1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
Peningkatan Pemahaman
1. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning untuk Meningkatkan
Pemahaman Peserta didik SMK pada Materi Konfigurasi Elektron
Materi pelajaran kimia banyak berisi konsep-konsep yang cukup sulit untuk dipahami
peserta didik, karena menyangkut reaksi kimia dan hitungan serta menyangkut konsep yang
bersifat abstrak. Dalam pembelajaran kimia pun, masih banyak guru kimia yang menggunakan
metode ceramah dimana peserta didik kurang diikutsertakan dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran seperti ini dapat menimbulkan kebosanan, sikap masa bodoh, sehingga
perhatian, minat, dan motivasi peserta didik dalam pembelajaran menjadi rendah. Hal ini dapat
berdampak pada ketidaktercapaian tujuan pembelajaran kimia. (Sunyono dkk, 2009:305-306).
Pada Struktur Kurikulum 2013 mata pelajaran kimia di SMK termasuk dalam
kelompok peminatan (C1). Mata pelajaran kelompok peminatan ini diharapkan memberikan
pemahaman yang menjadi dasar untuk mendukung kompetensi keahlian peserta didik. Namun
seringkali minat dan motivasi siswa SMK pada mata pelajaran kimia sangat kurang, karena
peserta didik menganggap pelajaran kimia bukan pelajaran produktif yang sesuai dengan
jurusannya.
SMK Ar-Ridwan Cintamulya yang terletak di lereng Gunung Galunggung merupakan
sekolah yang berada hampir di perbatasan wilayah kabupaten dan kota Tasikmalaya.
Banyaknya pondok pesantren yang mendukung, sehingga sekolah ini cukup banyak memiliki
peserta didik dari luar daerah dan pinggiran wilayah. Di Kabupaten Tasikmalaya sendiri
sekolah ini juga bukan merupakan sekolah favorit. Banyak peserta didik yang masuk ke
sekolah ini dikarenakan tidak ada lagi sekolah terdekat dari wilayah rumahnya. SMK Ar-
Ridwan Cintamulya ini baru memiliki dua program keahlian yaitu OTKP dan Multimedia.
Untuk pembelajaran kimia sedndiri hanya terdapat pada program keahlian Multimedia dan
itupun hanya 1 tahun peserta didik memperoleh pembelajaran kimia.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan terdapat beberapa dalam pelaksanaan
pembelajaran kimia di kelas X di SMK Ar-Ridwan Cintamulya. Secara kuantitas hampir semua
peserta didik hadir mengikuti pembelajaran di kelas serta mendengarkan penjelasan guru.
Namun demikian, secara kualitas keterlibatan peserta didik masih kurang. Keterlibatan ini
nampak dari hanya beberapa peserta didik yang secara aktif dan berinisiatif mengajukan
pertanyaan terkait materi kimia terutama yang berkaitan langsung dengan aplikasi dalam
kompetensi kejuruannya. Aktivitas belajar peserta didik di kelas juga kurang kondusif.
Beberapa peserta didik nampak belum fokus mengikuti pelajaran dan tidak menyelesaikan
tugas yang diberikan guru. Belum optimalnya keterlibatan peserta didik SMK tersebut harus
menjadi perhatian mengingat pentingnya mata pelajaran kimia sebagai mata pelajaran
kelompok peminatan yang harus dapat mendukung dasar kompetensi keahlian. Keterlibatan
peserta didik yang kurang baik akan mempengaruhi proses penanaman pengetahuan faktual,
pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif secara
optimal. Kurangnya keterlibatan peserta didik SMK dalam pembelajaran kimia dapat
disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam diri peserta didik maupun dari luar.
Model pembelajaran yang monoton yang membuat peserta didik bosan dan kurang
termotivasi, pada akhirnya pemahaman peserta didik kurang optimal sehingga perlu adanya
perubahan model pembelajaran dari guru agar peserta didik menjadi aktif dan menikmati
proses pembelajaran, karena saat peserta didik bosan proses pembelajaran akan terasa
berlangsung sangat lama.
