1. PERENCANAAN TEKNIS
PEMBANGUNAN GEDUNG GEREJA
LAPORAN
PENDAHULUAN
PEMERINTAH KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN KIMPRASWIL
BIDANG BINA MARGA
Alamat : Jalan Molunjunga Labuha Bacan Kabupaten
Halmahera Selatan
2. Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja ii
Daftar Isi
Daftar Isi ii
Pengantar ii
BAB - 1 GAMBARAN UMUM 5
1.1. LATAR BELAKANG 5
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN 5
1.3. DATA KONTRAK 6
1.4. LINGKUP DAN TAHAPAN PEKERJAAN 6
1.5. GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN 7
1.5.1. Kondisi Geografis 7
1.5.2. Keadaan Sosial Budaya 8
1.5.3. Kondisi Iklim 8
1.6. SISTEMATIKA LAPORAN PENDAHULUAN 9
BAB - 2 METODOLOGI 10
2.1. UMUM 10
2.2. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN 11
2.3. PEKERJAAN PERSIAPAN 12
2.4. STUDI PENDAHULUAN 12
2.4.1. INVENTARISASI DATA DAN STUDI TERDAHULU 13
2.4.2. PENYUSUNAN RENCANA KERJA 13
2.4.3. PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR 113
2.5. SURVAI DAN PENYELIDIKAN LAPANGAN 14
2.5.1. SURVAI PENDAHULUAN 14
2.5.2. SURVAI TOPOGRAFI 15
2.5.3. SURVEY GEOTEKNIK 19
2.6. ANALISIS DATA 200
2.6.1. PENGUKURAN DAN PEMETAAN TOPOGRAFI 200
2.6.2. PENYELIDIKAN TANAH DAN SUMBER MATERIAL 23
3. Laporan Pendahuluan D A F T A R I S I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja iii
2.7. KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR 24
2.8. PERKIRAAN BIAYA KONSTRUKSI 71
2.9. DOKUMEN LELANG 71
2.10. LAPORAN – LAPORAN 71
BAB - 3 RENCANA KERJA 73
3.1. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERSONIL 73
3.2. STRUKTUR ORGANISASI TIM PERENCANA 74
3.3. PROGRAM KERJA 75
3.4. JADWAL RENCANA KERJA 75
4. Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja iv
Pengantar
Laporan Pendahuluan ini disusun sebagai salah satu bentuk persyaratan teknis kontrak
pengadaan jasa konsultan perencana antara CV Amarilis Plan Desain dengan Dinas
Pekerjaan Umum dan Kimpraswil, untuk Pekerjaan Perencanaan Teknis Gereja.
Laporan Pendahuluan inidimaksudkan sebagaibahan informasi kepada pemilik pekerjaan
mengenai konsep dan metodologi teknis pelaksanaan pekerjaan, struktur organisasi
konsultan perencana serta rencana kerja yang akan dilaksanakan.
Laporan Pendahuluan ini secaragaris besarberisi tentang uraian umum lingkup pekerjaan
jasa konsultan perencana, uraian metodologi pelaksanaan survai lapangan, uraian
metodologi desain dan analisa teknis bangunan gedung, uraian jadwal kegiatan, uraian
jadwal mobilisasi personil serta data pendukung pelaksanaan pekerjaan.
Demikian laporan Pendahuluan ini disampaikan, semogadapat bermanfaat sebagaibahan
pertimbangan dalam tahapan perencanaan selanjutnya.
Konsultan Perencana
.......................
....................
Team leader
5. Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 5
BAB - 1
GAMBARAN UMUM
1.1. LATAR BELAKANG
Program Pembinaan Umat merupakan salah satu upaya Pemerintah Kabupaten
Halmahera Selatan dalam menunjang pencapaian sasaran Pembangunan Daerah.
Pembinaan umat sangat terkait dengan pembangunan ahlak beserta nilai-nilai budaya
melalui Pengembangan infrastuktur yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan
ahlak kepada Tuhan Yang Maha Esa di Kabupaten Halmahera Selatan. Halmahera Selatan
Terutama Pulau Bacan terdiri atas berbagai Agama yakni Agama Islam dan Nasrani.
Sebagai agama terbesar kedua bacan, umat Kristen membutuhkan sarana prasarana yang
menunjang Ibadah mereka kepada Tuhan.
Untuk mengantisipasi jumlah jemaat Kristen dimasa yang akan datang, Dinas Pekerjaan
Umum dan Kimpraswil Kabupaten Halmahera Selatan mengadakan jasa konsultansi
perencanaan, untuk pekerjaan Perencanaan Teknis Gereja Raya Pulau Bacan.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari Jasa Konsultansi ini adalah untuk menghasilkan Rencana Teknik Akhir (Detail
Engineering Desain) Gereja diatas, yang efisien dan efektif, lengkap dengan gambar dan
dokumentasi lainnya yang diperlukan, sesuai dengan Standar dan Kerangka Acuan Kerja
yang telah ditetapkan.
Jasa Konsultansi ini secara umum bertujuan untuk menciptakan sarana infrastruktur
Gedung Gereja Raya yang memadai di Pulau Bacan, serta optimalisasi fungsionalitas
Gereja tersebut diatas sehingga dapat mendukung perkembangan Keimanan dan
Ketakwaan terhadap Tuhan tersebut.
Sementara Tujuan Khusus dari Jasa Konsultansi ini adalah tersedianya dokumen
perencanaan teknis untuk Gereja tersebut diatas,sehinggadapatdigunakan sebagaidasar
dalam pelaksanaan pembangunan fisik untuk Gereja Raya tersebut.
6. poran Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 6
1.3. DATA KONTRAK
1. Nama Pekerjaan : Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja
2. Pemilik : Dinas Pekerjaan Umum dan Kimpraswil
3. Konsultan : CV. Amarilis Plan Desain
4. Alamat Konsultan : Jl. Kalumata Puncak No.8 Ternate
5. Nomor Kontrak : 602/03.c/SPP/DPU-HS/DAU/2016
6. Nilai Kontrak : Rp. 394.773.000
7. Lokasi Pekerjaan : Pulau Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan
1.4. LINGKUP DAN TAHAPAN PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Konsultan Perencana sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja, secara garis besar dapat dibagi sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan
Survey Pendahuluan
Survey Topografi
Survey Lokasi
Survey Penyelidikan tanah
2. Perencanaan Sipil / Struktur
Analisa Beban Rencana
Perencanaan Tipe Struktur
Perencanaan dimensi dari elemen-elemen penyusunnya
Perencanaan mutu bahan bangunan yang digunakan
Perencanaan kekuatan dan kekakuan dari dasar bangunan tersebut sehingga
didapatkan suatu angka keamanan yang memenuhi persyaratan.
3. Perencanaan Arsitektur
Rancangan Skematik
Pengembangan Rancangan
Dokumen Konstruksi
7. poran Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 7
Penawaran/perundingan
Tata Laksana Proyek
4. Perencanaan Mekanikal dan Elektrikal
5. Perencanaan Ultilitas
Jasa pelayanan teknik yang akan diberikan oleh Tim Konsultan, dibagi menjadi beberapa
tahapan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja yang telah ditetapkan. Adapun tahapan-
tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan Konsultan meliputi :
1. Tahap Persiapan Perencanaan termasuk survey
2. Tahap Penyusunan Pra Lanjutan
3. Tahap Pengembangan Rencana Lanjutan
4. Tahap Rencana Anggaran Biaya.
5. Tahap Rencana Detail.
1.5. GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN
1.5.1. Kondisi Geografis
Secara geografis Pulau Bacan terletak di antara: 0°17'46.63" – 0°52'41.57" N
Lintang Selatan dan 127°32'20.38" – 127°46'39.27"E Bujur Timur. Kabupaten
Halmahera Selatan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Maluku Utara yang
berbatasan dengan wilayah Kabupaten lain Antara lain :
Provinsi Maluku di sebelah Selatan.
Laut Halmahera di sebelah Timur.
Laut Maluku di sebelah barat.
Pulau Moti (kotamadya Ternate) di sebelah utara
Pulau Bacan ini memiliki Posisi yang sangat strategis karena berada di pusat
kabupaten.
8. poran Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 8
1.5.2. Keadaan Sosial Budaya
Sebagian besar penduduk adalah berasal dari suku makian dan suku Bacan yang
mayoritas beragama Islam. Penduduk pada umumnya bertempat tinggaldi daerah
pesisir dan sepanjang sungai utama. Penduduk lainnya adalah suku Makasar dan
Bugis yang bermukim di daerah pusat Kota Bacan.
1.5.3. Kondisi Iklim dan lokasi kegiatan
Dari hasil pantauan, selama tahun Observasi Kota Bacan karena terletak dekat
katulistiwa maka memiliki iklim tropis atau panas. Karena topografi kota Bacan
yang dikelilingi oleh gunung maka kota Bacan beriklim dingin di malam hari
Gambar 1.1 Peta Lokasi Pekerjaan
9. poran Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 9
1.6. SISTEMATIKA LAPORAN PENDAHULUAN
Laporan Pendahuluan ini secara sistematis disusun dalam bab – bab sebagai berikut :
Bab I : Gambaran Umum
Menguraikan secara umum latar belakang pekerjaan, Maksud dan
Tujuan Pekerjaan, Lingkup Pekerjaan serta Lokasi Pekerjaan.
Bab II : Metodologi
Berisi Metodologi yang akan dilaksanakan oleh Tim Konsultan baik
dalam pekerjaan Survey Lapangan maupun Analisa dan Perencanaan
Teknis.
Bab III : Rencana Kerja
Berisikan susunan personil, tugas dan tanggung jawab personil, jadwal
mobilisasi personil serta rencana kerja tim Konsultan Perencana.
10. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 10
BAB - 2
METODOLOGI
2.1. UMUM
Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka
sebelumnya perlu dibuat suatu pendekatan teknis agar dapat dilaksanakan
secara sistematis dan praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensibiaya, mutu
dan waktu kerja.
Seperti telah dijelaskan didalam Kerangka Acuan Kerja (TOR), maka di dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan menggunakan standar – standar
perencanaan yang dapat dilihat pada tabel 2.1. Standar Perencanaan
No Dokumen Uraian
1. SNI 03-2847-2002
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung
2. SNI – 1726 - 2002
Standar Perencanaan Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Bangunan Gedung
3. SNI. 03 – 2394 - 1991
Tata Perencanaan dan Perancangan Bangunan
Gedung
No Dokumen Uraian
9.
NSPM No.
008/T/BNKT/1990
Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan
10.
Permen PU. No
19/PRT/M/2011
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan
11. NSPMNo. 028/T/BM/1995 Panduan Analisa Harga Satuan
11. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 11
12.
Kepmen PU No.
257/KPTS/2004
KeputusanMenteri PekerjaanUmumTentang
Dokumen Pelelangan Standar
13. PP No. 34 Tahun 2006
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Tentang Jalan
Tabel 2.1. Standar Perencanaan
2.2. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan merancang tahapan
pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan
Survey Pendahuluan
Survey Topografi
Survey Lokasi
Survey Penyelidikan tanah
2. Perencanaan Sipil / Struktur
Analisa Beban Rencana
Perencanaan Tipe Struktur
Perencanaan dimensi dari elemen-elemen penyusunnya
Perencanaan mutu bahan bangunan yang digunakan
Perencanaan kekuatan dan kekakuan dari dasar bangunan tersebut
sehingga didapatkan suatu angka keamanan yang memenuhi
persyaratan.
3. Perencanaan Arsitektur
Rancangan Skematik
Pengembangan Rancangan
Dokumen Konstruksi
Penawaran/perundingan
Tata Laksana Proyek
12. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 12
4. Perencanaan Mekanikal dan Elektrikal
5. Perencanaan Ultilitas
6. Gambar Perencanaan Akhir
Penyusunan gambar rencana
Penyusunan Draft Laporan Akhir
7. Perkiraan Kuantitas dan Biaya
Perhitungan volume pekerjaan fisik
Penyusunan Laporan Rencana Anggaran Biaya
8. Dokumen Lelang dan Laporan Akhir
Penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan
Penyusunan laporan dokumen Lelang
Penyusunan Laporan Akhir
Bagan alir strategi pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan. Secara jelas uraian dari masing-masing
tahapan kegiatan tersebut diuraikan pada sub-bab berikut :
2.3. PEKERJAAN PERSIAPAN
Sebelum pelaksanaan suatu pekerjaan, maka perlu dilaksanakan pekerjaan
persiapan, baik mengenai kelengkapan administrasi, personil pelaksana,
sarana transportasi, peralatan, dan segala aspek dalam kaitan pelaksanaan
pekerjaan. Konsultan akan menyiapkan program kerja untuk dikoordinasikan
dengan pihak pemberi tugas. Maksud dari koordinasi ini adalah untuk
menyamakan pandangan antara konsultan dengan pihak pemberi sehingga
pelaksanaan pekerjaan ini tidak mengalami hambatan.
