SlideShare a Scribd company logo
1 of 48
Anang Mury Kurniawan
anangmury@gmail.com
Y = C + I
PPh PPN PBB
anangmury@gmail.com
 Sales Tax / Pajak Penjualan (PPn)
 Value Added Tax (VAT) / Pajak Pertambahan
Nilai (PPN)
anangmury@gmail.com
 Pajak Pembangunan I (PPb I)
 Mulanya sukarela
 1 Juni 1947 resmi dipungut atas rumah makan
 UU No 32 Tahun 1956 dilimpahkan ke Pemda
 Pajak Peredaran 1950 (Ppe 1950)
 Dikenakan atas penyerahan barang/jasa di Indonesia
 Dikenakan tiap jalur distribusi
 Satu tarif (single rate) 2,5%
 Bersifat kumulatif
 Pajak Penjualan (PPn 1951)
 UU Darurat No 19 Tahun 1951, berlaku 1 Oktober 1951
 Ditingkatkan jadi Undang-Undang dg UU No 35 tahun 1953
 Single stage tax pada tingkat pabrikan (manufacturer’s sales tax)
 Mengalami perluasan objek 18 jenis jasa
 Mengalami perluasan objek umtuk impor
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN 1984)
anangmury@gmail.com
 UU PPn 1951
 Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1951, Pajak
Penjualan berlaku di Indonesia sejak 1 Oktober 1951 
Undang-undang ini dinamakan UU PPn 1951
 Dengan Undang Undang Nomor 35 Tahun 1953, UU
Darurat tersebut ditetapkan menjadi Undang-undang
 UU PPN 1984
 dalam “Reformasi Sistem Perpajakan Nasional 1983” yang
lebih dikenal dengan sebutan “Tax Reform 1983”, diganti
dengan Pajak Pertambahan Nilai.
anangmury@gmail.com
 UU PPn 1951 telah berulang kali diubah sehingga sulit dipahami
sehingga sulit dilaksanakan;
 dalam pelaksanaannya UU PPn 1951 menimbulkan pengenaan
pajak berganda sehingga PPn menjadi tidak netral baik dalam
perdagangan di dalam negeri maupun internasional;
 mengandung dualisme sistem pemungutan, yaitu bagi wajib pajak
yang mampu menyelenggarakan pembukuan menggunakan “self
assessment system” sedangkan bagi yang tidak mampu
menyelenggarakan pembukuan menggunakan “official
assessment system”.
 variasi tarif yang cukup banyak, sampai 9 macam tarif,
menyulitkan tindakan pengawasan terhadap kepatuhan wajib
pajak.
 Tidak mendorong ekspor
 Tidak mengatasi penyelundupan
anangmury@gmail.com
 Mencegah pengenaan pajak berganda
 Netral dalam perdagangan dalam dan luar negeri
 Membantu likuiditas pengusaha. PPN atas perolehan barang
modal dapat diperoleh kembali pada bulan perolehan, sesuai
dengan consumption type VAT dan indirect subtraction
method
 Dari sudut pandang negara mendapat predikat money
maker karena konsumen selaku pemikul beban pajak tidak
merasa dibebani oleh pajak tersebut sehingga memudahkan
fiskus memungutnya
anangmury@gmail.com
 Biaya administrasi tinggi bila dibandingkan dengan pajak
tidak langsung lainnya, baik dari administrasi fiskus maupun
WP
 Menimbulkan dampak regresif, yaitu semakin tinggi tingkat
kemampuan konsumen, semakin ringan beban pajakyang
dipikul, sebaliknya semakin rendah tingkat kemampuan
konsumen, semakin berat beban pajakyang dipikul. Dampak
ini timbul dari konsekuensi karakteristik PPN sebagai pajak
objektif
 PPN rawan penyelundupan. Akibat dari mekanisme
pengkreditan pajak masukan yg merupakan upaya
memperoleh kembali pajak yang sudah dibayar oleh
pengusaha
 Menuntut pengawasan yang lebih tinggi
anangmury@gmail.com
 Pajak Tidak Langsung
 Pajak Objektif
 Pajak atas konsumsi umum dalam negeri
 Multi Stage Tax
 Indirect Subtraction Method/Credit Method/Invoice
Method
 Bersifat netral
 Tidak menimbulkan pengenaan pajak berganda
 Menggunakan tarif tunggal
anangmury@gmail.com
 Karakter PPN sebagai pajak tidak langsung ini menimbulkan
konsekuensi yuridis bahwa antara pemikul beban pajak
(destinataris pajak) dengan penanggung jawab atas penyetoran
pa-jak ke kas negara berada pada pihak-pihak yang berbeda.
 Pemikul beban pajak ini berada pada pembeli Barang Kena Pajak
(BKP) atau penerima Jasa Kena Pajak (JKP).
 Sedangkan penang-gung jawab atas pelaporan/penyetoran pajak
ke kas negara adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
bertindak selaku penjual BKP atau pengusaha JKP selaku
pengusaha yang me-nyerahkan JKP.
 Oleh karena itu apabila terjadi penyimpangan pemungutan PPN,
fiskus akan meminta pertanggungjawaban kepada Penjual BKP
atau Pengusaha JKP tersebut, bukan kepada pembeli, walaupun
pembeli kemungkinan juga berstatus sebagai PKP
anangmury@gmail.com
 Sebagai Pajak Tidak Langsung, pengertian Pajak
Pertambahan Nilai dapat dirumuskan berdasar dua sudut
pandang sebagai berikut:
 Sudut pandang ilmu ekonomi, beban pajak dialihkan kepada pihak
lain, yaitu pihak yang akan mengkonsumsi barang atau jasa yang
menjadi obyek pajak.
 Sudut pandang ilmu hukum, tanggung jawab pembayaran pajak
kepada kas negara tidak berada ditangan pihak yang memikul beban
pajak. Sudut pandang ilmu hukum ini membawa konsekuensi filosofis
bahwa :
▪ apabila pembeli atau penerima jasa telah membayar pajak yang
terutang kepada penjual atau pengusaha jasa, pada hakekatnya
sama dengan telah membayar pajak tersebut ke kas negara.
▪ dalam hal (PKP) penjual tidak memungut pajak dari pembeli
dengan alasan apapun, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penjual, bukan tanggung jawab pembeli.
anangmury@gmail.com
 Timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh peristiwa atau
perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut
objek pajak.
 Kondisi subjektif subjek pajak tidak ikut menentukan.
 PPN tidak membedakan antara konsumen orang pribadi dengan
konsumen berbentuk badan, antara konsumen yang
berpenghasilan tinggi dengan yang berpenghasilan rendah.
Sepanjang mereka mengonsumsi barang atau jasa dari jenis yang
sama, mereka diperlakukan sama.
 Sebagai pajak objektif PPN menimbulkan dampak regresive yaitu
semakin tinggi kemampuan konsumen semakin ringan beban
pajak yang dipikul, semakin rendah kemampuan konsumen,
semakin berat beban pajak yang dipikul. Untuk mengurangi
dampak regresif ini, terhadap konsumen yang mengonsumsi BKP
yang tergolong mewah dikenakan PPnBM di samping PPN.
anangmury@gmail.com
 Pajak atas konsumsi mengandung makna
bahwa :
 PPN bukan pajak atas kegiatan bisnis.
 Pemikul beban pajak adalah konsumen.
anangmury@gmail.com
 Sebagai pajak atas konsumsi sebenarnya tujuan akhir PPN
adalah mengenakan pajak atas pengeluaran untuk konsumsi
(a tax on consumption expenditure) baik yang dilakukan
oleh perseorangan maupun oleh badan baik badan swasta
maupun badan Pemerintah dalam bentuk belanja barang
atau jasa yang dibebankan pada APBN/APBD.
 Karena konsumen tidak semata mata mengonsumsi barang‑
tetapi juga mengonsumsi jasa, maka PPN selain dikenakan
atas konsumsi barang juga dikenakan atas konsumsi jasa.
anangmury@gmail.com
