SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  15
Télécharger pour lire hors ligne
MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS “KESULITAN BELAJAR”
OLEH:
BAGUS DICKY (125514019)
ALFIAN DWI ERNANTO (125514030)
ROHMA EKA INDRI AHADIAH (125514202)
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014
1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Setiap anak unik dan luar biasa. Beberapa anak mempunyai perbedaan yang kita
sebut anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus dapat berarti banyak
hal. Kadang-kadang anak belajar secara berbeda, atau mendengarkan dengan alat
bantu, atau membaca dengan huruf Braille. Seorang anak mungkin mempunyai
kesulitan dalam untuk berkomunikasi atau memberikan perhatian. Seorang anak
dapat lahir dengan kebutuhan khusus, atau memperolehnya karena kecelakaan atau
kondisi kesehatannya. Kadang-kadang seorang anak akan mengembangkan
perilaku tertentu dan kemudian menjadi terhambat perkembangannnya. Tetapi
apapun masalah yang dialami seorang anak dalam proses belajarnya, emosi,
tingkah laku, atau tubuh fisiknya, ia tetap seorang manusia. Ia tidak ditentukan oleh
ketidakmampannya; alih-alih ketidakmampuannya adalah sebagian dari jati dirinya.
2. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah:
1. Definisi kesulitan belajar
2. Faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar
3. Karateristik anak berkesulitan belajar
4. Sebab-sebab kesulitan belajar
5. Identifikasi anak berkesultan belajar
6. Masalah dan dampak dari anak berkesulitan belajar
3. Tujuan
Adapun tujuan kami dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi kesulitan belajar
2. Untuk mengetahui berbagai macam faktor yang menimbulkan kesulitan belajar
3. Untuk mengetahui karateristik anak berkesulitan belajar
4. Untuk mengetahui sebab-sebab kesulitan belajar
5. Untuk dapat mengidentifikasi anak berkesulitan belajar
6. Untuk mengetahui masalah dan dampak yang timbul pada anak berkesulitan
belajar
2
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KESULITAN BELAJAR
Anak berkesulitan belajar termasuk ke dalam kelompok tersendiri yang
disebut learning diabilities atau berkesulitan belajar atau ketakcakapan belajar.
Siapakah anak berkesulitan belajar itu? Tidak kurang dari 40 istilah telah
diusulkan untuk menggambarkan atau merujuk kepada apa yang disebut dengan
anak berkesulitan belajar. Dan tidak kurang dari 38 definisi telah dirumuskan untuk
mengartikan istilah berkesulitan belajar. Banyak istilah atau sebutan yang sering
digunakan di dalam berbagai literatur untuk merujuk anak yang mengalami kesulitan
belajar khusus antara lain sebutan berikut ini.
Attention deficit disorder
Clumsy child syndrome
Perceptual handicap
Brain injury
Minimal brain dysfunction
Dyslexia
Dyslogic syndrome
Learning disorder
Educational handicap
Mild handicap
Neurological impairment
Hyperactivity
Hyperkinesis
Definisi lain dikemukakan oleh Samuel A.Kirk (1971) bahwa Children Listed
under the caption of specific learning disabilities are children who cannot be grouped
under the traditional categories of exceptional children, but who show significant
retardation in learning to talk, or who do not develop normal visual or auditory
perception, or who have great difficulty in learning to read, to spell, to write, or to
make arithmetic calculations.
Haring (1974) menambahkan, “learning disability is a behavioral deficit almost
always associated with academic performance and that can be remediated by
precise individual instruction programming”.
3
Definisi-definisi yang dikemukakan para ahli di atas menunjukkan bahwa
learning disability (ies) tidak digolongkan ke dalam salah satu keluarbiasaan seperti
yang dibahas sebelumnya, melainkan merupakan kelompok tersendiri. Kesulitan
belajar lebih didefinisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual, memori,
maupun ekspresif di dalam proses belajar. Meskipun gangguan ini bisa terjadi di
dalam berbagai tingkat kecerdasan normal atau bahkan di atas normal. Anak-anak
yang berkesulitan belajar memiliki ketidakteraturan dalam proses fungsi mental dan
fisik yang bisa menghambat alur belajar yang normal, menyebabkan keterlambatan
dalam kemampuan perseptual-motorik tertentu atau kemampuan berbahasa.
Umumnya masalah ini tampak ketika anak mulai mempelajari mata-mata pelajaran
dasar seperti menulis, membaca, berhitung, dan mengeja.
Keragaman jenis kesulitan belajar yang mungkin dialami seorang anak
memang menimbulkan adanya klasifikasi yang cermat tentang kesulitan belajar ini.
Oleh karena itu muncul berbagai istilah atau sebutan bagi kesulitan belajar seperti
telah diutarakan di atas. Akan tetapi di dalam kenyataan, kesulitan yang satu
seringkali dibarengi oleh kesulitan lain sehingga terjadi tumpang tindih antar
kesulitan..
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar atau learning
disabilities merupakan istilah generik yang merujuk kepada keragaman kelompok
yang mengalami gangguan dimana gangguan tersebut diwujudkan dalam kesulitan-
kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan gangguan proses belajar.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN KESULITAN BELAJAR
Kephart (1967) mengelompokkan penyebab kesulitan belajar ini dalam tiga kategori
utama yaitu: kerusakan otak, gangguan emosional, dan pengalaman. Kerusakan otak
berarti terjadinya kerusakan syaraf seperti dalam kasus-kasus encephalitis, meningitis,
dan toksik. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan gangguan fungsi otak yang diperlukan
untuk proses belajar pada anak dan remaja. Demikian pula anak-anak yang mengalami
disfungsi minimal otak (minimal brain dysfunction) pada saat lahir akan menjadi masalah
besar pada saat anak mengalami proses belajar.
1. Faktor Gangguan Emosional
Faktor gangguan emosional yang menimbulkan kesulitan belajar terjadi karena
adanya trauma emosional yang berkepanjangan yang mengganggu hubungan
funsional sistem urat syaraf. Dalam kondisi seperti ini perilaku-perilaku yang terjadi
seringkali seperti perilaku pada kasus kerusakan otak. Namun demikian tidak semua
trauma emosional menimbulkan gangguan belajar.
2. Faktor Pengalaman
Faktor ‘pengalaman’ yang dapat menimbulkan kesulitan belajar mencakup faktor-
faktor seperti kesenjangan perkembangan atau kemiskinan pengalaman lingkungan.
Kondisi ini biasanya dialami oleh anak-anak yang terbatas memperoleh rangsangan
lingkungan yang layak, atau tidak pernah memperoleh kesempatan menangani
peralatan dan mainan tertentu, dimana kesempatan semacam itu dapat
mempermudah anak dalam mengembangkan keterampilan manipulatif dalam
4
penggunaan alat tulis seperti pensil dan ballpoint. Kemiskinan pengalaman lain
seperti kurangnya rangsangan auditif menyebabkan anak kurang memiliki
perbendaharaan bahasa (berkata-kata) yang diperlukan untuk berpikir logis dan
bernalar. Biasanya kemiskinan pengalaman ini berkaitan erat dengan kondisi sosial
ekonomi orang tua sehingga seringkali berkaitan erat dengan masalah kekurangan
gizi yang pada akhirnya dapat mengganggu optimalisasi perkembangan dan
keberfungsian otak.
Bagan 8.1 menelusuri tahapan kesulitan belajar, yang diklasifikasikan ke dalam
empat tataran, dari mulai penyebab sampai hasil. Tataran I menunjukkan penyebab asli,
