SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
A. Persamaan Homogen dengan Koeffisien Konstan
Kita mulai dengan membahas dengan apa yang dimaksud dengan koefisien konstan dan
persamaan homogen itu. Yang dimaksud dengan koefisien konstan adalah dengan mengambil
fungsi-fungsi p(t) dan q(t) dalam (3.2.1) dengan nilai konstan dan jika kita ambil fungsi g(t) = 0
akan kita sebut sebagai persamaan homogen. Jadi dalam hal ini kita akan dapat persamaan
differensial homogen dengan koefisien konstan yang dapat dinyatakan sebagai
(1)
Dimana f adalah beberapa fungsi yang diberikan. luar biasa, kami akan menunjukkan
variabel independen t karena waktu sering variabel independen dalam masalah fisik, tapi kadang-
kadang kita akan menggunakan x sebagai gantinya. kita akan menggunakan y kadang-kadang
beberapa surat lainnya, untuk menunjuk variabel dependen. persamaan (1) dikatakan linier jika
fungsi f memiliki bentuk
(2)
Ini adalah jika f linear dalam y dan y '. dalam persamaan (2), g, p, dan q ditentukan fungsi
dari variabel t independen namun tidak tergantung pada y. dalam hal ini kita biasanya menulis
ulang persamaan (1) sebagai
(3)
Di mana bilangan prima menunjukkan diferensiasi terhadap t. bukannya persamaan (3),
kita sering melihat persamaan
(4)
Atau tentu saja, jika p (t) = 0, kita dapat membagi persamaan (4) dengan p (t) dan dengan
demikian mendapatkan persamaan (3) dengan
(5)
dalam membahas persamaan (3), dan mencoba untuk menyelesaikannya. Kita akan
membatasinya untuk interval dimana p, q, dan g adalah fungsi kontinyu. Jika persamaan (1) tidak
dari bentuk (3) atau (4), maka disebut nonlinier. Di samping itu, ada dua jenis dua persamaan
nonlinier yang dapat diselesaikan dengan perubahan variabel yang mengurangi mereka untuk
persamaan orde pertama.
Masalah nilai awal terdiri dari persamaan diferensial seperti persamaan (1), (3), atau (4)
bersama-sama dengan kondisi
(6)
Di mana y0 dan y0 'diberi nilai. Perhatikan bahwa kondisi awal untuk persamaan tidak
hanya solusi grafik pada titik (t0, y0), tetapi juga grafik kemiringan pada titik y0'. Hal ini
bertujuan agar dua kondisi awal terpenuhi karena, kedua integrasi yang diperlukan untuk
menemukan solusi dan integrasi masing-masing menggunakan sembarang konstanta. Sehingga,
dua kondisi awal akan cukup untuk menentukan nilai untuk dua konstanta ini.
Perintah kedua persamaan linear dikatakan homogen jika istilah g (t) dalam persamaan
(3), atau istilah G (t) dalam persamaan (4), adalah nol untuk semua t. Jika tidak, persamaan
disebut nonhomogen. Sebagai hasilnya, g panjang (t), atau G (t), kadang-kadang disebut istilah
nonhomogen. Kita mulai diskusi kita dengan persamaan homogen, yang akan kita tulis dalam
bentuk
(7)
Nantinya, akan ditunjukkan bahwa suatu persamaan homogen yang telah diselesaikan,
dapat dipakai untuk memecahkan persamaan homogen yang sesuai (4), atau setidaknya untuk
mengekspresikan solusi dalam hal integral. Dengan demikian masalah memecahkan persamaan
homogen adalah yang lebih mendasar.
B. Solusi mendasar persamaan linear homogen
Kita mulai dengan membahas dengan apa yang dimaksud dengan koefisien konstan dan
persamaan homogen itu. Yang dimaksud dengan koefisien konstan adalah dengan mengambil
fungsi-fungsi p(t) dan q(t) dengan nilai konstan dan jika kita ambil fungsi g(t) = 0 akan kita
sebut sebagai persamaan homogen. Jadi dalam hal ini kita akan dapat persamaan differensial
homogen dengan koefisien konstan yang dapat dinyatakan sebagai
(8)
Sebagai contoh ilustrasi dari perilaku persamaan orde dua, kita ambil contoh kasus
dimana b = 0 dan a = 1 dalam persamaan (3.2.2), jadi
(9)
Jika c = -1, maka kita akan menemukan solusi dari persamaan y’’= y.
atau (10)
Menarik dalam hal ini, kita punyai dua solusi dalam masalah ini. Dengan cara yang
sama kita juga akan mendapatkan dua solusi untuk c = 1, yakni
(11)
Dapat kita catat bahwa dua solusi itu membedakan dengan persamaan differensial orde
satu yang dibangun oleh satu solusi dengan sebuah konstanta sebarang. Dengan alasan ini kita
memerlukan dua kondisi awal untuk masalah persamaan differensial orde dua. Jadi solusi umum
dari persamaan differensial orde dua harus menghasilkan dua konstanta sebarang sehingga kita
bisa memenuhi kondisi awalnya. Untuk lebih jelasnya, terdapat cara mudah untuk menemukan
solusi umum persamaan differensial orde dua homogen dengan koefisien konstan. Perhatikan
kembali persamaan (8). Dengan mengasumsikan solusinya dalam bentuk y = e( t
), maka kita
akan dapatkan persamaan kuadrat dalam ¸ yang nantinya akan kita namakan persamaan
karakteristik untuk , yakni
(12)
Jadi dua solusi kita adalah y1 = e(¸+t) dan y2 = e(¸¡t), dan solusi umumnya dapat
dinyatakan sebagai
(13)
Konstanta c1 dan c2 dapat ditentukan dari kondisi awal y(t0) dan y’(t0).
C. Bergantung linear dan Wronskian
Kita sekarang akan membahas konsep penting tentang bergantung linear, bebas linear
