Ce diaporama a bien été signalé.
Le téléchargement de votre SlideShare est en cours. ×

Case Report TU & SAR (Reisa Dahliani).pptx

Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Prochain SlideShare
kasus gigi
kasus gigi
Chargement dans…3
×

Consultez-les par la suite

1 sur 29 Publicité

Plus De Contenu Connexe

Similaire à Case Report TU & SAR (Reisa Dahliani).pptx (20)

Plus récents (20)

Publicité

Case Report TU & SAR (Reisa Dahliani).pptx

  1. 1. Instruktur: drg. Dewi Puspitasari, M. Si Case Report Traumatik Ulser Disusun oleh: Reisha Dahliani DGM 2020
  2. 2. Insert the Sub Title of Your Presentation
  3. 3. Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed. I hope and I believe that this Template will your Time. Contents 01 Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed. I hope and I believe that this Template will your Time. Contents 02 Definisi • Ulser adalah hilangnya seluruh ketebalan epithelium dan terbukanya jaringan ikat dibawahnya. Ulkus traumatikus merupakan jenis ulser yang disebabkan oleh faktor lokal. • Ulser traumatik merupakan lesi ulseratif yang disebabkan oleh adanya trauma berupa bahan kimia, panas, gaya mekanik dan juga karena gigitan, trauma akibat gigi yang tajam atau gigi tiruan yang tidak stabil. Khairiati dkk, 2014; Nasution & Sethiadi, 2019
  4. 4. Etiologi • Trauma mekanik: • kontak gigi yang melukai bagian gusi • Gigi/tumpatan yang fraktur • Sayap gigi tiruan yang tidak pas • Alat ortodontik cekat • makanan berstruktur tajam • tergigitnya jaringan lunak rongga mulut pada saat makan atau berbicara • Trauma kimiawi: • prosedur pada kedokteran gigi berupa pengaplikasian bahan tinggi asam seperti etsa, bonding • Aspirin burn • obat sterilisasi pada perawatan saluran akar seperti formokresol dan paraformaldehid. • Lesi ulkus traumatik dapat juga terjadi akibat penggunaan chlorhexidine gluconate dan aspirin bubuk yang digunakan sendiri oleh pasien ke dalam kavitas gigi yang tentunya tidak sesuai dengan standar perawatan kedokteran gigi dan mulut Anindita dkk, 2013; Khairiati dkk, 2014; Mailiza & Rifani; 2019; Nasution & Sethiadi, 2019; Violeta dkk, 2020
  5. 5. 85% 35% 65% 45% Epidemiologi • Ulser traumatik dapat terjadi pada semua Lokasi biasanya pada mukosa pipi dan bibir, palatum, dan tepi perifer lidah. • Lesi traumatik paling banyak terlihat pada mukosa bukal (42%), diikuti lidah (25%) dan bibir bawah (9%). • Lebih sering terjadi pria daripada wanita (rasio pria: wanita 2,7: 1) • Prevalensi ulkus traumatikus dari kelompok pasien di Thailand dan Malaysia dilaporkan sebanyak 13,2% di Thailand dan 12,4% di Malaysia. Prevalensi yang rendah dilaporkan di Spanyol (7,1%), Denmark (4,4%) dan Chile (3,4%). Khairiati dkk, 2014; Mortazavi dkk, 2018; Nasution & Sethiadi, 2019
