Contenu connexe

EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner at ADCO Attorneys at Law

  1. Aset Recovery Presented By : Rizky Dwinanto, S.H., M.H.
  2. Objektivitas Materi Presentasi • Mengenalkan terhadap beberapa metode aset recovery • Pengenalan Pengadilan dan lembaga arbitase sebagai salah satu metode aset recovery • Kepailitan dan Penundaan kewajiban pembayaran utang • Mitigasi kerugian dalam aset recovery
  3. Penyelesaian Sengketa Pengadilan Kepailitan/PKPU Arbitrase
  4. Cara penyelesaian sengketa Kontrak
  5. Pengadilan Negeri Dalam Lingkup Peradilan Umum
  6. Lingkup Acara Persidangan Perdata • Pengajuan Gugatan Perkara • Pemeriksaan di Persidangan (ex: Jawaban, Replik, Duplik) • Pembuktian (Bukti Tertulis, Saksi, Persangkaan, Pengakuan dan Sumpah Vide: 1866 KUHPer) [Lain-lain: Pemeriksaan setempat dan Keterangan Ahli] • Putusan (Jenis: akhir dan sela), (sifat:Condemnatoir, Constitutif, Declaratoir) • Pelaksanaan Putusan • Upaya Hukum (banding, Kasasi, PK)
  7. Pengadilan Umum 1. Perhatikan Syarat Materil dan Formil dalam penyusunan Gugatan. Syarat Materil: Yurisprudensi MA No. 547K/SIP/1972 menjelaskan “Semua orang berhak menyusun dan merumuskan gugatan namun harus memberikan gambaran tentang kejadian yang nyata yang menjadi dasar gugatan”. Syarat Formil: Syarat yang wajib dipenuhi dalam menyusun suatu gugatan, akibat tidak penuhi syarat ini maka gugatan tidak dapat diterima (Niet onvankelijke Verklaard “NO”) Contoh: Surat Kuasa, Kompetensi Absolut dan Relatif, Gugatan Prematur, Tidak Obscuur Libel dan lain-lain
  8. Pengadilan Umum continued 2. Terangkan kepada klien bahwa Negara Indonesia mengunakan azas Teritorial dalam hukum acaranya. (436 Reglement op de Burgerlijke Rechtvordering “RV”) 3. Adanya upaya hukum jika salah satu pihak tidak terima dengan putusan hakim. 4. Tidak ada gugatan tanpa permohonan sita jaminan. 5. Sajikan gugatan dengan sederhana dan mudah dimengerti oleh Hakim
  9. (Plus-Minus) Pengadilan Umum + • Putusan memiliki kekuatan eksekutorial. • Biaya pendaftaran yang murah. • Hukum acara yang mudah dimengerti - • Waktu sengketa yang lama (Bading, Kasasi, Peninjauan Kembali) • Hakim yang tidak menguasai permasalahan pertambangan. • Tidak transparan dalam mengambil putusan. • Sidang terbuka untuk umum
  10. Flow acara pengadilan perdata
  11. Flow Acara Pengadilan Pidana
  12. Arbitrase dan ADR
  13. Definisi Arbitrase • Cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa (Vide Pasal 1 ayat (1) UU 30/99)
  14. Arbitrase 1. Sengketa/ketidaksefahaman. 2. Antara dua orang/kelompok atau lebih. 3. Diserahkan kepada pihak ketiga yang profesional (mengerti permasalahan). 4. Penunjukannya “arbiter” disepakati bersama, Terdiri dari satu atau lebih melalui penyederhanaan prosedur. 5. Dilakukan dengar pendapat secara hukum yang disepakati. 6. Putusan final dan mengikat
  15. Dasar Hukum 1. Undang-Undang No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa 2. Undang-Undang No.4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman 3. Keputusan Presiden No.34 Tahun 1981 Tentang Pengakuan Konvensi New York 1958 tentang Pengakuan Putusan Arbitrase Asing 4. Undang Undang No.5 Tahun 1968 Tentang Ratifikasi World Bank Covention. 5. Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 1990 Tentang Pelaksanaan Putusan Arbitrase Luar Negeri 6. Perjanjian / klausula arbitrase dari para pihak
  16. Sengketa Arbitrase • Sengketa dalam bidang perdagangan yang bersifat kontraktual ataupun non kontraktual; • Sengketa mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa ( Hak-hak Keperdataan); “Sengketa yang tidak dapat diselesakan melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian ( Pasal 5 ayat 2 )”
  17. Bentuk Sengketa Arbitrase 1. Perbedaan penafsiran berkenaan dengan Pelaksanaan perjanjian: • Kontraversi pendapat ( Contravercy ) • Kesalahan pengertian ( Misanderstanding ) • Ketidaksepakatan ( Disagreement ) 2. Pelanggaran Perjanjian (BC) • Sah tidaknya kontrak; • Klaim mengenai ganti rugi atas wanprestasi atau perbuatan melawan hukum
  18. Contoh Klausul Arbitrase:
  19. Ambigu Klausul Arbitrase • “…if the claim is not settled at mediation, the parties must refer the matter to arbitration under the Rules of International Chamber of Commerce (ICC) on or before (14) days after the date of the mediation. • The arbitration is to be held in Jakarta, Indonesia, under English language and is binding. Each Party may not commence any litigation and must continue to perform their obligations notwithstanding any dispute resolution proceedings being heard or considered.”