dan akan menunjukkan bahwa konsep tersebut erat kaitannya dengan wronskian. Kita mulai
dengan definisi tentang bergantung atau bebas linear dari dua fungsi f dan g. Fungsi-fungsi f dan
g dikatakan bergantung linear jika terdapat konstanta c1 ≠ 0, c2 ≠ 0 sedemikian sehingga
c1f + c2g = 0:
Kemudian karena c1 ≠ 0 dan c2 ≠ 0 maka kita dapat menyatakan fungsi f dalam fungsi g.
Jadi f = - c1/c2 g. Kita dapat mengartikan bahwa fungsi f sama dengan fungsi g kecuali hanya
berbeda dalam faktor konstanta. Jadi fungsi f dan g bergantung karena secara esensial kedua
fungsi tersebut sama. Sebaliknya dua fungsi f dan g dikatakan bebas linear jika
c1f + c2g = 0
Hanya terpenuhi jika c1 = c2 = 0. Jadi kita tidak mungkin menyatakan satu fungsi ke
dalam yang lain, karena kedua fungsi itu memang berbeda.
Jawab. Kita mulai dengan definisi kita
Kita catat bahwa maka kita
kemudian dapatkan
Jadi terdapat c1, c2 0 sedemikian sehingga c1f + c2g = 0. Kita simpulkan kedua
fungsi itu bergantung linear. Dalam kasus kedua
Kita tak akan menemukan konstanta c1 dan c2 yang tidak nol yang memenuhi kondisi
tersebut. Satu-satunya kemungkinan kondisi di atas terpenuhi jika kita ambil c1 = c2 = 0. Jadi
fungsi e t
dan e2t
saling bebas linear. Walaupun cara pemeriksaan di atas bisa dilakukan, tetapi
kita ingin mendapatkan metode yang lebih tepat untuk menentukan kebebasan dan
kebergantungan linear dua fungsi. Kita perhatikan lagi dua fungsi yang terturunkan f dan g pada
suatu interval waktu, dan kita perhatikan
Sekarang kita hitung nilai persamaan di atas pada suatu waktu t0 pada suatu interval
waktu yang diberikan, dan kita juga temukan turunannya
Ini akan memberikan dua buah persamaan dengan konstanta yang belum diketahui c1 dan
c2. Dari persamaan yang kedua kita dapatkan
dan kita substitusikan kedalam persamaan pertama yang akan memberikan
Dengan mengalikan kedua ruas persamaan dengan g’(t0), kita dapatkan
Jadi kita dapatkan dua kemungkinan
Jika W 0 maka c1 = 0 yang mengakibatkan c2 = 0, jadi bebas linear.
Jika W = 0 maka c1 0 dan c2 0, jadi bergantung linear
Jadi kita simpulkan jika wronskian dua buah fungsi adalah nol untuk sebarang waktu t0,
kita katakan kedua fungsi tersebut bergantung linear, sebaliknya jika wronskiannya tidak nol
maka kedua fungsi tersebut bebas linear.
Teorema Abel. Misalkan y1 dan y2 adalah solusi-solusi dari
dimana p; q adalah fungsi-fungsi kontinu dalam suatu interval I, maka
sedemikian sehingga W bernilai nol untuk semua waktu t di I (C = 0) atau tidak
pernah bernilai nol (C 0).
Bukti dari teorema ini relatif mudah. Kita mulai bahwa y1 dan y2 adalah solusi-solusi,
maka keduanya memenuhi
Kita kalikan persamaan pertama dengan ¡y2 dan persamaan ke dua dengan y1, akan kita
dapatkan
Dengan menjumlahkan kedua persamaan kita peroleh
Sekarang kita kembali pada masalah persamaan differensial orde dua homogen dengan
koeffisien konstan
Kita kembali mencoba solusinya dalam bentuk yang akan memberikan
Akar-akar persamaan karakteristik di atas adalah
Solusi-solusi kita tersebut di atas masih terlalu rumit dan panjang. Kita dapat
menyederhanakannya dengan memperkenalkan dua solusi baru, yakni Y1 dan Y2
yang kita definisikan sebagai
Dan kita dapatkan solusi umumnya sebagai
dimana konstanta c1 dan c2 kita tentukan dari kondisi awal yang diberikan. Kita bias
menyatakan solusi-solusi y1 dan y2 dengan solusi-solusi baru Y1 dan Y2, dikarenakan semua
solusi tersebut bebas linear dan kita dapat mudah menemukan Wronskian W(Y1, Y2) =
. Jadi kita simpulakan bahwa kombinasi solusi-solusi Y1 dan Y2 merupakan solusi
umum dari persamaan differensial yang diberikan.
D. Akar Kompleks Persamaan Karakteristik
Kita akan mempelajari cara memperoleh suatu selesaian umum dari PD linier orde Dua.
PD itu berbentuk
y”+ay’+by=0,
dengan a dan b konstan.
kita mengetahui bahwa fungsi . Jika λ suatu akar persamaan karakteristik
λ2+aλ+by=0. (1)
Akar-akar itu adalah
(2)
Karena a dan b real, persamaan karakteristik mungkin mempunyai :
(Kasus I) dua akar real berbeda
(Kasus II) dua akar komplek sekawan
(Kasus III) akar real ganda.
Kasus I. Dua akar real berbeda
Kasus ini terjadi jika diskriminan a^2-4b dalam (1) positif, karena mengakibatkan nilai akar
dalam (2) real (dan tidak nol). Jadi suatu basis dalam suatu intervalnya adalah
Tentusaja y2/y1 tidak konstan, sehingga dua selesaian itu tidak proporsional. Selesaian umum
yang berkaitan adalah
(3)
Kasus II. Akar komplek
Kasus ini terjadi jika a^2-4b negatif, dan (2) mengakibatkan akar-akarnya komplek sekawan,
Dengan
Kita klaim bahwa dalam kasus ini suatu basis dalam suatu interval adalah
Kasus III Akar ganda
Kasus ini sering disebut kasus kritis. Dari (2), kasus ini muncul jika diskriminannya nol, yaitu
Akarnya adalah
Maka sebagai suatu basis pada suatu interval adalah
Selesaian umum yang bersesuaian adalah

