemuk Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 11. 22 2. Aktivitas fisik Aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk penggunaan energi tubuh, jika asupan kalori berlebihan dan tidak diikuti oleh aktivitas fisik yang tinggi akan menyebabkan kelebihan berat badan. Aktivitas fisik merupakan salah satu komponen yang berperan dalam penggunaan energi. Penggunaan energi tiap jenis aktivitas itu berbeda tergantung dari tipe, lamanya dan berat orang yang melakukan aktivitas tersebut. Semakin berat aktivitas, semakin lama waktunya dan semakin berat, badan orang yang melakukannya maka energi yang dikeluarkan pun lebih banyak, akibatnya kebutuhan energi pun lebih banyak. Aktivitas seperti olah raga jika dilakukan remaja secara teratur dan cukup takaran akan memberikan keuntungan, uaitu menjaga kesehatan sepanjang hidup dan mencegah dari penyakit salah makan (eating disorders) dan obesitas (Guthrie, 1995). Menurut Hanley et al (2000) tingginya aktivitas fisik memiliki potensi perlindungan melawan obesitas dengan memelihara keseimbangan energi dan mencegah penumpukan jaringan lemak yang berlebihan. Menurut Depkes (2002) menjelaskan bahwa olahraga yang baik dilakukan dengan melihat intesitas latihan (frekuensi dan lama latihan). Latihan fisik olahraga dengan frekuensi 3 kali seminggu dengan durasi waktu minimal 30 menit membantu untuk mempertahankan kesehatan fisik. Olah raga yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan, dapat meningkatkan kualitas fisik seseorang. Apabila kualitas fisik meningkat maka kualitas manusia secara keseluruhan cenderung akan meningkat pula. Hal ini membuktikan bahwa ada keterkaitan antara kualitas fisik dqan non fisik seperti yang dinyatakan dalam sebuah istilah klasik ”Mensana In Corpore Sano” yang artinya Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 12. 23 adalah ”di dalam Tubuh yang Sehat terdapat jiwa yang Kuat”. Sejalan dengan itu, partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga sangat diharapkan guna peningkatan kualitas kesehatan dan kualitas manusia secara keseluruhan (BPS, 2006) 3. Kelainan Hormon (endokrin) Penyakit yang menyebabkan kegemukan sebenarnya jarang terjadi, tetapi kegemukan dapat disebabkan oleh penyakit endokrin atau ganguan hormon. Penyakit endokrin yang menyebabkan kegemukan adalah hipofungsi kelenjar gondok (kelenjar Tryroid), mengakibatkan orang menjadi gemuk dan lamban. Penyakit gula (diabetes mellitus), kegemukan sering dijumpai. Kegemukan dapat merupakan penyebab atau dapat juga merupakan akibat dari penyakit ini (Suyono, 1994) 4. Faktor Genetik Faktor genetik dapat mempengaruhi terjadinya obesitas (kegemukan) walaupun pengaruhnya sendiri sebenarnya belum jelas. Menurut Dietz dalam Penuntun Diit Anak (2003), kemungkinan seorang anak beresiko menderita obesitas sebesar 80% jika kedua orang tuanya mengalami obesitas. Sedangkan seorang anak akan beresiko menderita obesitas sebesar 40% jika salah satu orang tuanya mengalami obesitas. Anak yang mempinyai bakat gemuk karena faktor genetik akan cepat menjadi gemuk, apalagi jika lingkungannya pun kondusif, misalnya anak memiliki lingkungan dengan perilaku makan tinggi energi dan lemak 5. Faktor Emosional/Psikologis Emosional/psikologis seseorang berhubungan erat dengan rasa lapar dan nafsu makan. Sejumlah hormon akan disekresi sebagai tanggapan dari keadaan psikologis, sehingga terjadi peningkatan metabolisme dimana energi akan dipecah dan digunakan untuk aktivitas fisik. Jika seseorang tidak mempergunakan bahan Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 13. 24 bakar yang telah disediakan, maka tubuh tidak mempunyai alternatif lain sehingga menyimpannya sebagai lemak. Proses tersebut menyebabkan glukosa darah menurun sehingga menyebabkan rasa lapar pada orang yang mempunyai tekanan psikologis (Wirakusumah, 1997 dalam Welis, 2003). 2.6. Faktor –faktor lain yang Berhubungan Dengan Gizi Lebih 2.6.1. Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji Modern (Fast Food ) pada Remaja Bertram (1975) dalam Hayati (2000) mendefinisikan fast food sebagai makanan yang dapat disiapkan dan dikonsumsi dalam waktu singkat baik memasak maupun menyediakan makanan. Fast food merupakan istilah yang mengandung kedua arti tersebut : pertama, fast food dapat diartikan sebagai makanan yang dapat disajikan dan dikonsumsi dalam waktu sesingkat mungkin, sedangkan arti kedua fast food merupakan makanan yang dapat dikonsumsi secara cepat. Remaja merupakan golongan yang paling mudah terkena pengaruh budaya dari luar karena mereka sedang mengalami masa pencaharian identitas diri akibat proses transisi yang dilalui. Pengaruh yang terjadi bukan hanya tampak pada penampilan fisik, tetapi juga pada perubahan pola konsumsi makan. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia juga bisa mempengaruhi pola kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat menengah keatas, restoran fast food merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Makanan di restoran fast food ditawarkan dengan harga yang terjankau dengan kantong mereka, servisnya cepat, dan jenis makanannya memenuhi selera. Fast food adalah gaya hidup remaja kota. (Khomsan, 2004). Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 14. 25 Salah satu masalah serius yang telah menjadi kecenderungan kebiasaan makan remaja masa kini adalah mengkonsumsi makanan terolah, seperti ditayangkan melalui media elektronik terlalu banyak hal yang dilebih-lebihkan. Makanan olahan (fast food) modern, walaupun dalam iklan di berbagai media diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sebagian besar mengandung tinggi gula dan lemak selain zat additive yang dapat mengganggu kesehatan. Kegemaran pada makanan cepat saji modern yang mengandung tinggi kalori bila dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama, pada akhirnya akan mengarahkan remaja ke perubahan patologis yang terlalu dini (Arisman, 2004). keberadaan restoran-restoran fast food yang semakin menjamur di kota-kota besar di Indonesia, yang menyajikan berbagai makanan siap saji yang dapat berupa makanan tradisional Indonesia (seperti restoran Padang) dan makanan barat (seperti Kentucky Fried Chicken, California Fried Chicken) yang terkenal ayam gorengnya, disamping jenis makanan yang tidak kalah popular seperti Burger, Pizza, Sandwich dan sebagainya. Dengan manajemen yang handal dan juga dilakukannya terobosan misalnya, pelayanan yang praktis, desain interior restoran dibuat rapi, menarik dan bersih tanpa meninggalkan unsur kenyamanan, serta rasanya yang lezat membuat mereka yang sibuk dalam pekerjaanya memilih alternatif untuk mengkonsumsi jenis fast food, karena lebih cepat dan juga mengandung gengsi bagi sebagian golongan masyarakat. Bahkan di hari libur pun biasanya banyak keluarga yang memilih makanan diluar dengan jajanan fast food (Khomsan, 2005). Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 15. 26 2.6.2. Pola Konsumsi Makanan Konsumsi makanan adalah jenis dan banyak makanan yang dimakan dan dapatt diukur dengan jumlah bahan makanan atau jumlah kalori dan zat gizi. Susunan beragam pangan yang biasa dikonsumsi seseorang atau kelompok orang disebut pola konsumsi pangan (Depkes, 1995). Seorang remaja biasanya telah mempunyai pilihan sendiri terhadap makanan yang ia senangi. Banyak remaja cenderung memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur, tidak makan dirumah dan jajan bersama dengan teman sebayanya yang dalam banyak hal kurang menguntungkan (Anwar, 2006). Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan dan lebih memilih mengkonsumsi makanan yang cenderung mengandung sedikit zat-zat gizi (Arisman, 2004). Remaja yang banyak mengkonsumsi makanan jajanan akan merasa kenyang karena padatnya kalori yang terkandung dalam makanan jajanan. Sementara zat gizi lain seperti protein, vitamin dan mineral masih sangat kurang (Khomsan, 2006). Kebiasaan makan yang salah pada remaja akan mempertinggi resiko terjadinya gizi lebih. Kebiasaan tersebut meliputi pola makan, kebiasaan makan pagi dan makan malam, kebiasaan makan jajanan dan makan cemilan serta kebiasaan makan fast food. Kebiasaan makan pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : teman sebaya, keadaan emosional dan pelaksanaan diet penurunan berat badan (Gunawan, 1997). Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 16. 27 2.6.2.1. Konsumsi Energi Total Energi merupakan hasil dari metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Fungsi energi adalah sumber tenaga untuk metabolisme, pengaturan suhu tubuh, pertumbuhan dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan untuk cadangan energi dalam bentuk glikogen sebagai cadangan jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan dalam jangka panjang. Sedangkan karbohidrat dan lemak memiliki peran sebagai protein sparer (Hardinsyah & Tambunan, 2004). Almatsier (2003) menyatakan bahwa keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Keadaan ini menghasilkan berat badan ideal/normal. Kelebihan energi terjadi apabila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi dapat diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan dalam hal jenis karbohidrat, lemak, tetapi juga karena kurang gerak. 2.6.2.2. Konsumsi Karbohidrat Karbohidrat merupakan zat gizi utama sebagai sumber energi bagi tubuh. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori (Almatsier, 2003). Terpenuhinya kebutuhan tubuh akan karbohidrat akan menentukan jumlah energi yang tersedia bagi tubuh setiap hari. Menurut pedoman umum gizi seimbang (PUGS) kecukupan karbohidrat yang baik adalah ½ dari kebutuhan energi 50% - 60% jika lebih dari itu kemungkinan zat-zat lain akan sulit terpenuhi kebutuhannya (Depkes, 2002). Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 17. 28 Karbohidrat berperan dalam menentukan karakteristik bahan makanan, seperti rasa, warna, tekstur dan lainnya. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berfungsi membantu metabolisme lemak dan protein, mencegah ketosis, mencegah pemecahan proteintubuh yang berlebihan, dan memcegah kehilangan meneral. Karbohidrat selain dapat dari bahan makanan yang dikonsumsi harian khususnya yang berasal dari tumbuhan, karbohidrat juga dibentuk dalam tubuh dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak (Winarno, 1991). Kelebihan glukosa dalam tubuh akan diubah menjadi lemak. Perubahan ini terjadi dihati. Lemak ini kemudian dibawa ke sel-sel lemak yang dapat menyimpan lemak dalam jumlah tidak terbatas (Almatsier, 2003). Namun untuk mengubah kelebihan karbohidrat menjadi lemak tubuh diperlukan 23% dari kalori yang dicerna, sedangkan untuk mengubah lemak menjadi lemah tubuh hanya 3% dari kalori yang dicerna. Dalam satu studi yang dilakukan oleh peneliti dari Swiss DR Kevin Acheson, 12 orang diawasi selama satu periode 14 jam, tiap orang tidak makan apapun kecuali 2000 kalori karbohidrat (gula), dan hasilnya didapatkan hanya 40 kalori karbohidrat berlebih yang diubah menjadi lemak tubuh (Clark, 1996). 2.6.2.3. Komsumsi Lemak Lemak terdiri dari fosfolipid, sterol dan trigliserida. Sebagian besar lemak (99%) merupakan trigliserida yang terdiri dari asam lemak dan gliserol (Hardinsyah &Tambunan, 2004). Fungsi lemak dan minyak dalam makanan adalah membantu penyerapan vitamin A,D,E,K, menambah energi dan melezatkan makanan. Lemak dikelompokkan menjadi tiga menurut kemudahan pencernaannya yaitu asam lemak Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 18. 29 jenuh yang sulit dicerna, asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna dan asam lemak tak jenuh ganda yang paling mudah dicerna (PUGS, 2002). Lemak merupakan penyumbang energi terbesar dibanding zat gizi makro lainnya. Lemak mengandung 38kj/g energi sedangkan energi dari karbohidrat dan protein berkisar 17kj/g (Willet, 1998). Tiap gram lemak mengandung 9 kkal, dibanding karbohidrat dan protein yang menghasilkan 4 kkal per gram. Anjuran konsumsi lemak dan minyak tidak boleh lebih dari 30% dari kebutuhan energi sehari-hari (Soetjiningsih, 2004). Lemak yang berasal dari makanan digunakan tubuh untuk hal-hal berikut : 1. Pemberi kalori, tiap gram lemak dalam peristiwa oksidasi akan memberikan kalori sebanyak 9 kalori (Moehyi, 2002 dalam Putri, 2004) 2. Melarutkan vitamin –vitamin ADEK sehingga vitamin tersebut dapat diserap oleh usus. 3. Memberikan asam lemak esensial Kelebihan lemak lebih menggemukkan daripada kelebihan karbohidrat karena tubuh kita lebih efisien mengubah lemak menjadi lemak tubuh daripada mengubah karbohidrat menjadi lemak tubuh (Clark, 1996). 2.6.2.4. Konsumsi Protein Protein merupakan zat makanan yang penting bagi tubuh karena berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O, dan N yang tidak dimiliki lemak dan karbohidrat (Winarno, 1991). Dengan demikian protein amatlah penting bagi semua taraf kehidupan, mulai dari masa anak-anak, remaja yang sedang tumbuh, juga pada masa Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 19. 30 hamil dan menyusui pada wanita dewasa, orang yang sakit dan dalam taraf penhyembuhan, demikian juga orang dewasa dan lanjut usia (Suhardjo & Kusharto, (1992). Protein terdiri dari asam-asam amino. Protein asam-asam amino esensial terdiri dari histidin, isoleucin, leucin, lysin, methionine, sistein, phinilalanin, tirosin, treonin, triptophan dan valin. Semakin lengkap komposisi dan jumlah asam amino esensial dan semakin tinggi daya cerna protein suatu jenis pangan atau menu, maka semakin tinggi mutu proteinnya. Pada umumnya pangan hewani mempunyai mutu protein yang lebih baik dibandingkan pangan nabati. (Hardinsyah & Tambunan, 2004). Anjuran konsumsi protein sebaiknya sesuai dengan Angka Kecukupam Gizi. 2.6.3. Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi, sehinggga ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi (Apriadji, 1986). Beberapa penelitian menunjukkan keterkaitan antara jenis kelamin dengan status gizi dimana prevalensi kejadian overweight pada wanita lebih tinggi dari laki-laki. Hasil penelitian Hanley et al (2000), di Kanada didapatkan prevalensi overweight anak usia 2 – 19 tahun terdapat 27,7% pada anak laki-laki dan 33,7% pada anak perempuan. Pada penelitian gizi lebih dengan indeks BB/TB menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih dengan nilai batas > 110% terdapat 23% pada anak perempuan, yang berarti lebih tinggi dibandingkan dengan 10% pada anak laki-laki. Demikian juga prevalensi untuk obesitas yaitu 10,2% pada anak wanita, sedangkan pada anak laki-laki adalah 3,1% (Samsudin, 1993). Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 20. 31 2.6.4. Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi berpengaruh positif terhadap pemilihan dan konsumsi makan seseorang pengetahuan gizi diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap ada tidaknya masalah gizi pada dirinya sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat (Soehardjo, 1989). Pengetahuan gizi sebaiknya diberikan sejak dini sehingga dapat memberi kesan yang mendalam dan dapat menuntun anak dalam memilih makanan yang tepat dan dapat memahami serta menerapkan untuk mengkonsumsi makanan yang sehat dalam kehidupan sehari-hari (Irawati, 1998). Salah satu faktor yang mempengaruhi gizi lebih adalah pengetahuan tentang nilai gizi yang kurang (Samsudin, 1993). Menurut Satoto (1993), pada gizi lebih, sumberdaya informasi adalah cukup bahkan sampai berlebihan. Namun yang bersangkutan salah pilih dalam memilih makanan yang sehat dan seimbang, termasuk dalam membentuk gaya hidup, karena : pertama salah menilai, dalam arti menilai makanan enak sebagai makanan yang baik atau menilai kegemukan sebagai indikator sukses. Kedua kelemahan, dalam arti tidak memiliki keberanian untuk mengatakan tidak pada pilihan makanan berlebihan dalam berbagai kesempatan : rapat, jamuan bisnis, pesta dan sebagainya, serta ketidakberanian untuk mengatakan tidak terhadap gaya hidup sendetaris tanpa olahraga dan gerak yang memadai. Penelitian Gordon-Larsen (2002) menemukan bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan gizi dan kesehatan dengan gizi lebih pada remaja wanita di perkotaan Philadelpia. Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 21. 32 2.6.5. Uang Saku Uang saku merupakan bagian dari pendapatan keluarga yang diberikan kepada anaknya untuk jangka waktu tertentu harian, mingguan maupun bulanan. Perolehan uang saku sering menjadi suatu kebiasaan, anak diharapkan untuk belajar mengelola dan bertanggung jawab atas uang saku yang dimiliki (Napitu, 1994) Menurut (Berg, 1986) uang yang dimiliki oleh seseorang akan dapat mempengaruhi apa yang dikonsumsinya. Biasanya remaja memilih makanan sesuai dengan uang saku mereka. Dengan uang saku yang cukup besar, biasanya remaja sering mengkonsumsi makanan-makanan modern dengan pertimbangan prestise dan juga dengan harapan akan diterima di kalangan peer group mereka. Makanan yang biasanya dipilih adalah fast food dengan pertimbangan harganya juga tidak terlalu mahal. Peluang anak menjadi konsumen makanan sesungguhnya akan sangat ditentukan oleh daya beli keluarga atau orang tua anak, karena keputusan konsumsi untuk anak snagat dipengaruhi oleh daya beli (Sumarwan, 2007). Pada remaja yang memiliki uang saku, Insel et al (2006) dalam Wulandari (2007) menyatakan bahwa remaja yang telah diberi kepercayaan untuk mengelola uang sakunya sendiri cenderung memiliki kebebasan untuk memilih sesuka hatinya. Kebebasan memilih makanan ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi status gizi remaja. Dengan memiliki kebebasan untuk memilih sendiri makanannya, remaja cenderung untuk membeli apapun yang disukainya atau yang menarik menurut mereka, tanpa memperhatikan apakah makanan tersebut bergizi seimbang atau tidak. Pemilihan makanan yang salah pada akhirnya dapat berpengaruh pada status gizi mereka. Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 22. 33 2.6.6. Pendidikan Ibu Tingkat pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam menyerap dan memahami sesuatu (Apriadji, 1986). Tingkat pendidikan turut mempengaruhi pola konsumsi makan melalui cara pemilihan bahan makanan dalam hal kualitas dan kuantitas dibandingkan orang tua berpendidikan rendah (Hidayat, 1980 dalam Mariani, 2003) Menurut Ritchie (1979) dalam Mariani (2003) tingkat pendidikan erat berkaitan dengan pengetahuan atau informasi yang dimiliki. Sedangkan menurut Sedioetama (1987) dalam Mariani (2003) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai kesehatan dan gizi merupakan faktor penting dalam mempengaruhi pola konsumsi. Pendidikan ibu akan mempengaruhi status gizi anak. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu cenderung memiliki anak berstatus baik. Tingkat pendidikan berkaitan atau sejalan dengan pengetahuan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi, semakin baik pula tingkat pemilihan bahan makanan. Anak dari ibu berpendidikan tinggi akan memiliki pertumbuhan baik. Hal ini disebabkan karena keterbukaan dalam menerima perubaha atau hal-hal baru berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan anak (Suroto, 1985 dalam Mariani, 2003). 