 Spesifikasi “dalam negeri”, merupakan refleksi dari
prinsip destinasi (destination principle) yang diadopsi
dalam UU PPN 1984.
 Sebagai pajak atas konsumsi umum dalam negeri,
PPN hanya dikenakan atas konsumsi BKP dan/atau
JKP yang dilakukan di dalam negeri. Oleh karena
itu, komoditi impor dike-nakan PPN dengan
persentase yang sama dengan produk domestik.
anangmury@gmail.com
 Dalam kaitan dengan arus barang atau jasa
yang melintas batas wilayah negara (cross
border area), PPN mengenal dua prinsip
pemungutan, yaitu :
 Prinsip tempat asal (origin principle);
 Prinsip tempat tujuan (destination principle).
anangmury@gmail.com
 Apabila dikehendaki ada sifat netral PPN dibidang
perdagangan internasional, maka prinsip yang
dianut adalah prinsip tempat tujuan (destination
principle).
 Dalam prinsip ini, komoditi impor akan
menanggung beban pajak yang sama dengan
barang produksi dalam negeri. Karena kedua jenis
komoditi tersebut sama-sama dikonsumsi di dalam
negeri, maka akan dikenakan pajak dengan beban
yang sama.
anangmury@gmail.com
 Karakteristik PPN sbg pajak konsumsi
menempatkan PPN pada posisi netral yaitu netral
baik atas pola konsumsi, pola produksi maupun pola
distribusi.
 Netralitas PPN dibentuk oleh dua faktor yaitu :
 PPN dikenakan baik atas konsumsi barang maupun jasa.
 Dalam pemungutannya, PPN menganut prinsip tempat
tujuan (destination principle).
anangmury@gmail.com
Pasal 7 (UU No. 42 Tahun 2009)
(1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).
(2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:
a. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan
c. ekspor Jasa Kena Pajak.
(3) Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi paling rendah 5%
(lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubahan tarifnya diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
anangmury@gmail.com
 Dalam conpsumtion type value added tax semua pembelian
yang digunakan untuk produksi yaitu pembelian BKP
termasuk barang modal dikurangkan dari penghitungan nilai
tambah.
 Jadi dasar pengenaan pajaknya terbatas pada pembelian
untuk keperluan konsumsi.
 Tidak terjadi pengenaan pajak lebih dari satu kali terhadap
barang modal, karena pembelian barang modal dikeluarkan
dari dasar pengenaan pajak.
 Hal ini memberi sifat netral PPN terhadap pola produksi.
Pengusaha bebas memilih apakah mau menggunakan
sistem produksi padat modal atau padat karya, PPN tidak
akan ikut menentukan.
anangmury@gmail.com
 PPN tipe konsumsi ini memiliki beberapa nilai positif, yaitu:
 Membantu likuiditas perusahaan, karena seluruh Pajak Masukan atas
pembelian BKP ternmasuk Barang Modal yang digunakan dalam
proses produksi segera dapat dikreditkan.
 Menunjang iklim investasi yang sehat.
 Mendorong pengusaha secara berkala melakukan regenesari alat
produksi barang modal karena dikenakan pajak tidak lebih dari satu
kali.
 Tidak menimbulkan pengenaan pajak berganda (bersifat non
kumulasi).
anangmury@gmail.com
 Indirect Subtraction Method adalah metode
penghitungan PPN yang akan disetor ke kas
negara dengan cara mengurangkan pajak
atas perolehan dengan pajak atas
penyerahan barang atau jasa
anangmury@gmail.com
 Untuk menghitung PPN atas nilai tambah dapat dilakukan
melalui tiga metode yaitu :
 Subtraction method (metode pengurangan secara langsung), yaitu
dengan cara mengalikan tarif PPN dengan selisih antara harga jual
dengan harga beli.
 Indirect subtraction method (metode pengurangan secara tidak
langsung), yaitu dengan cara mengurangkan PPN yang dipungut oleh
penjual atau pengusaha jasa atas penyerahan barang atau jasa,
dengan PPN yang dibayar kepada penjual atau pengusaha jasa lain
atas perolehan barang atau jasa.
 Addition method (metode penghitungan nilai tambah), yaitu
mengalikan tarif PPN dengan hasil penjumlahan unsur-unsur nilai
tambah.
anangmury@gmail.com
PPN
SISTIM PEMUNGUTAN
PPN atas
Nilai Tambah
HARGA BELI
BH BAKU = 500
BH PEMBANTU= 300
SUKU CADANG
DLL. = 200
-----------
JUMLAH = 1000
BIAYA
PENYUSUTAN = 50
BUNGA = 100
GAJI/UPAH = 300
MANAJEMEN = 150
LABA USAHA = 100
----------
JUMLAH = 700
HARGA JUAL
1700
Nilai Tambah
700
SUBTRACTION ADDITION
INDIRECT
SUBTRACTION/
CREDIT/INVOICE
METODE PENGHITUNGAN
(Calculation Method)
HARGA JUAL = 1.700
HARGA BELI = 1.000
DPP = 700
PPN 10% = 70
HARGA JUAL = 1.700
PPN = 10% x 1.700 = 170
HARGA BELI = 1.000
PPN = 10% x 1.000 = 100
PPN TERUTANG UNTUK
DISETOR KE KAS NEGARA = 70
PENYUSUTAN = 50
BUNGA = 20
SEWA = 80
GAJI/ UPAH = 300
MANAJEMEN = 150
LABA USAHA = 100
Juml ah = 700
PPN 10% = 70
SUBTRACTION METHOD
ADDITION METHOD
INDIRECT SUBTRACTION/
INVOICE/CREDIT METHOD
anangmury@gmail.com
 Diantara tiga metode tersebut, UU PPN Indonesia menganut
“indirect subtraction method” (metode pengurangan tidak
langsung).
 Untuk mendeteksi atau menguji kebenaran jumlah pajak
yang terutang atas perolehan dan jumlah pajak yang
terutang atas penyerahan tersebut diperlu-kan suatu
dokumen pendukung.
 Dokumen ini dinamakan “tax invoice” (Faktur Pajak), oleh
karena itu metode ini dinamakan juga “Invoice Method”.
 Oleh karena itu Faktur Pajak merupa-kan persyaratan
mutlak dalam indirect subtraction method.
anangmury@gmail.com
 Dalam hukum pajak, kegiatan me-ngurangkan pajak dengan
pajak dinamakan “tax credit”, oleh karena itu metode ini
juga dina-makan “credit method” yaitu mengkreditkan pajak
yang dibayar kepada penjual atau pengusaha jasa yang
dinamakan “Pajak Masukan” (input tax) dengan pajak yang
dipungut dari pembeli atau penerima jasa yang dinamakan
“Pajak Keluaran” (output tax).
 Dalam kalimat yang lebih sederhana dan populer adalah
mengreditkan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran.
anangmury@gmail.com
 Multi stage tax adalah karakteristik PPN yang
mempunyai makna PPN dikenakan pada setiap
mata rantai jalur produk-si maupun jalur distribusi.
 Setiap penyerahan barang yang menjadi obyek
PPN mulai dari tingkat pabrikan (manufacturer)
kemudian ditingkat pedagang besar (wholesaler)
dalam berbagai bentuk atau nama sampai dengan
tingkat pedagang pengecer (retailer) dikenakan
PPN.
MULTI STAGE LEVY namun NON KUMULATIF
PABRIKAN
PEDAGANG BESAR
PEDAGANG ECERAN
KONSUMEN
BKP
BKP
BKP
HARGA JUAL =1.000.000
HARGA BELI =1.000.000
NILAI TAMBAH = 300.000
HARGA JUAL =1.300.000
HARGA BELI = 1.300.000
NILAI TAMBAH = 200.000
HARGA JUAL= 1.500.000
PPN 10%
100.000
PPN 10%
130.000
PPN 10%
150.000
PK =
100.000
PM = 130.000
BEBAN PAJAK
PPN =
30.000
PPN =
20.000
PPN =
100.000
KN
KN
KN
PK = 150.000
PK = 130.000
PM = 100.000
PERBANDINGAN PPn KUMULATIF& PPN NON KUMULATIF
PABRIKAN
PEDAGANG
BESAR
PEDAGANG
ECERAN
KONSUMEN
