2. “Nahdlatul Ulama beraqidah Islam menurut faham Ahlussunnah wal
Jama’ah dalam bidang Aqidah mengikuti madzhab Imam Abu Hasan
Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi; dalam bidang Fiqih
mengikutu salah satu dari madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan
Hanbali); dalam bidang Tasawuf mengikuti madzhab Imam al-Junaid al-
Baghdadi dan Abu Hamid al Ghazali”.
Pasal 5
Anggaran Dasar NU
3. Ahlussunnah Wal-Jamaah merupakan istilah yang terbentuk
dari tiga komponen:
1) Ahlun
2) Al-Sunnah
3) Al-Jama’ah
Definisi Ahlussunnah wal-
Jamaah
4. Ahlun bermakna:
1 Keluarga (Ahlul bayt, keluarga rumah tangga)
2 Pengikut (Ahlussunnah, pengikut sunnah)
3 Penduduk (Ahlul Jannah, penduduk surga)
Definisi Ahlussunnah wal-
Jamaah
5. Makna al-Sunnah
Secara kebahasaan: jalan
Secara syar’i: jalan yang diridhai oleh Allah , yang menjadi
pijakan dalam agama, dan telah ditempuh oleh Rasulullah
atau orang yang menjadi panutan dalam agama seperti
sahabat
Definisi Ahlussunnah wal-
Jamaah
8. Secara istilah: Jamaah adalah golongan yang selalu menjaga
kekompakan, kebersamaan dan kerukunan, sebagai
kebalikan dari kata al-furqah (golongan yang berpecah belah
dan bercerai berai).
Dikatakan al-jamaah, karena golongan ini selalu menjaga
kekompakan, kebersamaan dan kerukunan terhadap
sesama.
Meskipun terjadi perbedaan pendapat di kalangan mereka,
perbedaan tersebut tidak melahirkan sikap saling
membid’ahkan, memfasikkan, menyesatkan dan
mengkafirkan terhadap sesama mereka.
Definisi Ahlussunnah wal-
Jamaah
10. Mengapa dalam bidang Aqidah NU mengikuti madzhab
Imam Asy’ari dan Imam Maturidi?
11. Apabila Ahlussunnah Wal-Jamaah disebutkan, maka
maksudnya adalah golongan Asy’ariyah dan Maturidiyah.
Ahlussunnah wal-Jamaah Identik
Dengan Asy’ariyah-Maturidiyah
16. •
َْْرُّي ِاجَفَخْالُابَهِِّشْالَلاَق
يِفْىَلاَعَتُْللاُْهَم ِح
ْ ِ
اضَي ِ
ْالرِميِسَن
:
ْ
هَأْمُهُْةَي ِاجْالنُةَقرِفالَو
ْ
َعاَمَجالَْوِةنُّسْالُل
ِْة
.
ِْنَسَحوْالُبَأْمُه
ْ
ُلهَأُْهُتَعاَمَجَْوُّي ِ
رَعشَألا
ْاُةمِئَأَْوِةنُّسْال
َْللاْنَألْ،ِاءَمَلُعل
ََْلىعْةجُحْمُهَلَعَجْىَلاَعَت
ْ
َتْمِهيَلِإَْو،ِهِقلَخْ
ْ
يِفُْةامَعْالُعَزف
ْ
مِهِنيِد
.
(
حضرةْالشيخْمحمدْهاشمْأ
ْرسالةْأهلْالسنة،شعري
والجماعة
.)
"Golongan yang selamat adalah Ahlussunnah Wal-Jama'ah.
Mereka adalah Abu al-Hasan al-Asy'ari dan pengikutnya yang
merupakan Ahlussunnah dan pemimpin para ulama, karena
Allah menjadikan mereka sebagai hujjah atas makhluk-Nya
dan hanya mereka yang menjadi rujukan kaum Muslimin
dalam urusan agama."
Dalil Ketiga, Asy’ariyah-Maturidiyah Menjadi
Rujukan Umat Islam
17. Mayoritas ulama di seluruh wilayah mengikuti Asy’ari, para
imam berbagai kota di seluruh generasi mengajak kepada
madzhabnya, dan para pengikutnya adalah mereka yang
menjadi rujukan hukum-hukum agama
Dalil Ketiga, Asy’ariyah-Maturidiyah Menjadi
Rujukan Umat Islam
18. Mengapa Wajib
Mengetahui Sifat Wajib 20 Bagi Allah?