2.6.7. Pendapatan Orang Tua Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan terhadap kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin tinggi tingkat pendapatan berarti semakin baik kualitas dan kuantitas makanan yang diperoleh seperti membeli buah, sayuran dan aneka ragam jenis makanan (Berg, 1986). Selanjutnya dikatakan pertambahan pendapatan tidak selalu membawa perbaikan pada konsumsi makanan, karena walaupun banyak Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 23. 34 pengeluaran untuk makanan tetapi belum tentu kuantitas dan kualitas bahan makanan yang dibeli lebih baik. Demikian juga pertambahan pendapatan walaupun meningkatkan pengeluaran belum tentu digunakan untuk membeli makanan. Hasil studi Hermanto,dkk (1996) dalam WNPG VI (1998), yang mengungkapkan pendapatan dan pendidikan kepala keluarga berpengaruh nyata pada perilaku konsumsi pangan rmah tangga. Dalam kaitannya dengan perilaku konsumsi makanan jadi data Susenas menunjukkan adanya kecenderungan konsumsi makanan jadi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di kota-kota besar seperti Jakarta, pengeluaran untuk makanan jadi (fast food) ini lebih besar yaitu sekitar seperempat dari total pengeluaran pangan. 2.7. Pengukuran Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan ststus gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi (Supariasa, 2002). Tujuan survei konsumsi makanan terbagi atas : 1. Tujuan umum Untuk mengetahui kebiasaan makan, gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat-zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, perorangan serta faktor yang berepengaruh terhadap konsumsi makanan. 2. Tujuan khusus a. Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok masyarakat b. Menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 24. 35 c. Menentukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan pangan d. Sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi e. Sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat, khususnya golongan yang beresiko tinggi mengalami kekurangan gizi f. Menentukan perundang-undangan yang berkenaan dengan makanan, kesehatan dan gizi masyarakat Berdasarkan jenis data didapat, metode survei konsumsi makanan dibagi dua yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif antara lain : Metode pengkuran makanan bersifat kualitatif : 1. Metode frekuensi makanan (food frequency) 2. Metode dietary history 3. Metode telepon 4. Metode pendaftaran makanan (food list) Sedangkan metode kuantitatif antara lain : 1. Metode recall 24 jam 2. Perkiraan makanan (estimated food records) 3. Penimbangan makanan (food weighing) 4. Metode food account 5. Metode inventaris (inventory method) 6. Pencatatan (household food records) Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 25. 36 Metode pengukuran konsumsi makanan individu antara lain : 1. Metode Food Recall 24 Jam Prinsip dari metode food recall 24 jam adalah mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam lalu. Hal penting yang perlu diketahui pada food recall 24 jam adalah data yang diperoleh cenderung lebih kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat ukuran rumah tangga (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa digunakan sehari-hari (Supariasa, 2002). Menurut Supariasa (2002) langkah-langkah pelaksanaan food recall 24 jam ialah : 1. Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga selama kurun waktu 24 jam yang lalu. 2. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 3. Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DGKA) atau angka kecukupan gizi (AKG) untuk Indonesia. Agar wawancara berjalan secara sistematis, perlu dipersiapkan kuesioner sebelumnya sehingga wawancara terarah menurut urutan waktu dan pengelompokkan bahan makanan. Urutan waktu makan sehari dapat disusun berupa makan pagi, siang, malam, snack serta makanan jajanan (Supariasa, 2002). Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 26. 