5. Tujuan Wawancara dalam
Audit Investigatif dan Persiapannya
Pengertian
Wawancara adalah suatu sesi tanya-jawab yang dirancang terstruktur, bertujuan untuk
memperoleh informasi dalam rangka mencari bukti dugaan terjadinya suatu
kecurangan/pelanggaran/penyimpangan.
Persiapan Wawancara
- Mempelajari berkas kasus/permasalahan dan dokumen untuk memastikan adanya
informasi penting yangbelum diperoleh.
- Menetapkan tujuan informasi yang akan digali dalam wawancara
- Mempelajari informasi apa yang dapat diperoleh dan relevan dari calon responden yang
akan diwawancarainya.
- Mempersiapkan catatan yang berisi poin-poin yang akan ditanyakan sehingga tidak ada
informasi yangterlewat.
- Mempersiapkan tempat untuk wawancara
A
6. Pihak-Pihak yang Diwawancarai
Merupakan pihak-pihak yang
tidak ada hubungan langsung
atas suatu penyimpangan.
Saksi Pihak Ketiga yang
Netral (Neutral Third-Party
Witness)
Merupakan pihak-pihak yang dapat
membenarkan informasi atas terjadinya
suatu penyimpangan tetapi tidak
terlibat secara langsung dengan
penyimpangan tersebut.
Saksi yang Dapat
Membenarkan (Corroborative
Witneseiver)
A
7. Pihak-Pihak yang Diwawancarai
Setelah memperoleh dan mengevaluasi bukti
yang cukup, memperoleh informasi yang
mendukung dari pihak yang netral maupun
pihak yang membenarkan terjadinya
penyimpangan, auditor investigatif
mewawancari pihak yang ikut terlibat dalam
penyimpangan seperti rekanan/supplier
pengadaan yang diduga memberikan
kickback pada pimpinan proyek.
Pihak Yang Diduga Ikut
Terlibat (Co-Conspirators)
Secara umum, seorang subyek atau
target (orang yang diduga melakukan
penyimpangan atau tersangka)
diwawancarai terakhir setelah semua
bukti relevan dikumpulkan.
Pihak Yang Diduga
Melakukan Penyimpangan
(Subject/Target)
A
8. Karakteristik Wawancara yang Baik
1. Wawancara harus cukup dari segi waktu dan kedalaman dalam
mengungkap fakta-fakta yang relevan.
2. Wawancara mencakup semua informasi yang penting dan
mengeliminir informasi yang tidak relevan.
3. Wawancara sedapat mungkin dilaksanakan sedekat mungkin
dengan saat kejadian-kejadian yang akan ditanyakan.
4. Wawancara yang baik harus obyektif, ditujukan untuk
memperolehinformasi dan dengan carayang tidak sepotong-
sepotong (impartial).
5. Wawancara bersifat netral dan tidak menuduh sehingga
pewawancaradapat mengembangkanhubungan yang menimbulkan
rasa percayadan hormat.
A
9. Karakteristik Pewawancara yang Baik
1. Pewawancara harus mudah bergaul, dan berbakat dalam
berinteraksi.
2. Pewawancara harus bisa membuat orang lain ingin berbagi
informasi
3. Pewawancara tidak menginterupsi responden dengan pertanyaan
yang tidak penting.
4. Pewawancara harus menunjukkan keseriusan dan perhatian atas
jawaban yang diberikan responden.
5. Cara mengajukan pertanyaan tidak dengan sikap yang
menyalahkan.
6. Pewawancara harus tepat waktu, berpakaian rapi, dan bersikap fair
dalam berinteraksi dengan responden
A
10. Elemen-Elemen Hukum dalam Wawancara
1. Otoritas Hukum untuk Melakukan Wawancara
Sepanjang hak-hak individu tidak dilanggar selama proses
wawancara tidak terdapat halangan untuk melakukan
wawancara
2. Penggunaan Muslihat dalam Wawancara
Penggunaan hal-hal yang bersifat suatu muslihat untuk
memperoleh informasi dapat dilakukan sepanjang tidak
melanggar hak-hak individu, tetap menjaga kerahasiaan, tidak
memaksa atau mengancam pihak yang diwawancarai.
