RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
LKS Matematika
1. TUGAS AKHIR
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Metodologi Penelitian
OLEH:
Abdul Hamid: 2413.001
PMTK V A
Dosen pembimbing:
Imamuddin, M.Pd
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BUKITTINGGI
2015/2016
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalani oleh seseorang untuk
dapat menjadi manusia sempurna. Proses pendidikan yang berjalan dengan
lancar atau ideal merupakan harapan dari setiap komponen pendidikan yang
ada seperti guru, siswa, dan sebagainya. Keidealan atau kelancaran proses
pendidikan yang sesuai dengan harapan sangat jarang terjadi, hal itu mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor. Di samping itu, tuntutan untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional harus diupayakan, namun hal ini belum tercapai
secara maksimal. Sebagaimana telah diketahui bahwa tujuan pendidikan
nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang bertakwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokrat serta bertanggung jawab.
Melihat begitu banyaknya harapan yang terdapat pada tujuan
pendidikan nasional tersebut, semua itu hendaknya tercapai secara maksimal
sesuai dengan yang diinginkan. Proses pendidikan yang berjalan sesuai
dengan harapan, tentunya tidak terlepas dari komponen pendidikan yang ada.
Termasuk proses pendidikan dalam pembelajaran yang lebih spesifiknya yaitu
pembelajaran matematika.
3. Mengingat begitu besarnya peranan matematika dalam perkembangan
ilmu pendidikan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam
meningkatkan mutu pendidikan matematika ini, diantaranya dengan perbaikan
dan pengembangan kurikulum. Namun kenyataannya, peningkatan mutu
pendidikan matematika ini tidak semudah yang dibayangkan.
Tinggi rendahnya mutu pendidikan matematika ini salah satunya dapat
dilihat dari hasil belajar matematika yang dicapai. Siswa dapat memperoleh
hasil yang baik dalam pembelajaran, jika ia memang benar–benar serius dalam
mengikuti pelajaran. Hal ini tidak ditemukan pada waktu sekarang, dimana
siswanya kurang serius dalam mengikuti pelajaran, karena kegiatan
pembelajaran di kelas masih berlangsung satu arah, yaitu dari guru ke siswa.
Siswa hanya menerima apa yang dikatakan gurunya, menjawab pertanyaan
jika guru mengajukan pertanyaan, tidak ada inisiatif siswa sendiri bertanya
jika mengalami kesulitan. Guru belum melibatkan siswa secara keseluruhan,
seperti saat guru memberikan beberapa pertanyaan, guru hanya memberikan
kesempatan kepada orang yang sama setiap kalinya.
Berdasarkan pengetahuan saya dilapangan, bahwa siswa hanya
menggunakan sumber belajar berupa buku pegangan yang sama dengan buku
pegangan yang dipakai guru. Materi yang diberikan guru hanya bersumber
dari buku pegangan ini.
Informasi ini diperoleh berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan
siswa kelas XI IPA SMA N 5 BUKITTINGGI bahwa bagi siswa yang
paham, pengetahuan itu tidak bertahan lama dalam ingatan siswa karena
4. konsep itu tidak ditemukannya sendiri. Selain itu, contoh soal yang dijelaskan
juga sesuai dengan yang ada di buku, guru menjelaskan contoh soal yang ada
tanpa menuntut siswa untuk menemukannya, sehingga siswa sulit
menyelesaikan soal-soal yang berbeda dengan contoh soal yang telah
dijelaskan. Ketika guru memberikan latihan, hanya sebagian siswa yang
berusaha mencari atau mengerjakannya, sedangkan siswa yang lain hanya
menunggu jawaban temannya, tanpa berusaha mencari sendiri. Jika ada siswa
yang kurang memahami materi, mereka enggan untuk bertanya atau hanya
menyimpan pertanyaannya. Disinilah terlihat aktivitas belajar siswa masih
sangat rendah yang kadangkala dapat menyebabkan hasil belajar siswa juga
rendah.
Pada KTSP, siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran. Dalam
KTSP, tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Oleh karena itu, siswa harus
aktif mencari dan membaca informasi dari sumber lain, untuk menambah
pengetahuan matematika dan meningkatkan pemahaman konsepnya. Materi
matematika tidak akan bisa dipahami jika hanya membaca sekali saja, tetapi
harus berulang-ulang kali.