HARGA JUAL
1.000.000
HARGA BELI = 1.000.000
NILAI TAMBAH= 300.000
HARGA JUAL = 1.300.000
HARGA BELI = 1.300.000
NILAI TAMBAH = 200.000
HARGA JUAL= 1. 500.000
PPN
100.000
PPN
130.000
PPN
150.000
HARGA JUAL
1.000.000
HARGA BELI = 1.100.000
NILAI TAMBAH = 300.000
HARGA JUAL=1.400.000
HARGA BELI = 1.540.000
NILAI TAMBAH = 160.000
HARGA JUAL =1. 700.000
PPn
100.000
PPn
140.000
PPn
170.000
KAS NEGARA
PPN
30.000
KAS NEGARA
PPN
20.000
KUMULATIF NON KUMULATIF
Perbandingan antara
PPn kumulatif dg PPN non kumulatif
anangmury@gmail.com
 Mekanisme umum
 Mekanisme khusus
anangmury@gmail.com
 PKP yg melakukan penyerahan BKPJKP) wajib memungut PPN
daripembeli/penerima BKP/JKP dg membuat FP.
 PPN yg tercantum dlm FP merupakan PK (Out Put Tax) bagi PKP Penjual
BKP/JKP, yg sifatnya sbg pjk yg harus dibayar (hutang pjk).
 Pada waktu PKP di atas melakukan pembelian/perolehan BKP/JKP yg
dikenakan PPN, PPN tersebut merupakan PM (Out Put Tax), yg sifatnya
sbg pajak yg dibayar di muka, sepanjang BKP/JKP yg dibeli tersebut
berhubungan langsung dengan kegiatan usahanya.
 Untuk setiap masa pajak (setiap bulan), apabila jumlah PK lebih besar
dari pada PM, maka selisihnya harus disetor ke Kas Negara. Dan
sebaliknya, apabila jumlah PM lebih besar dari pada PK, maka selisih
tersebut dapat di kompensasi ke masa pajak berikutnya atau diminta
kembali (restitusi)
 Pengusaha Kena Pajak di atas wajib menyampaikan Laporan
Perhitungan PPN setiap bulan (SPT Masa PPN) ke Kantor Pelayanan
Pajak
anangmury@gmail.com
 Secara umum PPN yg terutang atas transaksi penyerahan
BKP/JKP dipungut oleh PKP Penjual. Dg demikian, pembeli
BKP/JKP yg bersangkutan wajib membayar kpd PKP Penjual sbsr
harga jual ditambah PPN yg terutang
 Namun demikian, apabila yg bertindak sebagai pembeli BKP/JKP
tsb berstatus Pemungut PPN (Pembeli Khusus), PPN yg terutang
atas transaksi penyerahan BKP/JKP tidak dipungut oleh PKP
Penjual, malainkan disetor langsung ke kas negara oleh
Pemungut PPN tsb. Dg demikian, Pemungut PPN hanya
membayar kpd PKP Penjual sebesar harga jual, sedangkan PPN-
nya (10%) disetor langsung ke kas negara.
 Pemungut PPN (Pembeli Khusus) terdiri dari ;
 Bendahara Pemerintah
 Kontraktor Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi
anangmury@gmail.com
UU Nomor 8 tahun 1983
dengan nama “UU PPN 1984”
Mulai berlaku 1
April 1985
Diubah dengan
UU Nomor 11 Tahun 1994
Mulai berlaku
1 Januari 1995
Diubah dengan
UU Nomor 18 Tahun 2000
Mulai berlaku
1 Januari 2001
Diubah dengan
UU Nomor 42 Tahun 2009
Mulai berlaku
1 April 2010
Pasal 20 UU No 8 Tahun 1983 "Undang-undang ini dapat disebut Undang-
undang Pajak Pertambahan Nilai 1984“
Pasal ini sampai UU No 42 Tahun 2009 tidak diubah sehingga masih
menggunakan istilah UU PPN 1984
anangmury@gmail.com
 BAB I KETENTUAN UMUM
 Pasal 1 Pengertian
 Pasal 1A Ruang Lingkup Penyerahan Barang Kena Pajak
 Pasal 2 Transaksi Hubungan Istimewa
 BAB II PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA
PAJAK
 Pasal 3 Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
anangmury@gmail.com
 BAB IIA KEWAJIBAN MELAPORKAN
USAHA DAN KEWAJIBAN MEMUNGUT,
MENYETOR DAN MELAPORKAN PAJAK
YANG TERUTANG
 Pasal 3A Pengusaha Kena Pajak, Pengusaha
Kecil, BKP tida berwujud dan JKP dari Luar
Daerah Pabean
anangmury@gmail.com
 BAB III OBJEK PAJAK
 Pasal 4 Obyek Pajak Pertambahan Nilai
 Pasal 4A Jenis Barang dan Jasa Tidak Kena
Pajak
 Pasal 5 Obyek PPnBM
 Pasal 5A Retur Penjualan/Pembelian
 Pasal 6 (dihapus)
anangmury@gmail.com
 BAB IV TARIF PAJAK DAN CARA
MENGHITUNG PAJAK
 Pasal 7 Tarif Pajak Pertambahan Nilai
 Pasal 8 Tarif PPnBM
 Pasal 8A Cara Menghitung PPN
 Pasal 9 Pajak Masukan dan Pajak Keluaran
 Pasal 10 Cara Menghitung PPnBM
anangmury@gmail.com
 BAB V SAAT DAN TEMPAT TERUTANG DAN
LAPORAN PENGHITUNGAN PAJAK
 Pasal 11 Saat Terutang Pajak
 Pasal 12 Tempat Terutang Pajak
 Pasal 13 Faktur Pajak
 Pasal 14 Larangan Membuat Faktur Pajak
 Pasal 15 ((dihapus)
 Pasal 15a Jangka Waktu Penyetoran Pajak dan
Penyampaian SPT Masa
 Pasal 16 ((dihapus)
anangmury@gmail.com
 BAB V A KETENTUAM KHUSUS
 Pasal 16A Pemungut PPN
 Pasal 16B Fasilitas Pajak
 Pasal 16C PPN Kegiatan Membangun Sendiri
 Pasal 16D PPN atas Penyerahan Aktiva Yang Menurut
Tujuan semula Tidak Untuk Diperjualbelikan
 Pasal 16E Permintaan Kembali PPN dan PPnBM
 Pasal 16F Tanggung Jawab Renteng Pembayaran Pajak
anangmury@gmail.com
 BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN
 Pasal 17 Tata Cara Pemungutan (lex specialist)
 BAB VII KETENTUAN PERALIHAN
 Ketentuan peralihan
 BAB VIII KETENTUAN PENUTUP
 Pasal 19 Ketentuan tentang peraturan pelaksanaan
 Pasal 20 Nama UU PPN 1984
 Pasal 21 Mulai Berlaku UU PPN
anangmury@gmail.com
 Cari bukti di dalam pasal-pasal UU PPN yang
mendukung bahwa PPN di Indonesia memiliki
karakteristik :
 Pajak Tidak Langsung
 Pajak Objektif
 Pajak atas konsumsi dalam negeri, menganut
destination principle
 Multi stage tax
 Indirect subtraction method
anangmury@gmail.com
 Pajak Tidak Langsung
 Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c
 Pasal 3 A  Pengusaha yang melakukan penyerahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a,
huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h, kecuali pengusaha
kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak dan wajib memungut, menyetor,
dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang terutang.
anangmury@gmail.com
 Penyimpangan :
 Pasal 4 ayat (1) huruf b, huruf d, huruf e
 Pasal 3 A ayat (3) Orang pribadi atau badan yang
memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari
luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam pasal 4
ayat (1) huruf d dan/atau yang memanfaatkan Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e wajib memungut, menyetor,
dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
yang penghitungan dan tata caranya diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan.
anangmury@gmail.com
 Pasal 4
 Faktor subjektif  yang memikul beban pajak
bukan dalam arti yang bertanggung jawab
terhadap pembayaran ke negara
 dalam pasal 4 tidak menyebut konsumen
anangmury@gmail.com
 Pasal 4 ayat 1
 huruf a  penyerahan dalam daerah pabean
 huruf c  penyerahan dalam daerah pabean
anangmury@gmail.com
 Pasal 4 ayat (1) huruf a, c, f, g,h
 Pasal 1 angka 15  Pengusaha Kena Pajak
adalah Pengusaha yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai
pajak berdasarkan Undang-Undang ini.
anangmury@gmail.com
 Pasal 9 ayat 2  Pajak Masukan dalam suatu
Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak
Keluaran dalam Masa Pajak yang sama.
 Pasal 13

