SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
BAB III

          PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU




3.1       KUALITAS PENDIDIKAN

          Hasil penelitian United Nation Development Programe (UNDP) pada
tahun 2007 tentang Indeks Pengembangan Manusia menyatakan Indonesia berada
pada peringkat ke-107 dari 177 negara yang diteliti (diakses 7 Desember 2008).
Indonesia memperoleh indeks 0,728. Dan jika Indonesia dibanding dengan
negara-negara ASEAN yang dilibatkan dalam penelitian, Indonesia berada pada
peringkat ke-7 dari sembilan negara ASEAN. Salah satu unsur utama dalam
penentuan komposit Indeks Pengembangan Manusia ialah tingkat pengetahuan
bangsa atau pendidikan bangsa. Peringkat Indonesia yang rendah dalam kualitas
sumber daya manusia ini adalah gambaran mutu pendidikan Indonesia yang
rendah.
          Keterpurukan mutu pendidikan di Indonesia juga dinyatakan oleh United
Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), Badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurus bidang pendidikan. Menurut Badan
PBB itu, peringkat Indonesia dalam bidang pendidikan pada tahun 2007 adalah 62
di antara 130 negara di dunia. Education development index (EDI) Indonesia
adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965).
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tercermin dari daya saing di tingkat
internasional. Daya saing Indonesia menurut Wordl Economic Forum, 2007-2008,
berada di level 54 dari 131 negara. Jauh di bawah peringkat daya saing sesama
negara ASEAN seperti Malaysia yang berada di urutan ke-21 dan Singapura pada
urutan ke-7.




                                        10
11



3.2    KUALITAS GURU

       Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah
komponen mutu guru. Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat dilihat
dari kelayakan guru mengajar. Menurut Balitbang Depdiknas, guru-guru yang
layak mengajar untuk tingkat SD baik negeri maupun swasta ternyata hanya
28,94%. Guru SMP negeri 54,12%, swasta 60,99%. Guru SMA negeri 65,29%,
swasta 64,73%. Guru SMK negeri 55,91 %, swasta 58,26 %. Salah satu cara yang
dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan rendahnya kualitas
guru ini adalah dengan mengadakan sertifikasi. Dengan adanya sertifikasi,
pemerintah berharap kinerja guru akan meningkat dan pada gilirannya mutu
pendidikan nasional akan meningkat pula.

       Keterpurukan mutu pendidikan Indonesia di dunia internasional memang
amat memprihatinkan. Akan tetapi, keprihatinan ini jangan sampai membuat kita
putus harapan. Keterpurukan ini hendaknya membuat kita sungguh-sungguh
terdorong mencari jalan yang tepat, bukan dengan cara-cara instan dan
mengutamakan kepentingan pribadi. Salah satu jalan yang ditempuh oleh
pemerintah dalam mengatasi mutu pendidikan yang rendah ini adalah dengan
meningkatkan kualitas gurunya melalui sertifikasi guru.

       Pemerintah berharap, dengan disertifkasinya guru, kinerjanya akan
meningkat    sehingga    prestasi   siswa   meningkat     pula.   Namun   dalam
pelaksanaannya, sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio memberi banyak
peluang pada guru untuk menempuh jalan pintas. Hal ini disebabkan
profesionalisme guru diukur dari tumpukan kertas. Indikator inilah yang
kemudian memunculkan hipotesis bahwa pelaksanaan sertifikasi dalam wujud
penilaian portofolio tidak akan berdampak sama sekali terhadap kinerja guru,
apalagi terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional.

       Di samping itu, berkaca pada pelaksanaan sertifikasi negara-negara maju,
terutama dalam bidang pendidikan, peningkatkan mutu pendidikan hanya dapat
dicapai dengan pola-pola dan proses yang tepat. Pola-pola instan hanya akan
12



menghambur-hamburkan dana dan waktu menjadi terbuang percuma. Sedangkan
apa yang menjadi substansi sama sekali tidak tersentuh.




3.3     FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN SERTIFIKASI GURU

        Adakah jaminan bahwa sertifikasi akan meningkatkan kualitas kompetensi
guru? Ada beberapa hal yang perlu untuk dikaji secara mendalam untuk
memberikan jaminan bahwa sertifikasi akan meningkatkan kualitas kompetensi
guru.
        Pertama, sertifikasi merupakan sarana atau instrumen untuk mencapai
suatu tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Seperti yang telah dikemukakan di atas,
perlu ada kesadaran dan pemahaman dari semua fihak bahwa sertifikasi adalah
sarana untuk menuju kualitas. Sertikasi bukan tujuan itu sendiri. Kesadaran dan
pemahaman ini akan melahirkan aktivitas yang benar, bahwa apapun yang
dilakukan adalah untuk mencapai kualitas. Kalau seorang guru kembali masuk
kampus untuk kualifikasi, maka belajar kembali ini untuk mendapatkan tambahan
ilmu pengetahuan dan ketrampilan, sehingga mendapatkan ijazah S-1.
Ijazah S-1 bukan tujuan yang harus dicapai dengan segala cara, termasuk cara
yang tidak benar melainkan konsekuensi dari telah belajar dan telah mendapatkan
tambahan ilmu dan ketrampilan baru. Demikian pula kalau guru mengikuti uji
sertifikasi, tujuan utama bukan untuk mendapatkan tunjangan profesi, melainkan
untuk dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi
sebagaimana disyaratkan dalam standard kemampuan guru. Tunjangan profesi
adalah konsekuensi logis yang menyertai adanya kemampuan yang dimaksud.
Dengan menyadari hal ini maka guru tidak akan mencari jalan lain guna
memperoleh sertifikat profesi kecuali mempersiapkan diri dengan belajar yang
benar untuk menghadapi uji sertifikasi.

        Kedua, konsistensi dan ketegaran pemerintah. Sebagai suatu kebijakan
yang merentuhan dengan berbagai kelompok masyarakat akan mendapatkan
13



berbagai tantangan dan tuntutan. Paling tidak tuntutan dan tantangan akan muncul
dari 3 sumber yaitu:

   -   Sumber pertama adalah dalam penentuan lembaga yang berhak
       melaksanakan uji sertifikasi. Berbagai lembaga penyelenggara pendidikan
       tinggi, khususnya dari fihak Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
       Swasta akan menuntut untuk diberi hak menyelenggarakan dan
       melaksanakan uji sertifikasi. Demikian juga, akan muncul tuntutan dari
       berbagai LPTK negeri khususnya di daerah luar jawa akan menuntut
       dengan alasan demi keseimbangan geografis. Tuntutan ini akan
       mempengaruhi       penentuan   yang   mendasarkan     pada   objektivitas
       kemampuan suatu perguruan tinggi. Ketegaran dan konsistensi pemerintah
       juga diperlukan untuk menghadapi tuntutan dan sekaligus tantangan bagi
       pelaksana Undang-Undang yang muncul dari kalangan guru sendiri.

   -   Sumber kedua adalah mereka yang sudah senior atau

   -   Sumber ketiga adalah mereka para guru yang masih jauh dari pensyaratan
       akan menentang dan menuntut berbagai kemudahan agar bisa memperoleh
       sertifikat profesi tersebut.

       Ketiga, tegas dan tegakkan hukum. Dalam pelaksanaan sertifikasi, akan
muncul berbagai penyimpangan dari aturan main yang sudah ada. Adanya
penyimpangan ini tidak lepas dari adanya upaya berbagai fihak, khususnya guru
untuk mendapatkan sertifikat profesi dengan jalan pintas. Penyimpangan yang
muncul dan harus diwaspadai adalah pelaksanaan sertifikasi yang tidak benar.
Oleh karenanya, begitu ada gejala penyimpangan, pemerintah harus segera
mengambil tindakan tegas. Seperti mencabut hak melaksanakan sertifikasi dari
lembaga yang dimaksud, atau menetapkan seseorang tidak boleh menjadi penguji
sertifikasi, dan lain sebagainya.