baik yang terjadi pada saat kelahiran maupun setelah lahir. Hasil dari tataran I ini terwujud
dalam tataran II yang mungkin berupa kerusakan otak, ketidakseimbangan kimiawai,
hambatan emosional, kesenjangan kematangan, dan/atau kemiskinan pengalaman yang
dapat menimbulkan kesulitan dalam persepsi, pembentukan konsep, memori, dan proses
lainnya sebagaimana tampak dalam tataran III. Kesulitan-kesulitan yang terjadi pada tataran
III menghasilkan berbagai gaya belajar sebagaimana tampak pada tataran IV. Jika ditilik dari
proses tersebut maka suatu kesulitan belajar bisa disebabkan oleh faktor ganda.
5
Dengan menilik faktor-faktor diatas, faktor pada tataran I dan II lebih banyak menyangkut
aspek medis, biologis, atau sosiologis sehingga bidang medis akan lebih banyak terlibat
dalam menangani masalah ini. Pada tataran III akan lebih banyak melibatkan ahli diagnostik
dan ahli psikologi; sedangkan pada tataran IV akan lebih banyak melibatkan guru dan ahli
pendidikan. Untuk kepentingan layanan pendidikan dan psikologis di dalam diagnosis dan
6
remedial, keragaman gaya belajar seperti tampak pada tataran IV harus menjadi fokus
utama penyembuhan.
Gaya belajar seperti tampak pada tataran IV merupakan hal baru tetapi merupakan
dimensi yang amat penting dalam memahami faktor kesulitan belajar. Sebagai contoh
seorang anak yang mempunyai ga
ya belajar auditif tentu tidak akan efektif mencerna informasi yang disajikan melalui
rangsangan visual. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekeliruan dalam gaya
penyajian dapat menimbulkan kelambanan atau kegagalan yang dialaminya dalam belajar
seyogyanya melakukan analisis tugas dan perilaku anak sebagai dasar pengembangan
program pengajaran yang sepadan dengan gaya belajar dan gaya kognitif anak.
C. KARAKTERISTIK ANAK BERKESULITAN BELAJAR
Anak yang berprestasi rendah (underachiviers) umumnya kita temui di sekolah karena
tidak menguasai mata pelajaran tertentu yang diprogramkan oleh guru berdasarkan
kurikulum yang berlaku. Sebagian besar dari mereka mempunyai nilai pelajaran yang sangat
rendah ditandai pula dengan hasil tes IQ berada di bawah rerata normal. Untuk golongan ini
disebut dengan istilah lain, yaitu slow learners. Pencapaian prestasi rendah umumnya
disebabkan oleh faktor minimal brain dysfuncton, dyslexia, atau perceptual disability. Di
Amerika Serikat anal yang berprestasi rendah disebut dengan istilah spesific learning
disability.
1. Aspek Kognitif
Kasus kesulitan membaca (dyslexia) yang sering ditemukan di sekolah merupakan
contoh klasik dari kekurangan keberfungsian aspek kognitif anak berkesulitan belajar. Tidak
jarang anak yang mengalami kesulitan membaca menunjukkan kemampuan berhitung atau
matematika yang tinggi. Kasus semacam tadi membuktikan bahwa anak berkesulitan belajar
memiliki kemampuan kognitif yang normal, akan tetapi kemampuan tersebut tidak berfungsi
secara optimal sehingga terjadi keterbelakangan akademik (academic retardation) yakni
terjadinya kesenjangan antara apa yang mestinya dilakukan anak dengan apa yang
dicapainya secara nyata.
2. Aspek Bahasa
Di dalam proses belajar kemampuan berbahasa merupakan alat untuk memahami
dan menyatakan pikiran. Oleh karena itu pula aspek kemampuan bahasa seringkali tidak
dipisahkan dari aspek kognitif karena proses berbahasa pada hakikatnya adalah proses
kognitif. Tampak jelas bahwa masalah kemampuan berbahasa anak akan berpengaruh
signifikan terhadap kegagalan belajar.
3. Aspek Motorik
Masalah motorik merupakan masalah yang umumnya dikaitkan dengan kesulitan belajar.
Masalah motorik anak berkesulitan belajar biasanya menyangkut keterampilan motorik-
perseptual yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan meniru rancangan atau
pola. Kemampuan ini sangat diperlukan menggambar, menulis, atau menggunakan gunting.
7
Keterampilan tersebut sangat memerlukan koordinasi yang baik antara tangan dan mata
yang dalam banyak hal koordinasi tersebut tidak dimiliki anak berkesulitan belajar.
4. Aspek Sosial dan Emosi
Dua karakteristik yang sering diangkat sebagai karakteristik sosial-emosional anak
berkesulitan belajar ialah: kelabilan emosional dan ke-impulsif-an. Kelabilan emosional
ditunjukkan oleh sering berubahnya suasana hati dan tempramen. Ke-impulsif-an merujuk
kepada lemahnya pengendalian terhadap dorongan-dorongan berbuat.
D. SEBAB-SEBAB KESULITAN BELAJAR
1. Ketidakberfungsian Minimal Otak (minimal brain dysfunction)
Ketidakberfungsian minimal otak digunakan untuk merujuk suatu kondisi gangguan syaraf
minimal pada anak. Ketidakberfungsian ini bisa didapatkan dalam berbagai macam
kombinasi kesulitan seperti: persepsi, konseptualisasi, bahasa, memori, pengendalian
perhatian, impulse(dorongan), atau fungsi motorik.
Sekalipun sistem seperti itu bisa mulai tampak pada usia taman kanak-kanak, tetapi
untuk anak tertentu mungkin belum tampak pada saat anak memasuki sekolah dasar.
Mereka mungkin menghadapi kesulitan untuk mengikuti kegiatan kelas seperti membaca,
mengeja, dan berhitung; kesulitan dalam memahami konsep konkrit maupun abstrak;
penampilannya cenderung kacau atau tak beraturan-tinggi dalam bidang tertentu dan
rendah dalam bidang lainnya. Mereka sering menunjukkan gejala kurang mampu
memusatkan perhatian, ketidakstabilan emosi, frustrasi, dan sikap permusuhan.
Beberapa simptom spesifik dari ketidakberfungsian otak minimal ialah:
a. Kelemahan dalam persepsi dan pembentukan konsep
 Kelemahan dalam membedakan ukuran.
 Kelemahan dalam membedakan kiri-kanan dan atas-bawah.
 Kelemahan tilikan ruang.
 Kelemahan orientasi waktu.
 Kelemahan dalam memperkirakan jarak.
 Kelemahan membedakan bagian-keseluruhan.
 Kelemahan memahami keutuhan.
8
b. Gangguan bicara dan komunikasi
 Kelemahan membedakan stimulus auditif.
 Perkembangan bahasa yang lamban.
 Seringkali kehilangan pendengaran.
 Seringkali berbicara tak teratur.
c. Gangguan funsi motorik
 Seringkali gemetar atau menunjukkan kekakuan gerak.
 Hiperaktivitas.
 Hipoaktivitas.
d. Kemunduran prestasi dan penyesuaian akademik
 Ketidakcakapan membaca.
 Ketidakcakapan berhitung.
 Ketidakcakapan mengeja.
 Ketidakcakapan menulis dan menggambar.
 Kelambanan menyelesaikan pekerjaan.
 Kebimbangan memahami instruksi.
e. Karakteristik emosional
 Impulsif.
 Eksplosif.
 Kelemahan kendali emosi dan dorongan.
 Toleransi rendah terhadap frustasi.
f. Gangguan proses berpikir
 Ketidakcakapan berpikir abstrak.
 Umumnya berpikir konkret.
 Kesulitan membentuk konsep.
 Seringkali berpikirnya tak terorganisasi.
 Keterbatasan rentang memori.
 Seringkali berpikir autistik.
9
2. Aphasia
Aphasia merujuk kepada suatu kondisi dimana anak gagal menguasai ucapan-ucapan
bahasa yang bermakna pada usia sekitar 30 tahunan. Ketidakcakapan bicara ini tidak dapat
dijelaskan karena faktor ketulian, keterbelakangan mental, gangguan organ bicara, atau
faktor lingkungan.
Aphasia tampak dalam berbagai bentuk dengan simptom yang cukup kompleks.
Secara garis besar simptom aphasia dapat digolongkan ke dalam tiga karakteristik utama
berikut ini.
a. Receptive aphasia
 Tidak dapat mengidentifikasi apa yang didengar.
 Tidak dapat melacak arah.
 Kemiskinan kosakata.
 Tidak dapat memahami apa yang terjadi dalam gambar.
 Tidak dapat memahami apa yang dia baca.
b. Expressive aphasia