2.4. STUDI PENDAHULUAN
13. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 13
2.4.1. INVENTARISASI DATA DAN STUDI TERDAHULU
Setelah tugas dari masing-masing tenaga ahli dipahami, maka
konsultan akan segera melaksanakan kegiatan pengumpulan data,
informasi dan laporan yang ada hubungan-nya dengan studi untuk
mempelajari kondisi daerah proyek secara keseluruhan guna
mempersiapkan rencana tindak lanjut tahap berikutnya. Konsultan
akan mengunjungi kantor-kantor instansipemerintah maupun swasta
yang sekiranya mengelola data yang diperlukan. Untuk kelancaran
pekerjaan ini, maka sangat diperlukan surat pengantar dari pihak
Direksi Pekerjaan untuk keperluan tersebut. Dari hasil studi meja
akan disusun program kerja Perencanaan Gedung tersebut diatas.
2.4.2. PENYUSUNAN RENCANA KERJA
Hasilpenelaahan data akan dituangkan dalamrencana konsultan yang
meliputi rencana kegiatan survai dilapanganmaupun kegiatan analisis
dan evaluasi data. Rencana kerja ini meliputi :
a. Struktur organisasi serta tenaga pelaksana penanganan
pekerjaan
b. Rencana waktu penanganan pekerjaan
c. Rencana penugasan personil serta peralatan yang akan
digunakan dalam penanganan pekerjaan
2.4.3. PENYUSUNAN LAPORAN PENDAHULUAN
Hasil – hasil dari studi pendahuluan akan dituangkan dalam bentuk
laporan pendahuluan dan gambaran umum Perencanaan
Pembangunan Gedung Gereja dapat diilustrasikan dari flow chart
berikut ini.
14. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 14
Gambar 2.1. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan
2.5. SURVAI DAN PENYELIDIKAN LAPANGAN
2.5.1. SURVAI PENDAHULUAN
Survai Pendahuluan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Menyiapkan peta dasar yang berupa Peta Topografi skala
1:100.000 / 1:50.000 dan peta-peta pendukung lainnya (Peta
Geologi, Tata Guna tanah dll).
b. Mempelajari lokasi pekerjaan dan pencapaiaan, batas areal lokasi
bangunan gedung gereja dan site plan.
c. Mempelajari kondisi eksisting lokasi pembangunan gereja secara
umum seperti jenis tanah di lokasi eksisting, kondisi terrain, posisi
15. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 15
pencahayaan matahari dan sirkulasi angin yang akan bergerak
menimpa bangunan gereja.
d. Inventarisasi semua aspek yang mendukung perencanaan
pembangunan gedung gereja.
e. Membuat foto dokumentasi lapangan eksisting terutama batasan
lahan, serta pada lokasi-lokasi tercakup dalam site plan
pembangunan gereja.
f. Mengumpulkan data, berupa informasi mengenai harga satuan
bahan dan biaya hidup sehari-hari.
g. Mengumpulkan informasi umum lokasi sumber material (quarry)
yang diperlukan untuk pekerjaan konstruksi.
h. Membuat laporan lengkap perihal pada butir a s/d h dan
memberikan saran-saran yang diperlukan untuk pekerjaan survai
teknis selanjutnya.
Hasil dari survai pendahuluan dan pengumpulan data-data yang
menunjang dalam pelaksanaan pekerjaan ini akan dituangkan dalam
bentuk laporan Survai Pendahuluan.
2.5.2. SURVAI TOPOGRAFI
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan Pengukuran Topografi untuk perencanaan jalan
terdiri dari beberapa bagian pekerjaan yaitu :
a. Persiapan
b. Pemasangan Patok, Bench mark (BM) dan Control Point (CP).
c. Pekerjaan perintisan untuk pengukuran
d. Pekerjaan pengukuran yang terdiri dari :
Pengukuran titik kontrol horizontal (Polygon) dan vertikal
(Waterpass)
Pengukuran situasi/detail
Pengukuran penampang memanjang dan melintang
16. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 16
Pengukuran-pengukuran khusus
PENGUKURAN TITIK KONTROL HORIZONTAL
Metodologi Pengukuran Titik Kontrol Horizontal dilaksanakan sebagai
berikut :
Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk poligon
Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimal 100m, diukur
dengan pegas ukur (meteran) atau alat ukur jarak elektronis
Patok-patok untuk titik-titik poligon adalah patok kayu, sedang
patok-patok untuk titik ikat adalah patok dari beton
Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur Theodolith dengan
ketelitian dalam secon (yang mudah/umum dipakai adalah
Theodolith jenis T2 Wild Zeis atau yang setingkatan)
Ketelitian untuk poligon adalah sebagai berikut :
Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” akar jumlah titik
poligon
Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”
Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal proyek pada
setiap jarak 5 Km (kurang lebih 60 titik poligon) serta pada titik
akhir pengukuran.
Setiap pengamatan matahari dilakukan dalam 4 seri rangkap (4
biasa dan 4 luar biasa)
PENGUKURAN TITIK KONTROL VERTIKAL
Metodologi Pengukuran Titik Kontrol Vertikal dilaksanakan sebagai
berikut :
Jenis alat yang dipergunakan untuk pengukuran ketinggian adalah
Waterpass Orde II
Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand
dilakukan 2 kali berdiri alat
17. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 17
Batas ketelitian tidak boleh lebih besar dari 10 akar Dmm. Dimana
D adalah panjang pengukuran (Km) dalam 1 (satu) hari
Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam arti
pembagian skala jelas dan sama
Setiap pengukuran dilakukan pembacaan rangkap 3 (tiga) benang
dalam satuan milimeter
Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB),
Kontol pembacaan : 2BT = BA + BB
Referensi levelling menggunakan referensi lokal
PENGUKURAN SITUASI
Metodologi Pengukuran Situasi dilaksanakan sebagai berikut :
Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachymetri
Ketelitian alat yang dipakai adalah 30” (sejenis dengan Theodolith
T0)
Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus
mencakup semua keterangan-keterangan yang ada didaerah
sepanjang rencana jalan tersebut
Untuk tempat-tempat jembatan atau perpotongan dengan jalan
lain pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran khusus)
Tempat-tempat sumber mineral jalanyang terdapat disekitar jalur
jalan perlu diberi tanda diatas peta dan difoto (jenis dan lokasi
material)
PENGUKURAN PENAMPANG MEMANJANG DAN MELINTANG
Pengukuran penampang memanjang dan melintang dimaksudkan
untuk menentukan volume penggalian dan penimbunan. Metodologi
pengukuran dilaksanakan sebagai berikut :
1. Pengukuran Penampang Memanjang
Pengukuran penampang memanjang dilakukan sepanjang
sumbu rencana jalan
18. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 18
Peralatan yang dipakai untuk pengukuran penampang sama
dengan yang dipakai untuk pengukuran titik kontrol vertikal
2. Pengukuran Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar
dan landai dibuat setiap 50 m dan pada daerah-daerah
tikungan/ pegunungan setiap 25 m
Lebar pengukuran penampang melintang 100 m ke kiri-kanan
as jalan
Khusus untuk perpotongan dengan sungai dilakukan dengan
ketentuan khusus (lihat pengukuran khusus)
Peralatan yang dipergunakan untuk pengukuran penampang
melintang sama dengan yang dipakai pengukuran situasi
PEMASANGAN PATOK
Untuk Pemasangan Patok Pengukuran dilapangan dilaksanakan
sebagai berikut :
Patok-patok dibuat dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm dan harus
dipasang setiap1 Km dan pada perpotongan rencana jalan dengan
sungai (2 buah seberang menyeberang). Patok beton tersebut
ditanam kedalam tanah dengan kedalaman 15 cm
Baik patok-patok beton maupun patok-patok poligon diberi tanda
BM dan nomor urut.
Untuk memudahkan pencarian patok pada pohon-pohon disekitar
patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.
Baik patok poligon maupun patok profil diberi tanda cat kuning
dengan tulisan hitam yang diletakkan disebelah kiri kearah
jalannya pengukuran.
Khusus untuk profil memanjang titik-titiknya yang terletak
disumbu jalan diberi paku dengan dilingkari cat kuning sebagai
tanda. SURVEY GEOTEKNIK
19. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 19
2.5.3. SURVEY GEOTEKNIK
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan Survey Geoteknik untuk perencanaan Gedung
meliputi :
Pengambilan contah tanah dan Test Pit.
Pemeriksaan lokasi sumber material
Penyelidikan tanah dengan tes Sondir
METODOLOGI
1. Penyelidikan Test Pit
Penyelidikan Test Pit dilakukan pada setiap jenis satuan tanah
atau setiap 1 Km yang berbeda dengan kedalaman 1-2 meter.
Pada setiap lokasi Test Pit dilakukan pengamatan deskripsi
struktur dan jenis tanah, juga dilakukan pengambilan sampel
tanah baik contoh tanah terganggu maupun tidak terganggu yang
akan diselidiki di Laboratorium.
2. Pemeriksaan Lokasi Sumber Material
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui informasi
mengenai bahan-bahan perkerasan yang dapat dipakai untuk
pelaksanaan pekerjaan
3. Pemeriksaan dengan Tes Sondir
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan nilai tanahan
konus keras (150 kg/m2) lapisan tanah dasar yang dilakukan pada
bagian ruas jalan yang belum diaspal atau telah mengalami
kerusakan parah. Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :
Pemeriksaan dilakukan pada site plan yang dimana berada
posisi pondasi bangunan gedung gereja
Pemeriksaan dilakukan dengan mencatat setiap bacaan
manometer alat sondir
20. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 20
Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman permukaan lapisan
tanah dasar kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat
keras.
Selama pemeriksaan dicatat kondisi khusus, seperti cuaca,
drainase, timbunan, waktu dan sebagainya
Semua data yang diperoleh dicatat dalam formulir
pemeriksaan Sondir Test.
2.6. ANALISIS DATA
2.6.1. PENGUKURAN DAN PEMETAAN TOPOGRAFI
Analisis data lapangan (perhitungan sementara) akan segera
dilakukan selama Team Survai masih berada di lapangan, sehingga
apabila terjadi kesalahan dapat segera dilakukan pengukuran ulang.
Setelah data hasil perhitungan sementara memenuhi persyaratan
toleransi yang ditetapkan dalam Spesifikasi teknis selanjutnya akan
dilakukan perhitungan data defenitif kerangka dasar pemetaan
dengan menggunakan metode perataan kuadrat terkecil.
1. Perhitungan Poligon
Kriteria toleransi pengukuran poligon kontrol horizontal yang
ditetapkan dalam spesifikasi teknis adalah koreksi sudut antara
dua kontrol azimuth = 20". Koreksi setiap titik poligon maksimum
10" atau salah penutup sudut maksimum 30" n dimana n adalah
jumlah titik poligon pada setiap kring. Salah penutup koordinat
maksimum 1 : 2.000. Berdasarkan kriteria toleransi diatas, proses
analisis perhitungan sementara poligon akan dilakukan
menggunakan metode Bowdith dengan prosedur sebagai berikut:
Salah penutup sudut:
21. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 21
Salah penutup koordinat:
Dalam hal ini:
dimana : S : sudut ukuran poligon
d : jarak ukuran poligon
i : nomor titik poligon ( i = 1,2,3, ..... n )
Proses perhitungan data definitif hasil pengukuran poligon
kerangka kontrol horizontal akan dilakukan dengan metode
perataan kuadrat terkecil parameter. Prinsip dasar perataan cara
parameter adalah setiap data ukur poligon (sudut dan jarak)
disusun sebagai fungsi dari parameter koordinat yang akan dicari.
Formula perataan poligon cara parameter dalam bentuk matriks
adala sebagai berikut :
V = A X - L
X = [ AT .P.A ]-1 . [ AT .P.L ]
X = X° + X
Dimana : V : matrik koreksi pengukuran
A : matrik koefisien pengukuran
X : matrik koreksi parameter
L : matrik residu persamaan pengukuran
fs = s - (n + 2) x 180 < 30" n
i = 1
n
1
0
fs = s - (n + 2) x 180 < 30" n
i = 1
n
1
0
fd = d - < - 1 : 2000
i = 1
n
1
fd = (d . sin ) + (d . Cos )
= + S
i = 1
n
1 i
2
i = 1
n
1 i
2
i
1800
22. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 22
X° : matrik harga pendekatan parameter
koordinat
X : matrik harga koordinat defeinitif
P : matrik harga bobot pengukuran
2. Perhitungan Waterpass
Kriteria teknis pengukuran waterpass yang ditetapkan dalam
spesifikasi teknis yakni tiap seksi yang diukur pulang-pergi
mempunyai ketelitian 10 mm D (D = panjang seksi dalam km).