       Keempat, laksanakan UU secara konsekuen. Tuntutan dan tantangan juga
akan muncul dari berbagai daerah yang secara geografis memiliki tingkat
pendidikan yang relatif tertinggal. Kalau UUGD dilaksanakan maka sebagian
14



besar    dari   pendidik   di    daerah   ini   tidak    akan   lolos   sertifikasi.
Pemerintah harus konsekuen bahwa sertifikasi merupakan standard nasional yang
harus dipatuhi. Toleransi bisa diberikan dalam pengertian waktu transisi.
Misalnya, untuk Jawa Tengah transisi 5 tahun, tetapi untuk daerah yang terpencil
transisi 10 tahun. Tetapi standard tidak mengenal toleransi.

        Kelima pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyediakan anggaran
yang memadai, baik untuk pelaksanaan sertifikasi maupun untuk pemberian
tunjangan profesi.



3.4     PEMBINAAN PASCA SERTIFIKASI

        Pembinaan guru harus berlangsung secara berkesinambungan, karena
prinsip mendasar adalah guru harus merupakan a learning person, belajar
sepanjang hayat masih dikandung badan. Sebagai guru profesional dan telah
menyandang sertifikat pendidik, guru berkewajiban untuk terus mempertahankan
prosionalitasnya sebagai guru.

        Pembinaan profesi guru secara terus menerus (continuous profesional
development) menggunakan wadah guru yang sudah ada, yaitu kelompok kerja
guru (KKG) untuk tingkat SD dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)
untuk tingkat sekolah menengah. Aktifitas guru di KKG/MGMP tidak saja untuk
menyelesaikan persoalan pengajaran yang dialami guru dan berbagi pengalaman
mengajar antar guru, tetapi dengan strategi mengembangkan kontak akademik dan
melakukan refleksi diri.

        Desain jejaring kerja (networking) peningkatan profesionalitas guru
berkelanjutan melibatkan instansi Pusat, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK), Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) dan Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota serta
Perguruan Tinggi setempat. P4TK yang berbasis mata pelajaran membentuk Tim
Pengembang Materi Pembelajaran, bekerjasama dengan Perguruan Tinggi
bertugas:
15



1. menelaah dan mengembangkan materi untuk kegiatan KKG dan MGMP
2. mengembangkan model-model pembelajaran.

3. mengembangkan modul untuk pelatihan instruktur dan guru inti.

4. memberikan pembekalan kepada instruktur pada LPMP.

5. mendesain pola dan mekanisme kerja instruktur dan guru inti dalam kegiatan
KKG dan MGMP.

         LPMP bersama dengan Dinas Pendidikan Propinsi melakukan seleksi guru
utk menjadi Instruktur Mata Pelajaran Tingkat Propinsi per mata pelajaran dengan
tugas:
1. menjadi narasumber dan fasilitator pada kegiatan KKG dan MGMP

2. mengembangkan inovasi pembelajaran untuk KKG dan MGMP

3. menjamin keterlaksanaan kegiatan KKG dan MGMP

         Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan seleksi Instruktur Mata
Pelajaran Tingkat Kab/Kota dan membentuk Guru Inti per mata pelajaran dengan
tugas:
1. motivator bagi guru untuk aktif dalam KKG dan MGMP

2. menjadi fasilitator pada kegiatan KKG dan MGMP

3. mengembangkan inovasi pembelajaran

4. menjadi narasumber pada kegiatan KKG dan MGMP

         KKG dan MGMP sebagai wadah pengembangan profesi guru melakukan
kegiatan yang bermanfaat bagi profesi guru. Selain itu perlu adanya
pemberdayaan guru yang telah memperoleh sertifikat. Hal ini dapat dilakukan
dengan adanya pemberian tugas yang sesuai dengan kompetensi guru maupun
adanya dorongan dari pihak manajemen sekolah yang mampu menumbuhkan
motivasi kerja bagi para guru. Meningkatnya kompetensi guru yang didukung
dengan adanya motivasi kerja yang tinggi akan dapat meningkatkan kinerja guru.
16



Meningkatnya kinerja guru akan meningkatkan kualitas pembelajaran, yang pada
akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan, karena ujung
tombak dari kegiatan pendidikan adalah pada kegiatan pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan oleh guru.




3.5     PENGARUH          NEGATIF        SERTIFIKASI          GURU      BERBASIS
        PORTOFOLIO TERHADAP KOMPETENSI GURU

         Fakta dilapangan sangat jelas bahwa untuk memperoleh sertifikasi guru,
hanya dengan menyerahkan portofolio. Padahal jika dilihat dari aspek evaluasi, uji
portofolio tidak menggambarkan kompetensi atau kemampuan para guru sesuai
dengan Undang-undang No. 14 tahun 2005 pasal 8 yang menyatakan bahwa
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

         Pelaksanaan     program   sertifikasi   tujuan    dasarnya   adalah     untuk
meningkatkan      mutu    pendidikan.   Karena    dengan     meningkatnya      kualitas
pendidikan, maka akan dapat pula mendongkrak kualitas pendidikan bangsa
Indonesia saat ini. Meski proses sertifikasi guru sudah memasuki periode
keempat, bukan berarti kendala dan permasalahan yang menyertai sertifikasi guru
sirna. Bahkan, problematika yang berasal dari para peserta sertifikasi sendiri
bermunculan, karena para guru saling berlomba melengkapi berbagai persyaratan
sertifikasi dengan cara yang tidak benar. Terlebih, syarat sertifikasi hanya
menyusun portofolio yang di dalamnya berisi berbagai dokumen mengenai
kompetensi guru dalam berbagai bidang.

         Adapun dampak negatif dari sertifikasi guru berbasis portofolio terhadap
kinerja dan kompetensi guru adalah:

      1. Menjadi Sosok yang Certificate-Oriented

         Ternyata implementasi sertifikasi guru dalam bentuk penilaian portofolio
         ini kemudian menimbulkan polemik baru. Banyak para pengamat
17



   pendidikan yang menyangsikan keefektifan pelaksanaan sertifikasi dalam
   rangka meningkatkan kinerja guru. Bahkan ada yang berhipotesis bahwa
   sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio tak akan berdampak sama
   sekali terhadap peningkatan kinerja guru, apalagi dikaitkan dengan
   peningkatan mutu pendidikan nasional. Hal ini berkaitan dengan temuan-
   temuan dilapangan bahwa adanya indikasi kecurangan dalam melengkapi
   berkas portofolio oleh para guru peserta sertifikasi. “Kecurangan dengan
   memalsukan dokumen portofolio itu memang ada. Indikasinya kuat sekali.
   Temuan ini nanti akan diklasifikasi ke guru hingga kepala sekolah yang
   bersangkutan,” Rochmat Wahab, Ketua Panitia Pelaksana Uji Sertifikasi
   dari Universitas Negeri Yogyakarta (Kompas 18/9). Semua guru ribut ikut
   seminar dan lokakarya agar mendapat sertifikat, legalisasi ijazah dengan
   cara scan, lengkap dengan tanda tangan kepala sekolah dan cap sekolah,
   termasuk ijazah S-1 yang entah berasal dari perguruan tinggi mana. Salah
   satu penyebab terjadinya penyimpangan tersebut adalah lemahnya
   pengarsipan data sehingga pada saat dokumen tertentu dibutuhkan, para
   guru kerepotan karena tidak terbiasa mengarsip. Hal seperti ini bisa saja
   lulus dalam proses sertifikasi. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwasannya
   asesor sebagai orang yang menilai portofolio melakukan kesalahan dan
   tidak cermat dalam melakukan penilaian. Namun yang menjadi pertanyaan
   adalah apakah guru sebagai cermin siswa itu jujur, apakah layak untuk
   mendapat sertifikat pendidik sebagai pendidik profesional? Apa tidak malu
   jika bersertifikat profesional, tetapi ijazah yang dimiliki ditempuh dengan
   cara seperti itu?. Sebagian guru menjadi seorang yang certificate-oriented
   bukannya programa-oriented yang seharusnya sibuk memikirkan teknik
   pengajaran apa yang akan digunakan di dalam kelas agar hasil
   pembelajaranya maksimal.

