2. PENDAHULUAN
Proses persalinan periode adaptasi dari intrauterin
ke ekstrauterin
Bayi yang membutuhkan resusitasi berisiko
mengalami perburukan kembali walaupun TV telah
normal.
Ketika ventilasi dan sirkulasi telah adekuat bayi tetap
harus dipantau atau dipindahkan ke fasilitas yang dapat
dilakukan monitoring penuh dan tindakan antisipasi
3. Penanganan pasca resusitasi atau sebelum dirujuk
kurang baik Morbiditas & mortalitas neonatus
Indonesia : kematian neonatus disebabkan antara lain,
kurangnya
Pengenalan dini tanda gawat/komplikasi
Tatalaksana pertolongan pertama oleh bidan, perawat,
dokter
Sistem rujukan yg baik
4. Indikasi dirujuk :
BBLR
Gawat napas
Sianosis, pucat, ikterus
Gerakan abnormal
Apnea dan / atau bradikardia
Hipo / hipertermia
Bayi dari ibu DM
5. Indikasi dirujuk : (2)
Refleks yg buruk (hipo/hipertonia – refleks hisap buruk)
Letargi
Tangisan lemah atau melengking
Trauma lahir
Kasus bedah
6. Tanggung Jawab Pengirim
Data lengkap pasien
Persetujuan utk dirujuk, tertulis dlm rekam medik
Merujuk ke RS yg tepat sesuai dgn kebutuhan pasien
Memastikan ada tempat tersedia utk pasien
Dianjurkan dokter tetap ada di tempat sampai pasien
berangkat ke RS rujukan
7. Periode transpor pada neonatus dapat
dikelompokkan menjadi 2:
Periode I : proses setelah dilakukan resusitasi
dan sebelum pemindahan bayi
Periode II : proses pemindahan ke unit atau RS
lain
8. Proses persalinan
Proses resusitasi
Periode pasca resusitasi dan
Periode rujukan/pemindahan pada neonatus
SDM dan peralatan terbatas proses transportasi
neonatus merupakan tantangan.
GOLDEN PERIOD
9. STABILISASI NEONATUS PASCA
RESUSITASI
Prinsip Umum
Melanjutkan dukungan kardiorespiratorik
Stabilitas suhu
Koreksi hipoglikemia, asidosis metabolik, abnormalitas
elektrolit
Penanganan hipotensi
S.T.A.B.L.E.
10. S.T.A.B.L.E Meningkatkan keamanan pasien
(manajemen, mencegah kemungkinan adanya
kesalahan, serta mengurangi efek samping).
STABLE petugas penolong bayi tidak melupakan
aspek-aspek penting dalam stabilisasi.
Praktek tidak mewajibkan harus sesuai dgn urutan
kata tersebut.
Stabilisasi neonatus yang tepat terbukti menurunkan
tingkat morbiditas dan mortalitas
11. Prinsip stabilisasi neonatus dalam
STABLE, terdiri dari:
S -- Sugar and Safe Care
T -- Temperature
A -- Airway
B -- Blood pressure
L -- Laboratory
E -- Emotional support
12. S (SUGAR AND SAFE CARE)
Langkah untuk menstabilkan kadar gula darah
neonatus.
Awal kehidupan kelangsungan pasokan nutrisi
terhenti setelah pemotongan tali pusat BBL
memerlukan kelangsungan nutrisi untuk
mempertahankan asupan glukosa.
Kecukupan glukosa diperlukan agar metabolisme sel
tetap berlangsung terutama sel otak.
13. Ada 3 faktor risiko yang mempengaruhi kadar gula
darah:
1. Cadangan glikogen terbatas
2. Hiperinsulinemia
3. Peningkatan penggunaan glukosa
Bayi prematur, BBLR, bayi yg ibunya DM, bayi sakit
berat risiko tinggi hipoglikemi
14. Skrining hipoglikemia:
Menggunakan darah kapiler
Dekstrostix
Simple, cukup akurat
Target gula darah : 50-110 mg/dl
Frekuensi :
Sebelum transpor
Diulang lagi saat akan ditranspor
Proses transpor
Bila hasil pemeriksaan I normal : tidak perlu diulang
15. Stabilisasi bayi:
Bila terjadi hipoglikemia Infus Dekstrosa 10%
Target : GIR = 4-6 mg/kg/menit
GIR = Kec cairan (cc/jam) x konsentrasi dekstrosa (%)
6 x berat (kg)
Pesan Penting (1)
Sebelum bayi dirujuk :
Pasang akses intra vena (Vena umbilikal, vena
perifer)
16. T (TEMPERATURE)
Hipotermi vasokonstriksi pembuluh darah
ketidakcukupan sirkulasi di jaringan tubuh
Hipotermia meningkatkan metabolisme untuk
meningkatkan kalori tubuh, meningkatkan
kebutuhan terhadap oksigen
suhu-gula darah-oksigen terkait erat.
