1. I. Judul Percobaan
Praktikum Koloid Pembuatan Selai
II. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan koloid.
2. Untuk mengetahui cara pembuatan selai nanas.
3. Untuk mengetahui sifat- sifat dari koloid.
III. Pelaksanaan Percobaan
- Hari: Senin
- Tanggal: 06 Februari 2023
- Waktu: Pukul 08.00 WIB
- Tempat: SMA BINA SEJAHTERA
IV. Alat dan Bahan
1. Alat
- 2 Buah Baskom Besar
- 1 Buah Sendok Kue
- 2 Buah Pisau
- 1 Buah Blender
- 2 Buah Parutan
- 1 Buah Spatula
- 1 Buah Penggorengan
- 1 Buah Kompor
2. Bahan
- 2 Buah Nanas
- 1 Kilogram Gula Pasir
LANDASAN TEORI
2.1. SISTEM KOLOID
Koloid berasal dari bahasa Yunani “kolia” yang artinya lem.
Koloid pertama kali dikenalkan oleh Thomas Graham (1861)
berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kristal
tapi sulit terdisfusi.
Koloid atau dispersi koloid (sistem koloid) adalah sistem
2. dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari laritan
tapi lebih kecil dari suspensi, dengan ukuran partikel antara
1nm-100nm sehingga tidak bisa diamati dengan mata telanjang
tetapi dapat diamati dengan mikroskop dengan tingkat pembesaran
yang tinggi.
Secara umum perbedaan suspensi, larutan dan koloid dapat dilihat
pada tabel berikut.
Larutan
(Dispersi Molekuler)
Koloid
(Dispersi Koloid)
Suspensi
(Dispersi Kasar)
Homegen, tak dapat
Dibedakan walaupun
menggunakan mikroskop
ultra.
Secara
mikroskopis
bersifat
homogen, tetapi
heterogen jika
diamati dengan
mikroskop ultra.
Heterogen.
Heterogen.
Semua partikel
berdimensi (panjang,
lebar, atau tebal)
kurang dari 1nm
Partikel
berdimensi
anatara 1nm
sampai 100nm.
Salah satu
atau semua
dimensi partikel
besar dari 100nm.
Satu fasa. Dua fasa. Dua fasa.
Stabil. Pada umunya
stabil.
Tidak stabil.
Tidak dapat
disaring.
Tidak dapat
disaring, kecuali
dengan
penyaringan
ultra.
Dapat disaring
Contoh:
Larutan gula, larutan
garam, alkohol 70%,
larutan cuka, airlaut,
udara yang bersih, dan
bensin.
Contoh:
Sabun, susu, santan, jeli,
selai, mentega,
dan mayones.
Contoh:
Air Sungai yang keruh,
campuran
air dengan pasir,
campuran kopi
dengan air, dan
campuran minyak
dengan air.
3. 2.2. JENIS-JENIS KOLOID
Sistem koloid terdiri atas 2 fasa, yaitu fasa terdispersi
dan fasa pendispersi (medium dispersi). Berdasarkan jenis fasa
terdispersi dan fasa pendispersinya koloid dapat dibedakan
menjadi 8 jenis sebagai berikut:
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi
dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut
aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair.
Banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti hair spray, obat nyamuk
semprot, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol
diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol).
2. Sol
Sistem koloid dari pertikel padat yang terdispersi dalam zat
cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair
disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat
cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan
kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan
emulsi air dalam minyak (A/M).
No. Fase Terdispersi Fase
Pendispersi
Jenis
(Nama Koloid)
Contoh
1. Padat Padat Sol Padat Mutiara, kaca
warna
2. Cair Padat Busa Padat Keju, mentega
3. Gas Padat Emulasi padat Batu apung,
kerupuk
4. Padat Cair Sol, gel Pasti dalam
air, cat, jeli
5. Cair Cair Emulsi Susu, santan
mayonaie
6. Gas Cair Busa Krim pasta
7. Padat Gas Aerosol padat Debu, Asap
8. Cair Gas Aerosol cair Awan Kabut
4. 4. Buih
Sistem koloid dari gas yang tedispersi dalam zat cair
disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi,untuk menstabilkan
buih diperlukan zat pembuih.
5. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel.
2.3. SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya)
oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran
molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John
Tyndall(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut
efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena
sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya,maka larutan tersebut
tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan
dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar
tersebut.Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang
senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak
beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka
kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak
membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan
tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau
hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid
dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel- partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-
partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari
segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka
tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat
suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak
partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran
partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar
ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan
5. dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh
suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar
energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel
medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-
partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula
sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown
semakin lambat.
3. Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau
senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh
luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan
dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam
suatu partikel).
Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh:
- koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan
menyerap kuman penyebab diare.
- Koloid Fe(OH)
3
akan mengadsorbsi ion H
+
sehingga menjadi
bermuatan +. Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-
menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan
saling menggerombol.
4. Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung
berpindahnya ion atau partikel koloid bermuatan dalam medium cair
yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu, pergerakan partikel-
partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode.
Prinsip kerja elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap
hasil industri dengan alat Cottrell.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan
membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat
6. terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan mengalami
koagulasi dengan cara Mekanik yang dilakukan dengan pemanasan,
pendinginan atau pengadukan cepat.Dengan penambahan elektrolit
(asam, basa, atau garam). Contoh: susu, sirup masam-masam.
2.4. PROSES PEMBUATAN KOLOID
1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan
cara penggumpalan partikel yang sangat kecil. Penggumpalan
partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan
mencampurkan larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.
Contoh: AgNO
3
+ NaCl —> AgCl(s) + NaNO
3
b. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem
koloid dapat dibuat dengan mereaksikan suatu zat dengan air.
Contoh: AlCl
3
+H
2
O —> Al(OH)
3
(s) + HCl
c. Reaksi Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.
Contoh: pada larutan emas
Reaksi: AuCl3 + HCOH —> Au + HCl + HCOOH
Emas formaldehid
d. Reaksi Pergeseran
Contoh: pembuatan sol As
2
S
3
dengan cara mengalirkan gas H
2
S ke
dalam laruatn H
3
AsO
7. 3
encer pada suhu tertentu.
Reaksi: 2 H
3
AsO
3
+ 3 H
2
S —> 6 H
2
O + As
2
S
3
e. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan
alkohol 96% ke dalam larutan kalsium asetat jenuh.
2.Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan
memperkecil partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel
koloid, pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.
a. Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat
padat, dengan menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam
medium pendispersi.
Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan
membentuk koloid dengan kotoran air.
Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid
kemudian didispersikan dalam air.
Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama
gulapada penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula
akan larut dan belerang menjadi sol.
b. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid
dengan menambahkan ion sejenis, sehingga partikel endapan akan
dipecah.
Contoh:
1. Sol Fe(OH)
3
dengan menambahkan FeCl
3
.
2. Sol NiS dengan menambahkan H
2
S.
8. 3. karet dipeptisasi oleh bensin.
4. agar-agar dipeptisasi oleh air.
5. endapan Al(OH)
3
dipeptisasi oleh AlCl
3
.
c. Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan
mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke
dalam air, sehingga kawat logam akan membentuk partikel koloid
berupa debu di dalam air.
d. Cara Ultrasonik
Yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi >
20.000 Hz)
Campuran heterogen
Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air.
Campuran heterogen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Sistem
koloid termasuk dalam bentuk campuran. Campuran terbagi menjadi
2, yaitu:
1. Suspensi, contoh: pasir dalam air.
2. Koloid, contoh: susu dengan air
VI. Cara Kerja
1. Siapkan dua buah nanas yang masih segar.
2. Lalu kupas kulit nanas hingga bersih, kemudian cuci dengan
air.
3. Setelah dicuci kemudian nanas dipotong kecil kecil.
4. Kemudian potongan nanas tadi diparut dan diblender hingga
menjadi lembut.
5. Selanjutnya dimasukkan kedalam penggorengan untuk dimasak
tanpa menggunakan minyak, sambil diaduk aduk secara berkala.
6. Selagi dimasak masukan gula pasir sedikit demi sedikit agar
dapat mengetahui tingkat kemanisan yang diinginkan.
7. Setelah mengental, selai nanas dapat diangkat dari
penggorengan dan ditiriskan, lalu disimpan ke toples selai yang tertutup rapat.
9. VII. Data Hasil Pengamatan
Waktu (menit-) Perubahan Keterangan
1 Menit Kental berair dan
berwarna
kuning terang
5 Menit Cair namun warnanya
tetap
Mulai mendidih
10 Menit Kental, warnanya mulai
berubah
kuning keemasan
Mulai mendidih
15 Menit Kental dan menguap,
warna tetap
20 Menit Kental, tidak berair, dan
warna
tetap
25 Menit Kental, warna kuning
keemasan
pekat
Jika didiamkan
adonan akan
meletup-letup
30 Menit Kental, warna tetap
35 Menit Tetap
40 Menit Tetap
VIII. Diskusi Hasil Percobaan
Setelah selai selesai dibuat, kami mendiskusikan hasil percobaan
kami, campuran nanas yang sudah dihaluskan dan air jika
ditambahkan gula akan menyatu dan membuat adonan menjadi kental,
namun jika terlalu lama akan menghasilkan produk lain dan berbeda
tekstur dengan selai.
IX. Kesimpulan
Selai merupakan salah satu produk koloid yang terdapat
dikehidupan sehari-hari. Selai termasuk kedalam jenis sol dan
pembuatannya dengan cara mekanik, cara mekanik adalah penghalusan
partikel-partikel kasar dan padat dengan proses penggilingan yang
dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Zat
terdispersinya padat dan medium dispersinya adalah cair.