  20. Perhatian Utama dalam Arbitrase 1. Harus adanya perjanjian arbitrase, baik dibuat sebelum ada sengketa (pactum de compromitendo) atau dibuat setelah ada sengketa (akta kompromis). 2. Jelaskan Biaya untuk berpekara di Arbitrase berbeda dengan berpekara di Peradilan Umum. 3. Arbitrase hanya akan efektif apabila para pihak memiliki kesungguhan untuk menyelesaikan melalui arbitrase 4. Putusan arbitrase telah diciptakan agar tidak dapat dibatalkan (lihat perkara Bungo Raya Nusantara Vs. Jambi Resources)
  21. Klausula Arbitrase vs Perbuatan Melawan Hukum • Adanya pihak ketiga yang terlibat dalam sengketa, namun tidak terikat perjanjian arbitrase. • Gugatan PMH mengenai Perbuatan Melawan Hukum yang terjadi sebelum dibuatnya perjanjian arbitrase, • Adendum perjanjian tidak mengatur pilihan forum sengketa. (lihat kasus Conoco Phillips Vs. Sapta, Indah Kiat Pulp and Paper dll)
  22. Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
  23. Dasar hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang • Undang-undang Republik Indonesia No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang • PP No. 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank • Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. • Undang-undang Perpajakan • KUHPerdata • KUHDagang
  24. Azas Hukum Kepailitan/PKPU • Azas Keseimbangan • Azas Kelangsungan Usaha • Azas Keadilan • Azas Itegrasi (vide: Penjelasan Umum UU 37 Tahun 2004)
  25. Kontruksi UUKPKPU • Bab I : Ketentuan Umum • Bab II : Kepailitan • Bab III : Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang • Bab IV : Permohonan Peninjauan Kembali • Bab V : Ketentuan Lain-lain
  26. Definisi Kepailitan • Berasal dr Bahasa perancis “Failite” yang berarti Kemacetan pembayaran. • “Kepailitan adalah SITA UMUM atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah Pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-undang Ini.” (Pasal 1 angka 1 UUK No. 37 Tahun 2004)
  27. Perbedaan UUK Lama (diatur dalam KUH Dagang) dengan UUK 37/2004 Faillisement verordening/ KUHDagang UUK 37/2004
  28. Perbedaan-perbedaan antara UU No. 4 Tahun 1988 dan UU No. 37 Tahun 2004 • P. Niaga (30 hr), Kasasi (30 Hr) dan PK (30Hr) • Tidak ada penjelasan mengenai arti hutang • Waktu dihitung berdasarkan jam • Tidak ada definisi kreditur dan debitur • Hak khusus untuk permohonan pailit hanya untuk Perbankan dan Sekuritas. • Tidak ada wewenang untuk menolak pendaftaran pailit • Hakim ad hoc hanya dikenal pada tinggkat P. Niaga pada P. Negeri • Tidak ada penjelasan lengkap mengenai kewenangan arbitrase • Tidak ada pembatasan jumlah pekerjaan bagi kurator • Tidak ada penjelasan lengkap mengenai hak kreditur seperatis untuk mengajukan permohonan pailit • Kreditur seperatis tidak dapat terlibat dalam voting kecuali melepas