37 Pengukuran konsumsi makanan dengan recall apabila hanya dilakukan 1x24 jam tidak representatif sehingga recall seharusnya dilakukan berulang-ulang dengan hari yang tidak berturut-turut minimal dilakukan recall 2x24 jam. Metode recall memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah : - Mudah dilakukan - Cepat dan dapat mencakup banyak responden - Biaya murah karena tidak memerlukan tempat yang luas dan peralatan khusus - Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf - Dapat menghitung asupan makanan yang benar-benar dikonsumsi harian oleh responden. Diantara kelebihan penggunaan metode recall terdapat beberapa kekurangan, antara lain : - Bila recall dilakukan hanya 1 (hari) tidak dapat menggambarkan asupan makanan harian responden - Ketepatan metode ini tergantung dari daya ingat responden - Adanya flat slope syndrome, dimana terdapat kecenderungan responden yang kurus akan melaporkan konsumsinya lebih banyak dan responden yang gemuk melaporkan konsumsinya lebih sedikit. - Membutuhkan tenaga terlatih dan terampil dalam memperkirakan URT dan ketepatan alat bantu - Responden harusdiberikan penjelasan dan motivasi dari tujuan penelitian - Recall sebaiknya tidak dilakukan saat acara-acara besar seperti akhir pekan, upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain agar dapat mengetahui gambaran konsumsi makanan sehari-hari. Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 27. 38 2. Metode perkiraan makanan (estimated food records) Dalam memperkirakan makanan yang dikonsumsi, responden mencatat semua jumlah makanan dan snack yang dikonsumsi dalam ukuran rumah tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran gram setiap kali makan. Jumlah hari dalam memperkirakan asupan makanan tergantung tujuan penelitian. Apabila penelitian bertujuan untuk meneliti rata-rata asupan kelompok maka 1 (satu) hari untuk 1 (satu) responden sudah memenuhi syarat (Gibson, 2005). Kelebihan metode food record ini adalah relatif murah dan cepat, lebih akurat, dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar dan diketahui konsumsi zat gizi sehari. Kekurangannya antara lain bisa menyebabkan beban bagi responden sehingga terkadang responden merubah kebiasaan makannya, tidak dapat digunakan untuk responden buta huruf dan tergantung kepada kejujuran dan kemampuan responden dalam memperkirakan jumlah konsumsi makanan (Supariasa, 2002). 3. Metode food Weighting (Penimbangan Makanan) Dalam metode ini, responden diminta untuk menimbang semua makanan dan snack yang dikonsumsi dalam periode waktu tertentu. Cara penyiapan makanan, detail penjelasan makanan dan merk makanan (jika diketahui) juga harus dicatat. Metode ini lebihn akurat untuk memperkirakan kebiasaan konsumsi makanan dan asupan gizi seseorang (Gibson, 2005). Kelebihan metode penimbangan makanan antara lain data yang didapat lebih teliti. Kekurangan metode ini antara lain butuh waktu dan biaya mahal, bila dilakukan dalam waktu lama maka responden dapat berubah kebiasaan makannya, tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil serta perlu kerjasama yang baik dengan responden (Supariasa, 2002). Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 28. 39 4. Metode Dietary History Metode ini digunakan untuk memperkirakan kebiasaan asupan makanan dan pola makan individu yang umumnya dilakukan dalam jangka waktu lama sekitar 1 bulan. Metode ini memiliki 3 (tiga) komponen antara lain mewawancarai responden tentang kebiasaan pola makan keseluruhan dalam 24 jam terakhir yaitu waktu makan utama dana makan selingan, kedua adalah melakukan pengecekan ulang kuesioner dari jenis makanan tertentu yang dikonsumsi dan ketiga adalah subjek mencatatat konsumsi makanan di rumah selama 3 hari (Gibson, 2005). Kelebihan metode ini adalah murah, dapat memberikan gambaran konsumsi makan dalam waktu relatif panjang dan dapat digunakan di klinik gizi. Sedangkan kekurangan metode ini adalah membebankan responden dan pengumpul data, perlu tenaga terlatih, data lebih bersifat kualitatif, tidak cocok untuk sampel besar dan umumnya bagi makanan khusus saja (Supariasa, 2002). 5. Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency) Food Frequency Questinnaire (FFQ) bertujuan untuk menilai frekuensi makanan dan berbagai jenis makanan dalam periode waktu tertentu. Metode ini dapat menjelaskan informasi kualitatif mengenai pola konsumsi makan seseorang (Gibson, 2005). Kelebiahan metode ini adalah murah dan sederhana, dapat dilakukan sendiri oleh responden, tidak membutuhkan keterampilan khusus, dan dapat menghubungkan penyakit dengan kebiasaan makan. Sedangkan kekurangan metode ini adalah tidak dapat menghitung asupan zat gizi, sulit mengembangkan kuesioner, perlu membuat percobaan pendahuluan, cukup menjemukan pewawancara dan responden harus jujur (Supariasa, 2002). Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 29. 40 Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency) Menurut Supariasa (2002) langkah-langkah metode frekuensi makanan adalah : 1. Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi pengggunaannya dan ukuran porsinya. 2. Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumser-sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu pula. 2.8. Dampak Gizi lebih Pada Remaja Dampak gizi lebih pada anak terhadap kesehatan pada umumnya lebih ringan jika dibandingkan dengan pada orang dewasa. Dampak gizi lebih/obesitas pada anak antara lain pertumbuhan dan perkembangan fisik yang lebih cepat matang. Pada anak perempuan, mereka mendapat menarche pada usia yang lebih dini. Umunya anak yang mengalami gizi lebih memiliki keterbatasan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, lebih senang menyendiri dan memuaskan dirinya dengan santai dan makan. Untuk kasus gizi lebih dengan derajat yang berat, biasanya disertai keluhan ganguan pernafasan, hipertensi, dermatitis atau eksema pada lipatan kulit menyebabkan bau badan yang tidak enak sehingga tidak disukai (Samsudin, 1993). Gizi lebih berkaitan dengan berbagai macam faktor antara lain daya beli yang cukup atau berlebihan, ketersediaan makanan berenergi tinggi dan rendah serat seperti berbagai jenis makanan modern yang sekarang banyak di kota-kota besar. Di samping itu defisiensi aktifitas fisik, pengetahuan tentang nilai gizi yang kurang, keturunan dan faktor hormonal juga merupakan penyebab gizi lebih. Dalam usaha Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 30. 41 mencegah dan mengobati gizi lebih, pengetahuan tentang faktor penyebab munculnya kelebihan lemak tubuh akan sangat membantu (Harjadi dan Soejono, 1986). Menurut Kuntaraf dan Kuntaraf (1992) kegemukan atau gizi lebih memberikan beban psikologi bahkan memberikan penderitaan mental. Betapa banyak anak yang sering mendapat tekanan mental oleh sebab ejekan yang datang, oleh karena memiliki tubuh yang kegemukan. Tekanan inipun terasa pada masa remaja ataupun dewasa. Gizi lebih pada masa anak dan remaja 1,5-2 kali meningkatkan resiko gizi lebih seelah dewasa (Nicklas et al, 2001 dalam Wellis, 2003). Menurut Wang et al (2002) dalam Wellis (2003) gizi lebih pada awal masa kehidupan berhubungan dengan beberapa faktor resiko seperti penyakit jantung koroner dan prediksi terhadap kejadian hipertensi dan diabetes mellitus di masa dewasa. Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 31. 42 Kerangka Teori Psikologi : Biologis : • Harga diri • Umur • Citra diri • Jenis kelamin • Konflik psikis • Status pertumbuhan • Konsep sehat • Status kesehatan • Persepsi • Keturunan Sosial Ekonomi : Individu : STATUS • Tren makanan modern Pengetahuan dan sikap : GIZI • Nilai makanan • Pengetahuan gizi REMAJA • Makanan yang tersedia • Sikap makan • Tren mode • Praktek makan • Pendapatan / Uang saku • Pendidikan • Kebiasaan makan Penggunaan Zat Gizi Tidak Efisien Aktivitas Tubuh : Perilaku Makan : • Mobilitas – Menonton • Frekuensi makan TV • Diet • Rekreasi - Tidur • Meninggalkan Kelainan • Olahraga makanan Metabolik • Kegiatan sekolah Gambar 2.1. Kerangka Teori Faktor-faktor yang berhubungan dengan Status Gizi Remaja (Modifikasi Adiningsih, 2003 dan Apriadji, 1986) Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 32. BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ini bertujuan untuk hubungan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji modern (fast food), aktivitas fisik dan faktor lainnya dengan kejadian gizi lebih pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di Jakarta Timur. Penelitian ini memasukkan kerangka konsep dengan variabel independen adalah kebiasaan konsumsi makanan cepat saji modern (fast food), aktivitas fisik (waktu tidur malam, waktu menonton televisi/main komputer/video games dan kebiasaan olah raga) , pola konsumsi (konsumsi energi, karbohidrat, lemak dan protein), karakteristik remaja (jenis kelamin, pengetahuan gizi, uang saku) dan karakteristik orang tua (pendidikan ibu dan pendapatan orang tua). Sedangkan variabel dependennya adalah gizi lebih. Variabel –variabel yang akan diteliti melalui penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008 43
  • 33. 44 Gambar 3.1. Kerangka Konsep Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji Modern (fast food), Aktifitas Fisik dan Faktor Lain Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Remaja SMU Sudirman di Jakarta Timur Tahun 2008. Kebiasaan Konsumsi Fast Food Aktivitas Fisik : • Waktu tidur • Waktu menonton TV, main komputer/main video games • Kebiasaan olahraga Pola Konsumsi : GIZI LEBIH • Konsumsi energi REMAJA • Konsumsi karbohidrat • Konsumsi lemak • Konsumsi protein Karakteristik Remaja : • Jenis kelamin • Pengetahuan gizi • Uang saku Karakteristik Orang Tua : • Pendidikan ibu • Pendapatan orang tua Variabel Independen Variabel Dependen Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 34. 