Untuk membantu siswa agar lebih mudah memahami materi
matematika diperlukan suatu sumber pendamping dalam pembelajaran dan
memungkinkan untuk dipelajari secara mandiri. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan pada siswa diperoleh informasi bahwa belum ada guru
5. memakai sumber pendamping sebagai sumber belajar selain buku paket yang
ada. Padahal sumber pendamping tersebut bisa dibuat sendiri oleh guru
dengan melihat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Disinilah
kemampuan guru sangat dituntut untuk membuat pembelajaran matematika
tidak monoton dan siswa bisa memahami materi tanpa guru langsung yang
menjelaskan. Salah satu bentuk sumber pendamping sebagai sumber belajar
yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa yang bisa dibuat guru
adalah Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan siswa (LKS) dapat
digunakan untuk penanaman konsep atau untuk meningkatkan pemahaman
siswa terhadap konsep atau materi pembelajaran. Lembar kegiatan siswa dapat
membantu siswa untuk lebih memahami materi yang belum dipahami siswa
dari penjelasan guru pada proses pembelajaran. Selain itu, LKS juga bisa
membantu siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran karena dengan
adanya LKS, siswa akan lebih termotivasi melakukan kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran di sekolah dapat terlaksana jika ada komponen-
komponen yang saling terkait dan saling membutuhkan, yaitu ada siswa, ada
guru, dan ada materi yang akan dipelajari. Dari hasil wawancara dengan guru
matematika dan siswa, diperoleh informasi bahwa materi peluang ini
merupakan salah satu materi yang susah dipahami oleh siswa, karena materi
peluang sangat membutuhkan kemampuan berfikir yang tinggi dan siswa
harus benar-benar memahami soal-soal yang akan dikerjakan, sedangkan
6. siswa malas untuk melakukan semua itu. Di samping itu, kurang bermaknanya
kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru juga akan membuat siswa susah
memahami materi peluang, dimana guru langsung memberikan konsep
mengenai materi, tanpa meminta siswa terlebih dahulu menemukan konsep
tersebut, sehingga ketika siswa mengerjakan soal-soal yang agak berbeda dari
soal yang telah dicontohkan, siswa tersebut tidak mampu untuk
menyelesaikannya. Proses pembelajaran matematika seperti itu akan terus
membuat matematika monoton dan membosankan. Menurut pendekatan
konstruktivisme, belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara
aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika.
Untuk membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika
dalam pembelajaran, maka lembar kegiatan siswa yang dibuat dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme. Lembar kegiatan siswa ini
berisikan materi dengan contoh-contoh yang mendorong siswa untuk
menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan yang
ada¸ dimana cara-cara yang ditemukan oleh siswa tersebut, diarahkan oleh
guru kepada jawaban yang sebenarnya, tanpa langsung memvonis bahwa
jawaban siswa itu salah, sehingga siswa tidak akan takut untuk mengeluarkan
pendapatnya dalam belajar. Hal inilah yang akan membuat pengetahuan itu
akan terus teringat oleh siswa, karena siswa sendiri yang membangun
(mengkonstruksi) pengetahuannya. Pembelajaran seperti ini akan membuat
siswa aktif dan hasil belajar siswa akan meningkat dari yang sebelumnya.
7. Tidak hanya itu, dalam penggunaan lembar kegiatan siswa berbasis
pendekatan konstruktivisme ini peran guru tidak lagi sebagai informator,
tetapi sebagai fasilitator yang akan membimbing siswa dalam belajar. Selain
itu, siswa bisa belajar mandiri atau berkelompok dengan panduan LKS yang
disediakan dan pemahaman siswa terhadap materi menjadi lebih baik karena
adanya panduan yang jelas.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang lembar kegiatan siswa berbasis pendekatan konstruktivisme. Materi
yang dijadikan bahan kajian dalam lembar kegiatan siswa berbasis pendekatan
konstruktivisme adalah materi peluang. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul
“Pengembangan LKS Pembelajaran Matematika berbasis Pendekatan
Konstruktivisme pada Materi Peluang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah validitas LKS pembelajaran matematika berbasis
pendekatan konstruktivisme pada materi peluang?
C. Tujuan Pengembangan
Tujuan dari pengembangan lembar kegiatan siswa ini adalah:
1. Untuk menentukan validitas dari LKS pembelajaran matematika berbasis
pendekatan konstruktivisme pada materi peluang.
8. D. Pentingnya Pengembangan
Pentingnya pengembangan ini adalah:
1. Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru dalam
pembelajaran matematika, khususnya materi peluang.
E. Spesifikasi Produk
LKS pembelajaran matematika berbasis pendekatan konstruktivisme untuk
siswa memiliki spesifikasi yaitu pengembangan LKS dirancang sedemikian rupa
sehingga penyajiannya memakai prinsip-prinsip pembelajaran pendekatan
konstruktivisme. LKS pembelajaran matematika berbasis pendekatan kontruktivisme
memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. LKS dibagi menjadi 5 kali pertemuan sesuai dengan indikator
pembelajaran dan tujuan pembelajaran
2. Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pembelajaran dibuat satu
lembar dalam gambar berawan di awalLKS setelah cover LKS.
3. Tujuan pembelajaran dituliskan pada setiap lembar kegiatan siswa (LKS)
4. Setiap lembar kegiatan siswa (LKS) diberi petunjuk penggunaannya sehingga
jelas apa yang akan dilakukan siswa.
5. Setiap indikator disajikan prosedur penggunaan lembar kegiatan siswa yang
berisikan :
a. Ilustrasi-ilustrasi untuk membangun (mengkonstruk) pengetahuan
siswa sekaligus penemuan konsep, dimana ilustrasi tersebut dibubuhi
titik-titik yang akan diisi oleh siswa dan perintah mengenai ilustrasi.
b. Adanya pertanyaan-pertanyaan dari ilustrasi yang diberikan agar siswa
mampu untuk mengeluarkan ide-idenya mengenai materi.