 Jarang bicara di kelas.
 Kesulitan dalam melakukan peniruan.
 Banyak pembicaraan yang tidak sejalan dengan ide.
 Jarang menampilkan gesture (gerak tangan).
 Ketidakcakapan menggambar dan menulis.
c. Inner aphasia
 Tidak mampu melakukan asosiasi; oleh karena itu sulit berpikir abstrak.
 Memberikan respon yang tak layak atas panggilan/sahutan.
 Lamban merespon.
3. Dyslexia
Disleksia (dyslexia) atau ketidakcakapan membaca, adalah jenis lain gangguan belajar.
Semula istilah disleksia ini digunakan di dalam dunia medis, tetapi saat ini digunakan pada
dunia pendidikan dalam mengidentifikasi anak-anak berkecerdasan normal yang mengalami
kesulitan berkompetisi dengan temannya di sekolah. Simptom umum yang sering
ditampilkan anak disleksa ialah:
10
 Kelemahan orientasi kanan-kiri.
 Kecenderungan membaca kata bergerak mundur; seperti “dia” dibaca “aid”
 Kelemahan keterampilan jari.
 Kesulitan dalam berhitung, kesalahan hitung.
 Kelemahan memori.
 Kesulitan auditif.
 Kelemahan memori-visual, tidak mampu memvisualkan kembali objek, kata, atau
huruf.
 Dalam membaca keras tidak mampu menkonversikan simbol visual kedalam
simbol auditif yang sejalan dengan bunyi kata secara benar. Kata yang
diucapkan tidak sesuai dengan apa yang dilihatnya.
4. Kelemahan Perseptual atau Perseptual-Motorik
Kelemahan perseptual dan perseptual-motorik sebenarnya merujuk kepada masalah
yang sama. Sebenarnya persepsi dapat diidentifikasi tanpa mengaitkan dengan aspek
motorik. Persepsi itu sendiri berfungsi membedakan stimulus sensoris, yang pada
gilirannya harus diorganisasikan ke dalam pola-pola yang bermakna. Seorang anak
membedakan dan menafsirkan objek sebagai suatu kesatuan. Akan tetapi jika
kelemahan perseptual-motorik itu terjadi, hubungan antara persepsi dan gerak motorik
akan terganggu. Kondisi ini menjadikan anak tidak dapat melakukan pengamatan secara
tepat dan tidak mampu menterjemahkan pengamatan itu ke dalam alur gerak motorik,
dan bahkan anak tidak dapat mendengar dan melihat secara normal. Biasanya anak
yang mengalami gangguan perseptual motorik ini mengalami kesulitan dalam
memahami dan menyatakan ide.
Simptom umum yang sering ditunjukkan oleh anak yang mengalami kelemahan
perseptual atau perseptual-motorik ialah:
 Kemiskinan koordinasi visual-motorik.
 Gangguan keseimbangan badan pada waktu berjalan maju, mundur, dan
menyamping.
 Kurang terampil dalam melompat.
 Kesulitan mengamati diri dalam konteks ruang dan waktu.
 Kesulitan melakukan gerak ritme normal; saat menulis cenderung mengurangi
atau menambah ukuran, bentuk, warna, ketebalan.
 Kesulitan dalam mengikuti konsistensi objek; d menjadi b.
11
A. IDENTIFIKASI ANAK BERKESULITAN BELAJAR
Keragaman definisi kesulitan belajar membawa keragaman pula dalam orientasi
filosofis tentang identifikasi dan pengajaran bagi anak berkesulitan belajar. Meskipun
demikian prinsip-prinsip dasar evaluasi bagi seluruh anak berkesulitan belajar perlu
diketahui dan dipahami. Prinsip-prinsip dasar tersebut ialah:
1. Tes atau teknik evaluasi lain harus diberikan dalam bahasa anak, dapat dipahami
oleh anak.
2. Evaluasi harus dilakukan oleh tim dari berbagai disiplin, setidak-tidaknya terdiri atas
seorang guru atau ahli lain yang mengetahui masalah kesulitan belajar.
3. Kriteria penetapan kesulitan belajar hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut:
a) Seorang anak dikatakan mengalami kesulitan belajar jika anak tidak mampu
mencapai prestasi sesuai dengan usia dan tingkat kecakapan dalam satu atau
lebih bidang:
 Ekspresi lisan
 Mendengarkan pemahaman
 Ekspresi tulisan
 Keterampilan membaca dasar
 Membaca pemahaman
 Perhitungan matematis, atau
 Berpikir matematis
b) Seorang anak tidak diidentifikasikan sebagai mengalami kesulitan belajar jika
kesenjangan antara kecakapan dan prestasi disebabkan oleh:
 Hambatan visual, pendengaran, atau motorik
 Keterbelakangan mental
 Gangguan emosional
 Ketidakberuntungan lingkungan, budaya, atau ekonomis.
4. Pelaporan hasil identifikasi hendaknya menyatakan:
a) Kesulitan belajar khusus apa yang dialami anak,
b) Dasar yang digunakan untuk menentukan jenis kesulitan,
c) Perilaku-perilaku yang relevan yang tercatat selama dilakukan pengamatan,
d) Hubungan antara perilaku tersebut dengan keberfungsian akademik anak,
12
e) Temuan-temuan medis yang relevan dengan pendidikan,
f) Kesenjangan antara prestasi dan kecakapan yang tak dapat diatasi tanpa
pendidikan dan layanan khusus,
g) Pertimbangan tentang pengaruh ketakberuntungan lingkungan, budaya, dan
ekonomi.
F. MASALAH DAN DAMPAK DARI ANAK BERKESULITAN BELAJAR
Telah diungkapkan di atas bahwa perilaku bermasalah yang muncul sebagai
akibat dari kesulitan belajar sangat bervariasi sesuai dengan spesifikasi kesulitan itu.
Namun demikian, secara umum perilaku bermasalah yang muncul dari kesulitan
belajar terutama akan terkait dengan masalah penyesuaian diri maupun akademik
anak, hubungan sosial, dan stabilitas emosi. Bagi anak sendiri kondisi seperti ini
dapat menimbulkan kegagalan dalam memenuhi tuntutan dan tugas belajar. Dengan
kata lain dalam banyak hal anak tidak mampu menguasai tugas-tugas
perkembangan yang harus dicapainya.
Bagi keluarga, kondisi anak seperti itu dapat menimbulkan kekhawatiran
orang tua, apalagi jika orang tua tidak memahami masalah yang dialami anaknya.
Kekecewaan, perasaan, dan pikiran aneh bisa muncul pada orang tua dan tak
mustahil menimbulkan frustasi orang tua atau keluarga.
Bagi penyelenggara pendidikan, perilaku bermasalah karena kesulitan belajar
menimbulkan dampat terhadap perlunya penempatan dan pelayanan khusus.
Meskipun demikian penempatan dan pelayanan khusus ini tidak berarti perlu
penyelenggaraan kelas khusus bagi anak kesulitan belajar. Penyelenggaraan kelas
khusus akan membawa dampak kurang baik karena anak tidak bisa berkomunikasi
atau berinteraksi dengan teman sebayanya yang normal. Penempatan dan layanan
khusus tersebut akan lebih baik jika diwujudkan dalam layanan semacam resource
room, dimana anak memperoleh layanan tanpa harus dipisahkan dari kelompoknya.
Dalam layanan semacam ini, perlu tersedia guru khusus yang dapat memberikan
layanan dan konsultasi bagi guru kelas dimana anak tersebut ada. Melalui kegiatan
bersama antara guru kelas dan guru khusus tadi, rancangan layanan pendidikan dan
psikologis dikembangkan.
Mengingat harapan tersebut di Indonesia masih sulit diwujudkan, maka hal
yang paling mungkin ialah membekali para guru dan calon guru sekolah dasar
dengan pengetahuan/keterampilan memahami dan membantu anak berkesulitan
belajar.
13
PENUTUP
Kesimpulan
 Kesulitan belajar atau learning disabilities merupakan istilah generik yang
merujuk kepada keragaman kelompok yang mengalami gangguan dimana
gangguan tersebut diwujudkan dalam kesulitan-kesulitan yang signifikan yang
dapat menimbulkan gangguan proses belajar.
 Anak berkesulitan belajar merupakan kelompok tersendiri. Kesulitan belajar
lebih didefinisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual, memori,
maupun ekspresif di dalam proses belajar.
14
DAFTAR PUSTAKA
Delphie,Bandi (2007). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam
Setting Pendidikan Inklusi. Sleman:Penerbit KTSP
Somantri.Sutjihati (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung :Penerbit
Refika Aditama