  6. 6. Manifestasi Klinis • Gambaran klinis ulkus traumatik akibat trauma mekanik bervariasi, sesuai dengan intensitas dan ukuran dari penyebabnya. • Biasanya gambaran klinis ulkus traumatik berupa lesi ulkus tunggal yang berbentuk oval dan cekung. • Bagian tengah ulkus berwarna kuning ke abu-abuan atau putih keabu-abuan dengan bagian pinggir terdapat kemerahan. • Permukaan lesi halus dan pada palpasi lunak serta bentuk lesi tidak teratur. • Ukuran lesi biasanya 1-8 mm, selain itu ukuran lesi juga dapat bervariasi dan tergantung trauma yang menjadi penyebab. • Lokasi lesi terdapat di bagian tepi lidah, mukosa bukal, mukosa dalam bibir, gingiva, dan bagian palatum. Lesi yang disebabkan oleh trauma karena tekanan gigi tiruan sering terletak pada tepi plat gigi tiruan. • Ulser traumatik kronis umumnya memiliki gambaran khas berupa ulser tunggal yang tepinya tidak teratur, sedikit Khairiati dkk, 2014; Mailiza & Rifani; 2019; Nasution & Sethiadi, 2019; Violeta dkk, 2020
  7. 7. Diagnosa Banding Sebagai diagnosis banding diantaranya: • Stomatitis apthous rekuren (SAR) • Mayor apthous ulcer • Ulkus herpertiform • Behcet’s syndrome • Infeksi herpes simplex virus (HSV) • oral squamous cell carcinoma (OSCC) • Oral Tuberculosis Apriasari, 2012; Nasution & Sethiadi, 2019; Violeta dkk, 2020
  8. 8. Case • Usia: 18 th • Jenis kelamin: perempuan, • Keluhan utama: sariawan yang telah diderita selama lima hari. Pasien datang ke RSGMP UNSOED seminggu yang lalu untuk dilakukan pembersihan karang gigi. • Pada pemeriksaan subjektif didapatkan keadaan umum pasien kompos mentis, BB 43 kg, TB 155 cm, tekanan darah 110/80 mm Hg, nadi 70x/menit, pernapasan 20x/menit, dan suhu badan 36C. Past medical history dan social history tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan objektif: Pada gigi 47: terdapat lesi berupa ulkus pada area mukosa bukal, lesi tunggal berwarna merah keputihan dengan tepi meninggi berwarna putih, nyeri, diameter 4 mm; Pada gigi 33 dan 34, terdapat lesi berupa fisura memanjang, berbentuk iregular, lesi tunggal pada 2/3 dorsum lidah dengan kedalaman 2 mm dan panjang 1 cm, tidak terasa nyeri. Violeta dkk, 2020
  9. 9. Diagnosa: Cek oklusi dilakukan dengan menggunakan articulating paper pada gigi antagonis terdekat. Berdasarkan anamnesis, letak lesi, dan hasil cek oklusi maka pasien ini didiagnosis sebagai ulkus traumastik et causa oklusi traumatik. Violeta dkk, 2020
  10. 10. Perbedaan gambaran klinis ulkus traumatik dengan SAR: • SAR lebih banyak ditemukan pada rongga mulut dibandingkan ulkus traumatik. • Lesi SAR biasanya ditandai dengan adanya tepi teratur dan dikelilingi daerah kemerahan serta dasar lesi ditutupi oleh fibrin berwarna putih kekuningan, terjadi akibat adanya trauma atau dengan faktor lain dan melibatkan mediator kimia/sitokin sehingga memicu terjadinya reaksi imunologik yang berujung pada rusaknya epitel mukosa. • Etiologi SAR antara lain hormonal, stres, herediter, infeksi bakteri dan virus, psikologis atau emosi, reaksi hipersensitivitas atau alergi, defisiensi zat besi, asam folat, dan gangguan sistem imun. • Lesi SAR dapat muncul secara berulang baik sebagai lesi tunggal ataupun lesi dengan jumlah banyak. • SAR sering terjadi pada mukosa mulut yang tidak berkeratin, palatum lunak, mukosa pada bagian bukal, pada dasar mulut dan juga lidah. Diagnosa banding: Stomatitis aphtosa rekuren (SAR). Pasien menyangkal adanya stres akademik ataupun pribadi sehingga dapat disimpulkan bahwa diagnosis SAR dapat disingkirkan. Sedangkan ulkus traumatik terjadi bila epitel mukosa mulut rusak akibat adanya jejas akut dan hanya akan melibatkan sel- sel inflamasi akut dengan gambaran klinis terlihat tepi lesi yang tidak jelas. Violeta dkk, 2020
