SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  24
Télécharger pour lire hors ligne
Politik hukum nasional Indonesia mengacu kepada visi negara yang
dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945). Dalam Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945 dinyatakan bahwa tujuan negara Indonesia yaitu untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa serta melaksanakan ketertiban dunia
demi mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Memahami Pemasyarakatan
2
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Upaya melindungi segenap bangsa Indonesia
tersebut, salah satunya diwujudkan dengan
memberi penghormatan, perlindungan, dan
pemenuhan terhadap hak setiap orang untuk
mendapat pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang
sama dihadapan hukum sebagaimana diatur dalam
Pasal 28D ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.
LESTARI MOERDIJAT
3
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Mendasarkan hal tersebut, pelaksanaan
setiap sendi kehidupan bernegara yang
berkaitan dengan penegakan hukum
termasuk di dalamnya pemasyarakatan perlu
diarahkan untuk mendukung upaya
perlindungan hak atas keadilan dari
tersangka, terdakwa dan terpidana termasuk
hak kebendaannya.
LESTARI MOERDIJAT
4
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Konsep pemasyarakatan pada awal
pembentukannya sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan sebagai perwujudan
pergeseran fungsi pemidanaan yang tidak lagi
sekedar penjeraan, melainkan juga suatu
usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial Warga
Binaan Pemasyarakatan (WBP).
LESTARI MOERDIJAT
5
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Pemasyarakatan diarahkan untuk
mengembalikan WBP sebagai warga negara
yang baik sekaligus melindungi masyarakat
terhadap kemungkinan diulanginya tindak
pidana oleh WBP, serta merupakan penerapan
dan bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila.
LESTARI MOERDIJAT
6
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Adapun yang dimaksud WBP adalah narapidana, anak
didik pemasyarakatan, dan klien pemasyarakatan. Dalam
sistem pemasyarakatan, narapidana, anak didik
pemasyarakatan, atau klien pemasyarakatan berhak
mendapat pembinaan rohani dan jasmani serta dijamin
hak-hak mereka untuk menjalankan ibadahnya,
berhubungan dengan pihak luar baik keluarga maupun
pihak lain, memperoleh informasi baik melalui media
cetak maupun elektronik, memperoleh pendidikan yang
layak dan lain sebagainya.
LESTARI MOERDIJAT
7
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Setelah 22 (dua puluh dua) tahun berlakunya
UndangUndang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, pelaksanaan pemasyarakatan telah
berkembang jauh. Pemasyarakatan yang ruang lingkup
perannya semula terbatas pada fase adjudikasi kini
berkembang sampai dengan fase pra adjudikasi dan fase
purna adjudikasi yang terwujud dalam lembaga rumah
tahanan negara (rutan), rumah penyimpanan benda sitaan
negara (rupbasan), balai pemasyarakatan (bapas) dan
lembaga pemasyarakatan (lapas).
LESTARI MOERDIJAT
8
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Pelaksanaan pemasyarakatan juga dirasa tidak
memberi jaminan kepastian hukum bagi upaya
perlindungan dan pemenuhan hak narapidana
dalam kelompok rentan. Hal ini mengindikasikan
adanya masalah dalam tata kelola
pemasyarakatan, antara lain belum optimalnya
kapasitas, sarana dan prasarana, petugas
pemasyarakatan serta lemahnya fungsi intelijen.
LESTARI MOERDIJAT
9
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Pemasyarakatan hadir tidak hanya sebagai jaminan
perlindungan bagi pribadi namun juga melingkupi
kebendaan yang melekat padanya. Namun, berbagai
perkembangan peran dimaksud dari sisi pengaturan
diatur secara terpisah sehingga belum terintegrasi.
Lapas juga menjadi sorotan publik, karena kelebihan
kapasitas (overcapacity), banyaknya kasus narapidana
melarikan diri, penembakan yang menyebabkan
tewasnya beberapa narapidana, kerusuhan dan
maraknya peredaran narkoba dalam lapas.
LESTARI MOERDIJAT
10
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan belum mengatur secara
komprehensif perkembangan kebutuhan hukum
tersebut. Dalam kaitannya dengan UUD NRI Tahun
1945, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan juga dirasa belum optimal
mendukung terwujudnya jaminan perlindungan hak
sebagaimana diatur dalam Pasal 28D UUD NRI
Tahun 1945.
LESTARI MOERDIJAT
11
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Pengaturan berbagai subsistem pemasyarakatan
yang terpisah dan belum terintegrasi dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995, pada
akhirnya berpotensi menimbulkan tumpang tindih
dan disharmonisasi antarnorma. Berbagai
kelemahan ini tentunya akan mempengaruhi
jaminan kepastian hukum bagi seluruh pihak yang
terkait dengan pemasyarakatan.
LESTARI MOERDIJAT
12
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Sistem pemasyarakatan menurut Richard
Snarr, mencakup kegiatan pada ranah
penahanan pelaku, mendampingi mantan
narapidana dalam bekerja dan
mendapatkan pendidikan di masyarakat,
hingga menyediakan pendampingan bagi
korban.
LESTARI MOERDIJAT
13
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Perkembangan sistem pemasyarakatan tidak
terlepas dari perjalanan panjang kebijakan
penegakan hukum pidana di Indonesia. Bermula
dari berlakunya Reglemen Penjara yang menjadi
titik awal sistem kepenjaraan di Indonesia dengan