A
11. Elemen-Elemen dalam Komunikasi
1. Ekspresi (Expression)
2. Pendekatan (Persuasion)
3. Terapi (Therapy)
4. Ritual
5. Pertukaran Informasi
A
13. Hambatan-Hambatan dalam Berkomunikasi
Penghambat adalah semua rintangan social-psychological yang
menghalangi arus informasi yang relevan melalui ketidakmampuan atau
keengganan responden untuk memberikan informasi kepada pewawancara.
Hambatan-hambatan dalam berkomunikasi diantaranya :
1. Waktu yang Tidak Tepat
2. Ego Responden
3. Etika
4. Trauma
5. Lupa
6. Kesulitan Mengurutkan Kejadian
7. Bingung Menarik Kesimpulan
8. Perilaku Tidak Sadar
B
14. Fasilitator dalam Berkomunikasi
1. Mewujudkan Harapan
Dalam suatu wawancara, pewawancara mengkomunikasikan apa yang
diharapkan dariresponden. Pewawancara harus mampu untuk
meyampaikan diinginkannya suatu kerja sama, sebagaimana pada
keinginan yang lebih spesifik bahwa responden akan menjawab
dengan jujur.
2. Pengakuan (Recognition)
Semua orang butuh pengakuan dan penghargaan dari orang lain.
Orang akan berinteraksi dalam pertukaran pengakuan dan
penghargaan sosial lainnya. Pewawancara yang hebat dapat
memperoleh keuntungan dari setiap kesempatan dengan cara
memberi pengakuanyang tulus.
B
15. Fasilitator dalam Berkomunikasi
3. Membuat Orang Lain Merasa Penting (Altruistic Appeals).
Altruisme adalah paham (sifat) lebih memperhatikan orang lain
(kebalikan dari egoisme). Hal ini dapat menumbuhkan sifat cooperative
(kerja sama), helping (menolong), honesty (kejujuran), dan generosity
(kedermawanan).
Contoh pertanyaan:
“Pak Robert, saya tahu Bapak melakukan penggelapan uang perusahaan
bukan karena untuk kepentingan Bapak sendiri. Saya sudah
mempelajari dokumen yang berkaitan dengan hal ini dengan teliti dan
saya kira bapakmelakukan hal ini karena untuk kepentingan perusahaan
bukan ?”
B
16. Fasilitator dalam Berkomunikasi
4. Simpati Pada Orang Lain (Sympathetic Understanding)
Pewawancara yang menunjukkan simpati dan tahu bagaimana
memanfaatkan dalamwawancara akan lebih sukses dari yang tidak.
Dengan simpati, pewawancara dapatmengidentifikasi bagian mana dari
pernyataan responden yang merupakan ungkapanperasaan atau fakta.
5. Pengalaman Baru
Masyarakat senang dengan sesuatu yang baru. Responden akan
termotivasi olehkeingintahuan pewawancara.
6. Catharsis
Adalah proses seseorang keluar dari suatu tekanan emosional dengan
cara membicarakan mengenai sumber tekanan tersebut. Kita sering
merasa lebih nyaman setelah mengungkapkan sesuatu yang
mengganjal.
B
20. 1. Memperkenalkan Diri dan Menjelaskan Maksud
Wawancara
Pewawancara wajib memperkenalkan dirinya
sebelum memulai wawancara. Ia juga harus
menyebutkan nama lembaganya, tetapi
menghindari menyebutkan gelarnya. Biasanya,
semakin informal suatu wawancara, Semakin
santai pula responden menjawab.