hak separatisnya • Kreditur tidak dapat mengajukan PKPU • P. Niaga (60 hr), Kasasi (60 Hr) dan PK (60Hr) • Definisi hutang jelas • Waktu dihitung berdasarkan Hari • Definisi kreditur dan debitur cukup jelas • Hak khusus untuk permohonan pailit diperluas hingga BUMN, asuransi dan dana Pensiun. • Panitera berhak menolak pendaftaran terhadap perusahaan tertentu • Hakim ad hoc dimungkinkan untuk semua tingkatan • Pengadilan Niaga memiliki kewenangan terhadap klausula Arbitrase • Pembatasan jumlah pekerjaan bagi kurator maxsimal 3 perkara. • kreditur seperatis dapat mengajukan permohoan tanpa harus mengeksekusi jaminan. • Kreditur seperatis dapat terlibat dalam voting tanpa melepas hak separatisnya • Kreditur dapat mengajukan PKPU UU 4 Tahun 1998 UU 37 Tahun 2004
  29. Proses Acara Permohonan Pailit Tingkat Pertama (Pengadilan Niaga)
  30. Siapa yang dapat mengajukan Permohonan Pailit • Debitor • Seorang atau lebih kreditor • Kejaksaan demi kepentingan umum • Bank Indonesia (BI) • Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) • Menteri Keuangan (Menkeu) (Pasal 2 UUK No 37 Tahun 2004)  Wajib didaftarkan oleh Advokat (Pasal 7 UUK No 37 Tahun 2004)
  31. Siapa Yang Dapat Dipailitkan • Individu (Hidup atau Mati) • Kumpulan Individu ( Partnership, Firma & CV) • Perseroan Terbatas • Yayasan • Koperasi • Badan Hukum Lainnya • BUMN (Persero & Perum) • BUMD
  32. Akibat Kepailitan •Harta debitor dalam Sita Umum •Debitor Kehilangan hak untuk menguasai/mengurus kekayaan harta pailit •Semua perikatan debitor setelah putusan pailit tidak dapat dibayarkan dari harta pailit. •Tuntutan terhadap harta pailit diajukan ke Kurator •Seluruh perkara yang sedang berjalan ditangguhkan. •Gugatan perdata terhadap harta debitor gugur •Sita terhadap debitor diangkat •PHK pekerja dapat dilakukan
  33. Ciri – Ciri Khusus UUKPKPU • Disidangkan oleh Pengadilan Khusus dalam lingkup Peradilan umum • Diperiksa dan Diputus oleh Majelis Hakim Niaga • Diajukan di wilayah domisili hukum termohon pailit • Terdapat 5 pengadilan Niaga (Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Unjung Pandang “Makasar”) • Jenjang Pemeriksaan (Pailit: Pengadilan Negeri – Kasasi MA dan Peninjauan Kembali) [PKPU: Tidak ada upaya Hukum] • Hukum Acara diatur dalam UUK 37/04 Juncto HIR/RBG • Bentuknya “Permohonan” namun hasilnya “Putusan” • Jangka waktu persidangan, PKPU, Debitur 3 hari / Kreditur 20 Hari. • Putusan bersifat serta merta (Uit Voorbar bij voraad)
  34. Rasio Kepailitan • Pasal 1131 KUH Perdata Juncto Pasal 21 UUK “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada, maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan” • Pasal 1132 KUH Perdata “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya, pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”.