2. Miskin Keterampilan dan Kreatifitas

   Guru bukanlah bagian dari sistem kurikulum, tetapi keberhasilan
   pelaksanaan kurikulum akan bergantung pada kemampuan, kemauan, dan
18



   sikap professional tenaga guru (Soedijarto, 1993). Kalau dikaitkan
   persyaratan professional seorang guru yang sesuai dengan Standar
   Nasional Pendidikan yaitu, mampu merencanakan, mengembangkan,
   melaksanakan, dan menilai proses belajar secara relevan dan efektif maka
   seorang guru yang professional akan dengan mudah lolos sertifikasi
   berbasis portofolio tanpa harus memanipulasi berkasnya. Karena
   sebelumnya guru tersebut telah giat mengembangkan dirinya demi anak
   didiknya. Namun yang menjadi persoalan adalah mereka, para guru yang
   melakukan kecurangan dalam sertifikasi. Temuan kecurangan dalam
   sertifikasi tersebut jelas membuktikan bahwa guru yang lolos sertifikasi
   dengan cara memanipulasi berkas portofolio, akan tetap mengajar dengan
   seadanya. Guru yang terampil dan kreatif akan mampu menguasai dan
   membawa situasi pembelajaran dengan bekal keterampilan dan ide-ide
   kreatifnya. Sehingga peserta didik pun lebih menarik mengikuti pelajaran,
   tidak jenuh dan berpikiran bahwa guru tersebut adalah orang yang handal
   dan mempunyai banyak pengalaman. Berbeda halnya dengan guru yang
   tidak kreatif. Mereka miskin keterampilan dan kreatifitas sehingga apa
   yang disampaikan serasa kaku tanpa pengembangan konsep pembahasan.
   Penyajian pelajaran hanya sebatas penyampaian secara tekstual. Dan
   menurut hemat penulis hal ini lah yang dialami oleh para guru yang
   memanipulasi berkas portofolio mereka dalam sertifikasi.

3. Degradasi Semangat Mengembangkan Diri

   Jika dalam Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa guru harus
   mengembangkan kepribadiannya ke arah profesionalisme. Maka sertifikasi
   berbasis portofolio dipandang dapat menghambat proses pengembangan
   tersebut. Karena seperti yang penulis paparkan di atas, bahwa sertifikasi
   selain untuk meningkatkan kualitas guru dan pendidikan di Indonesia juga
   untuk meningkatkan kesejahteraan guru itu sendiri. Dengan memberikan
   tunjangan satu kali gaji pokok. Kalau proses sertifikasi hanya dinilai
   dengan berkas portofolio maka guru pun akan dengan instant
19



   melengkapinya. Pengembangan diri yang meliputi standar profesi dan
   standar mental, moral, sosial, spiritual, intelektual, fisik, dan psikis
   membutuhkan proses yang panjang, tidak bisa secara instant. Apalagi
   hanya dibuktikan dengan sertifikat kegiatan-kegiatan ilmiah yang
   berkaitan dengan kependidikan jelas tidak bisa dijadikan standar
   pengembangan diri seorang guru. Pada akhirnya para guru pun enggan
   untuk berusaha mengembangkan dirinya sebagaimana yang dituntut dalam
   Undang-Undang Guru dan Dosen serta Standar Pendidikan Nasional.

4. Merosotnya Kompetensi Profesi

   Hasil penelitian United Nation Development Programe (UNDP) pada
   tahun 2007 tentang Indeks Pengembangan Manusia menyatakan Indonesia
   berada pada peringkat ke-107 dari 177 negara yang diteliti Peringkat
   Indonesia yang rendah dalam kualitas sumber daya manusia ini adalah
   gambaran mutu pendidikan Indonesia yang rendah. Keterpurukan mutu
   pendidikan di Indonesia juga dinyatakan oleh United Nation Educational,
   Scientific, and Cultural Organization (UNESCO)-Badan Perserikatan
   Bangsa-Bangsa yang mengurus bidang pendidikan. Salah satu penyebab
   rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah komponen mutu guru.
   Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat dilihat dari kelayakan
   guru mengajar. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk
   mengatasi permasalahan rendahnya kualitas guru ini adalah dengan
   mengadakan sertifikasi berbasis portofolio. Dengan adanya sertifikasi,
   pemerintah berharap kinerja guru akan meningkat dan pada gilirannya
   mutu pendidikan nasional akan meningkat pula. Namun sertifikasi yang
   berbasis portofolio tersebut menjadi keprihatinan banyak pihak. Hal ini
   dikarenakan pelaksanaan sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio
   tidak lebih dari penilaian terhadap tumpukan kertas. Kelayakan profesi
   guru dinilai berdasarkan tumpukan kertas yang mampu dikumpulkan.
   Padahal untuk membuat tumpukan kertas itu pada zaman sekarang amatlah
   mudah. Tidak mengherankan jika kemudian ada beberapa kepala sekolah
20



       yang menyetting berkas portofolio guru di sekolahnya tidak mencapai
       batas angka kelulusan. Mereka berharap guru-guru tersebut dapat
       mengikuti diklat sertifikasi. Dengan mengikuti diklat sertifikasi, maka
       akan banyak ilmu baru yang akan didapatkan secara cuma-cuma. Dan pada
       gilirannya, ilmu yang mereka dapatkan di diklat sertifikasi akan diterapkan
       di sekolah atau di kelas. Fenomena ini menerangkan bahwa sertifikasi
       berbasis portofolio menyebabkan merosotnya kompetensi profesi guru.




3.6   ANTISIPASI        PENGARUH         NEGATIF       SERTIFIKASI        GURU
      BERBASIS        PORTOFOLIO            TERHADAP         KINERJA        DAN
      KOMPETENSI GURU

               Berdasarkan gejala-gejala yang ditimbulkan dari sertifikasi
      berbasis portofolio di atas, cara untuk mengantisipasi pengaruh negatif yang
      lahir akibat gejala-gejala tersebut. Diharapkan cara yang dimaksud dapat
      mendatangkan hasil positif bagi permasalahan yang diangkat. Sehingga
      yang menjadi masalah dapat dikendalikan. Cara yang dapat dilakukan
      sebagai langkah awal untuk membendung pengaruh negatif sertifikasi guru
      berbasis portofolio adalah sebagai berikut:

a.    Mensosialisasikan dan Meningkatkan Pengawasan Sertifikasi

               Terkait dengan indikasi adanya kecurangan dokumen portofolio
      yang diserahkan guru yang terpilih dalam kuota, maka perlu kiranya, Dinas
      Pendidikan di daerah selaku lembaga fasilitator kaum “Umar Bakri” ini
      agar dapat terus mensosialisasikan program sertifikasi, supaya guru tidak
      panik dalam menghadapi proses penilaian portofolio. Hal Ini harus
      disosialisasikan oleh dinas pendidikan setempat bahwa guru tetap punya
      kesempatan untuk lulus melalui pendidikan dan pelatihan. Bagi yang sudah
      dapat sertifikat pendidik pun perlu diingatkan supaya bertanggung jawab
      terhadap kualifikasi yang sudah diraih. Selain itu sosialisasi terkait
      sertifikasi ini dapat membantu para guru yang belum mengerti apa yang
21



     harus dilakukan agar lolos sertifikasi dengan jalan yang benar.
     Para pengawas sertifikasi dalam hal ini tim asesor juga perlu meningkatkan
     kejelian dan ketelitian dalam mensertifikasi para peserta, agar tidak
     meloloskan peserta yang memanipulasi berkas portofolionya. Serta
     meningkatkan kewaspadaan terhadap indikasi kecurangan-kecurangan yang
     mungkin terjadi.