More Related Content

What's hot

PPN pengkreditan pajak masukan
PPN   pengkreditan pajak masukanPPN   pengkreditan pajak masukan
PPN pengkreditan pajak masukankaromah95
 
Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMIcha Icha
 
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.SiPPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.SiIqbal Fauzi
 
pengantar Akuntansi perpajakan
pengantar Akuntansi perpajakan pengantar Akuntansi perpajakan
pengantar Akuntansi perpajakan Asep suryadi
 
PPN Faktur Pajak
PPN   Faktur PajakPPN   Faktur Pajak
PPN Faktur Pajakkaromah95
 
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Pengembalian Kelebihan Pembayaran PajakPengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Pengembalian Kelebihan Pembayaran PajakFair Nurfachrizi
 
akuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutangakuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutangrisfanpratama
 
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)M Abdul Aziz
 
Tugas analisis p3 b (autosaved)
Tugas analisis p3 b (autosaved)Tugas analisis p3 b (autosaved)
Tugas analisis p3 b (autosaved)dianiwidya
 
Sia penerimaan kas ppt
Sia penerimaan kas pptSia penerimaan kas ppt
Sia penerimaan kas pptppt education
 
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoHerna Ferari
 

What's hot (20)

PPN pengkreditan pajak masukan
PPN   pengkreditan pajak masukanPPN   pengkreditan pajak masukan
PPN pengkreditan pajak masukan
 
Ppn & p pn bm
Ppn & p pn bmPpn & p pn bm
Ppn & p pn bm
 
Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBM
 
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.SiPPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
 
pengantar Akuntansi perpajakan
pengantar Akuntansi perpajakan pengantar Akuntansi perpajakan
pengantar Akuntansi perpajakan
 
Perbedaan PSAK dan SAK ETAP
Perbedaan PSAK dan SAK ETAPPerbedaan PSAK dan SAK ETAP
Perbedaan PSAK dan SAK ETAP
 
Pph 22
Pph 22Pph 22
Pph 22
 
PPN Faktur Pajak
PPN   Faktur PajakPPN   Faktur Pajak
PPN Faktur Pajak
 
Psak 30-sewa-isak-8-120212
Psak 30-sewa-isak-8-120212Psak 30-sewa-isak-8-120212
Psak 30-sewa-isak-8-120212
 
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Pengembalian Kelebihan Pembayaran PajakPengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
 
akuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutangakuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutang
 
Presentasi PPh pasal 22
Presentasi PPh pasal 22Presentasi PPh pasal 22
Presentasi PPh pasal 22
 
PPN objek
PPN objekPPN objek
PPN objek
 
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
 
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21PPh Pasal 21
PPh Pasal 21
 
Pertemuan 3 2
Pertemuan 3 2Pertemuan 3 2
Pertemuan 3 2
 
Tugas analisis p3 b (autosaved)
Tugas analisis p3 b (autosaved)Tugas analisis p3 b (autosaved)
Tugas analisis p3 b (autosaved)
 
Sia penerimaan kas ppt
Sia penerimaan kas pptSia penerimaan kas ppt
Sia penerimaan kas ppt
 
Kup pemeriksaan pajak
Kup pemeriksaan pajakKup pemeriksaan pajak
Kup pemeriksaan pajak
 
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
 

Viewers also liked

KB 1 - Dasar-dasar PPN
KB 1 - Dasar-dasar PPNKB 1 - Dasar-dasar PPN
KB 1 - Dasar-dasar PPNDudi Wahyudi
 
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri Saputra
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri SaputraPAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri Saputra
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri SaputraIndah Mawarni
 
Objek Pajak Penghasilan
Objek Pajak PenghasilanObjek Pajak Penghasilan
Objek Pajak PenghasilanBbe Mee
 
PErnyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan
PErnyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilanPErnyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan
PErnyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilanchuichoco
 
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
PAJAK PERTAMBAHAN NILAIPAJAK PERTAMBAHAN NILAI
PAJAK PERTAMBAHAN NILAIARIEF DJUNAEDI
 
Penipuan dan teknik penyalahgunaan komputer
Penipuan dan teknik penyalahgunaan komputer Penipuan dan teknik penyalahgunaan komputer
Penipuan dan teknik penyalahgunaan komputer Luthansa
 
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung PajakDasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung PajakBbe Mee
 
Interpersonal Skill sesi 3
Interpersonal Skill sesi 3Interpersonal Skill sesi 3
Interpersonal Skill sesi 3Judhie Setiawan
 
Hukum pajak internasional
Hukum pajak internasionalHukum pajak internasional
Hukum pajak internasionalLeite Bayukaka
 
PPN Dibebaskan Atas BKP Tertentu
PPN Dibebaskan Atas BKP TertentuPPN Dibebaskan Atas BKP Tertentu
PPN Dibebaskan Atas BKP TertentuDudi Wahyudi
 
Mengenal dan mengembangkan multi intelegensi anak didik , novi catur m
Mengenal dan mengembangkan multi intelegensi anak didik , novi catur mMengenal dan mengembangkan multi intelegensi anak didik , novi catur m
Mengenal dan mengembangkan multi intelegensi anak didik , novi catur mUniversitas Islam Balitar
 
Investor Relations Concept
Investor Relations ConceptInvestor Relations Concept
Investor Relations ConceptJudhie Setiawan
 
Mengenal Perilaku Konsumen
Mengenal Perilaku KonsumenMengenal Perilaku Konsumen
Mengenal Perilaku KonsumenJudhie Setiawan
 
Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)
Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)
Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)Andria Bin Muhayat
 
Hasil laporan praktek kerja lapangan
Hasil laporan praktek kerja lapanganHasil laporan praktek kerja lapangan
Hasil laporan praktek kerja lapanganGielank Manaloe
 

Viewers also liked (20)

KB 1 - Dasar-dasar PPN
KB 1 - Dasar-dasar PPNKB 1 - Dasar-dasar PPN
KB 1 - Dasar-dasar PPN
 
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri Saputra
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri SaputraPAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri Saputra
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri Saputra
 
Objek Pajak Penghasilan
Objek Pajak PenghasilanObjek Pajak Penghasilan
Objek Pajak Penghasilan
 
PErnyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan
PErnyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilanPErnyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan
PErnyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan
 
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
PAJAK PERTAMBAHAN NILAIPAJAK PERTAMBAHAN NILAI
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
 
Penipuan dan teknik penyalahgunaan komputer
Penipuan dan teknik penyalahgunaan komputer Penipuan dan teknik penyalahgunaan komputer
Penipuan dan teknik penyalahgunaan komputer
 
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung PajakDasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
 
Ppn dan ppnbm
Ppn dan ppnbmPpn dan ppnbm
Ppn dan ppnbm
 
Al quran-pdf-terjemah
Al quran-pdf-terjemahAl quran-pdf-terjemah
Al quran-pdf-terjemah
 
Interpersonal Skill sesi 3
Interpersonal Skill sesi 3Interpersonal Skill sesi 3
Interpersonal Skill sesi 3
 
Hukum pajak internasional
Hukum pajak internasionalHukum pajak internasional
Hukum pajak internasional
 
PPN Dibebaskan Atas BKP Tertentu
PPN Dibebaskan Atas BKP TertentuPPN Dibebaskan Atas BKP Tertentu
PPN Dibebaskan Atas BKP Tertentu
 
Mengenal dan mengembangkan multi intelegensi anak didik , novi catur m
Mengenal dan mengembangkan multi intelegensi anak didik , novi catur mMengenal dan mengembangkan multi intelegensi anak didik , novi catur m
Mengenal dan mengembangkan multi intelegensi anak didik , novi catur m
 
Investor Relations Concept
Investor Relations ConceptInvestor Relations Concept
Investor Relations Concept
 
Mengenal Perilaku Konsumen
Mengenal Perilaku KonsumenMengenal Perilaku Konsumen
Mengenal Perilaku Konsumen
 
Hukum pajak
Hukum pajakHukum pajak
Hukum pajak
 
Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)
Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)
Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)
 
Interpersonal skills
Interpersonal skillsInterpersonal skills
Interpersonal skills
 
Hasil laporan praktek kerja lapangan
Hasil laporan praktek kerja lapanganHasil laporan praktek kerja lapangan
Hasil laporan praktek kerja lapangan
 
Laporan Magang Perkebunan PKS
Laporan Magang Perkebunan PKS Laporan Magang Perkebunan PKS
Laporan Magang Perkebunan PKS
 

Similar to Karakteristik PPN

PPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-BmPPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-Bmdesy diana
 
Pajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang MewahPajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang MewahJuwita W'tio
 
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBNPENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBNLailyAnandaPG
 
Konsep Dasar PPN dan Dasar Hukum PPN
Konsep Dasar PPN dan Dasar Hukum PPNKonsep Dasar PPN dan Dasar Hukum PPN
Konsep Dasar PPN dan Dasar Hukum PPNAmeliaRamadhanty
 
Ekonomi Pajak Kelas 11 Kurikulum 2013
Ekonomi Pajak Kelas 11 Kurikulum 2013Ekonomi Pajak Kelas 11 Kurikulum 2013
Ekonomi Pajak Kelas 11 Kurikulum 2013Meyta Aini
 
PPN dan PPnBM
PPN dan PPnBMPPN dan PPnBM
PPN dan PPnBMIcha Icha
 
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdfPerpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdfkppnbandaaceh
 
Tarif khusus PPh final UMKM - Riki ardoni
Tarif khusus PPh final UMKM  - Riki ardoniTarif khusus PPh final UMKM  - Riki ardoni
Tarif khusus PPh final UMKM - Riki ardoniRiki Ardoni
 
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKPD1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKPNur Rina Martyas Ningrum
 
Pengantar Perpajakan
Pengantar PerpajakanPengantar Perpajakan
Pengantar Perpajakaneryeryey
 
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomianPajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomianMulyana Natsir
 
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas UsahaPeraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas UsahaARIEF DJUNAEDI
 
Kelompok 8
Kelompok 8Kelompok 8
Kelompok 8Rekno Wr
 

Similar to Karakteristik PPN (20)

Bab i ppn
Bab i ppnBab i ppn
Bab i ppn
 
PPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-BmPPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-Bm
 
Pajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang MewahPajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang Mewah
 
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBNPENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
 
Konsep Dasar PPN dan Dasar Hukum PPN
Konsep Dasar PPN dan Dasar Hukum PPNKonsep Dasar PPN dan Dasar Hukum PPN
Konsep Dasar PPN dan Dasar Hukum PPN
 
Ekonomi Pajak Kelas 11 Kurikulum 2013
Ekonomi Pajak Kelas 11 Kurikulum 2013Ekonomi Pajak Kelas 11 Kurikulum 2013
Ekonomi Pajak Kelas 11 Kurikulum 2013
 
Pertemuan 8 pajak
Pertemuan 8 pajakPertemuan 8 pajak
Pertemuan 8 pajak
 
PPN dan PPnBM
PPN dan PPnBMPPN dan PPnBM
PPN dan PPnBM
 
Perpajakan
PerpajakanPerpajakan
Perpajakan
 
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdfPerpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf
 
Tarif khusus PPh final UMKM - Riki ardoni
Tarif khusus PPh final UMKM  - Riki ardoniTarif khusus PPh final UMKM  - Riki ardoni
Tarif khusus PPh final UMKM - Riki ardoni
 
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKPD1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP
 
Pengantar Perpajakan
Pengantar PerpajakanPengantar Perpajakan
Pengantar Perpajakan
 
perpajakan_1.pptx
perpajakan_1.pptxperpajakan_1.pptx
perpajakan_1.pptx
 
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomianPajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
 
Tm 2-jenis-asas-teori-syarat
Tm 2-jenis-asas-teori-syaratTm 2-jenis-asas-teori-syarat
Tm 2-jenis-asas-teori-syarat
 
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas UsahaPeraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
 
Kelompok 8
Kelompok 8Kelompok 8
Kelompok 8
 
Mat brev-a
Mat brev-aMat brev-a
Mat brev-a
 
Pajak
PajakPajak
Pajak
 

Recently uploaded

MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxdanangpamungkas11
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 

Recently uploaded (20)

MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 

Karakteristik PPN

  • 2. anangmury@gmail.com Y = C + I PPh PPN PBB
  • 3. anangmury@gmail.com  Sales Tax / Pajak Penjualan (PPn)  Value Added Tax (VAT) / Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
  • 4. anangmury@gmail.com  Pajak Pembangunan I (PPb I)  Mulanya sukarela  1 Juni 1947 resmi dipungut atas rumah makan  UU No 32 Tahun 1956 dilimpahkan ke Pemda  Pajak Peredaran 1950 (Ppe 1950)  Dikenakan atas penyerahan barang/jasa di Indonesia  Dikenakan tiap jalur distribusi  Satu tarif (single rate) 2,5%  Bersifat kumulatif  Pajak Penjualan (PPn 1951)  UU Darurat No 19 Tahun 1951, berlaku 1 Oktober 1951  Ditingkatkan jadi Undang-Undang dg UU No 35 tahun 1953  Single stage tax pada tingkat pabrikan (manufacturer’s sales tax)  Mengalami perluasan objek 18 jenis jasa  Mengalami perluasan objek umtuk impor  Pajak Pertambahan Nilai (PPN 1984)
  • 5. anangmury@gmail.com  UU PPn 1951  Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1951, Pajak Penjualan berlaku di Indonesia sejak 1 Oktober 1951  Undang-undang ini dinamakan UU PPn 1951  Dengan Undang Undang Nomor 35 Tahun 1953, UU Darurat tersebut ditetapkan menjadi Undang-undang  UU PPN 1984  dalam “Reformasi Sistem Perpajakan Nasional 1983” yang lebih dikenal dengan sebutan “Tax Reform 1983”, diganti dengan Pajak Pertambahan Nilai.
  • 6. anangmury@gmail.com  UU PPn 1951 telah berulang kali diubah sehingga sulit dipahami sehingga sulit dilaksanakan;  dalam pelaksanaannya UU PPn 1951 menimbulkan pengenaan pajak berganda sehingga PPn menjadi tidak netral baik dalam perdagangan di dalam negeri maupun internasional;  mengandung dualisme sistem pemungutan, yaitu bagi wajib pajak yang mampu menyelenggarakan pembukuan menggunakan “self assessment system” sedangkan bagi yang tidak mampu menyelenggarakan pembukuan menggunakan “official assessment system”.  variasi tarif yang cukup banyak, sampai 9 macam tarif, menyulitkan tindakan pengawasan terhadap kepatuhan wajib pajak.  Tidak mendorong ekspor  Tidak mengatasi penyelundupan
  • 7. anangmury@gmail.com  Mencegah pengenaan pajak berganda  Netral dalam perdagangan dalam dan luar negeri  Membantu likuiditas pengusaha. PPN atas perolehan barang modal dapat diperoleh kembali pada bulan perolehan, sesuai dengan consumption type VAT dan indirect subtraction method  Dari sudut pandang negara mendapat predikat money maker karena konsumen selaku pemikul beban pajak tidak merasa dibebani oleh pajak tersebut sehingga memudahkan fiskus memungutnya
  • 8. anangmury@gmail.com  Biaya administrasi tinggi bila dibandingkan dengan pajak tidak langsung lainnya, baik dari administrasi fiskus maupun WP  Menimbulkan dampak regresif, yaitu semakin tinggi tingkat kemampuan konsumen, semakin ringan beban pajakyang dipikul, sebaliknya semakin rendah tingkat kemampuan konsumen, semakin berat beban pajakyang dipikul. Dampak ini timbul dari konsekuensi karakteristik PPN sebagai pajak objektif  PPN rawan penyelundupan. Akibat dari mekanisme pengkreditan pajak masukan yg merupakan upaya memperoleh kembali pajak yang sudah dibayar oleh pengusaha  Menuntut pengawasan yang lebih tinggi
  • 9. anangmury@gmail.com  Pajak Tidak Langsung  Pajak Objektif  Pajak atas konsumsi umum dalam negeri  Multi Stage Tax  Indirect Subtraction Method/Credit Method/Invoice Method  Bersifat netral  Tidak menimbulkan pengenaan pajak berganda  Menggunakan tarif tunggal
  • 10. anangmury@gmail.com  Karakter PPN sebagai pajak tidak langsung ini menimbulkan konsekuensi yuridis bahwa antara pemikul beban pajak (destinataris pajak) dengan penanggung jawab atas penyetoran pa-jak ke kas negara berada pada pihak-pihak yang berbeda.  Pemikul beban pajak ini berada pada pembeli Barang Kena Pajak (BKP) atau penerima Jasa Kena Pajak (JKP).  Sedangkan penang-gung jawab atas pelaporan/penyetoran pajak ke kas negara adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang bertindak selaku penjual BKP atau pengusaha JKP selaku pengusaha yang me-nyerahkan JKP.  Oleh karena itu apabila terjadi penyimpangan pemungutan PPN, fiskus akan meminta pertanggungjawaban kepada Penjual BKP atau Pengusaha JKP tersebut, bukan kepada pembeli, walaupun pembeli kemungkinan juga berstatus sebagai PKP
  • 11. anangmury@gmail.com  Sebagai Pajak Tidak Langsung, pengertian Pajak Pertambahan Nilai dapat dirumuskan berdasar dua sudut pandang sebagai berikut:  Sudut pandang ilmu ekonomi, beban pajak dialihkan kepada pihak lain, yaitu pihak yang akan mengkonsumsi barang atau jasa yang menjadi obyek pajak.  Sudut pandang ilmu hukum, tanggung jawab pembayaran pajak kepada kas negara tidak berada ditangan pihak yang memikul beban pajak. Sudut pandang ilmu hukum ini membawa konsekuensi filosofis bahwa : ▪ apabila pembeli atau penerima jasa telah membayar pajak yang terutang kepada penjual atau pengusaha jasa, pada hakekatnya sama dengan telah membayar pajak tersebut ke kas negara. ▪ dalam hal (PKP) penjual tidak memungut pajak dari pembeli dengan alasan apapun, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penjual, bukan tanggung jawab pembeli.
  • 12. anangmury@gmail.com  Timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh peristiwa atau perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut objek pajak.  Kondisi subjektif subjek pajak tidak ikut menentukan.  PPN tidak membedakan antara konsumen orang pribadi dengan konsumen berbentuk badan, antara konsumen yang berpenghasilan tinggi dengan yang berpenghasilan rendah. Sepanjang mereka mengonsumsi barang atau jasa dari jenis yang sama, mereka diperlakukan sama.  Sebagai pajak objektif PPN menimbulkan dampak regresive yaitu semakin tinggi kemampuan konsumen semakin ringan beban pajak yang dipikul, semakin rendah kemampuan konsumen, semakin berat beban pajak yang dipikul. Untuk mengurangi dampak regresif ini, terhadap konsumen yang mengonsumsi BKP yang tergolong mewah dikenakan PPnBM di samping PPN.
  • 13. anangmury@gmail.com  Pajak atas konsumsi mengandung makna bahwa :  PPN bukan pajak atas kegiatan bisnis.  Pemikul beban pajak adalah konsumen.
  • 14. anangmury@gmail.com  Sebagai pajak atas konsumsi sebenarnya tujuan akhir PPN adalah mengenakan pajak atas pengeluaran untuk konsumsi (a tax on consumption expenditure) baik yang dilakukan oleh perseorangan maupun oleh badan baik badan swasta maupun badan Pemerintah dalam bentuk belanja barang atau jasa yang dibebankan pada APBN/APBD.  Karena konsumen tidak semata mata mengonsumsi barang‑ tetapi juga mengonsumsi jasa, maka PPN selain dikenakan atas konsumsi barang juga dikenakan atas konsumsi jasa.