  35. Rasio Kepailitan [Continued] •Pasal 1134 KUH Perdata “Hak istimewa ialah suatu hak yang oleh undang- undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang yang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya. Gadai dan hipotik adalah lebih tinggi daripada hak istimewa, kecuali dalam hal-hal dimana oleh Undang-Undang ditentukan sebaliknya” •Pasal 1135 KUHPerdata “Di antara orang-orang berpiutang yang diistimewakan, tingkatannya diatur menurut berbagai- bagai sifat hak-hak istimewanya”
  36. Dengan demikian rasio dari kepailitan adalah untuk mencegah terjadinya perebutan pelunasan hutang diantara para kreditur. Dimana dengan menggunakan mekanisme kepailitan pembagian boedel pailit dilakukan berdasarkan kedudukan kreditur sehingga kreditur yang kedudukannya lebih tinggi mendapatkan pembagian dahulu dari pada yang kedudukannya lebih rendah dan kreditur yang mempunyai hak sama memperoleh pembayaran dengan asas prorata (pari passu prorata parte) Rasio Kepailitan [Continued]
  37. Kreditur dalam Kepailitan •Kreditur Separatis  Kreditur yang memegang agunan dengan gadai, Jaminan Fidusia, Hak Tanggungan, Hipotek atau hak agunan atas kebendaan lainnya yang telah sempurna pengikatannya.  Kreditur ini tidak terkena akibat putusan kepailitan namun hak eksekusi pemegang agunan kebendaan ini ditangguhkan selama 90 Hari sejak putusan pernyataan pailit diucapkan (Vide Pasal 55 Jo 56 ayat (1) UUK 37/2004)
  38. •Kreditur Preferen  Kreditur yang karena sifatnya piutangnya oleh undang-undang diberi kedudukan istimewa.  Pajak : 1137 KUHPerdata Jo UU Perpajakan  Khusus : 1139 KUHPerdata  Umum : 1149 KUHperdata • Kreditur Kongkuren  Kreditur yang tidak dijamin dengan hak kebendaan dan/atau tidak mempunyai kedudukan istimewa (Vide Pasal 1131 KUHPerdata) Kreditur dalam Kepailitan [Continued]
  39. Kreditur dalam Kepailitan [Continued] Kreditur Preferensi Tertinggi (1137 Jo 1349 KUHPerd) Separatis (1133 KUHPerd) Istimewa (1134 KUHPerd) Preferensi Khusus (1139 KUHPerd) Preferensi Umum (1149 KUHPerd) Kreditur Kongkuren (1131 KUHPer) Pajak, UU Perpajakan dan Buruh (putsan MK No. No. 67/PUU-XI/2013 Hak Tanggungan (Pasal 1 ayat 1 dan 6 UUHT) Gadai (Pasal 1155 KUHPerd) Fidusia (Pasal 27 dan 15 UU Fidusia Buruh (Pasal 95 ayat (4) UU Perburuhan 13/2003 ) Hak Retain (Psl 1812 KUHPerd) Ex: Penjual yang sudah menyerahkan barang tapi belum dibayar. Ex: Penyewa yang tempatnya sudah disewa tapi belum dibayar
  40. Urutan pembagian boedel Pailit. 1. Biaya dan ongkos perkara dikeluarkan lebih dahulu (Vide pasal 18 ayat 5 UUK 37/2004) Ex: Yang termasuk biaya dan ongkos perkara adalah seluruh biaya kepailitan termasuk fee kurator, fee akuntan dan lain-lain. 2. Kreditur berdasarkan golongannya sebagaimana diatur dalam Pasal 189 UUK No. 37/2004. (Merujuk slide presentasi sebelumnya).
  41. Stay Pelaksanaan Eksekusi Pemegang Hak Agunan Pailit •Jangka waktu eksekusi pemegang Hak Agunan dalam proses pailit Max 2 bulan semenjak keadaan Insolvensi (Vide Pasal 59 UUK) PKPU •Tidak dapat melaksanakan eksekusi selama proses PKPU berlangsung (Vide Pasal 246 UUK)
  42. Boedel Pailit/Harta Pailit • Boedel Pailit/Harta Pailit adalah segala harta kebendaan yang dimiliki oleh Debitor pailit yang pengurusannya dibawah kekuasaan Kurator. • Ciri-ciri harta Pailit: – Dikuasai penuh oleh Debitor pailit – Kebendaan atas nama debitur pailit – Tidak dalam penguasaan pihak lain.
