Dipresentasikan dalam acara Webinar Nasional “Kajian Kubah Gambut dan Penerapan Metode Paludikultur dalam Rehabilitasi dan Restorasi Lahan Gambut”, 22 Desember 2020.
Kajian model bisnis ketahanan pangan dalam mendukung pengelolaan ekosistem gambut berkelanjutan di provinsi Kalimantan Tengah
1. Committed to Excellence
Pusat Penelitian dan Pengembanan Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim
Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi -- KementerianLingkungan Hidup dan Kehutanan
KAJIAN MODEL BISNIS KETAHANAN PANGAN DALAM
MENDUKUNG PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT
BERKELANJUTAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
(Kajian Kubah Gambut dan Penerapan Metode Paludikultur dalam Rehabilitasi dan Restorasi Lahan Gambut)
International Trade Analysis and Policy Studies
Fakultas Ekonomi dan Manajemen - Institut Pertanian Bogor
Bogor, 22 Desember 2020
Kerjasama :
Pusat Sosial Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
dengan
2. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
Pengendali dan
pengatur hidrologi
Penyerapan dan
penyimpanan
karbon
Kenaekaragaman
hayati
Manfaat sosial
dan ekonomi
Ekosistem
Gambut
Ancaman
• Deforestasi
• Degradasi
• Kebakaran
Pemulihan
• Rewetting
• Revegetation
(paludikultur)
• Revitalization
LATAR BELAKANG
• Menyediakan kegiatan ekonomi
berbasis lahan gambut berkelanjutan
(Wardhana, 2016).
• Paludikultur memberikan potensi
manfaat ekonomi yang tinggi →
komoditi dan perkembangan pasar yang
tersedia (Giesen & Nirmala, 2018).
3. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
PENINGKATAN NILAI EKONOMI KOMODITI LAHAN GAMBUT SEBAGAI UPAYA
KETAHANAN PANGAN
Ketahanan pangan:
menjamin ketersediaan
pangan dan kemampuan
masyarakat untuk
mengaksesnya
Baseline data terkait dengan kondisi saat ini
• Bagaimana ketergantungan masyarakat terhadap lahan gambut?
• Pemetaan kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat yang
ada dalam dan sekitar lahan gambut → mengetahui strategi
pengembangan ke depan dalam menjadikan pertanian dan
paludikultur sebagai alternatif mata pencaharian masyarakat.
• Penggalian informasi pengetahuan dan pemahaman masyarakat
terhadap praktek usaha pertanian dan paludikultur juga
diperlukan, termasuk jalur pemasaran yang ada.
Model bisnis yang sesuai untuk dikembangkan
Dampak sosial dan ekonomi masyarakat
dan pembangunan daerah.
masyarakat tidak berada
dalam kondisi kelaparan atau
terancam kelaparan.
4. Committed to Excellence
Tujuan
• Menganalisis baseline sosial ekonomi
masyarakat di lokasi kajian.
• Menganalisis institutional setting di tingkat
masyarakat sekitar lahan gambut dalam
rangka pengembangan model kemitraan
• Menganalisis model bisnis produk
unggulan di lahan gambut
Output
Model bisnis dan alternatif mata
pencaharian masyarakat dalam
menjamin ketahanan pangan
masyarakat dan keberlanjutan
ekosistem gambut.
5. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
KERANGKA PIKIR KAJIAN
Ekosistem
Gambut
Masyarakat
Bisnis
Usaha Ekonomi
Masyarakat
Investasi
Daya dukung lingkungan
Pegetahuan lokal
Kewirausahaan
masyarakat
6. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
RUANG LINGKUP BISNIS BERKELANJUTAN
Bisnis Ketahanan
Pangan
(daya tarik & dorong)
Bisnis Hulu
(on farm)
Bisnis Hilir
(off farm)
Pasar Input Pasar Output
Dalam desa, antar-desa, antar kecamatan, antar kabupaten, antar provinsi, antar pulau,
antar negara
7. Committed to Excellence
RINGKASANTUJUAN, DATA, SUMBER DATA, danTEKNIK PENGUMPULAN DATA
LOKASI DANWAKTU
PELAKSANAN
Lokasi : 5 Desa (Buntoi, Mentaren I, Garung, Pilang dan Gohong)
Tujuan Data
Sumber
Data
Teknik Pengumpulan
Data
Melakukan penyusunan baseline sosial ekonomi
masyarakat di lokasi kajian
Data primer Responden lokasi lahan
gambut
Wawancara
Mengidentifikasi dan menganalisis institutional setting di
tingkat masyarakat sekitar lahan gambut dalam rangka
pengembangan model kemitraan
Data primer
dan sekunder
Informan kunci Turun lapang (in-depth
interview dan FGD)
Menganalisis pengembangan model bisnis produk
unggulan di lahan gambut
Data primer Responden lokasi lahan
gambut dan informan
kunci
Turun lapang (survei, indepth
interview dan FGD)
8. Committed to Excellence
Metode Analisis
1. DESK STUDY (STUDI LITERATUR)
Pengumpulan studi literatur terkait dengan topik Model Bisnis Ketahanan Pangan dalam
Mendukung Pengelolaan Ekosistem Gambut Berkelanjutan.
2. STATISTIKA DESKRIPTIF
Metode deskriptif kualitatif dengan tabulasi silang digunakan untuk menyusun
kondisi eksisting sosial ekonomi masyarakat di Pulang Pisau
3. PENGEMBANGAN MODEL BISNIS
Institutional Analysis and Development (IAD)
• Aspek sumberdaya, aspek atribut komunitas, aspek rules in use, dan aspek keterlibatan stakeholder
9. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
MODEL BISNIS KANVAS
Key partnership
Mitra utama
menggambarkan
pihak lain yang
bekerja sama
dengan
perusahaan
sehingga
membantu
berjalannya
model bisnis
Key activity
Aktifitas kunci
menggambarkan hal
terpenting yang harus
dilakukan perusahaan
agar model bisnis bekerja
dengan sukses.