Berdasarkan kriteria tersrbut dapat diformulasikan cara analisis
data ukur waterpass pada setiap kring sebagai berikut :
dimana : fh : salah penutup beda tinggi tiap kring
waterpass
n : beda tinggi ukuran
i : nomor slag pengukuran waterpass ( i =
1,2,3....n )
Setelah dianalisis keseluruhan data waterpass kerangka kontrol
vertikal memenuhi persyaratan toleransi akan dilakukan proses
perhitungan definitif dengan menggunakan metode kuadrat
terkecil seperti pada poligon.
3. Perhitungan Azimuth Matahari
Formula perhitungan Azimuth arah dengan metode
pengamatan tinggi matahari adalah sebagai berikut :
coscosh*
sinsinh*sin
Asin
SA
dimana: A : azimut matahari
: azimut ke target
fh =
n
i =1
h < 10 mm Di
23. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 23
S : sudut horizontal antara matahari dan target
: deklinasi
h : tinggi matahari
: lintang tempat pengamatan.
Apabila hasil perhitungan data pengamatan matahari tersebut
tidak memenuhi kriteria ketelitian 5" yang ditetapkan dalam
spesifikasi teknis, maka akan dilakukan pengamatan ulang.
Perhitungan dan Penggambaran topografi secara garis besar
mengikuti kaidah-kaidahnya antara lain :
1. Perhitungan koordinat poligon utama didasarkan pada titik-titik
ikat yang dipergunakan.
2. Penggambaran titik-titik poligon akan didasarkan pada hasil
perhitungan koordinat. Penggambaran titik-titik poligon tersebut
tidak boleh secara grafis.
3. Gambar ukur yang berupa gambar situasi akan digambar pada
kertas milimeter dengan skala 1: 1.000 dan interval kontur 1 m.
4. Ketinggian titik detail akan tercantum dalam gambar ukur begitu
pula semua keterangan-keterangan yang penting.
5. Titik ikat atau titik mati serta titik-titik baru akan dimasukkan
dalam gambar dengan diberi tanda khusus. Ketinggian titik
tersebut perlu juga dicantumkan.
2.6.2. PENYELIDIKAN TANAH DAN SUMBER MATERIAL
Analisis dan evaluasi data yang diperoleh dari penyelidikan tanah dan
sumber material akan dilakukan analisis laboratorium.
Analisis Laboratorium Mekanika Tanah dipakai untuk mengetahui
sifat-sifat teknis tanah, khususnya tanah lunak. Evaluasi hasil
penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium selanjutnya
digunakan untuk mengetahui penyebaran dan sifat-sifat teknis
24. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 24
tanah. Berdasarkan hal tersebut dapat ditentukan parameter desain
untuk perhitungan daya dukung pondasi dan kestabilan bangunan
gedung. Semua penyelidikan di laboratorium dilakukan menurut
prosedur ASTM dengan beberapa modifikasi yang disesuaikan
dengan keadaan di lapangan.
CONTOH TANAH TERGANGGU (DISTURBED SAMPLE)
Penyelidikan terhadap contoh tanah terganggu yang diambil dari
lubang uji meliputi:
1. Berat Jenis Tanah
2. Atterberg Limits (Consistency)
3. Gradasi Butiran.
4. Percobaan pemadatan (Compaction test)
5. Uji konsolidasi (Consolidation test)
6. Uji gaya geser langsung ( Direct shear test ).
7. Uji CBR Laboratorium
2.7. KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR
Desain struktur harus memperhatikan beberapa aspek, diantaranya :
1. Aspek Struktural (kekuatan dan kekakuan struktur)
Aspek ini merupakan aspek yang harus dipenuhi karena
berhubungan dengan besarnya kekuatan dan kekakuan struktur dalam
menerima beban-beban yang bekerja, baik beban vertikal maupun
beban horizontal.
2. Aspek arsitektural dan ruang
25. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 25
Aspek ini berkaitan dengan denah dan bentuk gedung yang
diharapkan memiliki nilai estetika dan fungsi ruang yang optimal yang
nantinya berkaitan dengan dimensi dari elemen struktur.
3. Aspek pelaksanaan dan biaya
Meliputi jumlah pembiayaan yang diperlukan agar dalam proses
pelaksanaannya perencana dapat memberikan alternatif rencana yang
relatif murah dan memenuhi aspek mekanika, arsitektural, dan
fungsionalnya.
4. Aspek perawatan gedung
Aspek berhubungan dengan kemampuan owner untuk
mempertahankan gedung dari kerusakan yang terjadi.
Dalam pemilihan struktur bawah harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Keadaan tanah pondasi
Keadaan tanah ini berhubungan dengan pemilihan tipe pondasi
yang sesuai, yaitu jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman lapisan
tanah keras
2. Batasan akibat struktur di atasnya
Keadaan struktur sangat mempengaruhi pemilihan jenis pondasi,
yaitu kondisi beban dari struktur diatasnya (besar beban, arah beban,
penyebaran beban).
3. Keadaan lingkungan disekitarnya
Meliputi: lokasi proyek, dimana pekerjaan pondasi tidak boleh
mengganggu atau membahayakan bangunan dan lingkungan di
sekitarnya.
4. Biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan
Pekerjaan pondasi harus mempertimbangkan biaya dan waktu
pelaksanaannya sehingga proyek dapat dilaksanakan dengan ekonomis
dan memenuhi faktor keamanan. Pelaksanaan juga harus memenuhi
26. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 26
waktu yang relatif singkat agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
efektif dan efisien.
1.5.1 KRITERIA DASAR PERANCANGAN
Beberapa kriteria dasar yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Material struktur
Material struktur dapat dibagi menjadi empat (4) golongan yaitu:
1.6.1 Struktur kayu
Struktur kayu merupakan struktur dengan ketahanan yang cukup,
kelemahan dari material ini adalah tidak tahan terhadap api, dan
adanya bahaya pelapukan. Oleh karena itu material ini hanya
digunakan pada bangunan tingkat rendah.
1.6.2 Struktur baja
Struktur baja sangat tepat digunakan pada bangunan bertingkat
tinggi karena material baja mempunyai kekuatan serta tingkat
daktilitas yang tinggi bila dibandingkan dengan material-material
struktur yang lain
27. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 27
1.6.2 Struktur beton
Struktur beton banyak digunakan pada bangunan tingkat menengah
sampai dengan bangunan tingkat tinggi. Struktur ini paling banyak
digunakan bila dibandingkan dengan struktur lainnya karena struktur
ini lebihmonolit dan mempunyai umur rencana yang cukup panjang.
1.6.3 Struktur komposit
Struktur ini merupakan gabungan dari dua jenis material atau lebih.
Pada umumnya yang sering digunakan adalah kombinasi antara baja
struktural dengan beton bertulang. Kombinasi tersebut menjadikan
struktur komposit memiliki perilaku struktur antara struktur baja dan
struktur beton bertulang. Struktur komposit digunakan untuk
bangunantingkatmenengahsampai denganbangunan tingkat tinggi.
Setiap jenis material mempunyai karakteristik tersendiri sehingga
suatu jenis bahan bangunan tidak dapat digunakan untuk semua jenis
bangunan.
Spesifikasi material yang digunakan dalam perencanaan struktur
gedung ini adalah sebagai berikut:
Beton f’c = 30 Mpa
Baja
• Tulangan Utama fy = 400 Mpa
• Tulangan Geser fy = 400 Mpa
2. Konfigurasi struktur bangunan
- Konfigurasi horisontal
Denah bangunan diusahakan memiliki bentuk yang sederhana,
kompak, dan simetris tanpa mengesampingkan unsur estetika. Hal
tersebut bertujuan agar struktur mempunyai titik pusat kekakuan yang
sama dengan titik pusat massa bangunan atau memiliki eksentrisitas
yang tidak terlalu besar sehingga tidak terjadi torsi. Struktur dengan
bagian-bagian yang menonjol dan tidak simetris perlu adanya dilatasi
28. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 28
gempa (seismic joint) untuk memisahkan bagian struktur yang menonjol dengan
struktur utamanya. Dilatasi tersebut harus memberikan ruang yang cukup agar
bagian-bagian struktur yang dipisahkan tidak saling berbenturan saat terjadi
gempa.
Gedung yang mempunyai denah sangat panjang sebaiknya dipisahkan menjadi
beberapa bagian menggunakan seismic joint karena kemampuan untuk menahan
gaya akibat gerakan tanah sepanjang gedung relatif lebih kecil.
- Konfigurasi vertikal
Konfigurasi struktur pada arah vertikal perlu dihindari adanya perubahan
bentuk struktur yang tidak menerus. Hal ini dikarenakan apabila terjadi gempa
maka akan terjadi pula getaran yang besar pada daerah tertentu dari struktur.
Gedung yang relatif langsing akan mempunyai kemampuan yang lebihkecil dalam
memikul momen guling akibat gempa.
- Konfigurasi rangka struktur
Ada dua macam yaitu: rangka penahan momen yang terdiri dari konstruksi
beton bertulang berupa balok dan kolom, dan rangka dengan difragma vertikal,
adalah rangka yang digunakan bila rangka struktural tidak mencukupi untuk
mendukung beban horizontal (gempa) yang bekerja pada struktur. Dapat berupa
dinding geser (shear wall ) yang dapat juga berfungsi sebagai core walls.
- Konfigurasi keruntuhan sruktur
Perencanaan struktur di daerah gempa terlebih dahulu harus ditentukan elemen
kritisnya. Mekanisme tersebut diusahakan agar sendi-sendi plastis terbentuk pada
balokterlebihdahuludanbukannyapadakolom.Hal ini dimaksudkankarenaadanya
bahaya ketidakstabilan akibat perpindahan balok jauh lebih kecil dibandingkan
dengan kolom, selain itu kolom juga lebih sulit untuk diperbaiki daripada balok
sehinggaharusdilindungi dengantingkatkeamananyanglebihtinggi.Olehsebabitu
konsep yang diterapkan adalah kolom harus lebih kuat
29. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 29
daripada balok (strong coloum weak beam).Oleh karena perencanaan ini
berada dalam zona gempa sedang maka prinsip yang digunakan adalah
disain biasa.
2.3 PERENCANAAN STRUKTUR ATAS
Struktur atas adalah bangunan gedung yang secara visual berada di atas
tanah yang terdiri dari atap, pelat, tangga, lift, balok anak dan struktur portal
utama yaitu kesatuan antara balok, kolom dan shear wall.Perencanaan struktur
portal utama direncanakan dengan menggunakan prinsip strong columm weak
beam, dimana sendi-sendi plastis diusahakan terletak pada balok.
1.6.3 Metode Analisis Struktur
2.3.1.1 Tinjauan terhadap beban lateral (gempa)
Kestabilan lateral dalam desain struktur merupakan faktor yang sangat
penting, karena gaya lateral tersebut akan mempengaruhi elemen-elemen
vertikal dan horisontal dari struktur.
Beban lateral yang sangat berpengaruh adalah beban gempa dimana
efekdinamisnyamenjadikan analisisnyalebihkomplek.Pada dasarnya ada dua
buah metode analisis yang digunakan untuk menghitung pengaruh beban
gempa pada struktur yaitu:
1. Metode analisa statik
Analisa statik merupakan analisa sederhana untuk menentukan
pengaruh gempa yang hanya digunakan pada bangunan sederhana dan
simetris, penyebaran kekakuan massa merata, dan tinggi struktur kurang
dari 40 meter.
Analisa statik pada prinsipnya adalah menggantikan beban gempa
dengan gaya-gaya statik ekivalen yang bertujuan menyederhanakan dan
memudahkan perhitungan. Metode ini disebut juga Metode Gaya Lateral
Ekivalen (Equivalent Lateral Force
30. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 30
Method), yang mengasumsikan besarnya gaya gempa berdasarkan hasil perkalian
suatu konstanta / massa dari elemen tersebut.
