Dokumen ini membahas tingginya angka kematian ibu dan bayi di Provinsi Kalimantan Barat. Angka kematian ibu pada tahun 2021 mencapai 214 per 100.000 kelahiran hidup, dengan angka tertinggi di Kabupaten Mempawah (350). Penyebabnya antara lain distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata, akses pelayanan yang terbatas, dan budaya bersalin di rumah. Pemecahan masalahnya adalah peningkatan akses dan kualitas pelayanan ke
1. Tugas Latsar
Identifikasi Isu Tingginya Angka Kematian
Ibu dan Bayi di Provinsi Kalimantan Barat
Kelompok 4
Maria Novelina Pasaribu, S.K.M.
Elita Wulan Dari, S.Sos
2. Gambaran Umum Kondisi Kematian Ibu
dan Bayi di Provinsi Kalimantan Barat
Pembangunan kesehatan masyarakat merupakan
salah satu aspek penting dalam pembangunan
nasional secara menyeluruh
Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat
adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Makin tinggi angka kematian
ibu dan bayi di suatu negara maka dapat
dipastikan bahwa derajat kesehatan negara
tersebut buruk (Kemenkes RI, 2018).
3. Berdasarkan laporan seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, kasus
kematian maternal yang terjadi pada tahun 2021
tercatat sebanyak 183 kasus kematian ibu.
Sehingga jika dihitung angka kematian ibu maternal
dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 85.413, maka
kematian ibu maternal di Provinsi Kalimantan Barat
pada tahun 2021 sebanyak 214 per 100.000 kelahiran
hidup.
Angka kematian ibu maternal terbesar ada di Kabupaten
Mempawah, yaitu sebesar 350 per 100.000 kelahiran
hidup, dan terkecil ada di Kota Pontianak, yaitu sebesar
119 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan
Provinsi Kalimantan Barat, 2021).
4. Identifikasi dan Penetapan Isu
Environmental Scanning : yaitu pengawasan, evaluasi dan
penyebaran informasi yang berasal dari lingkungan eksternal
dan internal kepada orang-orang penting dalam
perusahaan (Wheelen and Hunger, 2012:98) Enviromental
Scanning yang dilakukan penulis bertujuan untuk
mengetahui penyebab masalah tingginya angka kematian
ibu dan bayi di Provinsi Kalimantan Barat yaitu :
1) Persebaran jumlah tenaga kesehatan/bidan yang tidak
merata di kabupaten/kota
2) Terbatasnya akses (daya jangkau, waktu tempuh) atas
pelayanan kesehatan terutama untuk daerah terpencil.
1. Environmental Scanning
5. 3) Terbatasnya jumlah puskesmas yang mampu menangani
kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal
4) Sistem rujukan yang masih belum optimal
5) Budaya di masyarakat dimana ibu hamil masih senagn untuk
bersalin di rumah
6) Tingkat Pendidikan ibu yang masih rendah
7) Masih rendahnya tingkat kepedulian dan dukungan keluarga
terhadap ibu.
8) Tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan
sudah relatif banyak namun belum tersebar merata di seluruh
wilayah Kalimantan Barat,
9) Sarana prasarana masih belum semuanya memenuhi standar.
Demikian juga PONED dan RS PONEK belum diiringi dengan
peningkatan kualitas pelayanan
10) Kurangnya kepedulian kesehatan terhadap ibu sebelum hamil
terutama pada masa remaja.
6. 2. Problem Solving
Problem Solving : merupakan cara memberikan pengertian dengan
menstimulasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah, dan berfikir tentang
suatu masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya
untukmemecahkanmasalah(Abdul, 2013)
Problem Solving yang dilakukan penulis bertujuan untuk mengetahui
pemecahan masalah yang tepat untuk mengatasi tingginya angka kematian ibu
danbayidiProvinsiKalimantanBaratyaitu:
1) Peningkatanaksesdankualitaspelayanankesehatanibudanbayi
melaluipeningkatankapasitastenagakesehatanyangkompeten
2) Peningkatanpemberdayaanmasyarakatmelaluipemanfaatan
bukuKIA,kelasibu,P4K danpendampinganibuhamil
3) PelaksanaanAuditmaternalperinataldansurveilanskematianibu.
7. 4) Peningkatan pelayanan antenatal yang berkualitas
sangat menentukan keberlangsungan kesejahteraan
bayi melaui program kelas ibu hamil.
5) Pelayanan kegawatdaruratan neonatal turut andil
dalam penyelamatan bayi yang mengalami
kegawatdaruratan sehingga bayi dapat terselamatkan.
6) Peran lintas program dan lintas sektor sangat penting
dalam penurunan angka kematian bayi.
7) Peningkatan capaian program Gizi termasuk ASI
eksklusif, Imunisasi, kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan peduli remaja serta pemberdayaan
masyarakat melaui promosi kesehatan, ditambah
peran lintas sektor yang dapat membantu pencapaian
program tersebut di masyarakat.
8. 3. Analysis
Analysis : suatu kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu
keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal
tanda-tanda komponen hubungan satu sama lain dan fungsi
masing-masing dalam satu keseluruhan terpadu.
(Komaruddin, 2001).
Analysis yang dilakukan penulis bertujuan untuk
menguraikan antara penyebab masalah tingginya angka
kematian ibu dan bayi dan pemecahan masalahnya sehingga
menjadi satu kesatuan yang dapat menjadi pertimbangan
untuk perbaikan stunting di Provinsi Kalimantan Barat yaitu :
1) Persebaran jumlah tenaga kesehatan/bidan yang tidak
merata di kabupaten/kota
2) Terbatasnya akses (daya jangkau, waktu tempuh) atas
pelayanan kesehatan terutama untuk daerah terpencil.
9. 3) Terbatasnya jumlah puskesmas yang mampu menangani
kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal
4) Sistem rujukan yang masih belum optimal
5) Budaya di masyarakat dimana ibu hamil masih senagn untuk
bersalin di rumah
6) Tingkat Pendidikan ibu yang masih rendah
7) Masih rendahnya tingkat kepedulian dan dukungan keluarga
terhadap ibu.
8) Tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya
bidan
sudah relatif banyak namun belum tersebar merata di seluruh
wilayah Kalimantan Barat.
9) Sarana prasarana masih belum semuanya memenuhi standar.
Demikian juga PONED dan RS PONEK belum diiringi dengan
peningkatan kualitas pelayanan
10) Kurangnya kepedulian kesehatan terhadap ibu sebelum hamil
terutama pada masa remaja.
10. Dan pemecahan masalah yang tepat untuk mengatasi
tingginya angka kematian ibu dan bayi di Provinsi
Kalimantan Barat yaitu :
1) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan bayi melalui peningkatan kapasitas
tenaga kesehatan yang kompeten
2) Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui
pemanfaatan buku KIA, kelasi ibu , P4K dan
pendampingan ibu hamil
3) Pelaksanaan Audit maternal perinatal dan surveilans
kematian ibu.
4) Peningkatan pelayanan antenatal yang berkualitas
sangat menentukan keberlangsungan kesejahteraan bayi
melaui program kelas ibu hamil.
11. 5) Pelayanan kegawatdaruratan neonatal turut
andil dalam penyelamatan bayi yang mengalami
kegawatdaruratan sehingga bayi dapat
terselamatkan.
6) Peran lintas program dan lintas sektor sangat
penting dalam penurunan angka kematian bayi.
7) Peningkatan capaian program Gizi termasuk ASI
eksklusif, Imunisasi, kesehatan lingkungan,
pelayanan kesehatan peduli remaja serta
pemberdayaan masyarakat melaui promosi
kesehatan, ditambah peran lintas sektor yang dapat
membantu pencapaian program tersebut di
masyarakat.