9. c. Meminta pendapat siswa tentang konsep yang dipelajari agar siswa
tidak kaku dalam memahami materi atau bisa menyampaikan materi
dengan bahasanya sendiri.
d. Adanya contoh soal dari materi yang bertujuan agar siswa lebih
memahami materi dan bentuk-bentuk soal yang berkaitan dengan
materi.
e. Adanya soal-soal yang berhubungan dengan materi yang berbeda
dengan contoh soal yang ada, untuk soal pertama diberikan langkah
penyelesaian yang tidak lengkap.
f. Ruang untuk kesimpulan mengenai materi yang bertujuan untuk
melihat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan dan konsep
yang telah diperolehnya yang nantinya akan berbeda-beda bahasa
kesimpulan yang dibuat siswa, sehingga siswa merasa dihargai dari
apa yang telah diperolehnya.
F. DefinisiOperasional
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam memahami judul
serta pembahasan dalam proposal ini, maka peneliti akan menjelaskan beberapa
istilah yang terdapat pada proposal ini.
Lembar kegiatan siswa (LKS) berbasis pendekatan konstruktivisme
adalah salah satu sumber belajar yang berisi ilustrasi-ilustrasi yang
membantu siswa dalam membangun (mengkonstruk) sendiri
pengetahuannya, pertanyaan mengenai ilustrasi yang diberikan, contoh
soal dan soal-soal yang dikembangkan dengan pendekatan
10. konstruktivisme dan membutuhkan ide-ide atau pendapat masing-masing
siswa dalam menyelesaikan persoalan yang ada pada lembar kegiatan
siswa tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah dan Cucu Suhana
bahwa Pendekatan Konstruktivisme adalah suatu pendekatan dalam belajar
mengajar yang mengarahkan pada penemuan suatu konsep yang lahir dari
pandangan, dan gambaran serta insiatif peserta didik”.1
Lembar kegiatan siswa berbasis pendekatan konstruktivisme yang
dirancang harus valid dan praktis. Valid dengan memenuhi kriteria
validasi yaitu validasi isi dan validasi konstruk. Validasi isi yaitu apakah
LKS pembelajaran matematika yang telah dirancang sesuai dengan
kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang telah ditetapkan.
Validasi konstruk yaitu kesesuaian komponen-komponen LKS dengan
unsur-unsur pengembangan yang telah ditetapkan.
1Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran,(Bandung : PT Refika
Aditama, 2009), h.62
11. BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika
Belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh
pengalaman atau pengetahuan baru, sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku,
misalnya setelah belajar matematika siswa itu mampu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan matematikanya dimana sebelumnya mereka tidak
dapat melakukannya. 2
Selanjutnya, Slameto mengemukakan belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksinya dengan lingkungan. 3
Senada dengan itu, Oemar Hamalik
mendefinisikan bahwa:” belajar adalah terjadinya perubahan dari persepsi dan
prilaku, termasuk juga perbaikan prilaku, misal pemuasan kebutuhan masyarakat dan
prilaku dan prilaku secara lebih lengkap.4
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
proses dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan yang menghasilkan
perubahan tingkah laku, dimana perubahan yang terjadi itu, tidak semuanya dapat
dikategorikan pada perubahan akibat belajar. Belajar ini tidak terlepas sebagai suatu
proses sehingga prosesnya sering disebut pembelajaran.
2Herman Hudoyo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, ( Malang :
Universitas Negeri Malang, 2001), h. 83
3 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1995) h. 2
4 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2002) h. 45
12. Untuk memahami apa itu pembelajaran, Undang-Undang SISDIKNAS No.
20 tahun 2003 dijelaskan bahwa:“ pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.5
Selanjutnya,
pengertian pembelajaran menurut Trianto adalah interaksi dua arah dari seorang guru
dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens
dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.6
mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsip matematika dengan
kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu
terbangun kembali”.7
Berdasarkan definisi di atas, pembelajaran matematika yang
dimaksud peneliti yaitu siswalah yang mengkonstruksi pengetahuannya sendiri,
sedangkan guru tetap berperan sebagai motivator dan fasilitator, sehingga seorang
guru harus mampu menciptakan suasana yang bisa melibatkan siswa secara aktif
dalam belajar baik secara mental, fisik maupun secara sosial.
Pembelajaran matematika yang melibatkan siswa secara mental adalah
pembelajaran yang membentuk kepribadian siswa. Pembelajaran matematika yang
melibatkan siswa aktif secara fisik adalah pembelajaran yang membuat siswa
melakukan aktivitas membaca, menulis, dan berbicara, sedangkan pembelajaran
matematika yang melibatkan siswa aktif secara sosial adalah pembelajaran yang
dapat mengajak siswa untuk saling berhubungan dengan siswa lain. Dengan kata lain,
dapat mengajak siswa berinteraksi dengan sesamanya dan melatih siswa untuk belajar
sendiri, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab di dalam diri siswa, untuk itu perlu
5 SISDIKNAS, Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas,(Bandung : Fokus media 2006), h. 4
6Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta:Kencana Prenada
Media Group, 2009), h. 17
7 Muliyardi, Strategi Pembelajaran, (Padang: FMIPA, 2003) h. 3
13. digunakan metode pembelajaran baru yang diyakini dapat meningkatkan keaktifan
siswa sehingga hasil belajar siswa tinggi.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat
pembelajaran matematika sebagai ilmu deduktif, ilmu terstruktur, serta sebagai ratu
dan pelayan ilmu. Hakikat pembelajaran matematika berkaitan dengan lembar
kegiatan siswa berbasis pendekatan konstruktivisme, karena melalui LKS berbasis
pendekatan konstruktivisme inilah matematika sebagai ilmu deduktif yang menuntut
siswa untuk bisa mempelajari matematika tidak diterima begitu saja tetapi harus
siswa menemukan (mengkonstruk) sendiri pengetahuannya.