Contenu connexe

Tendances

Rumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarRumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarAdelaide Australia
 
Makalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan EmosiMakalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan Emosianna rasyla
 
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di sma
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di smaLaporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di sma
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di smaSiti Khoirunika
 
Bidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanBidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanIndra Arrohman
 
Power Point Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
Power Point Mengatasi Kesulitan Belajar SiswaPower Point Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
Power Point Mengatasi Kesulitan Belajar Siswadian_meylisha4d
 
Asesmen pembelajaran-sd
Asesmen pembelajaran-sdAsesmen pembelajaran-sd
Asesmen pembelajaran-sdKhairil Amri
 
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...Jerry Makawimbang
 
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan PendidikanFaktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan PendidikanHariyatunnisa Ahmad
 
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docxDiskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docxUlfahWulandari2
 
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKTatimatus Solihah
 
Contoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaianContoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaianNarto Wastyowadi
 
Kko indikator HOTS
Kko indikator HOTSKko indikator HOTS
Kko indikator HOTSumirosidah5
 
Angket keaktifan siswa fix
Angket keaktifan siswa fixAngket keaktifan siswa fix
Angket keaktifan siswa fixAnnissawati Caca
 
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxMakalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxDedy Wiranto
 
Makalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip FleksibilitasMakalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip FleksibilitasDedy Wiranto
 

Tendances (20)

Rumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarRumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajar
 
Jenis dan bentuk penilaian
Jenis dan bentuk penilaianJenis dan bentuk penilaian
Jenis dan bentuk penilaian
 
Makalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan EmosiMakalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan Emosi
 
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di sma
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di smaLaporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di sma
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di sma
 
Bidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanBidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikan
 
Skala bertingkat
Skala bertingkatSkala bertingkat
Skala bertingkat
 
Power Point Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
Power Point Mengatasi Kesulitan Belajar SiswaPower Point Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
Power Point Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
 
Kesulitan Belajar
Kesulitan BelajarKesulitan Belajar
Kesulitan Belajar
 
Asesmen pembelajaran-sd
Asesmen pembelajaran-sdAsesmen pembelajaran-sd
Asesmen pembelajaran-sd
 
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
 
Tugas tap
Tugas tapTugas tap
Tugas tap
 
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan PendidikanFaktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
 
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docxDiskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
 
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
 
Contoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaianContoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaian
 
Kko indikator HOTS
Kko indikator HOTSKko indikator HOTS
Kko indikator HOTS
 
Angket keaktifan siswa fix
Angket keaktifan siswa fixAngket keaktifan siswa fix
Angket keaktifan siswa fix
 
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxMakalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
 
Kesulitan Belajar
Kesulitan BelajarKesulitan Belajar
Kesulitan Belajar
 
Makalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip FleksibilitasMakalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip Fleksibilitas
 

En vedette

Kesulitan belajar
Kesulitan belajarKesulitan belajar
Kesulitan belajarajengpujir
 
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSSTRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSWarman Tateuteu
 
Rett Disorder Syndrome
Rett Disorder SyndromeRett Disorder Syndrome
Rett Disorder SyndromeErYz Johaizal
 
Kesulitan Belajar
Kesulitan BelajarKesulitan Belajar
Kesulitan BelajarIlma_tyana
 
Konsep dan Perkembangan Anak dengan hambatan emosi dan sosial (Tunalaras)
Konsep dan Perkembangan Anak dengan hambatan emosi dan sosial (Tunalaras)Konsep dan Perkembangan Anak dengan hambatan emosi dan sosial (Tunalaras)
Konsep dan Perkembangan Anak dengan hambatan emosi dan sosial (Tunalaras)Wulan Yulian
 
Psikologi pendidikan tentang bakat
Psikologi pendidikan tentang bakatPsikologi pendidikan tentang bakat
Psikologi pendidikan tentang bakatReddy Prayudie
 
Ppt karakteristik anak berkebutuhan fisik, emosional, dan akademik
Ppt karakteristik anak berkebutuhan fisik, emosional, dan akademikPpt karakteristik anak berkebutuhan fisik, emosional, dan akademik
Ppt karakteristik anak berkebutuhan fisik, emosional, dan akademikEkta Lifiana
 
Himpunan Kosong, Himpunan semesta dan Diagram Venn
Himpunan Kosong, Himpunan semesta dan Diagram VennHimpunan Kosong, Himpunan semesta dan Diagram Venn
Himpunan Kosong, Himpunan semesta dan Diagram Vennazizahsh
 
Kesulitan belajar
Kesulitan belajarKesulitan belajar
Kesulitan belajardwi9092
 
himpunan dan diagram venn
himpunan dan diagram vennhimpunan dan diagram venn
himpunan dan diagram vennEdi Topan
 
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas TinggiMakalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas TinggiSeptiana Farikha
 
Asesmen bagi anak berkebutuhan khusus
Asesmen bagi anak berkebutuhan khususAsesmen bagi anak berkebutuhan khusus
Asesmen bagi anak berkebutuhan khususAgus Wagianto
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN,"PERSPEKTIF PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN INDIVIDU SERTA PE...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN,"PERSPEKTIF PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN INDIVIDU SERTA PE...PSIKOLOGI PENDIDIKAN,"PERSPEKTIF PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN INDIVIDU SERTA PE...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN,"PERSPEKTIF PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN INDIVIDU SERTA PE...Dadang DjokoKaryanto
 
Kumpulan soal-dan-pembahasan-himpunan
Kumpulan soal-dan-pembahasan-himpunanKumpulan soal-dan-pembahasan-himpunan
Kumpulan soal-dan-pembahasan-himpunanDermawan12
 
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahitastrategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahitaTjoetnyak Izzatie
 

En vedette (16)

Kesulitan belajar
Kesulitan belajarKesulitan belajar
Kesulitan belajar
 
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSSTRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
 
Rett Disorder Syndrome
Rett Disorder SyndromeRett Disorder Syndrome
Rett Disorder Syndrome
 
