Publicité
Publicité

Contenu connexe

Publicité

PENGGUNAAN PETA KUMAN.pptx

  1. PENGGUNAAN PETA KUMAN UNTUK MEMPERTAJAM TARGET TERAPI ANTIBIOTIKA DI RUMAH SAKIT Yulistiani Instalasi Farmasi RS Universitas Airlangga Fakultas Farmasi Universitas Airlangga WORKSHOP PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIBIOTIKA Sidoarjo, 22 Mei 2022 PC IAI Sidoarjo – Kala XT
  2. PENDAHULUAN • Resistensi antimikroba (AMR) - ancaman kesehatan dan pembangunan global - perlu tindakan/upaya multisektoral untuk mengatasinya • WHO - AMR adalah salah satu dari 10 besar ancaman kesehatan masyarakat global yang dihadapi umat manusia • Penyalahgunaan dan penggunaan antimikroba yang berlebihan - pendorong utama dalam pengembangan patogen yang resistan terhadap obat • Kurangnya air bersih dan sanitasi serta pencegahan dan pengendalian infeksi yang tidak memadai mendorong penyebaran mikroba, beberapa di antaranya dapat resisten terhadap pengobatan antimikroba. • Biaya AMR bagi perekonomian adalah signifikan - ↑ kematian dan kecacatan, penyakit yang berkepanjangan - masa rawat inap yang lebih lama, kebutuhan obat yang semakin banyak- berdampak pada biaya kesehatan ↑ • Tanpa antimikroba yang efektif, keberhasilan pengobatan modern dalam mengobati infeksi, termasuk selama operasi besar dan kemoterapi kanker, akan berisiko tinggi Peta kuman/antibiogram merupakan salah satu alat penting untuk memerangi organisme resisten antibiotika
  3. ANTIMICROBIAL SUSCEPTIBILITY/SENSITIVITY TESTING • Menentukan apakah antibiotika tertentu dapat efektif terhadap isolat bakteri yang diuji - di laboratorium mikrobiologi • S = susceptible/sensitive = terbukti melawan bakteri • R = resistant =tidak bekerja melawan bakteri • I = S-DD = intermediate – susceptible/sensitive dose dependent = hasil uji sensitivitas berada diantara “S” dan “R”
  4. ANTIMICROBIAL SUSCEPTIBILITY/SENSITIVITY TESTING VS MIC (MINIMUM INHIBITORY CONCENTRATION) • MIC = kadar hambat minimal (KHM) – kadar antibiotika paling rendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri • Contoh : pengujian pada konsentrasi obat 1, 2, 4 dan 8 mcg/mL  Pertumbuhan (-) MIC ditetapkan <1 mcg/mL  Pertumbuhan (+) pada 1 mcg/mL, tetapi tidak pada 2 mcg/mL KHM dapat diberi label sebagai 2 mcg/mL  Pertumbuhan pada semua konsentrasi yang diuji MIC dapat diberi label >8 mcg/mL • Rekomendasi breakpoint CSLI (The Clinical & Laboratory Standards Institute) -NCSL EUCAST (European Committee on Antimicrobial Susceptibility Testing) dll
  5. MANFAAT PETA KUMAN/ ANTIBIOGRAM 1. Mengidentifikasi patogen/bakteri resisten 2. Menelusuri tren/kecenderungan resistensi antibiotika lokal 3. Membantu pemilihan terapi antibiotika empiris yang bijak & tepat Antibiograms are an important tool in the fight against antibiotic-resistant organisms