21. 2. Membangun Hubungan (Rapport)
Kamus Webster mendefinisikan rapport sebagai
“hubungan yang ditandai olehkeserasian, kenyamanan,
keselarasan, atau kekompakan.”
Dengan kata lain, perlu ada kesamaan landasan
sebelum pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Biasanya
sebelum wawancara dimulai, dibuka dengan pembicaraan
ringan, namun jangan sampai berlebihan.
22. 3. Membangun Suasana Wawancara
Tujuan dari membangun suasana wawancara adalah meminta
responden untuk membuat komitmen untuk membantu, pewawancara
harus menanyakan komitmen sebelum wawancara dimulai.
Pewawancara harus menyatakan tujuan wawancara sebelum
dilontarkannya pertanyaan yang serius. Jika tidak, responden dapat
merasa bingung, terancam, atau mengambil jarak. Dalam membangun
suasana perlu disampaikan tujuan wawancara yang bersifat umum dan
tidak spesifik.
Contoh Pertanyaan :
“Saya sedang menelaah prosedur-prosedur yang ada di perusahaan ini.”
Atau
“Saya sedang mencari informasi mengenai prosedur pembelian.”
23. 4. Observasi Reaksi
Pewawancara harus terampil dalam menginterpretasikan
reaksi respondenatas pertanyaan yang diajukan. Caranya
adalah pertama-tama mengajukan yang tidak sensitive
sambal membangun rapport.
Hal ini akan memberikan landasan yang kuat untuk
mengobservasi perilaku ketika pertanyaan – pertanyaan
sensitif diajukan.
25. 1. Pertanyaan Terbuka (Open Question)
Pertanyaan jenis terbuka adalah pertanyaan yang sulit
untuk dijawab sekedar “ya” atau “tidak”.
Contoh Pertanyaan :
“Jelaskan uraian pekerjaan/ tugas Saudara?”
“Jelaskan tentang tugas pokok bagianAnda?”
“Bagaimana pendapat anda tentang permasalahan ini?”
“Silakan Saudara jelaskan prosedur pembelian barang.”
26. 2. Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Pertanyaan yang menghendaki jawaban yang singkat dan
tepat, biasanya “ya” atau “tidak”.
Contoh Pertanyaan :
“Apakah anda bekerja disini?”
“Pada hari apa kejadiannya terjadi?”
27. Pertanyaan jenis ini menyiratkan bahwa
pewawancara udah tahu jawabannya, meminta responden untuk
mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, pertanyaan ini sangat efektif
dalam situasi wawancara tertentu.
Contoh Pertanyaan :
● “Sejak tahun lalu apakah tidak ada perubahan dalam struktur
organisasi?”
● “Bukankah Anda mendapatkan promosi menjadi Kepala Bagian?”
● “Bukankah Anda mendapat penghasilan dari berbagai sumber?”
3. Pertanyaan Mengarahkan (Leading Question)
28. Pertanyaan atau pernyataan model ini harus dihindari karena
membingungkan dan sering mendapatkan jawaban kebalikan dari
yang dimaksudkan.
Contoh Pertanyaan:
“Tidakkah Anda curiga ada sesuatu yang tidak benar ?”
4. Pertanyaan Negatif Ganda (Double- Negative Question)
29. Pertanyaan model ini juga harus dihindari karena sulit untuk
dimengerti, memiliki lebih dari satu subyek atau topik, menghendaki
lebih dari satu jawaban, dan juga sulit menjawabnya.
Contoh Pertanyaan:
“Jelaskan tugas Anda dan sudah berapa lama anda bekerja di
perusahaan ini?”
5. Pertanyaan Rumit (Complex Question)
31. Nouring atau kebiasaan
Proses mengenali perilaku sebelum melontarkan pertanyaan
kritis. Pertanyaan dirancang untuk mendapatkan reaksi verbal
atau tidak verbal dari responden
32. 01 02
03 04
05
Pewawancara menguji reaksi yang timbul dengan hati-
hati, meliputi:
Gunakan indera mata, pandang,
dan pendengaran untuk
mengamati.