Makalah Psikologi
Makalah PsikologiMakalah Psikologi
Makalah Psikologi
 
Kesulitan Belajar
Kesulitan BelajarKesulitan Belajar
Kesulitan Belajar
 
Konsep dan Perkembangan Anak dengan hambatan emosi dan sosial (Tunalaras)
Konsep dan Perkembangan Anak dengan hambatan emosi dan sosial (Tunalaras)Konsep dan Perkembangan Anak dengan hambatan emosi dan sosial (Tunalaras)
Konsep dan Perkembangan Anak dengan hambatan emosi dan sosial (Tunalaras)
 
Psikologi pendidikan tentang bakat
Psikologi pendidikan tentang bakatPsikologi pendidikan tentang bakat
Psikologi pendidikan tentang bakat
 
Ppt karakteristik anak berkebutuhan fisik, emosional, dan akademik
Ppt karakteristik anak berkebutuhan fisik, emosional, dan akademikPpt karakteristik anak berkebutuhan fisik, emosional, dan akademik
Ppt karakteristik anak berkebutuhan fisik, emosional, dan akademik
 
Himpunan Kosong, Himpunan semesta dan Diagram Venn
Himpunan Kosong, Himpunan semesta dan Diagram VennHimpunan Kosong, Himpunan semesta dan Diagram Venn
Himpunan Kosong, Himpunan semesta dan Diagram Venn
 
Kesulitan belajar
Kesulitan belajarKesulitan belajar
Kesulitan belajar
 
himpunan dan diagram venn
himpunan dan diagram vennhimpunan dan diagram venn
himpunan dan diagram venn
 
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas TinggiMakalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
 
Asesmen bagi anak berkebutuhan khusus
Asesmen bagi anak berkebutuhan khususAsesmen bagi anak berkebutuhan khusus
Asesmen bagi anak berkebutuhan khusus
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN,"PERSPEKTIF PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN INDIVIDU SERTA PE...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN,"PERSPEKTIF PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN INDIVIDU SERTA PE...PSIKOLOGI PENDIDIKAN,"PERSPEKTIF PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN INDIVIDU SERTA PE...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN,"PERSPEKTIF PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN INDIVIDU SERTA PE...
 
Kumpulan soal-dan-pembahasan-himpunan
Kumpulan soal-dan-pembahasan-himpunanKumpulan soal-dan-pembahasan-himpunan
Kumpulan soal-dan-pembahasan-himpunan
 
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahitastrategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
 

Similaire à Kesulitan Belajar

Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususMakalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususDedy Wiranto
 
KESULITAN BELAJAR PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR FKIP PGSD
KESULITAN BELAJAR PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR FKIP PGSDKESULITAN BELAJAR PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR FKIP PGSD
KESULITAN BELAJAR PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR FKIP PGSDuniversitas Negeri Medan
 
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptx
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptxPresentasi Materi Ganguan Belajar.pptx
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptxPremiumLagi1
 
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada Anak
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada AnakDeteksi Dini Gangguan Belajar pada Anak
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada AnakLukman Izyan
 
3. isi isi penting (repaired)
3. isi isi penting (repaired)3. isi isi penting (repaired)
3. isi isi penting (repaired)john law
 
Slow Learner (Analisis Kasus Deteksi Kesulitan Belajar)
Slow Learner (Analisis Kasus Deteksi Kesulitan Belajar)Slow Learner (Analisis Kasus Deteksi Kesulitan Belajar)
Slow Learner (Analisis Kasus Deteksi Kesulitan Belajar)Bee_BQ
 
Masalah masalah belajar
Masalah masalah belajarMasalah masalah belajar
Masalah masalah belajarDedi Yulianto
 
Psikologi
PsikologiPsikologi
Psikologi33335
 
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...PJ0621MuhammadNaufal
 
Disleksiadisgrafia kelompok irma1
Disleksiadisgrafia kelompok irma1Disleksiadisgrafia kelompok irma1
Disleksiadisgrafia kelompok irma1mumtazkia
 
psikologi pendidikan
psikologi pendidikan psikologi pendidikan
psikologi pendidikan Aprilia putri
 
Pengenalan disleksia
Pengenalan disleksiaPengenalan disleksia
Pengenalan disleksiapeggylau9318
 

Similaire à Kesulitan Belajar (20)

Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususMakalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
 
12
1212
12
 
KESULITAN BELAJAR PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR FKIP PGSD
KESULITAN BELAJAR PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR FKIP PGSDKESULITAN BELAJAR PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR FKIP PGSD
KESULITAN BELAJAR PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR FKIP PGSD
 
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptx
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptxPresentasi Materi Ganguan Belajar.pptx
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptx
 
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada Anak
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada AnakDeteksi Dini Gangguan Belajar pada Anak
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada Anak
 
3. isi isi penting (repaired)
3. isi isi penting (repaired)3. isi isi penting (repaired)
3. isi isi penting (repaired)
 
Gangguan belajar
Gangguan belajarGangguan belajar
Gangguan belajar
 
Slow Learner (Analisis Kasus Deteksi Kesulitan Belajar)
Slow Learner (Analisis Kasus Deteksi Kesulitan Belajar)Slow Learner (Analisis Kasus Deteksi Kesulitan Belajar)
Slow Learner (Analisis Kasus Deteksi Kesulitan Belajar)
 
Kelompok 8 kb3
Kelompok 8 kb3Kelompok 8 kb3
Kelompok 8 kb3
 
Disleksia
DisleksiaDisleksia
Disleksia
 
Masalah masalah belajar
Masalah masalah belajarMasalah masalah belajar
Masalah masalah belajar
 
Psikologi
PsikologiPsikologi
Psikologi
 
Assiment khas 2012
Assiment khas 2012Assiment khas 2012
Assiment khas 2012
 
Bantu masalah disleksia
Bantu masalah disleksiaBantu masalah disleksia
Bantu masalah disleksia
 
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...
 
Disleksiadisgrafia kelompok irma1
Disleksiadisgrafia kelompok irma1Disleksiadisgrafia kelompok irma1
Disleksiadisgrafia kelompok irma1
 
Disleksia
DisleksiaDisleksia
Disleksia
 
psikologi pendidikan
psikologi pendidikan psikologi pendidikan
psikologi pendidikan
 
Perkembangan fisik
Perkembangan fisikPerkembangan fisik
Perkembangan fisik
 
Pengenalan disleksia
Pengenalan disleksiaPengenalan disleksia
Pengenalan disleksia
 