More Related Content

What's hot

Bab 7. Aplikasi Integral ( Kalkulus 1 )
Bab 7. Aplikasi Integral ( Kalkulus 1 )Bab 7. Aplikasi Integral ( Kalkulus 1 )
Bab 7. Aplikasi Integral ( Kalkulus 1 )Kelinci Coklat
 
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Kelinci Coklat
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapagus_budiarto
 
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2Dian Arisona
 
metode euler
metode eulermetode euler
metode eulerRuth Dian
 
PD orde2 Tak Homogen 2
PD orde2 Tak Homogen 2PD orde2 Tak Homogen 2
PD orde2 Tak Homogen 2unesa
 
Transformasi laplace
Transformasi laplaceTransformasi laplace
Transformasi laplacedwiprananto
 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATyuni dwinovika
 
Fungsi Kompleks (pada bilangan kompleks)
Fungsi Kompleks (pada bilangan kompleks)Fungsi Kompleks (pada bilangan kompleks)
Fungsi Kompleks (pada bilangan kompleks)Ridha Zahratun
 
09 a analis_vektor
09 a analis_vektor09 a analis_vektor
09 a analis_vektorTri Wahyuni
 

What's hot (20)

Bab 7. Aplikasi Integral ( Kalkulus 1 )
Bab 7. Aplikasi Integral ( Kalkulus 1 )Bab 7. Aplikasi Integral ( Kalkulus 1 )
Bab 7. Aplikasi Integral ( Kalkulus 1 )
 
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleks
 
Integral Garis
Integral GarisIntegral Garis
Integral Garis
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkap
 