Value proposition
Nilai (manfaat) yang
ditawarkan
perusahaan dalam
bentuk produk atau
jasa yang
menyebabkan
ketertarikan
konsumen karena
dianggap dapat
memecahkan
masalah atau
memuaskan
kebutuhannya.
Customer relationship
Hubungan pelanggan
yang menggambarkan
cara bisnis
membangun hubungan
dengan pelanggannya
Customer
segments
Sekelompok orang
yang ingin
dijangkau
perusahaan agar
kegiatan usaha
tepat sasaran dan
mencapai target
penjualan.
Key resources
Sumber daya utama
menggambarkan aset
terpenting yang
diperlukan perusahaan
agar bisnisnya dapat
berjalan dengan baik.
Channels
Saluran yang
menggambarkan
bagaimana bisnis
berkomunikasi dan
menjangkau segmen
pelanggannya untuk
menyampaikan
preposisi nilai.
Cost structure
Strukture biaya terpenting yang dikeluarkan
perusahaan untuk mengoperasikan model bisnis
Revenue stream
Potensi penerimaan uang tunai yang dihasilkan bisnis atau
produk atau jasa yang dibayarkan konsumen.
10. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
Desa- Komoditas
pertama
Komoditas Kedua Komoditas Ketiga Produk OlahanTerpilih
Buntoi Karet Sengon Ubikayu Kerajinan
Mentaren I Padi Karet Sengon -
Gohong Karet Rotan perikanan darat (nila,
patin, betok)
tikar, tas, topi, dan berbagai
aksesoris
Garung Karet Sayuran dan buah
(cabai dan semangka)
perikanan darat (nila,
betok)
-
Pilang Karet Rotan Peternakan ayam dan
perikanan darat
tikar, tas, topi dan berbagai
aksesoris
Pemetaan Komoditas di Lokasi Sampel
Sumber : Data primer, 2020
BASELINE SOSIAL EKONOMI
11. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
Ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan
ya
70%
tidak
30%
Pemungutan hasil hutan
di Desa Buntoi
ya
53%
tidak
47%
Pemungutan hasil hutan
di Desa Mentaren I
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
sebulan sekali seminggu sekali setiap hari Tidak tentu
Frekuensi pemungutan hasil hutan
Buntoi Mantaren 1
12. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
0%
50%
100%
Semua konsumsi Semua dijual Sebagian dikonsumsi,
sebagian dijual
Pemanfaataan hasil hutan oleh
masyarakat
Buntoi Mantaren 1
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
Kayu
Rotan
Madu
Sayuran
Purun
Kelakai
Tanaman Obat
Satwa
Lainnya
Hasil hutan yang sering diambil/dipungut
Mantaren 1 Buntoi
13. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
Karet
Sawit
Sayur-sayuran
Padi
Nanas
Sengon
Jelutung
Kopi
Lainnya
Jenis tanaman yang dibudidayakan di lahan gambut
Mantaren 1 Buntoi
14. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
Biaya atau modal
Kesulitan mendapatkan bibit
Kesulitan mendapatkan pupuk, pestisida, dan herbisida
Kesulitan mendapat peralatan pertanian
Kesulitan tenaga kerja
Kesulitan memasarkan hasil panen
Harga jual rendah
Kurangnya pengetahuan praktek usaha tani
Lainnya
Kendala kegiatan budidaya tanaman di lahan gambut
Mantaren 1 Buntoi
15. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
Identifikasi Lembaga Formal dan Non Formal Dalam Mendukung
Rantai Nilai Produk Unggulan
1. Dinas Pertanian Kabupaten
2. Dinas Tanaman Pangan Kabupaten
3. Dinas Tanaman Pangan Provinsi
4. Bappeda Kabupaten
5. Dinas Tanaman Pangan Provinsi
6. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
7. KUB/KUPS, BUMDes
8. Dinas Perdagangan, Kperasi, UMKM dan
Kabupaten
9. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kabupaten
Lembaga yang berpotensi menjadi
key players
Sinergi Antar Lembaga
Pemerintah daerah
dan pusat
Pelaku usaha
komoditas unggulan
Swasta/LSM/NGO
16. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
Pemetaan peran stakeholder dalam
pengembangan bisnis ketahanan pangan
Stakeholders sebagai key players:
• KUB/KUPS lembaga yang terdapat di tingkat desa
yang memiliki kepentingan dan pengaruh yang tinggi
• Lima lembaga berada di tingkat Kabupaten, sedangkan
tiga lembaga lainnya berada di tingkat provinsi.
• Stakeholder Pemerintah Daerah berperan penting untuk
menjadi leader dalam pengembangan model bisnis
ketahanan pangan yang menjamin ekosistem lahan
gambut berkelanjutan.
BUMDes dapat menjadi wadah bagi KUB, poktan dan
gapoktan dalam mengelola bisnisnya baik untuk
kepentingan pemasaran/perdagangan maupun
pembiayaan.
17. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
PERSEPSI TERHADAP INFRASTRUKTUR
Infrastruktur
Kondisi
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Buruk
Jalan 7,78 42,22 38,89 6,67 4,44
Angkutan umum - 24,44 17,78 30,00 27,78
Sarana Kesehatan 3,33 60,00 31,11 5,56 -
Tenaga Medis 5,56 46,67 25,56 21,11 1,11
Sarana Pendidikan 10,00 51,11 26,67 12,22 -
Balai Latihan Kerja 2,22 28,89 18,89 30,00 20,00
Tenaga Pengajar 5,56 48,89 34,44 11,11 -
Telekomunikasi 4,44 36,67 23,33 31,11 4,44
Petugas Keamanan 4,44 43,33 37,78 8,89 5,56
PJU - 26,67 16,67 45,56 11,11
Saluran Irigasi - 30,00 13,33 31,11 25,56
Sumber:Tim IPB (2020)
19. Committed to Excellence
Key Partner Key activities Value co-creation Customer relationship Customer segments
1. Pemilik lahan
2. Penyuluh/pendamping
3. Pembibitan
4. Lembaga Finansial (eg
credit union, BRI)
5. Industri pengolahan
6. Pedagang
7. KUBK
1. Aktivitas pemanenan dan
pasca panen
2. Pemeliharaan hanya
pembersihan kebun
3. Pemanenan
4. Pasca panen– penyimpanan
getah karet secara
sederhana
Menghasilkan getah
karet dengan kadar
kering karet yang
rendah
1. Jaminan keterserdiaan pasokan
2. Belum adanya adanya kemitraan pengepul
3. Pelayanan yang baik
1. Pedagang
lokal/pengepul
2. Industri/pabrik karet
Key Resources Channels
1. Tenaga kerja
2. Modal finansial dan aset
(termasuk lahan)
3. Peralatan untuk pemanenan
(pemanenan dan pasca
panen)
4. Alat angkut untuk distribusi
(motor/mobil)
Penjualan secara langsung kepada pengepul dan
sendiri-sendiri tidak kolektif
Cost Structure Revenue Stream
1. Biaya budidaya (penanaman, pemeliharaan, pemanenan,
pasca panen)
2. Biaya modal (pokok cicilan dan biaya bunga)
3. Biaya distribusi
Penjualan getah karet asalan
Kondisi saat ini bisnis karet
20. Committed to Excellence
Budidaya
Ketersediaan sumber bibit berkualitas
Input produksi yang mahal
Produktivitas masih rendah
Perlakuan lahan – membutuhkan waktu 10 tahun untuk produksi
secara teratur
Ancaman kebakaran lahan
Serangan hama dan penyakit
Kelembagaan
KUBK: penampungan getah karet rakyat
Lembaga keuangan
Bank
Koperasi
Pinjaman tersebut digunakan untuk membeli pupuk dan bibit
Pemasaran
Persaingan harga antara pedagang dengan kelompok usaha
Bersama Karet (KUBK)
KUBK tersebut membeli hasil panen petani sesuai dengan harga
pabrik, namun pembayaran tidak dihari yang sama
Kualitas produk→ Tidak terpenuhinya standar perusahaan. Sebagai
contoh sengon,
Upaya pemasaran dilakukan melalui pameran (omzet kecil tidak
sebanding dengan biaya transportasi)
Segmen pasar
Pedagang pengumpul
KUBK
Industri/pabrik pengolahan karet
MODEL BISNIS
KARET
Titik kritis usahatani karet
21. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
RANTAI PEMASARAN KOMODITI KARET
• Proses transaksi→ penetapan harga:
• Pembeli
• tawar menawar
• Sumber informasi harga/pembeli: terbuka
• Cara penjualan: bebas (tidak melalui kontrak)
• Belum ada dukungan pemasaran dari pemerintah
• Petani tidak siap menghadapi fluktuasi harga produk
Petani
Pedagang
Industri
Pengolahan
Kelompok
Usaha
22. Committed to Excellence
Tahapan Kegiatan Petani KUBK
1. Perencanaan biaya produksi (tenaga kerja
dan input)
Penyiapan tenaga kerja untuk melakukan
pemeliharaan kebun, alat toreh, dan mangkok
getah
Pemeliharaan tempat penyimpanan/gudang
2. Perencanaan strategi pemasaran STP Tidak ada upaya khusus yang dilakukan oleh
petani dalam menjual getah karetnya. Petani
cenderung memilih pembeli dengan harga yang
lebih tinggi
Tidak ada upaya khusus yang dilakukan oleh petani dalam
menjual getah karetnya. Petani cenderung memilih pembeli
dengan harga yang lebih tinggi
3. Grading/Standarisasi Input
Kualitas getah karet bersifat asalan Ada pemisahan kualitas karet rakyat dipisahkan berdasarkan
kadar kering
4. Pengolahan Produk dengan Penerapan
Teknologi
Tidak ada pengolahan khusus Melakukan pengeringan 10-15 hari sehingga mencapai kadar
kering karet sesuai permintaan pabrik
5.Grading/Standarisasi Hasil Olahan Grading berdasarkan kadar kering
6. Pengemasan Tidak ada kemasan Tidak ada kemasan khusus
7. Brand Labelling Tidak ada -
8. Penentuan Harga Produk Penentuan harga ditentukan oleh pembeli KUBK
9. Penyimpanan Di rumah Gudang pengeringan
10.Transportasi & Distribusi Diambil di rumah Diantar ke Gudang oleh petani
11. Pemasaran/promosi - -
Aktivitas Usaha Karet
26. Committed to Excellence
Key Partner Key activities
Value co-
creation
Customer
relationship
Customer
segments
Channels
Key Resources
Cost Structure
Revenue Stream
1. Kementerian/
Lembaga
(KLHK,Kementan,
Kementerian UMKM
dan
Koperasi,Kemendag,
BI)
2. Pemasok bibit dan
pupuk
3. Penyuluh
4. Kelompok
tani/gapoktan
5. Koperasi
6. Lembaga Pembiayaan
7. Penyedia jasa
angkutan/distribusi
8. Pedagang
9. LSM/NGO/Donor
(Kelompok Peduli
API)
10. Akademisi/lembaga
riset
Menghasilkan
rotan yang
berkualitas
sesuai
permintaan
pasar, baik dari
bentuk, ukuran
dan warna
dengan harga
yang kompetitif.