45 3.2. DEFINISI OPERASIONAL No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala 1 Gizi lebih Status gizi remaja yang diukur Penimbangan berat Timbangan injak 1. Gizi lebih, jika IMT ≥ 85 Ordinal berdasarkan indeks antropometri badan tanpa alas scale standar percentil yang dinyatakan dengan IMT yang kaki dab mengukur (SECA) dengan disesuaikan dengan umur dan jenis tinggi badan tingkat ketelitian 2. Gizi tidak lebih, jika IMT kelamin dengan cut of point > 85 0,1 kg dan < 85 percentil pencentil microtoice (CDC, 2000) 2. Frekuensi Banyaknya konsumsi fast food Form kuesioner Kuesioner 1. Sering (≥ 2x /minggu) Ordinal konsumsi fast modern yang dikonsumsi oleh diisi sendiri 2. Tidak sering food modern responden dalam satu minggu (< 2x / minggu) (Khomsan, 2006 ) 3. Lama tidur Rata-rata jumlah waktu yang Form kuesioner Kuesioner 1. Lama (> median) Ordinal digunakan untuk tidur dalam diisi sendiri 2. Sebentar (≤ median) sehari 4 Lama Rata-rata jumlah waktu yang Form kuesioner Kuesioner 1. > 2 jam per hari Ordinal menonton digunakan uantuk menonton diisi sendiri 2. < 2 jam per hari televisi/main televisi/main komputer dan video (Gortmaker, 1986 dalam komputer dan games dalam sehari Wellis, 2003) video games Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 35. 46 5. Kebiasaan Frekuensi anak melakukan olah Form kuesioner Kuesioner 1. Ringan(< 3 kali/minggu) Ordinal olah raga raga dalam seminggu diisi sendiri 2. Berat ( ≥ 3 kali/minggu) @ 30 menit/latihan (Depkes, 2002) 7. Total asupan Jumlah energi yang dikonsumsi Wawancara dengan Format isian 1. Konsumsi Energi >AKG Ordinal energi sehari dibandingkan dengan AKG Recall 1 x 24 jam recall 2. Konsumsi energi ≤AKG Makanan (WKNPG, 1998) 8. Konsumsi Jumlah karbohidrat yang Wawancara dengan Format isian 1. Konsumsi karbohidrat Ordinal karbohidrat dikonsumsi sehari dibandingkan Recall 1 x 24 jam recall (> 60% energi total) dengan PUGS Makanan 2. Konsumsi karbohidrat (≤ 60% energi total) (Depkes,2002) 9 Konsumsi Jumlah lemak yang dikonsumsi Wawancara dengan Format isian 1. Konsumsi lemak Ordinal lemak sehari dibandingkan dengan PUGS Recall 1 x 24 jam recall (> 30% energi total) Makanan 2. Konsumsi karbohidrat (≤ 30% energi total) (Soetjiningsih, 2004) 10 Konsumsi Jumlah makanan yang dikonsumsi Wawancara dengan Format isian 1.Konsumsi Protein > AKG Ordinal Protein dalam satu hari dinyatakan sebagai recall 1x24 jam recall makanan 2.Konsumsi Protein ≤ AKG total protein terhadap persentase (WKNPG, 1998) AKG (energi) dari protein 10 Jenis kelamin Status gender responden dilihat Form kuesioner Kuesioner 1. laki – laki Nominal dari keadaan fisiknya diisi sendiri 2. Perempuan 11 Pengetahuan Tingkat penguasaan responden Form kuesioner Kuesioner 1. Kurang (skor < 80%) Ordinal gizi terhadap pertanyaan mengenai diisi sendiri 2. Baik (skor nilai ≥ 80%) ilmu gizi dasar yang meliputi (Khomsan, 2000) pengertian makanan bergizi, menu seimbang, kandungan zat Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 36. 47 gizi makanan modern (fast food) 12 Uang saku Jumlah uang yang diterima Form kuesioner Kuesioner 1. Besar : (jika uang saku ≥ Ordinal responden setiap hari dari orang diisi sendiri dari median) tua/wali diluar biaya sekolah 2. Kecil : (jika uang saku <dari median) (Suhartini, 2004) 13 Pendapatan Rata-rata jumlah pendapatan ayah Form kuesioner Kuesioner 1. Tinggi (≥ median) Ordinal orang tua dan ibu dalam satu bulan diisi sendiri 2. Rendah (< median) 14 Pendidikan Tingkat pendidikan formal terakhir Form kuesioner Kuesioner 1. Rendah, bila ≤ SMA Ordinal Ibu yang telah diselesaikan oleh ibu diisi sendiri 2. Tinggi, bila > SMA dari responden (Kodyat, 1996) Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008
  • 37. 48 3.3. Hipotesis Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas maka hipotesa penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Adanya hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan cepat saji modern (fast food) dengan kejadian gizi lebih pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di Jakarta Timur tahun 2008 2. Adanya hubungan antara aktifitas fisik (waktu tidur, waktu menonton televisi/main komputer/video games dan kebiasaan olahraga) dengan kejadian gizi lebih pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di Jakarta Timur tahun 2008. 3. Adanya hubungan antara pola konsumsi (total konsumsi energi, konsumsi karbohidrat, konsumsi lemak dsn konsumsi protein) dengan kejadian gizi lebih pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di Jakata Timur tahun 2008. 4. Adanya hubungan antara karakteristik remaja (jenis kelamin, pengetahuan gizi dan jumlah uang saku) dengan kejadian gizi lebih pada remaja SMA Islam PB Soedirman di Jakarta Timur tahun 2008. 5. Adanya hubungan antara karakteristik orang tua (pendidikan ibu dan pendapatan orang tua) dengan kejadian gizi lebih pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di Jakarta Timur tahun 2008. Hubungan kebiasaan...,FKM UI, 2008