1. Allah Maha Sempurna
2. Sifat-Sifat Allah tidak
terbatas
Pertama, setiap orang
yang beriman harus
meyakini bahwa Allah
wajib memiliki semua
sifat kesempurnaan yang
layak dengan sifat
keagungan-Nya. Ia harus
meyakini bahwa Allah
mustahil memiliki sifat
kekurangan yang tidak
layak dengan sifat
keagungan-Nya.
Kedua, para ulama
Ahlussunnah Wal-Jama'ah
tidak membatasi sifat-sifat
kesempurnaan Allah dengan
dua puluh sifat. Setiap sifat
kesempurnaan yang layak
dengan sifat keagungan
Allah, sudah barang tentu
Allah wajib memiliki sifat
tersebut, sehingga sifat-sifat
Allah itu sebenarnya tidak
terbatas pada sembilan
puluh sembilan saja
19. Mengantarkan ma’rifat kepada Allah
Sebagai konsep yang benar tentang ketuhanan
sesuai dengan al-Qur’an, Hadits dan Ijma’
Sebagai respon terhadap penyimpangan aliran-
aliran di luar Ahlussunnah Wal-Jamaah tentang
ketuhanan
Batas kemampuan akal manusia dalam ma’rifat dan
mengenal Allah
Sebagai jawaban terhadap soal-soal yang mendasar
tentang Allah
Tujuan Sifat Wajib 20
21. وسَّواُالريعِطَأ َُوَللاُوايعِطَواُأنَمُآَِينذَّاُالَهُّيَاُأَي
ُْمكْنُِم ِ
رْمَأليُاِلوأ َُوَل
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya) dan
Ulil-Amri di antara kamu. (QS. Al-Nisa’ : 59).
Menurut para ulama seperti Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdullah al-
Anshari, Mujahid bin Jabr, ‘Atha’ bin Abi Rabah, al-Hasan al-Bashri, Abu al-
Abu al-‘Aliyah al-Riyahi dan lain-lain, yang dimaksud dengan Ulil-Amri
dalam ayat tersebut adalah para ulama yang memiliki ilmu agama yang luas
luas dan mendalam
Dalam ayat tadi, dengan memakai redaksi, “dan taatilah Rasul(Nya) dan
Ulil-Amri di antara kamu”, mengantarkan pada pengertian bahwa Allah
menempatkan ketaatan kepada Ulil-Amri berada dalam satu paket dengan
dengan ketaatan kepada Rasulullah.
Sehingga memberikan kesimpulan bahwa mentaati para ulama, berarti
mentaati Rasulullah.
Demikian pula sebaliknya, tidak mentaati ulama, berarti tidak mentaati
Rasulullah
Kewajiban Mengikuti Ulama
22. Para imam mujtahid yang empat telah mendapat rekomendasi
(tazkiyah/pujian) dari Rasulullah agar diikuti oleh kaum Muslimin.
Sehingga dengan adanya rekomendasi ini, tidak memungkinkan kaum
Muslimin terjerumus dalam kesesatan dengan mengikuti madzhab
mereka.
Rekomendasi ini sifatnya ada dua macam:
Rekomendasi ijmali. Yaitu rekomendasi yang bersifat umum dari
Rasulullah tentang para imam madzhab empat.
Rekomendasi ijmali ini dapat dilihat dengan memperhatikan masa
kehidupan para imam madzhab yang empat.
Imam Abu Hanifah wafat tahun 150 H,
Imam Malik bin Anas wafat tahun 179 H
Imam al-Syafi’i wafat tahun 204 H
Imam Ahmad bin Hanbal wafat tahun 241 H.
Petunjuk Rasulullah
23. Dengan memperhatikan tahun wafatnya para imam yang empat ini
dapat kita simpulkan bahwa mereka hidup pada masa generasi salaf,
yaitu generasi yang dinilai sebagai sebaik-baik generasi (khair al-qurun)
dan sebaik-baik umat berdasarkan sabda Rasulullah:
ُْمكْريَخ
ُْيِن ْرَق
ُ
َّمث
َُْنيِذَّال
ُْمَهن ْولَي
ُ
َّمث
َُْنيِذَّال
ُْمَهن ْولَي
.