1. Jaminan kualitas dan
kontinuitas
2. Adanya kemitraan
dengan industri
pengolahan (misal
kemitraan penjualan,
sharing factor produksi
dan transfer teknologi)
3. Adanya
kontrak/komitmen
tertulis diantara dua
pihak
4. Kemudahan metode
pembayaran
5. Komunikasi yang baik
dan tindak lanjut
pengaduan
1. Biaya budidaya (pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pasca
panen)
2. Biaya modal (pokok cicilan dan biaya bunga)
3. Biaya penyuluhan, pelatihan dan R&D
1. Tenaga kerja yang terampil
2. Modal finansial dan asset (termasuk lahan)
3. Bibit/benih unggul
4. Pupuk dan obat-obatan
5. Infrastruktur yang teknologi informasi digital
6. Sarana-prasarana pendukung untuk telekomunikasi dan
transportasi
1. Penjualan rotan stik
2. Penjualan tongkat rotan
3. Penjualan bahan kerajinan rotan untuk
tikar, tas, topi, souvenir dll
1. Penggunaan media sosial
dan teknologi digital
(WA,line,IG, FB,
marketplace, website)
2. Pemasaran kolektif
melalui Poktan, Gapoktan
dan Koperasi
3. Pameran
1. Perencanaan tanam (lokasi/blok lahan, pola tanam, waktu tanam, waktu
panen untuk menjamin kontinuitas teknologi dan budidaya)
2. Perencanaan pembiayaan, penyuluhan dan pelatihan
3. Pengelolaan keuangan (pembayaran upah kerja, input lain, panen,
trasportasi, pembayaran kredit) .
4. Pembibitan (perkecambahan dan penyapihan)
5. Penanaman dan penyulaman
6. Pemeliharaan (penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama dan
penyakit tanaman)
1. Pedagang
lokal/pengepul
2. Pedagang
antar pulau
3. UMKM dan
Industri
pengolahan
Titik Kritis Model Bisnis Kanvas Usahatani Rotan
27. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
0 1 2 3
A Arus Masuk
Pendapatan 240.000.000 240.000.000 240.000.000
Investasi 95.225.000 - 1.000.000
Arus Masuk Untuk Menghitung IRR 240.000.000 241.000.000 240.000.000
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 95.225.000 - 1.000.000
2. Total Biaya (VC + FC) 186.120.000 186.120.000 186.545.000
Total Arus Keluar 95.225.000 186.120.000 187.120.000 186.545.000
Arus Keluar Untuk Menghitung IRR 95.225.000 186.120.000 187.120.000 186.545.000
C Arus Bersih (NCF) - 53.880.000 53.880.000 53.455.000
D CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR (95.225.000) 53.880.000 53.880.000 53.455.000
Cummulative Cash Flow (95.225.000) (41.345.000) 12.535.000 65.990.000
Discount Factor (6%) 1,0000 0,9434 0,8900 0,8396
Present Value (95.225.000) 50.830.189 47.953.008 44.881.849
E Cummulative Present Value (95.225.000) (44.394.811) 3.558.197 48.440.046
F Indikator Kelayakan Bisnis Nilai
NPV (6%) 48.440.046Rp
IRR 31,81%
Net B/C 2
PBP (tahun) 2 tahun
Tahun
No Uraian
Valuasi Bisnis
Usahatani Rotan
Basis data kondisi
saat ini hanya
menambahkan
unsur pemeliharaan
dan pemupukan
30. Committed to Excellence
Key Partner Key activities
Value co-
creation
Customer
relationship
Customer
segments
Channels
Key Resources
Cost Structure
Revenue Stream
1. Kementerian/ Lembaga
(KLHK, Kementan,
Kemenperin,
Kementerian UMKM
dan
Koperasi,Kemendag)
2. Kelompok pengrajin
3. Koperasi
4. Lembaga Pembiayaan
5. Penyedia jasa
angkutan/distribusi
6. Reseller
7. Importir
8. Eksportir
9. LSM/NGO/Donor
10. Akademisi/lembaga
riset/lembaga diklat
11. BSN
12. Kurator
13. Lembaga sertifikasi
internasional
1. Menghasilkan
olahan rotan
produk
masyarakat lokal
yang unik,
berkualitas
sesuai trend
pasar, baik dari
bentuk, ukuran,
motif, desain,
warna dan
kekuatan
dengan harga
yang kompetitif.
2. Bahan baku
rotan dihasilkan
melalui budidaya
di lahan gambut
menjadi salah
satu kelebihan
lain yang dapat
dituangkan
dalam story
telling.
1. Jaminan kualitas dan
kontinuitas
2. Adanya kemitraan
dengan resseler,
importir, eksportir.
3. Adanya
kontrak/komitmen
tertulis diantara dua
pihak
4. Kemudahan metode
pembayaran
5. Komunikasi yang baik
dan tindak lanjut
pengaduan
1. Biaya produksi (pengadaan bahan baku dan bahan penolong, tenaga kerja langsung,
penyusutan peralatan)
2. Biaya modal (pokok cicilan dan biaya bunga)
3. Biaya distribusi
4. Biaya penyuluhan, pelatihan dan R&D
5. Biaya untuk promosi (pameran, kurasi, leaflet, katalog, website dll)
6. Biaya perawatan dan operasional gallery
1. Furniture (meja, kursi, partisi ruangan)
2. Home decoration
1. Penggunaan media sosial
dan teknologi digital
(WA,line, IG, FB,
marketplace, website)
2. Pameran lokal, nasional
dan internasional
1. Perencanaan pembiayaan dan pelatihan
2. Pengelolaan keuangan (pembayaran upah kerja, biaya input,
trasportasi, pembayaran kredit) .