  11. 11. Penatalaksanaan Kasus • Pemilihan perawatan pada kasus ini meliputi Dental Health Education (DHE), pengobatan secara simtomatik berupa triamcinolone acetonide untuk mengurangi peradangan & kemerahan, dan dilakukan selective grinding pada gigi 17 dan 47. Selain itu, pasien juga diberikan multivitamin. • Salep ataupun gel triamcinolone acetonide 0,1% dioleskan pada ulkus yang telah dikeringkan sesaat setelah makan setiap 8 jam sekali selama 5 hari. Evaluasi kasus dilakukan selama satu minggu Setelah satu minggu kemudian dilakukan kontrol untuk pengecekan pada luka ulkus traumatik dan gigi yang dilakukan selective grinding dan didapatkan telah terjadi perbaikan serta tidak ditemukan pembengkakan. Violeta dkk, 2020
  12. 12. • Area selective grinding gigi 17 dan 47 dilakukan pengecekan permukaan yang tajam dan kasar menggunakan articulating paper, finishing dan polishing ulang pada permukaan yang masih kasar. • Tatalaksana selective grinding dikenal dengan istilah BULL (Buccal Upper Lingual Lower) dan MUDL (Mesial Upper Distal Lower) untuk mengurangi gigi yang mengalami premature kontak. Perawatan selective grinding (terapi kausatif) dilakukan dengan cara mengurangi bagian tonjol dan lereng yang menyebabkan trauma. Violeta dkk, 2020
  13. 13. Pemberian Dental Health Education yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai penyakit yang diderita yaitu ulkus traumatikus serta cara sikat gigi yang baik dan benar. Pasien dianjurkan untuk rutin mengkonsumsi sayur dan buah-buahan untuk mencegah terjadinya luka serta mempercepat penyembuhan. Pemberian vitamin C 500 mg sebanyak 10 tablet diminum 1 kali sehari setelah makan. Salah satu fungsi vitamin C adalah pembentukan kolagen yang mempengaruhi integritas struktur di semua jaringan ikat sehingga vitamin C berperan dalam penyembuhan luka. Selain itu, vitamin C berfungsi mencegah infeksi karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap Infeksi. Khairiati dkk, 2014; Violeta dkk, 2020
  14. 14. Case Report Stomatitis Aftosa Rekuren
  15. 15. AWESOME SLIDE Definisi • Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan lesi mukosa oral bercirikan kehilangan jaringan mukosa yang terjadi tiba-tiba, disertai rasa sakit, terjadi berulang (rekurensi), non infeksius, non vesikular, dan terkait imunologi berbentuk ulkus tunggal atau multipel dangkal berwarna putih kekuningan yang dikelilingi oleh halo eritematosa. • RAS dapat berkembang pada rongga mulut non-ceratine seperti mukosa lidah bukal, labial, lateral dan ventral selain pada selaput lendir di dasar mulut, palatum lunak dan orofaring. Ronal & Aliyah, 2017; Sari dkk, 2019; Yuliana dkk, 2019
  16. 16. Etiologi & Predisposisi Etiologi: • Tidak diketahui (idiopatik) Faktor Predisposisi: • Herediter • Imunologi • Stres • Defisiensi nutrisi • Berhenti merokok • Trauma lokal • Obat-obatan • Alergi • Infeksi bakteri dan virus Tarakji dkk, 2015; Edgar dkk, 2017; Rivera, 2019