B. Objek Dasar Pembelajaran Matematika
Menurut Merril, ada 4 objek dasar pembelajaran matematika yang harus
diperhatikan, yaitu :
a. Fakta adalah informasi yang digunakan benda atau konsep-konsep
tertentu, seperti nama orang, tanggal, peristiwa, nama tempat, dan
sebagainya.
Dalam matematika menurut Gagne, Fakta adalah objek matematika yang
tinggal menerimanya seperti lambang bilangan, sudut, dan notasi-notasi
matematika lainnya.
b. Konsep adalah sekelompok benda, peristiwa, atau simbol yang
mempunyai ciri yang sama.
Dalam matematika menurut Gagne, konsep adalah ide abstrak yang
memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan
14. non contoh. Misalkan konsep bujur sangkar, bilangan prima, himpunan
dan vektor.
c. Prosedur adalah susunan suatu langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam mencapai tujuan
d. Prinsip adalah penjelasan tentang hubungan sebab akibat atau hubungan
korelasional.
Dalam materi peluang contoh-contoh objek dasar pembelajaran matematika
yang berupa :
a. Fakta berupa:
𝑛!: 𝑛𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟𝑖𝑎𝑙, 𝑃 ∶ 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑡𝑎𝑠𝑖, 𝐶: 𝑘𝑜𝑚𝑏𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖,
𝑟 ∶ 𝑘𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛,
b. Konsep berupa:
1) Aturan pengisian tempat adalah jika tersedia r tempat dengan:
𝑛1 𝑐𝑎𝑟𝑎 untuk mengisi tempat pertama
𝑛2 𝑐𝑎𝑟𝑎 untuk mengisi tempat kedua
𝑛1 𝑐𝑎𝑟𝑎 untuk mengisi tempat ketiga
.
.
nr cara untuk mengisi tempat pertama, kedua, sampai r-1 terisi, maka
banyaknya cara untuk mengisi r tempat yang tersedia itu adalah :
𝑛1 𝑥 𝑛2 𝑥… . 𝑥 𝑛 𝑟 𝑐𝑎𝑟𝑎
2) Permutasi adalah suatu r unsur dari n unsur yang tersedia adalah semua
urutan yang berbeda yang mungkin dari r unsur diambil dari n unsur
yang berbeda, dan memperhatikan urutannya.
15. 3) Kombinasi adalah r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia (tiap
unsur berbeda) adalah suatu pilihan dari r unsur tanpa memperhatikan
urutannya ( 𝑟 ≤ 𝑛)
c. Prinsip berupa :
1) Banyak permutasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia
ditentukan dengan aturan :
𝑃𝑟
𝑛 = 𝑛 × ( 𝑛 − 1) × ( 𝑛 − 2) × … × ( 𝑛 − 𝑟 + 1) =
𝑛!
( 𝑛 − 𝑟)!
2) Banyak kombinasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia
ditentukan dengan aturan: 𝐶 𝑟
𝑛 =
𝑛!
𝑟!( 𝑛−𝑟)!
d. Prosedur, berupa:
Menentukan banyaknya cara dari sebuah persoalan atau sebuah kasus, dengan
cara menentukan terlebih dahulu apakah soal atau kasus tersebut termasuk
permutasi atau kombinasi.
C. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran
berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Berdasarkan pengertian diatas,
dapat disimpulkan bahwa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran
yang berisi tugas-tugs yang harus dikerjakan siswa yang dapat membantu siswa
untuk meningkatkan pemahaman konsepnya.
Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan
mampu memanfaatkan lembar kegiatan siswa yang ada, dimana guru tersebut harus
menjadi fasilitator bagi siswa sehingga apa yang dipelajari bisa dipahami siswa
16. dengan mudah. Selanjutnya menurut Endang Widjajanti, lembar kegiatan siswa ini
juga mempunyai beberapa fungsi dalam proses belajar mengajar yaitu:
1. Dapat mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai siswa.
2. Membantu siswa dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar.
3. Dapat membangkitkan minat siswa jika LKS disusun secara
rapi, sistematis mudah dipahami oleh siswa sehingga mudah
menarik perhatian siswa.
4. Dapat digunakan untuk melatih siswa menggunakan waktu
seefektif mungkin.
5. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah.5
Lembar kegiatan siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan
aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran
dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. Lembar kegiatan siswa dapat
digunakan sebagai sarana untuk penanaman konsep atau untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep atau materi pelajaran.
Dalam penelitian ini LKS yang dirancang berisi petunjuk penggunaan LKS,
adanya tujuan dari pembelajaran, prosedur lembar kegiatan siswa yang berisikan
ilustrasi-ilustrasi dari materi, berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai ilustrasi
dan meminta pendapat siswa mengenai suatu konsep yang sedang dipelajari,
kemudian adanya contoh soal mengenai materi dan soal-soal mengenai materi
tersebut. Sebagai tambahannya pada LKS ini ada kesimpulan terhadap materi yang
dipelajari yang akan diisi oleh siswa itu sendiri. Soal-soal yang ada pada LKS
tersebut dibedakan dengan soal yang telah diberikan sehingga memunculkan
pendekatan konstruktivisme sebagaikarakteristik dari lembar kegiatan siswa.