Cermati badan responden secara
menyeluruh.
Amati kejadian dan
konsistensi perilaku.
Catat perilaku yang tidak biasa
Jangan menatap atau meminta
perhatian atas tanda-tanda
perilaku yang ditunjukkan.
34. Beberapa isyarat bahwa responden berbohong
Verbal Non Verbal
Berubahnya nada bicara. Gelisah, mengubah posisi duduk.
Menjawab dengan pertanyaan dengan pertanyaan.
Respon/ekspresi anatomi seperti denyut jantung
meningkat, gemetar.
Meminta pengulangan pertanyaan.
Gerakan tangan pada waktu berbicara dapat
meningkat atau menurun.
Kadar penyangkalan melemah. Tangan menutupi mulut.
Mengomentari hal-hal yang berhubungan
denganwawancara.
Mempermainkan benda-benda disekitarnya seperti
pena, saputangan.
Gagal menyangkal. Mengalihkan pandangan dari pewawancara.
Lancar menjawab pertanyaan yang tidak signifikan
tetapi lupa akan hal-hal penting.
Menghilangkan kekakuan anggota tubuh.
Menghindari kata-kata yang sensitive (memperhalus
kata yang sama maknanya)
Berulang kali memperhatikan bukti atau dokumen
yang diperlihatkan pewawancara.
Mencari alasan.
Menolak menunjuk keterlibatan orang lain
Bersumpah
Sikap toleran atas suatu kecurangan.
Menunjuk kesaksian orang lain.
Cenderung memperpanjang wawancara.
Menunjukkan ketidakpedulian.
36. Pertanyaan ini bertujuan untuk:
Untuk membedakan pihak yang
bersalah dengan yang tidak.
Seseorang yang bersalah akan banyak
melakukan pengakuan. Sebaliknya,
seorang yang tidak bersalah akan
membantah kecuali saat ia berada di
bawah ancaman atau paksaan.
Untuk memperoleh pengakuan
yang sah. Pengakuan yang diakui
sah menurut hukum adalahpenga
kuan yang diperoleh secara
sukarela.
Untuk memperoleh pengesahan dari
terdakwa. Meskipun pengakuan
lisan memiliki derajat yang sama
dalam hukum namun pengakuan
tertulis memiliki nilai lebih.
01 02 03
38. Teknik Wawancara
1. Cognitive interview/free recall/ Ingatan Bebas
Metode cognitive interview/free recall digunakan untuk terwawancara
yang kooperatif. Terwawancara diminta untuk mengingat kembali suatu
kejadian tanpa disela (mengingat bebas). Kemudian diikuti dengan paling
tidak sekali lagi mencoba mengingat bebas dengan arah atau perspektif
yang berbeda. Hal yang terkait informasi yang diinginkan pewawancara
digali lebih dalam.
2. Conversation management/manajemen percakapan
Metode conversation management digunakan untuk terwawancara yang
non-kooperatif. Pewawancara mengambil kendali lebih awal dan
mengaturnya secara berbeda dengan terwawancara yang kooperatif.
Biasanya menggunakan agenda pewawancara (investigator agenda) dan
agenda terwawancara (suspect agenda).
39. a. Mulailah pertanyaan yang tidak akan membuat responden menjadi defensif atau menarik diri.
b. Ajukan pertanyaan dengan cara yang akan membangun fakta berdasarkan urutan kejadiannya atau
cara yang sistematis lainnya.
c. Ajukan hanya satu pertanyaan pada suatu saat, perjelaslah pertanyaannya sehingga hanya ada satu
jawaban yang diperoleh.
d. Bertanyalah dengan lugas dan apa adanya, hindari pendekatan yang kasar.
e. Beri responden waktu yang cukup untuk menjawab, jangan tergesa-gesa.