Besarnya beban geser dasar nominal statik ekivalen V yang terjadi di tingkat
dasar menurut Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
(SNI 02-1726-2003 pasal 6.1.2) dapat dihitung menurut persamaan:
V =
C.I.Wt
(2.1)
R
Dimana :
V = Beban gempa dasar nominal
Wt = Berat total struktur sebagai jumlah dari beban-beban berikut ini:
1.6.7 Beban mati total dari struktur bangunan gedung;
1.6.8 Bila digunakan dinding partisi pada perencanaan lantai maka harus
diperhitungkan tambahan beban sebesar 0.5 kPa;
1.6.9 Pada gudang-gudang dan tempat-tempat penyimpanan barang maka
sekurang-kurangnya 25% dari beban hidup rencana harus diperhitungkan;
1.6.10 Beban tetap total dari seluruh peralatan dalam struktur
bangunan gedung harus diperhitungkan..
C = Faktor spektrum respon gempa yang didapat dari spektrum respon gempa
rencana menurut grafik C-T (Gambar 2.1)
I = Faktor keutamaaan struktur (Tabel 2.1)
R = Faktor reduksi gempa (Tabel 2.2)
Tabel 2.1 Faktor keutamaan struktur (I)
Jenis Struktur bangunan gedung I
Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan
perkantoran 1
Monumen dan bangunan monumental 1
Gedung penting pasca gempa sperti rumah sakit, instalasi air bersih, 1,5
pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan
darurat, fasilitas radio dan televisi
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk 1,5
31. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 31
minyak bumi, asam, bahan beracun
Cerobong, tangki di atas menara 1,25
Tabel 2.2 Faktor daktilitas ( µ ) dan faktor reduksi (R)
Sistem dan subsistem
Uraian sistem pemikul beban gempa µm Rm f
struktur bangunan gedung
1.Sistem dinding penumpu 1. dinding geser beton bertulang 2.7 4.5 2.8
(Sistem struktur yangtidak
2.Dindingpenumpu dengan rangkabaja ringan 1.8 2.8 2.2
memiliki rangka ruang
dan bresing tarikpemikul beban gravitasi
secara lengkap. Dinding 3. Rangka bresing dimana bresingnya memikul
penump
u atau system beban gravitasi
bresing memikul hamper
a. Baja 2.8 4.4 2.2semua beban gravitasi.
Beban lateral dipikul b. Beton bertulang (tidak untuk wilayah 5 1.8 2.8 2.2
dinding geser atau rangka dan 6)
bresing).
2. Sistem rangka gedung 1. Rangka bresding eksentrisitas baja (RBE) 4.3 7.0 2.8
(Sistem struktur yangpada
dasarny
a memiliki rangka 2. Dinding geser beton bertulang 3.3 5.5 2.8
ruang pemikul beban
3. Rangka bresing biasa
gravitasi secara lengkap.
a. Baja 3.6 5.6 2.2Beban lateral dipikul
dinding geser atau rangka b. Beton bertulang (tidak untuk wilayah 5 3.6 5.6 2.2
bresing) dan 6)
4. Rangka bresing konsentrik khusus
a. Baja 4.1 6.4 2.2
5. Dinding geser beton bertulang berangkai 4.0 6.5 2.8
daktail
6. Dinding geser beton bertulang kantilever 3.6 6.0 2.8
daktail penuh
32. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 32
7. Dinding geser beton bertulang kantilever 3.3 5.5 2.8
daktail parsial
3. Sistem rangka pemikul 1. rangka pemikul momen khusus (SRPMK)
momen (Sistem struktur
a. Baja 5.2 8.5 2.8yang pada dasarnya
memiliki rangka ruang b. Beton bertulang 5.2 8.5 2.8
pemikul beban gravitasi
2. Rangka pemikul momen menengah betonsecara lengkap. Beban
(SRPMM) (tidak untuk wilayah 5 dan 6)lateral dipikul rangka 3.3 5.5 2.8
pemikul
mome
n tetrutama
3. rangka pemikul momen biasa (SRPMB)melalui mekanisme lentur)
a. Baja 2.7 4.5 2.8
b. Beton bertulang 2.1 3.5 2.8
4.Rangka batang baja pemikul momen khusus 4.0 6.5 2.8
(SRBPMK)
4.Sistemganda (Terdiri dari : 1. Dinding geser
1) rangka ruang yang a. Beton bertulang dengan SRBPMK beton 5.2 8.5 2.8
memikul seluruh beban
bertulang
gravitasi: 2.6 4.2 2.8
b. Beton bertulang dengan SRPMB baja2) pemikul beban lateral 4.0 6.5 2.8
berupa dinding geser atau c. Beton bertulang dengan SRPMM beton
rangka bresing dengan bertulang
rangka pemikul momen.
2. RBE bajaRangka pemikul momen
harus direncanakan secara a. Dengan SRPMK baja 5.2 8.5 2.8
terpisah mampu memikul
b. Dengan SRPMB baja 2.6 4.2 2.8sekurang-kurangnya 25 %
dari seluruh beban lateral: 3. Rangka bresing biasa
3)kedua system harus
a. Baja dengan SRPMK baja 4.0 6.5 2.8direncanakan untuk
memikul secara bersama- b. Baja dengan SRPMB baja 2.6 4.2 2.8
sama seluruh
beba
n lateral
c. Beton bertulang dengan SRPMK betondengan memperhatikan
interaksi/sistem ganda) bertulang (tidak untuk wilayah 5 dan 6) 4.0 6.5 2.8
d. Beton bertulang dengan SRPMM beton
bertulang (tidak untuk wilayah 5 dan 6)
2.6 4.2 2.8
4. Rangka bresing konsentrik khusus
a. Baja dengan SRPMK baja 4.6 7.5 2.8
b. Baja dengan SRPMB baja 2.6 4.2 2.8
5. Sistem
struktu
r bangunan Sistem struktur kolom kantilever 1.4 2.2 2
gedung kolom kantilever:
(Sistem
struktu
r yang
memanfaatkan kolom
kantilever untuk memikul
beban
lateral)
33. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 33
6. Sistem interaksi dinding Beton bertulang menengah 3.4 5.5 2.8
geser dengan rangka
(tidak untuk wilayah 3,4,5,dan 6)
7. Subsistem tunggal 1. Rangka terbuka baja 5.2 8.5 2.8
(Subsistemstruktur bidang
2. Rangka terbuka beton bertulang 5.2 8.5 2.8yang membentuk bangunan
gedungsecara keseluruhan) 3.Rangka terbuka beton bertulangdenganbalok 3.3 5.5 2.8
beton pratekan (bergantungpadaindeksbaja
total)
4. Dinding geser beton bertulang berangkai 4.0 6.5 2.8
daktail penuh
5. Dinding geser beton bertulang kantilever 3.3 5.5 2.8
daktail parsial
Untuk menentukan harga C harus diketahui
terlebih dahulu jenis tanah tempat struktur tersebut
berdiri. SNI 03-1726-2003 membagi jenis tanah ke
dalam tiga jenistanah yaitu tanah keras, tanah sedang
dan tanah lunak. Dalam tabel 2.3 jenis tanah
ditentukan berdasarkan kecepatan rambat
gelombang geser (vs),nilai hasil tes penetrasi standar
(N), dan kuat geser niralir (Sn). Untuk menentukan
kuat geser niralir dapat digunakan rumus tegangan
dasar tanah sebagai berikut :
Si = c + Σ σi . tan ∅ ( 2.2 )
σi = γi . ti
Dimana :
Si = Tegangan geser tanah
1 = Nilai kohesi tanah pada lapisan paling dasar
lapisan yang ditinjau
σI = Tegangan normal masing-masing lapisan tanah
34. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 34
γI = Berat jenis masing-masing lapisan tanah
ti = Tebal masing-masing lapisan tanah
∅ = Sudut geser pada lapisan paling dasar lapisan yang ditinjau
Dari persamaan diatas, untuk nilai γ, h, c yang berbeda
(tergantung dari kedalaman tanah yang ditinjau) akan didapatkan
kekuatangeserrerata( Sn ) denganpersamaanberikut:
m
∑t
i
i
Sn = m
∑(ti / Si )
i
m
vs =
∑t
i
i
m
∑(ti / vi )
i
m
N = ∑t
i
m
i
∑(ti / Ni )
i
( 2.3 )
( 2.4 )
( 2.5 )
35. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 35
dimana:
ti = tebal lapisan tanah ke-i
vsi =
kecepatan rambat gelombang geser melalui lapisan tanah ke-
i
Ni = nilai hasil tes penetrasi standar lapisan tanah ke-i
Sni = kuat geser niralir lapisan tanah ke-I yang harus memenuhi
ketentuan bahwa Sni ≤ 250 kPa
m = jumlah lapisan tanah yang ada di atas tanah dasar.
Tabel 2. 3 Definisi jenis tanah
Jenis tanah Kecepatan rambat Nilai hasil test Kuat geser
gelombang geser penetrasi standar niralir rerata Sn
rerata, vs (m/det) rerata N (kPa)
Tanah Keras vs ≥ 350 N ≥ 50 Sn ≥ 100
Tanah sedang 175 ≤ vs < 350 15 ≤ N < 50 50 ≤ Sn < 100
Tanah Lunak vs < 175 N < 15 Sn < 50
Atau semua jenis tanah lempung lunak dengan tebal total
lebih dari 3 meter dengan PI > 20, wn ≥ 40% dan Su < 25 kPa
Tanah Khusus Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi
Spektrum respon nominal gempa rencana untuk struktur
dengan daktilitas penuh pada beberapa jenis tanah dasar,
diperlihatkan pada gambar di bawah ini:
36. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 36
Wilayah Gempa 1 Wilayah Gempa 2
0.20 C= 0.09/T (TanahLunak) 0.58
C= 0.09/T (TanahLunak)
C= 0.06/T (TanahSedang) C= 0.06/T (TanahSedang)
C= 0.04/T (TanahKeras)
0.58
C= 0.04/T (TanahKeras)
0.10
0.58
0.08 0.58
0.58
0.04 0.58
0.03
0.2 0.45 0.6 2.0 3.0 0.2 0.5 0.6 2.0 3.0
0.5 0.57
0.75 Wilayah Gempa 3 0.85 Wilayah Gempa 4
C= 0.50/T (TanahLunak)
0.70 C= 0.64/T (TanahLunak)
0.55
0.60 C= 0.42/T (TanahSedang)
C= 0.33/T (TanahSedang)
0.45
C= 0.23/T (TanahKeras)
C= 0.30/T (TanahKeras)
0.30 0.34
0.22
0.28
0.24
0.18
0.67 0.2 0.5 0.6 0.75 2.0 3.0
0.6
0.90
Wilayah Gempa 5
0.90
Wilayah Gempa 6
0.83
C= 0.76/T (TanahLunak)
0.83
C= 0.84/T (TanahLunak)0.73
C= 0.50/T (TanahSedang)
C= 0.54/T (TanahSedang)
C= 0.36/T (TanahKeras)
C= 0.42/T (TanahKeras)
0.36 0.36
0.33 0.33
0.29
0.2 0.5 0.6 0.84 2.0 3.0 0.2 0.5 0.6 0.93 2.0 3.0
Gambar 2. 1 Spektrum Respon Gempa SNI 03-1726-2003
Beban geser dasar nominal V menurut persamaan 2.1 harus
dibagikan sepanjang tinggi struktur bangunan gedung menjadi beban-
beban gempa nominal statik ekivalen Fi yang menangkap pada pusat
massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan:
37. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 37
Fi =
Wi .zi
V (2.6)n
∑(Wi .zi )
i=1
dimana:
Wi = berat lantai tingkat ke-i
zi = ketinggian lantai tingkat ke-i
n = nomor lantai tingkat paling atas
Apabila rasio antara tinggi struktur bangunan gedung dan ukuran
denahnya dalam arah pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3,
maka 0,1V harus dianggap beban horizontal terpusat yang bekerja pada
pusat massa lantai tingkat paling atas, sedangkan 0.9V sisanya harus
dibagikan sepanjang tingkat struktur bangunan gedung menjadi beban-
beban gempa nominal statik ekivalen menurut persamaan 2.6.
Waktu getar alami fundamental struktur bangunan gedung
beraturan dalm arah masing-masing sumbu utama dapat ditentukan
dengan rumus Rayleigh sebagai berikut:
n
T = 6.3
∑W
i
.d
i 2
(2.7)i=1
1 n
g∑Fi .di
i=1
dimana:
di = simpangan horizontal lantai tingkat ke-i akibat beban Fi (mm)
g = percepatan gravitasi sebesar 9,81 mm/detik2
Apabila waktu getar alami fundamental T1 struktur bangunan
gedung untuk penentuan faktor Respon Gempa C1 ditentukan dengan
rumus-rumus empiris atau didapat dari analisis vibrasi bebas tiga
38. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 38
dimensi, nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari nilai
yang dihitung menurut persamaan 2.7.