b.   Meningkatkan Suguhan Up Grading untuk Para Guru

             Suguhan Up Grading yang penulis maksud berupa peningkatan-
     peningkatan kualitas guru diberbagai kompetensi. Up Grading ini dapat
     berupa Kegiatan-kegiatan training, penataran, workshop, dan apapun istilah
     lainnya. Cara ini dapat mengubah rahasia umum para guru, bahwa yang
     dapat menikmati suguhan Up Grading tersebut hanyalah segelintir dari
     mereka. Diutamakan yang dapat bekerjasama dengan pimpinan atau
     dianggap berprestasi “di mata” atasan. Sehingga, yang dapat mengikuti
     sertifikasi dengan baik dan benar juga akan menjadi sedikit saja. Sementara
     kuota yang demikian besar membuat, lagi-lagi, menyediakan celah
     penyimpangan. Terjadilah pemalsuan sertifikat, berkas-berkas terkait, data-
     data dan sebagainya. Proses Up Grading harus sesuai dengan tujuan, yaitu
     meningkatkan empat kompetensi guru sebagaimana amanat Undang-
     undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Pasal 10 tentang kompetensi
     guru dan pasal 32 tentang pembinaan dan pengembangan. Pengembangan
     jangan terfokus pada pengembangan kompetensi profesional yang lebih
     bersifat managerial kelas dan administratif. Kompetensi lain yang meliputi
     paedagogis, kepribadian dan sosial juga harus ditingkatkan. Selain itu
     pengembangan kompetensi tersebut dilakukan tidak hanya dalam bentuk
     himbauan atau ceramah saja.

More Related Content

What's hot

MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN Cescashinta
 
Persepsi gpai ttg pengawas pai download 16-syahruddin usman
Persepsi gpai ttg pengawas pai download 16-syahruddin usmanPersepsi gpai ttg pengawas pai download 16-syahruddin usman
Persepsi gpai ttg pengawas pai download 16-syahruddin usmanDrs. HM. Yunus
 
Penanganan dan upaya pengembangan profesi pendidik paud
Penanganan dan upaya pengembangan profesi pendidik paudPenanganan dan upaya pengembangan profesi pendidik paud
Penanganan dan upaya pengembangan profesi pendidik paudsitaaa
 
Makalah_Pengawasan_TehArsya
Makalah_Pengawasan_TehArsyaMakalah_Pengawasan_TehArsya
Makalah_Pengawasan_TehArsyaarsyazahra
 
Supervisi dan evalusi pendidikan
Supervisi dan evalusi pendidikanSupervisi dan evalusi pendidikan
Supervisi dan evalusi pendidikanMaman_Lukman
 
767-Article Text-1490-1-10-20170318.pdf
767-Article Text-1490-1-10-20170318.pdf767-Article Text-1490-1-10-20170318.pdf
767-Article Text-1490-1-10-20170318.pdfssusera7c696
 
Presentasi pengawas
Presentasi pengawasPresentasi pengawas
Presentasi pengawasNarendra
 
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyah
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyahEjournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyah
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyahAGUS SETIYONO
 
Instrumen pemenuhan mutu tahap 3
Instrumen pemenuhan mutu tahap 3Instrumen pemenuhan mutu tahap 3
Instrumen pemenuhan mutu tahap 3Mas Mur
 
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Pipit Wijaya
 
Implementasi tugas dan fungsi pengawas dalam pendidikan islam dalam meningkat...
Implementasi tugas dan fungsi pengawas dalam pendidikan islam dalam meningkat...Implementasi tugas dan fungsi pengawas dalam pendidikan islam dalam meningkat...
Implementasi tugas dan fungsi pengawas dalam pendidikan islam dalam meningkat...Drs. HM. Yunus
 
Supervisi pendidikan sekolah efektif
Supervisi pendidikan sekolah efektifSupervisi pendidikan sekolah efektif
Supervisi pendidikan sekolah efektifahmad almandili
 
Usaha peningkatan profesionalisme guru(1)
Usaha peningkatan profesionalisme guru(1)Usaha peningkatan profesionalisme guru(1)
Usaha peningkatan profesionalisme guru(1)Suaidin -Dompu
 
Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan
Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikanMembangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan
Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikanAmalinaAzizah
 
Contoh makalah-supervisi-pendidikan
Contoh makalah-supervisi-pendidikanContoh makalah-supervisi-pendidikan
Contoh makalah-supervisi-pendidikanTerminal Purba
 

What's hot (18)

MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN
 
Persepsi gpai ttg pengawas pai download 16-syahruddin usman
Persepsi gpai ttg pengawas pai download 16-syahruddin usmanPersepsi gpai ttg pengawas pai download 16-syahruddin usman
Persepsi gpai ttg pengawas pai download 16-syahruddin usman
 
Penanganan dan upaya pengembangan profesi pendidik paud
Penanganan dan upaya pengembangan profesi pendidik paudPenanganan dan upaya pengembangan profesi pendidik paud
Penanganan dan upaya pengembangan profesi pendidik paud
 
Etika Profesi_10 uji kompetensi guru
Etika Profesi_10 uji kompetensi guruEtika Profesi_10 uji kompetensi guru
Etika Profesi_10 uji kompetensi guru
 
Makalah_Pengawasan_TehArsya
Makalah_Pengawasan_TehArsyaMakalah_Pengawasan_TehArsya
Makalah_Pengawasan_TehArsya
 
Profesionalisasi Guru
Profesionalisasi GuruProfesionalisasi Guru
Profesionalisasi Guru
 
Supervisi dan evalusi pendidikan
Supervisi dan evalusi pendidikanSupervisi dan evalusi pendidikan
Supervisi dan evalusi pendidikan
 
767-Article Text-1490-1-10-20170318.pdf
767-Article Text-1490-1-10-20170318.pdf767-Article Text-1490-1-10-20170318.pdf
767-Article Text-1490-1-10-20170318.pdf
 
Presentasi pengawas
Presentasi pengawasPresentasi pengawas
Presentasi pengawas
 
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyah
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyahEjournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyah
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyah
 
Instrumen pemenuhan mutu tahap 3
Instrumen pemenuhan mutu tahap 3Instrumen pemenuhan mutu tahap 3
Instrumen pemenuhan mutu tahap 3
 
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
 
Implementasi tugas dan fungsi pengawas dalam pendidikan islam dalam meningkat...
Implementasi tugas dan fungsi pengawas dalam pendidikan islam dalam meningkat...Implementasi tugas dan fungsi pengawas dalam pendidikan islam dalam meningkat...
Implementasi tugas dan fungsi pengawas dalam pendidikan islam dalam meningkat...
 
Supervisi pendidikan sekolah efektif
Supervisi pendidikan sekolah efektifSupervisi pendidikan sekolah efektif
Supervisi pendidikan sekolah efektif
 
Usaha peningkatan profesionalisme guru(1)
Usaha peningkatan profesionalisme guru(1)Usaha peningkatan profesionalisme guru(1)
Usaha peningkatan profesionalisme guru(1)
 
Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan
Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikanMembangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan
Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan
 
Etika Profesi_2 karakteristik dan ciri profesi
Etika Profesi_2 karakteristik dan ciri profesiEtika Profesi_2 karakteristik dan ciri profesi
Etika Profesi_2 karakteristik dan ciri profesi
 
Contoh makalah-supervisi-pendidikan
Contoh makalah-supervisi-pendidikanContoh makalah-supervisi-pendidikan
Contoh makalah-supervisi-pendidikan
 

Similar to Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab III by HELDY ERISTON

Kebijakan pemerintah di bidang pendidikan
Kebijakan pemerintah di bidang pendidikanKebijakan pemerintah di bidang pendidikan
Kebijakan pemerintah di bidang pendidikanRiRi Riyanti
 
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafni
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafniEjournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafni
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafniMbakyu Sarah
 
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafni
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafniEjournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafni
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafniAGUS SETIYONO
 
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafni
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafniEjournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafni
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafniAGUS SETIYONO
 
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikanPelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikanJerry Makawimbang
 
Tugas Profesi Pendidikan - PENINGKATAN PROFESI KEGURUAN
Tugas Profesi Pendidikan - PENINGKATAN PROFESI KEGURUANTugas Profesi Pendidikan - PENINGKATAN PROFESI KEGURUAN
Tugas Profesi Pendidikan - PENINGKATAN PROFESI KEGURUANRofidatul Mu'afiyah
 