  17. 17. Epidemiologi • SAR adalah penyakit pada rongga mulut dengan prevalensi sebesar 5-25% dari populasi, banyak terjadi pada usia 10-40 tahun dan banyak terjadi pada wanita. • SAR dimulai pada akhir masa kanak-kanak, antara usia 10 dan 20 tahun, dan berlanjut hingga dewasa, kondisi ini ditemukan lebih umum di antara wanita daripada pria. • Usia presentasi SAR adalah antara dekade kedua dan ketiga kehidupan pada individu yang sehat. RAS paling umum pada kelompok usia 10 sampai 19 tahun dan frekuensinya menurun seiring bertambahnya usia. • Penelitian lain menyebutkan SAR menyerang sekitar 5% sampai 66% dengan rata-rata 20%. Prevalensi RAS bervariasi di antara kelompok sosial ekonomi yang berbeda dan kejadiannya sangat dipengaruhi oleh riwayat keluarga. Dilaporkan bahwa kelompok sosial dengan tingkat sosioekonomi yang tinggi lebih dominan. Sridhar dkk, 2013; Chiang dkk, 2019 ; Yuliana dkk, 2019; Rivera, 2019; Sari dkk, 2019
  18. 18. Manifestasi Klinis • Ulserasi berulang (rekurensi) pada mukosa oral tanpa disertai tanda-tanda adanya penyakit lainnya. • Tampak sebagai ulser yang membulat/ oval dengan ukuran berbeda dengan tepi yang bersih dikelilingi oleh halo eritematosa, dangkal, dan nyeri; biasanya diselimuti oleh pseudomembran putih keabu-abuan dan dikelilingi margin yang kemerahan. Muncul pada mukosa oral nonkeratin: tepi lateral lidah, mukosa bukal, dan mukosa labial. • Biasanya muncul sebagai sensasi terbakar yang berlangsung selama 24 hingga 48 jam sebelum perkembangan ulkus cukup menyakitkan sehingga menghambat aktivitas seperti berbicara dan makan. • Sembuh sendiri dalam 1-2 minggu pada sebagian besar pasien. • Ulser dapat mengganggu fungsi penting sehari-hari, termasuk nutrisi, kebersihan mulut dan bicara, dan memengaruhi kualitas hidup. Hal ini penting, mengingat lesi dapat bertahan> 2 minggu, dengan episode berulang dalam kurun waktu 1-4 bulan. • RAS terjadi dalam tiga presentasi morfologis: • Tipe minor (ulkus mikulicz, diameter 2-10 mm), yang paling umum; • Aftosa mayor, juga disebut ulkus sutton atau mukosa nekrotik periadenitis (diameter> 10 mm); • Ulserasi herpetiform, yang terdiri dari beberapa ulkus kecil. Ronal & Aliyah, 2017; Rivera, 2019; Sari dkk, 2019; Yuliana dkk, 2019
  19. 19. Diagnosa Banding Diagnosa Banding TU Behcet Disease Atomatitis Alergika Herpangina Perbedaan • Disebabkan Trauma • Ulser dengan tepi ireguler, tidak ada indurasi • Disebabkan autoimun • Disertai ulser pada rongga mulut, mata, dan genital • Disebabkan hipersensitivita s • Disertai rasa gatal dan melibatkan lesi pada kulit • Disebabkan virus • Hanya terdapat didaerah orofaring, palatum, dan uvula Tarakji dkk, 2015; Apriasari, 2019
  20. 20. Patogenesi s Antigen terkait faktor predisposisi Sel limfositik bermigrasi ke epitel Inflamasi yang diinduksi oleh Sel T dan TNF-a Peningkatan TNF- a dan IL-2 Penurunan IL-10 Stimulasi ekspresi MHC-1 oleh TNF-a Peningkatan MHC-1 pada sel basal Pre-ulseratif Kemotaksis dan infiltrasi CD8+, IL2 Kemotaksis dan infiltrasi CD8+, IL2 Terjadi ulser pada jaringan SAR Stimulasi proliferasi epitel Peningkatan IL-10 Penyembuhan Cui, 2016; Rivera, 2019; Hernawati, 2020