2. Metode analisa dinamik
Analisa dinamik pada perencanaan gedung tahan gempa
diperlukan untuk evaluasi yang lebih akurat dari gaya-gaya gempa
yang bekerja pada struktur serta untuk mengetahui perilaku dari
struktur akibat pengaruh gempa yang sifatnya berulang. Analisa
dinamik perlu dilakukan pada struktur bangunan tidak beraturan
dengan karakteristik sebagai berikut:
1.6.9 Gedung dengan konfigurasi struktur yang tidak beraturan
1.6.10Gedung dengan loncatan bidang muka yang besar
1.6.11Gedung dengan kekakuan tingkat yang tidak merata
1.6.12Gedung yang tinngginya lebih dari 40 meter
Daktilitas struktur bangunan gedung tidak beraturan harus
ditentukan yang representative mewakili daktilitas struktur 3D.
Tingkat daktilitas tersebut dapat dinyatakan dalam faktor reduksi
gempa R representative, yang nilainya dapat dihitung sebagai nilai
rerata berbobot dari faktor reduksi gempa untuk 2 arah sumbu
koordinat ortogonal dengan gaya geser dasar yang dipikul oleh
struktur bangunan gedung dalam masing-masing arah tersebut
sebagai besaran pembobotnya menurut persamaan:
Vx + Vy
R =
Vx / Rx + Vy / Ry (2.8)
dimana Rx dan Vx adalah faktor reduksi gempa dan gaya geser dasar
untuk pembebanan gempa dalam arah sumbu-x,sedangkan Ry dan Vy
faktor reduksi gempa dan gaya geser dasar untuk pembebanan gempa
dalam arah sumbu-y. Metoda ini hanya dipakai apabila rasio antara
nilai-nilai faktor reduksi gempa untuk reduksi dua arah pembebanan
gempa tersebut tidak lebih dari 1,5.
39. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 39
Nilai akhir respon dinamik struktur bangunan gedung
terhadap pembebanan gempa nominal dalam suatu arah
tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respon
gempa yang pertama. Bila respon dinamik struktur bangunan
gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal Vt maka
persyaratan tersebut dapat dinyatakan menurut persamaan:
Vt ≥ 0.8V1 (2.9)
dimana V1 adalah gaya geser dasar nominal sebagai respons
ragam yang pertama terhadap pengaruh Gempa Rencana
menurut persamaan:
V = C1.I.Wt (2.10)
1
R
dengan C1 adalah nilai Faktor Respon Gempa yang di dapat
dari spektrum Respons Gempa Rencana (gambar 2.1) untuk
waktu getar alami pertama T1.
Perhitungan respon dinamik struktur bangunan gedung
tidak beraturan terhadap pembebanan Gempa Nominal,dapat
dilakukan dengan metoda analisis ragam spektrum respon
dengan memakai diagram spektrum respon gempa rencana
berdasar wilayahgempa dengan periode ulang 500 tahun pada
Gambar 2.1. Dalam hal ini,jumlah ragam vibrasi yang ditinjau
dalam penjumlahan respon ragam menurut metode ini harus
sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa ragam efektif
dalam menghasilkan respon total harus mencapai sekurang-
kurangnya 90%.
2.3.1.2 Pemilihan Metode Analisis
Pemilihan metoda analisis untuk perencanaan struktur
gedung tahan gempa, ditentukan berdasarkan konfigurasi
40. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 40
strukturdanfungsi bangunanyangberkaitandengantanahdasar
dan wilayah kegempaan.
2.2 Perancangan struktur bangunan yang kecil dan tidak
bertingkat serta elemen-elemen non struktural, tidak
diperlukan adanya analisa terhadap pengaruh beban
gempa.
2.3 Perancangan beban gempa untuk bangunan yang
berukuran sedang dapat menggunakan analisa beban
statik ekivalen. Hal ini disarankan untuk memeriksa gaya-
gaya gempa yang bekerja pada struktur dengan
menggunakan desain yang sesuai dengan kondisi struktur.
2.4 Perancangan struktur bangunan yang besar dan penting
dengan distribusi kekakuan dan massa yang tidak merata
ke arah vertikal dengan menggunakan analisa dinamik.
2.5 Perancangan struktur bangunan yang besar dan penting,
konfigurasi struktur sangat tidak beraturan dengan tinggi
lebih dari
40 meter, analisa dinamik dan inelastik diperlukan untuk
memastikan bahwa struktur tersebut aman terhadap gaya
gempa. Berdasarkan ketentuan diatas, maka perencanaan
struktur gedung
dalam tugas akhir ini menggunakan metode analisa dinamik.
2.2.2 Perencanaan Pelat
Pelat adalah struktur planar kaku yang terbuat dari
material monolit dengan tinggi yang kecil dibandingkan dengan
dimensi-dimensi lainnya. Untuk merencanakan pelat beton
bertulang perlu mempertimbangkan faktor pembebanan dan
ukuran serta syarat-syarat dari peraturan yang ada. Pada
41. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 41
perencanaan ini digunakan tumpuan jepitpenuhuntuk mencegah
pelat berotasi dan relatif sangat kaku terhadap momen puntir dan
juga di dalam pelaksanaan, pelat akan di cor bersamaan dengan
balok.
Pelatmerupakanpanel-panel beton bertulangyangmungkin
bertulangan dua atau satu arah saja tergantung sistem strukturnya.
Apabilapadastrukturpelatperbandinganbentangpanjangterhadap
lebarkurangdari 3,makaakan mengalami lendutanpadakeduaarah
sumbu. Beban
pelat dipikul pada kedua arah oleh balok pendukung sekeliling panel
pelat, dengan demikian pelat akan melentur pada kedua arah. Dengan
sendirinya pula penulangan untuk pelat tersebut harus menyesuaikan.
Apabila panjang pelat sama dengan lebarnya, perilaku keempat balok
kelilingdalam menopang pelat akan sama. Sedangkan bila panjang tidak
sama dengan lebar, balok yang lebih panjang akan memikul beban lebih
besar dari balok yang pendek (penulangan satu arah).
Dimensi bidang pelat dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.2 Dimensi bidang pelat
Langkah-langkah perencanaan penulangan pelat adalah sebagai berikut :
2.2.3 Menentukan syarat-syarat batas, tumpuan dan panjang bentang.
2.2.4 Menentukan tebal pelat.
42. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 42
Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03 maka tebal pelat ditentukan
berdasarkan ketentuan sebagai berikut :
ln(0.8 +
f y
)
h min = 1500 (2.11)
36 + 9β
hmak =
ln(0.8 +
f y
1500 )
(2.12)
36
hmin pada pelat lantai ditetapkan sebesar 12 cm, sedang hmin pada
pelat atap ditetapkan sebesar 10 cm.
3. Menghitung beban yang bekerja pada pelat, berupa beban mati dan
beban hidup terfaktor.
43. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 43
4. Menghitung momen-momen yang menentukan.
Berdasarkan Buku CUR 1, pada pelat yang menahan dua arah dengan
terjepit pada keempat sisinya bekerja empat macam momen yaitu :
a. Momen lapangan arah x (Mlx) = koef x Wu x lx2
(2.13)
b. Momen lapangan arah y (Mly) = koef x Wu x lx2
(2.14)
c. Momen tumpuan arah x (Mtx) = koef x Wu x lx2
(2.15)
d. Momen tumpuan arah y (Mty) = koef x Wu x lx2
(2.16)
2.2.4 Mencari tulangan pelat
Berdasarkan Buku CUR 1, langkah-langkah perhitungan tulangan pada
pelat adalah sebagai berikut :
2.2.4.1 Menetapkan tebal penutup beton menurut Buku Grafik
dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang.
2.2.4.2 Menetapkan diameter tulangan utama yang
direncanakan dalam arah x dan arah y.
2.2.4.3 Mencari tinggi efektif dalam arah x dan arah y.
d. Membagi Mu dengan b x d 2 Mu
2b × d
dimana b = lebar pelat per meter
panjang d = tinggi efektif
e. Mencari rasio penulangan (ρ) dengan persamaan :
Mu fy
= ρ ×φ × fy 1 − 0,588 × ρ ×
2
b × d f 'c
f. Memeriksa syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmak)
ρ min =
1
fy
,4
ρ
mak
= β × 450 ×0,85 × f ' c
600 + fy fy
λ Mencari luas tulangan yang dibutuhkan
(As = ρ × b × d ×106
)
(2.17)
(2.18)
(2.19)
(2.20)
(2.21)
44. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 44
ω Perencanaan Balok
2.3.3.1 Perencanaan Lentur Murni
b εc=0.003
h d
c a=β.c Cc = 0.85xf'cxaxb
z = d-a/2
As
εs fs = fy Ts = Asxfy
penampang regangan tegangan gaya
beton
Gambar 2.3 Tegangan, regangan dan gaya yang
terjadi pada perencanaan lentur
murni beton bertulang
Dari gambar didapat:
Cc = 0,85.fc’.a.b (Vis dan Kusuma,1997) (2.22)
Ts = As.fy (Vis dan Kusuma,1997) (2.23)
Sehingga:
0,85.fc’.a.b = As.fy (2.24)
dimana
a = β.c (Vis dan Kusuma,1997) (2.25)
As = ρ.b.d (Vis dan Kusuma,1997) (2.26)
dan menurut Ir. Udiyanto (2000) untuk:
fc’ ≤ 30 Mpa , β = 0,85
fc’ > 30 Mpa , β = 0,85 – 0,008 (fc’ – 30) (2.27)
Pada Tugas Akhir ini digunakan fc’ = 25 Mpa, sehingga didapat:
0,85.fc’. β.c.b = As.fy
0,85.fc’. 0,85c.b = ρ.b.d.fy
0,7225.b.c.fc’ = ρ.b.d.fy
c =
ρ.b.d. fy
0,7225.b.c. fc'
c = 1,384ρ.
fy
.d (2.28)
fc'
45. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 45
Besarnya momen yang mampu dipikul oleh penampang
adalah: Mu = Cc (d - 0,5a) atau Ts (d – 0,5a)
As.fy (d – 0,5.0,85c)
As.fy (d – 0.425c)
BerdasarkanRancanganStandarNasional Indonesia(RSNI) TataCara
Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung 2002 pasal 11.3,
dalam suatu perencanaan diambil faktor reduksi kekuatan φ, dimana
besarnya φ untuk lentur tanpa beban aksial adalah sebesar 0,8; sehingga
didapat:
Mu = φ.As.fy (d – 0,425c)
= 0,8.ρ.b.d.fy (d – 0,425c) (2.29)
Subtitusi harga c,
Mu = 0,8.ρ.b.d.fy (d – 0,425.1,384ρ.
fy
.d )
fc'
Bentuk di atas dapat pula dituliskan sebagai berikut:
Mu fy= 0,8.ρ. fy 1 − 0,588.ρ (2.30)
2
b.d fc'
dimana:
Mu = momen yang dapat ditahan penampang (Nmm)
b = lebar penampang beton (mm)
d = tinggi efektif beton (mm)
= rasio luas tulangan terhadap luas efektif penampang beton
fy = mutu tulangan (Mpa)
fc’ = mutu beton (Mpa)
Dari rumus di atas, apabila momen yang bekerja dan luas
penampang beton telah diketahui,maka besarnya rasio tulangan ρ dapat
diketahui untuk mencari besarnya kebutuhan luas tulangan.
46. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 46
∆ Persentase Tulangan Minimum, Balance dan Maksimum
Rasio tulangan minimum (ρmin)
Rasio tulangan minimum ditetapkan sebesar 1
fy
.4 ( Vis dan
Kusuma, 1993)
Rasio tulangan balance (ρb)
Dari gambar regangan penampang balok (Gambar 2.4)
didapat:
c
=
ε
cu
=
0,003
(2.31)
d
ε
cu
+ε
y 0,003 + fy Es
BerdasarkanRancangan Standar Nasional Indonesia(RSNI)
Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
2002 pasal 10.5(2) ditetapkan Es sebesar 2 x105 Mpa, sehingga
didapat
c = 600 (2.32)
600 + fyd
Keadaan balance:
0,85.fc’. β.c.b = ρ.b.d.fy
ρ =
0,85. fc'.β.c.b
b.d. fy
ρ = 600 β
0,85.
fc' (2.33)
600 + fy fy
Rasio tulangan maximum (ρmax)
Berdasarkan SKSNI T15-1991-03 pasal 3.3.3-3 besarnya ρmax
ditetapkan sebesar 0,75ρb.