Tugas 1. isu2 lama dalam pendidikan
Tugas 1. isu2 lama dalam pendidikanTugas 1. isu2 lama dalam pendidikan
Tugas 1. isu2 lama dalam pendidikanJanawir Mrr
 
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyah
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyahEjournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyah
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyahAGUS SETIYONO
 
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyah
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyahEjournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyah
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyahMbakyu Sarah
 
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptxTUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptxManajemenPendidikanI3
 
Peningkatan keprofesionalan guru
Peningkatan keprofesionalan guruPeningkatan keprofesionalan guru
Peningkatan keprofesionalan guruDia Cahyawati
 
Dimensi dimensi teoretis
Dimensi dimensi teoretisDimensi dimensi teoretis
Dimensi dimensi teoretiswiryana
 
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxPPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxAprianiMy
 
T2 a3 8 mei 2014
T2 a3 8 mei 2014T2 a3 8 mei 2014
T2 a3 8 mei 2014Kalam Kamal
 
Power point filsafat
Power point filsafatPower point filsafat
Power point filsafatABDimas
 

Similar to Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab III by HELDY ERISTON (20)

Kebijakan pemerintah di bidang pendidikan
Kebijakan pemerintah di bidang pendidikanKebijakan pemerintah di bidang pendidikan
Kebijakan pemerintah di bidang pendidikan
 
Makalah daspen
Makalah daspenMakalah daspen
Makalah daspen
 
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafni
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafniEjournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafni
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafni
 
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafni
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafniEjournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafni
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafni
 
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafni
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafniEjournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafni
Ejournal 5 penelitian_implementasi program sertifikasi guru_nurhafni
 
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikanPelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan
 
Tugas Profesi Pendidikan - PENINGKATAN PROFESI KEGURUAN
Tugas Profesi Pendidikan - PENINGKATAN PROFESI KEGURUANTugas Profesi Pendidikan - PENINGKATAN PROFESI KEGURUAN
Tugas Profesi Pendidikan - PENINGKATAN PROFESI KEGURUAN
 
Tugas 1. isu2 lama dalam pendidikan
Tugas 1. isu2 lama dalam pendidikanTugas 1. isu2 lama dalam pendidikan
Tugas 1. isu2 lama dalam pendidikan
 
Masalah Pendidikan
Masalah PendidikanMasalah Pendidikan
Masalah Pendidikan
 
Mutu3
Mutu3Mutu3
Mutu3
 
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyah
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyahEjournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyah
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyah
 
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyah
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyahEjournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyah
Ejournal 2 peningkatan kompetensi guru bidang pendidikan_jemmi ardiansyah
 
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptxTUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
 
Peningkatan keprofesionalan guru
Peningkatan keprofesionalan guruPeningkatan keprofesionalan guru
Peningkatan keprofesionalan guru
 
Dimensi dimensi teoretis
Dimensi dimensi teoretisDimensi dimensi teoretis
Dimensi dimensi teoretis
 
Mulyati supervisi 1
Mulyati supervisi 1Mulyati supervisi 1
Mulyati supervisi 1
 
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxPPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
 
T2 a3 8 mei 2014
T2 a3 8 mei 2014T2 a3 8 mei 2014
T2 a3 8 mei 2014
 
Artikel tesis
Artikel tesisArtikel tesis
Artikel tesis
 
Power point filsafat
Power point filsafatPower point filsafat
Power point filsafat
 

More from Heldy Eriston

Manajemen mutu sekolah
Manajemen mutu sekolahManajemen mutu sekolah
Manajemen mutu sekolahHeldy Eriston
 
Pembel.dl. ipml. kur.(5)
Pembel.dl. ipml. kur.(5)Pembel.dl. ipml. kur.(5)
Pembel.dl. ipml. kur.(5)Heldy Eriston
 
Klasifikasi penelitian yusuf (source)
Klasifikasi penelitian yusuf (source)Klasifikasi penelitian yusuf (source)
Klasifikasi penelitian yusuf (source)Heldy Eriston
 
Kinerja (performance)
Kinerja (performance)Kinerja (performance)
Kinerja (performance)Heldy Eriston
 
Kinerja (performance)
Kinerja (performance)Kinerja (performance)
Kinerja (performance)Heldy Eriston
 
Instrumen kinerja-guru
Instrumen kinerja-guruInstrumen kinerja-guru
Instrumen kinerja-guruHeldy Eriston
 
Filsafat dan manajamen modern
Filsafat dan manajamen modernFilsafat dan manajamen modern
Filsafat dan manajamen modernHeldy Eriston
 
Filsafat dan manajamen modern(2)
Filsafat dan manajamen modern(2)Filsafat dan manajamen modern(2)
Filsafat dan manajamen modern(2)Heldy Eriston
 
Catatan kuliah sistem informasi
Catatan kuliah sistem informasiCatatan kuliah sistem informasi
Catatan kuliah sistem informasiHeldy Eriston
 
Analisis pengambilan keputusan pendidikan guru 4
Analisis pengambilan keputusan  pendidikan  guru 4Analisis pengambilan keputusan  pendidikan  guru 4
Analisis pengambilan keputusan pendidikan guru 4Heldy Eriston
 
1 memahami mj. pemasaran pert i
1 memahami mj. pemasaran pert i1 memahami mj. pemasaran pert i
1 memahami mj. pemasaran pert iHeldy Eriston
 
Rakor sosialisasi sdsmp rsbi swasta
Rakor sosialisasi sdsmp rsbi swastaRakor sosialisasi sdsmp rsbi swasta
Rakor sosialisasi sdsmp rsbi swastaHeldy Eriston
 
Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTONHeldy Eriston
 

More from Heldy Eriston (20)

Manajemen mutu sekolah
Manajemen mutu sekolahManajemen mutu sekolah
Manajemen mutu sekolah
 
S2 manajbelajmeng 1
S2 manajbelajmeng 1S2 manajbelajmeng 1
S2 manajbelajmeng 1
 
Pembel.dl. ipml. kur.(5)
Pembel.dl. ipml. kur.(5)Pembel.dl. ipml. kur.(5)
Pembel.dl. ipml. kur.(5)
 
S2 manajbelajmeng 2
S2 manajbelajmeng 2S2 manajbelajmeng 2
S2 manajbelajmeng 2
 
Klasifikasi penelitian yusuf (source)
Klasifikasi penelitian yusuf (source)Klasifikasi penelitian yusuf (source)
Klasifikasi penelitian yusuf (source)
 
Makalah sdm
Makalah sdmMakalah sdm
Makalah sdm
 
Kinerja (performance)
Kinerja (performance)Kinerja (performance)
Kinerja (performance)
 
Kinerja (performance)
Kinerja (performance)Kinerja (performance)
Kinerja (performance)
 
Instrumen kinerja-guru
Instrumen kinerja-guruInstrumen kinerja-guru
Instrumen kinerja-guru
 
Filsafat dan manajamen modern
Filsafat dan manajamen modernFilsafat dan manajamen modern
Filsafat dan manajamen modern
 
Filsafat dan manajamen modern(2)
Filsafat dan manajamen modern(2)Filsafat dan manajamen modern(2)
Filsafat dan manajamen modern(2)
 
Catatan kuliah sistem informasi
Catatan kuliah sistem informasiCatatan kuliah sistem informasi
Catatan kuliah sistem informasi
 
Bsc
BscBsc
Bsc
 
Analisis swot
Analisis swotAnalisis swot
Analisis swot
 
Analisis pengambilan keputusan pendidikan guru 4
Analisis pengambilan keputusan  pendidikan  guru 4Analisis pengambilan keputusan  pendidikan  guru 4
Analisis pengambilan keputusan pendidikan guru 4
 
