2. 2
PENDAHULUAN
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama
kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan
kesadaran.
Gejala ini bukan disebabkan kuman secara
langsung, tetapi sebagai dampak eksotoksin
(tetanospasmin) yang dihasilkan oleh kuman
pada sinap ganglion sambungan sumsum tulang
belakang, sambungan neuro muskular dan saraf
autonom.
3. 3
DEFENISI
Tetanus adalah : penyakit infeksi yang
diakibatkan toksin kuman clostridium tetani,
bermanifestasi dengan kejang otot secara
proksimal dan di ikuti kekakuan otot seluruh
badan.
4. 4
ETIOLOGI
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk
batang, dengan sifat : basil gram positif, obligat
anaerob, menghasilkan eksotoksin dan mampu
membentuk spora.
Kuman hidup di tanah dan di dalam usus
binatang, terutama pada tanah di daerah
pertanian/peternakan.
Spora dalam lingkungan yang anaerob dapat
berubah menjadi bentuk vegetatif yang akan
menghasilkan eksotoksin.
5. 5
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian tetanus tergantung jumlah
populasi masyarakat yang tidak kebal, tingkat
pencemaran biologik lingkungan dan luka pada
kulit atau mukosa.
Tetanus pada anak tersebar diseluruh dunia,
terutama pada daerah resiko tinggi dengan
cakupan imunisasi DTP yang rendah.
Angka kejadian pada anak laki-laki lebih tinggi,
akibat perbedaan aktivitas fisiknya.
6. 6
PATOGENESIS
Tetanus terjadi karena adanya : luka tertusuk paku,
pecahan kaca dan pada bayi dapat melalui tali
pusat.
Toksin bereaksi pada myoneural junction yang
menyebabkan otot-otot menjadi mudah sekali
terangsang untuk kejang.
Toksin dari tempat luka menyebar ke motor
endplate dan aksis silinder saraf tepi, lalu ke kornu
anterior SSTL belakang dan ke SSP.
7. 7
PATOGENESIS
Hipotesis mengenai cara absorbsi dan bekerjanya
Toksin yaitu :
1. Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan
melalui aksis silindrik dibawa ke kornu
anterior SSP.
2. Toksin diabsorbsi oleh sistem limfatik, masuk
ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian
masuk ke dalam SSP.
8. 8
Gejala klinis
Gejala yang paling sering ditemukan adalah
kekakuan rahang.
Kejang pada otot-otot wajah menyebabkan
ekspresi penderita seperti menyeringai dengan
kedua alis yang terangkat.
Kekakuan atau kejang otot-otot perut, leher dan
punggung bisa menyebabkan kepala dan tumit
penderita tertarik ke belakang sedangkan
badannya melengkung ke depan.
9. 9
Gejala klinis
Menurut beratnya gejala dapat dibedakan 3
stadium :
1. Trismus ( 3 cm ) tanpa kejang tonik umum
meskipun di rangsang.
2. Trismus ( 3 cm atau lebih kecil )dengan kejang
tonik umum bila di rangsang.
3. Trismus ( 1 cm ) dengan kejang tonik umum
spontan.
10. 10
DIAGNOSIS
Pada anamnesis terdapat luka dan ketegangan
otot yang khas terutama pada rahang.
Diperlukan tambahan anamnesis :
1. Apakah ada luka tusuk
2. Apakah pernah keluar nanah dari telinga
3. Apakah ada gigi berlubang
4. Apakah pernah mendapat imunisasi DT atau TT
5. Selang waktu antara timbulnya gejala klinis
pertama (trismus ) dengan kejang yang
pertama.
11. 11
MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi berkisar 5-14 hari. Makin lama
masa inkubasi, gejala yang timbul makin
ringan.
Kekakuan di mulai pada otot setempat atau
trismus, lalu ke seluruh tubuh tanpa gangguan
kesadaran.
Kekakuan tetanus sangat khas yaitu :
1. Fleksi kedua lengan
2. Ektensi kedua kaki
3. Tubuh kaku melengkung seperti busur
14. 14
KOMPLIKASI
o Spasme otot faring terkumpulnya air liur
didalam rongga mulut aspirasi
pneumonia aspirasi
o Asfiksia
o Atelektasis karena obstruksi sekret
o Fraktur kompresi
15. 15
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri dari :
1. Pengobatan umum yaitu mencukupi kebutuhan
cairan dan nutrisi, menjaga kelancaran jalan
nafas, oksigenasi, mengatasi kejang, dan
perawatan luka.
2. Pengobatan khusus yaitu pemberian antibiotik,
serum anti tetanus dan anti konvulsan.
16. 16
PENGOBATAN
a. Antibiotik
-Penisilin prokain 50.000 IU/kg/kali IM tiap 12
jam
-Ampisillin 150 mg/kg/hari IV dibagi 4 dosis
-Metronidazol loading dose 15 mg/kg/jam,
selanjutnya 7,5 mg/kg/6 jam
-Eritromisin 40-50 mg/kg/hari P.O dibagi 4 dosis
-Cefotaksim 50-100 mg/kg dibagi 3 dosis
Bila ada sepsis atau pneumonia dapat
ditambahkan sefalosporin
17. 17
PENGOBATAN
b. Serum anti tetanus
-Anti tetanus serum (ATS) 50.000-100.000 IU, setengah
dosis diberikan IM dan setengah dosis diberikan IV.
-Bila tersedia dapat diberikan human tetanus
immunoglobulin (HTIG) 3000-6000 IU IM.
c. Anti konvulsan
-Diazepam 0,1-0,3 mg/kg/kali IV tiap 2-4 jam.
-Dalam keadaan berat : diazepam drip 20 mg/kg/hari, di
ICU.
-Dosis pemeliharaan 8 mg/kg/hari oral, dibagi 6-8 dosis.
18. 18
PROGNOSIS
Ditentukan oleh :
Masa inkubasi
Makin pendek masa inkubasi, makin buruk
prognosis.
Period of onset
Jenis luka
Keadaan status imunitas pasien.
19. 19
PENCEGAHAN
Untuk pencegahan perlu dilakukan :
a) Pencegahan pada luka
-Luka dibersihkan, jaringan nekrotik dibuang.
-Luka ringan dan bersih :
-Imunisasi lengkap : tidak perlu ATS
-Imunisasi tidak lengkap : imunisasi aktif
DPT/DT.
-Luka sedang/berat/kotor
-Imunisasi (-) : ATS 3000-5000 U IV, tetanus
immunoglobulin 250-500 U. Toksoid tetanus
pada sisi lain
20. 20
PENCEGAHAN
-Imunisasi (+), lamanya sudah 5 tahun :
ulangan toksoid, ATS 3000-5000 U, IV,
tetanus immunoglobulin 250-500.
b) Imunisasi aktif
Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali sejak usia
2 bulan dengan interval 4-6 minggu, ulangan
pada umur 18 bulan dan 5 tahun.