SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
PERAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM ERA GLOBALISASI
Oleh: Dr. H. Endang Komara, M.Si.¹
Awal abad ke-21 ini ditandai oleh perubahan yang mencengangkan. Kenyataan tersebut telah
menghadapkan masalah agama kepada suatu kesadaran kolektif, bahwa penyesuaian struktural
dan kultural pemahaman agama adalah suatu keharusan. Hal ini hendaknya tidak dilihat sebagai
suatu upaya untuk menyeret agama, untuk kemudian diletakkan dalam posisi sub-ordinate dalam
hubungannya dengan perkembangan sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang sedemikian cepat
itu. Alih-alih, hal itu hendaknya dipahami sebagai usaha untuk menengok kembali keberagaman
masyarakat beragama. Dengan demikian revitalisasi kehidupan keberagamaan tidak kehilangan
konteks dan makna empiriknya. Keharusan tersebut dapat juga diartikan sebagai jawaban
masyarakat beragama terhadap perubahan yang terjadi secara cepat.
Sebagai agen perubahan sosial, pendidikan Islam yang berada dalam atmosfir modernisasi dan
globalisasi dewasa ini dituntut untuk mampu memainkan perannya secara dinamis dan proaktif.
Kehadirannya diharapkan mampu membawa perubahan dan kontribusi yang berarti bagi
perbaikan umat Islam, baik pada tataran intelektual teoritis maupun praktis. Pendidikan Islam
bukan sekadar proses penanaman nilai moral untuk membentengi diri dari ekses negatif
globalisasi. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana nilai-nilai moral yang telah ditanamkan
pendidikan Islam tersebut mampu berperan sebagai kekuatan pembebas (liberating force) dari
himpitan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan sosial budaya dan ekonomi.
Globalisasi berpandangan bahwa dunia didominasi oleh perekonomian dan munculnya hegemoni
pasar dunia kapitalis dan ideologi neoliberal yang menopangnya. Untuk mengimbangi derasnya
arus globalisasi perlu dikembangkan dan ditanamkan karakter nasionalisme guna menghadapi
dampak negatif dari arus globalisasi.
Kata Kunci:
Pendidikan Islam, kekuatan pembebas, dampak negatif globalisasi
A. Pendahuluan
Kandungan materi pelajaran dalam pendidikan Islam yang masih berkutat pada tujuan yang lebih
bersifat ortodoksi diakibatkan adanya kesalahan dalam memahami konsep-konsep pendidikan
yang masih bersifat dikotomis; yakni pemilahan antara pendidikan agama dan pendidikan umum
(sekular), bahkan mendudukkan keduanya secara diametral.
Kehadiran pendidikan Islam, baik ditinjau secara kelembagaan maupun nilai-nilai yang ingin
dicapainya-masih sebatas memenuhi tuntutan bersifat formalitas dan bukan sebagai tuntutan
yang bersifat substansial, yakni tuntutan untuk melahirkan manusia-manusia aktif penggerak
sejarah. Walaupun dalam beberapa hal terdapat perubahan ke arah yang lebih bak, perubahan
yang terjadi masih sangat lamban, sementara gerak perubahan masyarakat berjalan cepat,
bahkan bisa dikatakan revolusioner, maka di sini pendidikan Islam terlihat selalu tertinggal dan
arahnya semakin terbaca tidak jelas.
Dalam perkembangannya pendidikan Islam telah melahirkan dua pola pemikiran yang
kontradiktif. Keduanya mengambil bentuk yang berbeda, baik pada aspek materi, sistem
pendekatan, atau dalam bentuk kelembagaan sekalipun, sebagai akumulasi dari respon sejarah
pemikiran manusia dari masa ke masa terhadap adanya kebutuhan akan pendidikan. Dua model
bentuk yang dimaksud adalah pendidikan Islam yang bercorak tradisonalis dan pendidikan Islam
yang bercorak modernis. Pendidikan Islam yang bercorak tradisionalis dalam perkembangannya
lebih menekankan pada aspek dokriner normatif yang cenderung eksklusif-literalis, apologetis.
Sementara pendidikan Islam modernis, lama-kelamaan ditengarai mulai kehilangan ruh-ruh
dasarnya.
Dalam telaah sosiologis, pendidikan Islam sebagai sebuah pranata selalu mengalami interaksi
dengan pranata sosial lainnya. Ketika berhubungan dengan nilai-nilai dan pranata sosial lain di
luar dirinya, pendidikan islam menampilkan respon yang tidak sama. Nilai-nilai itu misalnya
adalah modernisasi, perubahan pola kehidupan dari masyarakat agraris ke masysrakat industrial,
atau bahkan post-industrial, dominasi ekonomi kapitalis yang dalam beberapa hal membentuk
pola pikir masyarakat yang juga kapitalistik dan konsumtif. Berdasarkan penggambaran dua jenis
pendidikan di atas, maka respon yang dilahirkan terhadap penetrasi nilai-nilai kontingen ini bisa
diwujudkan ke dalam dua respon: asimilasi dan alienasi.
Respon yang bersifat asimilatif mengandalkan terjadinya persentuhan dan penerimaan yang
lebih terbuka dari nilai-nilai dasar pendidikan Islam dengan nilai kontingen, baik yang tradisonal
maupun modern. Karena sifatnya yang asimilatif, kategori respon ini agak mengkhawatirkan,
karena bisa saja nilai-nilai baru yang berpenetrasi ke dalam masyarakat di mana pendidikan Islam
itu berlangsung akan lebih dominan daripada nilai-nilai dasar Islamnya. Sebaliknya, respon yang
bersifat alternatif akan menjadikan Islam sebagai sebuah entitas yang ‘terkurung’ dalam satu
‘ruang asing’ yang terpisah dari entitas dunia lain. Sistem pendidikan Islam yang memberikan
wibawa terlampau besar kepada tradisi (terutama teks tradisional) dari guru, serta lebih membina
hafalan daripada daya pemikiran kritis; walaupun sejak zaman reformasi Islam, lebih lagi pada
dasawarsaterakhir, dunia Islam menyaksikan berbagai usaha melepaskannya, sikap tradisionalis
tersebut sampai sekarang masih menguasai dunia pendidikan Muslim.
Tentu saja semua faktor kelemahan tradisi ilmiah di kalangan Muslim yang disebutkan tidak
tampil secara merata pada semua periode pemikiran dan kelompok ilmuwan. Namun pada
umumnya bebannya masih terasa dewasa ini. Jika ini terjadi, secara teoritis, pendidikan Islam
tidak akan pernah mampu memberikan jawaban terhadap tuntutan liberalisasi, dan humanisasi.
Baik respon dalam bentuk asimilasi maupun alienasi sama-sama mengandung kelemahan.
Dominasi nilai-nilai kontingen dalam asimilasi akan menjadikan pendidikan islam kokoh secara
metodologis, memberikan perhatian yang memadai kepada humanisasi dan liberasi, tetapi
menaruh penghargaan yang kecil terhadap persoalan transendensi. Sementara respon dalam
bentuk asimilasi, karena kuatnya berpegang kepada nilai-nilai inheren pendidikan Islam dan
cenderung “menolak” nilai kontingen, menjadikannya kuat dalam dimensi transendental, tetapi
lemah dalam metodologi, liberalisasi dan humanisasi.
Perubahan masyarakat yang terpenting pada awal abad ke-21 ini, ditandai dengan
perkembangan teknologi komunikasi, transportasi, dan informasi yang sedemikian cepat. Dengan
itu dunia menjadi ‘kecil’ dan mudah dijangkau. Apa yang terjadi di belahan bumi paling ujung
dapat segera diketahui oleh masyarakat yang berada di ujung lain. ² Dalam konteks ekonomi
politik, kenyataan tersebut bahkan dijadikan faktor penting untuk melihat kemungkinan
memudarnya batas-batas teritorial negara-bangsa, yang oleh Kenichi Ohmae disebut the end of
the nation state.³
Dari sisi politik, dapat dikatakan bahwa masyarakat global dewasa ini sangat dekat dengan isu-
isu popular, seperti keterbukaan, hak asasi manusia, dan demokratisasi. Demikian pula, dari
sudut ekonomi, perdagangan, dan pasar internasional. Atau sebagaimana dikatakan oleh Ahmed
dan Donnan. They locked together in what has been referred to as the economic world system 4
Dalam kerangka struktur berpikir masyarakat agama, proses globalisasi dianggap
berpengaruh atas kelangsungan perkembangan identitas tradisional dan nilai-nilai agama.
Kenyataan tersebut tidak lagi dapat dibiarkan oleh masyarakat agama. Karenanya, respon-
respon konstruktif dari kalangan pemikir dan aktivitas agama terhadap fenomena di atas menjadi
sebuah keharusan. Dalam alur seperti ini, sebenarnya yang terjadi adalah dialog positif antara
prima facie norma-norma agama dengan realitas empirik yang selalu berkembang. Meskipun
demikian, penting untuk dicatat, bahwa ‘pertemuan’ (encounter) masyarakat agama dengan
realitas empirik tidak selalu mengambil bentuk wacana dialogis yang konstruktif. Alih-alih yang
muncul adalah mitos-mitos ketakutan yang membentuk kesan, bahwa globalisasi dengan serta
yang membentuk kesan, bahwa globalisasi dengan serta-merta menyebabkan posisi agama
berada di pinggiran. Sebagaimana ditulis oleh Ernest Gellner,
“One of the best known and most widely held ideas in the social sciences is the
secularization thesis: in industrial and industrializing societies, in influence of religion diminishes.
There is a number of versions of this theory: the scientific basis of the new technology undermines
faith, or the erosion of social units deprives religion of its organizational base, or doctrinally
centralized, unitarian, rationalized religion eventually cuts its own throat”5.
Kekhawatiran-kekhawatiran di atas sepenuhnya dapat dipahami. Meskipun demikian, hendaknya
masyarakat agama tidak kehilangan penglihatan yang lebih luas. Sebanding dengan
berkembangnya proses globalisasi, revitalisasi agama juga kembali mewarnai diskursus
keagamaan sejak dasawarsa 1980-an. Sejak periode itu, pendulum kehidupan sosial-politik
Amerika Serikat-untuk menyebut contoh kasus sebuah negara yang sering dipandang sebagai
‘sekular’ – bergerak ke ‘kanan’.fenomena ini menandai bangkitnya kesadaran kolektif akan arti
penting agama dalam kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik negara itu. 6
Antara lain karena berkembangnya pandangan tentang saling berkaitnya antara nilai-nilai agama
dengan masalah yang menyangkut kamaslahatan umum,maka sosiolog seperti Robert N. Bellah
– meskipun tidak meletakkannya dalam konteks agama Katolik maupun Protestan – melihatnya
dalam perspektif civil religion.7 Dalam nada yang sama, Jose Casanova melihat peran penting
agama dalam kehidupan sosial politik di Spanyol, Polandia, Brazil, dan Amerika Serikat. Itu
semua diekspresikannya dalam konteks bahwa agama itu bukan persoalan pribadi (private),
tetapi justru persoalan publik (public). Karenanya, agama adalah sesuatu yang seharusnya
deprivatized. 8
B. Peran Pendidikan Islam
Baik secara teologis maupun sosiologis, agama dapat dipandang sebagai instrumen untuk
memahami dunia. 9 Dalam konteks itu, hampir tak ada kesulitan bagi agama apapun untuk
menerima premis tersebut. Secara teologis, lebih-lebih Islam, hal itu dikarenakan oleh watak