17. Neonatus lebih mudah mengalami hipotermia daripada
hipertermia
Lingkungan ekstrauterin meningkatkan risiko hipotermia
karena lingkungan udara bukan cairan hangat
Kehilangan panas : konduksi, konveksi, evaporasi, dan
radiasi.
Suhu normal adalah 36,50C – 37,50C.
18. Hipotermia berat (< 320C) “uncompensated” sel
otak berisiko tinggi mengalami kematian sel &
ireversibel.
Bayi mempunyai risiko hipotermia:
Bayi prematur, BBLR
Bayi sakit berat
Bayi dengan resusitasi lama
Bayi dengan kelainan (bagian mukosa terbuka:
gastroschisis, spina bifida, omfalokel dll)
19. Pesan penting (2)
Mencegah hipotermia sangat penting. Lebih mudah mencegah
daripada mengatasi hipotermia dengan komplikasi.
Bayi kecil < 35 minggu: bungkus badan dgn kantong plastik, tutup
kepala
Saat resusitasi bayi: meja dan kain hangat
Mengeringkan bayi
Bila hipotermia segera hangatkan kembali (inkubator, alat penghangat,
lampu sorot, perawatan metode kanguru)
Saat menghangatkan kembali: jangan lupa pemberian oksigen,
kenaikan suhu bertahap (amati takikardi atau hipotensi) dan monitor
suhu
20. A (AIRWAY)
Masalah pernapasan sering dialami bayi yang
mendapat perawatan neonatal intensif
Saat resusitasi dilakukan upaya membuka alveoli paru,
pasca resusitasi alveoli paru belum sepenuhnya
terbuka.
Deteksi dini kegawatan napas & evaluasi terapi,
termasuk menilai progresifitas gangguan pernapasan
sangat peting Skor Downe.
21. Beberapa faktor predisposisi :
Prematuritas
Persalinan SC
Sindroma aspirasi mekoneum (MAS)
Proses inflamasi
Pneumotoraks: komplikasi, spontan
Masalah lain di luar paru (hipotermia, hipoglikemia,
kelainan jantung, dll)
Problem sumbatan jalan napas
22. 0 1 2
Frekuensi Nafas < 60x/menit 60-80 x/menit >80x/menit
Retraksi Tidak ada
retraksi
Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang
dengan O2
Sianosis menetap
walaupun diberi O2
Air Entry Udara masuk Penurunan
ringan udara
masuk
Tidak ada udara
masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar
dengan
stetoskop
Dapat didengar
tanpa alat bantu
22
Evaluasi Gangguan Napas Skor Downe
23. Skor < 4 gangguan pernapasan ringan
Skor 4 – 5 gangguan pernapasan sedang
Skor > 6 gangguan pernapasan berat
(pemeriksaan gas darah harus
dilakukan)
23
Evaluasi Gangguan Napas Skor Downe
24. Selain mengamati tanda kegawatan pernapasan, penting untuk
menilai:
Kebutuhan O2 & peningkatan kebutuhan
Komplikasi akibat hipoksia & hiperkarbia
Perfusi perifer, tekanan darah
Neurologis : kesadaran, aktifitas, ada tidaknya kejang
Produksi urin
Tanda-tanda akan terjadi kegagalan pernapasan
Pernapasan megap-megap
Tidak berespons dengan pemberian O2
Bila memungkinkan : AGD (data penting: pCO2 dan BE)
25. PESAN PENTING (3)
Stabilisasi pernapasan :
Pastikan jln napas terbuka.
Jika ada gawat napas, pertahankan jalan napas tetap
terbuka dgn cara atur posisi & isap lendir, ventilasi
dgn masker, intubasi dan beri napas buatan
(penggunaan sungkup laring bisa merupakan
alternatif, bila tidak memungkinkan intubasi),
suplemen O2
Pasang pipa orogastrik utk dekompresi lambung.