Adpend depkes 2007
Adpend depkes 2007Adpend depkes 2007
Adpend depkes 2007
 
6 strategi pemasran
6 strategi pemasran6 strategi pemasran
6 strategi pemasran
 
1 memahami mj. pemasaran pert i
1 memahami mj. pemasaran pert i1 memahami mj. pemasaran pert i
1 memahami mj. pemasaran pert i
 
Rakor sosialisasi sdsmp rsbi swasta
Rakor sosialisasi sdsmp rsbi swastaRakor sosialisasi sdsmp rsbi swasta
Rakor sosialisasi sdsmp rsbi swasta
 
Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON
 

Recently uploaded

Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxRIMA685626
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab III by HELDY ERISTON

  • 1. BAB III PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU 3.1 KUALITAS PENDIDIKAN Hasil penelitian United Nation Development Programe (UNDP) pada tahun 2007 tentang Indeks Pengembangan Manusia menyatakan Indonesia berada pada peringkat ke-107 dari 177 negara yang diteliti (diakses 7 Desember 2008). Indonesia memperoleh indeks 0,728. Dan jika Indonesia dibanding dengan negara-negara ASEAN yang dilibatkan dalam penelitian, Indonesia berada pada peringkat ke-7 dari sembilan negara ASEAN. Salah satu unsur utama dalam penentuan komposit Indeks Pengembangan Manusia ialah tingkat pengetahuan bangsa atau pendidikan bangsa. Peringkat Indonesia yang rendah dalam kualitas sumber daya manusia ini adalah gambaran mutu pendidikan Indonesia yang rendah. Keterpurukan mutu pendidikan di Indonesia juga dinyatakan oleh United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurus bidang pendidikan. Menurut Badan PBB itu, peringkat Indonesia dalam bidang pendidikan pada tahun 2007 adalah 62 di antara 130 negara di dunia. Education development index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965). Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tercermin dari daya saing di tingkat internasional. Daya saing Indonesia menurut Wordl Economic Forum, 2007-2008, berada di level 54 dari 131 negara. Jauh di bawah peringkat daya saing sesama negara ASEAN seperti Malaysia yang berada di urutan ke-21 dan Singapura pada urutan ke-7. 10
  • 2. 11 3.2 KUALITAS GURU Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah komponen mutu guru. Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat dilihat dari kelayakan guru mengajar. Menurut Balitbang Depdiknas, guru-guru yang layak mengajar untuk tingkat SD baik negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94%. Guru SMP negeri 54,12%, swasta 60,99%. Guru SMA negeri 65,29%, swasta 64,73%. Guru SMK negeri 55,91 %, swasta 58,26 %. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan rendahnya kualitas guru ini adalah dengan mengadakan sertifikasi. Dengan adanya sertifikasi, pemerintah berharap kinerja guru akan meningkat dan pada gilirannya mutu pendidikan nasional akan meningkat pula. Keterpurukan mutu pendidikan Indonesia di dunia internasional memang amat memprihatinkan. Akan tetapi, keprihatinan ini jangan sampai membuat kita putus harapan. Keterpurukan ini hendaknya membuat kita sungguh-sungguh terdorong mencari jalan yang tepat, bukan dengan cara-cara instan dan mengutamakan kepentingan pribadi. Salah satu jalan yang ditempuh oleh pemerintah dalam mengatasi mutu pendidikan yang rendah ini adalah dengan meningkatkan kualitas gurunya melalui sertifikasi guru. Pemerintah berharap, dengan disertifkasinya guru, kinerjanya akan meningkat sehingga prestasi siswa meningkat pula. Namun dalam pelaksanaannya, sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio memberi banyak peluang pada guru untuk menempuh jalan pintas. Hal ini disebabkan profesionalisme guru diukur dari tumpukan kertas. Indikator inilah yang kemudian memunculkan hipotesis bahwa pelaksanaan sertifikasi dalam wujud penilaian portofolio tidak akan berdampak sama sekali terhadap kinerja guru, apalagi terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional. Di samping itu, berkaca pada pelaksanaan sertifikasi negara-negara maju, terutama dalam bidang pendidikan, peningkatkan mutu pendidikan hanya dapat dicapai dengan pola-pola dan proses yang tepat. Pola-pola instan hanya akan
  • 3. 12 menghambur-hamburkan dana dan waktu menjadi terbuang percuma. Sedangkan apa yang menjadi substansi sama sekali tidak tersentuh. 3.3 FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN SERTIFIKASI GURU Adakah jaminan bahwa sertifikasi akan meningkatkan kualitas kompetensi guru? Ada beberapa hal yang perlu untuk dikaji secara mendalam untuk memberikan jaminan bahwa sertifikasi akan meningkatkan kualitas kompetensi guru. Pertama, sertifikasi merupakan sarana atau instrumen untuk mencapai suatu tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Seperti yang telah dikemukakan di atas, perlu ada kesadaran dan pemahaman dari semua fihak bahwa sertifikasi adalah sarana untuk menuju kualitas. Sertikasi bukan tujuan itu sendiri. Kesadaran dan pemahaman ini akan melahirkan aktivitas yang benar, bahwa apapun yang dilakukan adalah untuk mencapai kualitas. Kalau seorang guru kembali masuk kampus untuk kualifikasi, maka belajar kembali ini untuk mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dan ketrampilan, sehingga mendapatkan ijazah S-1. Ijazah S-1 bukan tujuan yang harus dicapai dengan segala cara, termasuk cara yang tidak benar melainkan konsekuensi dari telah belajar dan telah mendapatkan tambahan ilmu dan ketrampilan baru. Demikian pula kalau guru mengikuti uji sertifikasi, tujuan utama bukan untuk mendapatkan tunjangan profesi, melainkan untuk dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan dalam standard kemampuan guru. Tunjangan profesi adalah konsekuensi logis yang menyertai adanya kemampuan yang dimaksud. Dengan menyadari hal ini maka guru tidak akan mencari jalan lain guna memperoleh sertifikat profesi kecuali mempersiapkan diri dengan belajar yang benar untuk menghadapi uji sertifikasi. Kedua, konsistensi dan ketegaran pemerintah. Sebagai suatu kebijakan yang merentuhan dengan berbagai kelompok masyarakat akan mendapatkan
  • 4. 13 berbagai tantangan dan tuntutan. Paling tidak tuntutan dan tantangan akan muncul dari 3 sumber yaitu: - Sumber pertama adalah dalam penentuan lembaga yang berhak melaksanakan uji sertifikasi. Berbagai lembaga penyelenggara pendidikan tinggi, khususnya dari fihak Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Swasta akan menuntut untuk diberi hak menyelenggarakan dan melaksanakan uji sertifikasi. Demikian juga, akan muncul tuntutan dari berbagai LPTK negeri khususnya di daerah luar jawa akan menuntut dengan alasan demi keseimbangan geografis. Tuntutan ini akan mempengaruhi penentuan yang mendasarkan pada objektivitas kemampuan suatu perguruan tinggi. Ketegaran dan konsistensi pemerintah juga diperlukan untuk menghadapi tuntutan dan sekaligus tantangan bagi pelaksana Undang-Undang yang muncul dari kalangan guru sendiri. - Sumber kedua adalah mereka yang sudah senior atau - Sumber ketiga adalah mereka para guru yang masih jauh dari pensyaratan akan menentang dan menuntut berbagai kemudahan agar bisa memperoleh sertifikat profesi tersebut. Ketiga, tegas dan tegakkan hukum. Dalam pelaksanaan sertifikasi, akan muncul berbagai penyimpangan dari aturan main yang sudah ada. Adanya penyimpangan ini tidak lepas dari adanya upaya berbagai fihak, khususnya guru untuk mendapatkan sertifikat profesi dengan jalan pintas. Penyimpangan yang muncul dan harus diwaspadai adalah pelaksanaan sertifikasi yang tidak benar. Oleh karenanya, begitu ada gejala penyimpangan, pemerintah harus segera mengambil tindakan tegas. Seperti mencabut hak melaksanakan sertifikasi dari lembaga yang dimaksud, atau menetapkan seseorang tidak boleh menjadi penguji sertifikasi, dan lain sebagainya. Keempat, laksanakan UU secara konsekuen. Tuntutan dan tantangan juga akan muncul dari berbagai daerah yang secara geografis memiliki tingkat pendidikan yang relatif tertinggal. Kalau UUGD dilaksanakan maka sebagian