  21. 21. Diagnosa • Diagnosis SAR selalu didasarkan pada: • Anamnesis • Gambaran klinis • Pemeriksaan penunjang • pasien SAR harus dievaluasi dengan cermat untuk gejala terkait untuk menentukan apakah evaluasi laboratorium diperlukan. • Harus dipertimbangkan apakah SAR pasien dikaitkan dengan kemungkinan penyebab sistemik (misalnya, penyakit Behcet, penyakit celiac, neutropenia siklik, defisiensi nutrisi), terutama untuk SAR yang berkembang tiba-tiba pada pasien dewasa. Sridhar dkk, 2013; Chiang dkk, 2019; Sari dkk, 2019
  22. 22. Case Report • Pasien wanita; usia 19 tahun • Keluhan: sariawan di sisi kiri lidahnya, mukosa bukal kiri, dan mukosa labial bawah, terasa nyeri, dan tidak nyaman saat makan dan tertawa sudah muncul 5 hari sebelum pasien datang ke Rumah Sakit Gigi. Ia diceritakan sering mengalami sariawan 1 atau 2 kali dalam sebulan di tempat berbeda. Ia mengobati sariawan dengan obat topikal dan konsumsi vitamin, dan biasanya sembuh dalam 1-2 minggu. • Indeks Massa Tubuh (IMT): 20,36 (normal). • Pasien menjelaskan bahwa orang tuanya juga memiliki riwayat sariawan berulang. Hernawati, 2020
  23. 23. Case Report Pemeriksaan klinis pada ekstra oral ditemukan beberapa fissura vertikal dengan kedalaman 0,5-1 mm disertai kemerahan, deskuamasi, dan nyeri. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan dua ulkus pada sisi kiri lidah dengan diameter masing-masing ± 6 mm & ± 8mm, berbentuk oval, dasar ulkus berwarna putih kekuningan & dikelilingi oleh eritema, berbatas tegas & nyeri. Ulkus tunggal ditemukan pada mukosa bukal kiri dan mukosa labial bawah dengan diameter ± 2 mm dan ± 5 mm, bentuk bulat, dasar ulkus berwarna putih kekuningan dikelilingi eritema, berbatas tegas, dan nyeri. Hernawati, 2020
  24. 24. Kunjungan pertama • Sariawan di sisi kiri lidah, mukosa bukal kiri, dan mukosa labial bawah. • Asepsis: pasien diinstruksikan untuk berkumur, kemudian lidah, mukosa bukal kiri, dan mukosa labial dikeringkan dengan cotton roll steril. • Sariawan diolesi larutan oral Aloclair anti inflamasi yang mengandung aloevera dan asam hialuronat menggunakan cotton pellet steril. • Pasien diinstruksikan untuk tidak makan, minum, berkumur dan menjilat mulut selama 20-30 menit setelah aplikasi anti inflamasi. • Terapi untuk aplikasi rumah adalah pemberian obat kumur anti inflamasi yang mengandung lidah buaya dan asam hialuronat untuk mengurangi peradangan dan nyeri sariawan. • Pasien juga diberikan multivitamin yang mengandung vitamin B kompleks, asam folat, vitamin C, vitamin E, dan zinc untuk memperbaiki kondisi fisik pasien. • Instruksi kepada pasien: makan bergizi dan teratur, menjaga kebersihan mulut, istirahat yang cukup, menggunakan dan minum obat sesuai resep, dan kontrol (pemeriksaan) 1 minggu kemudian. Hernawati, 2020
  25. 25. Kunjungan II, Kontrol I: • Pasien kembali ke Rumah Sakit Gigi untuk pemeriksaan. Pasien mengatakan bahwa sariawan pada mukosa kiri dan mukosa labial bawah telah menjadi lebih kecil dan tidak nyeri, sedangkan sariawan pada mukosa bukal kiri telah sembuh dan tidak memiliki bekas luka. • Pada pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan kelainan. Hernawati, 2020
