2. Adalah tari kelompok
yang merupakan
kesenian tradisional
dari Aceh.
Tarian ini cukup
berkembang di Aceh
Utara, Pidie dan
Aceh Timur.
ASAL USUL NAMA
SEUDATI
A.Syahadati / Syahadatain
Kesaksian atau Pengakuan (bahasa
Arab)
B.Seurasi Harmonis atau Kompak
3. Penciptaan Tari
Seudati
• Berawal dari desa Gigieng,
Kecamatan Simpang Tiga,
Kabupaten Pidie oleh Syeh
Tam.
• Berkembang ke desa Didoh,
Kecamatan Mutiara,
Kabupaten Pidie oleh Syeh
Ali Didoh.
• Dalam perjalanannya, tarian
ini cukup berkembang di Aceh
Utara, Pidie, dan Aceh
Timur, dan hari ini bahkan
bisa ditemui di seluruh
4. SEJARAH
Tarian ini diyakini sebagai bentuk baru dari Tari
Ratoh atau Ratoih, yang merupakan tarian yang
berkembang di daerah pesisir Aceh. Tari Ratoh
atau Ratoih biasanya dipentaskan untuk
mengawali permainan sabung ayam, serta
dalam berbagai ritus sosial lainnya, seperti
menyambut panen dan sewaktu bulan
purnama. Dalam ratoh, dapat diceritakan
berbagai hal, dari kisah sedih, gembira, nasehat,
sampai pada kisah-kisah yang membangkitkan
semangat. Setelah Islam datang, terjadi proses
akulturasi, dan menghasilkan Tari Seudati,
seperti yang kita kenal hari ini.
Tarian ini juga termasuk kategori Tribal War
Dance atau Tari Perang, yang mana syairnya
selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh
untuk bangkit dan melawan penjajahan. Oleh
sebab itu tarian ini sempat dilarang pada zaman
penjajahan Belanda, tetapi sekarang tarian ini
diperbolehkan kembali dan menjadi Kesenian
Nasional Indonesia
5. PenariBiasanya ditarikan para lelaki min. oleh 6
org/max. sebanyak banyaknya sesuai
kapasitas panggung. Tari seudati yang
ditarikan oleh wanita disebut seudati inong.
Pakem 8 orang sebagai
• 1 pemimpin yang disebut
• 1 pembantu di sebelah kiri yang disebut
• 1 pembantu di sebelah kanan yang disebut
• 1 pembantu di belakang yang
disebut
• 4 penari biasa
• 2 penyanyi sebagai pengiring tari yang
disebut aneuk syahi.
6. Iringan
Tari Seudati tidak diiringi alat musik, melainkan
hanya dengan beberapa bunyi yang berasal dari
alunan suara penyanyi atau pun syekh saat tari
berlangsung. Bunyi berasal juga dari tepukan
tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke
lantai, dan petikan jari. Gerak demi gerak
dibawakan mengikuti irama dan tempo lagu yang
dinyanyikan.
Gerakan Tari
Gerakan tari ini cukup dinamis dan lincah
dengan penuh semangat. Namun, ada beberapa
gerakan kaku yang memperlihatkan
keperkasaan dan kegagahan si penarinya.
1. Tepukan tangan ke dada dan pinggul
mengesankan kesombongan / kesatria.
2. hentakan kaki ke lantai.
3. petikan jari.
7. Busana
Busana seragam ini hanya untuk
pemain utamanya, sementara aneuk
syahi tidak harus berbusana seragam
Untuk pakaiannya sendiri terdiri
dari:
1. Tangkulok Aceh (merah)
2. celana panjang (putih)
3. kaos oblong lengan panjang
ketat (putih)
4. Ija pinggang/ kain songket
(bebas)
5. Rencong
6. Sapu tangan (merah)
7. Ija Ikat pinggang (bebas)
8. Isi Tarian
• nasihat-nasihat yang berkonotasi baik
dalam nyanyian bahasa Aceh yang jelas
dan terang
• kisah sejarah Sultan-Sultan yang cukup
terang
• kisah-kisah yang samar dimengerti karena
Bahasa Arab
• nyanyian India, Minangkabau telah
dilakukan juga
• pada masa sekarang nyanyian dan kisah-
kisah tersebut sudah diatur dengan baik.