“Sebaik-baik umatku adalah generasiku, kemudian mereka yang
setelahnya, kemudian mereka yang datang setelahnya.” (HR. Al-
(2457) dan Muslim (4603).
Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda:
ىَب ْوط
ُْنَمِل
،ْيِنآَر
ُْنَمِل َو
ىَأَر
ُْنَم
،ْيِنآَر
ُ
ِل َو
ُْنَم
ىَأَر
ُْنَم
ىَأَر
ُْنَم
ُْيِنآَر
.
“Kebahagiaan bagi orang yang melihatku, dan bagi orang yang melihat
orang yang melihatku, dan bagi orang yang melihat orang yang melihat
orang yang melihatku.” (HR. Abd bin Humaid dan Ibn Asakir, hadits
hasan. Lihat: al-Hafizh Jalaluddin al-Suyuthi, al-Jami’ al-Shaghir, juz II,
hal. 55).
Petunjuk Rasulullah
24. Berdasarkan hadits ini, mengikuti
madzhab yang dibangun oleh imam
mujtahid yang empat berarti
mengikuti generasi salaf yang
dinilai sebagai sebaik-baik generasi
dan sebaik-baik umat.
Petunjuk Rasulullah
25. Rekomendasi tafshili. Yaitu rekomendasi yang bersifat terperinci dari
Rasulullah menyangkut para imam mujtahid.
Para imam mujtahid yang empat selain mendapat rekomendasi ijmali,
yang masuk dalam hadits-hadits sahih seperti di atas, juga mendapat
rekomendasi khusus atau tafshili dari Rasulullah.
Misalnya berkaitan dengan Imam Abu Hanifah, Rasulullah bersabda:
ُْوَل
َُانَك
ُ
مْلِعْال
ُ
َّاي َرُّثالِب
ُ
هَل ََاونَتَل
ُ
َاسنأ
ُْنِم
َُِاءنْبَأ
َُ
س ِ
ارَف
“Andaikan ilmu agama itu bergantung di bintang tujuh, niscaya akan
dijamah oleh orang-orang dari putra Parsi.” HR. Ahmad (7937) dan
shahih oleh al-Hafizh Ibn Hibban.
Menurut para ulama seperti al-Hafizh al-Suyuthi dan lain-lain, hadits
tersebut paling tepat sebagai isyarat dan rekomendasi terhadap Imam
Abu Hanifah, pendiri madzhab Hanafi.
Karena dari sekian banyak ulama yang berasal dari keturunan bangsa
Parsi, hanya Imam Abu Hanifah yang memiliki reputasi dan popularitas
tertinggi dan diikuti oleh banyak umat dari dulu hingga kini.
Petunjuk Rasulullah
26. Berkaitan dengan Imam Malik bin Anas, Rasulullahbersabda:
ُ
كِشوي
ُْنَأ
َُب ِ
ْرضَي
ُ
اسَّنال
ُ
َداَبْكَأ
ُِلِبِإلْا
ُ
بلْطَي
َُون
ُ
َمْلِعْال
ُ
َلَف
َُوند ِجَي
ادَحَأ
ُ
َمَلْعَأ
ُْنِم
ُِمِلاَع
ُِةَنِيدَمْال
.
“Hampir datang suatu masa, orang-orang bepergian dengan cepat
dari negeri-negeri yang jauh dalam rangka mencari ilmu, lalu
mereka tidak menemukan orang yang lebih alim daripada seorang
alim di Madinah.” HR. al-Tirmidzi (2604) dan Ahmad (7639).
Menurut para ulama seperti Imam Sufyan bin ‘Uyainah, Imam
Ahmad bin Hanbal, al-Hafizh al-Tirmidzi dan lain-lain, hadits
tersebut sebagai isyarat dan rekomendasi terhadap Imam Malik
bin Anas, pendiri madzhab Maliki.