  26. 26. Pada kunjuangan kedua stomatitis aphthous minor rekuren ditemukan di dorsum lidah dan mukosa bukal kiri. Pemeriksaan intraoral menunjukkan adanya ulkus pada dorsum lidah dan mukosa bukal kiri dengan diameter masing-masing ± 8 mm dan ± 3 mm, berbentuk bulat, dengan dasar ulkus berwarna putih kekuningan dikelilingi oleh eritema, berbatas tegas, dan nyeri Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan objektif yang dilakukan pada kunjungan kedua, pasien didiagnosis dengan Recurrent Aphthous Stomatitis Minor pada dorsum lidah dan mukosa bukal kiri. Penatalaksanaan pada kunjungan kedua, pasien menjelaskan diberitahu bahwa obat kumur sudah habis, maka resep obat anti inflamasi topikal nonsteroid yang mengandung aloe vera dan asam hialuronat. Pasien juga diinstruksikan untuk menjaga kebersihan mulut, Hernawati, 2020
  27. 27. Referensi • Anindita PS, Hutagalung B, Manoppo SKP. Gambaran Ulkus Traumatik pada Mahasiswa Pengguna Alat Ortodontik Cekat di Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. e-GIGI. 2013; 1(2): 1–9 • Apriasari ML. The management of chronic traumatic ulcer in oral cavity. Dent. J. (Maj. Ked. Gigi). 2012; 45 (2): 68–72 • Apriasari ML. Ulserasi Mukosa Mulut. Yogyakarta: Pustaka Panasea; 2019. p. 12. • Cheng B, Zeng X, Liu S, Zou J, Wang Y. The efficacy of probiotics in management of recurrent aphthous stomatitis: a systematic review and meta-analysis. Sci Rep. 2020;10(1):21181. • Cui RZ, Bruce AJ, Rogers RS 3rd. Recurrent aphthous stomatitis. Clin Dermatol. 2016 Jul- Aug;34(4):475-81 • Edgar NR, Saleh D, Miller RA. Recurrent Aphthous Stomatitis: A Review. J Clin Aesthet Dermatol. 2017;10(3):26-36. • Hernawati S. Management Of Recurrent Aphthous Stomatitis In A Patient With High Recurrence Frequency. Health Notions. 2020; 4(4): 102-108. • Mailiza F, Rifani. Chronic Ulcer Mimicking Oral Squamous Cell Carcinoma (A Case Report). B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah. 2019; 6(1): 50-56. • Mortazavi H, Safi Y, Baharvand M, Rahmani S. Diagnostic Features of Common Oral Ulcerative Lesions: An Updated Decision Tree. Int J Dent. 2016; 2016.
  28. 28. • Nasution D, Sethiadi R. Challenges in diagnosing traumatic ulcers: case report Tantangan dalam menegakkan diagnosis ulser traumatik: laporan Kasus. Makassar Dent J 2019; 8(3): 121-124 • Rivera C. Essentials of recurrent aphthous stomatitis (Review). Biomedical Reports. 2019; 11(2) 47-50. • Ronal A, Aliyah S. Strategi Penatalaksanaan Stomatitis Aftosa Rekuren pada Anemia Defisiensi Besi (Laporan Kasus). Majalah Sainstekes. 2017; 4 (2) : 33-42. • Sari RK, Ernawati DS, Soebadi B. Recurrent Aphthous Stomatitis Related To Psychological Stress, Food Allergy And Gerd. ODONTO Dental Journal. 2019; 6(1): 45-51. • Sridhar T, Elumalai M, Karthika B. Recurrent Aphthous Stomatitis: A Review. Biomed Pharmacol J 2013; 6(1): 17-22 • Tarakji B, Gazal G, Al-Maweri SA, Azzeghaiby SN, Alaizari N. Guideline for the Diagnosis and Treatment of Recurrent Aphthous Stomatitis for Dental Practitioners. Journal of International Oral Health. 2015; 7(5):74-80 • Violeta BV, Hartomo BT. Tata Laksana Perawatan Ulkus Traumatik pada Pasien Oklusi Traumatik: Laporan Kasus. e-GiGi. 2020; 8(2):86-92. • Yuliana Y, Winias S, Hendarti HT, Soebadi B. Reccurent trauma-induced aphthous stomatitis in adjustment disorder patients. Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi): 2019; 52(3): 163–167.
  29. 29. Thank You Insert the Sub Title of Your Presentation

×