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
 
metode euler
metode eulermetode euler
metode euler
 
Pemisahan variabel
Pemisahan variabelPemisahan variabel
Pemisahan variabel
 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
 
PD orde2 Tak Homogen 2
PD orde2 Tak Homogen 2PD orde2 Tak Homogen 2
PD orde2 Tak Homogen 2
 
Transformasi laplace
Transformasi laplaceTransformasi laplace
Transformasi laplace
 
Integral Lipat Tiga
Integral Lipat TigaIntegral Lipat Tiga
Integral Lipat Tiga
 
Deret Fourier
Deret FourierDeret Fourier
Deret Fourier
 
Soal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaanSoal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaan
 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
 
Fungsi Kompleks (pada bilangan kompleks)
Fungsi Kompleks (pada bilangan kompleks)Fungsi Kompleks (pada bilangan kompleks)
Fungsi Kompleks (pada bilangan kompleks)
 
09 a analis_vektor
09 a analis_vektor09 a analis_vektor
09 a analis_vektor
 
Medan vektor
Medan vektorMedan vektor
Medan vektor
 
Kalkulus modul limit fungsi
Kalkulus modul limit fungsiKalkulus modul limit fungsi
Kalkulus modul limit fungsi
 

Viewers also liked

persamaan-diferensial-orde-ii
persamaan-diferensial-orde-iipersamaan-diferensial-orde-ii
persamaan-diferensial-orde-iiFaried Doank
 
Persamaan Diferensial
Persamaan DiferensialPersamaan Diferensial
Persamaan DiferensialDian Arisona
 
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamaPersamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamadwiprananto
 
Makalah Persamaan Diferensial
Makalah Persamaan DiferensialMakalah Persamaan Diferensial
Makalah Persamaan DiferensialIndah Wijayanti
 
Makalah persamaan differensial
Makalah persamaan differensialMakalah persamaan differensial
Makalah persamaan differensialnafis_apis
 
Modul 1 pd linier orde satu
Modul 1 pd linier orde satuModul 1 pd linier orde satu
Modul 1 pd linier orde satuDhifa Tasrif
 

Viewers also liked (7)

persamaan-diferensial-orde-ii
persamaan-diferensial-orde-iipersamaan-diferensial-orde-ii
persamaan-diferensial-orde-ii
 
Persamaan Diferensial
Persamaan DiferensialPersamaan Diferensial
Persamaan Diferensial
 
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamaPersamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
 
Makalah Persamaan Diferensial
Makalah Persamaan DiferensialMakalah Persamaan Diferensial
Makalah Persamaan Diferensial
 
Makalah persamaan differensial
Makalah persamaan differensialMakalah persamaan differensial
Makalah persamaan differensial
 
Modul 1 pd linier orde satu
Modul 1 pd linier orde satuModul 1 pd linier orde satu
Modul 1 pd linier orde satu
 
15. soal soal diferensial
15. soal soal diferensial15. soal soal diferensial
15. soal soal diferensial
 

Similar to Persamaan Diferensial Orde 2

Persamaan Nonhomogen ; Metode Koefisien Tak ditentukan
Persamaan Nonhomogen ; Metode Koefisien Tak ditentukanPersamaan Nonhomogen ; Metode Koefisien Tak ditentukan
Persamaan Nonhomogen ; Metode Koefisien Tak ditentukanDian Arisona
 
Persamaan Diferensial Orde 2 Variasi Parameter
Persamaan Diferensial  Orde 2 Variasi ParameterPersamaan Diferensial  Orde 2 Variasi Parameter
Persamaan Diferensial Orde 2 Variasi ParameterDian Arisona
 
Persamaan Diferensial
Persamaan DiferensialPersamaan Diferensial
Persamaan DiferensialDian Arisona
 
1 konsep dasar dan gagasan persamaan dif. orde 1
1   konsep dasar dan gagasan persamaan dif. orde 11   konsep dasar dan gagasan persamaan dif. orde 1
1 konsep dasar dan gagasan persamaan dif. orde 1Ariy Anto
 
PD orde2 Homogen
PD orde2 HomogenPD orde2 Homogen
PD orde2 Homogenunesa
 
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERFAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERRarasenggar
 
Kontrak Perkuliahan PD
Kontrak Perkuliahan PDKontrak Perkuliahan PD
Kontrak Perkuliahan PDAwatifAtif
 
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-keduaPersamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-keduadwiprananto
 
2_Persamaan_Gerak.pptx
2_Persamaan_Gerak.pptx2_Persamaan_Gerak.pptx
2_Persamaan_Gerak.pptxHanifEka2210
 
