Kerajaan Aceh didirikan pada 1496 dan mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636) dengan menaklukkan wilayah seperti Pahang dan melakukan serangan ke Melaka. Namun kemudian Kerajaan Aceh mulai mengalami kemunduran akibat perebutan tahta, melemahnya perdagangan, dan menguatnya pengaruh Belanda.
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Kerajaan aceh
1. D I S U S U N O L E H :
A D I E L E D O ( 0 2 )
A M I R A M A R SYA ( 0 5 )
C L AU D I A D I A H ( 1 0 )
D H EA A NA N DA ( 1 2 )
E VA N A L B I N ( 1 4 )
KERAJAAN ACEH
3. AWAL MULA
Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat
Syah pada tahun 1496. Pada awalnya kerajaan ini berdiri atas
wilayah Kerajaan Lamuri, kemudian menundukan dan
menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya
mencakup Daya, Pedir, Lidie, Nakur. Selanjutnya pada tahun
1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan
Kesultanan Aceh diikuti dengan Aru.
Pada tahun 1528, Ali Mughayat Syah digantikan oleh
putera sulungnya yang bernama Salahuddin, yang kemudian
berkuasa hingga tahun 1537. Kemudian Salahuddin
digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar yang
berkuasa hingga tahun 1571.
4. Secara geografis letak
kerajaan Aceh sangat strategis
yaitu di Pulau Sumatera bagian
utara dan dekat dengan jalur
pelayaran perdagangan
internasional pada masa itu,
yaitu di sekitar Selat Malaka.
LETAK KERAJAAN
5. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERAJAAN ACEH
MENJADI KERAJAAN YANG BESAR
a) Ibu kota Aceh sangat strategis,
teletak di pintu pelayaran India Dan
Timur Tengah yang akan ke Malaka,
Cina dan Jawa.
b) Pelabuhan Aceh (Ulee Lhee)
memiliki persyaratan yang baik
sebagai pelabuhan dagang dan
terlindung oleh Pulau Weh, Pulau
Nasi dari ombak besar.
c) Jatuhnya Malaka ke tangan Potugis
menyebabkan pedagang islam
banyak yang singgah di Aceh,
apalagi sehingga jalur pelayaran
pindah melalui pantai barat Sumatra.
6. SULTAN-SULTAN
1. Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1530 M)
2. Sultan Shalahuddin (1530-1537 M)
3. Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Qahar (1537-1568 M)
4. Sultan Ali Raiayat Syah (1567-1575 M)
5. Sultan Muda (1575-1576 M)
6. Sultan Alauddin Mukmin Syah (1576 M) = 100 Hari
7. Sultan Zainal Abidin (1576-1577 M)
8. Sultan Alauddin Mansyur Syah (1577-1585 M)
9. Sultan Ali Riayat Syah Indrapura (Raja Buyung, 1585-1588 M)
10. Sultan Riayat Syah (Zainal Abidin,1588-1604 M)
11. Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607 M)
12. Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)
13. Sultan Iskandar Tsani (Aluddin Mughayat Syah, 1636-1641 M)
14. Sultanah Tajul Alam Syafiatuddin Syah (1641-1676 M)
7. KEJAYAAN
Kesultanan Aceh mengalami masa
ekspansi dan pengaruh terluas pada masa
kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-
1636) atau Sultan Meukuta Alam yang
diangkat dengan mufakat yang sesuai dengan
hukum adat yang berlaku pada saat itu. Pada
mada kepemimpinannya, Kerajaan Aceh
berhasil menahlukkan Pahang yang
merupakan sumber timah utama.
Pada tahun 1629, kesultanan Aceh
melakukan penyerangan terhadap Portugis di
Melaka dengan armada yang terdiri dari 500
buah kapal perang dan 60.000 tentara laut,.
Sayangnya, ekspedisi ini gagal, meskipun di
tahun yang sama Aceh menduduki Kedah dan
banyak membawa penduduknya ke Aceh.
Sultan Iskandar Muda
Iskandar Muda
8. Sultan Iskandar Muda berhasil menanamkan
jiwa keagamaan yang tinggi pada masyarakat Aceh,
sehingga pada saat pemerintahannya, Aceh banyak
melahirkan ulama-ulama yang mampu menyebarkan
agama islam di Nusantara.
Hamzah
Fansuri
Abdurrauf
As-Singkili
Nuruddin Ar-
Raniry
9. SISTEM PEMERINTAHAN KERAJAAN ACEH
Sultan Aceh merupakan raja dari
Kerajaan Aceh. Sultan diangkat maupun
diturunkan atas persetujuan oleh tiga
Panglima Sagoe dan Teuku Kadi Malikul Adil
(Mufti Agung kerajaan Pada saat itu). Sultan
baru sah jika telah membayar "Jiname Aceh"
(mas kawin Aceh), yaitu emas murni 32 kati,
uang tunai seribu enam ratus ringgit,
beberapa puluh ekor kerbau dan beberapa
gunca padi.