  6. APA KENDALA DI LAPANGAN ~ PETA KUMAN ?? 1. Tidak semua rumah sakit memiliki peta kuman/antibiogram Problema : sarana – pembuatannya kompleks/rumit & kalau sudah ada membutuhkan pembaharuan yang kontinu (saran per tahun) Saran : • Buat antibiogram skala kecil berbasis komunitas yang beresiko tinggi (per-unit/KSM/IRNA/Poli/departemen/dll) • Kerjasama dengan departemen kesehatan masyarakat – studi/riset/penelitian
  7. 2. Peta kuman dapat bervariasi secara signifikan antar rumah sakit Problema : tidak dapat mengambil data peta kuman dari satu sakit dan menerapkannya ke rumah sakit lain. Alasan : • Perbedaan layanan populasi pasien tertentu – kompleksitas penyakit – terapi obat khususnya penggunaan antibiotika – jenis & durasi pemakaian, dll berpengaruh pada tingkat resistensi Jika ingin mengetahui pola resistensi antibiotika RS data diperoleh dari RS itu sendiri
  8. 3. Pembuatan peta kuman/antibiogram tidak mudah dibuat dan metodologinya dapat bervariasi antar rumah sakit Saran :  Gunakan pedoman standard : CLSI - M39-A atau lainnya - untuk membantu menjawab pertanyaan seperti: Apakah data kultur surveilans dimasukkan dalam antibiogram? Apakah beberapa kultur dari pasien yang sama untuk organisme yang sama dimasukkan dalam antibiogram? Berapa banyak isolat yang diperlukan untuk membuat data cukup valid untuk memasukkan organisme dalam antibiogram? Seberapa sering antibiogram harus dibuat? Antibiotik dan bakteri mana yang harus dilaporkan dalam antibiogram?
  9. 2021 AWaRe classification (WHO) - classification of antibiotics for evaluation and monitoring of use Access Watch Reserve
  10. Contoh Kasus 1 • Seorang laki-laki 75 tahun datang ke IGD dengan keluhan utama cedera pergelangan kaki dan ulkus kaki yang tidak sembuh-sembuh akibat kecelakaan 2 bulan y.l • Riwayat penyakit : DM (11 th) tidak terkontrol • Anamnesa : terapi obat (-) untuk luka yang tidak sembuh2 • Dx : ulkus neuro-iskemik dengan komplikasi infeksi (sepsis)dan osteomielitis • Hb 8,6 mg/dL (N 11,0–16,5 mg/dL), hematokrit 25,7% (N 42–54%) dan leukosit 22.500/mm3 (N 3.500– 10.000/mm3), granulosit 83,6% (N 43,0–76,0%), neutrofil tersegmentasi 80% (N 54–62%/2.700– 6.200/mm3), dan 1% eosinofil (N 2–5%/100–500/mm3) • GDA 355 mg/dL
  11. • Tx : meropenem IV (500 mg/12 jam) dan vankomisin IV (1 g/12 jam) - tx empiris 9 hari – px sepsis • H-9 debridemen luka dengan cairan PZ dan pengambilan spesimen luka untuk kultur bakteri • Analisis mikrobiologi : infeksi polimikrobial - Staphylococcus aureus yang resisten terhadap oksasilin, Acinetobacter baumannii dan Acinetobacter iwoffii diklasifikasikan sebagai resisten multi-obat • Saran : amputasi ekstremitas bawah Apa pendapat Sdr terkait kasus di atas?