ω Perhitungan Tulangan Ganda
Apabila ρ > ρmax maka terdapat dua alternatif (Vis dan
Kusuma, 1997):
Sesuaikanlah ukuran penampang balok
Bila tidak memungkinkan, maka dipasang tulangan rangkap
47. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 47
Dalam menghitung tulangan rangkap, total momen lentur
yang dilawan akan dipisahkan dalam dua bagian: Mu1 + Mu2
Dengan:
Mu1 = momen lentur yang dapat dilawan olehρmax dan berkaitan
dengan lengan momen dalam z. Jumlah tulangan tarik
yang sesuai adalah As1 = ρmax.b.d
Mu2 = momen sisa yang pada dasarnya harus ditahan baik oleh
tulangan tarik maupun tekan yang sama banyaknya.
Lengan momen dalam yang berhubungan dengan ini
sama dengan (d – d’).
As'
As
Jumlah tulangan tarik tambahan As2 sama dengan jumlah
tulangan tekan As’, yaitu:
As2 = As' =
Mu − Mu1
(2.34)
φ. fy.(d − d ')
2.3.3.3 Perhitungan Geser dan Torsi
Berdasarkan Rancangan Standar Nasional Indonesia Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung Tahun 2002
pasal 13.3 ditentukan besarnya kekuatan gaya nominal sumbangan
beton adalah:
V =
1
f
c
'b
w
.d
c
6 (2.35)
48. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 48
atau besarnya tegangan yang dipikul beton adalah:
v =
1
f
c
'
c
6 (2.36)
Untuk penampang yang menerima beban aksial, besarnya
tegangan yang
mampu dipikul beton dapat dituliskan sebagai berikut:
v +
P f 'c
(2.37)= 1 u
6c 14A
g
Sedangkan besarnya tegangan geser yang harus dilawan sengkang
adalah:
φvs = vu − φvc (2.38)
Besarnya tegangan geser yang harus dipikul sengkang dibatasi
sebesar:
φvs max =
2
f 'c
(2.39)3
Untuk besarnya gaya geser yang mampu dipikul oleh penampang
ditentukan dengan syarat sebagai berikut:
Vu ≤ φVn (2.40)
dimana:
Vu = gaya lintang pada penampang yang ditinjau.
Vn = kekuatan geser nominal yang dihitung secara Vn = Vc + Vs
Vc = kekuatan geser nominal sumbangan beton
Vs = kekuatan geser nominal sumbangan tulangan geser
vu = tegangan geser yang terjadi pada penampang
vc = tegangan geser nominal sumbangan beton
vs = tegangan geser nominal sumbangan tulangan geser
φ = faktor reduksi kekuatan = 0,75
b = lebar balok (mm)
d = tinggi efektif balok (mm)
f’c = kuat mutu beton (Mpa)
49. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 49
Berdasarkan persamaan 2.86, tulangan geser dibutuhkan apabila
vu > φvc . Besarnyatulangangeseryangdibutuhkanditentukandengan
rumus berikut:
Av =
(vu − φvc )b.s
(Vis dan Kusuma, 1997) (2.41)
φf y
dimana:
Av = luas tulangan geser yang berpenampang ganda dalam mm2
s = jarak sengkang dalam mm
Rumus di atas juga dapat ditulis sebagai berikut:
Av =
(vu − φvc )b.1000
(Vis dan Kusuma, 1997) (2.42)
φf y
dimana Av adalah luas tulangan geser yang berpenampang ganda untuk
tiap meter panjang yang dinyatakan dalam mm2
.
Namunapabilavu >
1
2φvc harusditentukanbesarnyatulangangeser
minimum sebesar (RSNI Tata Cara Perhittungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung Tahun 2002):
A =bws (2.43)
v
3 f y
dimana:
Av = luas tulangan geser yang berpenampang ganda dalam mm2
s = jarak sengkang dalam mm
Rumus ini juga dapat ditulis sebagai berikut:
A =bw1000 (Vis dan Kusuma, 1997) (2.44)
v
3 f y
dimana Av adalah luas tulangan geser yang berpenampang ganda untuk
tiap meter panjang yang dinyatakan dalam mm2
.
Jarak sengkang dibatasi sebesar d/2, namun apabila φvs > 1 fc' jarak
3
sengkang maksimum harus dikurangi setengahnya.
50. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 50
Perhitungan tulangan torsi dapat diabaikan apabila memenuhi
syarat berikut:
Tu <
φ fc' Acp
2
(2.45)
12 p
cp
Suatu penampang mampu menerima momen torsi apabila memenuhi
syarat:
2
Tu ph 2Vu
<φvc + φ fc' (2.46)b
w
.d + 1,7 A2
3
oh
Besarnya tulangan sengkang untuk menahan puntir ditentukan dengan
rumus sebagai berikut:
51. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 51
At =
Tn s
(2.47)
2Ao f yv cotθ
dengan Tn =
T
φu
.
Sedangkan besarnya tulangan longitudinal yang harus dipasang untuk
menahan puntir dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
A
f
yv
Al = t
p cot
2 θ (2.48)
s
h
f
yt
dimana:
Acp = luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm2
Ao = luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser, mm2
Aoh = luas yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang torsi
terluar, mm2
At = luas satu kaki sengkang tertutup yang menahan puntir dalam
daerah sejarak s, mm2
Al = luas tulangan longitudinal yang memikul puntir, mm2
fyh = kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan geser, MPa
fyt = kuat leleh tulangan torsi lungitudinal, MPa
fyv = kuat leleh tulangan sengkang torsi, MPa
pcp = keliling luar penampang beton, mm
ph = keliling dari garis pusat tulangan sengkang torsi terluar, mm
= spasi tulangan geser atau puntir dalam arah paralel dengan
tulangan longitudinal, mm
∆ Perencanaan Kolom
Perhitungan penampang beton yang mengalami beban lentur dan
aksial dapat dibandingkan dengan diagram interaksi antara beban aksial
dan momen (diagram interaksi P-M). Sesuai dengan RSNI Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton untuk Gedung tahun 2002 pasal 12.3(5)
besarnya gaya aksial dibatasi sebagai berikut:
Untuk kolom dengan spiral:
52. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 52
φPnmax = 0,85.φPo (2.49)
Untuk kolom dengan sengkang
φPnmax = 0,80.φPo (2.50)
dengan
Po = 0,85.fc’.(Ag – Ast) + fy.Ast (2.51)
Untuk perhitungan, besarnya beban aksial dan momen ditentukan
sebagai berikut (Wahyudi dan Rahim, 1997):
Pn = Pu / φ (2.52)
Mx = (δbxMx2b + δsxMx2s) / φ (2.53)
My = (δbyMx2b + δsyMy2s) / φ (2.54)
Kapasitas kolom akibat lentur dua arah ( biaxial bending) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh
Boris Bresler berikut ini (Wahyudi dan Rahim, 1997):
Untuk Pn > 0,1Pno
1
=
1
+
1
−
1
atau
P P P P
u ux uy uo
1
=
1
+
1
−
1
(2.55)
P P P P
n nx ny no
dimana:
P
ux = Beban aksial arah sumbu x pada saat eksentrisitas tertentu
P
uy = Beban aksial arah sumbu y pada saat eksentrisitas tertentu
P
uo = Beban aksial maksimal
Sedangkan untuk Pn < 0,5Pno dapat digunakan rumus:
M ux
+
M
uy
≤ 1 atau
M x M y
M nx
+
M
ny
≤ 1 (2.56)
M
ox
M
oy
53. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 53
Pengembangan dari persamaan di atas menghasilkan suatu bidang
runtuh tiga dimensi dimana bentuk umum tak berdimensi dari metode ini
adalah (Nawi, 1998):
M nx
α
1
M
ny
α
2
+ = 1 (2.57)
M
ox
M
oy
Besarnya α1 dan α2 menurut Bresler dapat dianggap sebesar 1,5
untuk penampang bujur sangkar, sedangkan untuk penampang persegi
panjang nilai α bervariasi antara 1,5 dan 2,0 dengan harga rata-rata 1,75
(Wahyudi dan Rahim, 1997).
Dalam analisa kolom biaksial,dapat dilakukan konversi dari momen
biaksial yang terdiri dari momen dua sumbu menjadi momen satu sumbu.
Penentuan momen dan sumbu yang berpengaruh adalah sebagai berikut
(Nawy, 1998):
1. Untuk Mny/Mnx > b/h
My' = Mny + Mnx. b .1 − β (2.58)
βh
2. Untuk Mny/Mnx ≤ b/h
Mx' = Mnx + Mny. h .1 − β (2.59)
βb
Kolom dapat dinyatakan sebagai kolom pendek bila (RSNI Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton untuk Gedung tahun 2002):
Untuk kolom tak bergoyang:
kλu
< 34 −
12M1b
(2.60)
r
M
2b
dengan M1b dan M2b adalah momen ujung berfaktor dari kolom, dengan
M1b < M2b.Bila faktor momen kolom = 0 atau Mu / Pu < emin,harga M2b
harus dihitung dengan eksentrisitas minimum,
emin = (15 + 0,03h) , dengan h dalam mm. (2.61) Untuk kolom tak
bergoyang:
kλu
< 22 (2.62)
r
dimana:
54. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 54
kλu = panjang efektif kolom
r = radius girasi, diambil sebesar 0,3h atau 0,3b
Besarnya k didapat dari nomogram Jackson dan Moreland (Nawi,
1998) yang bergantung dari besarnya perbandingan kekakuan semua
batang tekan dengan semua batang lentur dalam bidang (ψ).
ψ =
∑(EI / λ
u
)
kolom
(2.63)
∑(EI / λ
n
)
balok
Apabila tidak menggunakan nomogram, besarnya k dapat dihitung
dengan menggunakan ((Nawi, 1998) dan (Udiyanto, 2000)):
Untuk kolom tak bergoyang:
k = 0,7 + 0,05(ψ A +ψ B ) ≤ 1,0 (2.64)
k = 0,85 + 0,05ψ min ≤ 1,0 (2.65)
Untuk kolom bergoyang:
k=
20 −ψ
A
1+ψ
rata−rata ,untuk ψrata-rata < 2 (2.66)
20
k=0,9 1+ψ
rata−rata ,untuk ψrata-rata ≥ 2 (2.67)
Apabila kolom termasuk kolom langsing, maka Nawi (1998)
menyarankanmenggunakanduametodeanalisisstabilitassebagai berikut:
Metode pembesaran momen (moment magnification method),
dimana desain kolom tersebut didasarkan atas momen yang
diperbesar:
Mc = δM2 = (δbM2b + δsM2s) (2.68)
δb =
Cm
≥ 1 (2.69)
1− Pu / 0,75Pc
δ
s =
1
≥ 1 (2.70)1− ∑ Pu / 0,75 ∑ Pc
dimana
δ
b = faktor pembesar untuk momen yang didominasi oleh beban
gravitasi M2b
δ s =
faktor pembesar terhadap momen ujung terbesar M2s
akibat
beban yang menyebabkan goyangan besar
55. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 55
Pc = beban tekuk Euler = π2
EI / (kλu)2
56. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 56
Pu = beban aksial pada kolom
Cm = 0,6 + 0,4
M1
≥ 0,4 ,dimana M1 ≤ M2 (2.71)
M 2
atau Cm diambil sama dengan 1,0 apabila kolom braced frame dengan
beban transversal atau M2 < M2min
Untuk nilai EI dapat digunakan persamaan:
EI =
(Ec I g / 5) + Es / I s
(2.72)
1 + βd
atau dapat disederhanakan menjadi:
EI =
0.4Ec I g
(2.73)1 + β d
dimana
β d = momen beban mati rencana / momen total rencana ≤ 1,0
Analisis orde kedua yang memperhitungkan efekdefleksi.Analisis ini
harus digunakan apabila kλu/r > 100
1. Perencanaan Tangga
Struktur tangga digunakan untuk melayani aksesibilitasantar lantai
pada gedung yang mempunyai tingkat lebihdari satu. Tangga merupakan
komponen yang harus ada pada bangunan berlantai banyak walaupun
sudah ada peralatan transportasi vertikal lainnya, karena tangga tidak
memerlukan tenaga mesin.