17. D. Pendekatan Konstruktivisme
1. Pengertian Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu
pendekatan yang lebih berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses
pembelajaran. Pendekatan ini disajikan supaya lebih merangsang dan memberi
peluang kepada peserta didik untuk belajar berfikir inovatif dan mengembangkan
potensinya secara optimal. Menurut Paul Suparno, konstruktivisme adalah salah
satu filsafat pengetahuan yangmenekankan bahwa pengetahuan kita adalah
konstruksi (bentukan) kita sendiri.6
Dalam teori belajar konstruktivis, ciri khas belajar konstruktivis adalah
pembelajaran bukan sesuatu yang bersifat individual semata, belajar juga
dikonstruksikan secara sosial dengan mendorong kerja sama dan diskusi
kelompok melalui interaksi dengan teman sebaya, guru, orang tua dan
sebagainya.
Selanjutnya Syaiful Sagala mendefinisikan konstruktivisme adalah “ide
bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi
kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik
mereka sendiri”. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendekatan konstruktivisme adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
menemukan sendiri pengetahuannya melalui pengamatan dan pemahamannya.
2. Karakteristik Pendekatan Konstruktivisme.
Pendekatan konstruktivisme sebagai suatu pendekatan dalam proses
pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:
18. a. Proses pembelajaran berpusat pada siswa sehingga
siswa diberi peluang besar untuk aktif dalam proses
pembelajaran.
b. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi
pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang
dimiliki siswa.
c. Berbagai pandangan yang berbeda di antara siswa
dihargai dan sebagai tradisi dalam proses
pembelajaran.
d. Siswa di dorong untuk menemukan berbagai
kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi.
e. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka
mendorong siswa dalam proses pencarian (inkuiri)
yang lebih alami.
f. Proses pembelajaran mendorong terjadinya kooperatif
dan kompetitif dikalangan siswa secara aktif, kreatif,
inovatif, dan menyenangkan.
g. Proses pembelajaran dilakukan secara konstektual,
yaitu siswa dihadapkan ke dalam pengalaman nyata.
Dari karakteristik konstruktivisme di atas dapat dilihat bahwa proses
pada pembelajaran ini berpusat kepada siswa, dimana siswa dituntut untuk dapat
membangun sendiri pengetahuannya baik dari pengalaman dan pengamatannya
terutama dalam bidang sains dan matematika. Pembelajaran matematika pada
prinsipnya telah banyak menggunakan prinsip-prinsip konstruktivisme, yaitu :
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif
b. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa
c. Mengajar adalah membantu siswa belajar
d. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan
pada hasil akhir
e. Kurikulum menekankan partisipasi siswa
f. Guru adalah fasilitator.
Prinsip konstruktivisme di atas, sangat membantu siswa dalam proses
pembelajaran karena siswa dituntut untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran
dan mampu untuk mengkonstruk (membangun) pengetahuan siswa itu sendiri.
Hal ini mengakibatkan konsep atau pengetahuan yang telah dipelajari bertahan
lama dalam ingatan siswa.
19. 3. Format Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme
Menurut sifatnya, konstruktivisme seharusnya mendorong
eksperimentasi, kontingensi, dan kecairan dalam pelajaran. Ada empat
langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembelajaran
konstruktivisme yaitu :
a. Fase start
Pada fase ini guru memulai pelajaran dengan sebuah masalah yang
relevan dengan kehidupan murid sehari-hari.
b. Fase eksplorasi
Pada fase ini guru memberikan murid kesempatan untuk kerja
kelompok yang melibatkan situasi riil atau bahan-bahan riil.
c. Fase refleksi
Pada fase ini murid diminta untuk menganalisis serta mendiskusikan
apa yang telah mereka kerjakan, baik dengan kelompok lain atau
dengan guru. Guru bisa memberikan pertanyaan dan komentar
terhadap kegiatan siswa.
d. Fase aplikasi dan diskusi
Pada fase ini guru dapat meminta seluruh kelas untuk mendiskusikan
berbagai temuan dan menarik kesimpulan.
Beberapa bentuk pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivis adalah:
20. a. Pembelajaran top-down
Pembelajaran ini dimulai dengan masalah (sering muncul dari siswa
sendiri) dan selanjutnya guru membantu siswa menyelesaikan
bagaimana menemukan langkah-langkah memcahkan masalah.
b. Pembelajaran kooperatif
Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran
kooperatif secara luas, berdasarkan teori bahwa siswa lebih mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka
saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.
c. Pembelajaran generatif (generative learning)
Strategi pembelajaran generatif mengajarkan siswa metode-metode
spesifik melakukan kerja mental menangani informasi baru. Misalnya,
siswa mengucapkan dengan kata-kata sendiri apa yang telah mereka
dengar tentang materi yang diberikan.
d. Pembelajaran dengan penemuan
Dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar
sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk
memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
e. Pembelajaran dengan pengaturan diri
Pembelajaran dengan pengaturan diri adalah siswa yang memiliki
pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan bagaimana serta kapan
21. menggunakan pengetahuan itu. Misalnya siswa mengetahui bagaimana
memecahkan masalah kompleks menjadi langkah-langkah lebih
sederhana atau mengujicobakan solusi alternatif.
f. Scaffolding
Scaffolding termasuk pemberian kepada siswa bantuan yang lebih
terstruktur pada awal pelajaran dan secara bertahap mengalihkan
tanggung jawab belajar kepada siswa untuk bekerja atas arahan diri
mereka sendiri.