  • 5. 14 besar dari pendidik di daerah ini tidak akan lolos sertifikasi. Pemerintah harus konsekuen bahwa sertifikasi merupakan standard nasional yang harus dipatuhi. Toleransi bisa diberikan dalam pengertian waktu transisi. Misalnya, untuk Jawa Tengah transisi 5 tahun, tetapi untuk daerah yang terpencil transisi 10 tahun. Tetapi standard tidak mengenal toleransi. Kelima pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyediakan anggaran yang memadai, baik untuk pelaksanaan sertifikasi maupun untuk pemberian tunjangan profesi. 3.4 PEMBINAAN PASCA SERTIFIKASI Pembinaan guru harus berlangsung secara berkesinambungan, karena prinsip mendasar adalah guru harus merupakan a learning person, belajar sepanjang hayat masih dikandung badan. Sebagai guru profesional dan telah menyandang sertifikat pendidik, guru berkewajiban untuk terus mempertahankan prosionalitasnya sebagai guru. Pembinaan profesi guru secara terus menerus (continuous profesional development) menggunakan wadah guru yang sudah ada, yaitu kelompok kerja guru (KKG) untuk tingkat SD dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) untuk tingkat sekolah menengah. Aktifitas guru di KKG/MGMP tidak saja untuk menyelesaikan persoalan pengajaran yang dialami guru dan berbagi pengalaman mengajar antar guru, tetapi dengan strategi mengembangkan kontak akademik dan melakukan refleksi diri. Desain jejaring kerja (networking) peningkatan profesionalitas guru berkelanjutan melibatkan instansi Pusat, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota serta Perguruan Tinggi setempat. P4TK yang berbasis mata pelajaran membentuk Tim Pengembang Materi Pembelajaran, bekerjasama dengan Perguruan Tinggi bertugas:
  • 6. 15 1. menelaah dan mengembangkan materi untuk kegiatan KKG dan MGMP 2. mengembangkan model-model pembelajaran. 3. mengembangkan modul untuk pelatihan instruktur dan guru inti. 4. memberikan pembekalan kepada instruktur pada LPMP. 5. mendesain pola dan mekanisme kerja instruktur dan guru inti dalam kegiatan KKG dan MGMP. LPMP bersama dengan Dinas Pendidikan Propinsi melakukan seleksi guru utk menjadi Instruktur Mata Pelajaran Tingkat Propinsi per mata pelajaran dengan tugas: 1. menjadi narasumber dan fasilitator pada kegiatan KKG dan MGMP 2. mengembangkan inovasi pembelajaran untuk KKG dan MGMP 3. menjamin keterlaksanaan kegiatan KKG dan MGMP Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan seleksi Instruktur Mata Pelajaran Tingkat Kab/Kota dan membentuk Guru Inti per mata pelajaran dengan tugas: 1. motivator bagi guru untuk aktif dalam KKG dan MGMP 2. menjadi fasilitator pada kegiatan KKG dan MGMP 3. mengembangkan inovasi pembelajaran 4. menjadi narasumber pada kegiatan KKG dan MGMP KKG dan MGMP sebagai wadah pengembangan profesi guru melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi profesi guru. Selain itu perlu adanya pemberdayaan guru yang telah memperoleh sertifikat. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya pemberian tugas yang sesuai dengan kompetensi guru maupun adanya dorongan dari pihak manajemen sekolah yang mampu menumbuhkan motivasi kerja bagi para guru. Meningkatnya kompetensi guru yang didukung dengan adanya motivasi kerja yang tinggi akan dapat meningkatkan kinerja guru.
  • 7. 16 Meningkatnya kinerja guru akan meningkatkan kualitas pembelajaran, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan, karena ujung tombak dari kegiatan pendidikan adalah pada kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru. 3.5 PENGARUH NEGATIF SERTIFIKASI GURU BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP KOMPETENSI GURU Fakta dilapangan sangat jelas bahwa untuk memperoleh sertifikasi guru, hanya dengan menyerahkan portofolio. Padahal jika dilihat dari aspek evaluasi, uji portofolio tidak menggambarkan kompetensi atau kemampuan para guru sesuai dengan Undang-undang No. 14 tahun 2005 pasal 8 yang menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Pelaksanaan program sertifikasi tujuan dasarnya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Karena dengan meningkatnya kualitas pendidikan, maka akan dapat pula mendongkrak kualitas pendidikan bangsa Indonesia saat ini. Meski proses sertifikasi guru sudah memasuki periode keempat, bukan berarti kendala dan permasalahan yang menyertai sertifikasi guru sirna. Bahkan, problematika yang berasal dari para peserta sertifikasi sendiri bermunculan, karena para guru saling berlomba melengkapi berbagai persyaratan sertifikasi dengan cara yang tidak benar. Terlebih, syarat sertifikasi hanya menyusun portofolio yang di dalamnya berisi berbagai dokumen mengenai kompetensi guru dalam berbagai bidang. Adapun dampak negatif dari sertifikasi guru berbasis portofolio terhadap kinerja dan kompetensi guru adalah: 1. Menjadi Sosok yang Certificate-Oriented Ternyata implementasi sertifikasi guru dalam bentuk penilaian portofolio ini kemudian menimbulkan polemik baru. Banyak para pengamat
  • 8. 17 pendidikan yang menyangsikan keefektifan pelaksanaan sertifikasi dalam rangka meningkatkan kinerja guru. Bahkan ada yang berhipotesis bahwa sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio tak akan berdampak sama sekali terhadap peningkatan kinerja guru, apalagi dikaitkan dengan peningkatan mutu pendidikan nasional. Hal ini berkaitan dengan temuan- temuan dilapangan bahwa adanya indikasi kecurangan dalam melengkapi berkas portofolio oleh para guru peserta sertifikasi. “Kecurangan dengan memalsukan dokumen portofolio itu memang ada. Indikasinya kuat sekali. Temuan ini nanti akan diklasifikasi ke guru hingga kepala sekolah yang bersangkutan,” Rochmat Wahab, Ketua Panitia Pelaksana Uji Sertifikasi dari Universitas Negeri Yogyakarta (Kompas 18/9). Semua guru ribut ikut seminar dan lokakarya agar mendapat sertifikat, legalisasi ijazah dengan cara scan, lengkap dengan tanda tangan kepala sekolah dan cap sekolah, termasuk ijazah S-1 yang entah berasal dari perguruan tinggi mana. Salah satu penyebab terjadinya penyimpangan tersebut adalah lemahnya pengarsipan data sehingga pada saat dokumen tertentu dibutuhkan, para guru kerepotan karena tidak terbiasa mengarsip. Hal seperti ini bisa saja lulus dalam proses sertifikasi. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwasannya asesor sebagai orang yang menilai portofolio melakukan kesalahan dan tidak cermat dalam melakukan penilaian. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah guru sebagai cermin siswa itu jujur, apakah layak untuk mendapat sertifikat pendidik sebagai pendidik profesional? Apa tidak malu jika bersertifikat profesional, tetapi ijazah yang dimiliki ditempuh dengan cara seperti itu?. Sebagian guru menjadi seorang yang certificate-oriented bukannya programa-oriented yang seharusnya sibuk memikirkan teknik pengajaran apa yang akan digunakan di dalam kelas agar hasil pembelajaranya maksimal. 2. Miskin Keterampilan dan Kreatifitas Guru bukanlah bagian dari sistem kurikulum, tetapi keberhasilan pelaksanaan kurikulum akan bergantung pada kemampuan, kemauan, dan