2 m
2 m
3 m 1 m
Gambar 2. 4 Model struktur tangga
57. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 57
Adapun parameter yang perlu diperhatikan pada
perencanaan
struktur tangga adalah sebagai berikut
:
- Tinggi antar lantai - Tinggi Optrede
- Tinggi Antrede - Lebar Bordes
- Jumlah anak tangga - Lebar anak tangga
- Kemiringan tangga - Tebal selimut beton
- Tebal pelat beton - Tebal pelat tangga
a
o
Gambar 2. 5 Pendimensian struktur tangga
Menurut Buku Diktat Konstruksi Bangunan Sipil karangan Ir. Supriyono
o = tan α x a (2.74)
2 x o + a = 61~ 65 (2.75)
dimana : o = optrade (langkah naik)
a = antrede (langkah datar)
Langkah-langkah perencanaan penulangan tangga :
1. Menghitung kombinasi beban Wu dari beban mati dan beban hidup.
2. Menentukan tebal selimut beton, diameter tulangan rencana, dan
tinggi efektif arah x (dx) dan arah y (dy).
3. Dari perhitungan SAP 2000, didapatkan momen pada tumpuan dan
lapangan baik pada pelat tangga maupun pada bordes.
4. Menghitung penulangan pelat tangga dan bordes.
58. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 58
Berdasarkan Buku CUR 1, langkah-langkah perhitungan tulangan pada
pelat tangga adalah sebagai berikut :
1 Menetapkan tebal penutup beton menurut Buku Grafik dan Tabel
Perhitungan Beton Bertulang.
2 Menetapkan diameter tulangan utama yang direncanakan dalam arah
x dan arah y.
3 Mencari tinggi efektif dalam arah x dan arah y.
d. 2 Mu
Membagi Mu dengan b x d
2b × d
dimana b = lebar pelat per meter panjang
d = tinggi efektif
e. Mencari rasio penulangan (ρ) dengan persamaan :
Mu fy
= ρ ×φ × fy 1 − 0,588 × ρ ×
2
b × d f 'c
f. Memeriksa syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmak)
ρ =1,4
min
fy
ρ
mak
= β × 450 ×0,85 × f ' c
600 + fy fy
7.2. Mencari luas tulangan yang dibutuhkan
(As = ρ × b × d ×106
)
(2.76)
(2.78)
(2.79)
(2.80)
(2.81)
59. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 59
Perencanaan Balok Perletakan Mesin dan Balok Pengatrol Mesin
Lift merupakan alat transportasi vertikal dalam gedung
dari satu tingkat ke tingkat lain. Perencanaan lift disesuaikan
dengan perkiraan jumlah lantai dan perkiraan jumlah pengguna
lift. Dalam perencanaan lift, metode perhitungan yang dilakukan
merupakan analisis terhadap konstruksi ruang tempat lift, balok
perletakkan mesin, dan balok pengatrol lift.
Ruang landasan diberi kelonggaran supaya pada saat liftmencapai
lantai paling bawah, lift tidak menumbuk dasar landasan, disamping
berfungsi pula menahan lift apabila terjadi kecelakaan.
Langkah-langkah perencanaan balok perletakkan mesin dan balok
pengatrol mesin :
Menghitung beban yang bekerja pada balok, berupa beban mati dan
beban hidup.
Menghitung momen dan gaya lintang yang bekerja pada balok
tersebut..
Menghitung penulangan balok.
Tulangan utama
Berdasarkan Buku CUR 1, langkah-langkah perhitungan tulangan pada
pelat tangga adalah sebagai berikut :
Menetapkan tebal penutup beton menurut Buku Grafik dan Tabel
Perhitungan Beton Bertulang.
Menetapkan diameter tulangan utama yang direncanakan dalam
arah x dan arah y.
Mencari tinggi efektif dalam arah x dan arah y.
d. Membagi Mu dengan b x d 2 Mu
2b × d
d
i
m
a
60. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 60
na b = lebar pelat per
meter panjang d = tinggi efektif
e. Mencari rasio penulangan (ρ) dengan persamaan :
Mu fy
= ρ ×φ × fy 1 − 0,588×ρ ×
2
b × d f 'c
f. Memeriksa syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmak)
ρ
min
= 1,4
fy
ρ
mak
= β × 450 × 0,85 × f ' c
600 + fy fy
Mencari luas tulangan yang dibutuhkan
(As = ρ × b × d ×106
)
(2.82)
(2.83)
(2.84)
(2.85)
(2.86)
61. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 61
Tulangan geser
Berdasarkan Rancangan Standar Nasional Indonesia Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung 2002, langkah-
langkahperhitungantulangangeserpadabalokadalahsebagai berikut :
a. Menghitung nilai kuat geser penampang atau gaya lintang yang
bekerja (Vu). (2.87)
b. Menghitung nilai kuat geser nominal yang disumbangkan oleh
beton (Vc =
1
× f ' c × b × d ) (2.134)
6
c. Memeriksa apakah diperlukan tulangan geser minimum
φ × Vc < Vu < φ × Vc (2.88)
2
dimana φ = faktor reduksi geser = 0,75 (RSNI 2002)
d. Memeriksa apakah diperlukan tulangan geser
Vu > φ × Vc (2.89)
Bila kondisi (2.47) terjadi, maka :
e. Mencari jarak tulangan geser (sengkang)
Syarat : s < d/2 (2.90)
f. Mencari luas tulangan geser minimum yang diperlukan (Avmin)
Avmin =
b × s
3× fy
dimana b = lebar balok (mm)
s = jarak tulangan geser (mm)
fy= tegangan leleh tulangan geser (Mpa)
Bila kondisi (2.48) terjadi, maka :
g. Mencari jarak tulangan geser (sengkang)
Syarat : s < d/2 (2.91)
h. Mencari kuat geser nominal tulangan geser (Vs)
62. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 62
Vu-Vc = Vs (2.92)
i. Mencari luas tulangan geser yang diperlukan (Av)
Av =
Vs × s
(2.93)
fy × d
dimana : Vs= kuat geser tulangan geser (N)
s = jarak tulangan geser (mm)
fy = tegangan leleh tulangan geser (Mpa)
= jarak tulangan geser (mm)
Perencanaan Dinding, Pelat lantai, dan Pelat Atap Basement
Struktur basement pada perencanaan ini difungsikan sebagai
lahan parkir. Pada perencanaan ini struktur basementyang direncanakan
meliputi dinding dan pelat lantai. Beban – beban yang diperhitungkan
untuk perencanaan dinding basement adalah beban dari tekanan tanah
yang nantinya beban tersebut di rubah menjadi beban merata pada
dinding basement, untuk perencanaan lantai basement beban yang
diperhitungkan adalah beban dari daya dukung tanah dibawah basement.
Untuk perhitungan momen pada dinding basement dihitung
dengan mengandaikan dinding basement sebagai balok kantilever per
meter panjang dengan beban segitiga berupa tekanan total (tanah+air).
Sedang momen untuk pelat lantai dan pelat atap basement dicari dengan
rumus mengacu pada Buku CUR 1 seperti pada perencanaan pelat lantai
bangunan di atas, yaitu :
a. Momen lapangan arah x (Mlx) = koef x Wu x lx2
(2.94)
b. Momen lapangan arah y (Mly) = koef x Wu x lx2
(2.95)
c. Momen tumpuan arah x (Mtx) = koef x Wu x lx2
(2.96)
d. Momen tumpuan arah y (Mty) = koef x Wu x lx2
(2.97)
Untuk penulangan dinding dan pelat lantai, dan pelat atap
basement dapat mengikuti prosedur yang sama dengan penulangan pelat
lantai bangunan dan pelat tangga yang mengacu pada rumus-rumus
dalam Buku CUR 1, yaitu :
63. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 63
Menetapkan tebal penutup beton menurut Buku Grafik dan Tabel
Perhitungan Beton Bertulang.
Menetapkan diameter tulangan utama yang direncanakan dalam arah
x dan arah y.
Mencari tinggi efektif dalam arah x dan arah y.
d. 2 Mu
Membagi Mu dengan b x d
2b × d
dimana b = lebar pelat per meter
panjang d = tinggi efektif
e. Mencari rasio penulangan (ρ) dengan persamaan :
Mu fy
= ρ ×φ × fy 1 − 0,588 ×ρ ×
2
b × d f 'c
f. Memeriksa syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmak)
ρ min =
1
fy
,4
ρ = β × 450 × 0,85 × f ' c mak
600 + fy fy
g. Mencari luas tulangan yang dibutuhkan
(As = ρ × b × d ×106
)
(2.98)
(2.99)
(2.100)
(2.101)
(2.102)
H=4,3 m
LANTAI
BASEMENT
Tegangan tanah
DL
64. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 64
Gambar 2. 6 Sketsa Pembebanan Pada Dinding dan Lantai Basement
Perencanaan Struktur Bawah (Sub Structure)
Dalam merencanakan suatu struktur bawah dari
konstruksi bangunan dapat digunakan beberapa macam tipe
pondasi, pemilihan tipe pondasi didasarkan pada hal-hal
sebagai berikut : (Sardjono, 1984)
Fungsi bangunan atas
Besarnya beban dan berat dari bangunan atas
Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan
Jumlah biaya yang dikeluarkan
Tipe pondasi yang sering digunakan dalam struktur
bangunan antara lain pondasi telapak, dan pondasi kaison bor
(sumuran).
Berdasarkan data tanah diketahui bahwa tanah keras
terdapat pada kedalaman 6 - 7 m. Dalam perencanaan gedung
hotel ini digunakan dua jenis tipe pondasi, yaitu pondasi
kaison bor (sumuran).
A. Pondasi Kaison Bor (sumuran)
Penentuan daya dukung pondasi kaison ditinjau
melalui dua cara, yaitu berdasarkan kekuatan bahan dan
berdasarkan hasil sondir. Kekuatan bahan dihitung dengan
menggunakan rumus : (PBI 1971)
σb = 0,33 x f’c (2.103)
Psumuran = σb x Ab (2.104)
dimana :
Psumuran = kekuatan pikul tiang yang diijinkan (kg)
65. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 65
f’c = mutu beton yang digunakan (Mpa)
σb = tegangan tekan tiang yang diijinkan (kg/cm2)
Ab = luas penampang kaison (cm2)
Sedang perhitungan daya dukung menggunakan hasil
sondir adalah sebagai berikut :
Rumus Terzaghi : (Hardiyatmo, 2003)
Qult = Qb + Qs (2.105)
Q
ult = (qc × Ab )+ ( fs × As ) (2.106)
Q
all =
Q
ult
(2.107)SF
dimana :
Q
ult = kapasitas dukung ultimit (kg)
qc = tahanan ujung (kg/cm2
)
Ab = luas penampang kaison (cm2
)
fs = faktor gesek satuan antara tanah dan dinding kaison (kg/cm )
As = luas selimut kaison (cm2
)
Qall = kapasitas dukung ijin (kg)
SF = safety factor (diambil 2,5)
Dari kedua hasil tersebut dipilih nilai terkecil sebagai nilai daya
dukung batas.
Pada perencanaan pile cap, perlu dicek terhadap beban
maksimum yang diterima pondasi dimana harus lebih kecil dari daya
dukung batas. Rumus yang digunakan yaitu : (Buku Rekayasa Pondasi
II)
Pmak =
dimana :
66. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 66
My = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y
(kgm)
n = banyaknya tiang pondasi kaison (diambil = 1)
X = absis terjauh kaison terhadap titik berat kaison (X = 0)
Y = ordinat terjauh kaison terhadap titik berat kaison (Y = 0)
Σx2 = jumlah kuadrat jarak ordinat-ordinat kaison (m2)
Σy2 = jumlah kuadrat jarak absis-absis kaison (m2)
Selain itu pada perencanaan pile cap perlu dicek tegangan pada
pile cap,yaitudenganmenggunakanrumus:(BukuRekayasaPondasi II)
σ =
ΣPv
±
M1 × X
±
M 2 × Y
(2.109)
A ly .lx
dimana :
= tegangan yang diterima oleh pondasi (kg/m2
)
ΣPv = jumlah total beban normal/gaya aksial (kg)
Mx = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x
(kgm)
My = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y
(kgm)
A = luas bidang pile cap (m2)
=jarak dari titik berat pondasi ketitik di mana tegangan
dihitung sepanjang respektif sumbu x (m)
=jarak dari titik berat pondasi ketitik di mana tegangan
dihitung sepanjang respektif sumbu y (m)
lx = momen inersia terhadap sumbu x (m4
)
ly = momen inersia terhadap sumbu y (m4
)
67. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 67
Pada pondasi kaison bor, perlu dicek terhadap guling, geser, dan
tegangantanah.Perhitungancekguling,geser,dantegangantanahpada
pondasi kaison dilakukan seperti pada struktur DPT, yaitu dengan
68. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 68
membandingkan antara momen vertikal dan momen horisontal serta
gaya vertikal dengan gaya horisontal. Sedang tegangan tanah dihitung
berdasarkan data tanah yang ada. Berikut rumus yang digunakan :
- Cek Terhadap Guling
∑ Mv
≥ 1,5 (2.110)∑ Mh
- Cek Terhadap Geser
∑ Pv × tanφ5 + B × c5 + ∑Ph
≥ 1,5 (2.111)
∑ Ph
- Cek terhadap Tegangan Tanah
σ ult = 1,3× c5 × Nc + D × γ 0 × Nq + 0,3× γ 1 × B × Nγ (2.112)
σ
save
=
σ
ult
> σ
mak =
∑ Pv
±
∑ Mh
(2.113)SF A W
Perhitungan geser pons pada pondasi kaison bor dilakukan
dengan membandingkan antara beban terpusat (Vu = Pv = Pmak +
Ppilecap) denganφ ×Vc . Bila φ ×Vc > Vu maka pondasi aman terhadap
geser pons, atau sebaliknya. Namun struktur pondasi diusahakan
aman terhadap geser pons dengan memperbesar dimensi pile cap-
nya.