omnipresent agama. Yaitu, agama, baik melalui simbol-simbol atau nilai-nilai yang dikandungnya
“hadir di mana-mana”, ikut mempengaruhi, bahkan membentuk struktur sosial, budaya, ekonomi
dan politik serta kebijakan publik. Dengan ciri itu, dipahami bahwa dimanapun suatu agama
berada, ia diharapkan dapat memberi panduan nilai bagi seluruh diskursus kegiatan manusia –
baik yang bersifat sosial budaya, ekonomi, maupun politik. 10 Sementara itu, secara sosiologis,
tak jarang agama menjadi faktor penentu dalam proses transformasi dan modernisasi. 11
Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa kehadiran agama selalu disertai dengan “dua
muka” (janus face). Pada satu sisi, secara inheren agama memiliki identitas yang bersifat
exclusive, particularist, dan primordial. Akan tetapi, pada waktu yang sama juga kaya akan
identitas yang bersifat inclusive, universalist dan transcending. 12
Jadi ada dua hal yang harus dilihat dari gambaran tersebut di atas. Yaitu, memahami posisi
agama dan meletakkannya dalam situasi yang lebih riil – agama secara empirik dihubungkan
dengan berbagai persoalan sosial kemasyarakatan. Dan dalam konteks yang terakhir ini, sering
ditemukan ketegangan antara kedua wilayah tersebut – agama dan persoalan kemasyarakatan.
Untuk meletakkan hubungan antara keduanya dalam situasi yang lebih empirik, sejumlah pemikir
dan aktivitas sosial politik telah berusaha membangun paradigma yang dipandang
memungkinkan. Tentu konstruksi pemikiran yang ditawarkan antara lain dipengaruhi dan
dibentuk oleh asal-usul teologis dan sosiologis ataupun spacio-temporal serta particularitas yang
melingkup mereka.13
Tapi, terlepas dari variasi konstruksi pemikiran yang ditawarkan, pada dasarnya ada
tiga aliran besar dalam hal ini. Pertama, perspektif makanik-holistik, yang memposisikan
hubungan antara agama dan persoalan kemasyarakatan sebagai sesuatu yang tak terpisahkan.
Kedua, pemikiran yang mengajukan proposisi bahwa keduanya merupakan wilayah (domains)
yang antara satu dengan lainnya berbeda, karenanya harus dipisahkan. Ketiga, pandangan
tengah yang mencoba mengintegrasikan pandangan yang antagonistik dalam melihat hubungan
antara agama dengan persoalan kemasyarakatan. Di pihak lain, pandangan ini juga ingin
melunakkan perspektif mekanik holistik yang seringkali melakukan generalisasi, bahwa agama
selalu mempunyai kaitan atau hubungan yang tak terpisahkan dengan masalah kemasyarakatan.
Secara garis besar, aliran ketiga ini berpendapat bahwa agama dan persoalan
kemasyarakatan merupakan wilayah yang berbeda. Tapi, karena imbasan nilai-nilai agama
dalam persoalan masyarakat dapat terwujud dalam bentuk yang tidak mekanik-holistik dan
institusional, di dalam realitas sulit ditemukan bukti-bukti yang tegas (brute fact) bahwa antara
keduanya tidak ada hubungan sama sekali. Untuk itu, hubungan antara dua wilayah yang
berbeda itu akan selalu ada – dalam kadar dan intensitas yang tidak sama serta dalam pola dan
bentuk yang tidak selalu mekanistik, formalistik atau legalistik. Seringkali konstruksi polanya
mengambil bentuk inspiratif dan substantif.14
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim
seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun
rohaniah, menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan
alam semesta. Dengan demikian, pendidikan Islam itu berupaya untuk mengembangkan individu
sepenuhnya, maka sudah sewajarnyalah untuk dapat memahami hakikat pendidikan Islam itu
bertolak dari pemahaman terhadap konsep manusia menurut Islam. 15
Al-Qur’an meletakkan kedudukan manusia sebagai Khalifah Allah di bumi (Al-Baqarah:
30). Esensi makna Khalifah adalah orang yang diberi amanah oleh Allah untuk memimpin alam.
Dalam hal ini manusia bertugas untuk memelihara dan memanfaatkan alam guna mendatangkan
kemaslahatan bagi manusia.
Agar manusia dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah secara maksimal, maka
sudah semestinyalah manusia itu memiliki potensi yang menopangnya untuk terwujudnya jabatan
khalifah tersebut. Potensi tersebut meliputi potensi jasmani dan rohani.
Potensi jasmaniadalah meliputi seluruh organ jasmaniah yang berwujud nyata. Sedangkan
potensi rohaniah bersifat spiritual yang terdiri dari fitroh, roh, kemauan bebas dan akal. 16
Manusia itu memiliki potensi yang meliputi badan, akal dan roh. 17 Ketiga-tiganya persis segitiga
yang sama panjang sisinya. Selanjutnya, Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa potensi
spiritual manusia meliputi dimensi: akidah, akal, akhlak, perasaan (hati), keindahan, dan dimensi
sosial. Selain dari itu al-Qur’an menjelaskan juga tentang potensi rohaniah lainnya, yakni al-Qalb,
‘Aqlu An Ruh, an-Nafs. Dengan bermodalkan potensi yang dimilikinya itulah manusia merealisasi
fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi yang bertugas untuk memakmurkannya.18
Di sisi lain, di samping manusia berfungsi sebagai khalifah, juga bertugas untuk mengabdi
kepada Allah (Az-Zariyat, 56). Dengan demikian manusia itu mempunyai fungsi ganda, sebagai
khalifah dan sekaligus sebagai ‘abd. Fungsi sebagai khalifah tertuju kepada pemegang amanah
Allah untuk penguasaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pelestarian alam raya yang berujung
kepada pemakmurannya. Fungsi ‘abd bertuju kepada penghambaan diri semata-mata hanya
kepada Allah.
Untuk terciptanya kedua fungsi tersebut yang terintegrasi dalam diri pribadi muslim, maka
diperlukan konsep pendidikan yang komprehensif yang dapat mengantarkan pribadi muslim
kepada tujuan akhir pendidikan yang ingin dicapai. Agar peserta didik dapat mencapai tujuan
akhir (ultimate aim) pendidikan Islam, maka diperlukan konsep pendidikan yang komprehensif
yang dapat mengantarkan pribadi muslim kepada tujuan akhir pendidikan yang ingin dicapai.
Agar peserta didik dapat mencapai tujuan akhir (ultimate aim) pendidikan Islam, maka
suatu permasalahan pokok yang sangat perlu mendapat perhatian adalah penyusunan
rancangan program pendidikan yang dijabarkan dalam kurikulum. Pengertian kurikulum adalah
segala kegiatan dan pengalaman pendidikan yang dirancang dan diselenggarakannya oleh
lembaga pendidikan bagi peserta didiknya, baik di dalam maupun di luar sekolah dengan maksud
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Berpedoman ruang lingkup pendidikan Islam yang ingin dicapai, maka kurikulum
pendidikan Islam itu berorientasi kepada tiga hal, yaitu:
1. Tercapainya tujuan hablum minallah (hubungan dengan Allah)
2. Tercapainya tujuan hablum minannas (hubungan dengan manusia)
3. Tercapainya tujuan hablum minal’alam (hubungan dengan alam).
Para ahli pendidikan Islam seperti al-Abrasyi, an-Nahlawi, al-jamali, as-Syaibani, al-Ainani,
masing-masingmereka tersebut telah merincitujuan akhir pendidikan Islam yang pada prinsipnya
tetap berorientasi kepada ketiga komponen tersebut. 19
Ketiga permasalahan pokok pendidikan Islam di Indonesia itu melahirkan beberapa
problema lainnya seperti struktural, kulktural dan sumber daya manusia. Pertama, secara
struktural lembaga-lembaga pendidikan Islam negeri berada langsung di bawah kontrol dan
kendali Departemen Agama, termasuk pembiayaan dan pendanaan. Problema yang timbul
adalah alokasi dana yang dikelola oleh Departemen Agama sangat terbatas. Dampaknya
kekurangan fasilitas dan peralatan dan juga terbatasnya upaya pengembangan dan kegiatan non
fisik. Idealnya pendanaan pendidikan ini tidak melihat kepada struktural, tetapi melihat kepada
cost per siswa atau mahasiswa.
Berkenaan dengan masalah struktural ini juga lembaga pendidikan Islam dihadapkan pula
dengan persoalan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. Bagaimana
kebijakan Departemen Agama tentang hal ini. Di satu sisi masalah pendidikan termasuk salah
satu dari bagian yang pengelolaannya di serahkan ke daerah, sedangkan masalah agama tetap
berada pengelolaannya di pusat.
Sehubungan dengan itu perlu dikaji secara cermat dan arif yang melahirkan kebijakan
yang tetap mempertahankan eksistensi lembaga pendidikan Islam dan juga perlakuan yang adil
dan merata dari segi pendalaman.
Kedua kultural, lembaga pendidikan Islam, terutama pesant5ren dan madrasah banyak
yang menganggapnya sebagai lembaga pendidikan “kelas dua”. Sehingga persepsi ini
mempengaruhi masyarakat muslim untuk memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan
tersebut. Pandangan yang menganggap lembaga pendidikan Islam tersebut sebagai lembaga
pendidikan “kelas dua” dapat dilihat dari outputnya, gurunya, sarana dan fasilitas yang terbatas.
Dampaknya adalah jarangnya masyarakat muslim yang terdidik dan berpenghasilan yang baik,
serta yang memiliki kedudukan/jabatan, memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan Islam
seperti di atas.
Ketiganya sumber daya manusia, para pengelola dan pelaksana pendidikan di lembaga
pendidikan Islam yang terdiri dari guru dan tenaga administrasi perlu ditingkatkan. Tenaga guru
dari segi jumlah dan profesional masih kurang. Guru bidang studi umum (Matematika, IPA,
Biologi, Kimia dan lain-lain) masih belum mencukupi. Hal ini sangat berdampak terhadap output-
nya.
Hakikat yang sesungguhnya dari pendidikan Islam itu, adalah pendidikan yang
memperhatikan pengembangan seluruh aspek manusia dalam suatu kesatuan yang utuh tanpa
kompartementalisasi, tanpa terjadi dikhotomi. Pemisahan antara pendidikan agama dan
pendidikan umum, seperti yang pernah dilakukan oleh sebagian umatIslam, tentulah tidak sesuai
dengan konsep pendidikan. Pemisahan yang seperti itu, dijadikan landasan pemikiran oleh
Konferensi Dunia tentang pendidikan Islam untuk diraih.
“And that them exists at present a regrettable dichotomy in education the Muslim World,
one system,namely, religious education being completely divorced from the secularsciences and
secular education being equally divorced from religion, although such compartmentalization was
contrary to the true Islamic concept of education and made it impossible for the products of either
system to represent Islam as a comprehensive and integrated vision of life”.20
Melihat masa depan yang akan datang yang penuh dengan tantangan sudah barang tentu
tidak bisa menyesuaikan permasalahan jika pendidikan Islam tersebut masih terikat dikhotomi.
Berkenaan dengan itu perlu diprogramkan upaya pencapainya, mobilisasi pendidikan Islam
tersebut, misalnya melakukan rancangan kurikulum, baik merancang keterkaitan ilmu agama dan