  • 9. 18 sikap professional tenaga guru (Soedijarto, 1993). Kalau dikaitkan persyaratan professional seorang guru yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan yaitu, mampu merencanakan, mengembangkan, melaksanakan, dan menilai proses belajar secara relevan dan efektif maka seorang guru yang professional akan dengan mudah lolos sertifikasi berbasis portofolio tanpa harus memanipulasi berkasnya. Karena sebelumnya guru tersebut telah giat mengembangkan dirinya demi anak didiknya. Namun yang menjadi persoalan adalah mereka, para guru yang melakukan kecurangan dalam sertifikasi. Temuan kecurangan dalam sertifikasi tersebut jelas membuktikan bahwa guru yang lolos sertifikasi dengan cara memanipulasi berkas portofolio, akan tetap mengajar dengan seadanya. Guru yang terampil dan kreatif akan mampu menguasai dan membawa situasi pembelajaran dengan bekal keterampilan dan ide-ide kreatifnya. Sehingga peserta didik pun lebih menarik mengikuti pelajaran, tidak jenuh dan berpikiran bahwa guru tersebut adalah orang yang handal dan mempunyai banyak pengalaman. Berbeda halnya dengan guru yang tidak kreatif. Mereka miskin keterampilan dan kreatifitas sehingga apa yang disampaikan serasa kaku tanpa pengembangan konsep pembahasan. Penyajian pelajaran hanya sebatas penyampaian secara tekstual. Dan menurut hemat penulis hal ini lah yang dialami oleh para guru yang memanipulasi berkas portofolio mereka dalam sertifikasi. 3. Degradasi Semangat Mengembangkan Diri Jika dalam Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa guru harus mengembangkan kepribadiannya ke arah profesionalisme. Maka sertifikasi berbasis portofolio dipandang dapat menghambat proses pengembangan tersebut. Karena seperti yang penulis paparkan di atas, bahwa sertifikasi selain untuk meningkatkan kualitas guru dan pendidikan di Indonesia juga untuk meningkatkan kesejahteraan guru itu sendiri. Dengan memberikan tunjangan satu kali gaji pokok. Kalau proses sertifikasi hanya dinilai dengan berkas portofolio maka guru pun akan dengan instant
  • 10. 19 melengkapinya. Pengembangan diri yang meliputi standar profesi dan standar mental, moral, sosial, spiritual, intelektual, fisik, dan psikis membutuhkan proses yang panjang, tidak bisa secara instant. Apalagi hanya dibuktikan dengan sertifikat kegiatan-kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan kependidikan jelas tidak bisa dijadikan standar pengembangan diri seorang guru. Pada akhirnya para guru pun enggan untuk berusaha mengembangkan dirinya sebagaimana yang dituntut dalam Undang-Undang Guru dan Dosen serta Standar Pendidikan Nasional. 4. Merosotnya Kompetensi Profesi Hasil penelitian United Nation Development Programe (UNDP) pada tahun 2007 tentang Indeks Pengembangan Manusia menyatakan Indonesia berada pada peringkat ke-107 dari 177 negara yang diteliti Peringkat Indonesia yang rendah dalam kualitas sumber daya manusia ini adalah gambaran mutu pendidikan Indonesia yang rendah. Keterpurukan mutu pendidikan di Indonesia juga dinyatakan oleh United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO)-Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurus bidang pendidikan. Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah komponen mutu guru. Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat dilihat dari kelayakan guru mengajar. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan rendahnya kualitas guru ini adalah dengan mengadakan sertifikasi berbasis portofolio. Dengan adanya sertifikasi, pemerintah berharap kinerja guru akan meningkat dan pada gilirannya mutu pendidikan nasional akan meningkat pula. Namun sertifikasi yang berbasis portofolio tersebut menjadi keprihatinan banyak pihak. Hal ini dikarenakan pelaksanaan sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio tidak lebih dari penilaian terhadap tumpukan kertas. Kelayakan profesi guru dinilai berdasarkan tumpukan kertas yang mampu dikumpulkan. Padahal untuk membuat tumpukan kertas itu pada zaman sekarang amatlah mudah. Tidak mengherankan jika kemudian ada beberapa kepala sekolah
  • 11. 20 yang menyetting berkas portofolio guru di sekolahnya tidak mencapai batas angka kelulusan. Mereka berharap guru-guru tersebut dapat mengikuti diklat sertifikasi. Dengan mengikuti diklat sertifikasi, maka akan banyak ilmu baru yang akan didapatkan secara cuma-cuma. Dan pada gilirannya, ilmu yang mereka dapatkan di diklat sertifikasi akan diterapkan di sekolah atau di kelas. Fenomena ini menerangkan bahwa sertifikasi berbasis portofolio menyebabkan merosotnya kompetensi profesi guru. 3.6 ANTISIPASI PENGARUH NEGATIF SERTIFIKASI GURU BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP KINERJA DAN KOMPETENSI GURU Berdasarkan gejala-gejala yang ditimbulkan dari sertifikasi berbasis portofolio di atas, cara untuk mengantisipasi pengaruh negatif yang lahir akibat gejala-gejala tersebut. Diharapkan cara yang dimaksud dapat mendatangkan hasil positif bagi permasalahan yang diangkat. Sehingga yang menjadi masalah dapat dikendalikan. Cara yang dapat dilakukan sebagai langkah awal untuk membendung pengaruh negatif sertifikasi guru berbasis portofolio adalah sebagai berikut: a. Mensosialisasikan dan Meningkatkan Pengawasan Sertifikasi Terkait dengan indikasi adanya kecurangan dokumen portofolio yang diserahkan guru yang terpilih dalam kuota, maka perlu kiranya, Dinas Pendidikan di daerah selaku lembaga fasilitator kaum “Umar Bakri” ini agar dapat terus mensosialisasikan program sertifikasi, supaya guru tidak panik dalam menghadapi proses penilaian portofolio. Hal Ini harus disosialisasikan oleh dinas pendidikan setempat bahwa guru tetap punya kesempatan untuk lulus melalui pendidikan dan pelatihan. Bagi yang sudah dapat sertifikat pendidik pun perlu diingatkan supaya bertanggung jawab terhadap kualifikasi yang sudah diraih. Selain itu sosialisasi terkait sertifikasi ini dapat membantu para guru yang belum mengerti apa yang
  • 12. 21 harus dilakukan agar lolos sertifikasi dengan jalan yang benar. Para pengawas sertifikasi dalam hal ini tim asesor juga perlu meningkatkan kejelian dan ketelitian dalam mensertifikasi para peserta, agar tidak meloloskan peserta yang memanipulasi berkas portofolionya. Serta meningkatkan kewaspadaan terhadap indikasi kecurangan-kecurangan yang mungkin terjadi. b. Meningkatkan Suguhan Up Grading untuk Para Guru Suguhan Up Grading yang penulis maksud berupa peningkatan- peningkatan kualitas guru diberbagai kompetensi. Up Grading ini dapat berupa Kegiatan-kegiatan training, penataran, workshop, dan apapun istilah lainnya. Cara ini dapat mengubah rahasia umum para guru, bahwa yang dapat menikmati suguhan Up Grading tersebut hanyalah segelintir dari mereka. Diutamakan yang dapat bekerjasama dengan pimpinan atau dianggap berprestasi “di mata” atasan. Sehingga, yang dapat mengikuti sertifikasi dengan baik dan benar juga akan menjadi sedikit saja. Sementara kuota yang demikian besar membuat, lagi-lagi, menyediakan celah penyimpangan. Terjadilah pemalsuan sertifikat, berkas-berkas terkait, data- data dan sebagainya. Proses Up Grading harus sesuai dengan tujuan, yaitu meningkatkan empat kompetensi guru sebagaimana amanat Undang- undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Pasal 10 tentang kompetensi guru dan pasal 32 tentang pembinaan dan pengembangan. Pengembangan jangan terfokus pada pengembangan kompetensi profesional yang lebih bersifat managerial kelas dan administratif. Kompetensi lain yang meliputi paedagogis, kepribadian dan sosial juga harus ditingkatkan. Selain itu pengembangan kompetensi tersebut dilakukan tidak hanya dalam bentuk himbauan atau ceramah saja.