3. Penyimpanan, pergudangan
4. Transportasi dan distribusi
5. Aktivitas kurasi
6. Pelatihan secara kontinyu (tentang design produk, keuangan,
pemasaran dan ekspor impor)
1. Pedagang
lokal dan
antar provinsi
2. End user
3. Reseller
4. Eksportir
5. Importir
1. Tenaga kerja yang terampil (update permintaan pasar)
2. Modal finansial dan asset (termasuk area produksi)
3. Infrastruktur teknologi informasi digital
4. Sarana-prasarana pendukung untuk telekomunikasi dan transportasi
5. Gallery/workshop/showroom
Titik Kritis Model Bisnis Kanvas Olahan Rotan
31. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
0 1 2 3
A Arus Masuk
Pendapatan 413.700.000 455.070.000 500.577.000
Investasi 35.375.000 - -
Arus Masuk Untuk Menghitung IRR 413.700.000 455.070.000 500.577.000
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 35.375.000 - -
2. Total Biaya (VC + FC) 410.841.667 433.136.667 451.656.167
Total Arus Keluar 35.375.000 410.841.667 433.136.667 451.656.167
Arus Keluar Untuk Menghitung IRR 35.375.000 410.841.667 433.136.667 451.656.167
C Arus Bersih (NCF) - 2.858.333 21.933.333 48.920.833
D CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR (35.375.000) 2.858.333 21.933.333 48.920.833
Cummulative Cash Flow (35.375.000) (32.516.667) (10.583.333) 38.337.500
Discount Factor (6%) 1,0000 0,9434 0,8900 0,8396
Present Value (35.375.000) 2.696.541 19.520.589 41.074.875
E Cummulative Present Value (35.375.000) (32.678.459) (13.157.871) 27.917.004
F Indikator Kelayakan Bisnis Nilai
NPV (6%) 27.917.004Rp
IRR 32,95%
Net B/C 2
PBP (tahun) 2 tahun
Tahun
No Uraian
Valuasi Bisnis
Olahan Rotan
32. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
RANTAI PEMASARAN ROTAN MENTAH DAN OLAHAN
Petani Rotan
Pengrajin/pengolah rotan dalam
desa/kec (Rotan yang sudah
dibersihkan)
Pedagang Pengepul Tingkat
Kabupaten
(rotan batangan yang tidak
dibersihkan)
5 %
95 %
I : Petani rotan → pengrajin/pengolah rotan
II : Petani rotan → pedagang pengepul tingkat kabupaten
ngumpul desa/kelompok rotan → konsumen akhir
Pengrajin/pengolah
Rotan dalam desa/kec
Reseller ; toko souvenir
Banjarmasin, Palangkaraya, Bali,
Surabaya, Makasar
Produk : Tikar, tas, dompet, souvenir, home
décor dll
25 %
15 % 2,5 %22,5 %
60 %
Konsumen Akhir :
RT/Perkantoran/Turis
asing
Pengepul desa /
Kelompok Rotan I : Pengrajin/pengolah rotan → pengumpul desa/kelompok
rotan → reseller/toko souvenir → konsumen akhir
II : Pengrajin/pengolah rotan → pengumpul desa/kelompok
rotan → konsumen akhir
III : Pengrajin/pengolah rotan → reseller/toko souvenir →
konsumen akhir
IV : Pengrajin/pengolah rotan → konsumen akhir.
36. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
Sumber : Kajian BI dan PKHT IPB
Key Partner Key Activities Value Proposition Customer Relationship Customer segments
1. Supplier benih cabai rawit
2. Peternak dan supplier pupuk organik
3. Kelompok tani/gapoktan//asosiasi
Champion cabe
4. Akademisi /lembaga riset(seperti
IPB dan Balitbang)
5. Lembaga Pembiayaan
6. Pemerintah Pusat
(Kementerian/Lembaga)
7. Pemerintah Daerah
8. Penyuluh
9. Pengepul
10. Rumah Tangga
11. Retail Modern
12. Restoran dan Hotel
13. UMKM
14. Industri Besar
15. Eksportir
1.Perencanaan pembiayaan, penyuluhan dan pelatihan
2. Pelaksanaan tanam sesuai SOP budidaya dan GAP: persiapan lahan, pengairan,
penyediaan benih unggul, penyemaian, pemulsaan, penanaman, pemasangan ajir,
pemupukan, pengairan, perempelan, pengendalian OPT, penyiraman)
3. Pemanenan dan pasca panen (grading, standariasi, packing, packaging, branding,
labelling, pricing, penentuan pembeli)
4.Pemasaran, promosi penjualan
5. Pengelolaan keuangan (pembayaran upah kerja, input lain, panen, transportasi,
dan pembayaran kredit)
1.produk cabai rawit sehat
dan berkualitas (bentuk,
ukuran, warna, dan tingkat
kepedasan)
2.Daya simpan cabai rawit
yang tahan lama
3.Cabai rawit yang
dihasilkan melalui
budidaya di lahan gambut
menjadi salah satu
kelebihan lain yang dapat
dituangkan dalam story
telling.
1. Adanya supervisi kualitas
2. Adanya kontrak harga tertulis
dengan customer seperti industri
pengolah, pedagang besar, dan
retail modern
3. Kemitraan penjualan kepada
lembaga pemasaran sepanjang
supply chain secara kontinyu baik
offline maupun online.