f. Bantulah responden untuk mengingat, tapi jangan menyarankan jawaban; Ulangi atau tekankan
pertanyaannya, jika perlu, untuk mendapatkan fakta yang diinginkan.
g. Pastikan anda mengerti jawaban-jawaban yang diberikan, jika ada yang kurang jelas, minta
responden untuk menjelaskannya saat itu juga, jangan ditunda.
h. Beri kesempatan responden untuk mengklarifikasi jawabannya.
i. Pisahkan fakta dari opini.
j. Untuk memastikan keakuratan, minta responden untuk membandingkan dengan cara persentase,
pecahan, taksiran waktu dan jarak.
k. Peroleh semua fakta; hampir semua responden dapat memberikan informasi lebih dari sekedar
informasi awal.
l. Setelah responden menjelaskan secara naratif, ajukan pertanyaan atas semua hal yang telah
didiskusikan.
m. Untuk menyimpulkan hasil wawancara, mintalah responden untuk menyarikan informasinya; sarikan
fakta-fakta, minta responden untuk memverifikasi bahwa simpulan yang diambil adalah tepat.
n. Apabila membuat catatan, catatlah hal-hal penting saja. Mencatat terlalu banyak akan menyulitkan
responden.
Teknik Mengajukan Pertanyaan Informasional
40. Teknik Wawancara Kognitif
1. Merekonstruksi suatu kejadian dan
hal-hal yang berhubungan dengan
kejadian tersebut.
2. Menginstruksi saksi mata untuk
melaporkan segala sesuatunya dengan
lengkap.
3. Mengingat kembali kejadian dalam
bentuk yang berbeda.
4. Mengubah Perspektif
Fase Narasi
1. Penampilan Fisik
2. Nama
3. Jumlah
4. Karakter Bicara
5. Percakapan
Fase Menggali Informasi
yang Spesifik
41. 1. Berdasarkan data-data yang sudah diperoleh, auditor pertama kali akan menanyakan kepada
pihak yang netral, yangtidak ada hubungan langsung dengan kegiatan pengadaan barang dan jasa
tersebut. Wawancara dapat dimulai dari BagianKepegawaian yang dapat memberikan informasi
riwayat pekerjaan PPK.
2. Setelah diperoleh data dari pihak yang netral
tahap berikutnya adalah wawancara dengan saksi yang dapatmembenarkan, misalnya ditanyakan
kepada atasan langsungnya, sehingga auditor akan memperoleh informasi tentangPPK tersebut.
3. Wawancara dilanjutkan kepada pihak yang ikut terlibat misalnya dimulai dengan mewawancarai
rekanan pemasok barang,diketahui bahwa barang yang diserahkan kualitasnya tidak sesuai, tetapi
dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) barangdinyatakan sesuai dengan spesifikasinya. Auditor
berdasarkan bukti yang sebelumnya sudah dimiliki dapat membuatsimpulan sementara, bahwa
telah terjadi penyimpangan dan rekanan tersebut nantinya juga akan dijadikan pihak yang
ikutbertanggung jawab.
4. Tahap terakhir adalah mewawancarai subyek/suspect yaitu PPK, untuk meyakinkan auditor
investigatif bahwa pengadaan barang dan jasa telah terjadi penyimpangan kualitas sehingga
mengakibatkan kerugian negara. Dari hasil wawancara dan disertai bukti-bukti yang
sudah diperoleh sebelumya misalnya kontrak, dokumen pendukung, dan hasil pemeriksaan
fisik,maka auditor dapat menyimpulkan bahwa telah terjadi penyimpangan kualitas dan merugikan
keuangan negara serta PPKtersebut dapat dinyatakan pihak yang diduga bertanggung jawab.
Contoh Kasus :
Wawancara akan
dilakukan dengan
pihak yang diduga
terlibat yaitu
Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK)
untuk kegiatan
pengadaan barang
dan jasa suatu
instansi pemerintah.
42. CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon and
infographics & images by Freepik
TERIMA
KASIH