Model Project Based Learning sangat efektif digunakan pada beberapa mata pelajaran
bahkan pada jenjang yang berbeda (Samanthis dan Sulistiyo (2014) dan Jagantara, Adnyana,
dan Widiyanti (2014)). Hal ini disebabkan metode pembelajaran ini menuntut peserta didik
untuk aktif dan menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran sementara guru sebagai
fasilitator. Dengan adanya peran aktif peserta didik, maka hasil belajar yang diperoleh juga
2. meningkat. Guru merupakan kunci dari permasalahan yang dihadapi, guru harus mampu berada
pada titik sentral dalam mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana belajar yang efektif
dan menyenangkan, memberi ruang yang banyak bagi peserta didik dalam mengekplorasi
pembelajaran (Rahman (2013).
Materi konfigurasi elektron merupakan salah satu materi kimia yang abstrak karena
membicarakan sesuatu hal yang tidak bisa diamati secara langsung. Adanya pembelajaran
dengan model Project Based Learning ini dalam upaya untuk tercapainya tujuan penelitian ini
diantaranya (1) mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik dalam materi konfigurasi
elektron dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning, (2) mengetahui
peningkatan aktivitas peserta didik dalam pembuatan proyek alat peraga “Congklak
Konfigurasi Elektron” menggunakan model Project Based Learning.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengikuti model siklus
PTK yang dikemukakan Kemmis dan Taggart (Akbar, 2010: 30) dengan tahapan yang terdiri
atas: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting). Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X SMK Ar-Ridwan yang berjumlah
38 peserta didik. Penelitian dilakukan selama 1 bulan yaitu dari pada bulan Oktober 2022.
Terdapar dua variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu model pembelajaran
PjBL dan variabel terikat yaitu proses pembelajaran dan hasil pembelajaran. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari observasi peneliti dan observasi teman sejawat
untuk memperoleh data aktivitas belajar peserta didik dengan model PjBL dan didukung
wawancara dengan peserta didik dan dokumentasi untuk memperoleh data tentang pelaksanaan
model PjBL, serta tes tertulis untuk memperoleh data tentang nilai hasil belajar peserta didik
yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran. Validitas instrumen menggunakan validitas isi
dan validitas konstruk yang dilakukan oleh satu orang expert judgment dari guru senior yang
lebih menguasai materi dan model pembelajaran. Analisis data dilakukan secara persentase
deskriptif dan indikator kerja pada penelitian ini adalah minimal peserta didik merasa senang
selama proses pembelajaran, peningkatan nilai yang diperoleh memenuhi batas minimum
KKM yaitu 70 dan peningkatan persentase hasil belajar setelah proses penelitian minimal 80%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pra siklus guru peneliti menggunakan metode discovery learning dimana guru
peneliti menjelaskan materi konfigurasi elektron ternyata setelah dilakukan tes tertulis
diperoleh hasil dari 38 peserta didik hanya 4 (10,53%) peserta didik yang tuntas ini. Hal ini
menunjukkan bahwa metode discovery learning kurang tepat digunakan untuk materi
konfigurasi elektron karena metode ini kurang menarik dan media pembelajaran yang
digunakan masih menggunakan papan tulis saja, sehingga proses pembelajaran menjadi
membosankan bagi peserta didik dan keaktifan peserta didik sangatlah kurang sehingga
mengakibatkan hasil belajar peserta didik sangat memprihatinkan. Ini dapat dilihat dari data
hasil belajar peserta didik pada prasiklus dimana sebagian lebih peserta didik yang nilainya
dibawah KKM. Dari data itu kemudian pertemuan berikutnya dilakukan dengan menerapkan
model pembelajaran Project Based Learning dimana pada proses pembelajaran peserta didik
diberikan proyek secara berkelompok membuat alat peraga “Congklak Konfigurasi Elektron”.