2. matematika termodinamika
2. matematika termodinamika2. matematika termodinamika
2. matematika termodinamikaHamHam33
 

Similar to Persamaan Diferensial Orde 2 (20)

Persamaan Nonhomogen ; Metode Koefisien Tak ditentukan
Persamaan Nonhomogen ; Metode Koefisien Tak ditentukanPersamaan Nonhomogen ; Metode Koefisien Tak ditentukan
Persamaan Nonhomogen ; Metode Koefisien Tak ditentukan
 
Persamaan Diferensial Orde 2 Variasi Parameter
Persamaan Diferensial  Orde 2 Variasi ParameterPersamaan Diferensial  Orde 2 Variasi Parameter
Persamaan Diferensial Orde 2 Variasi Parameter
 
Persamaan Diferensial
Persamaan DiferensialPersamaan Diferensial
Persamaan Diferensial
 
1 konsep dasar dan gagasan persamaan dif. orde 1
1   konsep dasar dan gagasan persamaan dif. orde 11   konsep dasar dan gagasan persamaan dif. orde 1
1 konsep dasar dan gagasan persamaan dif. orde 1
 
PD orde2 Homogen
PD orde2 HomogenPD orde2 Homogen
PD orde2 Homogen
 
Persamaan sturm
Persamaan sturmPersamaan sturm
Persamaan sturm
 
Atom hidrogen-final-doc2
Atom hidrogen-final-doc2Atom hidrogen-final-doc2
Atom hidrogen-final-doc2
 
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERFAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
 
Kontrak Perkuliahan PD
Kontrak Perkuliahan PDKontrak Perkuliahan PD
Kontrak Perkuliahan PD
 
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-keduaPersamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
 
2_Persamaan_Gerak.pptx
2_Persamaan_Gerak.pptx2_Persamaan_Gerak.pptx
2_Persamaan_Gerak.pptx
 
Model matematika suspensi motor
Model matematika suspensi motorModel matematika suspensi motor
Model matematika suspensi motor
 
Pdp jadi
Pdp jadiPdp jadi
Pdp jadi
 
2. matematika termodinamika
2. matematika termodinamika2. matematika termodinamika
2. matematika termodinamika
 
Integral Berulang (Iterated Integrals)
Integral Berulang (Iterated Integrals)Integral Berulang (Iterated Integrals)
Integral Berulang (Iterated Integrals)
 
Persamaan linear
Persamaan linear Persamaan linear
Persamaan linear
 
Paper turunan
Paper turunanPaper turunan
Paper turunan
 
Sistem koordinat bola
Sistem koordinat bolaSistem koordinat bola
Sistem koordinat bola
 
MATA4432-M1.pdf
MATA4432-M1.pdfMATA4432-M1.pdf
MATA4432-M1.pdf
 
Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1
 

More from Dian Arisona

Analisis Statistika
Analisis StatistikaAnalisis Statistika
Analisis StatistikaDian Arisona
 
Pengantar Rancangan Percobaan
Pengantar Rancangan PercobaanPengantar Rancangan Percobaan
Pengantar Rancangan PercobaanDian Arisona
 
Praktikum Komputasi Statistika
Praktikum Komputasi StatistikaPraktikum Komputasi Statistika
Praktikum Komputasi StatistikaDian Arisona
 
Praktikum Komputasi Statistika
Praktikum Komputasi StatistikaPraktikum Komputasi Statistika
Praktikum Komputasi StatistikaDian Arisona
 
Laporan Kerja Praktek Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar
Laporan Kerja Praktek Badan Pusat Statistik (BPS) Kota MakassarLaporan Kerja Praktek Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar
Laporan Kerja Praktek Badan Pusat Statistik (BPS) Kota MakassarDian Arisona
 
Regresi Linear Berganda
Regresi Linear BergandaRegresi Linear Berganda
Regresi Linear BergandaDian Arisona
 
Rancangan Percobaan (faktorial)
Rancangan Percobaan (faktorial)Rancangan Percobaan (faktorial)
Rancangan Percobaan (faktorial)Dian Arisona
 
Makalah Proyeksi Penduduk Pangkep
Makalah Proyeksi Penduduk PangkepMakalah Proyeksi Penduduk Pangkep
Makalah Proyeksi Penduduk PangkepDian Arisona
 
Proyeksi Penduduk Pangkep
Proyeksi Penduduk PangkepProyeksi Penduduk Pangkep
Proyeksi Penduduk PangkepDian Arisona
 

More from Dian Arisona (14)