Permainan seudati ini dipertunjukkan
pada malam hari. Yang menentukan
menang kalahnya adalahjuri dan
penonton.
9. Makna Tarian
tari Seudati dapat dipertandingkan
antara dua kelompok yang
dimainkan berganti-ganti untuk
dinilai pihak mana yang lebih
unggul. Mendorong kampung-
kampung untuk menghidupkan
kesenian ini ditempatnya.
Organisasinya sangat sederhana
diketuai oleh seorang “ABU
SAMAN” atau Peutua.
10. Fungsi Tarian
• Media dakwah agama Islam
• Media hiburan
• Menyimbolkan kekayaan budaya
Aceh
• Melambangkan Suku aceh yang
heterogen
• Media untuk menyampaikan
pesan - pesan pembangunan
kepada rakyat
11. Permainan tari Seudati
terdiri dari 5 bagian:
1. Saman (melodi)
2. Likok (gaya / tarian)
3. Kisah
4. Dhiek
5. Syahi (Irama)
13. • SESI I
• perkenalan yang diucapkan oleh aneuk syahi saja,
yaitu: Assalamualaikom bang payong le gom lon. ha la
lon ha la lon lon tamong..g..g.gg..lon tamoeng lam
seung bintang buluen le lon jak.halajak..halajak..jak
mubriee..jak mubri saleum nek buleun le lom
keu.halakeu..halakeu.keu..keu jameeeee..keu jamee
teuka syedara le lem lom ja..la ja deeh malam nyoe
sambinoe lon bi keugata.
• Fungsi aneuk syahi untuk mengiringi serta
mengimbangi dengan tempo setiap gerak dalam
rangkaian tari. Selanjutnya syeikh menyapa dengan
salam juga yang berbeda.
• Salam..salam alaikom lon ta.haaa monggg.lam
seunggg..jak mubri sahaleum keu Syair di atas diulangi
oleh kedua apeet wie dan apeet bak. Dalam sesi salam
dan perkenalan ini, delapan penari hanya
melenggokkan tubuhnya dalam gerakan gemulai, peeh
dada (tepuk dada) serta keutip (jentikan jari) yang
mengikuti gerak irama lagu secara serentak. Gerakan
rancak baru terlihat ketika memasuki babak
selanjutnya. Bila seudati tunang, maka setelah
kelompok pertama ini menyelesaikan babak pertama,
akan dilanjutkan oleh kelompok kedua dengan teknik
yang berbeda pula.
14. • SESI II
• dimulai dengan bak saman, seluruh penari utama
berdiri dengan membuat gloung (lingkaran di tengah-
tengah pentas) sambil bermufakat likok apa saja yang
akan dimainkan. Bentuk lingkaran ini menyimbolkan
bahwa masyarakat Aceh selalu mupakat
(bermusyawarah) dalam mengambil segala keputusan.
Dalam sesi likok dipertunjukkan keseragaman gerak,
kelincahan bermain dan ketangkasan yang sesuai
dengan lantunan lagu yang dinyanyikan aneuk syahi.
Seluruh penari utama akan mengikuti irama lagu yang
dinyanyikan dengan beat cepat atau lambat
tergantung dari tempo lantunan yang dibawakan oleh
aneuk syahi. Sesi selanjutnya adalah saman. Dalam
sesi ini beragam syair dan pantun saling disampaikan
dan terdengar bersahutan antara aneuk syahi dan
syeikh yang diikuti oleh semua penari.
• Unsur humor atau lawak dalam istilah seudati disebut
lanie untuk penutup sesi, sambil memperbaiki formasi
yang sebelumnya sudah tidak beraturan, setelah itu
dilanjutkan dengan Kisah. Dalam sesi ini seluruh
pemain mengambil posisi rest (istirahat sejenak),
sementara aneuk syahi melantunkan syair yang
mengisahkan kehidupan masyarakat, sejarah Aceh dan
perkembangan suatu negeri,
15. • Di babak akhir Seudati juga
dibumbui dengan Gambus,
biasanya lagu-lagu
bernafaskan Islam, bisa lagu
melayu atau arab, tidak meski
lagu Aceh.