4. Sistem pembayaran fleksibel
5. Bebas biaya pengiriman
6. Kemitraan dari Industri besar ke
petani berupa sharing faktor
produksi dan transfer teknologi
1. Segmen rumah tangga.
2. Segmen industri pengolah
(UMKM dan industri
besar)
3. Segmen restoran
4. Segmen retail modern
5. Pengepul/ pedagang daerah
6.Pedagang antar pulau
Key Resources channels
1. Benih unggul cabai rawit
2. Pasca panen
3. Teknologi informasi
4. Modal
5. Sarana jalan dan infrastruktur
6. Gudang
1.Pelibatan TTI (Toko Tani Indonesia)
dan Ditjen Hortikultura sebagai
sarana promosi
2.Internet dan media sosial
3.Pelibatan Champion cabai untuk
media pemasaran
4.Pelibatan Gapoktan dalam
pemasaran kolektif
5. Kemitraan pemasaran sepanjang
supply chain dengan industri
pengolah, retail modern, dan
pedagang besar/eksportir
6.E-commerce: menghubungkan petani
dengan pembeli seperti industri,
konsumen akhir, eksportir
7.Pameran (Misal : Kalteng Quality
Expo)
Cost Structure Revenue Stream
1. Biaya produksi (pengadaan bahan baku dan bahan penolong, tenaga kerja langsung, penyusutan peralatan)
2. Biaya modal (pokok cicilan dan biaya bunga)
3. Biaya penyuluhan, pelatihan dan R&D
4. Biaya perawatan dan operasional gudang
1. penjualan produk cabai rawit
TITIK KRITIS MODEL BISNIS KANVAS USAHATANI CABAI RAWIT
37. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
0 1 2 3
A Arus Masuk
Pendapatan 126.000.000 126.000.000 126.000.000
Investasi 143.620.000 - -
Arus Masuk Untuk Menghitung IRR 126.000.000 126.000.000 126.000.000
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 143.620.000 - -
2. Total Biaya (VC + FC) 36.884.717 36.284.717 36.284.717
Total Arus Keluar 143.620.000 36.884.717 36.284.717 36.284.717
Arus Keluar Untuk Menghitung IRR 143.620.000 36.884.717 36.284.717 36.284.717
C Arus Bersih (NCF) - 89.115.283 89.715.283 89.715.283
D CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR (143.620.000) 89.115.283 89.715.283 89.715.283
Cummulative Cash Flow (143.620.000) (54.504.717) 35.210.567 124.925.850
Discount Factor (6%) 1,0000 0,9434 0,8900 0,8396
Present Value (143.620.000) 84.071.022 79.846.283 75.326.682
E Cummulative Present Value (143.620.000) (59.548.978) 20.297.305 95.623.987
F Indikator Kelayakan Bisnis Nilai
NPV (6%) 95.623.987Rp
IRR 39,18%
Net B/C 1,7
PBP (tahun) 2 tahun
Tahun
No Uraian
Valuasi Bisnis Cabe
Rawit (80% budidaya)
38. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
Rantai pemasaran cabai rawit
(hortikultura):
I : Petani → pedagang pengepul
desa/kecamatan/kabupaten/provinsi
→ pedagang pasar tradisional →
pedagang pengecer→ konsumen
akhir
II : Petani → pedagang pengumpul
desa/kecamatan/kabupaten/provinsi
→ pedagang pengecer →
konsumen akhir
III : Petani → pedagang pengumpul
desa/kecamatan/kabupaten/provinsi
→ konsumen akhir
IV : Petani →pedagang pasar
tradisional → pedagang
pengecer→ konsumen akhir
V : Petani → pedagang pengecer→
konsumen akhir
VI : Petani → konsumen akhir
Petani Pedagang pengepul*
(desa/kecamatan/kabupaten/
provinsi)
Pedagang pengecer
Konsumen Akhir (Rumah
Tangga / Rumah Makan)
Pedagang Pasar
Tradisional
*) Pedagang pengepul :
Pulang Pisau, Palangkaraya,
Banjarmasin, Pangkalan Bun,
Kapuas
Rantai Pemasaran Cabai Rawit (Komoditas Hortikultura)
42. Committed to Excellence
Key Partner Key Activities value proposition customer relationship Customer segments
1. Supplier benih /bibit ikan
2. Supplier pakan
3. Kelompok tani
ikan/gapoktan/asosiasi petani ikan
4. Akademis/lembaga riset(seperti IPB
dan Balitbang)
5. Lembaga Pembiayaan
6. Pemerintah Pusat
(Kementerian/Lembaga)
7. Pemerintah Daerah
8. Penyuluh
9. Pengepul
10. Rumah Tangga
11. Retail Modern
12. Restoran dan Hotel
13. UMKM
14. Industri Besar
1. Perencanaan kolam budidaya (lokasi, pola budidaya, waktu budidaya, waktu
panen, perencanaan blok kolam budidaya, teknologi, teknik budidaya)
2. Perencanaan pembiayaan, penyuluhan dan pelatihan
3. Pemanenan dan pasca panen (grading, standariasi, packing, packaging, branding,
labelling, pricing, penentuan pembeli)
4. Penyimpanan, pergudangan, transportasi, distribusi
5. Pemasaran, promosi penjualan
6. Pengelolaan keuangan (pembayaran upah kerja, input lain, panen, transportasi,
dan pembayaran kredit)
1. Ikan segar, sehat,
bernutrisi tinggi dan
berkualitas (ukuran,
warna dan tekstur)
yang diinginkan pasar
2. Penanganan pasca
panen ikan yang baik
3. Ikan yang dihasilkan
melalui budidaya di
lahan gambut menjadi
salah satu kelebihan
lain yang dapat
dituangkan dalam story
telling.
1. Adanya supervisi kualitas
2. Adanya kontrak harga tertulis
dengan customer seperti industri
pengolah, pedagang besar, dan
retail modern
3. Kemitraan penjualan kepada
lembaga pemasaran sepanjang
supply chain secara kontinyu baik
offline maupun online.
4. Sistem pembayaran fleksibel
5. Bebas biaya pengiriman
6. Kemitraan dari Industri besar ke
petani berupa sharing faktor
produksi dan transfer teknologi
.