umum maupun merancang nilai-nilai Islami pada setiap pelajaran; personifikasi pendidik di
lembaga pendidikan sekolah Islam, sangat dituntut memiliki jiwa keislaman yang tinggi dan;
lembaga pendidikan Islam dapat merealisasikan konsep kurikulum pendidikan Islam seutuhnya.
C. Era Globalisasi
Globalisasi adalah proses pertumbuhan negara-negara maju, yaitu Amerika, Eropa dan Jepang
melakukan ekspansi besar-besaran; kemudian berusaha mendominir dunia dengan kekuatan
teknologi, ilmu pengetahuan, politik, budaya, militer dan ekonomi.
Pengaruh mereka di segala bidang terhadap negara-negara berkembang yang baru terlepas dari
belenggu penjajahan berdampak positif dan negatif sekaligus. Berdampak positif, karena pada
beberapa segi ikut mendorong negara-negara baru berkembang untuk maju secara teknis, serta
menjadi lebih sejahtera secara material. Sedangkan dampak negatifnya antara lain berupa: (1)
munculnya teknokrasi dan tirani yang sangat berkuasa dan; (2) didukung oleh alat-alat teknik
modern dan persenjataan yang canggih.
Ternyata kini bahwa ilmu pengetahuan, mesin-mesin, pesawat hiper modern dan persenjataan
itu sering disalahgunakan; yaitu dijadikan mekanisme operasionalistik yang menjarah dan
menghancurkan. Sebagai akibatnya timbul banyak perang, penderitaan dan malapetaka di dunia.
Negara-negara maju itu pada banyak segi, terutama di bidang teknis, ilmu pengetahuan dan
manajerial memiliki segugus besar kelebihan dan kelimpahan, berupa: science, teknik canggih,
industri dan produksi yang berlimpah. Karena itu semua kelimpahan tadi perlu didistribusikan
keluar, dan dijadikan barang dagangan yang menguntungkan. Oleh sebab itu mereka
memerlukan lahan pasar lebih luas lagi untuk menjual kelebihan hasil produksinya. Maka langkah
niaga mereka yang semula bersifat spontan, damai, ramah, humaniter dan fasifistis, kemudian
berubah menjadi agersif, ekspansif, eksploitatif, menjarah dan imperialistik. Tidak lama kemudian
mereka menjadi kekuatan neo-kolonialisme (militer-politik-ekonomi) yang cepat mengembangkan
sayap kekuasaannya ke negara-negara yang lemah sistem perekonomiannya.
Sehubungan dengan nafsu ekspansi mereka itu, teknik dan ilmu pengetahuan yang dijadikan alat
politik dan alat ekonomi perlu disamarkan. Misalnya dalam bentuk: misi bantuan pengembangan,
program pembangunan daerah miskin, misi perdamaian, dana pampasan, tugas kemanusiaan,
program kerjasama pendidikan, misi kebudayaan dan lain-lain. Maka berkaitan dengan derasnya
arus globalisasi yang ditunggangi aksi-aksi kolonial tersembunyi perlu lebih meningkatkaqn
kewaspadaan nasional, di samping memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
Globalisasi melibatkan pasar kapitalis dan seperangkar relasi sosial dan aliran komoditas, kapital,
teknologi, ide-ide, bentuk kultur, dan penduduk yang melewati batas nasional via jaringan
masyarakat global, transmutasi teknologi dan kapital bekerja sama menciptakan dunia baru yang
mengglobal dan saling berhubung. Revoluasi teknologi yang menghasilkan jaringan komunikasi
komputer, transportasi, dan pertukaran merupakan pra-anggapan (presumpposition) dari
ekonomi global, bersama dengan perluasan dari sistem pasar kapitalis dunia yang menarik lebih
banyak area dunia dan ruang produksi, perdagangan dan konsumsi ke dalam orbitnya.
Meskipun ekonomi kapitalis masih penting untuk mamahami globalisasi, teknosainslah (techno-
science) yang memberikan infrastrukturnya. Jadi, kuncinya terletak dalam hubungan dalektis
antara tekno-sains dengan ekonomi kapitalis, atau tekno-kapitalisme (techno-capitalism).
Globalisasi dapat dianalisa secara kultural, ekonomi, politik, dan atau instusional. Dalam masing-
masing kasus, perbedaan kuncinya adalah apakah seseorang melihat meningkatnya
homogenitas atau heterogenitas. Pada titik ekstrem, globalisasi kultur dapat dilihat sebagai
ekspansi transnasional dari kode dan praktik bersama (homogenitas), atau sebagai proses di
mana banyak input kultural lokal dan global saling berinteraksi untuk menciptakan semacam
perpaduan yang mengarah ke pencangkokan kultur (heterogenitas). Trend menuju homogenitas
sering kali diasosiasikan dengan imperialisme kultural atau dengan kata lain, bertambahnya
pengaruh internasional terhadap kultur tertentu. Ada banyak variasi imperialisme kuktural
termasuk yang menekankan peran yang dimainkan oleh kultur Amerika meskipun dia tak
menggunakan istilah inperialisme kultural, menentang ide tersebut melalui konsepnya yang
sangat terkenal, glocalization, di mana dunia global dilihat berinteraksi dengan dunia lokal untuk
menghasilkan sesuatu yang berbeda, yakni glocal.
Globalitas berarti bahwa mulai sekarang tak ada kejadian di planet kita yang hanya pada situasi
lokal terbatas; semua temuan, kemenangan dan bencana mempengaruhi seluruh dunia .
Globalitas adalah proses baru setidaknya keran tiga alasan. Pertama, pengaruhnya atas ruang
geografis jauh lebih ekstensif. Kedua, pengaruhnya atas waktu jauh lebih stabil; pengaruhnya
terus berlanjut dari waktu ke waktu. Ketiga, ada densitas (density) yang lebih besar untuk
“jaringan transnasional, hubungan dan arus pekerjaan jaringan”.21
Michael juga mendaftar sejumlah hal lainnya yang mencolok yang berkaitan dengan globalitas
ketika membandingkannyan dengan manifestasi lain dari transnasionalitas antara lain: (1)
kehidupan sehari-hari dan interaksi lintas batas negara semakin terpengaruh; (2) ada persepsi
diri tentang transnasionalitas ini dalam bidang-bidang seperti media massa, konsumsi, dan
pariwisata (tourism); (3) komunitas, tenaga kerja, kapital semakin tak bertempat (placeless); (4)
bertambahnya kesadaran tentang bahaya global dan tindakan yang harus diambil untuk
menanganinya; (5) meningkatnya persepsi transtruktural dalam kehidupan kita; (6) industri-
industri kultur global beredar pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan; (7)
peningkatan dalam jumlah dan kekuatan aktor-aktor, institusi, dan kesepakatan transnasional. 22
Ada dua event yang hampir bersamaanmunculnya pada saat bangsa Indonesia memasuki
milenium ketiga. Pertama globalisasi, diakibatkan kemajuan ilmu dan teknologi terutama
komunikasi dan transportasi sehingga dunia semakin menjadi tanpa batas. Dalam budaya global
ini ditandai dalam bidang ekonomi perdagangan akan menuju terbentuknya pasar bebas, baik
dalam kawasan ASEAN, Asia Pasifik bahkan akan meliputi seluruh dunia. Dalam bidang politik
akan tumbuh semangat demokratisasi.
Dalam bidang budaya akan terjadi pertukaran budaya antarbangsa yang berlangsung begitu
cepat yang saling mempengaruhi, dalam bidang sosial akan muncul semangat konsumeris yang
tinggi disebabkan pabrik-pabrik yang memproduksi kebutuhan konsumeris akan berupaya
memproduk barang-barang baru yang akan bertukar dengan cepat pada setiap saat dan
merangsang manusia untuk memilikinya.
Event kedua adalah reformasi, dalam era reformasi ini diharapkan akan muncul Indonesia baru.
Wajah baru Indonesia ini akan memunculkan perbedaan yang kontras dengan wajah lamanya.
Wajah baru Indonesia itu adalah wajah baru yang akan memunculkan masyarakat madai, yakni
masyarakat berperadaban dengan menekankan kepada demokratisasi dan hak-hak asasi
manusia, serta hidup dalam berkeadilan.
D. Kesimpulan
Berdasarkan berbagai hal tersebut di atas, maka dapat disimpulkan ke dalam hal-hal berikut ini:
1. Pendidikan Agama sebagai suatu media atau wahana untuk menanamkan nilai-nilai moral
dan ajaran keagamaan, alat pembentukan kesadaran bangsa, alat meningkatkan taraf ekonomi,
alat mengurangi kemiskinan, alat mengangkat status sosial, alat menguasai teknologi, serta
media untuk menguak rahasia alam raya dan manusia.
2. Pendidikan Islam bertujuan membentuk pribadi muslim sepenuhnya, mengembangkan
seluruh potensi manusia baik jasmaniah maupun rohaniah, menumbuh suburkan hubungan
harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semestadengan cara mengembangkan
aspek struktural, kultural dan berupaya meningkatkan sumberdaya manusiaguna mencapai taraf
hidup yang paripurna.
3. Era globalisasi memunculkan era kompetisi yang berbicara keunggulan, hanya manusia
unggul yang akan survive di dalam kehidupan yang penuh persaingan, karena itu salah satu
persoalan yang muncul bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia.
Membentuk manusia unggul partisipatoris, yakni manusia yang ikut serta secara aktif dalam
persaingan yang sehat untuk mencari yang terbaik. Keunggulan partisipatoris dengan sendirinya
berkewajiban untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi manusia yang akan
digunakan dalam kehidupan yang penuh persaingan juga semakin tajam.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Akbar S. and Davis M. Hart (eds.).1984. Islam in Tribal Societies: From the Atlas to the
Indus. : London: Routledge and Kegan Paul.
Al-Qur’an al-Karim
Asy-Syaibani, Umar Muhammad At-Toumy. 1975. Falsafah atTarbiyyah al-Islamiyyah. Trabulus:
Asy-Syirkah al-Ammah.
Ayubi, Nazih. 1991. Political Islam; Religion and Political in the Arab World, London: Routledge.
Bellah, Robert N.1991. Civil Religion in America, dalam Robert N. Bellah, Beyond Belief: Essay
on Religion in a Post-Traditionalist World. Berkeley and Los Angeles: University of California
Press.
Casanova, Jose. 1994. Public Religions in The Modern World. Chicago and London: The
University of Chicago Press.
Chossudovsky, Michael. 1997. The Globalization of Poverty: Impact of IMF and World Bank
Reforms. Penang: Third World Book.
Daradjat, Zakiah. 1984. Pembinaan Dimensi Rohaniyah Manusia dalam Pandangan Islam.
Medan: IAIN.
Daulay, Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia.
Jakarta: Prenada Media.
Gutmann, Amy and Dennis Thompson. 1989.Ethics and Politics: Case and Commentaries.
Chicago: Nelson Hall Publishers.
Johnson, Benton. 1985. Religion and Politics in America: The Last Twenty Years, dalam Phillipe
E. Hammond (ed.), The Secred in a Secular. Berkeley, Los Angeles, London: University of
California Press.
Langgulung, Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikhologi dan Pendidikan.
Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Ohmae, Kenichi. 1995. The End of the Nation State: The Rise of Regional Economies. London:
Harper Collins Publishers.
Pocock, J.G.A. 1989. Politics, Language, and Time: Essay on Political Thought and History.
Chicago: University of Chicago Press:

More Related Content

What's hot

Hakikat belajar dan pembelajaran ppt
Hakikat belajar dan pembelajaran pptHakikat belajar dan pembelajaran ppt
Hakikat belajar dan pembelajaran pptFiqran Haruna
 
6 Standar Kompetensi dasar dan hasilbelajar
6 Standar Kompetensi dasar dan hasilbelajar6 Standar Kompetensi dasar dan hasilbelajar
6 Standar Kompetensi dasar dan hasilbelajarZaenal Khayat
 
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip prinsip pengembangan kurikulumPrinsip prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip prinsip pengembangan kurikulumSifa Siti Mukrimah
 
PPT KELOMPOK 1 TELAAH KURIKULUM.pptx
PPT KELOMPOK 1 TELAAH KURIKULUM.pptxPPT KELOMPOK 1 TELAAH KURIKULUM.pptx
PPT KELOMPOK 1 TELAAH KURIKULUM.pptxDwiYuningsih5
 
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013Syaidah Ahnur
 
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomKata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomSukayono Fawwaz
 
Perubahan kurikulum
Perubahan kurikulumPerubahan kurikulum
Perubahan kurikulumsyahriani612
 
Peta konsep evaluasi pengajaran
Peta konsep evaluasi pengajaranPeta konsep evaluasi pengajaran
Peta konsep evaluasi pengajarandestaputranto
 
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSSTRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSWarman Tateuteu
 
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam Syarifatul Marwiyah
 
Ppt evaluasi-kurikulum-kel.-1
Ppt evaluasi-kurikulum-kel.-1Ppt evaluasi-kurikulum-kel.-1
Ppt evaluasi-kurikulum-kel.-1arlanridfan farid
 
MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)
MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)
MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)Anggi Saputra
 
Paper Landasan Pengembangan Kurikulum
Paper Landasan Pengembangan KurikulumPaper Landasan Pengembangan Kurikulum
Paper Landasan Pengembangan KurikulumRahmah Salsabila
 
6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bk6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bkasm
 

What's hot (20)

PPT MUTU PENDIDIKAN DI MASA DEPAN
PPT MUTU PENDIDIKAN DI MASA DEPANPPT MUTU PENDIDIKAN DI MASA DEPAN
PPT MUTU PENDIDIKAN DI MASA DEPAN
 
Hakikat belajar dan pembelajaran ppt
Hakikat belajar dan pembelajaran pptHakikat belajar dan pembelajaran ppt
Hakikat belajar dan pembelajaran ppt
 
6 Standar Kompetensi dasar dan hasilbelajar
6 Standar Kompetensi dasar dan hasilbelajar6 Standar Kompetensi dasar dan hasilbelajar
6 Standar Kompetensi dasar dan hasilbelajar
 
Ppt Motivasi Belajar
Ppt Motivasi BelajarPpt Motivasi Belajar
Ppt Motivasi Belajar
 
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip prinsip pengembangan kurikulumPrinsip prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum
 
PPT KELOMPOK 1 TELAAH KURIKULUM.pptx
PPT KELOMPOK 1 TELAAH KURIKULUM.pptxPPT KELOMPOK 1 TELAAH KURIKULUM.pptx
PPT KELOMPOK 1 TELAAH KURIKULUM.pptx
 
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013
 
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomKata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
 
Perubahan kurikulum
Perubahan kurikulumPerubahan kurikulum
Perubahan kurikulum
 
Peta konsep
Peta konsepPeta konsep
Peta konsep
 
Peta konsep evaluasi pengajaran
Peta konsep evaluasi pengajaranPeta konsep evaluasi pengajaran
Peta konsep evaluasi pengajaran
 
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSSTRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
 
Bk belajar kesulitan belajar
Bk belajar  kesulitan belajarBk belajar  kesulitan belajar
Bk belajar kesulitan belajar
 
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
 
Ppt evaluasi-kurikulum-kel.-1
Ppt evaluasi-kurikulum-kel.-1Ppt evaluasi-kurikulum-kel.-1
Ppt evaluasi-kurikulum-kel.-1
 
MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)
MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)
MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)
 
KOMPETENSI GURU-DOSEN DI ABAD 21
KOMPETENSI GURU-DOSEN DI ABAD 21KOMPETENSI GURU-DOSEN DI ABAD 21
KOMPETENSI GURU-DOSEN DI ABAD 21
 
Paper Landasan Pengembangan Kurikulum
Paper Landasan Pengembangan KurikulumPaper Landasan Pengembangan Kurikulum
Paper Landasan Pengembangan Kurikulum
 
6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bk6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bk
 
KOMPETENSI Abad 21.pptx
KOMPETENSI Abad 21.pptxKOMPETENSI Abad 21.pptx
KOMPETENSI Abad 21.pptx
 

Viewers also liked

Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)aidadwiinizuka.blogspot.com
 
Kapita selekta pendidikan islam
Kapita selekta pendidikan islamKapita selekta pendidikan islam
Kapita selekta pendidikan islamPhujie FaHrani
 
Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...
Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...
Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...Haristian Sahroni Putra
 
Study gender dan problematika sosial
Study gender dan problematika sosialStudy gender dan problematika sosial
Study gender dan problematika sosialmaujihany
 
Psikologi islami
Psikologi islamiPsikologi islami
Psikologi islamikholidi14
 
1 pengertian hadits sunnah khabar_atsar
1 pengertian hadits sunnah khabar_atsar1 pengertian hadits sunnah khabar_atsar
1 pengertian hadits sunnah khabar_atsareza1993
 
KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH
 KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH
KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAHannisa arsya wardani
 
Hadis tarbawi : Ilmu Pengetahuan dan Keutamaan Orang yang berilmu
Hadis tarbawi : Ilmu Pengetahuan dan Keutamaan Orang yang berilmuHadis tarbawi : Ilmu Pengetahuan dan Keutamaan Orang yang berilmu
Hadis tarbawi : Ilmu Pengetahuan dan Keutamaan Orang yang berilmuwahidin_kia
 
1. pengertian hadits khabar dan atsar
1. pengertian hadits khabar dan atsar1. pengertian hadits khabar dan atsar
1. pengertian hadits khabar dan atsarFakhri Cool
 
Hadits, Sunnah, Atsar, Khabar, dan Hadits Qudsi
Hadits, Sunnah, Atsar, Khabar, dan Hadits QudsiHadits, Sunnah, Atsar, Khabar, dan Hadits Qudsi
Hadits, Sunnah, Atsar, Khabar, dan Hadits QudsiNur Hanifah Ahmad
 
Membuat Media Pembelajaran Sederhana
Membuat Media Pembelajaran Sederhana Membuat Media Pembelajaran Sederhana
Membuat Media Pembelajaran Sederhana Eneng Susanti
 
KEBERAGAMAN SUKU,AGAMA, RAS, BUDAYA DAN GENDER
KEBERAGAMAN SUKU,AGAMA, RAS, BUDAYA DAN GENDERKEBERAGAMAN SUKU,AGAMA, RAS, BUDAYA DAN GENDER
KEBERAGAMAN SUKU,AGAMA, RAS, BUDAYA DAN GENDERSuhardi Ratnosaputro
 
Bab 6 bertoleransi dalam keberagaman
Bab 6 bertoleransi dalam keberagamanBab 6 bertoleransi dalam keberagaman
Bab 6 bertoleransi dalam keberagamanCatharina School
 

Viewers also liked (15)

Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
 
Makalah kapita selekta profesionalisme dalam pendidikan islam
Makalah kapita selekta profesionalisme dalam pendidikan islamMakalah kapita selekta profesionalisme dalam pendidikan islam
Makalah kapita selekta profesionalisme dalam pendidikan islam
 
Kapita selekta pendidikan islam
Kapita selekta pendidikan islamKapita selekta pendidikan islam
Kapita selekta pendidikan islam
 
Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...
Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...
Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...
 