  12. Pembahasan • DM tidak terkontrol – komplikasi kronis – infeksi pada kaki • Ulkus diabetik - Klasifikasi Wagner - dalam studi kasus ini diklasifikasikan menjadi 5, ditandai : adanya gangren luas pada kaki, dengan jaringan nekrotik dan infeksi jaringan lunak • Staphylococcus aureus resisten terhadap oksasilin menyebar di antara populasi lokal dan di luar kelompok risiko • Identifikasi dua spesies genus Acinetobacter (Acinetobacter baumannii dan Acinetobacter iwoffii), keduanya menunjukkan pola fenotipik resistensi terhadap semua kelas yang diuji • Acinetobacter iwoffii - kuman komensalis dan ada dalam mikrobiota kulit normal di sekitar 25% dari individu yang sehat •
  13. • Acinetobacter baumannii – spesies genus yang paling sering dikaitkan dengan infeksi nosokomial dan jarang ditemukan pada mikrobiota kulit manusia – potensi patogen dari spesies bakteri ini adalah karena berbagai faktor virulensi yang memungkinkan bertahan hidup di lingkungan rumah sakit serta kemampuan untuk menyebabkan penyakit, terutama pada pasien kondisi lemah • Px menerima terapi empiris dengan antibiotika spektrum luas – dapat dikatakan antibiotika mengeliminasi spesies bakteri yang rentan (vankomisin dan meropenem), hanya menyisakan strain resisten pada jaringan yang rusak • Pembentukan peran biofilm oleh bakteri pada luka kronis umum atau luka yang sulit disembuhkan dengan terapi • Biofilm mewakili komunitas sel mikroba yang melekat pada permukaan dan satu sama lain dan tertanam dalam matriks dan zat polimer ekstraseluler. Zat polimer ini diproduksi oleh mikroorganisme untuk meningkatkan peluang bertahan hidup di lingkungan tertentu – pertukaran informasi genetik
  14. Contoh Kasus 2 Profil pasien Nama / Umur Tn.M / 61 thn No. RM 16xxx BB / TB 55kg MRS - KRS 9/11/2021 Diagnosa ADHF + Peningkatan transaminase + AKI dd ACKD + Hiperkalemi + Gagal nafas + Susp. Covid + NSTEMI Very Hight Risk Riwayat Medik Sesak sejak 2 minggu SMRS, memberat hari ini. Batuk hari ini. Nyeri dada (-), berdebar (+), lebih nyaman posisi duduk. Demam (-) Riwayat Penyakit HT dan DM disangkal – tidak pernah diperiksa Riwayat Obat - Alasan dirawat Pasien sesak
  15. 09/11/2021 10/11/2021 /11/2021 Pasien pindah ke ICU  swab negatif Pasien masuk IGD dengan keluhan sesak Pasien masuk ICCUICU Kronologi
  16. Tgl Diagnosa 10/11 • Anestesi  Susp Covid 19 + ADHF + AKI dd ACKD + Gagal Nafas tipe 1 + Hiperkalemia + Peningkatan Transaminase • Kardio  NSTEMI Very Hight Risk +ADHF Profil Fonester wet n warm + Cardiomegali pro evaluasi + Peningkatan transaminase + AKI dd ACKD ( egtr 37 ml/min) + Hiperkalemia (5.2) + Asidosis metabolik terkompensasi sebagian + Gagal napas tipe 1 11/11 • Anestesi  ADHF + AKI dd ACKD + Gagal Napas Tipe 1 • Kardio  Obs Hipotensi dd syok kardiogenik + NSTEMI Very Hight Risk + ADHF + Cardiomegali pro evaluasi + Peningkatan Transaminase + AKI dd ACKD + Peningkatan transaminase + AKI dd ACKD + Susp Pneumonia + Asidosis metabolik tekompensasi sebagian + Gagal Napas tipe I 12/11 • Kardio  Hipotensi dd syok kardiogenik + NSTEMI Very Hight Risk + ADHF + Cardiomegali pro evaluasi + Peningkatan Transaminase + AKI dd ACKD + Peningkatan transaminase + AKI dd ACKD + Susp Pneumonia + Asidosis metabolik