Analisis Statistika
Analisis StatistikaAnalisis Statistika
Analisis Statistika
 
Pengantar Rancangan Percobaan
Pengantar Rancangan PercobaanPengantar Rancangan Percobaan
Pengantar Rancangan Percobaan
 
Praktikum Komputasi Statistika
Praktikum Komputasi StatistikaPraktikum Komputasi Statistika
Praktikum Komputasi Statistika
 
Praktikum Komputasi Statistika
Praktikum Komputasi StatistikaPraktikum Komputasi Statistika
Praktikum Komputasi Statistika
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
Laporan Kerja Praktek Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar
Laporan Kerja Praktek Badan Pusat Statistik (BPS) Kota MakassarLaporan Kerja Praktek Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar
Laporan Kerja Praktek Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar
 
Data Angin
Data AnginData Angin
Data Angin
 
sistem basis Data
sistem basis Datasistem basis Data
sistem basis Data
 
Kebebasan Galat
Kebebasan GalatKebebasan Galat
Kebebasan Galat
 
Makalah simbad
Makalah simbadMakalah simbad
Makalah simbad
 
Regresi Linear Berganda
Regresi Linear BergandaRegresi Linear Berganda
Regresi Linear Berganda
 
Rancangan Percobaan (faktorial)
Rancangan Percobaan (faktorial)Rancangan Percobaan (faktorial)
Rancangan Percobaan (faktorial)
 
Makalah Proyeksi Penduduk Pangkep
Makalah Proyeksi Penduduk PangkepMakalah Proyeksi Penduduk Pangkep
Makalah Proyeksi Penduduk Pangkep
 
Proyeksi Penduduk Pangkep
Proyeksi Penduduk PangkepProyeksi Penduduk Pangkep
Proyeksi Penduduk Pangkep
 