segala fase historisnya, sampai kepada pidato
Sahardjo yang melahirkan lapas dan
menghapuskan praktek lembaga penjara.
LESTARI MOERDIJAT
14
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Pergeseran paradigma terhadap pemasyarakatan yang
saat ini diposisikan sebagai salah satu elemen dari
sistem peradilan pidana, pada dasarnya bekerja atas
dasar kerangka kerja yang ada dalam sistem peradilan
pidana sebagai suatu sistem yang terpadu. Kerangka
kerja sistem peradilan pidana yang dimaksud didasarkan
kepada pola hubungan sistemik dari masing-masing
subsistem sebagai suatu kesatuan hubungan yang satu
sama lain saling tergantung (interdependen).
LESTARI MOERDIJAT
15
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Konsepsi ini mengandung konsekuensi
adanya relasi antar elemen subsistem. Makna
terpadu dalam Sistem Peradilan Pidana
Terpadu (SPPT) dapat diartikan sebagai suatu
sinkronisasi dan keselarasan dalam hubungan
antara elemen penegak hukum yang menjadi
subsistem dalam sistem peradilan pidana.
LESTARI MOERDIJAT
16
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Senada dengan Snarr, Dindin Sudirman
(2007) melihat sistem pemasyarakatan
dalam pandangan yang lebih luas, yakni
sebagai satu upaya perlindungan
terhadap hak asasi manusia terhadap
para pelanggar hukum.
LESTARI MOERDIJAT
17
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
SPPT merupakan unsur hukum pidana yang sangat penting
dalam kerangka penegakan hukum pidana materil. Sistem
peradilan pidana itu sendiri merupakan suatu sistem yang
terdiri dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lapas yang
bertujuan untuk melindungi dan menjaga ketertiban
masyarakat, mengendalikan kejahatan, melakukan
penangkapan, dan penahanan terhadap narapidana pelaku
kejahatan, memberikan batasan bersalah atau tidaknya
seseorang, memidana pelaku yang bersalah dan melalui
komponen sistem secara keseluruhan dapat memberikan
perlindungan hukum terhadap hak-hak terdakwa.
LESTARI MOERDIJAT
18
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Sistem peradilan pidana sebagai suatu sistem pada
dasarnya merupakan suatu open system, dalam
pengertian sistem peradilan pidana dalam geraknya
akan selalu mengalami interface (interaksi,
interkoneksi dan interdependensi) dengan
lingkungannya, dengan peringkatperingkat
masyarakat: ekonomi, politik, pendidikan, dan
teknologi, serta subsistem-subsistem dari sistem
peradilan pidana itu sendiri.
LESTARI MOERDIJAT
19
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Menurut Barda Nawawi Arief, sistem peradilan pidana pada
hakikatnya merupakan sistem kekuasaan menegakkan hukum
pidana atau sistem kekuasaan kehakiman di bidang hukum
pidana, yang diwujudkan atau diimplementasikan dalam 4
(empat) subsistem yaitu: (1) kekuasaan ”penyidikan” oleh
badan atau lembaga penyidik; (2) kekuasaan ”penuntutan”
oleh badan atau lembaga penuntut umum; (3) kekuasaan
”mengadili dan menjatuhkan putusan atau pidana” oleh badan
pengadilan; (4) kekuasaan ”pelaksanaan putusan atau pidana”
oleh badan/aparat pelaksana atau eksekusi.
LESTARI MOERDIJAT
20
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Keempat tahap subsistem tersebut merupakan satu kesatuan
sistem penegakan hukum pidana yang integral atau sering
dikenal dengan istilah SPPT. Fungsi yang harus dijalankan
dalam penyelenggaraan SPPT, adalah: Pertama, melindungi
masyarakat melalui upaya penanganan dan pencegahan
kejahatan, merehabilitasi pelaku kejahatan, dan melakukan
upaya menghilangkan kemampuan pelaku kejahatan untuk
melakukan kejahatan lagi baik untuk sementara waktu atau
selamanya, terutama terhadap orang yang merupakan
ancaman terhadap masyarakat.
LESTARI MOERDIJAT
21
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Kedua, menegakkan dan memajukan aturan hukum dan
penghormatan pada hukum, dengan menjamin adanya
due process of law dan perlakuan yang wajar bagi
tersangka, terdakwa dan terpidana, melakukan
penuntutan dan membebaskan orang yang tidak bersalah
yang dituduh melakukan kejahatan. Ketiga, menjaga
hukum dan ketertiban. Keempat, menghukum pelaku
kejahatan sesuai dengan falsafah pemidanaan yang
dianut. Kelima, membantu dan memberi nasihat pada
korban kejahatan.
LESTARI MOERDIJAT
22
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Mengkaji pemasyarakatan sebagai lembaga
pelaksana pada dasarnya tidak dapat lepas
dari kajian sistem pemidanaan sebagai dasar
filosofis keberadaan lembaga ini. Barda
Nawawi Arief menjelaskan bahwa sistem
pemidanaan adalah suatu sistem yang
menyangkut pemberian atau penjatuhan
sanksi pidana.
LESTARI MOERDIJAT
23
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Dengan demikian dapat diartikan bahwa tahapan
pertama adalah tahapan penyusunan norma pidana
materiil sebagaimana diatur dalam KUHP, kemudian
tahap kedua pemberian pidana sebagaimana
prosesnya diatur dalam Hukum Acara Pidana (hukum
pidana formil) dan ketiga, tahap pelaksanaan pidana
oleh instansi pelaksanan yang berwenang
menjalankan pidana (hukum pelaksana pidana).
LESTARI MOERDIJAT
24
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com
Agar pemberian pidana dapat benar-benar
terwujud, sistem pidana harus direncanakan
melalui beberapa tahap yaitu: (1) tahap penetapan
pidana oleh pembuat undang-undang; (2) tahap
pemberian pidana oleh badan yang berwenang
memberikan pidana, serta: (3) tahap pelaksanaan
pidana oleh instansi pelaksana yang berwenang
menjalankan pidana.
LESTARI MOERDIJAT