  • 15. anangmury@gmail.com  Spesifikasi “dalam negeri”, merupakan refleksi dari prinsip destinasi (destination principle) yang diadopsi dalam UU PPN 1984.  Sebagai pajak atas konsumsi umum dalam negeri, PPN hanya dikenakan atas konsumsi BKP dan/atau JKP yang dilakukan di dalam negeri. Oleh karena itu, komoditi impor dike-nakan PPN dengan persentase yang sama dengan produk domestik.
  • 16. anangmury@gmail.com  Dalam kaitan dengan arus barang atau jasa yang melintas batas wilayah negara (cross border area), PPN mengenal dua prinsip pemungutan, yaitu :  Prinsip tempat asal (origin principle);  Prinsip tempat tujuan (destination principle).
  • 17. anangmury@gmail.com  Apabila dikehendaki ada sifat netral PPN dibidang perdagangan internasional, maka prinsip yang dianut adalah prinsip tempat tujuan (destination principle).  Dalam prinsip ini, komoditi impor akan menanggung beban pajak yang sama dengan barang produksi dalam negeri. Karena kedua jenis komoditi tersebut sama-sama dikonsumsi di dalam negeri, maka akan dikenakan pajak dengan beban yang sama.
  • 18. anangmury@gmail.com  Karakteristik PPN sbg pajak konsumsi menempatkan PPN pada posisi netral yaitu netral baik atas pola konsumsi, pola produksi maupun pola distribusi.  Netralitas PPN dibentuk oleh dua faktor yaitu :  PPN dikenakan baik atas konsumsi barang maupun jasa.  Dalam pemungutannya, PPN menganut prinsip tempat tujuan (destination principle).
  • 19. anangmury@gmail.com Pasal 7 (UU No. 42 Tahun 2009) (1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen). (2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas: a. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud; b. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan c. ekspor Jasa Kena Pajak. (3) Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
  • 20. anangmury@gmail.com  Dalam conpsumtion type value added tax semua pembelian yang digunakan untuk produksi yaitu pembelian BKP termasuk barang modal dikurangkan dari penghitungan nilai tambah.  Jadi dasar pengenaan pajaknya terbatas pada pembelian untuk keperluan konsumsi.  Tidak terjadi pengenaan pajak lebih dari satu kali terhadap barang modal, karena pembelian barang modal dikeluarkan dari dasar pengenaan pajak.  Hal ini memberi sifat netral PPN terhadap pola produksi. Pengusaha bebas memilih apakah mau menggunakan sistem produksi padat modal atau padat karya, PPN tidak akan ikut menentukan.
  • 21. anangmury@gmail.com  PPN tipe konsumsi ini memiliki beberapa nilai positif, yaitu:  Membantu likuiditas perusahaan, karena seluruh Pajak Masukan atas pembelian BKP ternmasuk Barang Modal yang digunakan dalam proses produksi segera dapat dikreditkan.  Menunjang iklim investasi yang sehat.  Mendorong pengusaha secara berkala melakukan regenesari alat produksi barang modal karena dikenakan pajak tidak lebih dari satu kali.  Tidak menimbulkan pengenaan pajak berganda (bersifat non kumulasi).
  • 22. anangmury@gmail.com  Indirect Subtraction Method adalah metode penghitungan PPN yang akan disetor ke kas negara dengan cara mengurangkan pajak atas perolehan dengan pajak atas penyerahan barang atau jasa
  • 23. anangmury@gmail.com  Untuk menghitung PPN atas nilai tambah dapat dilakukan melalui tiga metode yaitu :  Subtraction method (metode pengurangan secara langsung), yaitu dengan cara mengalikan tarif PPN dengan selisih antara harga jual dengan harga beli.  Indirect subtraction method (metode pengurangan secara tidak langsung), yaitu dengan cara mengurangkan PPN yang dipungut oleh penjual atau pengusaha jasa atas penyerahan barang atau jasa, dengan PPN yang dibayar kepada penjual atau pengusaha jasa lain atas perolehan barang atau jasa.  Addition method (metode penghitungan nilai tambah), yaitu mengalikan tarif PPN dengan hasil penjumlahan unsur-unsur nilai tambah.
  • 24. anangmury@gmail.com PPN SISTIM PEMUNGUTAN PPN atas Nilai Tambah HARGA BELI BH BAKU = 500 BH PEMBANTU= 300 SUKU CADANG DLL. = 200 ----------- JUMLAH = 1000 BIAYA PENYUSUTAN = 50 BUNGA = 100 GAJI/UPAH = 300 MANAJEMEN = 150 LABA USAHA = 100 ---------- JUMLAH = 700 HARGA JUAL 1700 Nilai Tambah 700 SUBTRACTION ADDITION INDIRECT SUBTRACTION/ CREDIT/INVOICE
  • 25. METODE PENGHITUNGAN (Calculation Method) HARGA JUAL = 1.700 HARGA BELI = 1.000 DPP = 700 PPN 10% = 70 HARGA JUAL = 1.700 PPN = 10% x 1.700 = 170 HARGA BELI = 1.000 PPN = 10% x 1.000 = 100 PPN TERUTANG UNTUK DISETOR KE KAS NEGARA = 70 PENYUSUTAN = 50 BUNGA = 20 SEWA = 80 GAJI/ UPAH = 300 MANAJEMEN = 150 LABA USAHA = 100 Juml ah = 700 PPN 10% = 70 SUBTRACTION METHOD ADDITION METHOD INDIRECT SUBTRACTION/ INVOICE/CREDIT METHOD
  • 26. anangmury@gmail.com  Diantara tiga metode tersebut, UU PPN Indonesia menganut “indirect subtraction method” (metode pengurangan tidak langsung).  Untuk mendeteksi atau menguji kebenaran jumlah pajak yang terutang atas perolehan dan jumlah pajak yang terutang atas penyerahan tersebut diperlu-kan suatu dokumen pendukung.  Dokumen ini dinamakan “tax invoice” (Faktur Pajak), oleh karena itu metode ini dinamakan juga “Invoice Method”.  Oleh karena itu Faktur Pajak merupa-kan persyaratan mutlak dalam indirect subtraction method.
  • 27. anangmury@gmail.com  Dalam hukum pajak, kegiatan me-ngurangkan pajak dengan pajak dinamakan “tax credit”, oleh karena itu metode ini juga dina-makan “credit method” yaitu mengkreditkan pajak yang dibayar kepada penjual atau pengusaha jasa yang dinamakan “Pajak Masukan” (input tax) dengan pajak yang dipungut dari pembeli atau penerima jasa yang dinamakan “Pajak Keluaran” (output tax).  Dalam kalimat yang lebih sederhana dan populer adalah mengreditkan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran.
  • 28. anangmury@gmail.com  Multi stage tax adalah karakteristik PPN yang mempunyai makna PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produk-si maupun jalur distribusi.  Setiap penyerahan barang yang menjadi obyek PPN mulai dari tingkat pabrikan (manufacturer) kemudian ditingkat pedagang besar (wholesaler) dalam berbagai bentuk atau nama sampai dengan tingkat pedagang pengecer (retailer) dikenakan PPN.
  • 29. MULTI STAGE LEVY namun NON KUMULATIF PABRIKAN PEDAGANG BESAR PEDAGANG ECERAN KONSUMEN BKP BKP BKP HARGA JUAL =1.000.000 HARGA BELI =1.000.000 NILAI TAMBAH = 300.000 HARGA JUAL =1.300.000 HARGA BELI = 1.300.000 NILAI TAMBAH = 200.000 HARGA JUAL= 1.500.000 PPN 10% 100.000 PPN 10% 130.000 PPN 10% 150.000 PK = 100.000 PM = 130.000 BEBAN PAJAK PPN = 30.000 PPN = 20.000 PPN = 100.000 KN KN KN PK = 150.000 PK = 130.000 PM = 100.000
  • 30. PERBANDINGAN PPn KUMULATIF& PPN NON KUMULATIF PABRIKAN PEDAGANG BESAR PEDAGANG ECERAN KONSUMEN HARGA JUAL 1.000.000 HARGA BELI = 1.000.000 NILAI TAMBAH= 300.000 HARGA JUAL = 1.300.000 HARGA BELI = 1.300.000 NILAI TAMBAH = 200.000 HARGA JUAL= 1. 500.000 PPN 100.000 PPN 130.000 PPN 150.000 HARGA JUAL 1.000.000 HARGA BELI = 1.100.000 NILAI TAMBAH = 300.000 HARGA JUAL=1.400.000 HARGA BELI = 1.540.000 NILAI TAMBAH = 160.000 HARGA JUAL =1. 700.000 PPn 100.000 PPn 140.000 PPn 170.000 KAS NEGARA PPN 30.000 KAS NEGARA PPN 20.000 KUMULATIF NON KUMULATIF Perbandingan antara PPn kumulatif dg PPN non kumulatif
  • 32. anangmury@gmail.com  PKP yg melakukan penyerahan BKPJKP) wajib memungut PPN daripembeli/penerima BKP/JKP dg membuat FP.  PPN yg tercantum dlm FP merupakan PK (Out Put Tax) bagi PKP Penjual BKP/JKP, yg sifatnya sbg pjk yg harus dibayar (hutang pjk).  Pada waktu PKP di atas melakukan pembelian/perolehan BKP/JKP yg dikenakan PPN, PPN tersebut merupakan PM (Out Put Tax), yg sifatnya sbg pajak yg dibayar di muka, sepanjang BKP/JKP yg dibeli tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan usahanya.  Untuk setiap masa pajak (setiap bulan), apabila jumlah PK lebih besar dari pada PM, maka selisihnya harus disetor ke Kas Negara. Dan sebaliknya, apabila jumlah PM lebih besar dari pada PK, maka selisih tersebut dapat di kompensasi ke masa pajak berikutnya atau diminta kembali (restitusi)  Pengusaha Kena Pajak di atas wajib menyampaikan Laporan Perhitungan PPN setiap bulan (SPT Masa PPN) ke Kantor Pelayanan Pajak
  • 33. anangmury@gmail.com  Secara umum PPN yg terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP dipungut oleh PKP Penjual. Dg demikian, pembeli BKP/JKP yg bersangkutan wajib membayar kpd PKP Penjual sbsr harga jual ditambah PPN yg terutang  Namun demikian, apabila yg bertindak sebagai pembeli BKP/JKP tsb berstatus Pemungut PPN (Pembeli Khusus), PPN yg terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP tidak dipungut oleh PKP Penjual, malainkan disetor langsung ke kas negara oleh Pemungut PPN tsb. Dg demikian, Pemungut PPN hanya membayar kpd PKP Penjual sebesar harga jual, sedangkan PPN- nya (10%) disetor langsung ke kas negara.  Pemungut PPN (Pembeli Khusus) terdiri dari ;  Bendahara Pemerintah  Kontraktor Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
  • 34. anangmury@gmail.com UU Nomor 8 tahun 1983 dengan nama “UU PPN 1984” Mulai berlaku 1 April 1985 Diubah dengan UU Nomor 11 Tahun 1994 Mulai berlaku 1 Januari 1995 Diubah dengan UU Nomor 18 Tahun 2000 Mulai berlaku 1 Januari 2001 Diubah dengan UU Nomor 42 Tahun 2009 Mulai berlaku 1 April 2010 Pasal 20 UU No 8 Tahun 1983 "Undang-undang ini dapat disebut Undang- undang Pajak Pertambahan Nilai 1984“ Pasal ini sampai UU No 42 Tahun 2009 tidak diubah sehingga masih menggunakan istilah UU PPN 1984
  • 35. anangmury@gmail.com  BAB I KETENTUAN UMUM  Pasal 1 Pengertian  Pasal 1A Ruang Lingkup Penyerahan Barang Kena Pajak  Pasal 2 Transaksi Hubungan Istimewa  BAB II PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK  Pasal 3 Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
  • 36. anangmury@gmail.com  BAB IIA KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA DAN KEWAJIBAN MEMUNGUT, MENYETOR DAN MELAPORKAN PAJAK YANG TERUTANG  Pasal 3A Pengusaha Kena Pajak, Pengusaha Kecil, BKP tida berwujud dan JKP dari Luar Daerah Pabean
  • 37. anangmury@gmail.com  BAB III OBJEK PAJAK  Pasal 4 Obyek Pajak Pertambahan Nilai  Pasal 4A Jenis Barang dan Jasa Tidak Kena Pajak  Pasal 5 Obyek PPnBM  Pasal 5A Retur Penjualan/Pembelian  Pasal 6 (dihapus)
  • 38. anangmury@gmail.com  BAB IV TARIF PAJAK DAN CARA MENGHITUNG PAJAK  Pasal 7 Tarif Pajak Pertambahan Nilai  Pasal 8 Tarif PPnBM  Pasal 8A Cara Menghitung PPN  Pasal 9 Pajak Masukan dan Pajak Keluaran  Pasal 10 Cara Menghitung PPnBM
  • 39. anangmury@gmail.com  BAB V SAAT DAN TEMPAT TERUTANG DAN LAPORAN PENGHITUNGAN PAJAK  Pasal 11 Saat Terutang Pajak  Pasal 12 Tempat Terutang Pajak  Pasal 13 Faktur Pajak  Pasal 14 Larangan Membuat Faktur Pajak  Pasal 15 ((dihapus)  Pasal 15a Jangka Waktu Penyetoran Pajak dan Penyampaian SPT Masa  Pasal 16 ((dihapus)
  • 40. anangmury@gmail.com  BAB V A KETENTUAM KHUSUS  Pasal 16A Pemungut PPN  Pasal 16B Fasilitas Pajak  Pasal 16C PPN Kegiatan Membangun Sendiri  Pasal 16D PPN atas Penyerahan Aktiva Yang Menurut Tujuan semula Tidak Untuk Diperjualbelikan  Pasal 16E Permintaan Kembali PPN dan PPnBM  Pasal 16F Tanggung Jawab Renteng Pembayaran Pajak
  • 41. anangmury@gmail.com  BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN  Pasal 17 Tata Cara Pemungutan (lex specialist)  BAB VII KETENTUAN PERALIHAN  Ketentuan peralihan  BAB VIII KETENTUAN PENUTUP  Pasal 19 Ketentuan tentang peraturan pelaksanaan  Pasal 20 Nama UU PPN 1984  Pasal 21 Mulai Berlaku UU PPN
  • 42. anangmury@gmail.com  Cari bukti di dalam pasal-pasal UU PPN yang mendukung bahwa PPN di Indonesia memiliki karakteristik :  Pajak Tidak Langsung  Pajak Objektif  Pajak atas konsumsi dalam negeri, menganut destination principle  Multi stage tax  Indirect subtraction method
  • 43. anangmury@gmail.com  Pajak Tidak Langsung  Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c  Pasal 3 A  Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h, kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang.
  • 44. anangmury@gmail.com  Penyimpangan :  Pasal 4 ayat (1) huruf b, huruf d, huruf e  Pasal 3 A ayat (3) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf d dan/atau yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang yang penghitungan dan tata caranya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
  • 45. anangmury@gmail.com  Pasal 4  Faktor subjektif  yang memikul beban pajak bukan dalam arti yang bertanggung jawab terhadap pembayaran ke negara  dalam pasal 4 tidak menyebut konsumen
  • 46. anangmury@gmail.com  Pasal 4 ayat 1  huruf a  penyerahan dalam daerah pabean  huruf c  penyerahan dalam daerah pabean
  • 47. anangmury@gmail.com  Pasal 4 ayat (1) huruf a, c, f, g,h  Pasal 1 angka 15  Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang ini.
  • 48. anangmury@gmail.com  Pasal 9 ayat 2  Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama.  Pasal 13