Persamaan Diferensial Orde 2

  • 1. A. Persamaan Homogen dengan Koeffisien Konstan Kita mulai dengan membahas dengan apa yang dimaksud dengan koefisien konstan dan persamaan homogen itu. Yang dimaksud dengan koefisien konstan adalah dengan mengambil fungsi-fungsi p(t) dan q(t) dalam (3.2.1) dengan nilai konstan dan jika kita ambil fungsi g(t) = 0 akan kita sebut sebagai persamaan homogen. Jadi dalam hal ini kita akan dapat persamaan differensial homogen dengan koefisien konstan yang dapat dinyatakan sebagai (1) Dimana f adalah beberapa fungsi yang diberikan. luar biasa, kami akan menunjukkan variabel independen t karena waktu sering variabel independen dalam masalah fisik, tapi kadang- kadang kita akan menggunakan x sebagai gantinya. kita akan menggunakan y kadang-kadang beberapa surat lainnya, untuk menunjuk variabel dependen. persamaan (1) dikatakan linier jika fungsi f memiliki bentuk (2) Ini adalah jika f linear dalam y dan y '. dalam persamaan (2), g, p, dan q ditentukan fungsi dari variabel t independen namun tidak tergantung pada y. dalam hal ini kita biasanya menulis ulang persamaan (1) sebagai (3) Di mana bilangan prima menunjukkan diferensiasi terhadap t. bukannya persamaan (3), kita sering melihat persamaan (4) Atau tentu saja, jika p (t) = 0, kita dapat membagi persamaan (4) dengan p (t) dan dengan demikian mendapatkan persamaan (3) dengan
  • 2. (5) dalam membahas persamaan (3), dan mencoba untuk menyelesaikannya. Kita akan membatasinya untuk interval dimana p, q, dan g adalah fungsi kontinyu. Jika persamaan (1) tidak dari bentuk (3) atau (4), maka disebut nonlinier. Di samping itu, ada dua jenis dua persamaan nonlinier yang dapat diselesaikan dengan perubahan variabel yang mengurangi mereka untuk persamaan orde pertama. Masalah nilai awal terdiri dari persamaan diferensial seperti persamaan (1), (3), atau (4) bersama-sama dengan kondisi (6) Di mana y0 dan y0 'diberi nilai. Perhatikan bahwa kondisi awal untuk persamaan tidak hanya solusi grafik pada titik (t0, y0), tetapi juga grafik kemiringan pada titik y0'. Hal ini bertujuan agar dua kondisi awal terpenuhi karena, kedua integrasi yang diperlukan untuk menemukan solusi dan integrasi masing-masing menggunakan sembarang konstanta. Sehingga, dua kondisi awal akan cukup untuk menentukan nilai untuk dua konstanta ini. Perintah kedua persamaan linear dikatakan homogen jika istilah g (t) dalam persamaan (3), atau istilah G (t) dalam persamaan (4), adalah nol untuk semua t. Jika tidak, persamaan disebut nonhomogen. Sebagai hasilnya, g panjang (t), atau G (t), kadang-kadang disebut istilah nonhomogen. Kita mulai diskusi kita dengan persamaan homogen, yang akan kita tulis dalam bentuk (7) Nantinya, akan ditunjukkan bahwa suatu persamaan homogen yang telah diselesaikan, dapat dipakai untuk memecahkan persamaan homogen yang sesuai (4), atau setidaknya untuk mengekspresikan solusi dalam hal integral. Dengan demikian masalah memecahkan persamaan homogen adalah yang lebih mendasar.
  • 3. B. Solusi mendasar persamaan linear homogen Kita mulai dengan membahas dengan apa yang dimaksud dengan koefisien konstan dan persamaan homogen itu. Yang dimaksud dengan koefisien konstan adalah dengan mengambil fungsi-fungsi p(t) dan q(t) dengan nilai konstan dan jika kita ambil fungsi g(t) = 0 akan kita sebut sebagai persamaan homogen. Jadi dalam hal ini kita akan dapat persamaan differensial homogen dengan koefisien konstan yang dapat dinyatakan sebagai (8) Sebagai contoh ilustrasi dari perilaku persamaan orde dua, kita ambil contoh kasus dimana b = 0 dan a = 1 dalam persamaan (3.2.2), jadi (9) Jika c = -1, maka kita akan menemukan solusi dari persamaan y’’= y. atau (10) Menarik dalam hal ini, kita punyai dua solusi dalam masalah ini. Dengan cara yang sama kita juga akan mendapatkan dua solusi untuk c = 1, yakni (11) Dapat kita catat bahwa dua solusi itu membedakan dengan persamaan differensial orde satu yang dibangun oleh satu solusi dengan sebuah konstanta sebarang. Dengan alasan ini kita memerlukan dua kondisi awal untuk masalah persamaan differensial orde dua. Jadi solusi umum dari persamaan differensial orde dua harus menghasilkan dua konstanta sebarang sehingga kita bisa memenuhi kondisi awalnya. Untuk lebih jelasnya, terdapat cara mudah untuk menemukan solusi umum persamaan differensial orde dua homogen dengan koefisien konstan. Perhatikan kembali persamaan (8). Dengan mengasumsikan solusinya dalam bentuk y = e( t ), maka kita akan dapatkan persamaan kuadrat dalam ¸ yang nantinya akan kita namakan persamaan karakteristik untuk , yakni (12) Jadi dua solusi kita adalah y1 = e(¸+t) dan y2 = e(¸¡t), dan solusi umumnya dapat dinyatakan sebagai