Study gender dan problematika sosial
Study gender dan problematika sosialStudy gender dan problematika sosial
Study gender dan problematika sosial
 
Psikologi islami
Psikologi islamiPsikologi islami
Psikologi islami
 
1 pengertian hadits sunnah khabar_atsar
1 pengertian hadits sunnah khabar_atsar1 pengertian hadits sunnah khabar_atsar
1 pengertian hadits sunnah khabar_atsar
 
KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH
 KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH
KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH
 
Hadis tarbawi : Ilmu Pengetahuan dan Keutamaan Orang yang berilmu
Hadis tarbawi : Ilmu Pengetahuan dan Keutamaan Orang yang berilmuHadis tarbawi : Ilmu Pengetahuan dan Keutamaan Orang yang berilmu
Hadis tarbawi : Ilmu Pengetahuan dan Keutamaan Orang yang berilmu
 
1. pengertian hadits khabar dan atsar
1. pengertian hadits khabar dan atsar1. pengertian hadits khabar dan atsar
1. pengertian hadits khabar dan atsar
 
Hadits, Sunnah, Atsar, Khabar, dan Hadits Qudsi
Hadits, Sunnah, Atsar, Khabar, dan Hadits QudsiHadits, Sunnah, Atsar, Khabar, dan Hadits Qudsi
Hadits, Sunnah, Atsar, Khabar, dan Hadits Qudsi
 
Membuat Media Pembelajaran Sederhana
Membuat Media Pembelajaran Sederhana Membuat Media Pembelajaran Sederhana
Membuat Media Pembelajaran Sederhana
 
KEBERAGAMAN SUKU,AGAMA, RAS, BUDAYA DAN GENDER
KEBERAGAMAN SUKU,AGAMA, RAS, BUDAYA DAN GENDERKEBERAGAMAN SUKU,AGAMA, RAS, BUDAYA DAN GENDER
KEBERAGAMAN SUKU,AGAMA, RAS, BUDAYA DAN GENDER
 
Bab 6 bertoleransi dalam keberagaman
Bab 6 bertoleransi dalam keberagamanBab 6 bertoleransi dalam keberagaman
Bab 6 bertoleransi dalam keberagaman
 
Ilmu pendidikan islam
Ilmu pendidikan islamIlmu pendidikan islam
Ilmu pendidikan islam
 

Similar to Kapita Selekta Pendidikan - Peran Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi

Kebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesiaKebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesiaHaubibBro
 
Rekonstruksi pendidikan islam_di_indonesia
Rekonstruksi pendidikan islam_di_indonesiaRekonstruksi pendidikan islam_di_indonesia
Rekonstruksi pendidikan islam_di_indonesiaAveroez Averoez
 
Perubahan sosial dan dinamika pemerintahan
Perubahan sosial dan dinamika pemerintahanPerubahan sosial dan dinamika pemerintahan
Perubahan sosial dan dinamika pemerintahanCanang Bagus
 
Resensi artikel jurnal_nuur_annisa[1]
Resensi artikel jurnal_nuur_annisa[1]Resensi artikel jurnal_nuur_annisa[1]
Resensi artikel jurnal_nuur_annisa[1]PamilaNovitasari
 
Makalah syariat islam dalam kebijakan pendidikan
Makalah syariat islam dalam kebijakan pendidikanMakalah syariat islam dalam kebijakan pendidikan
Makalah syariat islam dalam kebijakan pendidikanAnas Wibowo
 
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
 
Posisi dan peran agama di Zaman Now
Posisi dan peran agama di Zaman NowPosisi dan peran agama di Zaman Now
Posisi dan peran agama di Zaman NowDesiPermataSari16
 
Modernisasi westernisasi dan sekularisasi
Modernisasi westernisasi dan sekularisasiModernisasi westernisasi dan sekularisasi
Modernisasi westernisasi dan sekularisasirialesmana
 
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negara
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negaraSekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negara
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negaraSiti Nur Ain
 
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamP kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamAnang Sarbaini
 
Resensi jurnal pai berbasis multikultural
Resensi jurnal pai berbasis multikulturalResensi jurnal pai berbasis multikultural
Resensi jurnal pai berbasis multikulturalsitirohmah71
 
SITI ROHMAH
SITI ROHMAHSITI ROHMAH
SITI ROHMAHSafitri
 
PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM MODERN.docx
PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM MODERN.docxPEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM MODERN.docx
PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM MODERN.docxadammaulana49
 
Pengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamEdwarn Abazel
 
Kebijakan pendidikan inovasi islam
Kebijakan pendidikan inovasi islamKebijakan pendidikan inovasi islam
Kebijakan pendidikan inovasi islamHaubibBro
 
Pkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilaiPkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilaiAnang Sarbaini
 

Similar to Kapita Selekta Pendidikan - Peran Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi (20)

Krisis Pendidikan
Krisis PendidikanKrisis Pendidikan
Krisis Pendidikan
 
Kebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesiaKebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesia
 
Rekonstruksi pendidikan islam_di_indonesia
Rekonstruksi pendidikan islam_di_indonesiaRekonstruksi pendidikan islam_di_indonesia
Rekonstruksi pendidikan islam_di_indonesia
 
Perubahan sosial dan dinamika pemerintahan
Perubahan sosial dan dinamika pemerintahanPerubahan sosial dan dinamika pemerintahan
Perubahan sosial dan dinamika pemerintahan
 
Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
 
Resensi artikel jurnal_nuur_annisa[1]
Resensi artikel jurnal_nuur_annisa[1]Resensi artikel jurnal_nuur_annisa[1]
Resensi artikel jurnal_nuur_annisa[1]
 
Makalah syariat islam dalam kebijakan pendidikan
Makalah syariat islam dalam kebijakan pendidikanMakalah syariat islam dalam kebijakan pendidikan
Makalah syariat islam dalam kebijakan pendidikan
 
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
 
Posisi dan peran agama di Zaman Now
Posisi dan peran agama di Zaman NowPosisi dan peran agama di Zaman Now
Posisi dan peran agama di Zaman Now
 
Modernisasi westernisasi dan sekularisasi
Modernisasi westernisasi dan sekularisasiModernisasi westernisasi dan sekularisasi
Modernisasi westernisasi dan sekularisasi
 
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negara
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negaraSekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negara
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negara
 
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamP kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
 
Resensi jurnal pai berbasis multikultural
Resensi jurnal pai berbasis multikulturalResensi jurnal pai berbasis multikultural
Resensi jurnal pai berbasis multikultural
 
SITI ROHMAH
SITI ROHMAHSITI ROHMAH
SITI ROHMAH
 
PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM MODERN.docx
PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM MODERN.docxPEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM MODERN.docx
PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM MODERN.docx
 
Pengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islam
 
K6576ro
K6576roK6576ro
K6576ro
 
Kebijakan pendidikan inovasi islam
Kebijakan pendidikan inovasi islamKebijakan pendidikan inovasi islam
Kebijakan pendidikan inovasi islam
 
Pkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilaiPkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilai
 
cjr teologi.docx
cjr teologi.docxcjr teologi.docx
cjr teologi.docx
 

More from Haristian Sahroni Putra

Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam PendidikanTelaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam PendidikanHaristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan PelajaranHaristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan PretesMicro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan PretesHaristian Sahroni Putra
 
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKPenelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKHaristian Sahroni Putra
 
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTKPenelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTKHaristian Sahroni Putra
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik NontesPengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik NontesHaristian Sahroni Putra
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil BelajarPengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil BelajarHaristian Sahroni Putra
 
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMATelaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMAHaristian Sahroni Putra
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...Haristian Sahroni Putra
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - SilabusPengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - SilabusHaristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013Haristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka PelajaranHaristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro TeachingMicro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro TeachingHaristian Sahroni Putra
 
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Haristian Sahroni Putra
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratPsikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratHaristian Sahroni Putra
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - PengantarPsikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - PengantarHaristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana KorupsiPendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana KorupsiHaristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk KorupsiHaristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiHaristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Haristian Sahroni Putra
 

More from Haristian Sahroni Putra (20)

Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam PendidikanTelaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
 
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
 
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan PretesMicro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
 
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKPenelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
 
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTKPenelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik NontesPengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil BelajarPengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil Belajar
 
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMATelaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - SilabusPengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
 
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
 
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
 
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro TeachingMicro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
 
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratPsikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - PengantarPsikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
 
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana KorupsiPendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
 
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
 
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
 

Recently uploaded

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 

Kapita Selekta Pendidikan - Peran Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi

  • 1. PERAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM ERA GLOBALISASI Oleh: Dr. H. Endang Komara, M.Si.¹ Awal abad ke-21 ini ditandai oleh perubahan yang mencengangkan. Kenyataan tersebut telah menghadapkan masalah agama kepada suatu kesadaran kolektif, bahwa penyesuaian struktural dan kultural pemahaman agama adalah suatu keharusan. Hal ini hendaknya tidak dilihat sebagai suatu upaya untuk menyeret agama, untuk kemudian diletakkan dalam posisi sub-ordinate dalam hubungannya dengan perkembangan sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang sedemikian cepat itu. Alih-alih, hal itu hendaknya dipahami sebagai usaha untuk menengok kembali keberagaman masyarakat beragama. Dengan demikian revitalisasi kehidupan keberagamaan tidak kehilangan konteks dan makna empiriknya. Keharusan tersebut dapat juga diartikan sebagai jawaban masyarakat beragama terhadap perubahan yang terjadi secara cepat. Sebagai agen perubahan sosial, pendidikan Islam yang berada dalam atmosfir modernisasi dan globalisasi dewasa ini dituntut untuk mampu memainkan perannya secara dinamis dan proaktif. Kehadirannya diharapkan mampu membawa perubahan dan kontribusi yang berarti bagi perbaikan umat Islam, baik pada tataran intelektual teoritis maupun praktis. Pendidikan Islam bukan sekadar proses penanaman nilai moral untuk membentengi diri dari ekses negatif globalisasi. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana nilai-nilai moral yang telah ditanamkan pendidikan Islam tersebut mampu berperan sebagai kekuatan pembebas (liberating force) dari himpitan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan sosial budaya dan ekonomi. Globalisasi berpandangan bahwa dunia didominasi oleh perekonomian dan munculnya hegemoni pasar dunia kapitalis dan ideologi neoliberal yang menopangnya. Untuk mengimbangi derasnya arus globalisasi perlu dikembangkan dan ditanamkan karakter nasionalisme guna menghadapi dampak negatif dari arus globalisasi. Kata Kunci: Pendidikan Islam, kekuatan pembebas, dampak negatif globalisasi A. Pendahuluan Kandungan materi pelajaran dalam pendidikan Islam yang masih berkutat pada tujuan yang lebih bersifat ortodoksi diakibatkan adanya kesalahan dalam memahami konsep-konsep pendidikan yang masih bersifat dikotomis; yakni pemilahan antara pendidikan agama dan pendidikan umum (sekular), bahkan mendudukkan keduanya secara diametral. Kehadiran pendidikan Islam, baik ditinjau secara kelembagaan maupun nilai-nilai yang ingin dicapainya-masih sebatas memenuhi tuntutan bersifat formalitas dan bukan sebagai tuntutan yang bersifat substansial, yakni tuntutan untuk melahirkan manusia-manusia aktif penggerak sejarah. Walaupun dalam beberapa hal terdapat perubahan ke arah yang lebih bak, perubahan yang terjadi masih sangat lamban, sementara gerak perubahan masyarakat berjalan cepat, bahkan bisa dikatakan revolusioner, maka di sini pendidikan Islam terlihat selalu tertinggal dan arahnya semakin terbaca tidak jelas. Dalam perkembangannya pendidikan Islam telah melahirkan dua pola pemikiran yang kontradiktif. Keduanya mengambil bentuk yang berbeda, baik pada aspek materi, sistem pendekatan, atau dalam bentuk kelembagaan sekalipun, sebagai akumulasi dari respon sejarah
  • 2. pemikiran manusia dari masa ke masa terhadap adanya kebutuhan akan pendidikan. Dua model bentuk yang dimaksud adalah pendidikan Islam yang bercorak tradisonalis dan pendidikan Islam yang bercorak modernis. Pendidikan Islam yang bercorak tradisionalis dalam perkembangannya lebih menekankan pada aspek dokriner normatif yang cenderung eksklusif-literalis, apologetis. Sementara pendidikan Islam modernis, lama-kelamaan ditengarai mulai kehilangan ruh-ruh dasarnya. Dalam telaah sosiologis, pendidikan Islam sebagai sebuah pranata selalu mengalami interaksi dengan pranata sosial lainnya. Ketika berhubungan dengan nilai-nilai dan pranata sosial lain di luar dirinya, pendidikan islam menampilkan respon yang tidak sama. Nilai-nilai itu misalnya adalah modernisasi, perubahan pola kehidupan dari masyarakat agraris ke masysrakat industrial, atau bahkan post-industrial, dominasi ekonomi kapitalis yang dalam beberapa hal membentuk pola pikir masyarakat yang juga kapitalistik dan konsumtif. Berdasarkan penggambaran dua jenis pendidikan di atas, maka respon yang dilahirkan terhadap penetrasi nilai-nilai kontingen ini bisa diwujudkan ke dalam dua respon: asimilasi dan alienasi. Respon yang bersifat asimilatif mengandalkan terjadinya persentuhan dan penerimaan yang lebih terbuka dari nilai-nilai dasar pendidikan Islam dengan nilai kontingen, baik yang tradisonal maupun modern. Karena sifatnya yang asimilatif, kategori respon ini agak mengkhawatirkan, karena bisa saja nilai-nilai baru yang berpenetrasi ke dalam masyarakat di mana pendidikan Islam itu berlangsung akan lebih dominan daripada nilai-nilai dasar Islamnya. Sebaliknya, respon yang bersifat alternatif akan menjadikan Islam sebagai sebuah entitas yang ‘terkurung’ dalam satu ‘ruang asing’ yang terpisah dari entitas dunia lain. Sistem pendidikan Islam yang memberikan wibawa terlampau besar kepada tradisi (terutama teks tradisional) dari guru, serta lebih membina hafalan daripada daya pemikiran kritis; walaupun sejak zaman reformasi Islam, lebih lagi pada dasawarsaterakhir, dunia Islam menyaksikan berbagai usaha melepaskannya, sikap tradisionalis tersebut sampai sekarang masih menguasai dunia pendidikan Muslim. Tentu saja semua faktor kelemahan tradisi ilmiah di kalangan Muslim yang disebutkan tidak tampil secara merata pada semua periode pemikiran dan kelompok ilmuwan. Namun pada umumnya bebannya masih terasa dewasa ini. Jika ini terjadi, secara teoritis, pendidikan Islam tidak akan pernah mampu memberikan jawaban terhadap tuntutan liberalisasi, dan humanisasi. Baik respon dalam bentuk asimilasi maupun alienasi sama-sama mengandung kelemahan. Dominasi nilai-nilai kontingen dalam asimilasi akan menjadikan pendidikan islam kokoh secara metodologis, memberikan perhatian yang memadai kepada humanisasi dan liberasi, tetapi menaruh penghargaan yang kecil terhadap persoalan transendensi. Sementara respon dalam bentuk asimilasi, karena kuatnya berpegang kepada nilai-nilai inheren pendidikan Islam dan cenderung “menolak” nilai kontingen, menjadikannya kuat dalam dimensi transendental, tetapi lemah dalam metodologi, liberalisasi dan humanisasi. Perubahan masyarakat yang terpenting pada awal abad ke-21 ini, ditandai dengan perkembangan teknologi komunikasi, transportasi, dan informasi yang sedemikian cepat. Dengan itu dunia menjadi ‘kecil’ dan mudah dijangkau. Apa yang terjadi di belahan bumi paling ujung dapat segera diketahui oleh masyarakat yang berada di ujung lain. ² Dalam konteks ekonomi politik, kenyataan tersebut bahkan dijadikan faktor penting untuk melihat kemungkinan memudarnya batas-batas teritorial negara-bangsa, yang oleh Kenichi Ohmae disebut the end of the nation state.³
  • 3. Dari sisi politik, dapat dikatakan bahwa masyarakat global dewasa ini sangat dekat dengan isu- isu popular, seperti keterbukaan, hak asasi manusia, dan demokratisasi. Demikian pula, dari sudut ekonomi, perdagangan, dan pasar internasional. Atau sebagaimana dikatakan oleh Ahmed dan Donnan. They locked together in what has been referred to as the economic world system 4 Dalam kerangka struktur berpikir masyarakat agama, proses globalisasi dianggap berpengaruh atas kelangsungan perkembangan identitas tradisional dan nilai-nilai agama. Kenyataan tersebut tidak lagi dapat dibiarkan oleh masyarakat agama. Karenanya, respon- respon konstruktif dari kalangan pemikir dan aktivitas agama terhadap fenomena di atas menjadi sebuah keharusan. Dalam alur seperti ini, sebenarnya yang terjadi adalah dialog positif antara prima facie norma-norma agama dengan realitas empirik yang selalu berkembang. Meskipun demikian, penting untuk dicatat, bahwa ‘pertemuan’ (encounter) masyarakat agama dengan realitas empirik tidak selalu mengambil bentuk wacana dialogis yang konstruktif. Alih-alih yang muncul adalah mitos-mitos ketakutan yang membentuk kesan, bahwa globalisasi dengan serta yang membentuk kesan, bahwa globalisasi dengan serta-merta menyebabkan posisi agama berada di pinggiran. Sebagaimana ditulis oleh Ernest Gellner, “One of the best known and most widely held ideas in the social sciences is the secularization thesis: in industrial and industrializing societies, in influence of religion diminishes. There is a number of versions of this theory: the scientific basis of the new technology undermines faith, or the erosion of social units deprives religion of its organizational base, or doctrinally centralized, unitarian, rationalized religion eventually cuts its own throat”5. Kekhawatiran-kekhawatiran di atas sepenuhnya dapat dipahami. Meskipun demikian, hendaknya masyarakat agama tidak kehilangan penglihatan yang lebih luas. Sebanding dengan berkembangnya proses globalisasi, revitalisasi agama juga kembali mewarnai diskursus keagamaan sejak dasawarsa 1980-an. Sejak periode itu, pendulum kehidupan sosial-politik Amerika Serikat-untuk menyebut contoh kasus sebuah negara yang sering dipandang sebagai ‘sekular’ – bergerak ke ‘kanan’.fenomena ini menandai bangkitnya kesadaran kolektif akan arti penting agama dalam kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik negara itu. 6 Antara lain karena berkembangnya pandangan tentang saling berkaitnya antara nilai-nilai agama dengan masalah yang menyangkut kamaslahatan umum,maka sosiolog seperti Robert N. Bellah – meskipun tidak meletakkannya dalam konteks agama Katolik maupun Protestan – melihatnya dalam perspektif civil religion.7 Dalam nada yang sama, Jose Casanova melihat peran penting agama dalam kehidupan sosial politik di Spanyol, Polandia, Brazil, dan Amerika Serikat. Itu semua diekspresikannya dalam konteks bahwa agama itu bukan persoalan pribadi (private), tetapi justru persoalan publik (public). Karenanya, agama adalah sesuatu yang seharusnya deprivatized. 8 B. Peran Pendidikan Islam Baik secara teologis maupun sosiologis, agama dapat dipandang sebagai instrumen untuk memahami dunia. 9 Dalam konteks itu, hampir tak ada kesulitan bagi agama apapun untuk menerima premis tersebut. Secara teologis, lebih-lebih Islam, hal itu dikarenakan oleh watak omnipresent agama. Yaitu, agama, baik melalui simbol-simbol atau nilai-nilai yang dikandungnya