Dari hasil pengamatan pada siklus pertama, dalam menggunakan model pembelajaran Project
Based Learning pada mata pelajaran kimia materi konfigurasi elektron ini peserta didik
3. awalnya masih terlihat bingung bagaimana cara membuat dan mempergunakan alat peraga
tersebut. Keberanian peserta didik dalam kelompok dalam menggunakan alat peraga
“Congklak Konfigurasi Elektron” belum maksimal. Keaktifan peserta didik dalam
pembelajaran belum optimal. Peserta didik masih terlihat ragu-ragu dan kebingungan dalam
memperagakan konfigurasi elektron pada alat peraga tersebut serta kerjasama dalam kelompok
belum optimal (dalam 1 kelompok hanya 1-2 peserta didik yang aktif sementara 3-4 anggota
yang lain pasif), sehingga penggunaan model Project Based Learning dengan penggunaan alat
peraga “Congklak Konfigurasi Elektron” belum bisa berjalan optimal. Proses pembelajaran
juga belum menarik, dalam 1 kelompok yang terdiri dari 6-7 orang masih banyak yang pasif
karena permainan didominasi oleh beberapa peserta didik yang aktif yaitu peserta didik yang
telah memahami materi, sementara peserta didik yang belum paham lebih memilih diam. Dari
penilaian hasil belajar diperoleh dari 38 peserta didik hanya bertambah 5 dari prasiklus menjadi
9 (23,68%) peserta didik yang tuntas, sehingga perlu dilakukan siklus-2 dengan melakukan
perbaikan dari siklus-1, dimana pada siklus-1 masih banyak peserta didik yang belum
memahami tentang materi konfigurasi elektron ini. Pada siklus-2 terjadi peningkatan dari
23,68% peserta didik yang tuntas pada siklus-1 menjadi 81,58% peserta didik yang tuntas. Hal
ini dikarenakan peserta didik sudah paham cara membuat konfigurasi elektron dengan alat
peraga tersebut.
Tabel 1. Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar pada Prasiklus, Siklus-1, dan Siklus-2
No Pencapaian Pra-siklus Siklus-1 Siklus-2
1. Tidak tuntas 89,47% 76,32% 18,42%
2. Tuntas 10,53% 23,68% 81,58%
Dari data tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model Project Based Learning (PjBL) pada
mata pelajaran kimia materi konfigurasi elektron, guru sudah semakin mantap ketika
mengorganisasikan materi kepada peserta didik. Keberanian peserta didik dalam membuat
konfigurasi elektron sudah semakin maksimal, peserta didik sudah bekerjasama secara
maksimal dalam kelompok untuk membuat konfigurasi elektron pada unsur yang ditanyakan.
Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran semakin meningkat, peserta didik terlihat yakin
dalam menjawab pertanyaan. Proses pembelajaran bisa berjalan baik secara individual maupun
kelompok, peserta didik semakin aktif dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dengan membuat konfigurasi elektron unsur-
unsur kimia menggunakan alat peraga “Congklak Konfigurasi Elektron”.
Peserta didik terlihat antusias dalam kegiatan pembelajaran karena guru segera melakukan
bimbingan jika peserta didik terlihat kesulitan. Kerja sama antar peserta didik dalam membuat
konfigurasi elektron semakin terlihat. Peserta didik terlihat antusias dalam berinteraksi dengan
temannya dalam membahas soal yang diberikan. Semua itu berdampak positif terhadap hasil
pembelajaran dari yang 4 peserta didik yang tuntas pada prasiklus naik secara signifikan
menjadi 31 peserta didik yang tuntas setelah pelaksanaan siklus-2.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL) pada materi konfigurasi elektron menggunakan alat peraga “Congklak
4. Konfigurasi Elektron” dapat meningkatkan pemahaman peserta didik dalam mempelajari
konfigurasi elektron. Hal ini dapat dilihat dari naiknya ketuntasan belajar peserta didik dari
10,53% peserta didik yang tuntas pada prasiklus menjadi 23,68% pada siklus-1 dan mengalami
kenaikan yang signifikan pada siklus-2 menjadi 81,58%. Model pembelajaran Project Based
Learning dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam menentukan konfigurasi elektron
suatu unsur. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan saat proses pembelajaran dimana
peserta didik lebih aktif. Saran yang dapat disampaikan adalah guru hendaknya menerapkan
model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) menggunakan alat peraga “Congklak
Konfigurasi Elektron” karena dapat meningkatkan kemampuan peserta didik menentukan
konfigurasi elektron suatu unsur khususnya peserta didik kelas X dan guru hendaknya
menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) alat peraga “Congklak
Konfigurasi Elektron” karena dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam menentukan
konfigurasi elektron suatu unsur.
Samanthis, Alunanda., & Sulistyo, Edy. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Menggunakan Model Project Based Learning Pada Standar Kompetensi Memperbaiki Radio
Penerima di SMKN 3 Surabaya. https://jurnalmahapeserta
didik.unesa.ac.id/index.php/jurnal-
pendidikan-teknik-elektro/article/view/6328.
Sunyono, Wirya, I. W., Suyanto, E., & Suyadi, G. 2009. Identifikasi Masalah Kesulitan dalam
Pembelajaran Kimia SMA Kelas X di Propinsi Lampung.