  • 4. (13) Konstanta c1 dan c2 dapat ditentukan dari kondisi awal y(t0) dan y’(t0). C. Bergantung linear dan Wronskian Kita sekarang akan membahas konsep penting tentang bergantung linear, bebas linear dan akan menunjukkan bahwa konsep tersebut erat kaitannya dengan wronskian. Kita mulai dengan definisi tentang bergantung atau bebas linear dari dua fungsi f dan g. Fungsi-fungsi f dan g dikatakan bergantung linear jika terdapat konstanta c1 ≠ 0, c2 ≠ 0 sedemikian sehingga c1f + c2g = 0: Kemudian karena c1 ≠ 0 dan c2 ≠ 0 maka kita dapat menyatakan fungsi f dalam fungsi g. Jadi f = - c1/c2 g. Kita dapat mengartikan bahwa fungsi f sama dengan fungsi g kecuali hanya berbeda dalam faktor konstanta. Jadi fungsi f dan g bergantung karena secara esensial kedua fungsi tersebut sama. Sebaliknya dua fungsi f dan g dikatakan bebas linear jika c1f + c2g = 0 Hanya terpenuhi jika c1 = c2 = 0. Jadi kita tidak mungkin menyatakan satu fungsi ke dalam yang lain, karena kedua fungsi itu memang berbeda. Jawab. Kita mulai dengan definisi kita Kita catat bahwa maka kita kemudian dapatkan Jadi terdapat c1, c2 0 sedemikian sehingga c1f + c2g = 0. Kita simpulkan kedua fungsi itu bergantung linear. Dalam kasus kedua
  • 5. Kita tak akan menemukan konstanta c1 dan c2 yang tidak nol yang memenuhi kondisi tersebut. Satu-satunya kemungkinan kondisi di atas terpenuhi jika kita ambil c1 = c2 = 0. Jadi fungsi e t dan e2t saling bebas linear. Walaupun cara pemeriksaan di atas bisa dilakukan, tetapi kita ingin mendapatkan metode yang lebih tepat untuk menentukan kebebasan dan kebergantungan linear dua fungsi. Kita perhatikan lagi dua fungsi yang terturunkan f dan g pada suatu interval waktu, dan kita perhatikan Sekarang kita hitung nilai persamaan di atas pada suatu waktu t0 pada suatu interval waktu yang diberikan, dan kita juga temukan turunannya Ini akan memberikan dua buah persamaan dengan konstanta yang belum diketahui c1 dan c2. Dari persamaan yang kedua kita dapatkan dan kita substitusikan kedalam persamaan pertama yang akan memberikan Dengan mengalikan kedua ruas persamaan dengan g’(t0), kita dapatkan Jadi kita dapatkan dua kemungkinan Jika W 0 maka c1 = 0 yang mengakibatkan c2 = 0, jadi bebas linear. Jika W = 0 maka c1 0 dan c2 0, jadi bergantung linear Jadi kita simpulkan jika wronskian dua buah fungsi adalah nol untuk sebarang waktu t0, kita katakan kedua fungsi tersebut bergantung linear, sebaliknya jika wronskiannya tidak nol maka kedua fungsi tersebut bebas linear. Teorema Abel. Misalkan y1 dan y2 adalah solusi-solusi dari dimana p; q adalah fungsi-fungsi kontinu dalam suatu interval I, maka
  • 6. sedemikian sehingga W bernilai nol untuk semua waktu t di I (C = 0) atau tidak pernah bernilai nol (C 0). Bukti dari teorema ini relatif mudah. Kita mulai bahwa y1 dan y2 adalah solusi-solusi, maka keduanya memenuhi Kita kalikan persamaan pertama dengan ¡y2 dan persamaan ke dua dengan y1, akan kita dapatkan Dengan menjumlahkan kedua persamaan kita peroleh Sekarang kita kembali pada masalah persamaan differensial orde dua homogen dengan koeffisien konstan Kita kembali mencoba solusinya dalam bentuk yang akan memberikan Akar-akar persamaan karakteristik di atas adalah
  • 7. Solusi-solusi kita tersebut di atas masih terlalu rumit dan panjang. Kita dapat menyederhanakannya dengan memperkenalkan dua solusi baru, yakni Y1 dan Y2 yang kita definisikan sebagai Dan kita dapatkan solusi umumnya sebagai dimana konstanta c1 dan c2 kita tentukan dari kondisi awal yang diberikan. Kita bias menyatakan solusi-solusi y1 dan y2 dengan solusi-solusi baru Y1 dan Y2, dikarenakan semua solusi tersebut bebas linear dan kita dapat mudah menemukan Wronskian W(Y1, Y2) = . Jadi kita simpulakan bahwa kombinasi solusi-solusi Y1 dan Y2 merupakan solusi umum dari persamaan differensial yang diberikan.
  • 8. D. Akar Kompleks Persamaan Karakteristik Kita akan mempelajari cara memperoleh suatu selesaian umum dari PD linier orde Dua. PD itu berbentuk y”+ay’+by=0, dengan a dan b konstan. kita mengetahui bahwa fungsi . Jika λ suatu akar persamaan karakteristik λ2+aλ+by=0. (1) Akar-akar itu adalah (2) Karena a dan b real, persamaan karakteristik mungkin mempunyai : (Kasus I) dua akar real berbeda (Kasus II) dua akar komplek sekawan (Kasus III) akar real ganda. Kasus I. Dua akar real berbeda Kasus ini terjadi jika diskriminan a^2-4b dalam (1) positif, karena mengakibatkan nilai akar dalam (2) real (dan tidak nol). Jadi suatu basis dalam suatu intervalnya adalah Tentusaja y2/y1 tidak konstan, sehingga dua selesaian itu tidak proporsional. Selesaian umum yang berkaitan adalah (3) Kasus II. Akar komplek Kasus ini terjadi jika a^2-4b negatif, dan (2) mengakibatkan akar-akarnya komplek sekawan,
  • 9. Dengan Kita klaim bahwa dalam kasus ini suatu basis dalam suatu interval adalah Kasus III Akar ganda Kasus ini sering disebut kasus kritis. Dari (2), kasus ini muncul jika diskriminannya nol, yaitu Akarnya adalah Maka sebagai suatu basis pada suatu interval adalah Selesaian umum yang bersesuaian adalah