1. Resume Filsafat Pendidikan
Hakikat Pendidik dalam Islam
Dhinda Vadya Izmi ( 202127020 )
A. Hakikat Pendidik dalam Islam
Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik disebut dengan murobbi, muallim dan
muadib. Kata murobbi berasal dari kata robba-yurobbi (QS:17-24). Kata muallim
adalah isim fail dari allama-yuallimu sebagaimana ditemukan dalam Al-Quran
(2:31). Sedangkan kata Muaddib, berasal dari kata addaba-yuaddibu (QS 3:79&146).
1. Mu’allim, berasal dari kata dasar ‘ilm yang berarti menangkap sesuatu. Dalam setiap ‘ilm
terkandung dimensi teoritis dan dimensi praktek. Al-Âlim jamaknya ulamâ atau al-
Mu’allimun, juga berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para ulama/ahli
pendidikan untuk menunjuk pada hati guru.
2. Selain itu, terdapat pula istilah ustâdz untuk menunjuk kepada arti guru yang khusus
mengajar bidang pengetahuan agama Islam. Ustâdz juga bisa digunakan untuk
memanggil seseorang profesor, di mana maknanya bahwa seseorang pendidik (guru)
dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugas.
3. Murabbiy, berasal dari kata dasar rabb, Tuhan adalah sebagai rabb al-‘alamin dan rabb al-
nas, yakni yang menciptakan, mengatur dan memelihara alam seisinya termasuk manusia.
Mursyid, biasa digunakan untuk pendidik (guru) dalam tharîqah (tasawuf), dimana
pendidik harus berusaha menularkan penghayatan akhlak dan kepribadiannya kepada
peserta didiknya, baik yang berupa etos ibadahnya, etos kerjanya, etos belajarnya,
maupun dedikasinya yang serba lillâhi ta’âlâ.
4. Mudarris, berasal dari akar kata darasa–yadrusu–darsan wa durûsan wa dirâsatan, yang
berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadikan usang, melatih dan
mempelajari. Selain itu ada pula sebagian ulama yang menggunakan istilah al-mudarris
untuk arti orang yang mengajar atau orang yang memberi pelajaran.
5. Mu’addib, berasal dari kata adab yang berarti moral, etika dan adab atau kemajuan
(kecerdasan, kebudayaan) lahir dan batin. Sedangkan secara istilah, pendidik adalah
orang-orang yang bertang- gungjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif,
kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Hakikat pendidik dalam Islam, adalah orang-orang yang bertanggung jawab dalam
perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi anak didik, baik potensi
afektif, kognitif maupun potensi psikomotor. Senada dengan ini, Mohammad Fadhli al-Jamali
menyebutkan, bahwa pendidik adalah orang yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang
2. lebih baik sehingga terangkat derajat manusianya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki
oleh manusia.
Menurut Al-Ghazali pendidik adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan,
menyempurnakan, dan mensucikan hati sehingga menjadi dekat dengan Khaliqnya. Tugas ini
didasarkan pada pandangan bahwa manusia merupakan makhluk yang mulia. Kesempurnaan
manusia terletak pada kesucian hatinya. Untuk itu, pendidik dalam prespektif Islam
melaksanakan proses pendidikan hendaknya diarahkan pada aspek tazkiyah an-nafs. Dalam
mengajarkan ilmu pengetahuan, seorang pendidik hendaknya memberikan penekanan pada
upaya membimbing dan membiasakan agar ilmu yang diajarkan tidak hanya dipahami, dikuasai
atau dimiliki oleh peserta didik, akan tetapi lebih dari itu perlu diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam pelaksanaannya, semua metode pendidikan yang memiliki relevansi terhadap
upaya pendidikan hendaknya dapat dipergunakan pendidik dalam proses belajar mengajar.
Penggunaan setiap metode pendidikan hendaknya diselaraskan dengan tujuan pendidikan yang
telah dirumuskan, tingkat usia peserta didik, kecerdasan, bakat, dan fitrahnya.
B. Sifat dan Karakteristik Kepribadian Pendidik Muslim Menurut para Ahli
1. Guru menurut Imam Al-Ghazali
Menurut al-Ghazali, guru yang dapat diserahi tugas mengajar adalah guru yang selain cerdas
dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnan
akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam. Dengan akhlaknya yang
baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi muridnya. Dengan kekuatan fisik ia dapat
melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan murid-muridnya.Selain sifat-sifat
umum tersebut, juga terdapat beberapa sifat khusus:
Rasa kasih sayang yang akan berujung terciptanya situasi yang kondusif.
Mengajar harus dipahami sebagai akifitas mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini akan
berujung pada keikhlasan, tidak mengharap apapun dari manusia.
Selain mengajar juga berfungsi sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar
dihadapan muridnya serta tidak melibatkan iri dalam persoalan yang bisa mengalihkan
konsentrasinya sebagai guru.
Dalam mengajar hendaknya digunakan cara yang simpatik, halus dan tidak menggunakan
kekerasan, cacian, makian dan sebagainya. Semua sikap ini akan mempunyai dampak
bagi psikis siswa.
Tampil sebagai teladan bagi muridnya, bersikap toleran, menghargai kemampuan orang
lain, tidak mencela ilmu lain.
Mengakui adanya perbedaan potensi yang dimilki murid-muridnya secara individu dan
memperlakukan murid sesuai dengan potensi masing-masing.
Guru harus memahami bakat, tabi’at dan kejiwan muridnya sesuai dengan tingkat
usianya.
3. C. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik Muslim
Secara umum tugas pendidik adalah mendidik. Dalam operasionalisasinya, mendidik
merupakan rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji menghukum, memberi
contoh, membiasakan, dan lain sebaginya. Batasan ini memberi arti bahwa tugas pendidik bukan
hanya sekedar mengajar sebagaimana pendapat kebanyakan orang. Disamping itu juga bertugas
sebagi motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta
didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.
Menurut Marimba, tugas pendidik dalam Pendidikan Islam adalah membimbing dan
mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta didik, menciptakan situasi kondusif bagi
berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan pengetahuan yang
dimiliki guna ditransformasikan kepada peserta didik. Sementara dalam batasan lain, tugas
pendidik dapat dijabarkan dalam beberapa pokok pikiran, yakni:
Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran,
melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanaan penilaian setelah
program tersebut terlaksana.
Sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan
kepribadian sempurna (insan kamil),seiring dengan penciptaan-Nya.
Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri (baik diri sendiri,
peserta didik, maupun masyarakat), upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian,
pengontrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan.
Sedangkan tanggung jawab seorang pendidik yaitu:
Pendidik wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak didik.
Pendidik wajib menolong anak didik dalam perkembangannya agar pembawaan buruk
tidak berkembang dan pembawaan baik berkembang subur.
Bila anak didik sebagai manusia dewasa berpelangaman, pendidik wajib menyajikan
jalan yang terbaik dan menunjukkan arah perkembangan yang tepat.
Pendidik wajib memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa berkarya dalam
segala cabang pekerjaan.
Pendidik wajib tiap waktu mengadakan evaluasi untuk mengetahui apakah perkembangan
anak didik dalam usaha mencapai tujuan sudah cukup baik.
Pendidik wajib memberikan bimbingan dan penyuluhan pada waktu anak mengalami
kesulitan dengan cara yang sesuai dengan kemampuan anak didik dan tujuan yang akan
dicapai.