Karena dari sekian banyak ulama Madinah, hanya Imam Malik
yang memiliki reputasi dan popularitas tertinggi, dan
madzhabnya menjadi panutan kaum Muslimin hingga dewasa ini
Petunjuk Rasulullah
27. Berkaitan dengan Imam al-Syafi’i, Rasulullah bersabda:
ُ
مِلاَع
ُ ٍ
ْشي َرق
ُ
لْمَي
َُ
ض ْرَألْا
امْلِع
“Seorang alim dari suku Quraisy, ilmunya akan menyebar ke
berbagai tempat di bumi.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan al-
Menurut para ulama seperti Imam Ahmad bin Hanbal, al-Hafizh
al-Baihaqi, al-Hafizh Abu Nu’aim, al-Hafizh al-Suyuthi dan lain-
lain, hadits tersebut sebagai isyarat dan rekomendasi terhadap
Imam al-Syafi’i, pendiri madzhab Syafi’i.
Karena dari sekian banyak ulama yang berasal dari suku Quraisy,
hanya Imam al-Syafi’i yang memiliki reputasi dan popularitas
tertinggi dan diikuti oleh mayoritas umat hingga kini. Sehingga
hadits tersebut hanya tepat bagi al-Syafi’i.
Petunjuk Rasulullah
28. Berdasarkan paparan di atas, dengan
mengikuti madzhab empat yang telah
direkomendasi oleh Rasulullah, tentunya
lebih baik bagi kita daripada mengikuti
madzhab lain yang tidak mendapat
rekomendasi dari beliau.
Petunjuk Rasulullah
30. Pertama
Konsistensi al-Qur’an & Sunnah
• “Ilmu kami ini (tashawuf)
dibangun di atas fondasi Al-Kitab
dan Al-Sunnah. Barangsiapa yang
belum hafal Al-Quran, belum
menulis hadits dan belum
menguasai fiqih, maka ia tidak bisa
dijadikan panutan dalam
tashawuf.”
31. Konsistensi al-Qur’an & Sunnah
Ilmu kami ini, yakni
ilmu tashawuf,
diperkokoh dengan
hadits Rasulullah
32. Kedua
Konsistensi Syariah
Abu Bakar al-’Athawi berkata:
“Aku bersama al-Junaid
ketika menjelang wafatnya. Ia
mengkhatamkan al-Qur’an,
lalu memulainya lagi dari al-
Baqarah, dapat 70 ayat beliau
wafat.”
33. Konsistensi Syariah
Abu Al-Husain ibn Al-Darraj berkata: “Al-
Junaid pernah menguraikan sikap para shufi
yang telah mencapai derajat makrifat kepada
Allah serta amal ibadah dan aurad yang
selalu mereka pelihara, walaupun mereka
telah memperoleh anugerah sekian banyak
kekeramatan dari Allah. Lalu Al-Junaid
berkata: “Ibadah bagi seorang ‘arif, lebih
indah daripada mahkota di kepala seorang
raja.”
34. Ketiga
Tashawuf yang Moderat
Pada masa Al-Junaid, di kalangan shufi lahir satu aliran yang ekstrim dan
tidak moderat. Aliran ini beranggapan bahwa apabila seseorang telah
mencapai derajat makrifat atau wali, maka pengamalan terhadap ajaran-
ajaran agama tidak diperlukan lagi baginya. Semua kewajiban menjadi gugur
bagi dirinya. Menanggapi aliran ini, Al-Junaid berkata:
“Ini menurutku persoalan yang amat besar. Orang yang mencuri dan berzina
lebih baik daripada orang yang berpendapat seperti ini. Andaikan aku
dikekalkan sampai berusia seribu tahun, niscaya aku tidak akan mengurangi
sekecil atom pun dari amaliahku, terkecuali aku terhalang untuk
menunaikannya. Dan amal itu akan lebih mengokohkan terhadap makrifatku
35. Tashawuf yang Moderat
Suatu ketika, al-Hallaj
menghampiri al-Imam al-
Junaid, lalu berkata: “Akulah
Tuhan Yang Maha Benar.”
Maka al-Junaid berkata:
“Bahkan demi Allah Yang
Maha Benar, kamu akan
mati di tiang gantungan.”