1. BAB II
PEMBAHASAN
a. Dimensi-dimensi Hakekat Manusia
Dalam hakekat manusia akan di bahas beberapa dimensi-dimensi hakekat manusia
yang sudah dibawa sejak lahir. Terdapat 4 dimensi hakekat manusia yaitu dimensi
keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan, dan dimensi
keberagaman.
1. Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu
keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan
sebagai pribadi . Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak,
perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat
esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di
gambarkan di atas secara potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh
kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina,
melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang
memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk
semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai
milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk
membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Pola pendidikan
yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan
berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang
menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter) dalam
hubungan ini disebut pendidikan yang patologis.
2. Dimensi Kesosialan
Dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk
bergaul, dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu
sesamanya. Manusia dilahirkan sebagai suku bangsa tertentu dengan adat kebudayaan
tertentu pula. Sebagai anggota suatu masyarakat, seseorang berkewajiban untuk
berperan dan menyesuaikan diri serta bekerja sama dengan masyarakat.masih banyak
contoh-contoh lain yang menunjukan betapa dorongan sosialitas tersebut demikian
kuat tanpa orang menyadari sebenarnya ada alasan yang cukup kuat.seorang filosof
2. Immanuel Kant menyatakan manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara
manusia,maksudnya tidak ada seorang manusia pun yang dapat hidup seorang diri
tanpa membutuhkan orang lain. Seorang dapat mengembangkan kegemarannya,
sikapnya,cita-citanya didalam interaksi dengan sesamanya.seseorang berkesempatan
untuk belajar dari orang lain,mengidentipikasi sifat-sifat yang dikagumi dari orang
lain untuk di milikinya,serta menolak sifat-sifat yang tidak dicocokinya.hanya
didalam berintraksi dengan sesamanya,dalam saling menerima dan
memberi,seseorang menyadari dan menghayati Kemanusiaannya.banyak bukti bahwa
anak manusia tidak akan menjadi manusia bila tidak ada berada diantara manusia.
3. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan lebih tinggi. akan tetapi
dalm kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika
didalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung.
dimensi kesusilaan disebut juga keputusan yang lebih tinggi.kesusilaan diartikan
mencakup etika dan etiket. etika adalah (persoalan kebaikan ) sedangkan etiket
adalah (persoalan kepantasan dan kesopanan ). pada hakikatnya manusia memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya. Sehingga
dikatakan manusia itu makhluk susila. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat
dengan nilai-nilai kehidupan. Susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti
menjadi kebaikan yang lebih sempurna Manusia dengan kemampuan akalnya
memungkinkan untuk menentukan sesuatu manakah yang baik dan manakah yang
buruk, manakah yang pantas dan manakah yang tidak pantas.Dengan pertimbangan
nilai-nilai budaya yang dijunjungnya memungkinkan manusia untuk berbuat dan
bertindak secara susila. Drijarkara mengartikan manusia susila sebagai manusia yang
memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai tersebut dalam perbuatan.
Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena
mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemulian dan sebagainya, sehingga dapat
diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup. Pendidikan kesusilaan berarti
menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan kewajiban disamping hak pada
peserta didik.
4. Dimensi Keberagaman
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. beragama merupakan kebutuhan
manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat
bertopang, agama menjadi sandaran vertikal manusia. dan Manusia adalah mahluk
3. religius yang dianugerahi ajaran-ajaran yg dipercayainya yang didapatkan melalui
bimbingan nabi demi kesehatan dan keselamatannya. Manusia sebagai mahluk
beragama mempunyai kemampuan menghayati pengalaman diri dan dunianya
menurut agama masing-masing. Pengembangan Dimensi Hakekat Manusia. Usaha
pengembangan hakekat manusia dalam dimensi keindividualan, kesosialan,
kesusilaan, & keberagamaan berangkat dari anggapan dasar bahwa manusia secara
potensial memiliki semua dimensi tersebut, yang memungkinkan dan harus dapat
dikembangkan secara bertahap, terarah dan terpadu melalui pendidikan sehingga
dapat menjadi aktual. Konsep dasar pengembangan manusia sebagai makhluk
individu Manusia sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kesemestaan mampu
mengembangkan interelasi dan interaksi dengan orang lain secara selaras serasi
seimbang tanpa kehilangan jati dirinya. Pengembangannya sebagai peserta didik
diselenggarakan dalam lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, & masyarakat
pengembangan self extence menyangkut aspek jasmani-rohani,cipta-rasa-karsa
sebagai dimensi keindividuan oleh: ida haili putri
A. Potensi dan Keunikan Manusia
Manusia diciptakan sebagai makhluk paling mulia dan terbaik di antara makhluk
ciptaan Tuhan lainnya karena dibekali berbagai macam potensi yang tidak dimiliki
oleh makhluk lain. Namun terkadang, manusia tidak sadar bahkan tidak tahu sama
sekali apa potensi yang ada pada diri mereka sehingga terkadang manusia hidup
dengan kondisi seadanya, mudah menyerah dan tidak mempunyai impian besar.