tekompensasi sebagian + Gagal Napas tipe 1 13/11 • Anestesi : NSTEMI + ADHF + cardiomegaly + peningkatan transaminase + AKI dd ACKD + gagal nafas tipe 1 14/11 • Anestesi : NSTEMI + ADHF + AKI dd ACKD + Gagal Napas tipe I • Kardio : Syok Kardiogenik + Sepsis + NSTEMI Very Hight Risk + PVC ?? + AKI dd ACKD + Susp Pneumonia+ Asidosis Metabolik terkompensasi + Gagal Napas tipe 1 membaik + ADHF + Hiponatremia membaik (12,5) 15/11 • Anestesi : NSTEMI + ADHF + AKI dd ACKD + Gagal Napas tipe 1 • Kardio : Syok Kardiogenik + Sepsis + Gagal Napas tipe 1 + NSTEMI Very Hight Risk + ADHF + Pneumonia + AKI dd ACKD + 16/11 • Kardio : Syok Kardiogenik + sepsis + ADHF membaik + ICM?+ Multiple PAC + AKI dd ACKD + Pneumoni
  17. Tgl Diagnosa 24/11 • Anestesi: Syok kardiogenik + AKI dd ACKD + Pneumonia + ARDS • Kardio : syok sepsis + pneumonia + ICM + acute liver injury + AKI dd ACKD • IPD: Pneumonia + sepsis + AKI dd ACKD • Pulmo: HAP 25/11 • Anestesi : syok kardiogenik+AKI dd ACKD + pneumonia + ARDS • Kardio: syok sepsis + ICM + gagal napas on ventilator + acute liver injury + AKI dd ACKD + pneumonia • Pulmo : HAP • IPD: HAP + Sepsis + AKI dd ACKD 26/11 • Anestesi : Syok kardiogenik + AKI dd ACKD + pneumonia + ARDS • Kardio : sepsis modr? + pneumonia+ ICM + acute liver injury + ACKD • Pulmo: HAP • IPD: HAP+sepsis+AKI dd ACKD 27/11 • Anestesi : gagal napas + AKI dd ACKD + pneumonia + ARDS • Kardio : syok sepsis + sepsis modr + ICM (Ischemic cardiomyopathy) + Acute liver injury + AKI dd ACKD
  18. 10/11: px mengeluh sesak dan batuk, nyeri dada (-), dengan NIV, produksi urine 104ml/2 jam (diberikan furosemide) 11/11: px mengeluh nyeri perut, diberikan pct untuk demam, urine 120ml/2jam post furosemide, px mengeluh tidak nyaman dan kembung saat pasang NIV 12/11: px tampak sesak, nyeri perut dan tidak BAB sejak masuk (4 hari)  diberikan lactulac. GDA:156 tanpa OAD 13/11: px mengeluh batuk dan nyeri perut, sesak napas, mual-muntah, urine 650ml/12 jam 15/11: px mengeluh batuk, sesak berkurang, hematuri, mual-muntah (sebelumnya sudah dapat metoclopramid) 16/11: kultur urine: enterococcus foecali, BUN dan SK tinggi, px gelisah  instruksi HD cito 17/11: px kadang tidak nyambung, kadang gelisah, demam (-), mendapatkan transfusi albumin, berdasarkan hasil BGA px diberikan nabic, GDA 190 tanpa OAD 18/11: px sesak napas, mendapatkan transfusi prc, px sudah BAB 4x lembek post lactulac 19/11: px sesak, dan mengeluh nyeri dada hilang timbul (kemungkinan karena paru preulitik) 21/11: pasien masih tampak sesak, hb 8,6 post transfusi prc; BGA post nabic  sekilas membaik 22/11: sesak, px mengeluh sakit perut, nyeri dada tembus punggung (ons dulu jika td>100 masuk isdn), pasien di intubasi (j23) 23/11: diberikan NAC untuk peningkatan OT/PT, BAB lendir kemerahan 24/11: pasien tersedasi, diberikan antibiotik meropenem&tygeciycline berdasarkan kultur 26/11: pasien sesak; sputum KOH candida albicans (tambah mycafungin) 27/11: pasien HD ke 4 tanpa UF removed
