1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak atau peserta didik adalah pribadi yang tumbuh dan berkembang
menuju kedewasaan. Seiring dengan bertambahnya usia, anak atau peserta
didik mengalami proses belajar yang terus menerus dari yang sebelumnya
tidak mengetahui menjadi mengetahui; dari yang sebelumnya tidak
mengalami menjadi mengalami secara langsung. Dalam proses belajar inilah
dibutuhkan seorang guru yang dapat mendampingi anak atau peserta didik.
Karena dalam perjalanan belajarnya, anak atau peserta didik pastilah
mengalami hal-hal yang menghambatnya dalam belajar. Anak pun terkadang
tidak memahami apa yang menjadi masalahnya apalagi cara mengatasinya.
Peran guru selain mengajar dan mendidik juga sekaligus membimbing anak
atau peserta didik supaya bisa keluar dari masalah belajar yang dihadapinya
itu. Karena apabila masalah belajar yang menghinggapi anak atau peserta
didik tidak segera ditangani maka akan menimbulkan dampak yang akan
sangat merugikan bagi perkembangan anak atau peserta didik tersebut. Maka
dari itulah diperlukan adanya suatu bimbingan yang mengarah pada kegiatan
belajar anak. Karena setiap anak pasti mempunyai masalah belajarnya
masing-masing dan membutuhkan penanganan yang berbeda pula antara satu
dengan yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bimbingan belajar ?
2. Apa tujuan adanya bimbingan belajar ?
3. Apa saja prinsip-prinsip dalam bimbingan belajar ?
4. Apa saja layanan dalam bimbingan belajar ?
5. Apa saja teknik yang digunakan dalam pemberian bimbingan belajar ?
C. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi literatur atau
metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku
2. 2
atau dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas.
Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan
masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah,
melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan dan
sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumberdan
penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.
D. Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I, bagian pendahuluan
yang terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan
masalah dan sistematika penulisan makalah; Bab II, adalah pembahasan; Bab III
bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada siswa
dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi
yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan
dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan.1 Berdasarkan
pengertian diatas bimbingan belajar bisa bermakna suatu bantuan yang
diberikan oleh pembimbing kepada terbimbing (siswa) dalam menghadapi
dan memecahkan masalah-masalah belajar.2
B. Tujuan Bimbingan Belajar
Secara umum, siswa merupakan individu yang sedang dalam proses
perkembangan, maka tujuan bimbingan belajar adalah membantu siswa agar
mencapai perkembangan yang optimal sehingga tidak menghambat
perkembangan belajar siswa. Siswa yang perkembangannya terhambat atau
terganggu akan berpengaruh terhadap perkembangan atau kemampuan
belajarnya. Secara khusus dapat diketahui bahwa tujuan bimbingan belajar
adalah agar siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
belajar. Seorang guru tidak dibenarkan hanya menyampaikan apa yang perlu
diajarkan saja. Akan tetapi, harus membantu anak didiknya agar dapat belajar
dengan lebih baik.3
Adapun tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek
akademik (belajar) adalah sebagai berikut.
1. Anak didik mampu menyadari tentang potensi diri dalam aspek belajar
dan memahami berbagai hambatan yang mungkin akan muncul dalam
proses belajar yang dialaminya.
1 Elfi Mu’awanah & Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islami di Sekolah Dasar.
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 80.
2 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 130.
3 Akhmad Muhaimin Azzet, Bimbingan dan Konseling di Sekolah(Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media, 2013), hlm. 62
4. 4
2. Anak didik memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif.
3. Anak didik memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
4. Anak didik memiliki teknik belajar yang efektif.
5. Anak didik memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan
perencanaan pendidikan.
6. Anak didik memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk
mengahadapi ujian.4
C. Prinsip-Prinsip Bimbingan Belajar
Dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya memperhatikan
beberapa prinsip.
1. Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa baik yang pandai,
cukup, ataupun kurang membutuhkan bimbingan dari guru, sebab secara
potensial semua siswa bisa mempunyai masalah. Masalah yang dihadapi
oleh siswa pandai berbeda dengan siswa yang cukup dan juga siswa yang
kurang.
2. Sebelum memberikan bantuan, guru terlebih dahulu harus berusaha
memahami kesulitan yang dihadapi siswa, meneliti faktor-faktor yang
melatarbelakangi kesulitan tersebut.
3. Bantuan hendaknya disesuaikan dengan jenis masalah serta tingkat
kerumitan masalah.
4. Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi.
5. Dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya bekerja sama
dengan staf sekolah yang lain serta orang tua peserta didik.
D. Layanan Bimbingan Belajar
Bagi anak yang merasakan lambat dalam belajar, atau bahkan tidak bisa
memahami sama sekali terha dap pelajaran yang sedang dipelajarinya, tentu
ini menimbulkan persoalan tersendiri. Tidak hanya terlambat dalam belajar
dan mendapatkan nilai buruk dalam rapor atau bahkan tidak naik kelas, tetapi
anak yang mengalami kelambanan dalam belajar dan tidak segera
4 Ibid., hlm. 16.
5. 5
mendapatkan bantuan maka akan mengalami masalah psikologis yang tidak
bisa dipandang sepele.
Setidaknya ada dua masalah yang terjadi pada anak yang mengalami
persoalan dalam belajarnya. Masalah yang pertama adalah anak didik
mengalami mender atau rendah diri di haapan teman-temannya atau orang
lain. Hal ini bisa terjadi karena anak didik merasa tidak bisa bersaing atau
bahkan menyamai teman-temannya yang bisa mengikuti pelajaran lebih baik.
sedangkan masalah yang kedua adalah anak didik justru menutupi
kelemahannya dalam belajar dengan sikap nakal atau memberontak. Anak
didik mengambil sikap nakal atau memberontak ini karena ia tak ingin terlihat
lemah atau mempunyai kekurangan di hadapan teman-temannya atau orang
lain.
Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang
penting diselenggarakan disekolah. Pengalaman menunjukan bahwa
kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu
disebabkan oleh kebodohan stau rendahnya intelegensi. Sering kegagalan itu
terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai.
Layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap :
1. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar.
Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, yang
pada umumnya dapat digolongkan atas :
a. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan
memiliki intelegensi yang cukup tinggi tetapi tidak dapat
memanfaatkannya secara optimal.
b. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yng memiliki bakat
akademik yang cukup tinggi tetapi masih memerlukan tugas-tugas
khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang
amat tinggi itu.
c. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki
bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan
untuk mendapat pendidikan khusus.
6. 6
d. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa uang kurang
bersemangat dalam belajar.
e. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa
yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehar-hari antagonistik
dengan yang seharusnya.
Siswa yang mengalami masalah belajar seperti tersebut dapat
dikenali melalui prosedur pengungkapan tes hasil belajar, tes kemampuan
dasar, skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar dan tes
diagnostik.
1) Tes hasil belajar
Tes hasil belajar adalah suatu alat yang disusun untuk
mengungkapkan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan–tujauan
pengajaran yang ditetapkan sebelumnya. Siswa-siswa dikatakan
telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia telah menguasai
sebagian besar matei yang berhubungan dengan tujuan pengajaran
yang telah ditentukan. Ketuntasan penguasaan bahan ditentukan
dengan persentase minimal yang harus dicapai oleh siswa. Siswa
yang belum menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang
ditetapkan, dikatakan belum menguasai tujuan-tujuan pengajaran.
Siswa yang seperti ini digolongkan sebagai siswa yang mengalami
masalah belajar dan memerlukan bantuan khusus. Sedangkan siswa
yang sudah mengusai secara tunts semua bahan yang disajikan
sebelum batas waktu yang ditetapkan, digolongkan sebagai siswa
yang sangat cepat dalam belajar. Merekapun patut mendapat tugas
tambahan sebagai pengayaan.
2) Tes kemampuan dasar
Dalam banyak skala intelegensi, kemampuan dasar manusia
diklasifikasikan sebagai berikut :
I.Q. 140 keatas - sangat cerdas
120 – 139 - cerdas
110 – 129 - diatas rata-rata
7. 7
90 – 109 - normal atau rata-rata
80 – 89 - dibawah rata-rata
70 – 79 - bodoh
Dibawah 70 - sangat bodoh
Hasil belajar yang dicapai siswa seyogyanya dapat
mencerminkan tingkat kemampuan dasar yang dimilikinya. Siswa
yang kemampuan dasarnya tinggi, akan mencapai hasil belajar yang
tinggi pula. Bilamana seorang siswa mencapai hasil belajar lebih
rendah dari teraan intelegensi yang dimilikinya, maka siswa yang
bersangkutan digolongkan sebagai siswa yang mengalami masalah
dalam belajar.
3) Skala sikap dan kebiasaan belajar
Untuk mengungkapkan sikap dan kebiasaan yang lebih luas
telah dikembangkan beberapa alat yang berupa “skala sikap dan
kebiasaan belajar”. Salah satu diantaranya yang paling populer ialah
survey of study habitts and attitudes (SSHA) yang disusun oleh W.F
Brown dan W.H. Holtzman. Alat ini dapat mengungkapkan derajat
cara siswa mengerjakan tugas-tugas sekolah, sikap terhadap guru,
sikap dalam menerima pengajaran, dan kebiasaan dalam
melaksanakan kegiatan belajar. Dengan memperhatikan derajat sikap
dan kebiasaan belajar siswa akan dapat diketahui siswa-siswa mana
yang sikap dan kebiasaan belajarnya sudah memadai dan perlu terus
dipelihara, serta siswa-siswa mana yang memerlukan bantuan khusus
dalam meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar.
4) Tes diagnostik
Tes diagnostik merupakan instrumen untuk mengungkapkan
adanya kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang
pelajaran tertentu. Dengan tes diagnostik dapat diketahui kekuatan
dan kelemahan siswa. Makin sedikit siswa membuat kesalahan pada
tes diagnostik makin kuatlah siswa pada materi pelajaran yang
bersangkutan begitupun sebaliknya.
8. 8
2. Upaya membantu siswa yang mengalami masalah belajar
Siswa yang mengalami masalah belajar seperti diutarakan didepan
perlu mendapat bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang
nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan siswa. Beberapa
upaya yang dapat dilakukan adalah.
a. Pengajaran perbaikan
Dibandingkan dengan pengajaran biasa, pengajaran
perbaikan sifatnya lebih khusus, karena bahan, metode dan
pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang
masalah yang dihadapi siswa. Dalam hal ini amat penting bagi
guru dan konselor memahami perasaan siswa. Guru dan konselor
harus mengupayakan untuk mendorong siswa agar mau belajar.
b. Kegiatan pengayaan
Kegiatan pengayaan diberikan kepada siswa yang sangat
cepat dalam belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan
untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan yang telah
dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya.
c. Peningkatan motivasi belajar
Guru, konselor wajib membantu siswa meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar, dengan cara memperjelas tujuan
belajar yang hendak dicapai siswa, menyesuaikan pengajaran
dengan minat siswa, dan melengkapi sumber dan peralatan belajar.
d. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara
kebetulan melainkan perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang
terencana terutama oleh guru-guru konselor dan orang tua siswa.
Untuk itu siswa hendaklah dibantu dalam hal:
a. Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar.
b. Memelihara kondisi kegiatan yang baik.
c. Mengatur waktu belajar, baik di sekolah maupun di rumah.
d. Memilih tempat belajar yang baik.
9. 9
e. Belajar dengan mengggunakan sumber belajar yang kaya,
seperti buku-buku teks dn referesi lainnya.
f. Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan.
g. Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak
diketahui.5
Adapun beberapa bentuk layanan bimbingan belajar yang bisa diberikan
kepada para siswa di sekolah adalah :
1. Orientasi kepada para siswa (khususnya siswa baru) tentang tujuan
institusional (tujuan sekolah), isi kurikulum pembelajaran, struktur
organisasi sekolah, cara-cara belaar yang tepat, penyesuaian diri
dengan corak pendidikan di sekolah.
2. Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat
selama mengikuti pelajaran di sekolah maupun di rumah baik secara
individual maupun kelompok.
3. Bantuan dalam memilih jurusan atau program studi yang sesuai,
memilih kegiatan-kegiatan non akademik yang menunjang usaha
belajar dan memilih program studi lanjutan untuk tingkat endidikan
yang lebih tinggi. Bantuan ini juga mencakup penyebaran informasi
tentang program studi yang tersedia pada jenjang pendidikan tertentu.
4. Pengumpulan data siswa yang berkenaan dengan kemampuan
intelektual, bakat khusus, arah minat, cita-cita hidup, pada program-
program studi atau jurusan tertentu, dan lain sebagainya.
5. Bantuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar seperti kurang
mampu menyusun dan mentaati jadwal belajar di rumah, kurang siap
menghadapi ulangan atau ujian, kurang dapat berkonsentrasi, kurang
menguasai cara belajar yang tepat diberbagai mata pelajaran.
Menghadapi keadaan dirumah yang mempersulit cara belajar secara
rutin, dan lain sebagainya.
5 Priyatno,Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta,1999), halm.
279- 287
10. 10
6. Bantuan dalam hal membentuk kelompok-kelompok belajar dan
mengatur kegiatan-kegiatan belajar kelompok supaya berjalan secara
efektif dan efisien.
E. Teknik-Teknik Bimbingan Belajar
Keseluruhan teknik bimbingan dibedakan antara teknik bimbingan
kelompok dan individual. Bimbingan individual adalah suatu bantuan yang
diberikan kepada individu dalam situasi individual. Teknik bimbingan ini ada
yang bersifat informatif (memberikan informasi) dan ada juga yang bersifat
terapeutik (menyembuhkan). Beberapa teknik bimbingan individual yang
bersifat informatif adalah ceramah, wawancara, nasihat, penyampaian bahan-
bahan tertulis, dan lain sebagainya yang diberikan secara individual. Teknik
bimbingan individual yang bersifat terapeutik adalah konseling individual.
Bimbingan kelompok merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada
individu (siswa) yang dilaksanakan dala situasi kelompok. Bimbigan inpun
ada yang bersifat informatif dan terapeutik tetapi ada juga yang bersifat
adjustif, adalah bantuan kepada individu dalam membina hubungan dan
menyesuaikan diri dengan orang lain, melalui berbagai kegiatan kelompok
seperti diskusi, belajar kelompok, perwalian kelompok, kunjungan kelompok,
dan lain sebagainya. Adapun bimbingan kelompok yang bersifat terapeutik
adalah psikodrama, kenseling kelompok, dan psikoterapi kelompok.6
6 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,(Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 244.
11. 11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap siswa tanpa terkecuali pastinya membutuhkan bimbingan belajar.
Siswa yang sangat cepat dalam belajarpun memerlukan bimbingan. Jadi
bimbingan belajar ini tidak hanya diperuntukkan untuk siswa yang dinyatakan
gagal secara akademik saja tetapi juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan potensi
siswa harus terus mendapatkan dukungan dan bimbingan sehingga akan
membantu siswa untuk menyesuaikan dirinya dalam belajar. Karena belajar
merupakan proses yang panjang yang tidak saja proses mendapatkan informasi,
tetapi belajar yang sebenarnya juga adanya perubahan sikap setelah belajar. Maka
peserta didik harus bisa diarahkan atau dikeluarkan dari masalah-masalah yang
dapat menggangu belajarnya. Supaya tujuan dari pembelajaran yang sebenarnya
dapat tercapai.
12. 12
Daftar Pustaka
Azzet, Akhmad Muhaimin. 2013. Bimbingan dan Konseling di
Sekolah(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Mu’awanah , Elfi & Rifa Hidayah. 2009. Bimbingan dan Konseling Islami di
Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Priyatno.1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Rineka Cipta.
Sukmadinata, Nana Syaodih.2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tohirin.2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis
Integrasi.Jakarta: Raja Grafindo Persada.