  43. Kedudukan Buruh dalam Kepailitan •Karyawan digolongkan sebagai kreditur istimewa atas benda pada umumnya (Pasal 1149 (4) KUHPerdata) dibayarkan dari hasil penjualan yang tidak dijaminkan. (vide putusan . 18/PUU- VI/2008) •Putusan Mahkamah Konstitusi Terbaru No. 67/PUU-XI/2013 mepertegas kedudukan buruh/karyawan dimana “Kreditur Istimewa (Buruh) kedudukannya berada diatas Kreditur Separatis yang telah dijamin dengan gadai, hipotik, fidusia, Hak Tanggungan dan Juga Tagihan Negara” • Kutipan Putusan Mahkamah Konstitusi: “Konteks Pasal 95 UU Ketenagakerjaan harus dimaknai pembayaran upah pekerja/buruh yang terhutang didahulukan atas semua jenis kreditor termasuk atas tagihan kreditur separati, tagihan hak negara, kantor lelang dan badan umum yang dibentuk Pemerintah, sedangkan pembayaran hak-hak pekerja/buruh lainya didahulukan atas semua tagihan hak negara, kantor lelang dan badan umum yang dibentuk Pemerintah, kecuali dari kreditor separatis”
  44. Penundaan Kwajiban Pembayaran Utang (PKPU) Jenis PKPU: • PKPU Sementara : 45 Hari • PKPU Tetap : 270 Hari Alasan PKPU : • Debitur akan merektrurisasi Hutang • Sebagai bentuk perlawanan dari Kepailitan Akhir dari PKPU: • Perdamaian di Homologasi • Perdamaian ditolak  Pailit  Insolensi
  45. Tangkisan Terhadap Permohonan Pailit • Hutang Belum Jatuh Tempo. • Tidak ada kreditur lain. • Tidak ada hutang. • Termohon pailit mengajukan PKPU. • Exceptio non adimpleti contractus (“Karena pihak yang satu tidak melakukan kewajibannya maka pihak yang lain mempunyai hak untuk menghentikan kewajibannya yang belum dilaksanakan”)
  46. Berakhirnya Kepailitan •Karena dibatalkan oleh putusan kasasi atau Peninjauan Kembali (PK) •Karena tercapainya Perdamaian yang telah dihomologasi. •Dicabutnya pailit dengan alasan harta debitur pailit tidak mencukupi untuk membayar biaya kepailitan. •Rehabilitasi.
  47. Permasalahan pemegang hak jaminan dalam kepailitan dan atau PKPU • Jaminan kebendaan yang dilakukan kreditur tidak dilakukan secara sempurna. • Kurangnya pemahaman dari Kreditur pemegang hak jaminan terhadap Hukum Kepailitan. • Adanya itikad tidak baik dari Kurator dan atau Pengurus.
  48. Perbedaan Kepailitan dengan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang DESKRIPSI KEPAILITAN PKPU Upaya Hukum Kasasi ke Mahkamah Agung (Pasal 11 ayat (1) UUK) Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung (Pasal 14 UUK) Terhadap putusan PKPU tidak dapat diajukan upaya hukum apapun (Pasal 235 ayat (1) UUK) Yang bertanggung jawab Kurator (Pasal 1 angka 5 UUK) Pengurus (Pasal 225 ayat (2) dan ayat (3) UUK) Waktu penyelesaian Hingga proses pemberesan berakhir. 45 Hari dan perpanjangan Maxsimal 270 hari. (Pasal 225 ayat (4) jo 228 ayat (6) UUK) Jangka Waktu Persidangan Max 60 Hari harus sudah Putus (Pasal 8 ayat (5) UUK) Max 20 Hari putus jika Pemohon adalah Kreditor (Pasal 225 ayat (3) UUK) Max 3 Hari putus jika pemohon adalah Debitor (Pasal 225 ayat (2) UUK)
  49. Perbedaan Kepailitan dengan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang Continued DESKRIPSI KEPAILITAN PKPU Kewenangan Debitur Tidak berwenang atas harta kekayaannya semenjak Putusan Pailit (Pasal 24 ayat (1) UUK) Debitur masih cakap melakukan pengurusan hartanya sepanjang mendapat persetujuan dari Pengurus (Pasal 240 UUK) Kreditor Separatis dalam Voting Perdamaian Tidak boleh mengeluarkan suara kecuali melepas Hak Separatisnya (Pasal 149 UUK) Wajib ikut dalam voting proses perdamaian (Pasal 281 UUK) Hasil Perdamaian Mengingat seluruh kreditur selain kreditur Separatis (pasal 162 UUK) Mengingat seluruh kreditur (Pasal 281 UUK)
  50. Kepailitan Vs Arbitrase • Pasal 303 UUK “Pengadilan tetap berwenang memeriksa dan menyelesaikan permohonan pernyataan pailit dari para pihak yang terikat perjanjian yang memuat klausula arbitrase, sepanjang utang yang menjadi dasar permohonan pernyataan pailit telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) Undang-undang ini.”
  51. Kesimpulan • Lakukan due deligece dan/atau uji tuntas secara menyeluruh sebelum melakukan langkah hukum • Usahakan penyelesaian secara amicable settlement . • Lakukan langkah hukum sesegera mungkin setelah ada default
  52. Kasih Terima Setiabudi 2 6th floor suite 605C H.R. Rasuna Said, Kuningan Jakarta 12920 - Indonesia Telp. (021) 52903034 Fax. (021) 52903035 Mobile. 0818-101012/0811-8101012 rizky.dwinanto@adisuryo.com rizky.dwinanto@adcolaw.com