Lambang kekuasaan tertinggi yang
dipegang Sultan yaitu keris dan cap. Tanpa
Keris tidak ada pegawai yang dapat mengaku
bertugas melaksanakan perintah Sultan.
Tanpa cap tidak ada peraturan yang
mempunyai kekuatan hukum.
10. PEREKONOMIAN
Aceh banyak memiliki komoditas yang
diperdagangkan diantaranya:
•Minyak tanah dari Deli,
•Belerang dari Pulau Weh dan
Gunung Seulawah,
•Kapur dari Singkil,
•Kapur Barus dan menyan dari Barus.
•Emas di pantai barat,
•Sutera di Banda Aceh.
Selain itu di ibukota juga banyak terdapat
pandai emas, tembaga, dan suasa yang
mengolah barang mentah menjadi barang jadi.
Sedang Pidie merupakan lumbung beras bagi
kesultanan.[Namun di antara semua yang
menjadi komoditas unggulan untuk diekspor
adalah lada.
12. Tidak terlalu banyak peninggalan
bangunan zaman Kesultanan yang
tersisa di Aceh karena telah terbakar
pada masa Perang Aceh-Belanda.
Perlu dicatat bahwa pada masa
Kesultanan bangunan batu dilarang
karena ditakutkan akan menjadi benteng
melawan Sultan.
Peninggalan arsitektur pada masa
kesultanan yang masih bisa dilihat
sampai saat ini antara lain Benteng Indra
Patra, Masjid Tua Indrapuri, Komplek
Kandang XII, Pinto Khop, Leusong dan
Gunongan beserta Taman Ghairah.
ARSITEKTUR
13. KESUSATERAAN
Sebagaimana daerah lain di Sumatera, beberapa cerita maupun
legenda disusun dalam bentuk hikayat. Hikayat yang terkenal
diantaranya adalah Hikayat Malem Dagang yang berceritakan tokoh
heroik Malem Dagang dalam settingan penyerbuan Malaka oleh
Angkatan Laut Aceh.
Salah satu karya kesusateraan yang paling terkenal adalah Bustanus
Salatin (taman para raja) karya Syaikh Nuruddin Ar-Raniry. Selain Ar-
Raniry terdapat pula penyair Aceh yang agung yaitu Hamzah Fansuri
dengan karyanya antara lain Asrar al-Arifin (Rahasia Orang yang
Bijaksana), Sharab al-Asyikin (Minuman Segala Orang yang Berahi), Zinat
al-Muwahidin (Perhiasan Sekalian Orang yang Mengesakan), Syair Si
Burung Pingai, Syair Si Burung Pungguk, Syair Sidang Fakir, Syair Dagang
dan Syair Perahu.
14. KARYA AGAMA
Para ulama Aceh banyak terlibat dalam
karya di bidang keagamaan di Asia Tengga.
Syaikh Abdurrauf menerbitkan terjemahan
dari Tafsir Alqur'an Anwaarut Tanzil wa
Asrarut Takwil, karangan Abdullah bin
Umar bin Muhammad Syirazi Al Baidlawy
ke dalam bahasa jawi.
Kemudian ada Syaikh Daud Rumy
menerbitkan Risalah Masailal Muhtadin li
Ikhwanil Muhtadi yang menjadi kitab
pengantar di dayah sampai sekarang.
Syaikh Nuruddin Ar-Raniry setidaknya
menulis 27 kitab dalam bahasa melayu dan
arab. Yang paling terkenal adalah Sirath al-
Mustaqim, kitab fiqih pertama terlengkap
dalam bahasa melayu.
15. MILITER
Pada masa Sultan Selim II
dari Turki Utsmani, dikirimkan
beberapa teknisi dan pembuat
senjata ke Aceh. Selanjutnya Aceh
kemudian menyerap kemampuan
ini dan mampu memproduksi
meriam sendiri dari kuningan.
16. KEMUNDURAN
Faktor Kemunduran:
Tidak ada raja yang mampu
mengendalikan daerah yang telah dikuasai
oleh Kerajaan Aceh Darussalam.
Daerah-daerah kekuasaan banyak yang
melepaskan diri.
Mundurnya perdagangan di Selat Malaka
karena selat tersebut sudah dikuasai
Belanda.
Adanya perebutan kekuasaan di antara
pewaris tahta kesultanan, sehingga tejadi
perpecahan.
Menguatnya kekuasaan Belanda sehingga
beberapa wilayah kekuasaan Aceh lepas.