Ketika manusia diciptakan, Tuhan pasti tidak akan membiarkan hamba-Nya hidup
dalam kesengsaraan dan penderitaan. Maka dari itulah Tuhan membekali manusia
dengan segenap potensi yang ada dalam dirinya. Potensi itu meliputi: potensi jasmani
(fisik), ruhani (spiritual), dan akal (mind). Ketiga potensi ini akan memberikan
kemampuan kepada manusia untuk menentukan dan memilih jalan hidupnya sendiri.
Manusia diberi kebebasan untuk menentukan takdirnya. Semua itu tergantung dari
bagaimana mereka memanfaatkan potensi yang melekat dalam dirinya. Ketiga potensi
tersebut saling menunjang dan melengkapi, tetapi dari ketiga komponen itu, potensi
spiritual dan akal memegang peranan penting dalam menentukan kesuksesan
seseorang dalam kehidupan, sebab dari kedua potensi itulah manusia akan tahu
kemana akan melangkah, apa yang diinginkan, dan apa yang harus dilakukan. Potensi
fisik hanya menunjang kedua potensi tersebut agar lebih sempurna, walau peranannya
4. juga tidak bisa disepelekan. Banyak orang yang mengeluh ketika dikaruniai fisik yang
kurang sempurna. Mereka merasa seakan-akan hidupnya tidak berguna. Akhirnya
mereka menjadi orang-orang yang berputus asa dan menjadi beban bagi orang lain.
Mereka melupakan potensi akal dan spiritual yang dikaruniakan Tuhan. Dalam
sejarah kehidupan manusia, ada banyak orang-orang yang luar biasa, mereka
dikaruniai keterbatasan fisik, tetapi justru dengan itulah mereka dapat menghasilkan
prestasi yang mengagumkan. Mereka menjadikan keterbatasan mereka sebagai
motivasi untuk meraih prestasi tinggi. Seperti Hirotada Ototake, orang Jepang yang
ketika dilahirkan tidak mempunyai tangan dan kaki tetapi ia tidak pernah menyerah,
ia berusaha untuk hidup normal dan berprestasi. Ia pernah menjadi ketua OSIS di
SMAnya, menjuarai kontes bahasa Inggris, dan berhasil masuk di salah satu
perguruan tinggi terbaik di Jepang. Saat ini ia merupakan seorang motivator laris dan
menulis buku berjudul “No One’s Perfect”.
B. Dinamika
Dinamika diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh manusia sejak manusia itu
masih dalam kandungan sampai dilahirkan hingga akhir hayatnya selalu bersifat
dinamis. Kehidupan yang dinamis selalu mengusung perubahan. Perubahan dekat
dengan adaptasi. Beradaptasi berarti menunjukkan eksistensi dalam realitas. Berubah
berarti beradaptasi tanpa kehilangan identitas. Perubahan adalah bukti kehidupan.
Manusia yang hidup akan selalu berubah; perubahan memberikan harapan.
Kelangsungan hidup mustahil tanpa perubahan, dan mereka yang tidak dapat
mengubah pikiran mereka tidak dapat mengubah sesuatu; perubahan biasanya
membawa pembaharuan. Segala sesuatu harus berubah untuk sesuatu yang baru,
untuk sesuatu yang menantang. Perbedaan gaya berpikir sangat mempengaruhi sikap
seseorang terhadap perubahan. Umumnya ada dua sikap yang akan muncul, yaitu
reaktif dan kreatif. Sikap yang reaktif cenderung menolak perubahan, tersinggung,
curiga, berpikir sempit, iri, dengki, cemburu dan sebab-akibat. Sedangkan sikap yang
kreatif cenderung mendorong perubahan, obyektif, berpikir positif, wawasan luas,
penuh ide cemerlang, idealis, motivasi tinggi, energetik, intelektual dan berorientasi
"saya dapat".