Contenu connexe

Tendances

Konsep Tanggung Renteng dalam KUH Perdata (Idik Saeful Bahri)
Konsep Tanggung Renteng dalam KUH Perdata (Idik Saeful Bahri)Konsep Tanggung Renteng dalam KUH Perdata (Idik Saeful Bahri)
Konsep Tanggung Renteng dalam KUH Perdata (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
P. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korbanP. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korbanyudikrismen1
 
EMLI Training-Hukum Jaminan
EMLI Training-Hukum JaminanEMLI Training-Hukum Jaminan
EMLI Training-Hukum JaminanEMLI Indonesia
 
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukumAliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukumDian Permata Sari
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPuspa Bunga
 
Bab 6 pemberantasan korupsi di indonesia dalam lintasan sejarah
Bab 6 pemberantasan korupsi di indonesia dalam lintasan sejarahBab 6 pemberantasan korupsi di indonesia dalam lintasan sejarah
Bab 6 pemberantasan korupsi di indonesia dalam lintasan sejarahnatal kristiono
 
Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptxAmandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptxNaomiPoppyMoore
 
Uu 2001 nomor 20 perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 1999 tentang pem...
Uu 2001 nomor 20 perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 1999 tentang pem...Uu 2001 nomor 20 perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 1999 tentang pem...
Uu 2001 nomor 20 perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 1999 tentang pem...Mystic333
 
PPT Kel 5 Negara Sebagai Subyek Hukum Internasional
PPT Kel 5 Negara Sebagai Subyek Hukum InternasionalPPT Kel 5 Negara Sebagai Subyek Hukum Internasional
PPT Kel 5 Negara Sebagai Subyek Hukum Internasionaldayurikaperdana19
 
Ombudsman Republik Indonesia
Ombudsman Republik IndonesiaOmbudsman Republik Indonesia
Ombudsman Republik IndonesiaRudi Wijaya
 
Susunan negara
Susunan negaraSusunan negara
Susunan negaraMeehawk
 
Analisis Kasus Penistaan Agama
Analisis Kasus Penistaan AgamaAnalisis Kasus Penistaan Agama
Analisis Kasus Penistaan AgamaTotok Priyo Husodo
 
Perlindungan Data Pribadi di Indonesia
Perlindungan Data Pribadi di IndonesiaPerlindungan Data Pribadi di Indonesia
Perlindungan Data Pribadi di IndonesiaICT Watch
 

Tendances (20)

Konsep Tanggung Renteng dalam KUH Perdata (Idik Saeful Bahri)
Konsep Tanggung Renteng dalam KUH Perdata (Idik Saeful Bahri)Konsep Tanggung Renteng dalam KUH Perdata (Idik Saeful Bahri)
Konsep Tanggung Renteng dalam KUH Perdata (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
P. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korbanP. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korban
 
Hukum Perdata
Hukum Perdata Hukum Perdata
Hukum Perdata
 
EMLI Training-Hukum Jaminan
EMLI Training-Hukum JaminanEMLI Training-Hukum Jaminan
EMLI Training-Hukum Jaminan
 
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukumAliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power point
 
Bab 6 pemberantasan korupsi di indonesia dalam lintasan sejarah
Bab 6 pemberantasan korupsi di indonesia dalam lintasan sejarahBab 6 pemberantasan korupsi di indonesia dalam lintasan sejarah
Bab 6 pemberantasan korupsi di indonesia dalam lintasan sejarah
 
Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)
 
Legal realism ppt
Legal realism pptLegal realism ppt
Legal realism ppt
 
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptxAmandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
 
Uu 2001 nomor 20 perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 1999 tentang pem...
Uu 2001 nomor 20 perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 1999 tentang pem...Uu 2001 nomor 20 perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 1999 tentang pem...
Uu 2001 nomor 20 perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 1999 tentang pem...
 