  19. tgl Kultur Hasil 14/11 Kultur urine Enterococcus aeraki 14/11 Urine kultur aerob + gram; abiotik yang sudah diberikan: ceftriaxone Enterococcus faecalis  resisten (-) intermediate (eritromycin) sensitif (ampicilin,cipro,levo,linezolide,tetracycline, vancomycin, nitrofurantoin) 15/11 Kultur sputum Pseudomonas aeruginosa 20/11 Sputum kultur aerob + gram; abiotik yang sudah diberikan : ciprofloxacin,ceftazidim Acinetobacter baumanii complex  resisten (ampiccilin, ceftazidime, ceftriazone, cefepime, meropenem, cipro, trimetropri-sulfa) intermediate (gentamicin) sensitif (tygecyclin) 23/11 Kultur sputum Acinetobacter baumanii complex
  20. Nama Obat Rute Regimen Dosis 10/11 11/11 12/11 13/11 14/11 15/11 16/11 17/11 18/11 Ciprofloxacin iv 2x200mg V V Ceftriaxone Iv 2x1 gram V V v v // Nama Obat Rute Regimen Dosis 19/11 20/11 21/11 22/11 23/11 24/11 25/11 26/11 27/11 28/11 Moxifloxacin 1x400mg v v // Ciprofloxacin iv 2x200mg v v v // Ceftazidime 3x500mg V v v v v // Meropenem 2x500mg v v v v Tygecycline 100mg v V (50 mg) v v Mycafungin 1x100mg v v
  21. S O A • Px di ICU diberikan antibiotika ceftriaxone (5hari)  tanggal 15/11 px terdiagnosa pneumonia - diberikan ciprofloxacin (antibiotik yang sensitif berdasarkan hasil kultur)pneumonia dengan hasil kultur p.aerugiosa diberikan kombinasi ciprofloxacin dengan ceftazidime  diganti moxifloxacin (diagnosa HAP)  berdasarkan hasil kultur sputum 23/11 Acinetobacter baumanii antibiotik diganti dengan yang sensitif meropenem dan tygecycline • Tanggal 26/11 berdasarkan hasil pemeriksaan sputum KOH  Candida albicans sehingga diberikan mycafungin  berdasarkan PPAB P • Periksa procalcitonin untuk melihat efek terapi antibiotika • Adjustmen dosis antibiotika berdasarkan kondisi pasien dengan ggn ginjal : meropenem 2x500mg, ciprofloxacin 2x200mg Nama Obat Rute Regimen Dosis 10/11 11/11 12/11 13/11 14/11 15/11 16/11 17/11 18/11 Ciprofloxacin iv 2x200mg v V Ceftriaxone Iv 2x1 gram V V v v / Nama Obat Rute Regimen Dosis 19/11 20/11 21/11 22/11 23/11 24/11 25/11 26/11 27/11 28/11 Moxifloxacin 1x400mg v v // Ciprofloxacin iv 2x200mg v v v // Ceftazidime 3x500mg V v v v v // Meropenem 2x500mg v v v v Tygacil 100mg v v v v Mycafungin 1x100mg v v
  22. REFERENSI • Gajic, I., et al. Antimicrobial Susceptibility Testing: A Comprehensive Review of Currently Used Methods, Antibiotics 2022, 11, 427, 1-26. • Humphries RM, et al. Minireview: CLSI methods development and standardization working group best practices for the evaluation of antimicrobial susceptibility tests. Journal of Clinical Microbiology. ePub ahead of print January 2018. • Pakyz AL. The utility of hospital antibiograms as tools for guiding empiric therapy and tracking resistance. Insights from the Society of Infectious Diseases Pharmacists. Pharmacotherapy. 2007; 27(9): 1306-1312. • Step-by-step approach for development and implementation of hospital antibiotic policy and standard treatment guidelines. World Health Organization. 2011. • WHONET software for analysis of antimicrobial susceptibility test results. • dll

Notes de l'éditeur

  1. Kombinasi meropenem & tygaceline? Clcr 31,4
  2. Moxi untuk HAP tanpa resiko mdr patogen (sementara kultur 15/11 p.aeruginosa) pemberian moxifloxacin hanya 2 hari  hasil kulur aciba  sensitif tygacicline & meropenem Pemberian ceftazidime dan ciipro dosis kurang kemungkinan perlu adjust dose u/ px ini karena ada kemungkinan ggn ginjal dari hasil lan SK dan BUN
Publicité