Kesulitan Belajar

  • 1. MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS “KESULITAN BELAJAR” OLEH: BAGUS DICKY (125514019) ALFIAN DWI ERNANTO (125514030) ROHMA EKA INDRI AHADIAH (125514202) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2014
  • 2. 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap anak unik dan luar biasa. Beberapa anak mempunyai perbedaan yang kita sebut anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus dapat berarti banyak hal. Kadang-kadang anak belajar secara berbeda, atau mendengarkan dengan alat bantu, atau membaca dengan huruf Braille. Seorang anak mungkin mempunyai kesulitan dalam untuk berkomunikasi atau memberikan perhatian. Seorang anak dapat lahir dengan kebutuhan khusus, atau memperolehnya karena kecelakaan atau kondisi kesehatannya. Kadang-kadang seorang anak akan mengembangkan perilaku tertentu dan kemudian menjadi terhambat perkembangannnya. Tetapi apapun masalah yang dialami seorang anak dalam proses belajarnya, emosi, tingkah laku, atau tubuh fisiknya, ia tetap seorang manusia. Ia tidak ditentukan oleh ketidakmampannya; alih-alih ketidakmampuannya adalah sebagian dari jati dirinya. 2. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah: 1. Definisi kesulitan belajar 2. Faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar 3. Karateristik anak berkesulitan belajar 4. Sebab-sebab kesulitan belajar 5. Identifikasi anak berkesultan belajar 6. Masalah dan dampak dari anak berkesulitan belajar 3. Tujuan Adapun tujuan kami dalam pembuatan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui definisi kesulitan belajar 2. Untuk mengetahui berbagai macam faktor yang menimbulkan kesulitan belajar 3. Untuk mengetahui karateristik anak berkesulitan belajar 4. Untuk mengetahui sebab-sebab kesulitan belajar 5. Untuk dapat mengidentifikasi anak berkesulitan belajar 6. Untuk mengetahui masalah dan dampak yang timbul pada anak berkesulitan belajar
  • 3. 2 PEMBAHASAN A. DEFINISI KESULITAN BELAJAR Anak berkesulitan belajar termasuk ke dalam kelompok tersendiri yang disebut learning diabilities atau berkesulitan belajar atau ketakcakapan belajar. Siapakah anak berkesulitan belajar itu? Tidak kurang dari 40 istilah telah diusulkan untuk menggambarkan atau merujuk kepada apa yang disebut dengan anak berkesulitan belajar. Dan tidak kurang dari 38 definisi telah dirumuskan untuk mengartikan istilah berkesulitan belajar. Banyak istilah atau sebutan yang sering digunakan di dalam berbagai literatur untuk merujuk anak yang mengalami kesulitan belajar khusus antara lain sebutan berikut ini. Attention deficit disorder Clumsy child syndrome Perceptual handicap Brain injury Minimal brain dysfunction Dyslexia Dyslogic syndrome Learning disorder Educational handicap Mild handicap Neurological impairment Hyperactivity Hyperkinesis Definisi lain dikemukakan oleh Samuel A.Kirk (1971) bahwa Children Listed under the caption of specific learning disabilities are children who cannot be grouped under the traditional categories of exceptional children, but who show significant retardation in learning to talk, or who do not develop normal visual or auditory perception, or who have great difficulty in learning to read, to spell, to write, or to make arithmetic calculations. Haring (1974) menambahkan, “learning disability is a behavioral deficit almost always associated with academic performance and that can be remediated by precise individual instruction programming”.
  • 4. 3 Definisi-definisi yang dikemukakan para ahli di atas menunjukkan bahwa learning disability (ies) tidak digolongkan ke dalam salah satu keluarbiasaan seperti yang dibahas sebelumnya, melainkan merupakan kelompok tersendiri. Kesulitan belajar lebih didefinisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun ekspresif di dalam proses belajar. Meskipun gangguan ini bisa terjadi di dalam berbagai tingkat kecerdasan normal atau bahkan di atas normal. Anak-anak yang berkesulitan belajar memiliki ketidakteraturan dalam proses fungsi mental dan fisik yang bisa menghambat alur belajar yang normal, menyebabkan keterlambatan dalam kemampuan perseptual-motorik tertentu atau kemampuan berbahasa. Umumnya masalah ini tampak ketika anak mulai mempelajari mata-mata pelajaran dasar seperti menulis, membaca, berhitung, dan mengeja. Keragaman jenis kesulitan belajar yang mungkin dialami seorang anak memang menimbulkan adanya klasifikasi yang cermat tentang kesulitan belajar ini. Oleh karena itu muncul berbagai istilah atau sebutan bagi kesulitan belajar seperti telah diutarakan di atas. Akan tetapi di dalam kenyataan, kesulitan yang satu seringkali dibarengi oleh kesulitan lain sehingga terjadi tumpang tindih antar kesulitan.. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar atau learning disabilities merupakan istilah generik yang merujuk kepada keragaman kelompok yang mengalami gangguan dimana gangguan tersebut diwujudkan dalam kesulitan- kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan gangguan proses belajar. B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN KESULITAN BELAJAR Kephart (1967) mengelompokkan penyebab kesulitan belajar ini dalam tiga kategori utama yaitu: kerusakan otak, gangguan emosional, dan pengalaman. Kerusakan otak berarti terjadinya kerusakan syaraf seperti dalam kasus-kasus encephalitis, meningitis, dan toksik. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan gangguan fungsi otak yang diperlukan untuk proses belajar pada anak dan remaja. Demikian pula anak-anak yang mengalami disfungsi minimal otak (minimal brain dysfunction) pada saat lahir akan menjadi masalah besar pada saat anak mengalami proses belajar. 1. Faktor Gangguan Emosional Faktor gangguan emosional yang menimbulkan kesulitan belajar terjadi karena adanya trauma emosional yang berkepanjangan yang mengganggu hubungan funsional sistem urat syaraf. Dalam kondisi seperti ini perilaku-perilaku yang terjadi seringkali seperti perilaku pada kasus kerusakan otak. Namun demikian tidak semua trauma emosional menimbulkan gangguan belajar. 2. Faktor Pengalaman Faktor ‘pengalaman’ yang dapat menimbulkan kesulitan belajar mencakup faktor- faktor seperti kesenjangan perkembangan atau kemiskinan pengalaman lingkungan. Kondisi ini biasanya dialami oleh anak-anak yang terbatas memperoleh rangsangan lingkungan yang layak, atau tidak pernah memperoleh kesempatan menangani peralatan dan mainan tertentu, dimana kesempatan semacam itu dapat mempermudah anak dalam mengembangkan keterampilan manipulatif dalam
  • 5. 4 penggunaan alat tulis seperti pensil dan ballpoint. Kemiskinan pengalaman lain seperti kurangnya rangsangan auditif menyebabkan anak kurang memiliki perbendaharaan bahasa (berkata-kata) yang diperlukan untuk berpikir logis dan bernalar. Biasanya kemiskinan pengalaman ini berkaitan erat dengan kondisi sosial ekonomi orang tua sehingga seringkali berkaitan erat dengan masalah kekurangan gizi yang pada akhirnya dapat mengganggu optimalisasi perkembangan dan keberfungsian otak. Bagan 8.1 menelusuri tahapan kesulitan belajar, yang diklasifikasikan ke dalam empat tataran, dari mulai penyebab sampai hasil. Tataran I menunjukkan penyebab asli, baik yang terjadi pada saat kelahiran maupun setelah lahir. Hasil dari tataran I ini terwujud dalam tataran II yang mungkin berupa kerusakan otak, ketidakseimbangan kimiawai, hambatan emosional, kesenjangan kematangan, dan/atau kemiskinan pengalaman yang dapat menimbulkan kesulitan dalam persepsi, pembentukan konsep, memori, dan proses lainnya sebagaimana tampak dalam tataran III. Kesulitan-kesulitan yang terjadi pada tataran III menghasilkan berbagai gaya belajar sebagaimana tampak pada tataran IV. Jika ditilik dari proses tersebut maka suatu kesulitan belajar bisa disebabkan oleh faktor ganda.