PPT Kel 5 Negara Sebagai Subyek Hukum Internasional
PPT Kel 5 Negara Sebagai Subyek Hukum InternasionalPPT Kel 5 Negara Sebagai Subyek Hukum Internasional
PPT Kel 5 Negara Sebagai Subyek Hukum Internasional
 
Ombudsman Republik Indonesia
Ombudsman Republik IndonesiaOmbudsman Republik Indonesia
Ombudsman Republik Indonesia
 
Konstitusi dan rule of law
Konstitusi dan rule of lawKonstitusi dan rule of law
Konstitusi dan rule of law
 
Ppt sekilas hukum kontrak
Ppt sekilas hukum kontrakPpt sekilas hukum kontrak
Ppt sekilas hukum kontrak
 
Susunan negara
Susunan negaraSusunan negara
Susunan negara
 
Analisis Kasus Penistaan Agama
Analisis Kasus Penistaan AgamaAnalisis Kasus Penistaan Agama
Analisis Kasus Penistaan Agama
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
 
Perlindungan Data Pribadi di Indonesia
Perlindungan Data Pribadi di IndonesiaPerlindungan Data Pribadi di Indonesia
Perlindungan Data Pribadi di Indonesia
 

Similaire à Pemahaman Konsep Pemasyarakatan

Hak Asasi Manusia PKN kelas X SMK
Hak Asasi Manusia PKN kelas X SMKHak Asasi Manusia PKN kelas X SMK
Hak Asasi Manusia PKN kelas X SMKsahrul gunawan
 
Hakikat Pentingnya Perlindungan dan Penegakan Hukum
Hakikat Pentingnya Perlindungan dan Penegakan HukumHakikat Pentingnya Perlindungan dan Penegakan Hukum
Hakikat Pentingnya Perlindungan dan Penegakan HukumLisa Tri Setiawati
 
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 1Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 1eli priyatna laidan
 
Keterbukaandan keadilan
Keterbukaandan keadilanKeterbukaandan keadilan
Keterbukaandan keadilanNurul Syifa
 
Musni Umar: Pentingnya Pengamalan HAM dalam Pancasila
Musni Umar: Pentingnya Pengamalan HAM dalam PancasilaMusni Umar: Pentingnya Pengamalan HAM dalam Pancasila
Musni Umar: Pentingnya Pengamalan HAM dalam Pancasilamusniumar
 
Kewajiban warga negara dalam demokrasi
Kewajiban warga negara dalam demokrasiKewajiban warga negara dalam demokrasi
Kewajiban warga negara dalam demokrasiRacmat Ridho
 
Instrumen Hukum HAM Di Indonesia
Instrumen Hukum HAM Di IndonesiaInstrumen Hukum HAM Di Indonesia
Instrumen Hukum HAM Di Indonesiaaliftrigger
 
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2eli priyatna laidan
 
Upaya penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
Upaya penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban wargaUpaya penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
Upaya penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban wargaNikki kki
 
HAM ( Hak Asasi Manusia )
HAM ( Hak Asasi Manusia )HAM ( Hak Asasi Manusia )
HAM ( Hak Asasi Manusia )HelvyEffendi
 
PKN (instrumen ham)
PKN (instrumen ham)PKN (instrumen ham)
PKN (instrumen ham)sarahmaida12
 
Perlindungan dan penegakan ham
Perlindungan dan penegakan hamPerlindungan dan penegakan ham
Perlindungan dan penegakan hamrayhanf
 
RULE OF LAW HAM.pptx
RULE OF LAW HAM.pptxRULE OF LAW HAM.pptx
RULE OF LAW HAM.pptxAnakBaru5
 

Similaire à Pemahaman Konsep Pemasyarakatan (20)

Hak Asasi Manusia PKN kelas X SMK
Hak Asasi Manusia PKN kelas X SMKHak Asasi Manusia PKN kelas X SMK
Hak Asasi Manusia PKN kelas X SMK
 
Hakikat Pentingnya Perlindungan dan Penegakan Hukum
Hakikat Pentingnya Perlindungan dan Penegakan HukumHakikat Pentingnya Perlindungan dan Penegakan Hukum
Hakikat Pentingnya Perlindungan dan Penegakan Hukum
 
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 1Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 1
 
Keterbukaandan keadilan
Keterbukaandan keadilanKeterbukaandan keadilan
Keterbukaandan keadilan
 
Rpp ham b
Rpp ham bRpp ham b
Rpp ham b
 
Isi makalah santi
Isi makalah santiIsi makalah santi
Isi makalah santi
 
himpunan lengkap UU HAM
himpunan lengkap UU HAMhimpunan lengkap UU HAM
himpunan lengkap UU HAM
 
Musni Umar: Pentingnya Pengamalan HAM dalam Pancasila
Musni Umar: Pentingnya Pengamalan HAM dalam PancasilaMusni Umar: Pentingnya Pengamalan HAM dalam Pancasila
Musni Umar: Pentingnya Pengamalan HAM dalam Pancasila
 
Kewajiban warga negara dalam demokrasi
Kewajiban warga negara dalam demokrasiKewajiban warga negara dalam demokrasi
Kewajiban warga negara dalam demokrasi
 
Instrumen Hukum HAM Di Indonesia
Instrumen Hukum HAM Di IndonesiaInstrumen Hukum HAM Di Indonesia
Instrumen Hukum HAM Di Indonesia
 
Presentation1 etika
Presentation1 etikaPresentation1 etika
Presentation1 etika
 
PKN
PKNPKN
PKN
 
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2
 
Penculikan Anak - Laporan Penelit-kelompok_3_XI_IPS_1.docx
 Penculikan Anak - Laporan Penelit-kelompok_3_XI_IPS_1.docx Penculikan Anak - Laporan Penelit-kelompok_3_XI_IPS_1.docx
Penculikan Anak - Laporan Penelit-kelompok_3_XI_IPS_1.docx
 
Upaya penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
Upaya penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban wargaUpaya penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
Upaya penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
 
HAM ( Hak Asasi Manusia )
HAM ( Hak Asasi Manusia )HAM ( Hak Asasi Manusia )
HAM ( Hak Asasi Manusia )
 
PKN (instrumen ham)
PKN (instrumen ham)PKN (instrumen ham)
PKN (instrumen ham)
 
Perlindungan dan penegakan ham
Perlindungan dan penegakan hamPerlindungan dan penegakan ham
Perlindungan dan penegakan ham
 
RULE OF LAW HAM.pptx
RULE OF LAW HAM.pptxRULE OF LAW HAM.pptx
RULE OF LAW HAM.pptx
 
04 dln pitong
04 dln pitong04 dln pitong
04 dln pitong
 

Plus de Lestari Moerdijat

Meminimalkan Dampak Sosial Ekonomi Covid-19
Meminimalkan Dampak Sosial Ekonomi Covid-19Meminimalkan Dampak Sosial Ekonomi Covid-19
Meminimalkan Dampak Sosial Ekonomi Covid-19Lestari Moerdijat
 
Meminimalkan Dampak Sosial Ekonomi COVID-19
Meminimalkan Dampak Sosial Ekonomi COVID-19Meminimalkan Dampak Sosial Ekonomi COVID-19
Meminimalkan Dampak Sosial Ekonomi COVID-19Lestari Moerdijat
 
Jenis Masker dan Keberadaannya
Jenis Masker dan KeberadaannyaJenis Masker dan Keberadaannya
Jenis Masker dan KeberadaannyaLestari Moerdijat
 
3 Langkah Penting Hadapi COVID-19
3 Langkah Penting Hadapi COVID-193 Langkah Penting Hadapi COVID-19
3 Langkah Penting Hadapi COVID-19Lestari Moerdijat
 
Perbedaan Gejala Corona Dengan Pilek dan Flu
Perbedaan Gejala Corona Dengan Pilek dan FluPerbedaan Gejala Corona Dengan Pilek dan Flu
Perbedaan Gejala Corona Dengan Pilek dan FluLestari Moerdijat
 
Isolasi Diri Hadapi COVID-19
Isolasi Diri Hadapi COVID-19Isolasi Diri Hadapi COVID-19
Isolasi Diri Hadapi COVID-19Lestari Moerdijat
 
Metode Bekerja dari Rumah oleh Lestari Moerdijat
Metode Bekerja dari Rumah oleh Lestari MoerdijatMetode Bekerja dari Rumah oleh Lestari Moerdijat
Metode Bekerja dari Rumah oleh Lestari MoerdijatLestari Moerdijat
 
Memahami Wabah, Epidemi, dan Pandemi
Memahami Wabah, Epidemi, dan PandemiMemahami Wabah, Epidemi, dan Pandemi
Memahami Wabah, Epidemi, dan PandemiLestari Moerdijat
 
Epidemiologi Pernikahan Dini
Epidemiologi Pernikahan DiniEpidemiologi Pernikahan Dini
Epidemiologi Pernikahan DiniLestari Moerdijat
 
Omnibus Law dari Perspektif Anggota Badan Legislatif DPR
Omnibus Law dari Perspektif Anggota Badan Legislatif DPROmnibus Law dari Perspektif Anggota Badan Legislatif DPR
Omnibus Law dari Perspektif Anggota Badan Legislatif DPRLestari Moerdijat
 
Pencegahan Bunuh Diri di Indonesia
Pencegahan Bunuh Diri di IndonesiaPencegahan Bunuh Diri di Indonesia
Pencegahan Bunuh Diri di IndonesiaLestari Moerdijat
 
Di mana perempuan muda (di) Indonesia?
Di mana perempuan muda (di) Indonesia?Di mana perempuan muda (di) Indonesia?
Di mana perempuan muda (di) Indonesia?Lestari Moerdijat
 
Catatan Kecil Penanganan Deradikalisasi
Catatan Kecil Penanganan DeradikalisasiCatatan Kecil Penanganan Deradikalisasi
Catatan Kecil Penanganan DeradikalisasiLestari Moerdijat
 
Regulasi tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
Regulasi tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi KhususRegulasi tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
Regulasi tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi KhususLestari Moerdijat
 
Kondisi Sosial Ekonomi per Februari 2020
Kondisi Sosial Ekonomi per Februari 2020 Kondisi Sosial Ekonomi per Februari 2020
Kondisi Sosial Ekonomi per Februari 2020 Lestari Moerdijat
 

Plus de Lestari Moerdijat (20)

Meminimalkan Dampak Sosial Ekonomi Covid-19
Meminimalkan Dampak Sosial Ekonomi Covid-19Meminimalkan Dampak Sosial Ekonomi Covid-19
Meminimalkan Dampak Sosial Ekonomi Covid-19
 
Meminimalkan Dampak Sosial Ekonomi COVID-19
Meminimalkan Dampak Sosial Ekonomi COVID-19Meminimalkan Dampak Sosial Ekonomi COVID-19
Meminimalkan Dampak Sosial Ekonomi COVID-19
 
Jenis Masker dan Keberadaannya
Jenis Masker dan KeberadaannyaJenis Masker dan Keberadaannya
Jenis Masker dan Keberadaannya
 
Anti Panik Hadapi COVID-19
Anti Panik Hadapi COVID-19Anti Panik Hadapi COVID-19
Anti Panik Hadapi COVID-19
 
3 Langkah Penting Hadapi COVID-19
3 Langkah Penting Hadapi COVID-193 Langkah Penting Hadapi COVID-19
3 Langkah Penting Hadapi COVID-19
 
Perbedaan Gejala Corona Dengan Pilek dan Flu
Perbedaan Gejala Corona Dengan Pilek dan FluPerbedaan Gejala Corona Dengan Pilek dan Flu
Perbedaan Gejala Corona Dengan Pilek dan Flu
 
Isolasi Diri Hadapi COVID-19
Isolasi Diri Hadapi COVID-19Isolasi Diri Hadapi COVID-19
Isolasi Diri Hadapi COVID-19
 
Jarak Sosial dan Karantina
Jarak Sosial dan KarantinaJarak Sosial dan Karantina
Jarak Sosial dan Karantina
 
Jamu, Sabun dan Covid 19
Jamu, Sabun dan Covid 19 Jamu, Sabun dan Covid 19
Jamu, Sabun dan Covid 19
 
Metode Bekerja dari Rumah oleh Lestari Moerdijat
Metode Bekerja dari Rumah oleh Lestari MoerdijatMetode Bekerja dari Rumah oleh Lestari Moerdijat
Metode Bekerja dari Rumah oleh Lestari Moerdijat
 
Memahami Wabah, Epidemi, dan Pandemi
Memahami Wabah, Epidemi, dan PandemiMemahami Wabah, Epidemi, dan Pandemi
Memahami Wabah, Epidemi, dan Pandemi
 
Epidemiologi Pernikahan Dini
Epidemiologi Pernikahan DiniEpidemiologi Pernikahan Dini
Epidemiologi Pernikahan Dini
 
Omnibus Law dari Perspektif Anggota Badan Legislatif DPR
Omnibus Law dari Perspektif Anggota Badan Legislatif DPROmnibus Law dari Perspektif Anggota Badan Legislatif DPR
Omnibus Law dari Perspektif Anggota Badan Legislatif DPR
 
Pencegahan Bunuh Diri di Indonesia
Pencegahan Bunuh Diri di IndonesiaPencegahan Bunuh Diri di Indonesia
Pencegahan Bunuh Diri di Indonesia
 
Di mana perempuan muda (di) Indonesia?
Di mana perempuan muda (di) Indonesia?Di mana perempuan muda (di) Indonesia?
Di mana perempuan muda (di) Indonesia?
 
Menopause dan Mitos
Menopause dan MitosMenopause dan Mitos
Menopause dan Mitos
 
Catatan Kecil Penanganan Deradikalisasi
Catatan Kecil Penanganan DeradikalisasiCatatan Kecil Penanganan Deradikalisasi
Catatan Kecil Penanganan Deradikalisasi
 
Regulasi tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
Regulasi tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi KhususRegulasi tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
Regulasi tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
 
Pengelolaan Sampah
Pengelolaan Sampah Pengelolaan Sampah
Pengelolaan Sampah
 
Kondisi Sosial Ekonomi per Februari 2020
Kondisi Sosial Ekonomi per Februari 2020 Kondisi Sosial Ekonomi per Februari 2020
Kondisi Sosial Ekonomi per Februari 2020
 

Dernier

Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptx
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptxPENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptx
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptxRyanWinter25
 
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.pptOPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.pptRyanWinter25
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxSusatyoTriwilopo
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasiasaliaraudhatii
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024ssuser8905b3
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 

Dernier (14)

Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptx
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptxPENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptx
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptx
 
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.pptOPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 

Pemahaman Konsep Pemasyarakatan

  • 1. Politik hukum nasional Indonesia mengacu kepada visi negara yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945). Dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 dinyatakan bahwa tujuan negara Indonesia yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta melaksanakan ketertiban dunia demi mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Memahami Pemasyarakatan
  • 2. 2 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Upaya melindungi segenap bangsa Indonesia tersebut, salah satunya diwujudkan dengan memberi penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan terhadap hak setiap orang untuk mendapat pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 28D ayat (1) UUD NRI Tahun 1945. LESTARI MOERDIJAT
  • 3. 3 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Mendasarkan hal tersebut, pelaksanaan setiap sendi kehidupan bernegara yang berkaitan dengan penegakan hukum termasuk di dalamnya pemasyarakatan perlu diarahkan untuk mendukung upaya perlindungan hak atas keadilan dari tersangka, terdakwa dan terpidana termasuk hak kebendaannya. LESTARI MOERDIJAT
  • 4. 4 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Konsep pemasyarakatan pada awal pembentukannya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan sebagai perwujudan pergeseran fungsi pemidanaan yang tidak lagi sekedar penjeraan, melainkan juga suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). LESTARI MOERDIJAT
  • 5. 5 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Pemasyarakatan diarahkan untuk mengembalikan WBP sebagai warga negara yang baik sekaligus melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh WBP, serta merupakan penerapan dan bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. LESTARI MOERDIJAT
  • 6. 6 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Adapun yang dimaksud WBP adalah narapidana, anak didik pemasyarakatan, dan klien pemasyarakatan. Dalam sistem pemasyarakatan, narapidana, anak didik pemasyarakatan, atau klien pemasyarakatan berhak mendapat pembinaan rohani dan jasmani serta dijamin hak-hak mereka untuk menjalankan ibadahnya, berhubungan dengan pihak luar baik keluarga maupun pihak lain, memperoleh informasi baik melalui media cetak maupun elektronik, memperoleh pendidikan yang layak dan lain sebagainya. LESTARI MOERDIJAT
  • 7. 7 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Setelah 22 (dua puluh dua) tahun berlakunya UndangUndang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, pelaksanaan pemasyarakatan telah berkembang jauh. Pemasyarakatan yang ruang lingkup perannya semula terbatas pada fase adjudikasi kini berkembang sampai dengan fase pra adjudikasi dan fase purna adjudikasi yang terwujud dalam lembaga rumah tahanan negara (rutan), rumah penyimpanan benda sitaan negara (rupbasan), balai pemasyarakatan (bapas) dan lembaga pemasyarakatan (lapas). LESTARI MOERDIJAT
  • 8. 8 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Pelaksanaan pemasyarakatan juga dirasa tidak memberi jaminan kepastian hukum bagi upaya perlindungan dan pemenuhan hak narapidana dalam kelompok rentan. Hal ini mengindikasikan adanya masalah dalam tata kelola pemasyarakatan, antara lain belum optimalnya kapasitas, sarana dan prasarana, petugas pemasyarakatan serta lemahnya fungsi intelijen. LESTARI MOERDIJAT
  • 9. 9 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Pemasyarakatan hadir tidak hanya sebagai jaminan perlindungan bagi pribadi namun juga melingkupi kebendaan yang melekat padanya. Namun, berbagai perkembangan peran dimaksud dari sisi pengaturan diatur secara terpisah sehingga belum terintegrasi. Lapas juga menjadi sorotan publik, karena kelebihan kapasitas (overcapacity), banyaknya kasus narapidana melarikan diri, penembakan yang menyebabkan tewasnya beberapa narapidana, kerusuhan dan maraknya peredaran narkoba dalam lapas. LESTARI MOERDIJAT
  • 10. 10 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan belum mengatur secara komprehensif perkembangan kebutuhan hukum tersebut. Dalam kaitannya dengan UUD NRI Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan juga dirasa belum optimal mendukung terwujudnya jaminan perlindungan hak sebagaimana diatur dalam Pasal 28D UUD NRI Tahun 1945. LESTARI MOERDIJAT
  • 11. 11 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Pengaturan berbagai subsistem pemasyarakatan yang terpisah dan belum terintegrasi dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995, pada akhirnya berpotensi menimbulkan tumpang tindih dan disharmonisasi antarnorma. Berbagai kelemahan ini tentunya akan mempengaruhi jaminan kepastian hukum bagi seluruh pihak yang terkait dengan pemasyarakatan. LESTARI MOERDIJAT
  • 12. 12 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Sistem pemasyarakatan menurut Richard Snarr, mencakup kegiatan pada ranah penahanan pelaku, mendampingi mantan narapidana dalam bekerja dan mendapatkan pendidikan di masyarakat, hingga menyediakan pendampingan bagi korban. LESTARI MOERDIJAT
  • 13. 13 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Perkembangan sistem pemasyarakatan tidak terlepas dari perjalanan panjang kebijakan penegakan hukum pidana di Indonesia. Bermula dari berlakunya Reglemen Penjara yang menjadi titik awal sistem kepenjaraan di Indonesia dengan segala fase historisnya, sampai kepada pidato Sahardjo yang melahirkan lapas dan menghapuskan praktek lembaga penjara. LESTARI MOERDIJAT
  • 14. 14 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Pergeseran paradigma terhadap pemasyarakatan yang saat ini diposisikan sebagai salah satu elemen dari sistem peradilan pidana, pada dasarnya bekerja atas dasar kerangka kerja yang ada dalam sistem peradilan pidana sebagai suatu sistem yang terpadu. Kerangka kerja sistem peradilan pidana yang dimaksud didasarkan kepada pola hubungan sistemik dari masing-masing subsistem sebagai suatu kesatuan hubungan yang satu sama lain saling tergantung (interdependen). LESTARI MOERDIJAT
  • 15. 15 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Konsepsi ini mengandung konsekuensi adanya relasi antar elemen subsistem. Makna terpadu dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu (SPPT) dapat diartikan sebagai suatu sinkronisasi dan keselarasan dalam hubungan antara elemen penegak hukum yang menjadi subsistem dalam sistem peradilan pidana. LESTARI MOERDIJAT
  • 16. 16 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Senada dengan Snarr, Dindin Sudirman (2007) melihat sistem pemasyarakatan dalam pandangan yang lebih luas, yakni sebagai satu upaya perlindungan terhadap hak asasi manusia terhadap para pelanggar hukum. LESTARI MOERDIJAT
  • 17. 17 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com SPPT merupakan unsur hukum pidana yang sangat penting dalam kerangka penegakan hukum pidana materil. Sistem peradilan pidana itu sendiri merupakan suatu sistem yang terdiri dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lapas yang bertujuan untuk melindungi dan menjaga ketertiban masyarakat, mengendalikan kejahatan, melakukan penangkapan, dan penahanan terhadap narapidana pelaku kejahatan, memberikan batasan bersalah atau tidaknya seseorang, memidana pelaku yang bersalah dan melalui komponen sistem secara keseluruhan dapat memberikan perlindungan hukum terhadap hak-hak terdakwa. LESTARI MOERDIJAT
  • 18. 18 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Sistem peradilan pidana sebagai suatu sistem pada dasarnya merupakan suatu open system, dalam pengertian sistem peradilan pidana dalam geraknya akan selalu mengalami interface (interaksi, interkoneksi dan interdependensi) dengan lingkungannya, dengan peringkatperingkat masyarakat: ekonomi, politik, pendidikan, dan teknologi, serta subsistem-subsistem dari sistem peradilan pidana itu sendiri. LESTARI MOERDIJAT
  • 19. 19 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Menurut Barda Nawawi Arief, sistem peradilan pidana pada hakikatnya merupakan sistem kekuasaan menegakkan hukum pidana atau sistem kekuasaan kehakiman di bidang hukum pidana, yang diwujudkan atau diimplementasikan dalam 4 (empat) subsistem yaitu: (1) kekuasaan ”penyidikan” oleh badan atau lembaga penyidik; (2) kekuasaan ”penuntutan” oleh badan atau lembaga penuntut umum; (3) kekuasaan ”mengadili dan menjatuhkan putusan atau pidana” oleh badan pengadilan; (4) kekuasaan ”pelaksanaan putusan atau pidana” oleh badan/aparat pelaksana atau eksekusi. LESTARI MOERDIJAT
  • 20. 20 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Keempat tahap subsistem tersebut merupakan satu kesatuan sistem penegakan hukum pidana yang integral atau sering dikenal dengan istilah SPPT. Fungsi yang harus dijalankan dalam penyelenggaraan SPPT, adalah: Pertama, melindungi masyarakat melalui upaya penanganan dan pencegahan kejahatan, merehabilitasi pelaku kejahatan, dan melakukan upaya menghilangkan kemampuan pelaku kejahatan untuk melakukan kejahatan lagi baik untuk sementara waktu atau selamanya, terutama terhadap orang yang merupakan ancaman terhadap masyarakat. LESTARI MOERDIJAT
  • 21. 21 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Kedua, menegakkan dan memajukan aturan hukum dan penghormatan pada hukum, dengan menjamin adanya due process of law dan perlakuan yang wajar bagi tersangka, terdakwa dan terpidana, melakukan penuntutan dan membebaskan orang yang tidak bersalah yang dituduh melakukan kejahatan. Ketiga, menjaga hukum dan ketertiban. Keempat, menghukum pelaku kejahatan sesuai dengan falsafah pemidanaan yang dianut. Kelima, membantu dan memberi nasihat pada korban kejahatan. LESTARI MOERDIJAT
  • 22. 22 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Mengkaji pemasyarakatan sebagai lembaga pelaksana pada dasarnya tidak dapat lepas dari kajian sistem pemidanaan sebagai dasar filosofis keberadaan lembaga ini. Barda Nawawi Arief menjelaskan bahwa sistem pemidanaan adalah suatu sistem yang menyangkut pemberian atau penjatuhan sanksi pidana. LESTARI MOERDIJAT
  • 23. 23 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Dengan demikian dapat diartikan bahwa tahapan pertama adalah tahapan penyusunan norma pidana materiil sebagaimana diatur dalam KUHP, kemudian tahap kedua pemberian pidana sebagaimana prosesnya diatur dalam Hukum Acara Pidana (hukum pidana formil) dan ketiga, tahap pelaksanaan pidana oleh instansi pelaksanan yang berwenang menjalankan pidana (hukum pelaksana pidana). LESTARI MOERDIJAT
  • 24. 24 Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com Agar pemberian pidana dapat benar-benar terwujud, sistem pidana harus direncanakan melalui beberapa tahap yaitu: (1) tahap penetapan pidana oleh pembuat undang-undang; (2) tahap pemberian pidana oleh badan yang berwenang memberikan pidana, serta: (3) tahap pelaksanaan pidana oleh instansi pelaksana yang berwenang menjalankan pidana. LESTARI MOERDIJAT