  • 4. “hadir di mana-mana”, ikut mempengaruhi, bahkan membentuk struktur sosial, budaya, ekonomi dan politik serta kebijakan publik. Dengan ciri itu, dipahami bahwa dimanapun suatu agama berada, ia diharapkan dapat memberi panduan nilai bagi seluruh diskursus kegiatan manusia – baik yang bersifat sosial budaya, ekonomi, maupun politik. 10 Sementara itu, secara sosiologis, tak jarang agama menjadi faktor penentu dalam proses transformasi dan modernisasi. 11 Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa kehadiran agama selalu disertai dengan “dua muka” (janus face). Pada satu sisi, secara inheren agama memiliki identitas yang bersifat exclusive, particularist, dan primordial. Akan tetapi, pada waktu yang sama juga kaya akan identitas yang bersifat inclusive, universalist dan transcending. 12 Jadi ada dua hal yang harus dilihat dari gambaran tersebut di atas. Yaitu, memahami posisi agama dan meletakkannya dalam situasi yang lebih riil – agama secara empirik dihubungkan dengan berbagai persoalan sosial kemasyarakatan. Dan dalam konteks yang terakhir ini, sering ditemukan ketegangan antara kedua wilayah tersebut – agama dan persoalan kemasyarakatan. Untuk meletakkan hubungan antara keduanya dalam situasi yang lebih empirik, sejumlah pemikir dan aktivitas sosial politik telah berusaha membangun paradigma yang dipandang memungkinkan. Tentu konstruksi pemikiran yang ditawarkan antara lain dipengaruhi dan dibentuk oleh asal-usul teologis dan sosiologis ataupun spacio-temporal serta particularitas yang melingkup mereka.13 Tapi, terlepas dari variasi konstruksi pemikiran yang ditawarkan, pada dasarnya ada tiga aliran besar dalam hal ini. Pertama, perspektif makanik-holistik, yang memposisikan hubungan antara agama dan persoalan kemasyarakatan sebagai sesuatu yang tak terpisahkan. Kedua, pemikiran yang mengajukan proposisi bahwa keduanya merupakan wilayah (domains) yang antara satu dengan lainnya berbeda, karenanya harus dipisahkan. Ketiga, pandangan tengah yang mencoba mengintegrasikan pandangan yang antagonistik dalam melihat hubungan antara agama dengan persoalan kemasyarakatan. Di pihak lain, pandangan ini juga ingin melunakkan perspektif mekanik holistik yang seringkali melakukan generalisasi, bahwa agama selalu mempunyai kaitan atau hubungan yang tak terpisahkan dengan masalah kemasyarakatan. Secara garis besar, aliran ketiga ini berpendapat bahwa agama dan persoalan kemasyarakatan merupakan wilayah yang berbeda. Tapi, karena imbasan nilai-nilai agama dalam persoalan masyarakat dapat terwujud dalam bentuk yang tidak mekanik-holistik dan institusional, di dalam realitas sulit ditemukan bukti-bukti yang tegas (brute fact) bahwa antara keduanya tidak ada hubungan sama sekali. Untuk itu, hubungan antara dua wilayah yang berbeda itu akan selalu ada – dalam kadar dan intensitas yang tidak sama serta dalam pola dan bentuk yang tidak selalu mekanistik, formalistik atau legalistik. Seringkali konstruksi polanya mengambil bentuk inspiratif dan substantif.14 Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta. Dengan demikian, pendidikan Islam itu berupaya untuk mengembangkan individu sepenuhnya, maka sudah sewajarnyalah untuk dapat memahami hakikat pendidikan Islam itu bertolak dari pemahaman terhadap konsep manusia menurut Islam. 15 Al-Qur’an meletakkan kedudukan manusia sebagai Khalifah Allah di bumi (Al-Baqarah: 30). Esensi makna Khalifah adalah orang yang diberi amanah oleh Allah untuk memimpin alam.
  • 5. Dalam hal ini manusia bertugas untuk memelihara dan memanfaatkan alam guna mendatangkan kemaslahatan bagi manusia. Agar manusia dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah secara maksimal, maka sudah semestinyalah manusia itu memiliki potensi yang menopangnya untuk terwujudnya jabatan khalifah tersebut. Potensi tersebut meliputi potensi jasmani dan rohani. Potensi jasmaniadalah meliputi seluruh organ jasmaniah yang berwujud nyata. Sedangkan potensi rohaniah bersifat spiritual yang terdiri dari fitroh, roh, kemauan bebas dan akal. 16 Manusia itu memiliki potensi yang meliputi badan, akal dan roh. 17 Ketiga-tiganya persis segitiga yang sama panjang sisinya. Selanjutnya, Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa potensi spiritual manusia meliputi dimensi: akidah, akal, akhlak, perasaan (hati), keindahan, dan dimensi sosial. Selain dari itu al-Qur’an menjelaskan juga tentang potensi rohaniah lainnya, yakni al-Qalb, ‘Aqlu An Ruh, an-Nafs. Dengan bermodalkan potensi yang dimilikinya itulah manusia merealisasi fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi yang bertugas untuk memakmurkannya.18 Di sisi lain, di samping manusia berfungsi sebagai khalifah, juga bertugas untuk mengabdi kepada Allah (Az-Zariyat, 56). Dengan demikian manusia itu mempunyai fungsi ganda, sebagai khalifah dan sekaligus sebagai ‘abd. Fungsi sebagai khalifah tertuju kepada pemegang amanah Allah untuk penguasaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pelestarian alam raya yang berujung kepada pemakmurannya. Fungsi ‘abd bertuju kepada penghambaan diri semata-mata hanya kepada Allah. Untuk terciptanya kedua fungsi tersebut yang terintegrasi dalam diri pribadi muslim, maka diperlukan konsep pendidikan yang komprehensif yang dapat mengantarkan pribadi muslim kepada tujuan akhir pendidikan yang ingin dicapai. Agar peserta didik dapat mencapai tujuan akhir (ultimate aim) pendidikan Islam, maka diperlukan konsep pendidikan yang komprehensif yang dapat mengantarkan pribadi muslim kepada tujuan akhir pendidikan yang ingin dicapai. Agar peserta didik dapat mencapai tujuan akhir (ultimate aim) pendidikan Islam, maka suatu permasalahan pokok yang sangat perlu mendapat perhatian adalah penyusunan rancangan program pendidikan yang dijabarkan dalam kurikulum. Pengertian kurikulum adalah segala kegiatan dan pengalaman pendidikan yang dirancang dan diselenggarakannya oleh lembaga pendidikan bagi peserta didiknya, baik di dalam maupun di luar sekolah dengan maksud untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Berpedoman ruang lingkup pendidikan Islam yang ingin dicapai, maka kurikulum pendidikan Islam itu berorientasi kepada tiga hal, yaitu: 1. Tercapainya tujuan hablum minallah (hubungan dengan Allah) 2. Tercapainya tujuan hablum minannas (hubungan dengan manusia) 3. Tercapainya tujuan hablum minal’alam (hubungan dengan alam). Para ahli pendidikan Islam seperti al-Abrasyi, an-Nahlawi, al-jamali, as-Syaibani, al-Ainani, masing-masingmereka tersebut telah merincitujuan akhir pendidikan Islam yang pada prinsipnya tetap berorientasi kepada ketiga komponen tersebut. 19 Ketiga permasalahan pokok pendidikan Islam di Indonesia itu melahirkan beberapa problema lainnya seperti struktural, kulktural dan sumber daya manusia. Pertama, secara struktural lembaga-lembaga pendidikan Islam negeri berada langsung di bawah kontrol dan
  • 6. kendali Departemen Agama, termasuk pembiayaan dan pendanaan. Problema yang timbul adalah alokasi dana yang dikelola oleh Departemen Agama sangat terbatas. Dampaknya kekurangan fasilitas dan peralatan dan juga terbatasnya upaya pengembangan dan kegiatan non fisik. Idealnya pendanaan pendidikan ini tidak melihat kepada struktural, tetapi melihat kepada cost per siswa atau mahasiswa. Berkenaan dengan masalah struktural ini juga lembaga pendidikan Islam dihadapkan pula dengan persoalan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. Bagaimana kebijakan Departemen Agama tentang hal ini. Di satu sisi masalah pendidikan termasuk salah satu dari bagian yang pengelolaannya di serahkan ke daerah, sedangkan masalah agama tetap berada pengelolaannya di pusat. Sehubungan dengan itu perlu dikaji secara cermat dan arif yang melahirkan kebijakan yang tetap mempertahankan eksistensi lembaga pendidikan Islam dan juga perlakuan yang adil dan merata dari segi pendalaman. Kedua kultural, lembaga pendidikan Islam, terutama pesant5ren dan madrasah banyak yang menganggapnya sebagai lembaga pendidikan “kelas dua”. Sehingga persepsi ini mempengaruhi masyarakat muslim untuk memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan tersebut. Pandangan yang menganggap lembaga pendidikan Islam tersebut sebagai lembaga pendidikan “kelas dua” dapat dilihat dari outputnya, gurunya, sarana dan fasilitas yang terbatas. Dampaknya adalah jarangnya masyarakat muslim yang terdidik dan berpenghasilan yang baik, serta yang memiliki kedudukan/jabatan, memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan Islam seperti di atas. Ketiganya sumber daya manusia, para pengelola dan pelaksana pendidikan di lembaga pendidikan Islam yang terdiri dari guru dan tenaga administrasi perlu ditingkatkan. Tenaga guru dari segi jumlah dan profesional masih kurang. Guru bidang studi umum (Matematika, IPA, Biologi, Kimia dan lain-lain) masih belum mencukupi. Hal ini sangat berdampak terhadap output- nya. Hakikat yang sesungguhnya dari pendidikan Islam itu, adalah pendidikan yang memperhatikan pengembangan seluruh aspek manusia dalam suatu kesatuan yang utuh tanpa kompartementalisasi, tanpa terjadi dikhotomi. Pemisahan antara pendidikan agama dan pendidikan umum, seperti yang pernah dilakukan oleh sebagian umatIslam, tentulah tidak sesuai dengan konsep pendidikan. Pemisahan yang seperti itu, dijadikan landasan pemikiran oleh Konferensi Dunia tentang pendidikan Islam untuk diraih. “And that them exists at present a regrettable dichotomy in education the Muslim World, one system,namely, religious education being completely divorced from the secularsciences and secular education being equally divorced from religion, although such compartmentalization was contrary to the true Islamic concept of education and made it impossible for the products of either system to represent Islam as a comprehensive and integrated vision of life”.20 Melihat masa depan yang akan datang yang penuh dengan tantangan sudah barang tentu tidak bisa menyesuaikan permasalahan jika pendidikan Islam tersebut masih terikat dikhotomi. Berkenaan dengan itu perlu diprogramkan upaya pencapainya, mobilisasi pendidikan Islam tersebut, misalnya melakukan rancangan kurikulum, baik merancang keterkaitan ilmu agama dan