1. Segmen industri pengolah
(UMKM dan industri
besar)
2. Segmen restoran
3. Segmen retail modern
4. Eksportir
Key Resources Channels
1. Ketersediaan sumber air dan kesesuaian lahan
2. Benih/bibit unggul ikan
3. Pakan
4. Teknologi informasi
5. Modal
6. Gudang
1.Pelibatan TTI (Toko Tani Indonesia)
sebagai sarana promosi
2.Internet dan media sosial
3.Pelibatan Gapoktan dalam pemasaran
kolektif
4. Kemitraan pemasaran sepanjang
supply chain dengan industri
pengolah, retail modern, dan
pedagang besar/eksportir
5.E-commerce: menghubungkan petani
dengan pembeli seperti industri,
konsumen akhir, eksportir
6.Pameran (Misal : Kalteng Quality
Expo)
Cost Structure Revenue Stream
1. Biaya modal (pokok cicilan dan biaya bunga)
2. Biaya distribusi
3. Biaya penyuluhan, pelatihan dan R&D
4. Biaya perawatan dan operasional gudang
1. Penjualan produk ikan patin
Titik Kritis Model Bisnis Kanvas Usaha Budidaya Ikan Patin Siam
43. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
0 1 2 3 4 5
A Arus Masuk
Pendapatan 38.750.000 38.750.000 38.750.000 38.750.000 38.750.000
Investasi 45.970.000 3.590.000 970.000 350.000 770.000 0
Salvage value 794.000 0 0 0 1.290.667
Arus Masuk Untuk Menghitung IRR 43.134.000 39.720.000 39.100.000 39.520.000 40.040.667
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 45.970.000 3.590.000 970.000 350.000 770.000 0
2. Biaya Operasional 20.226.000 20.226.000 20.226.000 20.226.000 20.226.000
2. Biaya penyusutan 1.230.667 1.230.667 1.230.667 1.230.667 1.230.667
Arus Keluar Untuk Menghitung IRR 45.970.000 25.046.667 22.426.667 21.806.667 22.226.667 21.456.667
C Arus Bersih (NCF) 0 18.087.333 17.293.333 17.293.333 17.293.333 18.584.000
D CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR -45.970.000 18.087.333 17.293.333 17.293.333 17.293.333 18.584.000
Cummulative Cash Flow (45.970.000) (27.882.667) (10.589.333) 6.704.000 23.997.333 42.581.333
Discount Factor (6%) 1,0000 0,9434 0,8900 0,8396 0,7921 0,7473
Present Value (45.970.000) 17.063.522 15.391.005 14.519.816 13.697.940 13.887.046
E Cummulative Present Value (45.970.000) (28.906.478) (13.515.473) 1.004.343 14.702.283 28.589.329
F Indikator Kelayakan Bisnis Nilai
NPV (6%) 28.589.329Rp
IRR 26,68%
Net B/C 1,62
PBP (tahun) 2,93 tahun
No Uraian
Tahun
Valuasi Bisnis
Budidaya Ikan
Patin Siam
44. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
Petani Ikan
Pedagang
Pasar
Tradisional
10 % Konsumen Akhir
(RT, Restoran)
dalam desa
80 %
Pengepul
Tingkat
Kabupaten
Konsumen
Akhir (RT,
Restoran) luar
desa
10 %
10 %
10 %
RANTAI PEMASARAN IKAN PATIN SIAM (KOMODITAS
PERIKANAN DARAT)
I : Petani Ikan → konsumen akhir RT dalam desa
II : Petani ikan → pedagang pasar tradisional dalam desa →
konsumen akhir RT dalam desa
III : Petani Ikan → pedagang pengepul kabupaten → konsumen
akhir luar desa
46. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
KERAGAAN PETERNAKAN
• Rata-rata luasan kandang : 3.174 meter persegi (range 800 – 6000 m2)
• Bangunan kandang : kayu atap rumbia/seng berada di lahan area penggunaan lainnya (APL)
• Kepemilikan lahan : milik sendiri, bagi hasil.
• Tidak dilakukan usaha kegiatan lainnya, hanya peternakan saja.
• Modal berasal dari sendiri, hanya 1 peternak yang meminjam ke perbankan.
• Peternak terikat kontrak dengan perusahaan mitra yang memberikan DOC, pakan, vaksin dan obat-obatan, petugas
lapang (2x seminggu datang) dan hasil harus dijual kembali kepada perusahan mitra.
• Aktivitas : penyiapan kandang → pemeliharaan ; pemberian pakan dan minum, obat-obatan dan vitamin, vaksin 1x,
(sekitar 2 bulan)→ pemanenen
• Peternak harus disiplin dari segi pemberian pakan, obat dan vitamin. Membersihkan tempat air secara berkala dan
bongkar sekam tepat waktu
• Kepemilikan lahan : milik sendiri, bagi hasil.
• Tidak dilakukan usaha kegiatan lainnya (misalnya memlihara ikan di bawah kandang), hanya peternakan saja
• Pemasaran dilakukan dengan menjual ke mitra sesuai kontrak dengan harga yaitu Rp. 1.200/kg dan Rp1.300/kg
• Pendapatan rata-rata per siklus dari hasil utama yaitu ayam potong sebesar Rp. 13.473.500 dengan rata-rata produksi
sebesar 11.036,25 kg
• Pendapatan dari hasil penunjang lain (kotoran hewan) sebesar Rp. 1.137.500 dengan rata-rata produksi sebesar 1.625
kilogram dan harga Rp.7.000/kg
• Dalam kondisi normal, setahun bisa dilakukan tiga kali panen
Peternak Mitra100 % Konsumen Akhir
Produk :Ayam Potong
Produk : Kotoran hewan
100 %
47. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
1. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam pengembangan bisnis ketahanan pangan: [a] tingkat
partisipasi angkatan kerja yang masih besar dilihat dari piramida penduduk muda pada usia produktif, [b]
infrastruktur jalan baik, [c] lokasi yang strategis bisa sebagai faktor pendukung dalam perluasan pasar
komoditas, dan [d] tatanan adat yang masih kental terutama dalam resolusi konflik.
2. Masyarakat masih bergantung pada sumberdaya hutan/gambut dimana masyarakat masih pergi ke hutan
untuk memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan sebagian
dijual.