26. PESAN PENTING (4)
Pada bayi dengan ventilasi adekuat, namun tidak
menunjukkan perbaikan bermakna, pertimbangkan
kemungkinan :
Hernia diafragmatika
Pneumotoraks
PPHN
Sumbatan jalan napas atas
Anemia
27. B (BLOOD PRESSURE)
Syok terjadi akibat adanya gangguan perfusi dan
oksigenasi organ
Penyebab tersering pd neonatus adalah
1. Kehilangan darah saat intrauterin/persalinan
2. Kehilangan darah setelah lahir
3. Dehidrasi
29. Prinsip penanganan
1. Identifikasi syok
2. Beri bantuan ventilasi
3. Beri cairan fisiologis 10 cc/kg BB
4. Sambil cari penyebab
5. Hindari terapi Biknat secara agresif
6. Bila perlu berikan Dopamine 5-10 mcg/kg/menit
30. PESAN PENTING (5)
Bayi dgn gangguan pernapasan, selalu pikirkan
kemungkinan terjadinya insufisiensi sirkulasi
Merujuk bayi dengan gangguan napas, selain bantuan
ventilasi, jangan lupa memasang akses vaskular + bolus
NaCl 0,9% 10cc/kgBB (30-60 menit)
Hindari pemberian biknat (tidak rutin), intravaskular
harus diisi lebih dahulu. (Pemberian biknat yang agresif,
selain berbahaya terhadap jaringan tubuh, juga memicu
iskemi sel otak).
31. L (LABORATORY)
Pada bayi yang akan dirujuk, wajib dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk kemungkinan infeksi
(bila fasilitas memadai). Perlu dilakukan juga pada bayi
berisiko infeksi. Faktor risiko tersering:
KPD > 18 jam
Ibu dengan riwayat korioamnionitis
Ibu sakit (infeksi) menjelang persalinan, misalnya
keputihan, diare, suhu ibu > 380C, persalinan
prematur, bayi dengan riwayat gawat janin.
32. PESAN PENTING (6)
Pemeriksaan laboratorium pada neonatus:
Hitung jenis, Jumlah lekosit, IT ratio, trombosit
Kultur darah
Gula darah
Analisis gas darah (bila mungkin)
Bila dicurigai adanya infeksi, berikan antibiotika sesaat
sebelum bayi dirujuk. Menanggulangi infeksi dengan gejala
yang lebih jelas atau dengan komplikasi akan lebih sulit.
33. E (EMOTIONAL SUPPORT)
Kelahiran anak merupakan saat yang dinantikan dan
membahagiakan.
Bila kondisi tidak seperti yang diharapkan akan
mengganggu emosi. Orangtua biasanya akan memiliki
perasaan bersalah, menyangkal, marah, tidak percaya,
merasa gagal, takut, saling menyalahkan, depresi.
Dukungan emosi terhadap orangtua atau keluarga bayi
sangat penting.
34. Petugas kesehatan perlu juga mendapat dukungan emosi,
perawat/bidan adalah ujung tombak dalam perawatan bayi.
Sebelum bayi dirujuk, bila kondisi ibu memungkinkan, beri
ibu kesempatan utk melihat bayinya, beri dorongan ibu untuk
kontak dengan bayinya. Beri kesempatan bagi ayah untuk
sesering mungkin kontak dengan bayinya, biarkan ayah
mengambil gambar atau video.
Beri dorongan dan keyakinan pada ibu untuk tetap
memberikan ASI kepada bayinya, dengan melakukan pompa
dan mengirim ASI ke rumah sakit dimana bayi dirujuk.
35. Hal yg perlu dipersiapkan utk disampaikan kepada tim
transpor adalah:
Informed consent
Catatan medis ibu
Catatan medis bayi
Hasil laboratorium atau radiologi
Pemberian terapi yg sdh diberikan & yg akan
diberikan
36. YANG PERLU DIPERHATIKA
SELAMA
RESUSITASI/PERJALANAN
Petugas dlm tim yg menyertai saat perjalanan hrs
terlatih dlm melakukan resusitasi neonatus
Semua perlengkapan yg diperlukan hrs tersdia dan
berfungsi baik
Jangan menunggu nilai Apgar utk memulai resusitasi
Neonatus hrs kering, mencegah kehilangan panas
37. YANG PERLU DIPERHATIKAN
SELAMA
RESUSITASI/PERJALANAN
Posisi harus diatur agar jalan napas tetap terbuka
Saluran napas atas hrs dibersihkan dgn menggunakan
bola karet penghisap, isap lendir dari mulut dulu
kemudian dari hidung
Letakkan neonatus dlm inkubator, bila mungkin
Pada kondisi lingkungan (cuaca dingin, angin kencang,
dataran tinggi, jarak jauh) dan fasilitas kurang memadai,
upaya pengendalian suhu neonatus selama proses
transportasi dapat dilakukan metoda kanguru