Berikut rumus yang digunakan :
Ppile cap = (( B × L × h)− (Bkol × Lkol × h))× 2400
Pv = Pmak + Ppile cap
b’ = (2 x tinggi efektif (d) + 2 x lebar kolom )/2
Keliling bidang kritis (bo) = b’ x 4
Vc = 1 × f 'c × bo × d
3
dimana d = tinggi efektif pile cap(cm)
(2.114)
(2.115)
(2.116)
(2.117)
(2.118)
69. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 69
φ × Vc = 0,75 × Vc (2.119)
Penulangan pile cap dihitungdengan cara mencari besar gaya total
yang didukungoleh cincin sumuran akibat dari beban terpusat (P) dan
momen (M1 dan M2). Momen maksimum dihitung dengan mengalikan
antara gaya total dengan jarak cincin sumuran ke titik berat pondasi.
Setelah diketahui nilai momennya, maka perhitungan penulangan
menggunakan rumus seperti pada penulangan pelat. (Buku CUR 1)
Penentuan tebal cincin sumuran dihitung dengan mencari
tegangan yang bekerja pada cincin sumuran akibat dari beban
terousat (P) dan momen (M1 dan M2). Rumus yang digunakan : (Diktat
Kuliah Rekayasa Pondasi II karangan Ir. Indrastono DA, M.Ing)
=
P
±
M
1 ±
M
2 A
W1 W2
dimana :
σ = tegangan yang terjadi (kg/m2
) Pv =
beban terpusat yang bekerja (kg)
A = luas daerah yang ditinjau (m2) = π × 22
− π
M1 = momen searah sumbu 1 (kgm)
M2 = momen searah sumbu 2 (kgm)
W1 = momeninersiadaerah yang ditinjau (m4) =
(2.120)
1
2 × d 2
× (D4
− d 4
)
32D
70. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 70
W2 = momen inersia daerah yang ditinjau (m
4
) =
π
×
(D4 − d 4
)
32 D
B. Pondasi Tapak
Pondasi telapak termasuk pondasi dangkal. Pondasi jenis ini digunakan pada struktur tangga.
Pondasi telapak direncanakan berbentuk persegi panjang. Untuk pondasi telapak persegi panjang ada
beberapa macamcara untuk menghitung besarnya kapasitas daya dukung tanah ( bearing capacity of
soil ). Salah satu rumus yang lazim digunakan adalah menurut Terzaghi & Schultze adalah sebagai
berikut :
qu = ( 1 + 0.3 B/L ) .c . Nc + γo . Df . Nq + ( 1 – 0.2 B/L ) ½ . γ1 . B . Nγ
dimana :
Df = kedalaman pondasi ( m )
B = lebar pondasi ( m ) L = panjang
pondasi ( m ) C = kohesi tanah( T/m2
)
γo = berat isi tanah di atas dasar pondasi ( T/m3
)
γ1 = berat isi tanah di bawah dasar pondasi ( T/m3
) Nc, Nq,
Nγ = koefisien kapasitas daya dukung
q = Df . γo = effective overburden pressure
Apabila muka air tanah ( MAT ) berada tepat pada dasar pondasi, maka γo harus diambil
nilai γsub ( submerged / keadaan jenuh air ), sedangkan bila MAT berada di atas dasar pondasi
maka Df . γo harus diganti menjadi Df1 . γo + Df2 .
γo .
Besarnya tegangan kontak yang terjkadi pada dasar pondasi dapat dihitung sbb :
σ =P +Mx.y + My.x
max
A Iy Ix
σ
min
=
P
− Mx.y − My.x
A Iy Ix
Penulangan pondasi pelat dapat dihitung dengan cara seperti pada perhitungan
penulangan pada struktur atas, setelah didapatkan momen yang bekerja pada pelat.
71. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 71
2.8. PERKIRAAN BIAYA KONSTRUKSI
Lingkup pekerjaan untuk tahapan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan kuantitas pekerjaan berdasarkan mata pembayaran standar yang
dikeluarkan oleh Dirjen Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum.
2. Analisa Harga Dasar Satuan Bahan dengan mempertimbangkan jarak lokasi pekerjaan
dengan lokasi Quarry
3. Analisa Harga Satuan Pekerjaan.
4. Perhitungan Perkiraan Biaya Pekerjaan Fisik
2.9. DOKUMEN LELANG
Dokumen tender/pelelangan akan dibuat untuk masing-masing ruas. Dokumen tender
yang akan disiapkan Konsultan antara lain:
a. Buku 1 : Bab I Instruksi Kepada Peserta Lelang
: Bab II Bentuk Penawaran, Informasi Kualifikasi dan Bentuk
Perjanjian.
: Bab III Syarat-syarat Kontrak
: Bab IV Data Kontrak
b. Buku 2 : Bab V.1 Spesifikasi Umum
: Bab V.2 Spesifikasi Khusus
c. Buku 3 : Bab VI Gambar Rencana
d. Buku 4 : Bab VII Daftar Kuantitas
: Bab VIII Bentuk-bentuk Jaminan
2.10. LAPORAN – LAPORAN
Jenis – jenis laporan pekerjaan yang akan diserahkan oleh pihak konsultan perencana
sebagaimana yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja adalah sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan
72. Laporan Pendahuluan M E T O D O L O G I
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 72
Berisikan Latar Belakang, Lokasi Pekerjaan, Metodologi, rencana kerja yang akan
dilaksanakan oleh pihak konsultan perencana.
2. Laporan Survey Pendahuluan
Berisikan tentang metodologi survey pendahuluan serta hasil dari survey
pendahuluan.
3. Laporan Bulanan
Adalah laporan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak konsultan
perencana pada setiap bulannya
4. Laporan Survey Teknis
Berisikan metodologi, data – data lapangan dan hasil analisa data lapangan yang
terdiri dari :
Laporan Survey Topografi
Laporan Penyelidikan Tanah
Laporan Hidrologi
Laporan Lalu Lintas
5. Laporan Akhir
Adalah laporan Perencanaan Geometrik, Perkerasan Jalan dan Bangunan Pelengkap
Jalan serta dari seluruh kegiatan perencanaan yang telah dilaksanakan oleh konsultan
perencana
6. Gambar Rencana.
Adalah Gambar Teknis Perencanaan yang disusun dalam format kertas A3 dengan
skala yang telah ditetapkan dalam standar Bina Marga.
7. Dokumen Lelang.
Adalah dokumen Lelang untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang meliputi
Instruksi kepada peserta lelang, Bentuk Informasi dan Kualifikasi, Syarat-Syarat
Kontrak, Data Kontrak, Spesifikasi Teknis, Gambar Rencana, Bentuk-Bentuk Jaminan,
Daftar Kuantitas.
73. Perencanaan Pembangunan Gereja 73
BAB - 3
RENCANA KERJA
3.1. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERSONIL
Tugas dan tanggung jawab untuk setiap personil secara umum adalah sebagai berikut :
1. Team Leader
Mengkoordinir dan mengendalikan semua personil yang terlibat dalampengumpulan data
lapangan dari jenis pekerjaan yang ditanganinya.
Bekerjasama dengan Engineer dan staf teknik lainnya yang membantu melaksanakan
pekerjaan perencanaan ini sehingga hasil yang didapat sesuai dengan Kerangka Acuan
Kerja atau yang diharapkan oleh pemberi kerja.
2. Ahli Bangunan Gedung
Mengkoordinir dan mengendalikan semua personil yang terlibat dalampengumpulan data
lapangan dari jenis pekerjaan yang ditanganinya.
Memeriksa dan menganalisa hasil pengumpulan data lapangan, memeriksa serta
menganalisanya.
Membuat perhitungan dan desain jalan dan gambar-gambar desain yang diperlukan
dalam pekerjaan.
Merencanakan desain bangunan Gedung.
Bertanggung jawab atas semua hasil perhitungan dan gambar-gambar kepada Team
Leader dan pemberi kerja.
3. Ahli Geoteknik.
Menentukan lokasi titik pengambilan sampel tanah dan Quarry.
Mengkoordinir semua personil yang terlibat dalam pekerjaan penyelidikan tanah baik di
lapangan maupun di laboratorium serta menyusun rencana kerjanya.
Mengadakan pengujian tanah baik di lapangan maupun di laboratorium.
Melakukan analisa dan evaluasi data geoteknik, termasuk merencanakan dan
merekomendasikan jenis pondasi jalan dan jembatan berikut perhitungannya.
74. Laporan Pendahuluan R E N C A N A K E R J A
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 74
Bertanggung jawab atas semua pengujian dan penyelidikan tanah kepada Team Leader
dan pemberi kerja.
4. Ahli Geodesi.
Mengendalikan dan mengatur semua personil yang terlibat dalam pelaksanaan
pengukuran dan pemetaan topografi di lapangan.
Memeriksa dan menganalisa data lapangan.
Membuat perhitungan dan gambar-gambar hasil pengukuran topografi situasi, potongan
memanjang dan melintang.
Bertanggung jawab atas hasil perhitungan dan gambar hasil pengukuran topografi kepada
pemberi kerja.
5. Ahli Cost Estimate.
Menyusun daftar harga satuan bahan, upah, alat di lokasi pekerjaan.
Menyusun analisa harga satuan pekerjaan.
Menghitung volume satuan pekerjaan.
Menghitung rencana anggaran biaya pekerjaan
Bertanggung jawab atas semua hasilanalisa harga satuan pekerjaan dan hasil perhitungan
volume satuan pekerjaan.
3.2. STRUKTUR ORGANISASI TIM PERENCANA
Tim konsultan akan berkedudukan di Banjarmasin dan dibantu oleh Tenaga Pendukung. Untuk
pelayanan konsultasi secara efisien dan optimal, Tim Konsultan akan menyusun Struktur
Organisasi mulai dari Tenaga Ahli maupun Tenaga Pendukung. Setelah mempelajari kebutuhan
dan tugas serta tanggung jawab personil yang tercantum di dalam Kerangka Acuan Kerja, Tim
Konsultan mencoba menyusun struktur Organisasi seperti terlihat pada Gambar 4.1. Struktur
Organisasi Tim Konsultan
75. Laporan Pendahuluan R E N C A N A K E R J A
Perencanaan Pembangunan Gedung Gereja 75
Gambar 3.1. Struktur Organisasi Konsultan Perencana
3.3. PROGRAM KERJA
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, konsultan perencana akan menyusun program kerja
yang meliputi :
1. Jadwal Rencana Pekerjaan secara detail dengan harapan pekerjaan nantinya dapat selesai
tepat waktu tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas hasil perencanaan.
2. Jadwal Penugasan Personil secara detail dengan harapan agar tiap-tiap personil dapat
menggunakan waktunya secara efektif dan efisien sehingga tugas dan tanggung jawab yang
diterimanya dapat diselesaikan dengan baik.
3.4. JADWAL RENCANA KERJA
Konsultan perencana telah mencoba menyusun jadwal rencana untuk pekerjaan jasa konsultansi
ini. Untuk menghindari terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, maka jadwal kegiatan
disusun secara overlap dikarenakan waktu yang disediakan oleh pengguna jasa relatif sempit.
Adapun jadwal rencana kerja yang telah disusun dapat dilihat pada Gambar 3.2.
TEAM LEADER
AHLI BANGUN GEDUNG
AHLI MANAJEMEN
PROYEK
AHLI COST ESTIMATOR
AHLI GEODESI
AHLI MANAJEMEN
KONSTRUSI