3. Lembaga di tingkat provinsi, kabupaten, desa dan lembaga penunjang lainnya yang berpotensi untuk
menunjang perkembangan produk terpilih di tingkat desadiharapkan dapat mendorong aktivitas-aktivitas
di sepanjang rantai pasok. Diantara lembaga-lembaga tersebut terdapat sembilan lembaga yang
berperan sebagai key players, yaitu: (1) Dinas Pertanian Kabupaten, (2) Dinas Tanaman Pangan
Kabupaten, (3) Dinas Tanaman Pangan Provinsi, (4) Bappeda Kabupaten, (5) Dinas Tanaman Pangan
Provinsi, (6) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), (7) KUB/KUPS, (8) Dinas Perdagangan,
Koperasi, UMKM dan Kabupaten, dan (9) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten.
Dalam hal ini pengoptimalan peran KUB yang bermuara ke BUMDes juga diperlukan. BUMDes menjadi
wadah dari berbagai usaha/bisnis masyarakat di lahan gambut. BUMDes juga dapat menggandeng
Pertides (Perguruan Tinggi untuk Desa) dalam rangka mendampingi BUMDes.
KESIMPULAN
48. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
4. Pengembangan komoditas terpilih di masing-masing desa memiliki potensi yang dapat
dikembangkan secara berkelanjutan. Titik kritis pengembangan bisnis ketahanan pangan
diantaranya: [a] pengolahan lahan, ketersediaan bibit unggul, keterjangkauan harga input, [b]
peningkatan keterampilan pasca panen terutama membuat desain kerajinan rotan, [c] akses dan
jangkauan pasar yang masih belum luas, (d), kesulitan akses pada perbankan (e) kendala prosedur
ekspor, (f) kemampuan melakukan branding dan permasalahan lainnya seperti perlunya
percontohan model usahatani dalam pengembangan bisnis model yang lebih terpadu.
5. Berdasarkan valuasi bisnis, pendekatan paludikultur secara finansial masih memberikan nilai tambah
yang rendah, namun dalam jangka pendek hingga jangka panjang memberikan manfaat ekonomi
yang paling besar terkait dengan nilai jasa lingkungan.
49. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
1. Pengembangan komoditas dapat dilakukan melalui KUB/KUPS. BUMDes menjadi wadah yang mengembangkan potensi
dan usaha masyarakat desa. Melalui kerjasama KUB/KUPS dengan lembaga-lembaga yang termasuk dalam kelompok key
players, pengadaan input (misalnya benih/bibit unggul), produksi, distribusi dan pemasaran dapat dilakukan secara
terintegrasi;
2. Penguatan kelembagaan bagi kelompok yang sudah ada agar memiliki legal fomal seperti koperasi. Pembentukan usaha
yang berbadan hukum akan mempermudah pelaku usaha untuk melakukan ekspor;
3. Peningkatan peranan dari beberapa instansi teknis dalam memberikan beberapa pelatihan terkait budidaya, teknis
rekayasa budidaya di lahan gambut untuk komoditas perikanan dan hortikultura oleh peneliti dan akademisi,
pengembangan inovasi pakan ikan, peningkatan kualitas hasil kerajinan rotan (desain, motif), pelatihan pengelolaan
manajemen bisnis (keuangan, strategi pemasaran, sumberdaya manusia), pemasaran (pelatihan menggunakan whatsApp
bisnis, bergabung dengan marketplaces dan pelatihan strategi branding) dan lainnya;
4. Upaya untuk mencari alternatif sumber pembiayaan lainnya perlu menjadi perhatian mengingat kembaga keuangan
formal (perbankan) memiliki kepentingan rendah terhadap pengembangan bisnis komoditas terpilih.Alternatif
pembiayaan yang bersumber dari dana desa bisa menjadi satu pilihan disamping pendanaan yang berasal dana bergulir
yang dikelola oleh dinas yang menjadi key player;
IMPLIKASI KEBIJAKAN
50. Committed to ExcellenceCommitted to Excellence
5. Pemerintah perlu terus mendorong penerapan paludikultur, dengan tanaman dengan potensi nilai
ekonomi yang tinggi seperti rotan, jelutung, kelakai dan purun agar tetap menjaga ekosistem
pengelolaan lahan berkelanjutan
6. Fasilitasi infrastruktur internet, telekomunikasi dan moda transportasi
7. Fasilitasi pemerintah pusat/daerah untuk membangun etalase produk-produk yang diusahakan di
lahan gambut. Etalase produk lahan gambut ini menjadi media shopping window bagi turis domestik
dan asing, investor, dan pelaku bisnis luar daerah dan luar negeri yang berminat dan tertarik akan
produk yang dihasilkan oleh masyarakat yang melakukan usaha/bisnis di lahan gambut,
8. Mendorong Pemerintah Daerah maupun swasta untuk menggunakan produk komoditas berbasis
lahan gambut seperti pemberian souvenir hasil kerajinan rotan/purun dalam berbagai acara kepada
masyarakat maupun klien/nasabah bagi perusahaan swasta atau penggunaan produk kerajinan rotan
(furniture) di kantor-kantor menjadi salah satu upaya pengenalan produk dan sekaligus peningkatan
pangsa pasar produk kerajinan rotan.
51. Committed to Excellence
Hasil FGD menunjukkan bahwa BUMP belum berjalan dengan baik. Ini adalah momentum untuk mengembangkan
BUMP dalam rangka strategi membangun model bisnis ketahanan pangan yang berkelanjutan dengan tetap
mendukung pengelolaan ekosistem gambut berkelanjutan
Petani/Pembudidaya
ikan/Pengrajin rotan
KUB/KUPS
BUMDes/Perusahaan Umum Daerah/BUMP
/Badan Hukum LainnyaKUB/KUPSPetani/Pembudidaya
ikan/Pengrajin rotan