  • 6. 5 Dengan menilik faktor-faktor diatas, faktor pada tataran I dan II lebih banyak menyangkut aspek medis, biologis, atau sosiologis sehingga bidang medis akan lebih banyak terlibat dalam menangani masalah ini. Pada tataran III akan lebih banyak melibatkan ahli diagnostik dan ahli psikologi; sedangkan pada tataran IV akan lebih banyak melibatkan guru dan ahli pendidikan. Untuk kepentingan layanan pendidikan dan psikologis di dalam diagnosis dan
  • 7. 6 remedial, keragaman gaya belajar seperti tampak pada tataran IV harus menjadi fokus utama penyembuhan. Gaya belajar seperti tampak pada tataran IV merupakan hal baru tetapi merupakan dimensi yang amat penting dalam memahami faktor kesulitan belajar. Sebagai contoh seorang anak yang mempunyai ga ya belajar auditif tentu tidak akan efektif mencerna informasi yang disajikan melalui rangsangan visual. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekeliruan dalam gaya penyajian dapat menimbulkan kelambanan atau kegagalan yang dialaminya dalam belajar seyogyanya melakukan analisis tugas dan perilaku anak sebagai dasar pengembangan program pengajaran yang sepadan dengan gaya belajar dan gaya kognitif anak. C. KARAKTERISTIK ANAK BERKESULITAN BELAJAR Anak yang berprestasi rendah (underachiviers) umumnya kita temui di sekolah karena tidak menguasai mata pelajaran tertentu yang diprogramkan oleh guru berdasarkan kurikulum yang berlaku. Sebagian besar dari mereka mempunyai nilai pelajaran yang sangat rendah ditandai pula dengan hasil tes IQ berada di bawah rerata normal. Untuk golongan ini disebut dengan istilah lain, yaitu slow learners. Pencapaian prestasi rendah umumnya disebabkan oleh faktor minimal brain dysfuncton, dyslexia, atau perceptual disability. Di Amerika Serikat anal yang berprestasi rendah disebut dengan istilah spesific learning disability. 1. Aspek Kognitif Kasus kesulitan membaca (dyslexia) yang sering ditemukan di sekolah merupakan contoh klasik dari kekurangan keberfungsian aspek kognitif anak berkesulitan belajar. Tidak jarang anak yang mengalami kesulitan membaca menunjukkan kemampuan berhitung atau matematika yang tinggi. Kasus semacam tadi membuktikan bahwa anak berkesulitan belajar memiliki kemampuan kognitif yang normal, akan tetapi kemampuan tersebut tidak berfungsi secara optimal sehingga terjadi keterbelakangan akademik (academic retardation) yakni terjadinya kesenjangan antara apa yang mestinya dilakukan anak dengan apa yang dicapainya secara nyata. 2. Aspek Bahasa Di dalam proses belajar kemampuan berbahasa merupakan alat untuk memahami dan menyatakan pikiran. Oleh karena itu pula aspek kemampuan bahasa seringkali tidak dipisahkan dari aspek kognitif karena proses berbahasa pada hakikatnya adalah proses kognitif. Tampak jelas bahwa masalah kemampuan berbahasa anak akan berpengaruh signifikan terhadap kegagalan belajar. 3. Aspek Motorik Masalah motorik merupakan masalah yang umumnya dikaitkan dengan kesulitan belajar. Masalah motorik anak berkesulitan belajar biasanya menyangkut keterampilan motorik- perseptual yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan meniru rancangan atau pola. Kemampuan ini sangat diperlukan menggambar, menulis, atau menggunakan gunting.
  • 8. 7 Keterampilan tersebut sangat memerlukan koordinasi yang baik antara tangan dan mata yang dalam banyak hal koordinasi tersebut tidak dimiliki anak berkesulitan belajar. 4. Aspek Sosial dan Emosi Dua karakteristik yang sering diangkat sebagai karakteristik sosial-emosional anak berkesulitan belajar ialah: kelabilan emosional dan ke-impulsif-an. Kelabilan emosional ditunjukkan oleh sering berubahnya suasana hati dan tempramen. Ke-impulsif-an merujuk kepada lemahnya pengendalian terhadap dorongan-dorongan berbuat. D. SEBAB-SEBAB KESULITAN BELAJAR 1. Ketidakberfungsian Minimal Otak (minimal brain dysfunction) Ketidakberfungsian minimal otak digunakan untuk merujuk suatu kondisi gangguan syaraf minimal pada anak. Ketidakberfungsian ini bisa didapatkan dalam berbagai macam kombinasi kesulitan seperti: persepsi, konseptualisasi, bahasa, memori, pengendalian perhatian, impulse(dorongan), atau fungsi motorik. Sekalipun sistem seperti itu bisa mulai tampak pada usia taman kanak-kanak, tetapi untuk anak tertentu mungkin belum tampak pada saat anak memasuki sekolah dasar. Mereka mungkin menghadapi kesulitan untuk mengikuti kegiatan kelas seperti membaca, mengeja, dan berhitung; kesulitan dalam memahami konsep konkrit maupun abstrak; penampilannya cenderung kacau atau tak beraturan-tinggi dalam bidang tertentu dan rendah dalam bidang lainnya. Mereka sering menunjukkan gejala kurang mampu memusatkan perhatian, ketidakstabilan emosi, frustrasi, dan sikap permusuhan. Beberapa simptom spesifik dari ketidakberfungsian otak minimal ialah: a. Kelemahan dalam persepsi dan pembentukan konsep  Kelemahan dalam membedakan ukuran.  Kelemahan dalam membedakan kiri-kanan dan atas-bawah.  Kelemahan tilikan ruang.  Kelemahan orientasi waktu.  Kelemahan dalam memperkirakan jarak.  Kelemahan membedakan bagian-keseluruhan.  Kelemahan memahami keutuhan.
  • 9. 8 b. Gangguan bicara dan komunikasi  Kelemahan membedakan stimulus auditif.  Perkembangan bahasa yang lamban.  Seringkali kehilangan pendengaran.  Seringkali berbicara tak teratur. c. Gangguan funsi motorik  Seringkali gemetar atau menunjukkan kekakuan gerak.  Hiperaktivitas.  Hipoaktivitas. d. Kemunduran prestasi dan penyesuaian akademik  Ketidakcakapan membaca.  Ketidakcakapan berhitung.  Ketidakcakapan mengeja.  Ketidakcakapan menulis dan menggambar.  Kelambanan menyelesaikan pekerjaan.  Kebimbangan memahami instruksi. e. Karakteristik emosional  Impulsif.  Eksplosif.  Kelemahan kendali emosi dan dorongan.  Toleransi rendah terhadap frustasi. f. Gangguan proses berpikir  Ketidakcakapan berpikir abstrak.  Umumnya berpikir konkret.  Kesulitan membentuk konsep.  Seringkali berpikirnya tak terorganisasi.  Keterbatasan rentang memori.  Seringkali berpikir autistik.
  • 10. 9 2. Aphasia Aphasia merujuk kepada suatu kondisi dimana anak gagal menguasai ucapan-ucapan bahasa yang bermakna pada usia sekitar 30 tahunan. Ketidakcakapan bicara ini tidak dapat dijelaskan karena faktor ketulian, keterbelakangan mental, gangguan organ bicara, atau faktor lingkungan. Aphasia tampak dalam berbagai bentuk dengan simptom yang cukup kompleks. Secara garis besar simptom aphasia dapat digolongkan ke dalam tiga karakteristik utama berikut ini. a. Receptive aphasia  Tidak dapat mengidentifikasi apa yang didengar.  Tidak dapat melacak arah.  Kemiskinan kosakata.  Tidak dapat memahami apa yang terjadi dalam gambar.  Tidak dapat memahami apa yang dia baca. b. Expressive aphasia  Jarang bicara di kelas.  Kesulitan dalam melakukan peniruan.  Banyak pembicaraan yang tidak sejalan dengan ide.  Jarang menampilkan gesture (gerak tangan).  Ketidakcakapan menggambar dan menulis. c. Inner aphasia  Tidak mampu melakukan asosiasi; oleh karena itu sulit berpikir abstrak.  Memberikan respon yang tak layak atas panggilan/sahutan.  Lamban merespon. 3. Dyslexia Disleksia (dyslexia) atau ketidakcakapan membaca, adalah jenis lain gangguan belajar. Semula istilah disleksia ini digunakan di dalam dunia medis, tetapi saat ini digunakan pada dunia pendidikan dalam mengidentifikasi anak-anak berkecerdasan normal yang mengalami kesulitan berkompetisi dengan temannya di sekolah. Simptom umum yang sering ditampilkan anak disleksa ialah:
  • 11. 10  Kelemahan orientasi kanan-kiri.  Kecenderungan membaca kata bergerak mundur; seperti “dia” dibaca “aid”  Kelemahan keterampilan jari.  Kesulitan dalam berhitung, kesalahan hitung.  Kelemahan memori.  Kesulitan auditif.  Kelemahan memori-visual, tidak mampu memvisualkan kembali objek, kata, atau huruf.  Dalam membaca keras tidak mampu menkonversikan simbol visual kedalam simbol auditif yang sejalan dengan bunyi kata secara benar. Kata yang diucapkan tidak sesuai dengan apa yang dilihatnya. 4. Kelemahan Perseptual atau Perseptual-Motorik Kelemahan perseptual dan perseptual-motorik sebenarnya merujuk kepada masalah yang sama. Sebenarnya persepsi dapat diidentifikasi tanpa mengaitkan dengan aspek motorik. Persepsi itu sendiri berfungsi membedakan stimulus sensoris, yang pada gilirannya harus diorganisasikan ke dalam pola-pola yang bermakna. Seorang anak membedakan dan menafsirkan objek sebagai suatu kesatuan. Akan tetapi jika kelemahan perseptual-motorik itu terjadi, hubungan antara persepsi dan gerak motorik akan terganggu. Kondisi ini menjadikan anak tidak dapat melakukan pengamatan secara tepat dan tidak mampu menterjemahkan pengamatan itu ke dalam alur gerak motorik, dan bahkan anak tidak dapat mendengar dan melihat secara normal. Biasanya anak yang mengalami gangguan perseptual motorik ini mengalami kesulitan dalam memahami dan menyatakan ide. Simptom umum yang sering ditunjukkan oleh anak yang mengalami kelemahan perseptual atau perseptual-motorik ialah:  Kemiskinan koordinasi visual-motorik.  Gangguan keseimbangan badan pada waktu berjalan maju, mundur, dan menyamping.  Kurang terampil dalam melompat.  Kesulitan mengamati diri dalam konteks ruang dan waktu.  Kesulitan melakukan gerak ritme normal; saat menulis cenderung mengurangi atau menambah ukuran, bentuk, warna, ketebalan.  Kesulitan dalam mengikuti konsistensi objek; d menjadi b.
  • 12. 11 A. IDENTIFIKASI ANAK BERKESULITAN BELAJAR Keragaman definisi kesulitan belajar membawa keragaman pula dalam orientasi filosofis tentang identifikasi dan pengajaran bagi anak berkesulitan belajar. Meskipun demikian prinsip-prinsip dasar evaluasi bagi seluruh anak berkesulitan belajar perlu diketahui dan dipahami. Prinsip-prinsip dasar tersebut ialah: 1. Tes atau teknik evaluasi lain harus diberikan dalam bahasa anak, dapat dipahami oleh anak. 2. Evaluasi harus dilakukan oleh tim dari berbagai disiplin, setidak-tidaknya terdiri atas seorang guru atau ahli lain yang mengetahui masalah kesulitan belajar. 3. Kriteria penetapan kesulitan belajar hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut: a) Seorang anak dikatakan mengalami kesulitan belajar jika anak tidak mampu mencapai prestasi sesuai dengan usia dan tingkat kecakapan dalam satu atau lebih bidang:  Ekspresi lisan  Mendengarkan pemahaman  Ekspresi tulisan  Keterampilan membaca dasar  Membaca pemahaman  Perhitungan matematis, atau  Berpikir matematis b) Seorang anak tidak diidentifikasikan sebagai mengalami kesulitan belajar jika kesenjangan antara kecakapan dan prestasi disebabkan oleh:  Hambatan visual, pendengaran, atau motorik  Keterbelakangan mental  Gangguan emosional  Ketidakberuntungan lingkungan, budaya, atau ekonomis. 4. Pelaporan hasil identifikasi hendaknya menyatakan: a) Kesulitan belajar khusus apa yang dialami anak, b) Dasar yang digunakan untuk menentukan jenis kesulitan, c) Perilaku-perilaku yang relevan yang tercatat selama dilakukan pengamatan, d) Hubungan antara perilaku tersebut dengan keberfungsian akademik anak,
  • 13. 12 e) Temuan-temuan medis yang relevan dengan pendidikan, f) Kesenjangan antara prestasi dan kecakapan yang tak dapat diatasi tanpa pendidikan dan layanan khusus, g) Pertimbangan tentang pengaruh ketakberuntungan lingkungan, budaya, dan ekonomi. F. MASALAH DAN DAMPAK DARI ANAK BERKESULITAN BELAJAR Telah diungkapkan di atas bahwa perilaku bermasalah yang muncul sebagai akibat dari kesulitan belajar sangat bervariasi sesuai dengan spesifikasi kesulitan itu. Namun demikian, secara umum perilaku bermasalah yang muncul dari kesulitan belajar terutama akan terkait dengan masalah penyesuaian diri maupun akademik anak, hubungan sosial, dan stabilitas emosi. Bagi anak sendiri kondisi seperti ini dapat menimbulkan kegagalan dalam memenuhi tuntutan dan tugas belajar. Dengan kata lain dalam banyak hal anak tidak mampu menguasai tugas-tugas perkembangan yang harus dicapainya. Bagi keluarga, kondisi anak seperti itu dapat menimbulkan kekhawatiran orang tua, apalagi jika orang tua tidak memahami masalah yang dialami anaknya. Kekecewaan, perasaan, dan pikiran aneh bisa muncul pada orang tua dan tak mustahil menimbulkan frustasi orang tua atau keluarga. Bagi penyelenggara pendidikan, perilaku bermasalah karena kesulitan belajar menimbulkan dampat terhadap perlunya penempatan dan pelayanan khusus. Meskipun demikian penempatan dan pelayanan khusus ini tidak berarti perlu penyelenggaraan kelas khusus bagi anak kesulitan belajar. Penyelenggaraan kelas khusus akan membawa dampak kurang baik karena anak tidak bisa berkomunikasi atau berinteraksi dengan teman sebayanya yang normal. Penempatan dan layanan khusus tersebut akan lebih baik jika diwujudkan dalam layanan semacam resource room, dimana anak memperoleh layanan tanpa harus dipisahkan dari kelompoknya. Dalam layanan semacam ini, perlu tersedia guru khusus yang dapat memberikan layanan dan konsultasi bagi guru kelas dimana anak tersebut ada. Melalui kegiatan bersama antara guru kelas dan guru khusus tadi, rancangan layanan pendidikan dan psikologis dikembangkan. Mengingat harapan tersebut di Indonesia masih sulit diwujudkan, maka hal yang paling mungkin ialah membekali para guru dan calon guru sekolah dasar dengan pengetahuan/keterampilan memahami dan membantu anak berkesulitan belajar.
  • 14. 13 PENUTUP Kesimpulan  Kesulitan belajar atau learning disabilities merupakan istilah generik yang merujuk kepada keragaman kelompok yang mengalami gangguan dimana gangguan tersebut diwujudkan dalam kesulitan-kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan gangguan proses belajar.  Anak berkesulitan belajar merupakan kelompok tersendiri. Kesulitan belajar lebih didefinisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun ekspresif di dalam proses belajar.
  • 15. 14 DAFTAR PUSTAKA Delphie,Bandi (2007). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting Pendidikan Inklusi. Sleman:Penerbit KTSP Somantri.Sutjihati (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung :Penerbit Refika Aditama