E. LKS Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan Konstruktivisme
Lembar kegiatan siswa berbasis pendekatan konstruktivisme adalah lembar
kegiatan siswa yang dikembangkan dengan menggunakan karakteristik
konstruktivisme yang menuntut ide-ide atau pendapat-pendapat siswa dalam
menyelesaikan soal-soal yang ada pada lembar kegiatan siswa tersebut. Soal-soal
yang ada pada LKS harus berisi masalah-masalah yang dapat diselesaikan dengan
pendekatan konstruktivisme.
LKS dirancang sedemikian rupa sesuai dengan komponen-komponen LKS
yang telah ditetapkan. LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus
dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman konsep sesuai dengan
indikator pencapaian hasil belajar. LKS berbasis pendekatan konstruktivisme dibagi
menjadi beberapa kegiatan belajar sesuai dengan indikator pembelajaran, setiap
indikator disajikan masalah-masalah yang dapat mengkonstruk pengetahuan siswa itu
sendiri.
Setiap indikator dicapai dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang ada dalam
LKS. Kegiatan tersebut bisa dilakukan siswa dengan cara yang berbeda dan kegiatan
22. itu dilakukan bersama di dalam kelompok kecil, sehingga siswa bisa menemukan
sendiri konsep atau materi pembelajaran.
F. Peluang
Materi peluang secara sederhana mulai dikenalkan di SMP lebih
diperdalam di SMA dan ditingkatkan lagi di perguruan tinggi. Peluang
merupakan bagian dari matematika yang membahas tentang ketidakpastian
terjadinya suatu peristiwa yang ada dalam kehidupan.8 Dalam pengertian lain,
peluang merupakan ukuran tentang besar kecilnya suatu atau beberapa
kejadian yang dapat terjadi dalam suatu populasi atau dalam sekelompok
contoh yang mewakili suatu populasi. 9 Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa peluang merupakan materi yang membutuhkan analisa
yang tinggi dalam mempelajarinya karena membahas tentang ketidakpastian
suatu peristiwa. Hal ini menyebabkan kesulitan siswa dalam mempelajari
materi peluang.
Menurut Kemas Ali Hanafiah, teori peluang ini merupakan teori yang
berasal dari meja judi, yaitu melalui surat Chevalier de Mere seorang
bangsawan perancis yang bertanya tentang pembagian uang taruhan dalam
suatu perjudian yang belum selesai. Pertanyaan ini kemudian dibahas tuntas
melalui diskusi intensif antara Pascal (1623-1662) dan Fermat (1601-1685),
sehingga melahirkan teori peluang yang dikenal saat ini.
8 Marsudi Raharjo. Peluang.( disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang
Matematika SMA Jenjang Dasar dari tanggal 6-19 Agustus 2004), (Yogyakarta: PPPG
Matematika, 2004), h. 3. Tersedia di http://p4tkmatematika.org/downloads/sma/peluang.pdf,
diakses pada tanggal 19 Mei 2012
9Kemas Ali Hanafiah. Dasar-Dasar Statistika. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), h
137
23. Materi peluang yang dipelajari di SMA kelas XI IPA mempunyai
indikator, tujuan, dan ruang lingkup yang harus dicapai. Indikator-indikator
materi peluang yang digunakan di SMAN 5 Bukittinggi adalah :
1. Menggunakan aturan perkalian dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan aturan permutasi dalam pemecahan masalah
3. Menggunakan aturan kombinasi dalam pemecahan masalah
Dari indikator di atas, salah satu konsep yang harus dipahami siswa
dalam mempelajari materi peluang mengenai aturan pengisian tempat (aturan
perkalian) dapat dicari dengan beberapa cara yaitu diagram pohon, dengan
tabel silang, dan dengan pasangan terurut. Permutasi merupakan penyusunan
kejadian-kejadian majemuk berunsur r yang dapat ditata dari keseluruhan atau
sebagian n unsur populasi. Kombinasi merupakan penggabungan n kejadian-
kejadian dasar menjadi kejadian-kejadian majemuk berunsur r tanpa
memperhatikan susunan atau tata letaknya.
24. BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Menurut Sugiyono,
metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.10
B. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian pengembangan ini terdiri dari 3 tahap, yaitu:
1. Analisis muka-belakang (front-end analysis)
2. Tahap prototype (prototype)
3. Tahap Penilaian (assessment)
Pada penelitian ini hanya dilakukan 2 tahap pengembangan yaitu
analisis muka-belakang (front-end analysis) dan tahap prototype (prototype).
C. Prosedur Penelitian
Berdasarkan rancangan penelitian di atas, maka prosedur penelitian ini hanya
terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1. Analisis muka-belakang (front-end analysis)
Tahap analisis muka-belakang dilakukan untuk mengetahui keadaan
dilapangan.Tahap ini bisa disebut sebagai tahap analisis kebutuhan.
Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagaiberikut:
10Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung:Alfabeta, 2007), h. 407
25. a. Melakukan wawancara dengan guru dan siswa
Wawancara dengan guru dan siswa dilakukan untuk mengetahui
masalah/hambatan apa saja yang dihadapi dilapangan yang berkaitan
dengan pembelajaran matematika, meliputi pendekatan pembelajaran,
aktivitas siswa, sumber belajar, dan hasil belajar.
b. Menganalisis silabus pembelajaran matematika siswa
Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan
sudah sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta
menyesuaikan materi pada lembar kegiatan siswa (LKS) dengan apa
yang telah dirumuskan pada silabus. Materi yang akan disampaikan
pada lembar kegiatan siswa (LKS) pembelajaran matematika berbasis
pendekatan konstruktivisme adalah aturan perkalian, aturan permutasi
dan aturan kombinasi. Selain itu juga melihat kegiatan pembelajaran
yang telah direncanakan, apakah bersifat teachercentered atau
studentcentered.
c. Menganalisis sumber belajar matematika yang biasa digunakan seperti
buku paket.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah sumber belajar matematika
yang biasa digunakan seperti buku paket telah sesuai dengan
karakteristik siswa atau belum.
26. d. Mereview literatur tentang lembar kegiatan siswa (LKS)
Hal ini bertujuan untuk mengetahui format penulisan lembar kegiatan
siswa (LKS), agar LKS yang akan dikembangkan dapat dirancang
dengan baik dan semenarik mungkin. Dimana LKS tersebut harus
dapat dipelajari siswa tanpa bantuan guru. Oleh sebab itu, dalam LKS
harus memuat contoh soal serta soal-soal yang mudah dipahami siswa.
2. Tahap prototipe (prototype)
Pada tahap ini meliputi kegiatan menyusun kerangka dan format
LKS, jenis tulisan, bahasa, dan lainnya. Proses penyusunan LKS akan
dilakukan diskusi, konsultasi dengan pakar pendidikan matematika.
Setelah ini, dilakukan validasi terhadap LKS yang dikembangkan.Validasi
LKS yang telah dikembangkan meliputi validasi isi dan validasi
konstruk.Validasi isi yaitu apakah LKS pembelajaran matematika berbasis
pendekatan konstruktivsme yang telah dirancang sesuai dengan
kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan.Validasi konstruk
yaitu kesesuaian komponen-komponen LKS berbasis pendekatan
konstruktivisme dengan unsur-unsur pengembangan yang telah ditetapkan.
Setiap validator diminta untuk menilai LKS tersebut, sehingga diketahui
kekurangannya.Setelah itu melakukan revisi terhadap LKS berdasarkan pendapat
para pakar, sehingga dihasilkan produk akhir yang valid. Kegiatan validasi
dilakukan dalam bentuk tertulis dan diskusi (wawancara) sampai tercapai suatu
kondisi dimana pakar sependapat bahwa LKS berbasis pendekatan
konstruktivisme yang dibuat telah valid.
27. Tabel 1. Validasi LKS Berbasis Pendekatan Konstruktivisme
No Aspek Metode
Pengumpulan Data
Instrumen
1 Tujuan Diskusi dengan pakar
pendidikan
matematika
Lembar
validasi
2 Rasional
3 Isi LKS
4 Karakteristik
5 Kesesuaian dan Bahasa
6 Bentuk fisik
Rancangan penelitian di atas digambarkan dalam prosedur yang
dapat dilihat dari bagan berikut:
Hasil Studi Pendahuluan
Buku paket belum membantu
siswa dalam memahami
pelajaran matematika
Belum ada LKS yang
membantu siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan
matematikanya
Kesulitansiswa dalam
menyelesaikan soal
Analisis Kebutuhan
Wawancara dengan guru dan
siswa
Analisis silabus dan sumber
belajar matematika
Review literatur tentang LKS
Merancang prototipe LKS
berbasispendekatan konstruktivisme
28. Tidak
Ya
Tidak
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.11
Dalam penelitian ini
observasi bertujuan untuk mengetahui praktikalitas penggunaan LKS berbasis
11Sugiyono, Op.Cit, hal 203
Validasi pakar
Valid Revisi
Praktikal
Revisi
LKS berbasis pendekatan konstruktivisme
yang valid
29. pendekatan konstruktivisme. Alat pengumpul data yang digunakan untuk
mengobservasi adalah lembar observasi.
2.Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab12
.
Dalam penelitian ini angket yang diberikan yaitu angket tanggapan siswa yang
bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang kepraktisan LKS berbasis
pendekatan konstruktivisme.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi,
lembar observasi dan angket tertutup.
1. Lembar validasi
Lembar validasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang
validitas LKS pembelajaran matematika berbasis pendekatan
konstruktivisme.
2. Lembar observasi
Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang
praktikalitas LKS berbasis pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran. Lembar observasi berisikan pernyataan tentang
keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis
pendekatan konstruktivisme.
12Ibid, h. 199
30. 3. Angket tertutup
Angket tertutup disusun untuk meminta tanggapan siswatentang kemudahan
penggunaan LKS berbasis pendekatan konstruktivisme.
Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian ini adalah :
a. Merancang tujuan dari masing-masing instrumen penelitian
b. Membuat kisi-kisi dari lembar validasi dan angket tertutup
Tabel 3. Kisi-kisi lembar validasi LKS berbasis pendekatan
konstruktivisme
No Aspek Indikator
1. Tujuan Memuat standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang jelas
Memuat indikator yang sistematis
Memuat tujuan pembelajaran yang diharapkan
melalui indikator pembelajaran
2. Rasional Memiliki ciri khas konstruktivisme
Memberikan manfaat bagi siswa
3. Isi LKS Penulisan LKS sesuai dengan format baku
Memuat langkah-langkah pembelajaran untuk
menemukan konsep
Memuat soal-soal untuk tugas atau latihan bagi
siswa yang menunjang pemahaman konsep
4. Karakteristik Penyajian materi dengan menggunakan ilustrasi
yang membantu siswa mengkonstruk
pengetahuannya.
Soal yang diberikan berbeda dengan contoh
soal yang ada yang memuat konstruktivis.
Memuat tujuan pembelajaran yang diharapkan
Dapat membantu siswa untuk menemukan
konsep sendiri
Dapat membantu siswa mengembangkan model
matematika sendiri untuk menyelesaikan suatu
masalah
Memunculkan interaksi antar siswa karena
bekerja dalam kelompok.
Penyelesaian masalah didukung dengan konsep
penbelajaran sebelumnya.
31. 5. Kesesuaian
dan bahasa
Memuat kesesuaian tujuan dan materi
Memuat kesesuaian materi dan soal latihan
Kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah
Bahasa Indonesia
Kalimat-kalimat yang melibatkan kemampuan
berfikir logis
Kalimat yang digunakan mudah dipahami
Menggunakan bentuk dan ukuran huruf yang
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
6. Bentuk fisik Penyajian isi LKS
Kemasan LKS yang dihasilkan menarik
Tabel 4. Kisi-kisi angket tanggapan siswa terhadap LKS berbasis
pendekatan konstruktivisme
No Indikator Nomor Butir Pernyataan
1. Petunjuk 1
2. Isi 2,4,5,6, dan 8
3. Bahasa 3 dan 7
c. Memvalidasi instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang divalidasi untuk lembar validasi
LKS berbasis pendekatan konstruktivisme terdiri dari validasi isi dan
validasi konstruk. Validasi isi adalah kesesuaian antaraLKS berbasis
pendekatan konstruktivisme yang telah dirancang dengan kompetensi
dasar dan indikator pembelajaran yang telah ditetapkan, sedangkan
validasi konstruk adalah kesesuaian antara LKS berbasis pendekatan
konstruktivisme yang telah dirancang dengan unsur-unsur
pengembangan yang telah ditetapkan.
Skala penilaian untuk lembar validasi menggunakan skala Likert.
Aspek penilaian meliputi format angket, bahasa yang digunakan dan
butir pernyataan angket.
32. Rekapitulasinya terdapat pada tabel 5 berikut:
Tabel 5. Data Hasil Validasi Angket Tanggapan Siswa
No Aspek yang
divalidasi
Validator Jml Skor
Maks %
Kes
1 2 3
1 Format angket 4 4 4 12 15 80 Valid
2 Bahasa yang
digunakan
6 8 8 22 30 73,3 Valid
3 Butir pernyataan
angket
7 8 8 23 30 76,7 Valid
Jumlah 17 20 20 57 75 76 Valid
Berdasarkan Tabel 5, dapat dikatakan bahwa format angket, bahasa
yang digunakan dan butir pernyataan angket telah valid. Sesuai dengan
saran validator, dilakukan revisi terhadap angket tanggapan siswa.
Perubahan yang dilakukan sesuai saran yang diberikan validator adalah:
1) Pada angket, perbaiki pernyataan soal-soal angket dengan
pernyataan angket.
2) Butir pernyataan angket agar ditambah
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Lembar validasi
Data hasil validasi yang terkumpul kemudian ditabulasi. Hasil tabulasi kemudian
dicari persentasenya dengan rumus 13
:
𝑃 =
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑝𝑒𝑟𝑖𝑡𝑒𝑚
𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
𝑥 100%
Berdasarkan hasil persentase,tagihan dapat dikategorikan menjadi :
13Riduwan, Belajar Mudah Penelitian,(Jakarta: Alfabeta, 2007).h. 89
33. Tabel 6. Kategori Validitas LKS Berbasis Pendekatan Konstruktivisme
% Kategori
0-20 Tidak valid
21-40 Kurang valid
41-60 Cukup valid
61-80 Valid
81-100 Sangat valid
2. Lembar observasi
Data yang diperoleh dari observer dianalisis secara deskriptif naratif. Analisa
dilakukan untuk menggambarkan data hasil observermengenai praktikalitas LKS
berbasis pendekatan konstruktivisme.
3. Angket
Data hasil tanggapan siswa melalui angket yang terkumpul, kemudian
ditabulasi. Hasil tabulasi tiap tagihan dicari dengan rumus :
𝑃 =
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑝𝑒𝑟𝑖𝑡𝑒𝑚
𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
𝑥 100%
Berdasarkan hasil persentase,setiap tagihan dikategorikan menjadi :
Tabel 7. Kategori Praktikalitas LKS Berbasis Pendekatan
Konstruktivisme
% Kategori
0-20 Tidak praktis
21-40 Kurang praktis
41-60 Cukup praktis
61-80 Praktis
81-100 Sangat praktis
Sumber: Riduwan