  • 7. umum maupun merancang nilai-nilai Islami pada setiap pelajaran; personifikasi pendidik di lembaga pendidikan sekolah Islam, sangat dituntut memiliki jiwa keislaman yang tinggi dan; lembaga pendidikan Islam dapat merealisasikan konsep kurikulum pendidikan Islam seutuhnya. C. Era Globalisasi Globalisasi adalah proses pertumbuhan negara-negara maju, yaitu Amerika, Eropa dan Jepang melakukan ekspansi besar-besaran; kemudian berusaha mendominir dunia dengan kekuatan teknologi, ilmu pengetahuan, politik, budaya, militer dan ekonomi. Pengaruh mereka di segala bidang terhadap negara-negara berkembang yang baru terlepas dari belenggu penjajahan berdampak positif dan negatif sekaligus. Berdampak positif, karena pada beberapa segi ikut mendorong negara-negara baru berkembang untuk maju secara teknis, serta menjadi lebih sejahtera secara material. Sedangkan dampak negatifnya antara lain berupa: (1) munculnya teknokrasi dan tirani yang sangat berkuasa dan; (2) didukung oleh alat-alat teknik modern dan persenjataan yang canggih. Ternyata kini bahwa ilmu pengetahuan, mesin-mesin, pesawat hiper modern dan persenjataan itu sering disalahgunakan; yaitu dijadikan mekanisme operasionalistik yang menjarah dan menghancurkan. Sebagai akibatnya timbul banyak perang, penderitaan dan malapetaka di dunia. Negara-negara maju itu pada banyak segi, terutama di bidang teknis, ilmu pengetahuan dan manajerial memiliki segugus besar kelebihan dan kelimpahan, berupa: science, teknik canggih, industri dan produksi yang berlimpah. Karena itu semua kelimpahan tadi perlu didistribusikan keluar, dan dijadikan barang dagangan yang menguntungkan. Oleh sebab itu mereka memerlukan lahan pasar lebih luas lagi untuk menjual kelebihan hasil produksinya. Maka langkah niaga mereka yang semula bersifat spontan, damai, ramah, humaniter dan fasifistis, kemudian berubah menjadi agersif, ekspansif, eksploitatif, menjarah dan imperialistik. Tidak lama kemudian mereka menjadi kekuatan neo-kolonialisme (militer-politik-ekonomi) yang cepat mengembangkan sayap kekuasaannya ke negara-negara yang lemah sistem perekonomiannya. Sehubungan dengan nafsu ekspansi mereka itu, teknik dan ilmu pengetahuan yang dijadikan alat politik dan alat ekonomi perlu disamarkan. Misalnya dalam bentuk: misi bantuan pengembangan, program pembangunan daerah miskin, misi perdamaian, dana pampasan, tugas kemanusiaan, program kerjasama pendidikan, misi kebudayaan dan lain-lain. Maka berkaitan dengan derasnya arus globalisasi yang ditunggangi aksi-aksi kolonial tersembunyi perlu lebih meningkatkaqn kewaspadaan nasional, di samping memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Globalisasi melibatkan pasar kapitalis dan seperangkar relasi sosial dan aliran komoditas, kapital, teknologi, ide-ide, bentuk kultur, dan penduduk yang melewati batas nasional via jaringan masyarakat global, transmutasi teknologi dan kapital bekerja sama menciptakan dunia baru yang mengglobal dan saling berhubung. Revoluasi teknologi yang menghasilkan jaringan komunikasi komputer, transportasi, dan pertukaran merupakan pra-anggapan (presumpposition) dari ekonomi global, bersama dengan perluasan dari sistem pasar kapitalis dunia yang menarik lebih banyak area dunia dan ruang produksi, perdagangan dan konsumsi ke dalam orbitnya. Meskipun ekonomi kapitalis masih penting untuk mamahami globalisasi, teknosainslah (techno- science) yang memberikan infrastrukturnya. Jadi, kuncinya terletak dalam hubungan dalektis antara tekno-sains dengan ekonomi kapitalis, atau tekno-kapitalisme (techno-capitalism).
  • 8. Globalisasi dapat dianalisa secara kultural, ekonomi, politik, dan atau instusional. Dalam masing- masing kasus, perbedaan kuncinya adalah apakah seseorang melihat meningkatnya homogenitas atau heterogenitas. Pada titik ekstrem, globalisasi kultur dapat dilihat sebagai ekspansi transnasional dari kode dan praktik bersama (homogenitas), atau sebagai proses di mana banyak input kultural lokal dan global saling berinteraksi untuk menciptakan semacam perpaduan yang mengarah ke pencangkokan kultur (heterogenitas). Trend menuju homogenitas sering kali diasosiasikan dengan imperialisme kultural atau dengan kata lain, bertambahnya pengaruh internasional terhadap kultur tertentu. Ada banyak variasi imperialisme kuktural termasuk yang menekankan peran yang dimainkan oleh kultur Amerika meskipun dia tak menggunakan istilah inperialisme kultural, menentang ide tersebut melalui konsepnya yang sangat terkenal, glocalization, di mana dunia global dilihat berinteraksi dengan dunia lokal untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda, yakni glocal. Globalitas berarti bahwa mulai sekarang tak ada kejadian di planet kita yang hanya pada situasi lokal terbatas; semua temuan, kemenangan dan bencana mempengaruhi seluruh dunia . Globalitas adalah proses baru setidaknya keran tiga alasan. Pertama, pengaruhnya atas ruang geografis jauh lebih ekstensif. Kedua, pengaruhnya atas waktu jauh lebih stabil; pengaruhnya terus berlanjut dari waktu ke waktu. Ketiga, ada densitas (density) yang lebih besar untuk “jaringan transnasional, hubungan dan arus pekerjaan jaringan”.21 Michael juga mendaftar sejumlah hal lainnya yang mencolok yang berkaitan dengan globalitas ketika membandingkannyan dengan manifestasi lain dari transnasionalitas antara lain: (1) kehidupan sehari-hari dan interaksi lintas batas negara semakin terpengaruh; (2) ada persepsi diri tentang transnasionalitas ini dalam bidang-bidang seperti media massa, konsumsi, dan pariwisata (tourism); (3) komunitas, tenaga kerja, kapital semakin tak bertempat (placeless); (4) bertambahnya kesadaran tentang bahaya global dan tindakan yang harus diambil untuk menanganinya; (5) meningkatnya persepsi transtruktural dalam kehidupan kita; (6) industri- industri kultur global beredar pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan; (7) peningkatan dalam jumlah dan kekuatan aktor-aktor, institusi, dan kesepakatan transnasional. 22 Ada dua event yang hampir bersamaanmunculnya pada saat bangsa Indonesia memasuki milenium ketiga. Pertama globalisasi, diakibatkan kemajuan ilmu dan teknologi terutama komunikasi dan transportasi sehingga dunia semakin menjadi tanpa batas. Dalam budaya global ini ditandai dalam bidang ekonomi perdagangan akan menuju terbentuknya pasar bebas, baik dalam kawasan ASEAN, Asia Pasifik bahkan akan meliputi seluruh dunia. Dalam bidang politik akan tumbuh semangat demokratisasi. Dalam bidang budaya akan terjadi pertukaran budaya antarbangsa yang berlangsung begitu cepat yang saling mempengaruhi, dalam bidang sosial akan muncul semangat konsumeris yang tinggi disebabkan pabrik-pabrik yang memproduksi kebutuhan konsumeris akan berupaya memproduk barang-barang baru yang akan bertukar dengan cepat pada setiap saat dan merangsang manusia untuk memilikinya. Event kedua adalah reformasi, dalam era reformasi ini diharapkan akan muncul Indonesia baru. Wajah baru Indonesia ini akan memunculkan perbedaan yang kontras dengan wajah lamanya. Wajah baru Indonesia itu adalah wajah baru yang akan memunculkan masyarakat madai, yakni masyarakat berperadaban dengan menekankan kepada demokratisasi dan hak-hak asasi manusia, serta hidup dalam berkeadilan.
  • 9. D. Kesimpulan Berdasarkan berbagai hal tersebut di atas, maka dapat disimpulkan ke dalam hal-hal berikut ini: 1. Pendidikan Agama sebagai suatu media atau wahana untuk menanamkan nilai-nilai moral dan ajaran keagamaan, alat pembentukan kesadaran bangsa, alat meningkatkan taraf ekonomi, alat mengurangi kemiskinan, alat mengangkat status sosial, alat menguasai teknologi, serta media untuk menguak rahasia alam raya dan manusia. 2. Pendidikan Islam bertujuan membentuk pribadi muslim sepenuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik jasmaniah maupun rohaniah, menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semestadengan cara mengembangkan aspek struktural, kultural dan berupaya meningkatkan sumberdaya manusiaguna mencapai taraf hidup yang paripurna. 3. Era globalisasi memunculkan era kompetisi yang berbicara keunggulan, hanya manusia unggul yang akan survive di dalam kehidupan yang penuh persaingan, karena itu salah satu persoalan yang muncul bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Membentuk manusia unggul partisipatoris, yakni manusia yang ikut serta secara aktif dalam persaingan yang sehat untuk mencari yang terbaik. Keunggulan partisipatoris dengan sendirinya berkewajiban untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi manusia yang akan digunakan dalam kehidupan yang penuh persaingan juga semakin tajam. DAFTAR PUSTAKA Ahmed, Akbar S. and Davis M. Hart (eds.).1984. Islam in Tribal Societies: From the Atlas to the Indus. : London: Routledge and Kegan Paul. Al-Qur’an al-Karim Asy-Syaibani, Umar Muhammad At-Toumy. 1975. Falsafah atTarbiyyah al-Islamiyyah. Trabulus: Asy-Syirkah al-Ammah. Ayubi, Nazih. 1991. Political Islam; Religion and Political in the Arab World, London: Routledge. Bellah, Robert N.1991. Civil Religion in America, dalam Robert N. Bellah, Beyond Belief: Essay on Religion in a Post-Traditionalist World. Berkeley and Los Angeles: University of California Press. Casanova, Jose. 1994. Public Religions in The Modern World. Chicago and London: The University of Chicago Press. Chossudovsky, Michael. 1997. The Globalization of Poverty: Impact of IMF and World Bank Reforms. Penang: Third World Book. Daradjat, Zakiah. 1984. Pembinaan Dimensi Rohaniyah Manusia dalam Pandangan Islam. Medan: IAIN.
  • 10. Daulay, Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta: Prenada Media. Gutmann, Amy and Dennis Thompson. 1989.Ethics and Politics: Case and Commentaries. Chicago: Nelson Hall Publishers. Johnson, Benton. 1985. Religion and Politics in America: The Last Twenty Years, dalam Phillipe E. Hammond (ed.), The Secred in a Secular. Berkeley, Los Angeles, London: University of California Press. Langgulung, Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikhologi dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna. Ohmae, Kenichi. 1995. The End of the Nation State: The Rise of Regional Economies. London: Harper Collins Publishers. Pocock, J.G.A. 1989. Politics, Language, and Time: Essay on Political Thought and History. Chicago: University of Chicago Press: